Post on 06-Feb-2023
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)
DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu
Administrasi Negara
PEPY NOVIA HIDAYAH
NIM 060381
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG 2012
“Jadikanlah Sabar dan Shalat sebagai Penolongmu”
(QS. Albaqarah: 153)
Kupersembahkan hasil karya kecilku ini untuk kedua orang tuaku
tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayang yang tak
terhingga, Kakak- kakakku tersayang dan semua orang yang selalu
mendukung serta memberi semangat dalam setiap langkah hidupku,
Terimakasih atas semuanya …
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan :
Nama : Pepy Novia Hidayah
NIM : 060381
Fakultas/Prodi : FISIP/Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan telah melaksanakan kegiatan penyusunan skripsi dengan judul penelitian “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di
Kecamatan Taktakan Kota Serang” secara orisinil. Apabila suatu saat diketahui bahwa skripsi ini
merupakan plagiat atau hasil penjiplakan dari skripsi lain, maka gelar yang diperoleh peneliti
dapat dicabut sesuai dengan ketentuan.
Serang, Desember 2011
ABSTRAK
Pepy Novia Hidayah. NIM. 060381. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang.
Program Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. 2011.
Kata kunci: Kebijakan Publik, Faktor-Faktor Keberhasilan, Program Keluarga Berencana (KB)
Penelitian ini dilakukan dengan fokus penelitian Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota
Serang. Dengan Rumusan Masalah yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan
Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan Program
Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif.
Teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu implementasi kebijakan Publik menurut
Model George C. Edward III. Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward
III disebut dengan Direct and Indirect impact in implementation. Menurut model yang
dikembangkan oleh Edward III ada empat faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan yaitu faktor sumber daya, komunikasi, disposisi dan
struktur birokrasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan
studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan
Huberman.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan yaitu faktor sumber daya yang terdiri
dari pegawai yang memilki dedikasi yang tinggi terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan
program. Kemudian sarana dan prasarana yang didukung dengan fasilitas lapangan dan fasilitas
kesehatan. Selain itu faktor komunikasi yaitu cara kominikasi dilakukan terhadap masyarakat
melalui pendekatan dari berbagai pihak seperti pemerintah, tokoh masyarakat, serta tokoh
agama. Kemudian perubahan persepsi dari masyarakat yang sudah mulai timbul kesadaran untuk
ber-KB.
ABSTRAC
Pepy Novia Hidayah. NIM. 060381. Analysis of the factors influence the success of the
Family Planing Program in district Taktakan Serang City. Public Administration
Department, Faculty of Social and Political, University of Sultan Ageng Tirtayasa, 2012.
Keyword: Public Policy, Success Factors, Family Planing Program
The Research was conducted focus of the research analysis of the factors influences the
success Family Planing Program in district Taktakan town of Serang. With a problems formulas,
the factors who influences the success Family Planing Program in district Taktakan town of
Serang. The purpous of this research is to find out what factors affect the success of Family
Planing Program in district Taktakan town of Serang. Researchers use qualitative research
methods.The theory is used toanalyse the Implementation of public policy according to the
Model of George C. Edward III. Policy implementation model. developed by Edward III “
Direct and Indirect impact in implementation”. Aaccording to the model developed by Edward
III there are four factors who influence the success of failure of implementation of apolicy are
the resource factors, communication, disposition and bureaucracy structure. Data collection
techniques used are interviews, observation and study of documentation. Techniques of data
analysis using the techniques of data analiysis according to Miles and Huberman. The research
concluded the factors who influences the success of Family Planing Program in district
Taktakan. Resource factors from employees who have high dedication to the success of the
implementation of the program policies then infrastructure supported by field facilities and
medical facilities. The communication factor is how communication to the society through the
approach of various parties such as Government, community leaders, and then religious figures.
Then make a change in the perception of the society who had started to arise awareness for
Family Planing Program.
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya bagi
kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta tak lupa juga kita yang senantiasa selalu
istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya. Dan berkat Rahmat, Karunia, dan Ridho-Nya pula
peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
Hasil penelitian yang selanjutnya dinamakan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa dengan Judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) Di Kecamatan Taktakan Kota Serang”.
Hasil penelitian ini tentunya tak lepas dari bantuan Kedua Orang Tuaku, Ibunda Hj.
Supenti dan Ayahanda H. Abdullah Komar yang selalu memberikan do‟a, nasihat, cinta dan
kasih sayang kepada peneliti yang tak hentinya serta bantuan banyak pihak yang selalu
mendukung peneliti secara moril dan materil Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Mpd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UNTIRTA.
4. Mia Dwianna M., S.Sos., M.Ikom. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UNTIRTA.
5. Gandung Ismanto, S.Sos, M. M. selaku pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UNTIRTA.
6. Rina Yulianti S.IP, M.Si. selaku ketua jurusan Administarasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UNTIRTA yang telah memberikan nasihat, pengarahan, motivasi yang
sangat berharga kepada peneliti. Serta kepada
7. Anis Fuad, S.Sos. selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UNTIRTA.
8. Listyaningsih, S. Sos., M. Si selaku Dosen Pembimbing akademik.
9. Gandung Ismanto, S.Sos, M. M selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.
10. Yeni Widyastuti, S. Sos, M. Si selaku Dosen Pembimbing II Skripsi
11. Arenawati, S. Sos, M. Si. selaku penguji seminar Proposal Skripsi dan penguji Sidang
Skripsi.
12. Ipah Ema J.,M.Si. selaku penguji Sidang Skripsi.
13. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA yang membekali
penulis dengan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.
14. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang
beserta Staff khususnya di Bidang KB yaitu Bapak Apay Supardi S. IP, M. Si selaku
Kasubag KB yang telah memberi banyak informasi mengenai Program Keluarga Berencana.
15. Kepala Ibu Emi, S. Sos selaku Kepala, Ibu Sri Endah S. Sos selaku Kasubag dan Bapak
Indra Cahyadi, S. Sos. I, MM dan Bapak Panji Gerhana selaku PLKB di UPT BPMPKB
Kecamatan Taktakan yang telah memberi banyak informasi mengenai Program Keluarga
Berencana serta izin Penelitian.
16. Kepala Kecamatan Taktakan Beserta Staff nya yang telah memberi izin Penelitian.
17. Seluruh Informan yang turut memberikan informasi dalam menyelesaikan penelitian ini.
18. Kakak-kakakku tercinta yang selalu sabar memberikan nasehat, motivasi baik secara materil
maupun non materil, dan doa kepada peneliti hingga saat ini.
19. Sahabat ku Ica, Abel, Manir, Ani, Wati, ling-ling. Terima kasih atas Doa dan dorongannya
dan untuk semua waktu yang pernah kita lalui, teman berbagi, serta kebersamaan yang tidak
lekang waktu.
20. Sahabat-sahabat ku kelas C ANE angkatan 2006. Asih, Nina, Santi, Ratna, Dona, Desi, Edah,
Ikoh, Indah, Dian, Jane, Ujang, Acho, Azhar, Eko, Icha, Pepy, Ephan, Lutvia atas
kebersamaannya di kelas C. Semoga kita semua sukses di masa depan dan akan selalu
menjalin silaturahmi. Amiin…
21. Sahabat seangkatan ANE 2006 Teman-teman kelas A dan B yang tidak bisa ku sebutkan satu
persatu.
22. Semua pihak yang telah membantu peneliti hingga selesainya skripsi ini.
Selain itu, peneliti menyadari pula banyaknya kekurangan dari apa yang telah coba
dipaparkan dan dibahas dalam hasil penelitian ini. Maka dari itu peneliti dengan segala
keterbukaan, kerendahan hati, dan juga kelapangan dada, bersedia menerima segala masukan
baik itu saran dan kritik yang dapat membangun peneliti dalam melangkah dan memutuskan,
serta membuat karya lebih baik dan lebih bermanfaat lagi untuk kemudian hari.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
LEMBAR ORIGINALITAS
ABSTRAK ........................................................................................ i
ABSTARC ......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................... 16
1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................... 17
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................ 17
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................... 17
1.6 Sistematika Penulisan ………………………………….. 19
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Pengertian Kebijakan ............................................ 20
2.1.2 Pengertian Publik .................................................. 23
2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik ................................. 24
2.1. 4 Pengertian Implementasi Kebijakan ..................... 30
2.1.5 Implementasi Kebijakan Model Edward III ......... 35
2.1.6 Pengertian Penduduk ............................................ 40
2.1.7 Keluarga Berencana ............................................. 42
2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................... 52
2.3 Asumsi Dasar ................................................................. 54
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ........................................................... 55
3.2 Instrumen Penelitian ....................................................... 56
3.3 Tekhnik Penelitian .......................................................... 57
3.4 Informan Penelitian ........................................................ 60
3.5 Tekhnik Analisi Data ...................................................... 62
3.6 Pengujian Validitas ........................................................ 65
3.7 Lokasi Penelitian ............................................................ 68
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................. 70
4.2 Deskripsi Data ................................................................ 76
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ...................................... 76
4.2.2 Daftar Informan ...................................................... 79
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian........................................... 82
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................... 112
5. 2 Saran .............................................................................. 114
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Peserta Keluarga Berencana Aktif di Kota Serang ............ 7
Tabel 1.2 Akseptor Baru Menurut Pemakaian Alat Kontrasepsi Di
Kota Serang Tahun 2010 .................................................... 8
Tabel 1.3 Pencapaian Target Akseptor Baru Keluarga Berencana Di
Kota Serang Tahun 2010 ................................................... 8
Tabel 1.4 Jumlah Pengguna KB di Kecamatan Taktakan .................. 10
Tabel 1.5 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I ................ 11
Tabel 1.6 Jumlah Bayi Lahir di Kecamatan Taktakan ...................... 12
Tabel 3.1 Informan Penelitian ............................................................ 62
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................ 69
Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Taktakan ................... 71
Tabel 4. 2 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Taktakan .......... 72
Tabel 4.3 Jumlah Sarana Pelayanan KB di Kecamatan Taktakan ... 73
Tabel 4. 4 Jumlah Akseptor KB Menurut Alat/Cara Kontrasepsi Yang
Digunakan di Kecamatan Taktakan …… ………………. 71
Tabel 4.5 Indikator Pertanyaan ………………………………........ . 78
Tabel 4.6 Daftar Informan…………………………………………. 79
Tabel 4.7 Latar Belakang Pendidikan Pegawai UPT BPMPKB
Kecamatan……………………………………………….. 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Segitiga Perumusan Kebijakan ........................... 28
Gambar 2.2 Kejelasan Makna Kebijakan Publik ............................... 34
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir .......................................................... 53
Gambar3.2 Analisis Data menurut Miles dan Huberman .................. 63
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian
LAMPIRAN 2 Catatan Lapangan
LAMPIRAN 3 Matriks Hasil Wawancara Sebelum Reduksi Data
LAMPIRAN 4 Matriks Hasil Reduksi Data
LAMPIRAN 5 Panduan Wawancara
LAMPIRAN 6 Member Chek
LAMPIRAN 7 Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN 8 Rekapitulasi Hail Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan Tahun 2010
Kecamatan Taktakan
LAMPIRAN 9 Kecamatan Taktakan dalam angka 2011
LAMPIRAN 10 Jumlah Data Kelahiran dan Kematian Bayi Tahun 2011
LAMPIRAN 11 Daftar Nama Petugas Pendata Kecamatan Taktakan
LAMPIRAN 14 Riwayat Hidup Peneliti
LAMPIRAN 15 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Memiliki keturunan adalah bagian tidak terpisahkan dari eksistensi manusia. Namun,
memiliki keturunan dalam jumlah tidak terkendali, dapat menjadi ancaman terbesar bagi
kelangsungan eksistensi itu sendiri. Perspektif seperti itu relevan untuk situasi dan kelangsungan
eksistensi manusia Indonesia, yang lebih makmur, lebih sejahtera. Terutama berkaitan dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang kian lama kian mengkhawatirkan.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6
juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode
1990-2000, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan maka
setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta
jiwa.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar
9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap
detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa).
Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen) disebabkan
oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa
dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa.
1
Laju pertumbahan penduduk di Indonesia sangat cepat dan terus meningkat. laju
pertumbuhan penduduk harus segera ditanggani dan mendapat perhatian serius dari pemerintah
juga masyarakat karena jumlah penduduk Indonesia pada saaat ini sudah mencapai 237,6 juta
jiwa dan merupakan urutan ke-empat dunia setelah Cina yang berjumlah 1,3 milyar jiwa, India
yang berjumlah 1,1 milyar jiwa dan Amerika Serikat yang berjumlah 350 juta jiwa
(www.majalahforum.com: 23 Mei 2011 diakses jam 09. 00 WIB)
Tingkat Pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi dan tiak diatur serta dibatasi akan
berdampak negatif pada berbagai bidang kehidupan, baik itu kehidupan bidang sosial, ekonomi
maupun politik juga berpengaruh terhadap penggunaan kehidupan masyarakat yang pada
gangguan kemanan, ketertiban masyarakat dan akhirnya berpengaruh pula pada kegiatan
pembagunan nasional.
Upaya pemerintah untuk menahan ledakan penduduk ini, yaitu dengan suatu program
yang dikenal dengan istilah Keluarga Berencana. Keluarga berencana merupakan program yang
digalakkan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Hal ini disebabkan
jumlah penduduk indoneisa menduduki posisi nomor empat terbanyak di dunia. Jika tidak
dikendalikan maka ledakan penduduk ini akan mejadi masalah sosial yang bisa menggagu
pembangunan bangsa.
Keluarga Berencana (KB) menurut WHO (1970) adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mengetahui kelahiran yang diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diiinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu pada
saaat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan utama pelaksanaan program keluarga berencana adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan
berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga
tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi. Dengan
demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat.
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah yang telah berhasil
meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam ber KB yakni pada tahun 1990 hanya 12,49
persen meningkat pada tahun 2010 menjadi 68,13 persen. Sebaliknya untuk angka
kelahiran (TFR ) mampu diturunkan, pada tahun 1980 sebesar 4,99 per wanita menjadi 2,7 per
wanita. (http://www.ipkbkaltim.com: diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)
BKKBN Kaltim selain berupaya meningkatkan keikutsertaan KB dan menurunkan angka
kelahiran juga melakukan berbagai upaya di antaranya melakukan pembinaan terhadap para
remaja dengan membentuk Pusat Informasi Konseling (PIK) yang tersebar di 14
Kabupaten/kota yang jumlahnya mencapai 277 Pik Remaja. Selain itu pula melakukan
pembinaan dan mengembangkan kemandirian keluarga, khususnya bagi keluarga Pra sejahtera
dan KS I, dengan membentuk usaha ekonomi produktif melalui usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Sejahtera (UPPKS) jumlahnya telah mencapai 425 kelompok.
(http://www.ipkbkaltim.com: diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)
Kota Tegal, kota yang berhasil melaksanakan program KB, kesadaran warga Kota Tegal
yang telah mendukung pemerintah dengan turut serta melaksanakan program pengendalia
penduduk melalui Keluarga Berencana ( KB ). Kota Tegal mendapatkan penghargaan dari
Pemerintah Pusat berupa Manggala Karya Kencana. Penghargaan tersebut merupakan bukti
prestasi Kota Tegal di Bidang KB. Penghargaan yang diberikan kepada Kota Tegal karena
cakupan atau indikator penilaian seperti peserta KB Aktif (PA), peserta KB Baru (PB),
konseling, informasi dan edukasi tercapai. Kota Tegal juga berhasil dalam peningkatan
pelayanan KB.
