BAB II REPUBLIK DEMOKRATIK RAKYAT KOREA Posisi ...

23
15 BAB II REPUBLIK DEMOKRATIK RAKYAT KOREA Posisi geografi Semenanjung Korea yang strategis menyebabkan Korea dalam sepanjang sejarahnya, mempunyai arti penting dari sudut strategi. Hal ini dikarenakan, seperti negara Israel yang berada di tengah kawasan Timur Tengah dan Singapura di tengah lautan Malaysia, semenanjung Korea terletak di tengah tiga negara besar, yaitu Jepang, Cina, dan Uni Soviet (atau yang sekarang dengan negara Rusia). Bahkan pada akhir masa abad ke-19 Amerika juga mencoba memberikan pengaruhnya ke tanah Korea. 2.1. Sejarah Korea Utara Kerajaan merupakan sejarah yang membentuk Korea Utara. Perkembangan Korea Utara tidak terlepas dari situasi kerajaan pada zaman dahulu, pembentukan Korea Utara dibutuhkan waktu yang sangat lama. Korea memiliki suku bangsa yaitu Suku Nomad yang datang dari China menuju Semenanjung Korea. Suku Nomad ini datang dengan tujuan untuk mengubah kehidupan rakyat Korea dari yang berpindah-pindah menjadi menetap dan dapat memperbaiki kondisi pertanian. 1 Suku Nomad yang berasal dari China melakukan migrasi untuk mencari tanah yang subur untuk mengembangkan pertanian mereka. Kehidupan suku Nomad yang berada di Semenanjung Korea ini menyebabkan mereka mendaulatkan diri mereka di Korea. Suku-suku yang berada di 1 Marcus Noland, Femine and Reform in North Korea”, 2003, diakses melalui https://pdfs.semanticscholar.org/aaec/fa5226946fca187917bb30ce58e57124e430.pdf pada tanggal 08 Februari 2017 pukul 12:23

Transcript of BAB II REPUBLIK DEMOKRATIK RAKYAT KOREA Posisi ...

15

BAB II

REPUBLIK DEMOKRATIK RAKYAT KOREA

Posisi geografi Semenanjung Korea yang strategis menyebabkan Korea dalam

sepanjang sejarahnya, mempunyai arti penting dari sudut strategi. Hal ini dikarenakan,

seperti negara Israel yang berada di tengah kawasan Timur Tengah dan Singapura di

tengah lautan Malaysia, semenanjung Korea terletak di tengah tiga negara besar, yaitu

Jepang, Cina, dan Uni Soviet (atau yang sekarang dengan negara Rusia). Bahkan pada

akhir masa abad ke-19 Amerika juga mencoba memberikan pengaruhnya ke tanah

Korea.

2.1. Sejarah Korea Utara

Kerajaan merupakan sejarah yang membentuk Korea Utara. Perkembangan

Korea Utara tidak terlepas dari situasi kerajaan pada zaman dahulu, pembentukan Korea

Utara dibutuhkan waktu yang sangat lama. Korea memiliki suku bangsa yaitu Suku

Nomad yang datang dari China menuju Semenanjung Korea. Suku Nomad ini datang

dengan tujuan untuk mengubah kehidupan rakyat Korea dari yang berpindah-pindah

menjadi menetap dan dapat memperbaiki kondisi pertanian.1 Suku Nomad yang berasal

dari China melakukan migrasi untuk mencari tanah yang subur untuk mengembangkan

pertanian mereka. Kehidupan suku Nomad yang berada di Semenanjung Korea ini

menyebabkan mereka mendaulatkan diri mereka di Korea. Suku-suku yang berada di

1 Marcus Noland, “Femine and Reform in North Korea”, 2003, diakses melalui

https://pdfs.semanticscholar.org/aaec/fa5226946fca187917bb30ce58e57124e430.pdf pada tanggal 08 Februari 2017 pukul 12:23

16

Semenanjung Korea memunculkan 3 kerajaan, yakni Kerajaan Kokuryo, Baekje dan

Silla.2

Pada abad ke-10 terjadi kerusuhan di Semenanjung Korea, dinasti Silla jatuh dan

digantikan oleh dinasti Koryo. Selama periode kepemimpinan dinasti Koryo di tahun

1932, Korea mengalami banyak serbuan. Pada masa ini, terjadi pertukaran budaya yang

cukup aktif yang berasaskan dengan ajaran agama Konghuchu. Kerajaan Koryo

mengalami kekacauan akibat kudeta dari kaum militer yang dipimpin oleh Yi Song-gye.

Dalam suasana kacau dan genting menjelang runtuhnya Kerajaan Koryo, kaum ilmuwan

maupun kaum militer mencari jalan untuk membangun kerajaan baru dan melakukan

kebijakan pertahanan baru untuk meningkatkan kekuatan mereka di bidang ekonomi.

Gerakan ini selanjutnya melahirkan sebuah kerajaan yang didukung oleh kaum sarjana

kemudian diberi nama Kerajaan Choson3, penetapan nama Choson mencerminkan

semangat untuk mewarisi kejayaan dan tradisi Kerajaan Choson.