Peserta KB aktif di Kota Tegal mencapai 37.134 akseptor yang terdiri dari
3.307 pengguna IUD, Medis Operasi Wanita ( MOW ) atau streril sejumlah 2.933, Medis
Operasi Pria ( MOP ) atau vasektomi 51, pengguna kondom 888, implant 3.097, suntik 23.260
dan pil 3.598. Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS ) mencapai 49.652 sehingga jika
diprosentasekan mencapai 74,78 %.
Dari jumlah PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah mereka yang sedang
hamil sejumlah 1.134, ingin anak segera 4.223, menunda kehamilan 3.070 dan tidak ingin punya
anak lagi 4.091. peserta KB mandiri sejumlah 64,55 % atau sekitar 23.696 dengan jumlah
akseptor pria mencapai 946 atau sekitar 2,54 %. Sementara untuk pengguna Kontrasepsi Jangka
Panjang ( MKJP ) selain pengguna Kondom, suntik dan Pil mencapai 12.746 atau sekitar 34.32
%. Permintaan Masyarakat akan KB di Kota Tegal yang ditargetkan dalam Perkiraan Permintaan
Masyarakat ( PPM ) KB Aktif hanya 72,71 % dalam tahun 2011 ternyata sampai dengan bulan
Mei 2011 sudah melebihi target yakni sekitar 74,78 % . Sementara untuk Permintaan KB Baru
mencapai 3.908 akseptor atau sekitar 43,36 % di bulan yang sama.
(http://cakrawalainterprize.com, diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)
Pengabaian terhadap program Keluarga Berencana mengakibatkan jumlah penduduk
tidak terkendali. Situasi ini secara paralel akan membuat peningkatan kesejahteraan rakyat kian
sulit tercapai. Kemiskinan pun akan kian sulit diberantas. Karena itu, mata rantai sebab akibat ini
harus diputus dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan sehingga diharapkan dapat
menekan laju populasi pertambahan penduduk. Upaya yang telah ditempuh dan perlu terus
dilakukan untuk mengendalikan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah penduduk salah
satunya adalah melalui Program Keluarga Berencana (KB). Hal ini diperkuat melalui UU No. 10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan
PP No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN).
Dengan adanya Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Maka program Keluarga Berencana (KB)
nasional tidak menjadi peraturan tetap yang mengikat, tetapi kebijakan tersebut tergantung setiap
kebijakan strategis yang dikeluarkan pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten.
Berbagai macam bentuk pengelolaan dan kelembagaan program keluaraga berencana
yang dimiliki setiap provinsi atau daerah-daerah di Indonesia, maka Kota Serang yang
merupakan bagian dari provinsi Banten yang juga dikenal sebagai ibu kota provinsi Banten ini
mempunyai suatu lembaga teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah social dan keluarga
berencana (KB) yaitu Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana (BPMPKB).
Kota Serang merupakan daerah otonom baru, pemekaran dari Kabupaten Serang,
Provinsi Banten yang secara resmi disahkan pada tanggal 2 November 2007 melalui UU Nomor
32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten. Kota Serang terdiri atas 6
kecamatan, yaitu Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Taktakan, Kecamatan
Cipocok Jaya, Kecamatan Curug dan Kecamatan Walantaka.
Data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana
(BPMPKB) tentang jumlah pengguna program Keluarga Berencana (KB) di Kota serang tahun
2010 dari 6 kecamatan yang ada di Kota Serang adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Peserta Keluarga Berencana Aktif di Kota Serang Tahun 2010
No Jenis KB (Kontrasepsi) Jumlah Peserta KB Aktif
1. IUD 5444
2. MOW 1762
3. MOP 466
4. KONDOM 1699
5. IMPLANT 3078
6. SUNTIK 40864
7. PIL 16088
Jumlah 69401
Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga
Berencana Kota Serang, tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat jumlah peserta keluarga berencana aktif di Kota
Serang yang terdiri dari 6 kecamatan yaitu sebanyak 69401 orang. Dengan banyaknya jumlah
peserta program Keluaraga Berencana (KB) di kota Serang, maka peneliti memfokuskan
penelitiannya hanya pada salah satu kecamatan yang ada di Kota Serang yaitu Kecamatan
Taktakan. Akseptor baru menurut pemakaian alat kontrasepsi dan pencapaian target akseptor
baru Keluarga Berencana (KB) di Kota Serang dari masing-masing kecamatan adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.2
Akseptor Baru Menurut Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kota Serang Tahun
2010
No Kecamatan IUD MOW MOP KONDOM IMPLANT SUNTIK PIL TOTAL
1. Curug 82 2 3 48 56 728 43 962
2. Walantaka 50 4 4 458 162 1089 791 2558
3. Cipocok
Jaya
183 2 49 372 158 1189 1858 3811
4. Serang 521 13 102 156 95 2649 1713 5249
5. Taktakan 378 6 5 498 234 1315 696 3132
6. Kasemen 65 10 19 234 213 1170 1134 2863
Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga
Berencana Kota Serang, tahun 2010
Tabel 1.3
Pencapaian Tareget Akseptor Baru Keluarga Berencana (KB)
di Kota Serang Tahun 2010
No KECAMATAN TARGET REALISASI PERSENTASE
1. Curug 1774 1354 76,32
2. Walantaka 2127 2548 119,79
3. Cipocok Jaya 2941 3809 129,51
4. Serang 3764 5249 139,45
5. Taktakan 2356 3131 132,89
6. Kasemen 2508 3514 140,11
Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga
Berencana Kota Serang, tahun 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Taktakan merupakan salah satu
kecamatan yang akseptor baru atau peserta KB barunya memiliki jumlah yang besar ke tiga dari
Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya di Kota Serang yaitu berjumlah 3132 akseptor. Sedangkan
berdasarkan data table pencapaian target akseptor atau peserta KB baru di Kecamatan Taktakan
melebihi target yaitu realisasi mencapai 3131. Ini menunjukan Kecamatan Taktakan merupakan
salah satu kecamatan yang cukup berhasil dalam pencapaian target program Keluarga Berencana
di Kota Serang selain Kecamatan Serang dan Kasemen. Oleh karena itu peneliti memfokuskan
penelitian di Kecamatan Taktakan.
Lokus penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yaitu di Kecamatan Taktakan,
Kecamatan Taktakan memiliki jumlah penduduk 76124 jiwa terdiri dari 396633 lak-laki dan
36461 perempuan, 17866 KK (14969 laki-laki dan 2897 perempuan), memiliki 12 Desa, 90 RW,
225 RT. Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
berjumlah 14821, yaitu dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 1. 4
Jumlah Pengguna KB di Kecamatan Taktakan
No Desa Jumlah
Penduduk
Jumlah
PUS
Pengguna
KB
1. Sayar 6557 1342 790
2. Cilowong 7215 1359 866
3. Pancur 6103 998 665
4. Sepang 6482 1479 1072
5. Kuranji 3848 680 649
6. Kalang Anyar 3886 682 578
7. Taktakan 6867 997 708
8. Panggung Jati 5698 996 702
9. Drangong 13815 3187 1865
10. Lialang 4326 846 507
11. Umbul Tengah 4517 767 479
12. Taman Baru 6816 1488 928
Jumlah 76124 14821 9699
Sumber: UPT PPLKB Kecamatan Taktakan 2010
Berdasarkan tabel di atas terlihat jumlah peserta keluarga berencana (KB) aktif di
kecamatan Taktakan yaitu sebesar 65,4 % orang dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
berjumlah 14821 orang dengan jumlah penduduk sebanyak 76124 jiwa. Hal ini terlihat bahwa
tingkat peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana (KB) cukup baik, karena dari
jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 14821 terdapat 9699 yang aktif dalam
menggunakan KB. Sedangkan dari jumlah PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah
mereka yang sedang hamil sejumlah 625, ingin anak segera 1949, menunda kehamilan 1533 dan
tidak ingin punya anak lagi 1015.
Selain itu juga dari pendataan yang dilakukan oleh Petugas Penyuluhan Lapangan
Keluarga Berencana (PPLKB) kecamatan, ada beberapa keluarga yang dikatagorikan sebagai
keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 yaitu dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 1.5
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera 1
No. Desa Jumlah
Kepala
Keluarga
Jumlah
Kepala
Keluarga Pra
Sejahterea
Jumlah
Kepala
Keluarga
Sejahterea 1
1. Sayar 1558 625 1270
2. Cilowong 1633 1278 1226
3. Pancur 1165 441 1047
4. Sepang 1764 341 1169
5. Kuranji 851 378 758
6. Kalang Anyar 825 231 740
7. Taktakan 1438 741 155
8. Panggung Jati 1349 455 1029
9. Drangong 3514 840 1685
10. Lialang 1045 264 1940
11. Umbal Tengah 1043 505 1036
12. Taman Baru 1682 251 1176
Sumber: UPT PPLKB Kecamatan Taktakan 2010
Tabel di atas dapat dilihat bahwa yang keluarga yang tergolong keluarga pra sejahtera
atau keluarga kalangan menengah kebawah yaitu berjumlah 6421 jiwa dan yang tergolong
keluarga Sejahtera 1 atau keluarga kalangan menengah keatas yaitu berjumlah 14190 jiwa.
Dengan adanya data-data tersebut diketahui bahwa program Keluarga Berencana (KB) yang
dilaksnakan di kecamatan Taktakan tersebut tidak terlepas dari kendala-kendala atau masalah-
masalah dalam pelaksanaan program keluarga berencana tersebut.
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui menekan jumlah penduduk dengan cara membatasi kelahiran
bayi. Menurut data yang diperoleh oleh peneliti jumlah bayi yang lahir pada Juni tahun 2011 di
kecamatan Taktakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.4
Jumlah Bayi Lahir di Kecamatan Taktakan Juni Tahun 2011
No Desa Jumlah
Penduduk
Jmlh Ibu
Hamil
Jmlh ibu
bersalin
Jmlh
Bayi
Jmlh Bayi
Lahir
1. Cilowong 7681 192 182 172 15
2. Pancur 6574 124 199 115 9
3. Sayar 4303 129 126 124 12
4. Kalang Anyar 4072 85 80 76 6
5. Sepang 5795 128 125 121 8
6. Kuranji 4073 106 103 100 10
7. Panggung Jati 5627 130 123 120 18
8. Drangong 15294 293 270 259 31
9. Lialang 6189 96 94 87 10
10. Taktakan 6638 177 172 155 10
11. Umbul Tengah 5125 137 131 129 8
12. Taman Baru 8028 228 217 201 18
Jumlah 79399 1825 1742 1659 154 Sumber: Puskesmas Kecamatan Taktakan 2011
Jumlah bayi yang lahir sampai dengan bulan Juni 2011 di Kecamatan Taktakan pada
data diatas yaitu terdapat 154 dari1825 jumlah ibu hamil. Bayi lahir hidup berjumlah 153
sedangkan bayi lahir mati terdapat 1 bayi. Jumlah bayi yang ada di Kecamatan Taktakan yaitu
berjumlah 1.659 bayi. Sedangkan bila diprosentasikan bayi lahir hidup di Kecamatan Taktakan
yaitu 99 %, dan selama bulan Juni 2011 tidak terdapat kematian ibu. Sedangkan selama tahun
2011 angka kelahiran menurut data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota Serang
mencapai 1.750 bayi. (http://bataviase.co.id: diakses tanggal 27 Juli, Jam 08.00 WIB) Dengan
melihat data tersebut Kecamatan Taktakan dapat dikatakan cukup berhasil dalam mengurangi
angka kematian bayi dan kematian ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena hal ini peneliti
mengambil lokus di kecamatan tersebut. Dengan upaya inilah pertumbuhan penduduk ditekan
melalui mengikuti program keluarga berencana (KB).
Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh peneliti dari lokasi penelitian yang
bertempat di Kecamatan Taktakan Kota Serang, ditemukan hal sebagai berikut: Pertama, sudah
mulai berkurang dan berubahnya cara pandang dari masyarakat kalangan menengah ke bawah
yang menganggap bahwa dengan memiliki keturunan atau anak yang banyak dapat
mendatangkan rezeki yang banyak pula. Terlihat dari lebih banyaknya yang ikut KB
dibandingkan dengan yang tidak ikut KB. Hal ini didasarkan wawancara dengan Bapak Indra
selaku PLKB Kecamatan Taktakan dan Ibu Sri Endah sebagai Kasubag UPT BPMPKB.
Kedua, adanya kepercayaan dari masyarakat yang menjunjung tinggi agamanya bahwa
program KB dilarang oleh agama karena menunda atau tidak ingin memiliki anak merupakan
perbuatan yang tidak mensyukuri dan menolak rezeki dari tuhan karena anak merupakan
anugrah dari Tuhan yang harus disyukuri. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Indra selaku
PLKB Kecamatan Taktakan.
Ketiga, pola pikir masyarakat yang tidak ingin direpotkan dengan melaksanakan
program keluarga berencan karena untuk mengikuti program tersebut membutuhkan
kedisiplinan dari penggunanya, dimana masyarakat harus secara teratur dan disiplin untuk
melaksanakan aturan dari prgram tersebut sesuai dengan akseptor KB yang digunakan.
Sedangkan masih banyaknya warga yang tergolong masyarakat miskin sehingga mereka tidak
terlalu memperdulikan program tersebut karena mereka lebih memikirkan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Hal ini didasarkan atas wawancara dengan Eniah warga Desa Taktakan
dan Jenab warga Desa Kalang Anyar.
Keempat, kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor sehingga dapat menghambat
kelancaran pelaksanaan kegiatan- kegiatan program keluarga berencana sperti: membutuhkan 1
buah kendaraan operasional mobil penerangan (yang sedang diusahakan dan baru disetujui dari
pusat) dan membutuhkan komputer. Apabila ada kegiatan-kegiatan seprti untuk mendata 12 desa
serta untuk membuat laporan kegiatan Keluarga Berencana menggunakan laptop milik pribadi
pegawai. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Panji selaku PLKB Kecamatan.
Kelima, sosialisasi yang dilakukan oleh PLKB melalui penyuluhan dengan berbagai cara
pendekatan berbagai tokoh yaitu dari tokoh agama,masyarakat dan pemerintah desa serta
masyarakat dengan berdiskusi tentang manfaat dan pentingnya KB. Kemudian dengan cara per
individu dengan datang ke rumah-rumah atau istilah lain yaitu dor to dor agar peserta KB
meningkat. Hal ini didasarkan atas wawancara yang dilakukan dengan Bapak Panji dan Bapak
Indra selaku PLKB Kecamatan.
Keenam, kurangnya jumlah pegawai/petugas UPT BPMPKB untuk petugas di UPT
kecamatan dan petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) yang berjumlah 5 orang, yang
terdiri dari 2 petugas lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Kasubag dan Ketua UPT dan staf.
Sehingga dalam menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan Taktakan petugas dibagi 2 zona
untuk tiap petugas yaitu stiap zona terdiri dari 6 desa. Dan dibantu oleh kader-kader yang
berasal dari ibu-ibu rumah tangga dan ibu-ibu PKK dalam tiap desa. Sehingga apabila ada
jadwal pendataan dalam perhari 1 orang petugas mendapatkan bagian mendatangi 2 desa dan
disetiap desa terdapat 1 kampung yang menjadi pusat pertemuan antara PLKB dan petugas
Kecamatan. Hal ini didasarkan atas wawancara yang dilakukan dengan Bapak Panji selaku
PLKB.
Berdasarkan pemaparan permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti, mengangkat dan mengambil judul masalah “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kacamatan Taktakan
Kota Serang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari pemaparan yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka identifikasi masalah
yang diperoleh yaitu :
1. Sudah mulai berkurang dan berubahnya cara pandang dari masyarakat kalangan
menengah ke bawah yang menganggap bahwa dengan memiliki keturunan atau anak
yang banyak dapat mendatangkan rezeki yang banyak pula.
2. Adanya kepercayaan dari masyarakat yang menjunjung tinggi agamanya bahwa
program KB dilarang oleh agama karena menunda atau tidak ingin memiliki anak
merupakan perbuatan yang tidak mensyukuri dan menolak rezeki dari tuhan karena
anak merupakan anugrah dari tuhan yang harus disyukuri
3. Pola pikir masyarakat yang tidak ingin direpotkan dengan melaksanakan program
keluarga berencan karena untuk mengikuti program tersebut membutuhkan
kedisiplinan dari penggunanya, dimana masyarakat harus secara teratur dan disiplin
untuk melaksanakan aturan dari prgram tersebut sesuai dengan akseptor KB yang
digunakan.
4. Kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor
5. Sosialisasi oleh petugas kepada masyarakat menggunakan berbagai cara pendekatan
dengan para tokoh agar peserta KB meningkat.
6. Kurangnya jumlah petugas lapangan/sumber daya manusia.
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam mengadakan penelitian penulis membatasi permasalahan penelitian pada fokus
utama masalah yaitu tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program
Keluarga Berencana dengan lokus penelitian di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Berdasarkan
batasan dan indentifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu ” Faktor-
Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di
Kecamatan Taktakan Kota Serang?”
1.4 Tujuan Penelitian
Dari identifikasi masalah yang telah dibatasi dan dirumuskan tersebut di atas, maka
peneliti dalam penelitian ini yaitu Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Program Keluarga Berencana (KB) ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Apa yang
Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota
Serang.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian yang memiliki judul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang
adalah :
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada sehingga
memperkaya hasil-hasil ilmu pengetahuan.
b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya mengenai Kebijakan publik.
2. Secara Praktis
a. Pada peneliti
Karya ilmiah ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam hal
mempelajari tentang analisis kebijakan pada khususnya, dan khasanah ilmu
pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu administrasi negara.
b. Pada Instansi terkait
Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan sehingga dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam diketahui factor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Program KB, Sehingga hal ini akan menjadi masukan
bagi pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan sosialisasi tentang
Keluarga Berencana guna menekan jumlah pertumbuhan penduduk sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Pada peneliti lain
Pada pembaca atau peneliti selanjutnya karya peneliti ini dapat dijadikan sebagai
informasi tambahan bagi pembaca pada peneliti selanjutnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab I meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
Pada bab II dijelaskan mengenai; Deskripsi Teori, Kerangka Berfikir Penelitian dan
Asumsi Dasar Penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab III dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen Penelitian,
Informan Penelitian, Teknik Analisis Data, dan Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data,
dan Tempat dan waktu Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai; Deskripsi Obyek Penelitian, Deskripsi Data,
Informan Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan mengenai; Kesimpulan Hasil Penelitian, dan Saran
Peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam penelitian
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa istilah yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa
teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi
mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan
dan menjadi panduan dalam penelitian.
Teori-teori tersebut untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang
mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan
yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa
teori yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori kebijakan, kependudukan
dan kebijkan program Keluarga Berencana (KB).
2.1.1 Pengertian Kebijakan
Kebijakan (policy) mengandung arti yang bermacam-macam. Menurut Ahmad &
Santoso (1996:192) kebijakan merupakan sebagai rangkaian konsep pokok dan asas
yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau suatu konsep dasar
yang jadi pedoman dalam melaksanakan suatu kepemimpinan dan cara bertindak.
Selain itu definisi kebijakan lainnya diungkapkan oleh Suharto (2008:3), yang
menjelaskan bahwa: 17
“Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintahan, bukan saja dalam
arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula
governance yang menyentuh pengelolaan submer daya publik. Kebijakan pada
intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial
dan manusia demi kepentingan publik yakini rakyat banyak, penduduk,
masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi,
kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideology, dan
kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.”
Pengertian di atas memberikan gambaran pada kita bahwa kebijakan merupakan
alat yang digunakan pemerintah yang juga memeperhatikan sumber daya yang dimiliki
untuk kepentingan publik. Definisi kebijakan lainnya dikemukakan oleh Lasswell
(dalam Parson, 2005: 17)
“Kata kebijakan (policy) umumnya dipakai unutuk menunjukan pilihan
terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat. kebijakan
bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis (political) yang sering kali
diyakini mengandung makna keberpihakan dan korupsi”
Definisi kebijakan menurut Laswell memberikan pengertian bahwa kebijakan
diyakini bebas dari unsur politis yang kerap dimaknai sebagai sebuah konsolidasi.
Kebijakan merupakan pilihan penting dalam organisasi.
Berbeda dengan pandangan Dunn (2003: 51) mendefinisikan kata kebijakan dari
asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau kebijakan berasal dari bahasa
Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu
polis (Negara-Kota) dan pur (Kota)
Pengertian kebijaksanaan berikutnya dikemukakan oleh Anderson (dalam
Islamy 1991: 17), yaitu: “A purposive course of action followed by an actor or set of
actors in dealing with a problem or matter of cancern”
Sedangkan menurut
Jones (dalam Winarno, 2002: 14) istilah kebijakan
digunakan dalam praktik-praktik sehari-hari. Namun, digunakan untuk menggantikan
kegiatan atau keputusan yang berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan,
program, keputusan, standar, proposal dan grand design. Secara umum, istilah
kebijakan dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu.
Dengan demikian, dari beberapa definisi kebijakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah rangkaian konsep pokok yang menjadi garis besar
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang mengandung program pencapaian tujuan,
nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah bercirikan konsistensi dan pengulangan
tingkah laku dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.
2.1.2 Pengertian Publik
Istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat
atau negara. Sebenarnya dalam bahasa Indonesia sesuai bila diberi terjemahan praja,
hanya sejak zaman belanda kata-kata sangsekerta tersebut sudah salah kaprah. Arti
sebenarnya dari kata praja tersebut adalah rakyat, sehingga untuk pemerintah yang
melayani keperluan seluruh rakyat diberi istilah pamong praja (pelayan rakyat).
Arti publik menurut Kencana (1999: 18) adalah sejumlah manusia yang
memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan
baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.
Menurut Baber dalam Parsons (2005: 10) berpendapat bahwa sektor publik
mengandung 10 ciri penting yang membedakan dari sektor swasta, yaitu:
1. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih
mendua (ambiguous);
2. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam
mengimplementasikannya keputusan-keputusannya;
3. Sektor publik memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi
yang sangat beragam;
4. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahnkan peluang
dan kapasitas;
5. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atau kegagalan
pasar;
6. Sektor publik melakukan aktivitas yang lebih banyak mengandung
signifikansi simbolik;
7. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas;
8. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar untuk merespon isu-isu
keadilan dan kejujuran (fairness);
9. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik.
10. Sektor publik harus memprtahankan level dukungan publiK minimal diatas
level yang dibutuhkan dalam industri swasta.
2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik
Berbicara tentang kebijakan publik, maka tentu saja kita akan bersinggungan
dengan apa yang disebut dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
merupakan kegiatan atau proses yang dilakukan oleh pihak berwenang dalam negara
untuk menetapkan kebijakan-kebijakan umum yang terkait dengan kebaikan dan
kepentingan bersama. Dalam pengambilan keputusan ini biasanya para desicion-makers
akan melakukan berapa rangkaian yang saling berikat, mulai dari: menetapkan masalah
yang benar, merumuskan alternatif-alternatif guna menyelesaikan masalah yang ada,
menghitung kerugian dan keuntungan (cost and benefits) yang dapat tercipta dari
alternatif kebijakan yang telah disusun, sampai dengan pengambilan keputusan.
Dunn (2006:64) menjelaskan bahwa Kebijakan publik ialah pola ketergantungan
yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk
keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor
pemerintah.
Menurut Anderson dalam Agustino (2006:41) memberikan pengertian atas
definisi kebijakan publik: ”Serangkaian kegaiatan yang mempunyai maksud/tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang
berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang perlu diperhatikan.”
Selanjutnya, menurut Young dan Quinn dalam Suharto (2005: 44-45) membahas
beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik:
1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan
yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki
kewenangan hukum, politis dan finansial untuk melakukannya.
2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan
publik merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di
masyarakat.
3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik
biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa
pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu
demi kepentingan orang banyak.
4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan
publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan
masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga dirumuskan berdasarkan
keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka
kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan
tertentu.
5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor.
Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-
langkah atau rencana tindakan yang tlah dirumuskan, bukan sebuah maksud
atau janji yang belum dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh
sebuah badan pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga
pemerintah.”
Definisi lain diungkapkan Dye dalam Agustino (2006:41) mengatakan bahwa
”kebijakan publik adalah apa yang dipilh oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak
dikerjakan”. Sedangkan Rose mendefinisikan kebijakan publik sebagai ”sebuah
rangkaian panjang dari banyak-atau-sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan
memiliki konsekuensi bagi yang berkepentingan sebagai keputusan berlainan.”
Kebijakan publik adalah sebuah fakta strategis daripada fakta politis ataupun
teknis. Sebagai sebuah strategi, dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-
preferensi politis dari para aktor yang yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya
pada proses perumusan. Berikutnya Nugroho (2008: 54) mendefinisikan kebijakan
Publik:
“Kebijakan Publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya
pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang
bersangkutan. Kebijakan Publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada
masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada
masyarakat yang di cita-citakan.”
Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh badan
dan pejabat pemerintah. Karena itu, karakteristik khusus dari kebijakan publik adalah
bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut Easton (Agustino,
2006:42) sebagai “otoritas” dalam sistem politik, yaitu: “para senior, kepala tertinggi,
eksekutif, legislatif, para hakim, administrator, penasehat, para raja, dan sebagainya.”
Dan Easton mengatakan bahwa mereka-mereka yang berotoritas dalam sistem politik
dalam rangka memformulasikan kebijakan publik itu adalah:
“Orang-orang yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan
mempunyai tanggung jawab dalam suau masalah tertentu dimana pada satu titik
mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari yang diterima serta
mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu”.
Dalam kaitannya dengan definisi-definisi tersebut maka Agustino (2006: 42)
dapat menyimpukan beberapa karakteristik utama dari suatu kebijakan publik yaitu:
”Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan
yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau
acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola
kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dari pada keputusan yang
terpisah-pisah. Misalnya, suatu kebijakan tidak hanya meliputi keputusan untuk
mengeluarkan suatu peraturan tertentu tetapi juga keputusan berikutnya yang
berhubungan dengan penerapan dan pelaksanaannya. Ketiga, kebijakan publik
merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur
perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa
maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik
dapat berbentuk positif maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan
beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan.
Secara negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun
padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan. Kelima,
kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan
merupakan tindakan yang bersifat memerintah”.
Selanjutnya menurut Suharto (2005: 78) bahwa dalam merumuskan suatu
kebijakan dapat dikelompokan melalui tiga tahap yaitu:
”1. Tahap Identifikasi
a. Identifikasi masalah dan kebutuhan: tahap pertama perumusan kebijakan sosial
adalah mengumpulkan data mengenai permasalahan sosial yang dialami
masyarakat dan mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang belum
terpenuhi.
b. Analisis Masalah dan kebutuhan: yaitu mengolah, memilah dan memilih data
mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan di
transformasikan kedalam laporan yang terorganisasi.
c. Penginformasian rencana kegiatan
d. Perumusan tujuan kebijakan
e. Pemilihan model kebijakan
f. Penentuan indikator sosial
g. Membangun dukungan dan legitimasi publik
2. Tahap Implementasi
a. Perumusan Kebijakan: rencana kebijakan yang sudah disepakati bersama
dirumuskan kedalam strategi dan pilihan tindakan beserta pedoman peraturan
pelaksannya.
b. Perancangan dan Implementasi Program: kegiatan utama pada tahap ini
adalah mengoperasioanalkan kebijakan kedalam usulan-usulan Program atau
proyek sosial untuk dilaksanakan atau diterapkan kepada sasaran program
3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi dan tindak lanjut: evaluasi dilakukan baik terhadap proses maupun
hasil implementasi kebijakan. Penilaian terhadap proses kebijakn difokuskan
pada tahapan perumusan kebijakan, terutama untuk melihat keterpaduan antar
tahapan, serta sejauh mana program dan pelayanan sosial mengikuti garis
kebijakan yang telah ditetapkan.” Dapat di gambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model segitiga Perumusan Kebijakan
Sumber : Suharto (2005:78)
Kemudian definisi lain diungkapkan oleh Hogwood Dan Gunn (1990) dalam
Suharto (2005:4) yang menyatakan bahwa kebijakan publik adalah ”seperangkat
tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu”. Mengacu pada
definisi yang dikemukakan oleh Hogwood dan Gunn kebijakan publik mencakup
beberapa hal yaitu:
”1) Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau pernyataan-
pernyataan yang ingin dicapai.
2) Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang
mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang telah dipilih.
3) Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah.
4) Program yakni seperangkat kegiatan yang emncakup rencana penggunaan
sumberdaya lembaga dan strategi pencapaian tujuan.
5) Keluaran (output) yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah
sebagai produk dari kegiatan tertentu.”
Selanjutnya menurut Friedrich dalam Agustino (2006:41) yang mengatakan
bahwa kebijakan adalah:
”Serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok
atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-
hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-
kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.”
Jadi, menurut peneliti bahwa kebijakan publik merupakan suatu rangkaian atau
proses perencanaan tidakan yang dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan negara dan
Identifikasi
Evaluasi Implementasi
masyarakat, sebagai suatu upaya untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik,
dimana bila terjadi suatu kesulitan-kesulitan atau hambatan dalam peraturan yang telah
dibuat dapat diminimalisir dengan solusi peraturan tersebut.
Pemerintah membentuk sebuah institusi Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) pada 1970, sebagai institusi pemerintah nondepartemen yang
bertugas mengoordinasikan program KB secara nasional. Sejak itu, KB di Indonesia
mulai dirancang sebagai salah satu program pemerintah. Dari sinilah pemerintah mulai
mencurahkan perhatian pada persoalan kependudukan.
Program KB, sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang
kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kependudukan
yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, program KB memiliki posisi
strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui pengendalian
kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan (secara kuantitatif), maupun pembinaan
ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga (secara kualitatif) dalam
mewujudkan keluarga yang kecil dan sejahtera. Sehingga tidak aneh, apabila KB
diposisikan sebagai bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi. Sebab, apabila
KB tidak berhasil, akan berimplikasi negatif terhadap sektor pembangunan lain seperti
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sektor lainnya.
2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan tahap diantara diputuskannya suatu
kebijakan dengan munculnya konsekuensi-konsekuensi diantara orang-orang yang
terkena kebijakan tersebut. Implementasi merupakan tahap yang krusial dalam proses
kebijakan, dalam proses kebijakan ada beberapa tahapan yaitu perumusan kebijakan,
implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas,
maka penelitian ini difokuskan pada tahap implementasi. Suatu program kebijakan
harus diimplementasikan agar mempunyai dampak tujuan yang diinginkan.
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang penting dalam keseluruhan
struktur dan proses kebijakan, karena melalui tahap ini dapat diketahui berhasil atau
tidaknya pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu kebijakan.
Didalam Implementasi kebijakan menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai melalui berbagai cara dalam mengimplementasikannya sebagaimana
yang diungkapkan Mazmanian dan Sabatier (1983:61) dalam Agustino (2006:139)
implementasi kebijakan adalah :
” Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-
undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-
keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan.
Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi,
menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan
berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses
implementasinya.”
Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang
kompleks dan rumit. Untuk dapat melukiskan kerumitan dalam proses implementasi
kebijakan tersebut dapat dilihat dari definisi implementasi kebijakan yang berbeda
diungkapkan oleh Bardach dalam Agustino (2006:54) mengemukakan bahwa
implementasi kebijakan, sebagai :
” Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang
kelihatanya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata
– kata dan slogan- slogan yang kedengaranya mengenakan bagi telinga para
pemimpin dan para pemilih yang mendengarkanya. Dan lebih sulit lagi
untuk melaksanakanya dalam bentuk yang memuaskan orang”.
Kerangka lain mengatakan pendapat bahwa implementasi adalah tindakan yang
dilakukan baik oleh kelompok pemerintah maupun swasta agar tujuan yang telah
digariskan dapat tercapai sebagaimana diungkapkan oleh Metter dan Horn (1975) dalam
Agustino (2006:139 ):
” Implementasi kebijakan ialah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijakan”.
Dari tiga definisi yang telah dikemukanan dari beberapa tokoh mengenai
implementasi kebijakan tersebut diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan
menyangkut ( minimal ) tiga hal yaitu:
1) Adanya tujuan atau sasaran kebijakan
2) Adanya aktifitas atau kegiatan pencapain tujuan
3) Adanya hasil kegiatan
Dari beberapa rangkaian definisi diatas dapat diartikan bahwa implementasi
kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kegiatan melakukan
suatu kebijakan terdahulu, yang kemudian pelaksanaan kebijakan itu dilaksanakan untuk
mengatasi pembangunan yang dibutuhkan masyarakat yang kemudian pada akhirnya
akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu
sendiri.
Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart
(2000:104) dalam Agustino (2006:139) menyatakan bahwa
”Implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output) keberhasilan
suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan
pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-
tujuan yang ingin diraih.”
Studi Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai
pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah suatu kebijakan dirumuskan dan
disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat mencapai
tujuannya. Menurut Nugroho (2008:433)Dalam Bukunya Kebijakan Publik bahwa
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya. Adapun untuk mengimplementasikan kebijakan publik dalam bentuk
program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan
publik tersebut. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kejelasan Makna Kebijakan Publik
Sumber : Nugroho (2008:433)
Kebijakan Publik
Program Intervensi Kebijakan Publik
Penjelas
Proyek Intervensi
Kegiatan Intervensi
Publik/masyarakat
Rangkaian di atas mermperlihatkan bahwa kebijakan Publik dalam bentuk Undang-
Undang atau perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik
penjelas atau yang sering di istilahkan sebagai peraturan pelaksana. Sedangkan peraturan
publik yang bisa langsung operasional antara lain keppres, inpres, keputusan-keputusan
kepala daerah, keputusan kepala dinas dan lainnya. Adapun rangkaian implementasi
kebijakan Yaitu dimulai dari program, ke Proyek dan kekegiatan. Tujuan dari kebijakan
publik pada prinsipnya melakukan intervensi. Oleh karena itu, implementasi kebijakan
sebenarnya adalah tindakan (action) intervensi itu sendiri.
Dari beberapa definisi Implementasi Kebijakan dapat disimpulkan bahwa
implementasi Kebijakan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan dari kebijakan yang
telah dirumuskan sebelumnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan guna
mengatasi setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dimana kebijakan tersebut telah
digariskan dalam sebuah bentuk peraturan atau keputusan.
2.1.5 Implementasi Kebijakan Model Edward III
Model Implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III disebut dengan
Direct and Indirect Impact on Implementation. Menurut model yang dikembangkan oleh
Edward III terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan
implementasikan suatu kebijakan, yaitu faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan
disposisi.
1. Faktor Sumber Daya
Faktor suber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan,
karena bagaimanapun jelas konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu
kebujakan, jika para personil yang bertanggungjawab mengimplementaskan
kebijakankurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif,
maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Indikator-indikator yang
dipergunakan untuk melihat sejauhmana sumber daya dapat berjalan dengan rapi dan
baik adalah:
a) Staf : sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf/pegawai, atau
lebih tepatnya street-level bureaucrats. Kegagalan yang sering terjadi dalam
implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh staf yang tidak memadai,
mencukupi ataupun tidak kompeten di bidangnya. Selain itu, cakupan atau luas
wilayah implementasi perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan staf
pelaksana kebijakan.
b) Informasi: dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk.
Pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan,
implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi
perintah untuk melakukan tindakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari
para pelaksana terhadap regulasi pemerintah yang telah ditetapkan, implementor
hatus mengetahui apakah orang lain yang terlibat dalam pelaksanaan tersebut patuh
terhadap hukum.
c) Wewenang: kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana
dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Kewenangan
harus bersifat formal untuk menghindari gagalnya proses implementasi karena
dipandang oleh publik implementor tersebut tidak terlegitimasi. Tetapi dalam
konteks yang lain, efektivitas kewenangan dapat menyurut manakala diselewengkan
oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri mapun kelompoknya.
2. Faktor komunikasi
Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa yang menjadi
pemikiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada orang lain. Faktor
komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap proses
kegiatan melibatkan unsur manusia dan sumber daya yang akan selalu berurusan dengan
permasalahan ”Bagaimana hubungan yang dilakukan”. Implemantasi yang efektif baru
akan terjdai apabila para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan
mereka kerjakan, dan hal itu hanya akan diperoleh melalui komunikasi yang baik, yang
juga dari komunikasi tersebut membentuk kualitas partisipatif masyarakat. Terdapat tiga
indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:
a) Transmisi: penyaluran komuikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Seringkali komunikasi yang telah melalui beberapa
tingkatan birokrasi menyebabkan terjdainya salah pengertian (miskomunikasi).
b) Kejelasan: komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas,
akurat, dan tidak ambigu, sehingga dapat dihindari terjadinya perbedaan tujuan
yang hendak dicapai oleh kebijakan seperti yang telah ditetapkan (tidak tepat
sasaran).
c) Konsistensi: perintah yang diberikan kepada implementor haruslah kosisten dan
jelas. Karena apabila perintah sering berubah-ubah akan membingungkan pelaksana
kebijakan, sehingga tujuan dari kebijakan tidak akan tercapai.
3. Faktor Disposisi (Sikap)
Disposisi ini diartikan sebagai sikap para pelaksana untuk mengimplementasikan
kebijakan. Dalam implemtasi kebijakan menurut Edward III , jika ingin berhasil secara
efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka
lakukan dan mempunyai kemampuan untuk mengimplemenatsikan kebijakan tersebut,
tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan
tersebut. Hal-hal pentig yang perlu diperhatikan pada variabel disposisi menurut Edward
III, antara lain:
a) Pengangkatan birokrat: pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan
haruslah orang-orang yang memilki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan,
lebih khusus lagi pada kepentingan warga. Disposisi atau sikap para implementor
yang tidak mau melaksanakan kebijakan yang telah ditepkan akan menimbulkan
hambatan-hambatan bagi tercapainya tujuan dari pengimplementasian kebijakan.
b) Insentif: Edward III menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk
mnegatasi kecenderungan sikap para pelaksana kebijakan adalah dengan
memanipulasi insentif. Pada umumnya, orang bertindak berdasarkan kepentingan
mereka sediri, maka manipulasi insentif oleh pembuat kebijakan dapat mengurangi
tindakan para pelaksana kebijakan. Deng menambah keuntungan atau biaya tertentu
mungkin dapat memotivasi para pelaksana kebijakan untuk dapat melaksanakan
perintah dengan baik. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi kepentingan pribadi
(self interest) atau organisasi.
4. Faktor Struktur Organisasi
Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan sudah
mencukupi dan para implementor mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya,
serta mempunyai keinginan untuk melakukannya, implementasi kebijakan bisa jadi masih
belum efektif, karena terdapat ketidakefisienan struktur birikrasi yang ada. Kebijakan
yang begitu kompleks menuntut adanya kejasama banyak orang. Birokrasi sebagai
pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan
secara politik dengan jalan melakukan koordinasi yan g baik.
Menurut Edward III terdapat dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja
struktur birokrasi ke arah yang lebi baik, yaitu dengan melakukan standar operating
prosedurs (SOP) dan fragmentasi.
a) Standar operating prosedurs (SOP): adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan
para pelaksana kebijakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan setiap hari dengan
standart yang telah ditetapkan.
b) dan fragmentasi: adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan dan
aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit.
2.1.6 Pengertian Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia
selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam
bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga
komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi Fertilitas (Kelahiran)
Menurut Atmadji (2007:55) Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai
hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata
lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai
arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut
peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Konsep- konsep dari fertilitas yaitu sebagai berikut:
a. Lahir hidup (live birth): menurut UN & WHO, adalah suatu kelahiran seorang
bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, di mana si-bayi
menunjukan tanda-tanda kehidupan, misalnya: bernafas, ada denyut jantungnya
atau denyut tali pusat atau gerankan-gerakag otot.
b. Lahir mati (still birth): kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukan tanda-tanda kehidupan.
c. Abortus: kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari
28 minggu.
d. Masa reproduksi (Chidbearing age): masa di mana wanita mampu melahirkan,
yang disebut juga usia subur (15-49) (2007: 55-56)
1. Mortalitas (Kematian)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang
kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang
terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi
setiap saat setelah kelahiran hidup.
Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna
perancangan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas
pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga
diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program – program kebijakan
penduduk.
2. Migrasi
Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara
khusus mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak
merata, adanya faktor – faktor pendorong dan penarik bagi orang – orang untuk
melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar.
Menurut Munir (2007:114) migrasi adalah perpindahan penduduk dengan
tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas
politik/negara atau pun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi
migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah
ke daerah lain.
2.1.7 Keluarga Berencana
2.1.7.1 Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana menurut WHO (1970) adalah tindakan yang membantu
individu atau pasangan suami istri untuk mengetahui kelahiran yang diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontorl waktu pada saaat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Sedangkan menurut BKKBN (1998) keluarga berncana artinya mengatur jumlah
anak sesuai kehendak anda dan mengatur sendiri kapan anda ingin hamil atau salah satu
usaha masalah kependudukan sekaligus merupakan bagian terpadu dalam program
pembagunan nasional yang bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual, budaya penduduk Indonesia agar dapt dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional.
Keluarga Berencana (KB) adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan
ibu dan anak, keluarga serta dan bangsa pada umumnya, meningkatkan martabat kehidupan
rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehinga pertambahan pertambahan
penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan produksi. Keluarga Berancana
merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama
(post poning), menjarangkan anak (spasing) atau membatasi (limting) jumlah anak yang
diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemingkinan kembalinya fase kesuburan
(ferundity).
Dari beberapa definisi diatas mengenai Keluarga Berencana (KB), maka peneliti
menarik kesimpulan bahwa Keluarga Berencana adalah perencanaan pasangan suami istri
untuk mengatur dan menentukan jumlah anak yang diinginkan yang dilakukan secara
berkelanjutan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Keluarga Berencana juga
merupakan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta
keluarga dan bangsa serta menekan pertumbuhan penduduk agar terciptanya kesejahteraan.
2.1.7.2 Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana
1. Tujuan Keluarga Berencana
Program keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan
untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan penduduk tersebut. Selain itu terdapat beberapa tujuan lain yang
dapat dicapai dengan program keluarga berencana, yaitu:
a. Mengingkatkan kesejahteraan ibu dan anak
b. Meningkatkan harapan hidup
c. Mengurangi angka kematian bayi
d. Mengurangi angka kematian ibu hamil dan melahirkan
Dengan program keluarga berncana ini kita dapat meningkatkan mutu
sumber daya manusia Indonesia sehigga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat serta meningkatkan produksi nasional.
2. Manfaat Keluarga Berencana
Program keluarga berncana ini banyak memberi manfaat terutama bagi ibu
yang sedang hamil. Dengan program ini kita dapat mengatur jumlah dan jarak
kehamilan sesuai dengan keiinginan, sehingga kesehatan ibu dapat terjamin secara
medis atas program keluarga berncana yang ikuti dan sarankan.
Dengan keluarga berncana maka dapat mencegah munculnya bahaya
akibat:
a. Kehamilan terlalu dini
b. Kehamilan yang terlambat
c. Kehamilan yang terlalu dekat jaraknya
d. Kehamilan yang terlalu sering
Kehamilan seperti ini data menimbulkan bahaya kematian bagi ibu dan
bayinya. Namun, dengan program keluarga berncana, hal ini dapat dicegah
sehingga kesehatan ibu terjamin. Dengan membatasi jumlah anak, maka juga akan
dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena dengan jumlah anak
berkurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki banyak anak.
2.1.7.3 Sasaran Program dan Ruang Lingkup KB
1. Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2009-2014 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14
persen per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per
perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet
need) menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan
efisien.
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan Program KB Nasional.
2. Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi
remaja; Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan
keluarga kecil berkualitas; Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan
SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan;
Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.
2.1.7.4 Kebijakan dan Program-Program Keluarga Berencana
Menurut Rencana Strategi (Renstra) BPMPKB TA 2009, kebijakan dalam
program-program Keluarga Berencana adalah sebagai berikut:
Kebijakan Bidang Keluarga Berencana (KB), adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan akses informasi dan kualitas pelayanan KB dan KR.
b. Meningkatkan akses pria terhadap informasi, pendidikan, konseling dan
pelayanan KB dan KR.
c. Meningkatkan pembinaan KIE dan pelayanan kesehatan reproduksi guna
penaggulangan masalah kesehatan reproduksi.
d. Meningkatkan pembinaan dan mengintegrasikan informasi dan pelayanan
konseling bagi remaja tentang kehidupan seksual yang sehat, HIV/AIDS,
NAPZA, dan perencanaan perkawinan melalui kegiatan pembinaan kelompok
remaja dan instansi masyarakat lainnya.
e. Meningkatkan ketahanan keluarga dalam kemapunan penguasaaan
penumbuhkembangan anak, pembinaan kesehatan ibu, bayi, anak dan remaja,
serta pembinaan lingkungan keluarga secara terpadu melaui kelompok
kegiatan bina keluarga dan pendidikan anak usia dini.
f. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga dalam kegiatan usaha
ekonomi produktif, termasuk pengetahuan dan keterampilan usaha, serta
fasilitas dalam mengakses sumber modalnya.
g. Memaksimalkan upaya-upaya advokasi, promosi dan KIE keluarga berncana
dan memberdayakan untuk peneguhan dan kelangsungan program serta
pembinaan kemandidrian institusi masyarakat yang menyelenggarakan
pelayanan KB.
h. Meningkatka kualitas pengelolaan manajemen pembangunan keluarga
berncana, termasuk pengelolaan SDM, data dan informasi.
(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009)
Program pelayanan Kontrasepsi, sasaran tercapainya target perolehan
peserta KB baru maupun akseptor aktif.
Kegiatan:
1. Pelayanan konseling KB
2. Pelayanan pemasangan kontrasepsi
3. Pengadaan alat kontrasepsi
4. Pelayanan KB Medis Oprasi.
(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009)
2.1.7.5 VISI BPMPKB
“Terwujudnya masyarakat yang mandiri, Perempuan dan Anak
Berkualitas, Semmua Keluarga Ikut Kelurga Berncana dan Sejahtera”
(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009:20).