Pada abad ke 14 kerajaan Choson ini berdiri, sistem sosial yang berlaku pada

masa kerajaan Choson adalah pemerintahan berbasis kaum bangsawan yang dipimpin

oleh Yi Song-gye menetapkan Hanyang (yang sekarang dikenal dengan Seoul) sebagai

ibukota kerajaan. Kerajaan Choson menitikberatkan pada usaha menstabilkan

2 Andrew C. Nahm, A History of The Korean People: Korea Tradition & Transformation, (Seoul: Hollym

International Corp, 2002), h. 29-39 3 Carter J. Eckert, et.al., Korea Old and New A History, (Seoul: Harvard University Press, 1990), h. 100

17

kehidupan masyarakat dengan menetapkan beberapa kebijakan utamanya, diantaranya

adalah mengembangkan politik Konghuchu dan meningkatkan industri pertanian.4

Kerajaan Choson melakukan proses pembaharuan struktur pemerintahan untuk

dapat mendirikan kerajaan yang berlandaskan ilmu Konghuchu yang dimulai dari masa

Raja Taejong, Sejong, Sejo, sampai dengan Raja Songjong. Pada masa pemerintahan

Raja Sejo mulai disusun hukum dasar, yaitu „Kyongguk Daejon,‟ oleh Choe Hang dan

pada masa pemerintahan Raja Songjong hukum dasar itu ditetapkan sebagai hukum

dasar Kerajaan Choson. Selain menetapkan hukum dasar, Kerajaan Choson juga

berhasil memperluas wilayah Korea hingga mencapai luas Korea saat ini. Selain itu,

Kerajaan Choson juga berusaha untuk mengembangkan negara secara seimbang melalui

pemindahan penduduk bagian selatan ke bagian utara.5

Memasuki abad ke-16, kerajaan Choson harus menghadapi lebih banyak

kesulitan yang ditimbulkan oleh perpecahan pendapat di kalangan pemimpin negara,

kemiskinan yang melanda masyarakat umum dan melemahnya kekuatan pertahanan

nasional. Situasi ini menyebabkan para penduduk Jepang melakukan perampasan di

bagian selatan Semenanjung Korea.6 Akibat dari perlakuan yang dilakukan oleh Jepang,

sistem pemerintahan saat itu mengadakan reformasi terhadap sistem sosial, politik dan

pertahanan guna menstabilkan pemerintahan dan kehidupan masyarakat.

4 Yang Seung-Yoon dan Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak Awal Abad Hingga Masa Kontemporer,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2003), h. 66. 5 Ibid

6 Ibid, h. 82-83

18

Memasuki abad ke-19, masuk ajaran Kristen ke Semenanjung Korea dan

menyebabkan perpecahan budaya di kalangan bangsawan terutama keluarga kerajaan,

kekacauan ini menimbulkan ketidakstabilan dalam kehidupan masyarakat dan

menambah tingkat kemiskinan yang memicu terjadinya kerusuhan di tengah-tengah

masyarakat dengan pemberontakan di berbagai daerah.7 Pada akhir masa kerajaan

choson di abad ke-19 beberapa agama dan kebudayaan diserap dan dijadikan sebagai

kebudayaan asli di semenanjung korea.

Menurut sejarah, pada masa kependudukan Jepang di tahun 1910, Raja Yi Wan

Yong menandatangani sebuah perjanjian Jepang dan pada tanggal 22 Agustus 1910 isi

perjajian tersebut kemudian diumumkan ke seluruh Semenanjung Korea terutama pada

Raja Sunjong.8 Penandatanganan perjanjian tersebut adalah sebagai momentum

berakhirnya masa kerajaan Choson di Korea. Berakhirnya masa kerajaan Choson,

kemudian dimulai dengan kependudukan Jepang sangat mengenaskan, Jepang datang

dengan membawa pasukan militernya bersama polisi untuk menduduki wilayah

Semenanjung Korea dan merampas tanah serta sumber-sumber pangan dan tenaga kerja

dari Choson. Kebijakan tentara Jepang selama menjajah Korea adalah menghapus karya

seni Bangsa Korea yang menjadi landasan dasar untuk meningkatkan kemampuan dan

keunggulan budaya Korea di mata Internasional.

Berakhirnya masa Kerajaan Choson, Korea mengalami masa penjajahan oleh

Jepang di tahun 1900an yang membuat masyarakat Korea mengalami penderitaan.

7 Alvianti Purnamasari, ‘’ KOREA UTARA DAN ASEAN (Dinamika Hubungan Korea Utara dengan ASEAN)”,

h. 4. Diakses melalui https://www.academia.edu/10099938/Korea_Utara_dan_ASEAN pada tanggal 08 Februari 2017 pukul 11:15 WIB 8 Library of Congress, Country Profile, Federal Research Division, 2007, diakses melaui

http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/North_Korea.pdf. Pada tanggal 11 Februari 2017 pukul 02:48 WIB

19

Jepang berhasil menduduki wilayah semenanjung Korea setelah mengalahkan Rusia

dalam Russo-Japanese War (Februari 1904-September 1905)9. Pada saat itu Korea

mengalami kesengsaraan yang mengakibatkan munculnya kekuatan nasionalis. Pada

tanggal 17 November 1905 Jepang membuat kesepakatan dengan Korea dalam Eulsa

Treaty10

dan menjadikan wilayah semenanjung Korea sebagai wilayah protektorat

Jepang. Perjanjian ini memperkuat kedudukan Jepang di wilayah semenanjung Korea.

Jepang terus menduduki Korea dalam upayanya memperluas kekuasaannya di perang

Asia Timur Raya yang sebelumnya Korea berhasil memproklamirkan kemerdekaan

wilayahnya dari pendudukan Jepang di tahap I pada tanggal 1 Maret 191911

melalui

gerakan kemerdekaan rakyat Korea bersatu. Pada periode ini Korea memiliki kesadaran

nasionalis yang tinggi untuk mengusir penjajah Jepang yang telah menjajah

Semenanjung Korea. Meskipun gerakan nasionalis tersebut dapat dipatahkan oleh

Jepang dan gagal menjadi gerakan kemerdekaan, namun tanggal tersebut tetap

diperingati sebagai titik tolak kesadaran nasionalisme Korea oleh bangsa Korea sendiri.