2.1.7.6 MISI BPMPKB
1. Terwujudnya kemapuan dan kemandirian masyarakat untuk berperan aktif
dalam pembangunan
2. Mewujudkan keadilan dan kesejahteraan gender dan pengarusutamaan HAk
anak serta perlindungan bagi perempuan dan anak.
3. Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009:20-21).
2.1.7.7 Jenis-Jenis Kontarasepsi
A. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata „kontra‟ yang berarti
mencegah/menghalangi dan „konsepsi‟ yang berarti pembuahan atau
pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan
sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan
berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun
melalui prosedur operasi.
Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi
melakukan hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan
kontrasepsi tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi yang
memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan secara tepat. Jenis
kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil (baik
yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik,
patch/koyo kontrasepsi, diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan
tubektomi.
B. Jenis- Jenis kontrasepsi
Yang dibahas disini adalah jenis kontarsepsi yang banyak digunakan di
Indonesia, yaitu:
1. Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik. Kondom
mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara mengentikan
sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari latex
(karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari
polyurethane. Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat
menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Efektivitas kondom
pria antara 85-98 % sedangkan efektivitas kondom wanita antara 79-95 %.
2. Suntik
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan
kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon
progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal
siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel
telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. Banyak klinik kesehatan yang
menyarankan penggunaan kondom pada minggu pertama saat suntik
kontrasepsi. Sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik
dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama pemakaiannya.
3. Implan
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang
berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat
hormon progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di
bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara
perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun.
Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan kondom
untuk minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi tersebut.
4. IUD & IUS
IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf
T yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek
kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan IUD. IUD
merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan di dunia.
Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99,2-99,9 %, tetapi IUD tidak
memberikan perlindungan bagi penularan penyakit menular seksual (PMS).
Saat ini sudah ada modifikasi lain dari IUD yang disebut dengan IUS
(intra uterine system), bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari lilitan
tembaga dan dapat efektif selama 12 tahun maka pada IUS efek kontrasepsi
didapat melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif selama 5 tahun.
Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian
bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi tidak
terlihat dari luar vagina. Disarankan untuk memeriksa keberadaan benang
tersebut setiap habis menstruasi supaya posisi IUD dapat diketahui.
5. Pil Kontrasepsi ( Pil KB )
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen &
progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja. Pil kontrasepsi bekerja
dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan
dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka angka
kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. Disarankan penggunaan
kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama pemakaian pil kontrasepsi.
2. 2 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir peneliti dalam penelitian. untuk
mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan penelitian,
maka dibuatlah kerangka berpikir. Menurut sugiyono (2006:66) kerangka berfikir merupakan
sinestesa tentang hubungan antara varibel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskipsikan, selanjutnya dianalisis
secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sitesa tentang hubungan antara varibel
yang diteliti.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan
Kota Serang. Sehingga peneliti mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan program keluarga berencana tersebut dengan apa yang senyatanya terjadi di
lapangan.
Program Keluarga Berencana merupakan program nasional yang bertujuan untuk
mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk yaitu dengan membatasi jumlah anak dalam
keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Akan tetapi
terdapat banyak kendala dan faktor-fakor yang mempengaruhi pelaksanaaan program
sehingga mempengaruhi pula dalam keberhasilan program tersebut.
Untuk dapat melihat alur penelitian maka akan dibuat bagan alur berfikir peneliti
sebagai berikut:
Gambar 2.3
Kerangka Berfikir
(Sumber: Hasil Analisis Konsep, 2011)
Program Keluarga Berencana
Identifikasi Masalah:
1. Sudah mulai berkurangnya
dan berubahnya cara
pandang atau paradigma di
masyarakat banyak anak
banyak rezeki
2. Adanya kepercayaan
masyarakat bahwa dalam
agamnya KB tidak
diperbolehkan
3. Pola pikir masyrakat yang
tidak ingin direpotkan dengan
program KB
4. Kurang memadainya fasilitas
lapangan dan kantor
5. Sosilaisasi dengan berbagai
cara pendekatan dengan para
tokoh agar peserta KB
meningkat.
6. Kurangnya petugas lapangan
Tercapainya keberhasilan Program
Keluarga Berencana sehingga terwujud
kesejahteraan keluarga dan masyarakat
Indikator Keberhasilan Program
Keluarga Berencana:
1. Menurunnya tingkat fertilitas
(kelahiran) 2. Meningkatnya peserta KB
3. Menurunnya angka kematian
ibu,bayi dan anak
4. Pelayanan KB meningkat
Empat Faktor yang
Berpengaruh terhadap
Keberhasilan atau Kegagalan
Implementasi suatu kebijakan
menurut Edward III yaitu:
1. Sumber Daya
2. Birokrasi
3. Komunikasi
4. Disposisi
2. 3 Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas peneliti telah
melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa
penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan program
Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota serang peneliti berasumsi sudah cukup
berhasil.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian sangat erat dengan tipe penelitian yang digunakan, karena tiap-tiap tipe
dan tujuan penelitian yang didesain memiliki konsekuensi pada pilihan metode penelitian yang
tepat, guna mencapai tujuan penelitian tersebut. Dalam penelitian mengenai Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan
Kota Serang peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Denzin (2009:1) bahwa para peneliti kualitatif menekankan sikap realita yang
terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan
situasi yang membentuk penyelidikan. Peneliti mencari jawaban atas pertanyaan yang
menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.
Peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam, adalah
untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi suatu
unit sosial. Walaupun demikian, dalam penelitian ini peneliti tidak menabukan pendekatan
kuantitatif, karena tidak dapat dipungkiri data-data statistika juga akan didapatkan pada
penelitian ini, sehingga akan dihasilkan pembahasan yang lebih komprehensif.
Sedangkan metode penelitian kualitataif menurut Bogdan dan taylor dalam moleong
(1975:5) mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat
diamati.
3.2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri.
Menurut Irawan dalam Moleong (2005:19), dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi
instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Moleong, pencari tahu alamiah
(peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat
pengumpul data. Lain halnya dengan pendapat Bogdan & Taylor dalam Furchan, Arif & Agus
Maimun. (2005:33) menurutnya:
”Sebagai peneliti kualitatif, tugas anda adalah menembus pengertian akal sehat
(commonsense understanding) tentang kebenaran dan kenyataan. Apa yang kelihatannya
keliru atau tidak konsisten menurut perspektif dan logika anda, mungkin menurut subyek
anda tidak demikian. Dan, kendati anda tidak harus sependapat dengan pandangan
subyek terhadap dunia ini, anda harus dapat mengetahui, menerima dan menyajikan
pandangan mereka itu sebagaimana mestinya.
Menurut Irawan Prasetya dalam bukunya penelitian kualittaif dan kuantitatif untuk ilmu-
ilmu sosial (2006:17) bahwa peneliti sebagai instrument ini (disebut participant-observer) yaitu
1. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan dan mengalami apa yang terjadi pada
objek/subjek yang ditelitinya.
2. Peneliti akan mampu melakukankapan menyimpulkan data telah mencukupi, data
telah jenuh, dan penelitian dihentikan.
3. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisisnya, melakukan
refleksi secara terus menerus, dan secara gradual”membangun” pemahaman yang
tuntas tentang sesuatu hal.
3.3 Tekhnik Penelitian
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan orang-orang
yang diamati dari hasil wawancara dan observasi berperan serta. Sedangkan data-data sekunder
yang didapatkan berupa dokumen tertulis, gambar dan foto-foto. Adapun alat-alat tambahan
yang digunakan dalam pengumpulan datanya terdiri dari; panduan wawancara, alat perekam
(tape recorder), buku catatan dan kamera digital.
Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi dari beberapa teknik,
yaitu :
a. Wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee). Wawancara
dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indept interview). Adapun jenis wawancara yang
digunakan adalah wawancara tak terstruktur. Wawancara adalah teknik penelitian yang paling
sosiologis dari semua teknik-teknik penelitian sosial. Ini karena bentuknya yang berasal dari
interaksi verbal antara peneliti dan responden. Benny dan Hughes menjelaskan bahwa
wawancara adalah:
“Wawancara bukan sekedar alat dan kajian (studi). Wawancara merupakan seni
kemampuan sosial, peran yang kita mainkan memberi kenikmatan dan kepuasan.
Hubungan yang berlangsung dan terus-menerus memberikan keasyikan, sehingga kita
berusaha terus untuk menguasainya. Karena peran memberikan kesenangan dan
keasyikan, maka yang dominan dan terkuasai akan membangkitkan semangat untuk
berlangsungnya wawancara.
Sedangkan menurut Denzin wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap muka
dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Menurut Alwasilah dalam bukunya
pokoknya kualitatif (2006:154) Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang
mendalam (indepth interview) karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak
dimengerti informan, peneliti dapat mengajukan pertanyaan, informan cenderung menjawab
apabila diberi pertanyaan, dan informan dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam
dan masa mendatang. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak berstruktur. Dalam wawancara tidak berstruktur, pertanyaan-pertanyaan tidak
diatur dalam suatu urutan atau aturan yang khusus. Apa yang ditanyakan dalam wawancara
mungkin dimulai dari tengah atau dari bagian akhir.
Selanjutnya, supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki
bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan alat-alat
sebagai berikut:
a. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.
b. Alat perekam (Recorder) : berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan.
c. Camera : untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan
informan/sumber data. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan
penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.
b. Observasi
Menurut Moleong, Lexy J (2005:19) Observasi atau yang lebih umum dikenal dengan
pengamatan menurut Moleong adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari
segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Dalam
penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang digunakan adalah observasi berperanserta
(observation participant). Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini memanfaatkan
teknik observasi/pengamatan, seperti yang dikemukakan oleh Guba & Lincoln (Moleong,
2005:48)”. diantaranya;
“Pertama, teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung. Kedua,
memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan
kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, memungkinkan
peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat,
sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang didapatnya
ada yang bias. Kelima, memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi
yang rumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang kompleks
sekaligus. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya
tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Kaitannya dengan penelitian ini adalah, penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Taktakan ini merupakan penelitian yang prosesnya akan bertemu dengan berbagai karakter yang
berbeda. Pada prosesnya, peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian yang dilalui langsung
dapat dicatat sesuai dengan kebutuhan penelitian.
c. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan salah satu sumber data sekunder yang diperlukan dalam sebuah
penelitian. Menurut Guba & Lincoln dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, gambar
dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Selanjutnya studi
dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang
diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa prosedur,
peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen
elektronik (rekaman). Selanjutnya Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan
data primer dan data sekunder. Sebagai data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata dan
tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan observasi berperan serta.
Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan berupa dokumen tertulis, gambar dan foto-foto.
3.4. Informan Penelitian
Dalam penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Program Keluarga Berencana, penentuan informannya menggunakan teknik Purposive Sampling
(sampel bertujuan). Menurut Morse dalam Denzin K (1978:289), seorang informan yang baik
adalah seorang yang mampu menangkap, memahami, dan memenuhi permintaan peneliti,
memiliki kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara, dan
bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Penentuan informan dalam penelitian
mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga
Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang menggunakan teknik Purposive Sampling
(sampel bertujuan).
Menurut Denzin,K bahwa Purposif atau purposeful sering juga diistilahkan dengan
interactional, theoretical, atau emergent yakni bukan representative sampling. Menurut Patton,
alasan logis di balik teknik sampel bertujuan dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat
bahwa sampel yang dipilih sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information). Menurut
Bungin,burhan dalam bukunya analisis data penelitian kualitatif (2007:53) Prosedur sampling
yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan informan kunci atau
situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Informan
1. Petugas Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB)
2. Masyarakat (Pengguna KB maupun bukan Pengguna KB)
3. Tokoh Masyarakat
4. Tokoh Agama
(Sumber: Peneliti, 2011)
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:73) analisis data adalah
“Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip interview,
catatan di lapangan, dan bahan-bahan lain yang anda dapatkan, yang kesemuanya itu anda
kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda ( terhadap suatu fenomena ) dan
membantu anda untuk mempersentasikan penemuan anda kepada orang lain”.
Dari penjelasan diatas maka proses analisis data terkait erat dengan pengumpulan dan
interpretasi data. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis data dalam penelitian
kualitatif bersifat induktif (grounded). Di mana peneliti membangun kesimpulan penelitiannya
dengan cara mengabstraksikan data-data empiris yang dikumpulkannya dari lapangan dan
mencari pola-pola yang terdapat di dalam data-data tersebut. Karena itu, analisis data dalam
penelitian kualitatif tidak perlu menunggu sampai seluruh proses pengumpulan data selesai
dilaksanakan. Analisis itu dilaksanakan secara pararel pada saat pengumpulan data, dan
dianggap selesai manakala peneliti merasa telah mencapai suatu “titik jenuh” dan telah
menemukan pola aturan yang ia cari. Maka tidak heran kalau dalam penelitian kualitatif dapat
berlangsung sampai berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun.
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman
(1992:16) dalam buku Denzin (2009:592)yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam
analisis data dalam Model Miles dan Huberman terdiri dari reduksi data ( data reduction ),
penyajian data ( data display ), dan Kesimpulan-kesimpulan yang terdiri dari penarikan/verfikasi
(conclusion drawing/verification ). Proses dari analisis data tersebut digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3.2
Analisis data menurut Miles & Huberman
Sumber ( Huberman:1992 )
Dari gambar 3.1 diatas maka dapat diuraikan tiga kegiatan dalam proses analisis data yaitu:
a. Reduksi Data ( Data Reduction )
Menurut Huberman, (1992:16 ) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
Pengumpulan
data
Reduksi Data
Penyajian
Data
Kesimpulan-
kesimpulan:
Penarikan/verifikasi
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan Kegiatan reduksi data berlangsung secara terus-
menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Selama pengumpulan data
berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya ( membuat ringkasan, mengkode, menelusur
tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo ). Reduksi data/proses-
transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap
tersusun.
b. Penyajian Data ( Data Display )
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman dalam Denzin
(2009:592) bahwa penyajian data (data display) sebagai konstruk informasi padat terstruktur
yang memungkinkan pengambilan kesimpulan dan penerapan aksi. Penyajian data yang lebih
terfokus meliputi ringkasan terstrukturdan synopsis, dan deskripsi singkat. Penyajian data
bertujuan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
berdasarkan apa yang telah dipahami.
c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)
Tahap pengambilan kesimpulan dan verifikasi melibatkan peneliti dalam proses
interpretasi; penetapan makna dari data yang tersaji. Cara yang digunakan semakin banyak
seperti: merumuskan pola dan tema, pengelompokan, dan penggunaan Triangulasi, mencari
kasus-kasus negative, menindak lanjuti temuan-temuan, dan cek silang dengan hasil responden.
3.6 Pengujian Validitas
Metode utama untuk menguji keakuratan sangat terkait erat dengan pengujian validitas dan
reliabilitas. menurut Walcott dalam Denzin(2009:273) mengingatkan bahwa terma validitas
dalam bidang kualitatif memiliki serangkaian definisi mikro yang bersifat teknis yang
mempermudah bagi para pembaca. Validitas dalam penelitian kualitatif memiliki keterkaitan
dengan deskripsi dan eksplanasi, dan terlepas apakah eksplanasi-eksplanasi tersebut sesuai dan
cocok dengan deskripsi atau tidak.
Menurut Burhan, bungin Pada umumnya dikenal dua macam standar validitas, yaitu
validitas internal dan eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif disebut kredibilitas,
yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta di lapangan.
Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif disebut transferabilitas. Hasil penelitian
kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh
gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian. Sedangkan
reliabilitas menunjuk pada keterandalan alat ukur atau instrument penelitian. Menurut Selltiz
dalam Denzin(2009:204), keterandalan dari suatu alat pengukuran didefinisikan sebagai
kemampuan alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur.
Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik
triangulasi dan mengadakan member check.
a. Triangulasi((Triangulation)
Tekhnik Triangulasi menurut Irawan (2006:79 ) adalah proses check dan recheck antara
satu sumber data dengan sumber data lainnya. Menurut Denzin (2009:271) istilah yang sering
digunakan untuk mengaitkan proses analisis dengan proses konfirmasi adalah triangulasi. Istilah
yang memiliki beragam makna, istilah asalnya adalah multi-operasionalime. Istilah triangulasi
juga bisa berarti konvergensi antar peneliti (penentuan catatan lapangan satu peneliti dengan
hasil observasi peneliti lain) sekaligus konvergensi antara berbagai teori yang digunakan.
Menurut Denzin (2009:271) terdapat 5 tipe dasar dari teknik triangulasi sebagai berikut:
1. “Triangulasi data (data triangulation): menggunakan sejumlah sumber data
dalam penelitian
2. Triangulasi peneliti (investigator triangulation): menggunakan sejumlah
peneliti atau evaluator.
3. Triangulasi teori (theory triangulation): menggunakan beragam perspektif
untuk menginterpretasikan sekelompok data tunggal
4. Triangulasi metodologis (methodological triangulation): menggunakan
beragam metode untuk mengkaji program tunggal.
5. Sedangkan yang terakhir Denzin mengategorikan yaitu triangulasi
interdisipliner (interdisciplinary triangulation).”
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan triangulasi data dengan menggunakan
sejumlah sumber data dalam penelitian. Menurut Bungin (2007:204) Proses triangulasi dilakukan
terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti
yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu
dikonfirmasikan kepada informan. Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam
penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat
uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga
substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh karena itu, sesuatu yang
dianggap benar apabila kebenara itu mewakili kebenaran orang banyak atau kebenaran
stakeholder.
b. Member Check
Membercheck atau mengecek ulang yaitu adanya masukan yang diberikan oleh informan.
Setelah hasil wawancara dan observasi dibuat ke dalam transkrip, transkrip tersebut diperlihatkan
kembali kepada informan untuk mendapatkan konfirmasi bahwa transkrip itu sesuai dengan
pandangan mereka. Informan melakukan koreksi, mengubah atau bahkan menambahkan
informasi. Membercheck bertujuan untuk menghindari salah tafsir terhadap jawaban informan
saat wawancara, menghindari salah tafsir terhadap perilaku responden pada saat observasi, dan
mengkonfirmasi perspektif emik informan terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.
Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik
bahwa peneliti telah melakukan membercheck.
3.7 Tempat dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Taktakan Kota Serang, dengan jadwal atau
waktu penelitian, digambarkan pada tabel 3.3 di bawah ini:
Tabel 3. 3
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Apr „
11
Mei‟
11
Jun‟
11
Jul‟
11
Agu‟
11
Sep‟
11
Okt‟
11
Nov‟
11
Des‟
11 Jan‟
12
Feb‟
12
1. Pengajuan Judul
Proposal
2. Penelitian Awal
3. Penyusunan
Proposal
4. Bimbingan
Proposal
5. Penyerahan
Proposal
6. Seminar Proposal
(Bab I- Bab III)
7. Revisi Proposal
8. Wawancara
9. Analisis Data
10. Triangulasi Data
11. Membercheck
12. Reduksi Data
13. Penyusunan Skripsi
14. Penyerahan Skripsi
15. Sidang Skripsi
16. Revisi Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Kecamatan Taktakan merupakan salah satu yang termasuk pada wilayah kota Serang
Provinsi Banten. Berdasarkan Data dari Kecamatan Taktakan luas wilayah yang dimiliki
Kecamatan Taktakan yaitu 57,98 Km², dengan batas-batas Kecamatan sebagai berikut:
a. Utara : Kecamatan Kramat Watu
b. Selatan : Kecamatan Pabuaran
c. Barat : Kecamatan Waringin Kurung dan Gunung Sari
d. Timur : Kecamatan Serang dan Cipocok Jaya
Kecamatan Taktakan merupakan pusat wilayah pengembangan bagian barat dari Kota
Serang. Wilayah pengembangan bagian barat ini diarahkan dengan fungsi utama perkantoran,
perdagangan, perumahan dan fasilitas umum dengan pusatnya daiarahkan di Desa Drangong dan
Taman Baru. Bentuk topografi wilayah Kecamatan Taktakan sebagian besar merupakan daratan,
denga ketinggia rata-rata kurang dari 500 m dari permukaan lautan.
Secara administrasi wilayah Kecamatan Taktakan terbagi menjadi 94 Rukun Warga
(RW), 230 Rukun Tetangga (RT). Dengan jumlah penduduk 78.184 jiwa, yang terdiri dari
40.438 jiwa laki-laki, dan 37.746 jiwa perempuan. Kecamatan Taktakan berjarak ± 5,8 km dari
kantor gubernur Banten dan 12,6 km dari kantor walikota Serang.
Tabel 4.1
Data Jumlah Penduduk Kecamatan Taktakan
Sumber : Kecamatan Taktakan tahun 2010
No Nama Desa Jumlah Penduduk
L P L+P
1 Cilowong 3755 3527 7282
2 Sayar 2765 2575 5340
3 Sepang 3831 3737 7568
4 Pancur 2156 2031 4187
5 Kalang Anyar 1697 1528 3225
6 Kuranji 1916 1756 3672
7 Panggung Jati 3260 2979 6239
8 Drangong 8919 8267 17186
9 Taktakan 3510 3338 6848
10 Umbul Tengah 2210 2098 4308
11 Lialang 2720 2514 5234
12 Taman Baru 2720 3396 7095
Jumlah 40438 37746 78184
Tabel 4.2
Jumlah Rumah Tangga dan Mata Pencaharian Sebagian Besar Penduduk di
Kecamatan Taktkan Tahun 2010
Sumber : Kecamatan Taktakan tahun 2011
Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Taktakan terdiri dari bidang pertanian, jasa,
dan perdagangan. Tetapi sebagian besar mata pencaharian utamanya adalah di bidang pertanian,
hampir diseluruh desa, hanya desa Drangong yang mata pencahariannya mengarah pada bidang
perdagangan dan jasa. Sedangkan jasa dan pertanian merupakan mata pencaharian desa sepang
dan panggung jati.
No Nama Desa Jumlah Rumah
Tangga
Mata Pencaharian
1 Cilowong 1328 Pertanian
2 Sayar 1026 Pertanian
3 Sepang 1656 Pertanian, Jasa
4 Pancur 801 Pertanian
5 Kalang Anyar 529 Pertanian
6 Kuranji 615 Pertanian
7 Panggung Jati 1214 Pertanian, Jasa
8 Drangong 3959 Perdagangan, Jasa
9 Taktakan 1208 Pertanian
10 Umbul Tengah 720 Pertanian
11 Lialang 1156 Pertanian
12 Taman Baru 1699 Pertanian
Jumlah 1599
Tabel 4.3
Jumlah Sarana Pelayanan KB di Kecamatan Taktakan
Tahun 2010
Sumber :Kecamatan Taktakan Tahun 2010
Setiap desa di Kecamatan Taktakan memiliki Pos KB masing-masing memiliki satu pos
KB kecuali desa Drangong dan Taman Baru. Pos KB di masing-masing desa ini agar dapat
memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi mengenai program KB dan memudahkan
petugas penyuluh lapangan dalam mendata dan memberikan informasi dan layanan KB kepada
masyarakat. Sedangkang Posyadu yang ada di kecamatan berjumlah 75, di desa Drangong
terdapat 18 Posyadu jumlah tersebut paling banyak dari desa lainya. Posyadu (Pos Layanan
No Nama Desa KKB PKBRS Pos KB Posyandu
1 Cilowong - - 1 7
2 Sayar - - 1 6
3 Sepang - - 1 6
4 Pancur 1 - 1 6
5 Kalang Anyar - - 1 4
6 Kuranji - - 1 5
7 Panggung Jati - 1 1 5
8 Drangong - - 2 18
9 Taktakan 1 - 1 6
10 Umbul Tengah - - 1 4
11 Lialang - - 1 4
12 Taman Baru 1 1 2 4
Jumlah 3 2 14 75
Terpadu) yang ada yaitu sebagai pos pelayanan kesehatan yang dikelola dan untuk masyarakat
dengan dukungan teknis dari petugas dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB
kesehatan dalam rangka pencapaian kesehatan keluarga yang baik. Kemudian ada PKBRS dan
KKB (Kelompok KB) di Desa Pancur, Desa Taktakan dan, Taman Baru masing-masing satu
yang merupakan wadah organisasi yang anggotanya terdidi dari seluruh keluarga dalam satu
rukun tetangga yang secara sukarela berperan aktif mengelola program KB Nasional di tingkat
rukun tetangga.
Tabel 4.4
Jumlah Akseptor KB Menurut Alat/Cara Kontarasepsi yang Digunakan di Kecamatan
Taktakan Tahun 2010
No Desa IUD MOP MOW Implan Suntik Pil Kondom
1. Cilowong 6 17 14 29 620 144 35
2. Sayar 6 30 19 115 479 108 33
3. Sepang 33 16 13 23 832 127 18
4. Pancur 12 26 15 35 456 98 23
5. Kalang Anyar 9 5 4 28 417 95 20
6. Kuranji 23 7 6 21 450 126 16
7. Panggung Jati 41 13 9 30 413 508 26
8. Drangong 173 12 8 57 1195 388 32
9. Taktakan 9 13 10 30 435 168 21
10. Umbul Tengah 18 8 9 26 313 88 18
11. Lialang 39 12 9 24 324 69 24
12. Taman Baru 136 9 11 29 597 52 20
Jumlah 535 168 127 447 6531 1971 286
Sumber: pengawas PLB Kecamatan Taktakan tahun 2010
Alat kontrasepsi yang lebih banyak digunakan oleh masyarakat Kecamatan Taktakan
yaitu suntik berjumlah 6531. Karena suntik lebih ekonomis dari alat yang lainnya. Desa
Drangong lebih banyak menggunakan alat suntik. Sedangkan alat kontrasepsi yang paling sedikit
digunakan yaitu MOW (Medis Oprasi Wanita) dan MOP (Medis Oprasi Pria) yang merupakan
kontrasepi mantap untuk mengakhiri kelahiran. Desanya yaitu desa Kalang Anyar yang hanya
berjumlah 4 orang dan 5. Ini disebabkan karena masih tabunya dengan cara oprasi. Mereka lebih
memilih cara yang lebih umum dan mudah. IUD (Intra Uterine Device) dan Implan juga
alat/cara yang banyak juga dipilih oleh para Akseptor karena pemakaiannya efektif selama 3
tahun. IUD (Intra Uterine Device) yaitu alat kecil berbentuk huruf T yang lentur yang diletakan
di dalam rahim. Sedangkan implan dibagaian kulit lengan atas, alatnya berbentuk batang yang
mengandung hormon progestogen untuk mencegah kehamilan. Dalam mengurusi hal-hal yang
terkait masalah KB dan Program KB di tingkat kecamatan diurusi oleh UPT BPMPKB
Kecamatan yang merupakan kepanjangan tangan dari BPMPKB Kota Serang sebagai lembaga
teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah sosial dan keluarga berencana (KB) di tingkat
kota, untuk itu BPMPKB kota membentuk UPT BPMPKB ditiap kecamatan dan salah satunya
adalah di UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan dari hasil
penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori George C. Edward III,
yaitu model Direct and Indirect Impact on Implementation . Adapun dalam melakukan
penilaianya dengan mengacu pada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan, antara lain:
1. Sumberdaya, terdapat empat indikator yang dipakai, yaitu: staf, informasi, wewenang
dan fasilitas;
2. Komunikasi, terdapat tiga indikator yang dipakai yaitu: tranmisi, kejelasan dan
konsistensi;
3. Disposisis, terdapat dua indikator yang dipakai, yaitu: pengangkatan birokrat, dan
inisiatif;
4. Struktur birokrasi, terdapat dua indikator yang dipakai, yaitu: standar operating
prosedurs (SOP) dan fragmentasi.
Teori tersebut menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
Program Keluarga Berencana (KB) Di Kecamatan Taktakan Kota Serang adalah melihat dari ke
empat faktor tersebut mengenai keberhasilan pelaksanaan suatu Kebijakan. Mengingat bahwa
jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka
data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil
observasi lapangan serta data atau hasil dokumentasi lainnya.
Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan
oleh Miles dan Huberman, data-data tersebut dianalisis selama proses penelitian berlangsung.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara, dokumentasi maupun
observasi dilakukan reduksi untuk dapat mencari tema dan polanya dan diberikan kode-kode
pada aspek tertentu berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan masalah
penelitian serta dilakukan kategorasi. Dalam penyusunan jawaban penelitian, penelitian
memberikan kode pada aspek tertentu:
1. Kode A sampai D menandakan indikator pertanyaan
2. Kode Q1, 2,3 ,4 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan
3. Kode I1-I8 menandakan daftar urutan informan
4. Kode C menandakan acara pengumpulan data
Setelah peneliti memberikan kode-kode pada aspek tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian sehingga tema dan polanya ditemukan, maka dilakukan kategorisasi
berdasarkan jawaban-jawaban yang ditemukan dari penelitian lapangan dengan membaca dan
menelaah jawaban tersebut dan mencari data penunjang yang akan memperkuat hasil penelitian
lapangan. Mengingat hal ini adalah penelitian kualitatif dengan tidak menggeneralisasikan
jawaban penelitian, maka semua jawaban yang dikemukakan oleh informan dalam pembahasan
penelitian yang disesuaikan dengan teori George C. Edward III. Berdasarkan teori George C.
Edward III berikut ini kategori yang disusun oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian
dilapangan:
Tabel 4.5
Indikator Pertanyaan
Indikator Informan
A. Sumberdaya merupakan sumber-sumber yang
diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-
kebijakan. Indikatornya meliputi:
1. Staf: Jumlah dan latar belakang pendidikan
2. Informasi: Cara pelaksanaan kegiatan dan
kepatuhan dari pelaksana dan pelaku kebijakan
3. Wewenang: Kepentingan yang mempengaruhi
dari pelaksanaan Program Keluarga Berencana
4. Fasilitas: Sarana dan prasarana lain yang
mendukung dalam kebijakan
Kasubag KB
BPMPKB Kota
Serang, Kasubag
UPT BPMPKB
Kecamatan
Taktakan, PLKB
Kecamatan, Tokoh
Masyarakat, Kader
dan Peserta KB
B. Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk
menyampaikan apa yang menjadi pemikiran dan
perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada
orang lain. Indikatornya meliputi:
1. Tranmisi: penyaluran komunikasi melalui
penyuluhan kepada masyarakat mengenai
tujuan dan manfaat program Keluarga
Berencana
2. Kejelasan: penyampain informasi yang
diberikan kepada pelaku kebijakan harus jelas,
akurat.