Para pejuang Korea tersebut terus berusaha mendirikan pemerintah provisional Korea

yang dibentuk untuk melakukan tindakan reaksioner terhadap Jepang.12

9 The Russo-Japanese War Research Society. Diakses melalui http://russojapanesewar.com/imp-proc-

04.html pada tanggal 09 Februari 2017 pukul 12:28 WIB 10

Jepang-Korea Perjanjian tahun 1905, juga dikenal sebagai Perjanjian Eulsa atau Jepang-Korea Protektorat Perjanjian, dibuat antara Kekaisaran Jepang dan Kekaisaran Korea pada tahun 1905. Negosiasi menyimpulkan pada 17 November 1905. [1] Perjanjian itu dirampas Korea kedaulatan diplomatik dan membuat Korea protektorat Jepang. Hal ini dipengaruhi oleh kemenangan Jepang dalam perang Rusia-Jepang pada tahun 1905, diakses melalui http://www.worldlibrary.org/articles/eulsa_treaty pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 08:59 WIB 11

William Stueck, The Korean War: an International History, (New Jersey: Princeton University Press, 1999), h. 14-15 12

Ibid

20

Pada tahun 1904, militer Jepang telah menduduki Semenanjung Korea dan

mengumumkan perang terhadap penduduk Korea. Semenanjung Korea berubah menjadi

medan perang dan Jepang memaksa Korea untuk menyepakati memorandum protocol

mengenai mobilisasi tenaga kerja Jepang dari Korea yang bertujuan untuk membangun

rel kereta dari Busan menuju Sinjau dan merampas tanah Korea yang digunakan untuk

kepentingan militer.13

Dalam hal politik, Jepang memimpin langsung pemerintahan

Korea dengan mengambil alih pemerintahan tersebut dan menguasai ekonomi Korea

Utara sehingga menjadikan adanya jurang di Negara Korea Utara itu sendiri. Kebijakan

Jepang untuk mengontrol Korea Utara secara langsung menimbulkan perpecahan

internal dalam kaum perjuangan Korea Utara.

Terlepas dari masalah yang timbul di Korea karena penjajahan yang dilakukan

oleh Jepang, tetapi di satu sisi Jepang menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi bagi

masyarakat Korea yang saat itu terjajah. Dalam segi ekonomi, Jepang yang terkenal

dengan masyarakat membuat sebuah sistem perampasan tanah dari mulai penduduk di

Semenanjung Korea sampai ke Manchuria. Perampasan tanah dan penguasaan secara

bidang ekonomi membuat masyarakat Korea berada dalam posisi kelaparan dan

sebaliknya kebijakan tanah ini dijadikan sebagai peningkatan pajak yang stabil di tahun

1918 sampai tahun 1930 dengan peningkatan sebanyak 45% dari total penerimaan

pajak. Selain itu, dari segi pekerja, masyakarat Korea dipaksa menjadi buruh bagi

13

Marcus Noland. Loc.cit.

21

penjajah Jepang untuk membuat produksi dari produk-produk Jepang yang akan

dipasarkan selama masa penjajahan.14

Pada bulan April 1919 para pemimpin nasional Korea seperti, Syngman Ree, Yi

Tong-hwi, An Ch‟ang-ho dan Kim Ku, membawa isu kemerdekaan Korea ke wilayah

Cina, dan mendeklarasikan pembentukan pemerintahan tersebut di Shanghai. Pada

tahun 1922, semua kelompok dari berbagai aliran yang ada di Korea melakukan

tindakan resistensi terhadap Jepang bersatu dibawah kepemimpinan pemerintah Korea,

dimana Syngman Ree menjadi presidennya dan Yi Tong-hwi yang berpaham komunis

diangkat menjadi perdana menterinya. Yi membantu Uni Soviet melakukan operasi

revolusioner di Manchuria dan Kim Ku mendekat ke pemimpin sayap kanan nasionalis

Cina, yaitu Chiang Kai-sek. Hingga perang dunia II berakhir dan membuat wilayah

semenanjung Korea terbebas dari belenggu pendudukan Jepang, para pemimpin

pemerintah provisional Korea dan beserta para anggotanya kembali ke semenanjung

Korea. Semenjak kekalahan Jepang di perang dunia II tersebut, wilayah-wilayah bekas

pendudukan Jepang mengalami Vacuum of Power (kekosongan kekuasaan), tidak

terkecuali wilayah yang dinamakan semenanjung Korea. Kelompok-kelompok yang

melakukan tindakan resistensi terhadap pendudukan Jepang kembali mengambil alih

wilayah-wilayah yang selama ini menjadi asal pengaruh mereka. Seperti kelompok yang

beraliran komunis kembali menduduki wilayah utara begitupula dengan pemerintahan

14

Alvianti Purnamasari, op. cit., h. 6.

22

provisional Korea pimpinan Syngman Ree yang menduduki wilayah selatan

semenanjung Korea.15

Reunifikasi yang tercipta ketika berbagai kekuatan dari berbagai aliran di dalam

bangsa Korea memproklamirkan pemerintah provisional Korea dan bersama-sama

berupaya mengusir Jepang dari wilayah semenanjung Korea. Setelah menghadapi masa

penjajahan selama 35 tahun (1910-1945) negara dan rakyat Korea merdeka pada tahun

1945.