3. Konsistensi: pelaksana dan pelaku kebijakan
Kasubag KB
BPMPKB Kota
Serang, Kasubag
UPT BPMPKB
Kecamatan
Taktakan, PLKB
Kecamatan, Tokoh
Agama, dan
Masyarakat
haruslah konsisten
C. Disposisis adalah sikap para pelaksana untuk
melaksanakan kebijakan. Indikatornya meliputi:
1. Pengangkatan Birokrat: personil pelaksana
kebijakan memiliki dedikasi
2. Insentif: insentif bagi pelaksana kebijakan
memiliki dedikasi
Kasubag KB
BPMPKB Kota
Serang dan kader
D. Struktur birokrasi merupakan pelaksana sebuah
kebijakan yang telah diputuskan dengan
melakukan koordinasi dalam rangka melaksanakan
kebijaka. Indikatornya meliputi:
1. Standar operating prosedurs (SOP): para
pegawai atau pelaksana melaksanakan kegiatan
pelayanan KB dan penyuluhan sesuai dengan
standar atau aturan yang telah ditetapkan
2. Fragmentasi: kerja sama dan koordinasi antar
pelaksanaan program Keluarga Berencana
Kasubag KB
BPMPKB Kota
Serang, PLKB
Kecamatan, Kader
dan Masyarakat
(Sumber: Peneliti, 2011)
Berdasarkan kategori diatas, maka peneliti membuat matriks agar data yang ada dari hasil
kategorisasi dapat dipahami secara keseluruhan oleh para pembaca. Adapun setelah dilakukan
kegiatan tersebut kemudian peneliti mencoba menganalisis kembali untuk mencari kesimpulan
yang signifikan selama adanya sisa waktu penelitian dengan mencari kembali data dan informasi
dari berbagai sumber. Setelah data dan informasi yang dipaparkan bersifat jenuh, artinya telah
ada pengulangan informasi yang sama atas setiap jawaban sehingga tidak ada lagi yang di
pertanyakan. Maka kesimpulan tersebut dapat diambil untuk dijadikan jawaban dalam
pembahasan masalah penelitian.
4.2.2 Daftar informan
Informan dalam penelitian ini adalah stakeholder (semua pihak) pelaksana Program
Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Berikut ini akan diuraikan daftar
informan yang berkaitan dengan penelitian ini.
Tabel 4.6
Daftar Informan
No Kode
Informan
(i)
Unsur Jabatan / Status Informan
1 I1. Pemerintah Kasubag KB BPMPKB Kota Serang
2 I1. Kasubag UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan
3 I1., Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana
(PPLKB) Kecamatan Taktakan
4 I2. Tokoh
Masyarakat
Kader posyandu/ KB
5 I2. Ulama/ Uzstad di Kecamatan Taktakan
6 I2. Tokoh Masyarakat
7 I3 Akseptor Peserta KB dari Desa yang berbeda
8 I4 Non Akseptor Bukan peserta KB dari Desa yang berbeda
(Sumber: Peneliti, 2011)
Keterangan Informan:
1. Apay Supardi S. IP, M. Si (47 Tahun), Kasubag Keluarga Berencana (KB) Badan
Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang (I1.1)
2. Ibu Sri Endah, S. Sos (56 Tahun), Kasubag UPT Badan Pemberdayan Masyarakat
Perempuan dan Keluarga Berencana Kecamatan Taktakan Kota Serang (I1.2)
3. Para Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (I1) Di kecamatan Taktakan yang
terdiri atas:
A. Bapak Indra Cahyadi, S. Sos. I, MM. (34 Tahun), Petugas Lapangan Keluarga
Berencana Kecamatan Taktakan (I1.3)
B. Bapak Panji Gerhana (26 Tahun), Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kecamatan
Taktakan (I1.4)
4. Para Kader Posyandu/KB (I2) Di Kecamatan Taktakan yang terdiri atas:
A. Ibu Diah (43 Tahun), Ketua Forum Kader Kecamatan Taktakan
(I2. 1)
B. Ibu Anah Dodi (48 Tahun), Kader di Desa Taman Baru (I2. 2)
C. Ibu Sarniah (27 Tahun), Kader di Desa Pancur (I2. 3)
D. Ibu Saniati (38 Tahun), Kader di Desa Panggung Jati (I2. 4)
E. Ibu Imas (27 Tahun), Kader di Desa Drangong (I2. 5)
F. Ibu Halimah (29 Tahun), Kader di Desa Umbul Tengah (I2.6)
5. Para Tokoh Agama (I2) terdiri atas:
A. Ustad Hambali (34 Tahun), Tokoh Agama di Desa Taktakan (I2.7)
B. Ustad Ruli (33 Tahun), Tokoh Agama di Desa Taktakan (I2.8)
6. Para Tokoh Masyarakat (I6) terdiri dari:
A. Bapak Ulfi (45 Tahun), Tokoh Masyarakat di Desa Taktakan (I2.9)
B. Bapak Nurdin (44 Tahun), Kepala Desa Panggung Jati ( I2. 10)
7. Akseptor/Peserta program Keluarga Berencana (KB) (I3) yaitu:
A. Ibu Sahriah (47 Tahun), peserta KB aktif Desa Panggung Jati (I3.1)
B. Ibu Jenab (37 Tahun), peserta KB aktif Desa Kalang anyar (I3. 2)
C. Ibu Munawah (35 Tahun), peserta KB aktif Desa Kalang Anyar (I3.3)
D. Ibu Eniah (28 Tahun), peserta KB aktif Desa Taktakan (I3. 4)
E. Ibu Sarmunah (35 Tahun), peserta KB aktif Desa Lialang (I3.5)
F. Ibu Narti (30 Tahun), peserta KB aktif Desa Taman Baru (I3.6)
G. Ibu Sumiyati (34 Tahun), peserta KB aktif Desa Pancur (I3.7)
H. Ibu Misneni (32 Tahun), peserta KB Baru Desa Sepang (I3.8)
I. Ibu Asnawati ( 34 Tahun), peserta KB Baru Desa Kuranji (I3.9)
J. Usman Ali (40 Tahun), peserta KB MOP Baru Desa Sayar (I3. 10)
8. Bukan Peserta program Keluarga Berencana (KB) (I4) yaitu:
A. Ibu Mutiah (21 Tahun), Non Akseptor Desa Taktakan (I4. 1)
B. Ibu Beti Haryana (20 Tahun), Non Akseptor Desa Taktakan (I4.2)
C. Ibu Naila (35 Tahun), Non Akseptor Desa Drangong (I4.3)
D. Ibu Rohmah (37 Tahun), selaku peserta KB Desa Umbul Tengah (I4. 4)
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.2 Kebijakan Program Keluarga Berencana
Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN). Dengan adanya Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Maka program Keluarga Berencana
(KB) nasional tidak menjadi peraturan tetap yang mengikat, tetapi kebijakan tersebut tergantung
setiap kebijakan strategis yang dikeluarkan pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten.
Berbagai macam bentuk pengelolaan dan kelembagaan program keluarga berencana yang
dimiliki setiap provinsi atau daerah-daerah di Indonesia, maka Kota Serang yang merupakan
bagian dari provinsi Banten yang juga dikenal sebagai ibu kota provinsi Banten ini mempunyai
suatu lembaga teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah sosial dan keluarga berencana
(KB) yaitu Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana (BPMPKB).
Menurut Rencana Strategi (Renstra) BPMPKB TA 2009, kebijakan dalam program-
program Keluarga Berencana yaitu terwujudnya keluarga kecil bahagia sejahtera. Program dan
kegiatan yang dilakukan terhadap semua keluarga. Kegiatan dalam sasaran terwujudnya Program
Keluarga Berencana (KB) yaitu penyedian pelayanan KB dan alat kontasepsi, pembinaan
Keluarga Berencana serta pengadaan sarana dan mobilitas tim KB keliling.
A. Faktor Sumber Daya
Suatu kebijakan termasuk diantaranya adalah sebuah program yang dibentuk, dalam
pelaksanaannya melibatkan berbagai sumber-sumber tertentu dan sumber tersebut akan
membawa pengaruh terhadap pelaksanaannya. Sumber daya mempunyai peranan penting dalam
pelaksanaan kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistenya ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil bertanggungjawab melaksanakan kebijkan
kurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka pelaksanaan
kebijkan tersebut tidak akan bisa efektif. Untuk mengetahui keberadaan berbagai sumber-
sumber yang terkait dengan pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan
Kota Serang. Sumber-sumber yang mempengaruhi menyangkut pada pelaksana kebijakan yang
terkait serta sumber bagi masyarakat yang sebagai objek kebijakan maupun sumber bagi
pelaksana program pemerintah. Berikut ini penjelasa mengenai indikator sumber yang
mempengaruhi pada pelaksanaannya:
1. Jumlah dan latar belakang pendidikan Pegawai
Sumber daya utama dalam pelaksanaan kebijakan adalah staf atau pegawai. Dalam
menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan
yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan suatu kebijakan. Artinya, kemampuan pelaksana
kebijakan harus ditunjang oleh kuantitas dan kualitas yang dilihat dari latar belakang pendidikan
serta keahlian yang memadai. UPT BPMPKB di Kecamatan Taktakan Jumlah pegawai dan
penyuluh lapangannya kurang memadai seperti yang diungkapkan oleh I1.2 pada saat wawancara,
yaitu:
“Di UPT Kecamatan ini memiliki 5 pegawai yang terdiri dari Kepala UPT, Kasubag,
dan 2 PLKB serta 1 orang saff. Jumlah PLKB yang ada di Kecamatan Taktakan hanya
berjumlah 2 orang, jumlah ini sebenarnya kurang memadai untuk menjangkau 12 desa
yang ada di Kecamatan Taktakan, apabila ada kegiatan yang akan dilaksanakan kadang
kita kesulitan tetapi Alhamdulliah PLKB dibantu oleh para kader di tiap desa dengan
suka rela mambatu”(Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa staf dan khususnya petugas penyuluh
lapangan yang ada di UPT BPMPKB kurang memadai jumlahnya untuk menjangkau 12 desa
yang ada di Kecamatan taktakan sehingga dalam pelaksanaan tugas seperti pendataan dan
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan program Keluarga Berencana dibantu oleh kader-
kader ditiap desa untuk memudahkan dalam menjangkau tiap desa.
Selain kuantitas, kualitas atau kemampuan pelaksana kebijakan tidak kalah pentingnya
untuk mendukung kelancaran pelaksana kebijakan yang dilihat dari latar belakang pendidikan
serta keahlian yang dimiliki pegawai. Adapun spesifikasi pendidikan UPT BPMPKB di
Kecamatan Taktakan sebagai berikut:
Tabel 4.7
Latar Belakang Pendidikan Pegawai UPT BPMPKB
No. Nama Jabatan Tingkat Pendidikan
1. Emi, S.Sos Kabid Sarjana
2. Sri Endah, S.Sos Kasubag Sarjana
3. Indra Chahyadi, S.Sos. I, MM PLKB S2
4. Panji Gerhana PLKB D3
Sumber: Struktur Organisasi UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan
Latar belakang pendidikan yang mereka miliki sangat mendukung dan membantu dalam
pekerjaan yang digeluti karena relevan dengan tugasnya. Seperti yang diungkapkan oleh I1.4
pada saat wawancara dilakukan, ia mengungkapkan:
“latar belakang pendidikan saya (Ilmu Kesehatan) sesuai dengan pekerjaan yang saya
geluti saat ini yang berhubungan dengan kesehatan yaitu KB, ini mempermudah saya
melaksanakan tugas ini, saya dapat memberikan pemahaman, pengetahuan mengenai
manfaat dari program ini ke masyarakat” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)
Sebagai petugas lapangan keluarga berencana yang memberikan penyuluhan kepada
masyarakat akan pentingnya KB merasa lebih yakin dan menguasai tentang KB karena latar
belakang pendidikannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang digeluti sehingga mempermudah
melaksanakan tugas sebagai petugas lapangan yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Hal yang sama diungkapkan oleh hasil wawancara dengan I1.3, yaitu :
“Ilmu Agama latar belakang pendidikan yang saya ambil ini ternyata membantu dalam
pekerjaan saya. Terkadang dilapangan masih ada masyarakat yang berpendapat bahwa
KB itu dilarang oleh agama, dengan latar belakang pendidikan yang saya miliki ini, saya
dapat menjelaskan sesuai dengan ilmu yang saya punya. (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor
UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)
Berdasarkan hasil wawancara yang didapat dari tiga informan, dengan Kasubag UPT
BPMPKB kecamatan serta dua orang PLKB, mereka mengungkapkan latar belakang pendidikan
yang mereka miliki yaitu bidang sosial, agama dan kesehatan sangat membantu melaksankan
tugas di lapangan dengan menghadapi berbagai pola pikir masyarakat sehigga kendala-kendala
yang ada dapat terminimalisir. Kaitan latar belakang pendidikan para pelaksana dengan
kelancaran pelaksanaan program untuk menghadapi masyarakat tersebut merupakan hal yang
sangat penting karena untuk memahami bagaimana keadaan masyarakat di tempat tersebut
apalagi untuk berhadapan dengan masyarakat yang berbeda pemikiran nya, mengenai pola pikir
mereka serta tradisi yang ada dimasyarakat secara umumnya.
Pelaksana yang akan ditugaskan dilapangan senantiasa sudah siap untuk menghadapi
permasalahan yang sering terjadi terkait dengan persepsi bahwa KB diharamkan, pola pikir
bahwa banyak anak, banyak rezeki dan yang lainnya yang bisa menghambat keberhasilan
pelaksanaan Program KB ini. Kemudian pegawai atau PLKB yang kurang mencukupi untuk
pelaksanan di lapangan terbantu oleh para kader desa yang siap membatu dalam kegiatan
program Keluarga Berencana dengan suka rela ini menunjang pelaksanaan dilapangan agar
berjalan dengan baik dan lancar. sehingga kendala ini tidak menjadi hal yang berarti bagi
tercapainya keberhasilan pelaksanaan program.