Semenanjung Korea yang luasnya kira-kira sama dengan Inggris, terletak antara

33°, 06´ dan 43° lintang utara serta antara 124°, 11´ dan 131°, 52´ bujur timur. Panjang

semenanjung Korea dari ujung utara ke ujung selatan kira-kira 1.000 km, yang kurang

lebih sama dengan panjang Pulau Jawa dari ujung timur ke ujung barat, sedangkan

lebarnya pada daerah tersempit adalah 216 km.16 Korea Utara memiliki jumlah

penduduk sekitar 24.545.000 jiwa17

dan dengan luas wilayah 120.540 km2, Korea Utara

atau yang biasa disebut Republik Demokratik Rakyat Korea, merupakan sebuah negara

di Asia Timur, yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea. Ibu kota Korea Utara

adalah Pyongyang. Zona Demiliterisasi Korea menjadi batas antara Korea Utara dan

Korea Selatan. Sungai Amnok dan Sungai Tumen membentuk perbatasan antara Korea

Utara dan Republik Rakyat Tiongkok. Sebagian dari Sungai Tumen di timur laut

merupakan perbatasan dengan Rusia.

15

William Stueck, Op.Cit., h. 14-15. 16

Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, Politik Ekonomi, Masyarakat Korea: Pokok-Pokok Kepentingan dan Permasalahannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), h. 1 17

Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia, Loc.Cit.

23

Sekitar 80% daratan Korea Utara adalah dataran tinggi dan pegunungan dan

seluruh titik di atas 2000 meter di semenanjung berada di wilayahnya. Konsentrasi

penduduk berada di daerah dataran rendah. Gunung Baekdu yang merupakan titik

tertinggi, adalah sebuah gunung berapi dengan kawah lebar yang berbatasan dengan

Republik Rakyat Tiongkok. Rangkaian Hamgyong tersusun sampai ke bagian timur

semenanjung dan mempunyai puncak-puncak tinggi seperti Gunung Gwanmo (1756 m).

Rangkaian lain yang membentuk daratan Korea Utara adalah Pegunungan

Rangrim yang memisahkan dataran rendah di sebelah barat dan timur, Rangkaian

Kangnam di perbatasan dengan RRT, serta Rangkaian Taebaek yang membentang

sampai Korea Selatan. Puncak tertinggi Rangkaian Taebaek adalah Gunung

Kumgang (1638 m).18

Dataran rendah persentasenya sangat kecil. Dataran rendah Pyongyang dan

Chaeryong di sebelah barat memiliki luas wilayah 500 km persegi, sementara di sebelah

timur semenanjung lebih sempit. Pegunungan di bagian utara dan barat wilayah Korea

Utara merupakan mata air bagi sungai-sungai penting, yang mengalir ke wilayah barat

dan timur. Di sebelah barat, sungai-sungai utama bermuara ke Teluk Korea dan Laut

Kuning. Sungai terpanjang adalah Sungai Amnok, membatasi wilayah RRT dan bisa

dilayari sepanjang 678 dari 790 km panjangnya. Sungai Duman adalah sungai

terpanjang ke-2 dengan aliran 521 km ke Laut Jepang. Sungai Duman hanya bisa

dilayari sepanjang 85 km karena topografi yang bergunung-gunung. Sungai

18

North Korea : Topography and Drainage, diakses melalui https://archive.is/RkNg#selection-105.0-109.23 pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 14:58 WIB

24

Taedong yang mengalir melewati kota Pyongyang panjangnya adalah 394 km adalah

sungai terpanjang ke-3, mengalir ke Laut Kuning.19

Terletak di antara 38 dan 43 lintang utara, Korea Utara memiliki iklim empat

musim. Musim dingin yang panjang membawa cuaca dingin dan jernih berpadu dengan

badai salju sebagai akibat dari angin utara dan barat yang berhembus dari Siberia. Rata-

rata suhu tinggi dan rendah setiap hari untuk Pyongyang pada bulan Januari adalah -3°

C dan -13° C, rata-rata salju adalah tiga puluh tujuh hari selama musim dingin. Cuaca di

wilayah pegunungan utara cenderung buruk. Musim panas di Korea Utara cenderung

singkat, panas, lembab dan berhujan karena angin muson selatan dan tenggara yang

membawa uap air dari Samudra Pasifik. Rata-rata suhu tinggi dan rendah setiap hari

untuk Pyongyang pada bulan Agustus adalah 29 ° C dan 20 ° C. Rata-rata, sekitar 60%

dari semua curah hujan terjadi dari bulan Juni sampai September. Topan mempengaruhi

semenanjung Korea, rata-rata setidaknya sekali setiap musim panas. Musim semi dan

musim gugur adalah musim peralihan ditandai dengan suhu ringan.20

19

Ibid. 20

North Korea: Climate, diakses melalui https://archive.is/20121212003435/lcweb2.loc.gov/cgi-bin/query/r?frd/cstdy:@field(DOCID+kp0031)#selection-105.0-109.7 pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 15:11 WIB

25

Sebelum Korea Utara menjadi negara sendiri, Semenanjung Korea terdiri dari

wilayah bagian utara dan selatan, lalu Semenanjung Korea terbagi dua pada garis 38

derajat. Bagian utara Semenanjung Korea diduduki oleh Uni Soviet sedangkan bagian

selatan diduduki oleh Amerika Serikat. Dua negara itu merupakan anggota negara

sekutu yaitu pemenang perang dunia II.21

Pembagian wilayah ini terjadi secara sepihak

oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada bulan Juli-Agustus 1945 serta bersifat

kontradiktif dengan Konferensi Kairo 1943 yang sebelumnya menyatakan jika Korea

harus menjadi Negara yang bersatu. Namun Konferensi Yalta yang terjadi pada bulan

February 1945 mengizinkan Uni Soviet (pemerintahan Stalin) untuk mendirikan zona

penyangga sebagai Negara satelit di Moskwa untuk membantu perang melawan

Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik.22

21

Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed, Memahami Politik Korea, (Yogyakarta: Gadjah Mada Univerty Press, 2005), h. 237 22

Kathryn Weathersby, “SOVIET AIMS IN KOREA AND THE ORIGINS OF THE KOREAN WAR, 1945-1950: NEW EVIDENCE FROM RUSSIAN ARCHIVES”, Woodrow Wilson International Center For Scolars, Working Paper No. 8, 1993, h. 10

Gambar 2.1 : Curah Hujan Musim Panas Korea Utara

Sumber : http://www.angelfire.com/gundam/sartohalim/alam.htm

Gambar 2.2 : Curah Hujan Musim Dingin Korea Utara

Sumber : http://www.angelfire.com/gundam/sartohalim/alam.htm

26

Uni Soviet dan Amerika Serikat berusaha untuk membentuk pemerintahan pada

masing-masing wilayah yang pada akhirnya terbentuk Democratic People of Republic

Korea atau yang dikenal dengan Korea Utara dan Republic of Korea yang dikenal

dengan sebutan Korea Selatan. Pemisahan kekuasaan Korea Utara dan Korea Selatan ini

diketahui dan dibawah arahan PBB, hal ini dilakukan karena tidak adanya titik temu

antara Uni Soviet dan Amerika Serikat dalam mengimplementasikan amanat PBB

dalam penyatuan terhadap wilayah Korea.23

Pertempuran pertama kali berlangsung ketika Korea Utara untuk pertama

kalinya melakukan serangan ke wilayah Korea Selatan. Dalam serangan tersebut sangat

terlihat keunggulan Korea Utara dalam berbagai lini bila dibandingkan dengan Korea

Selatan. Korea Utara yang memang didukung sepenuhnya oleh pihak Uni Soviet dalam

bidang persenjataan melakukan serangan dari darat dan udara. Korea Selatan terlihat

tidak dapat menandingi kekuatan Korea Utara tersebut, hal ini dikarenakan pada masa

itu, Korea Selatan masih belum mempunyai persenjataan dan kekuatan pertahanan yang

cukup untuk menandingi kekuatan Korea Utara. Korea Selatan pada masa itu tidak

sepenuhnya didukung oleh Amerika Serikat dalam berbagai hal, termasuk dalam militer

dan persenjataan. Hal ini dikarenakan pada masa itu, Amerika Serikat tidak sepenuhnya

memberikan perhatian terhadap kawasan semenanjung Korea, terutama Korea Selatan

yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka ketika Amerika Serikat turut menjadi

trigger pembentukan Republic of Korea. Amerika Serikat juga pada masa itu terlihat

belum melihat signifikansi pentingnya semenanjung Korea. Sedangkan dari sisi Korea

23

William Stueck, Op.Cit., h. 26-27.

27

Utara yang terus didorong oleh kekuatan ideologi komunis Uni Soviet ingin sekali

melakukan proses penerapan ideologi komunis secara keseluruhan di kawasan

semenanjung Korea yang memang diharapkan oleh Uni Soviet dan Cina.24

Gambar 2.3 : Peta alur serangan Korea Utara terhadap wilayah Korea Selatan Sumber : Google

Dalam melakukan serangan balasan, pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin

oleh Presiden Harry S. Truman terlihat lambat dalam mengambil keputusan untuk

mendukung Korea Selatan di pertempuran semenanjung Korea. Bahkan yang

mengambil inisiatif terlebih dahulu dalam membalas serangan yang dilakukan oleh

Korea Utara tersebut adalah Jenderal Douglas MacArthur yang bertindak sebagai

komandan pertahanan Amerika Serikat yang berkedudukan di Tokyo. Tindakan

MacArthur tersebut dilakukan, terutama untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat

di kawasan semenanjung Korea. Namun tanpa dukungan kekuatan yang memadai dari

24

William Stueck, Op.Cit., h. 3-9.

28

Washington yang lambat dalam mengambil keputusan, serangan balasan yang

diperintahkan MacArthur dari Tokyo tetap tak sanggup menandingi kekuatan Korea

Utara yang didukung oleh persenjataan Uni Soviet, dan pada tanggal 27 Juli 1953, pihak

Amerika Serikat menyatakan untuk melakukan gencatan senjata mengenai pertempuran

selama tiga tahun tersebut dan mengakui keunggulan Korea Utara. Tanggal tersebut

hingga kini terus dikenang oleh seluruh warga negara Korea Utara akan kemenangan

dalam perjuangannya melawan pasukan Amerika Serikat yang terjadi selama Perang

Korea. Persetujuan gencatan senjata antara Korea Utara dengan Amerika Serikat secara

penuh mengakhiri Perang Korea yang telah berlangsung sejak tahun 1950

Sesuai dengan konferensi 3 Menteri yakni Amerika Serikat, Inggris dan Uni

Soviet di Moskow, kedua negara mendirikan pemerintahan perwakilan di bagian Utara

dan Selatan selama 5 tahun dibawah kontrol PBB. Sebelah Utara Korea, Amerika

memberikan dukungan kepada Kim Il Sung dalam menjalankan pemerintahannya yang

didasari pada pemikiran komunis sedangkan di belahan Selatan Amerika menunjuk

Rhee Syngman sebagai pemimpin Korea Selatan. Februari 1946, Kim Il Sung

membentuk sebuah komite Rakyat dan di Selatan Rhee Syngman mempersiapkan

Pembentukan Dewan Perwakilan Demokratis di Korea Selatan yang kemudian diajukan

kepada PBB. 25 PBB memutuskan bahwa kelahiran pemerintahan Korea dapat

ditetapkan melalui penyelenggaraan pemilihan umum oleh seluruh rakyat Korea.

Keputusan ini membuat Amerika Serikat membentuk sebuah Komisi sementara

PBB untuk Korea yang diberi nama UNTCOK sebagai pengawas pemilu, namun

25

K.C. Kim , The Land and That War Protected, (New York Times , Opinion, December, 2002)

29

keputusan ini ditolak oleh Korea Utara bahwasanya pemilihan umum hanya dilakukan

di wilayah Korea Selatan pada Mei 1948. Pemilihan umum inilah yang merupakan titik

pangkal kelahiran Republik Korea Selatan dengan berlandaskan sistem demokrasi dan

kapitalisme pada tanggal 15 Agustus 1948 dengan Rhee Syngman sebagai Presidennya.

Pemilu ini dibalas oleh Korea Utara pada 23 Agustus di tahun yang sama dengan Kim Il

Sung sebagai Perdana Menteri pertama. Kedua belah pihak baik Korea Selatan maupun

Korea Utara merasa pemerintahannya sama-sama benar sehingga pada akhir tahun 1948

Uni Soviet memutuskan untuk mengundurkan diri dari Korea Utara.26

2.2. Perkembangan Sosial Korea Utara

Pasca berakhirnya masa penjajahan pasukan Jepang di Semenanjung Korea serta

kedekatan Uni Soviet di Korea Utara, Korea Utara menyerap ideologi yang dibawa oleh

Uni Soviet. Ideologi sosial-komunis tidak serta merta diterapkan secara mentah, tetapi

ada beberapa nilai yang dibedakan dari ideologi Uni Soviet. Masa kepemimpinan Kim

Jong-Il dengan mewariskan ajaran Kim Il Sung, Juche menjadi sebuah ideologi resmi di

Korea Utara dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.27

Kehidupan sosial dan budaya Korea merupakan pemikiran strategis yang

memprioritaskan kekuatan dan kemampuan militernya. Dilihat dari sejarah berdirinya

negara tersebut. Korea Utara berusaha meyakinkan kepada dunia internasional bahwa

militer yang dimiliki Korea Utara layak diperhitungkan dan diinterpretasikan dengan

26

Don Oberdorfer dan Robert Carlin, The Two Koreas; A Contemporary History, (Massachussets: Addison-Weasley Longman, 2003) 27

Kathryn Weathersby , “Dependence and Mistrust: North Korea’s Relations with Moscow and the Evolution of Juche”, Working Paper Series, WP 08-08, Visiting Scholar U.S.‐Korea Institute, SAIS, 2008, h. 3

30

persiapan senjata nuklir yang mampu membuat negara-negara lain terguncang terutama

Korea Selatan dan Amerika Serikat. Dengan propaganda pemerintahannya, maka

pemimpin Korea Utara memberikan pemahaman kepada masyarakatnya dengan

mengkonstruksi budaya melalui pemikiran strategis sebagai hasil dari karakter yang

dibangun oleh seorang pemimpin negara.

2.3. Sistem Pemerintahan dan Politik Korea Utara

Korea Utara terkenal sebagai salah satu negara yang paling isolasionis di dunia

intenasional dan berbanding terbalik dengan tetangganya yakni Korea Selatan. Di saat

Korea Selatan tengah gencar-gencarnya menyebarluaskan Korean Wave-nya28

di

seluruh dunia, Korea Utara justru mengisolasi diri dan fokus pada pengembangan nuklir

dengan pemerintahan yang diktator. Korea Utara merupakan negara komunis dengan

satu pemimpin diktator. Media yang ada di Korea Utara dimiliki dan dikontrol oleh

pemerintah. Berbeda dengan kondisi di Korea Selatan yang memiliki strategi ekonomi

pasar ekspor, Korea Utara justru terfokus pada kemandiriaan dan menjadi salah satu

negara paling isolasionis dan anakronis dengan mengikuti model pemerintahan

totalitarianisme seperti Uni Soviet dan Cina.29

28

Fenomena Hallyu yang berarti Korean Wave atau Demam Korea mengacu pada popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup film dandrama, musik pop, animasi, games dan sejenisnya. Istilah “Korean Wave” (“Hallyu” dalam bahasa Korea) dipopulerkan oleh media China kurang lebih sepuluh tahun lalu untuk menunjuk pada ke populeran budaya pop Korea di Cina. Perkembangan itu dimulai dengan ekspor drama telivisi (mini seri) Korea Selatan ke Cina pada akhir tahun 90-an. Sejak saat itu, Korea Selatan telah muncul sebagai pusat baru bagi produksi budaya populer antar negara, mengekspor serangkaian produk-produk budaya ke negara-negara tetangga di Asia. Sumber: The Korean Wave A New Pop Culture Phenomenon, Korean Culture and Information Service Ministry of Culture, Sports and Tourism, 2011, h. 11 29

Michael J. Seth, A History of Korea From Antiquity to the Present, (United Kingdom: Rowman & Littlefield Publishers, Inc, 2011), h. 340

31

Korea Utara adalah negara yang menyatakan secara sepihak sebagai negara yang

percaya dan bergantung kepada kekuatannya sendiri. Rezim yang berlaku di Korea

Utara yakni, politik yang dikuasai satu partai, kekuasaan tunggal dan kekuasaan yang

diwariskan. Semua negara sosialis paling sering ditemukan memiliki kekuasaan satu

partai, partai yang berkuasa secara ideologi menempati posisi teratas dalam struktur

kekuatan nasional. Secara nyata partai tersebut menguasai legislatif, administratif dan

yudikatif.30

Sistem politik Korea Utara dibangun di atas prinsip sentralisasi. Sementara

Konstitusi Korea Utara secara resmi menjamin perlindungan hak asasi manusia, dalam

prakteknya terdapat batas pada kebebasan berekspresi, dan pemerintah secara erat

mengawasi kehidupan masyarakat Korea Utara. Konstitusi mendefinisikan Korea Utara

sebagai "kediktatoran demokrasi rakyat" di bawah kepemimpinan Partai Buruh Korea,

yang diberikan supremasi hukum atas partai politik lainnya.

Tabel 1.1 : Struktur Kelembagaan Korea Utara

Struktur Fungsional

Politik

Struktur politik Korea Utara terdiri dari:

1) Presiden yang merupakan kepala negara sekaligus

sebagai panglima tertinggi militer dan pemimpin

Komisi Pertahanan Nasional

2) Kekuasaan negara terkonsentrasi pada partai, dan

kekuasaan di dalam partai itu dimiliki oleh satu

orang secara eksklusif yang merupakan ciri dari

kediktatoran

3) Majelis Agung Rakyat (Supreme People’s

Assembly) yang merupakan “highest organ of state

power”

4) Badan Eksekutif dan Administratif yang

30

Colin Dürkop dan Min-Il Yeo, “North Korea after Kim Jong Il: Political and social perspectives ahead of the expected change of power”, KAS INTERNATIONAL REPORTS. Diakses melalui http://www.kas.de/wf/doc/kas_23605-1522-2-30.pdf?110811114309 pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 16:17 WIB

32

berhubungan dengan pembuatan kebijakan dan

pengawasan administrasi pemerintahan

5) Tentara Rakyat Korea adalah nama untuk angkatan

bersenjata Korea Utara. Tentara ini memiliki empat

cabang: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan

Udara dan Departemen Keamanan Negara.

Jumlah Partai

1) Korea Utara adalah negara yang menganut sistem

satu partai, atau sistem partai monolitis. Partai yang

memerintah adalah Front Demokratik untuk

Reunifikasi Tanah Air, sebuah koalisi Partai Buruh

Korea dan dua partai kecil lainnya, Partai

Demokratik Sosial Korea dan Partai Chongu

Chondois. Partai-partai ini mengajukan semua

calon untuk menempati posisi pemerintahan dan

memegang semua kursi di Majelis Tertinggi

Rakyat.

2) Partai berkuasa yang memusatkan ideologi

menempati posisi teratas dalam struktur kekuatan

nasional, dimana secara nyata menguasai kekuatan

legislatif, administratif dan judikatif secara

keseluruhan. Partai bukan hanya menguasai 3

lembaga itu, melainkan juga memimpin organisasi

sosial dan kehidupan rakyat. Oleh karena itu, Korea

Utara bisa dikatakan sebagai „negara yang

dipimpin partai‟.

Partai yang paling berkuasa di Korea Utara adalah Partai Buruh Korea. Partai

Buruh Korea telah berkuasa sejak pembentukannya pada tahun 1948. Penguasaan secara

tunggal ini memiliki konsentrasi terhadap partai dan hanya ada satu pemimpin dalam

partai. Dalam masyarakat Korea Utara, seorang pemimpin merupakan sebuah lambang

tekat dan keinginan partai dan merupakan pusat kekuatan untuk mengorganisir kegiatan

politik secara terpadu dan utuh. Dalam sistem politik dan pemerintahannya, Korea Utara

memiliki sebuah sistem kepemimpinan yang diwariskan dan bersifat dinasti. Persiapan

pewarisan kekuasaan ini sudah dimulai sejak tahun 1970 dan disempurnakan oleh Kim

Il-Sung dan kemudian diturunkan kembali kepada Kim Jong-Il secara filsafat untuk

33

menjadi pemimpin berikutnya dan begitu seterusnya. Adapun partai yang menguasai

Korea Utara adalah Partai Buruh. Terdapat pula dua partai kecil lainnya yang dimiliki

Korea Utara yakni, Partai Demokratik Sosial Korea dan Partai Chongi Chondois. Partai-

partai ini mengajukan semua calon untuk menempati posisi pemerintahan dan

memegang semua kursi di Majelis Tertinggi Rakyat.

Gambar 2.4 : Sistem Partai Korea Utara Sumber : World KBS

Menurut konstitusi, Korea Utara adalah Republik Demokratik dan Majelis

Tertinggi Rakyat (SPA) dan Majelis Provinsi Rakyat (PPA) dipilih dengan pemilihan

umum langsung dan secara rahasia. Hak pilih dijamin kepada semua warga negara

berusia 17 tahun dan lebih. Presiden pertama Korea Utara yakni Kim Il-Sung pada

tahun 1994 memperoleh gelar “presiden abadi”. Pola pemerintahan diktator yang di

pimpin oleh Kim Il-Sung membawa Korea Utara menekankan pada pola pembangunan

yang sama dengan Uni Soviet yakni terpusat dan taat pada rencana pembangunan.

Negara memiliki semua sektor industri dan agrikultur, sementara semua bisnis dan

industri swasta dihapus pada tahun 1950an. Negara mengumpulkan semua komoditas

34

dan mendistribusikannya, hingga semua alokasi makanan, pakaian, dan kebutuhan dasar

masyarakat didistibusikan dari pusat.31

Kim Il-Sung lebih memfokuskan pada pengembangan industri berat yang bisa

meningkatkan ekonomi industri dan memperkuat militer daripada produksi barang-

barang jadi. Industri tersebut berkembang pesat dengan Uni Soviet dan negara-negara

Eropa Timur, serta Cina yang menyuplai bantuan untuk Korea Utara. Namun sejak

tahun 1960an Uni Soviet terus mengurangi bantuannya hingga ketika Perang Dingin

berakhir pada tahun 1990an, sehingga Korea Utara mulai berdiri secara independen.32

Korea Utara tengah melakukan reformasi sosialis. Sistem sosialis yang

digunakan oleh Korea Utara sangat berbeda dengan negara sosialis lainnya, seperti Uni

Soviet dan Cina. Korea Utara membantah telah mengadopsi pendekatan berorientasi

pasar yang dipilih oleh Uni Soviet dan Cina, namun Korea Utara mengklaim bahwa

pembangunan Kaegon dan upaya perbaikan Kaeson diarahkan untuk membangun

negara yang kuat dan ekonomi yang mandiri. Kebijakan ekonomi didesain oleh para

pembuat kebijakan yang merupakan hasil dari pilihan kolektif karena paksaan. Dengan

adanya sistem diktator, semua proses reformasi masih dikontrol oleh pemimpin agar

perubahan yang terjadi tetap sesuai dengan sistem pemerintahan.33

Korea Utara telah berhasil mencapai ideologi kolektif yang tercermin dalam

ideologi juche. Pada Agustus 1998 Korea Utara berhasil mencapai kekuatan militer.

Namun, pemerintah Korea Utara masih memiliki tugas untuk memajukan dan

31

Michael J. Seth, Op. Cit., h. 342 32

Ibid. 33

Andraina A.F, “Sosialisme dan Dictatorship di Korea Utara”, diakses melalui http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail103088East%20Asian%20StudiesSosialisme%20dan%20Dictatorship%20di%20Korea%20Utara.html pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 17:20 WIB

35

menguatkan ekonomi negara. Pemerintah Korea Utara pun mereorganisir struktur

politiknya dan mulai memperbaiki krisis melalui implementasi perencanaan ekonomi

domestik. Selain itu, sistem negara dibangun ulang melalui revisi konstitusi yang

disebut dengan Konstitusi Kim Il-Sung.34

Kebijakan diktator yang berada di Korea Utara terlalu terfokus pada kekuatan

militer, sehingga pemerintah kurang memperhatikan aspek sosial dan kebutuhan rakyat.

Peran dominan militer terlihat pada kebijakan military-first, dimana para anggota

Komisi Pertahanan Nasional (National Defense Commision/ NDC) dan jenderal militer

menduduki posisi utama dalam hierarki politik. Pembangunan Korea Utara yang

sosialis dinilai kurang tepat. Hal ini terlihat sejak awal Korea Utara berdiri, terjadi

berbagai kelangkaan makanan yang menyebabkan meningkatnya angka kelaparan, obat-

obatan, energi, dan kebutuhan dasar manusia lainnya, secara normatif hal tersebut tidak

seharusnya terjadi di negara sosialis.

2.4. Sistem Ekonomi Korea Utara

Sistem ekonomi adalah strategi suatu Negara mengatur kehidupan ekonominya

untuk mencapai sebuah kemakmuran. Sistem ekonomi pada suatu negara ada 2 fakor

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kegiatan ekonomi timbul karena adanya

persamaan dalam usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Perbedaan

tersebut menimbulkan berbagai bentuk dan sistem ekonomi yang berlaku di setiap

negara.

34

Young Chul Chung, “North Korean Reform and Opening: Dual Strategy and ‘Silli (Practical) Socialism”, Pacific Affairs, vol. 77, no. 2, 2014, h. 288

36

Sistem pada dasarnya merupakan suatu organisasi besar yang menjalin berbagai

subjek dan perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Dengan demikian,

sistem ekonomi dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan menjalin

hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan

kehidupan. Pelaksanaan suatu sistem ekonomi di suatu negara didasari oleh ideologi,

cara pandang (filosofi), agama, dan kepentingan politik yang berlaku di negara tersebut.

Korea Utara merupakan satu-satunya negara yang tertutup dari hubungan

internasional dengan negara lain, jika terdapat pernyataan bahwa kondisi global saat ini

menyebabkan suatu negara tidak dapat menghindari adanya ekonomi terbuka, maka

negara Korea Utara adalah sebuah pengecualian. Tidak hanya karena isolasionisme

terhadap pasar bebas, Korea Utara juga dikenal dengan rezim pemerintahnya yang

sosialis-otoriter serta penekanannya terhadap kebebasan dunia luar kepada

masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena kedekatan hubungan dengan Uni Soviet

paska mundurnya Jepang dari Korea pada akhir perang dunia ke II membuat Korea

Utara memiliki ideologi yang mirip dengan yang dianut oleh Uni Soviet, yaitu ideologi

sosialis-komunis.

Korea Utara menganut sistem ekonomi sosialis, yakni sistem yang memberikan

kebebasan yang cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi

tetapi ada campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk

mengatur tata kehidupan perekonomian negara.35

Jika masyarakat (individu) dibiarkan

35

Denni Hidayat, “KOREA UTARA CONTOH NEGARA DENGAN SISTEM PEREKONOMIAN TERTUTUP”, 2016, diakses melalui http://ekonome.id/2016/11/korea-utara-contoh-negara-dengan-sistem-perekonomian-tertutup/ pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 19:21 WIB

37

secara bebas menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnisnya tanpa ada pengawasan dari

pemerintah maka akan terjadi ketimpangan penguasaan sumber-sumber ekonomi dan

akan terjadi penindasan ekonomi oleh masyarakat kaya terhadap masyarakat miskin.36

Akibat dari sistem yang dianut oleh Korea Utara yang mengakibatkan Korea Utara

mengalami masalah ekonomi yang parah, seperti kelaparan dan penurunan gizi.

36

Budi Wahyono, “Sistem Perekonomian: Sistem Komando/Terpimpin/Sosialis”, diakses melalui http://www.pendidikanekonomi.com/2016/01/sistem-perekonomian-sistem.html pada tanggal 16 Februari 2017 pukul 19:23 WIB