2. Informasi Pelaksanaan Program
Suatu kebijakan publik yang dibuat pemerintah melalui bentuk program ataupun dalam
bentuk Undang-Undang senantiasa mengandung informasi yang harus disampaikan dan
dimengerti oleh pelaksana serta pelaku sasaran kebijakan/objek kebijakan tersebut akan tujuan
dan manfaatnya. Tidak hanya untuk masyarakat atau para penerima kebijakan pemerintah secara
langsung, akan tetapi para stakeholder (pelaksana kebijakan) dapat merasakan kemanfaatan yang
dicapai. Pelaksana tentu harus mengetahui tidakan atau cara apa yang harus pelaksana lakukan
untuk tercapainya tujuan tersebut. Pelaksana Program Keluarga Berencana di Kecamatan
Taktakan dilakukan dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan sesuai dengan program yang
telah ditetapkan. Seperti yang diungkapkan oleh I1.2 bahwa:
“Program Keluarga Berencana sendiri bertujuan yaitu untuk menekan Pertumbuhan
penduduk, sedangkan secara khususnya yaitu untuk mengurangi angka kesakitan ibu
setelah melahirkan, mengurangi angka kematian bayi. Dari tujuan tersebut mengandung
informasi yang perlu diketahui oleh pelaksana kebijakan program maupun pelakunya,
untuk itu adanya kegiatan atau tidakan yang dilakukan memalui pelayanan KB,
penyuluhan serta pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya KB” (Selasa, 11 Okt
2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)
Program Keluarga Berencan yang diperuntukan untuk mengatasi masalah menurunkan
angka kelahiran sehinga pertambahan pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk
meningkatkan produksi dengan meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak,
keluarga melalui merenacanakan kehamilan, pengaturan kelahiran, menjarangkan kelahiran. Manfaat
Program Keluarga Berencana yaitu untuk dapat mengatur jumlah dan jarak kehamilan sesuai
dengan keiinginan, sehingga kesehatan ibu dapat terjamin secara medis atas program keluarga
berencana yang ikuti dan sarankan. di Kecamatan Taktakan dilakukan kegiatan seperti
pembinaan kepada masyarakat dengan mengumpulkan tokoh masyarakat serta tokoh agama,
penyuluhan KB, konseling, kemudian juga pelayanan KB gratis. Seperti yang diungkapkan oleh
I1.3:
“penyuluhan merupakan cara yang penting untuk menyampaikan manfaat KB kepada
masyarakat agar mereka mau ikut KB. Pasangan yang mau ber-KB kita berikan arahan
atau biasa disebut konseling, konseling bertujuan untuk memberikan bagaimna yang
seharusnya mereka lakukan, alat apa yang sebaiknya digunakan, baru kemudian di rujuk
ke puskesmas atau ke rumah sakit” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB
Kecamatan Taktakan)
Penyuluhan, konseling, dan pelayanan KB gratis merupakan cara yang dilakukan untuk
meningkatkan peserta KB. Hal diatas diperkuat dengan yang diungkapkan oleh I1.2:
“disini dilakukan berbagai kegiatan adanya pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat
akan pentingnya KB bagi mereka, kemudian diadakannya pelayanan KB gratis untuk
memotivasi dan meberikan kemudahan bagi keluarga pra sejahtera dalam mendapatkan
pelayanan KB sehingga diharapkan akan lebih banyak lagi masyarakat ikut program KB.
pelayanan KB gratis biasanya dilaukan tiga bulan sekali dengan bekerjasama dengan
puskesmas di kecamatan dan di rumah sakit untuk pelayanan MOP dan MOW” (Selasa,
11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)
Pelayanan KB gratis yang menjadi kegiatan program keluarga berencana di Kecamatan
Taktakan memberikan motivasi dan memudahkan masyarakat untuk memasang alat kontasepsi
secara gratis tanpa harus memusingkan biaya yang akan dikeluarkan. Hal ini diungkapkan oleh
I3. 2:
“kalau ngga ada pelayanan pemasangan alat kontasepsi gratis, saya ngga KB, ini
pertama kali saya pasang soalnya uangnya mendingan buat makan sehari-hari, ngga
kepikiran buat yang kaya gitu, buat makan sehari-hari aja susah namanya juga orang
ngga punya” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)
Hasil wawancara diatas dengan informan dari pelaksana dan pelaku sasaran kebijakan
program, informasi mengenai program keluarga berencana ini dilakukan melalui berbagai
kegiatan yaitu pembinaan kepada masyarakat dengan berdiskusi dengan tokoh agama dan tokoh
masyarakat mengenai Program Keluarga Berencana, penyuluhan sebagai cara memberikan
pengetahuan akan tujuan, manfaat dengan mengikuti KB sehingga masyarakat lebih terbuka dan
akan lebih mengerti adanya kegunaan program KB, serta konseling untuk memberikan arahan
bagi pasangan dalam memilih alat kontasepsi yang sesuai, kemudian pelayanan KB gratis ini
cara dan usaha pelaksana untuk memotivasi serta memberikan kemudahan bagi keluarga yang
tergolong dalam keluarga pra sejahtera dalam mengakses pelayanan KB dengan pemasangan alat
kontasepsi.
3. Wewenang: Kepentingan yang mempengaruhi dari pelaksanaan Program Keluarga
Berencana
Adanya suatu kepentingan didalam pelaksanaan Kebijakan yang berkaitan dengan
Program Keluarga Berencana adalah kepentingan bagi pelaksana kebijakan itu sendiri seperti
kepentingan bagi pihak kesehatan. Bidang tersebut sangat mendukung dalam pelaksanaan
Kebijakan ini. Karena unsur itu yang menjadi tujuan Program Keluarga Berencana. Adapun
berbagai pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Keluarga Berencana di tiap Kotanya
memiliki peranan yang penting, seperti halnya wawancara dengan I1.1 bahwa:
”Kepentingan yang mempengaruhi selain untuk masyarakat sasaran Program Keluarga
Berencana, pelaksanaan program ini, kita (BPMPKB Kota Serang dan UPT BPMPKB
Kecamatan) bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan
pelayanan KB gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang menangani
pelayanan tersebut” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)
Selain peran aktif dari masyarakat sebagai sasaran program KB yang memiliki
kepentingan, semua pihak yang terkait dalam program ini harus bekerjasama dalam pelaksanaan
program KB agar tujuan tercapain dengan baik. Hal diatas diperkuat hasil wawancara yang
diungkapkan oleh I1.2, yaitu:
”pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan kegiatan-kegiatan
khusunya dalam kegiatan pelayanan KB gratis kepada masyarkat, seprti yang akan
dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 oktober kita bekerja sama dengan puskesmas
sebagai yang melakukan pelayanan (pemasangan alat kontasepi) dan Koramil (karena
bertepatan dengan ulang tahun ABRI) memfasilitasi kendaraan untuk antar jemput
peserta KB. kemudian kita (UPT BPMPKB Kecamatan) mengkoordinasi dan memantau
jalannya pelayanan tersebut, sedangkan anggaran atau biaya itu dari pusat. (Selasa, 11
Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)
Kepentingan dari pihak masyarakat (peserta KB) memang secara langsung sangat
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Berencana. Di satu pihak
pemerintah berkewajiban menangani permasalahan pertumbuhan penduduk ini yang
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.. Tetapi disisi lain masyarakat pelaku sasaran Program
Keluarga Berencana juga harus berperan aktif bagaimana agar benar-benar program ini
terealisasikan dengan baik. Para pihak pelaksana kebijakan yaitu PLKB dan kader serta pihak
terkait pun khususnya di bidang kesehatan harus dengan sigap menjalankan tugas dan tanggung
jawab yang diembannya, terutama bagi kalangan Masyarakat pelaku sasaran kebijkan Program
Keluarga Berencana. Hal senada hasil wawancara dengan I1.1 menyatakan:
“yang sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan Program Keluarga Berencana itu
sendiri yaitu untuk kepentingan masyarakat (ibu, anak, serta keluarga) itu sendiri untuk
mendapatkan keturunan yang berkualitas dengan menjarangkan kelahiran, anaknya
dapat terperhatikan sehingga dapat terwujudnya keluarga yang sejahtera lahir dan
batin. Khususnya kesehatan ibu dan bayi, sehingga memiliki keluarga yang sehat,
berkualitas dan sejahtera. Untuk kepentingan lainnya dari PLKB dan kader untuk selalu
memberikan penyuluhan pentingnya KB itu agar masyarakat memahami pentingnya KB
untuk masyarakat itu sendri” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)
Pihak dari Masyarakat pelaku sasaran kebijakan Program Keluarga Berencana serta pihak
yang terlibat sebagai pelaksana sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kebijakan program
ini. Akan tetapi hambatan yang terjadi kadang adanya ketakutan dari masyarakat ketika
didatangai oleh petugas penyuluh lapangan untuk memberikan penyuluhan. Seperti hasil
wawancara yang dilakukan dengan I1.4, mengungkapkan:
“ hambatan dalam melakukan penyuluhan terkadang masih adanya warga yang merasa
ketakutan apabila kita mendatanginya untuk memberikan penyuluhan, mereka langsung
cepat-cepat menutup pintu rumah mereka. Biasanya warga yang kalangan menengah
kebawah atau biasa kita sebut keluarga pra sejahtera yang berada di daerah pelosok.
Dengan adanya kejadian tersebut maka kita (penyuluh) biasanya melakukan pendekatan
dengan tokoh masyarakat atau kader di lingkungan tersebut untuk mendampingi
penyuluh sehingga agar warga tidak merasa takut lagi dan tidak merasa asing dengan
kehadiran petugas. Tokoh masyarakat atau kader setempat memberikan pengertian
kepada warga akan adanya maksud dan tujuan kita (penyuluh)” (Kamis, 19 Okt 2011,
Rumah Sakit DKT)
Dari pernyataan diatas serta hasil observasi lapangan, peneliti melihat kerjasama dan
koordinasi dari pihak terkait dalam melaksanakan program Keluarga Berencana di Kecamatan
Taktakan tersebut sudah baik karena terlihat ketika adanya pelaksanaan kegiatan pelayanan KB
gratis yang dilaksanakan di puskesmas Taktakan pelaksanaan program didukung oleh
stakeholder (semua pihak yang terkait) oleh petugas UPT Kecamatan melalui pendekatan
kepada pihak terkait baik dari pelayanan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas, dari pemerintah
desa yang mendukung adanya kegiatan tersebut dan menginformasikan kepada masyarakat
didaerahnya, kemudian kader -kader desa yang membawa peserta KB serta Koramil sebagai
fasilitas kendaraan untuk mengantar jemuput para peserta KB.
Selain itu, peneliti melihat ketika proses penyuluhan pun semua pihak saling membatu
dan mendukung seprti tokoh masyarakat dan kade-kader membatu petugas penyuluh dalam
melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat tidak merasa takut dengan adanya
penyuluhan sehingga masayrakat akan lebih mengetahui dan mengerti pentingnya ber-KB. Hal
ini apabila terus dipupuk kerjasama pihak terkait akan dapat memperlancar pelaksanakan
program tersebut sehingga sangat menungkinkan sekali bisa menentukan keberhasilan program
tercapi.
Berdasarkan kategori adanya kepentingan untuk masyarakat pelaku sasaran kebijakan
Program bahwa ada beberapa hal yang dapat menghambat pelaksanaan Program Keluarga
Berencana, bahwa Program ini untuk kepentingan Masyarakat untuk menghasilkan keturunan
yang berkualitas melalui menjarangkan kelahiran sehingga ibu sehat, anak mendapat kesehatan
dan pendidikan yang berkualitas ini namun satu sisi terhambat dengan adanya pemikiran dari
masyarakat pra sejahtera untuk ber-KB apabila ada pelayanan gratis saja yang diadakan oleh
penyelenggara, apabila tidak ada mereka enggan karena biaya yang digunakan untuk memasang
alat kontasepsi lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal tersebut
dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan program Keluarga Berencana, untuk itu pelayanan
KB gratis agar menjadi agenda kegiatan program yang tetap untuk memudahkan masyarakat
mengakses pelayanan KB.
4. Fasilitas: Sarana dan prasarana lain yang mendukung dalam kebijakan
Fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kebijakan. Pelaksana
kebijakan program dalam pelaksanaannya tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai, maka pelaksanaan kebijakan tidak akan berhasil. Untuk itu dalam proses suatu
kebijakan program pemerintah yaitu program Keluarga Berencana dalam menekan pertumbuhan
penduduk perlu ada sarana dan prasarana dalam kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukung
jalannya kebijakan program di lapangan.
Sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana yaitu
terdiri dari fasilitas kantor dan fasiltas lapangan. Fasilitas tersebut dibutuhkan untuk kelancaran
terlaksanaanya program ini. Seperti yang diungkapkan I1.1 pada saat wawancara mengutarakan:
“sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk mendukung dalam keberhasilan
pelaksanaan program. Sarana dan prasarana yang tersedia yaitu fasilitas lapangan
berupa motor diberikan pada setiap PLKB dan mobil penerangan (MOPEN) yangi baru
di setujui pada tahun 2010 dari pusat untuk membantu kelancaran kegiatan. Sedangkan
fasilitas kantor seperti kursi, rak –rak, lemari, meja serta alat tulis kantor lainnya
walaupun belum tersedianya komputer karena terbatasnya anggaran” (Selasa, 11 Okt
2011, Kantor BPMPKB Kota Serang)
Dari pernyataan tersebut dapat dilitah bahwa hambatan mengenai sarana dan prasarana
adalah terletak dari jumlah anggaran dari pemerintah yang disediakan untuk prasarana pelaksana
dalam bekerja. Hal ini yang dikeluhkan oleh pelaksana karena akan menghambat kelancaran
pelaksanaan, seperti pembuatan surat-surat, laporan yang akan membutuhkan proses pekerjaan
yang lama, cepat atau tidaknya hasil yang ingin dicapai secara rapi dan tepat waktu sangat
diperlukan. Untuk itu perlu didukung dengan peralatan yang memadai. Kelengkapan peralatan
yang ada masih belum memadai, seperti yang diungkapkan oleh I1.4, yaitu:
“yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas kantor yaitu
tidak adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat untuk keperluan
kegiatan program ini biasanya mesti ke rental komputer, sehingga kurang efektif dan
efisien dan menghambat kelancaran kegitan. Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB
diberikan motor untuk mendukung tugas ke lapangan ” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah
Sakit DKT)
Tidak adanya komputer menjadi penghambat dalam kelancaran kegiatan sehingga dalam
pembuatan laporan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan kurang efektif. Fasilitas kantor yang
kurang memadai tersebut dikarenakan anggaran yang kurang dari pusat. Lain halnya dengan
fasilitas lapangan, fasilitas lapangan yaitu motor untuk setiap PLKB. Hal terebut diperkuat hasil
wawancara yang diungkapkan oleh I1.3:
”PLKB diberikan fasilitas lapangan berupa motor, memudahkan PLKB dalam
penyuluhan ke desa-desa dan kegiatan lainnya dilapangan. Kemudian kita juga
membutuhkan MOPEN sebagai mobil penerangan berisi alat-alat kontasepsi. Kita
menyambut baik dengan adanya MOPEN yang telah distujui oleh pusat sebagai fasilitas
lapangan tambahan sehingga dapat memperlancar lagi pelaksanaan program” (Selasa,
11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)
Berdasarkan observasi penelitian ditempat UPT Kecamatan Taktakan memang benar
sarana atau fasilitas kantor kurang memadai, tidak tersedianya komputer untuk membuat surat-
surat dan laporan. Dari hasil observasi dan wawancara dari ketiga informan diatas, sarana dan
prasarana pendukung di UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan yaitu terdiri dari fasilitas kantor
dan fasilitas lapangan. bahwa hambatan mengenai sarana dan prasarana adalah terletak dari
fasilitas kantor, fasilitas kantor yang ada di UPT Kecamatan kurang memadai karena masih
kurangnya anggaran yang tersedia dari Pemerintah. Hal ini dapat menghambat pelaksanaan
kebijakan. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan Kebijakan
program yang tidak dapat berjalan secara efektif. Padahal seharusnya kelengkapan peralatan
disesuaikan dengan kondisi perubahan teknologi yang semakin berubah dan canggih.
B. Faktor Komunikasi
Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap
proses kegiatan yang melibatkan usur manusia dan sumber daya. Pelaksanaan yang efektif baru
akan terjadi apabila para pembuat kebijakan dan pelaksana mengetauhi apa yang akan mereka
kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang baik, yang juga dari
komunikasi tersebut membentuk kualitas partisipatif masyarakat. Terdapat tiga indikator yang
dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:
1. Tranmisi: penyaluran komunikasi kepada masyarakat mengenai tujuan dan manfaat program
Keluarga Berencana
Mengingat suatu kebijakan publik yang dibuat pemerintah melalui bentuk program
ataupun dalam bentuk Undang-Undang senantiasa mengandung manfaat akan target yang akan
dicapai. Penyaluran komunikasi mengenai manfaat serta tujuan dari keluarga berencana bagi
masyarakat yaitu memalui penyuluhan dengan cara tiga jenis komunikasi penyaluran seperti
yang diutarakan oleh I1.4 pada saat wawancara, yaitu:
“ada tiga jenis cara penyuluhan kepada msayarkat yaitu cara individual yang sering
dikenal dengan dor to dor, artinya mendatangi setiap masyarakat ke rumah mereka satu
per satu. cara kedua yaitu berkelompok yang merupakan cara dengan membentuk suatu
kelompok sebagai wadah yang terdiri dari orang-orang yang anggotanya terdiri dari
seluruh keluarga dalam satu rukun tentangga secara suka rela berperan aktif mengelola
program KB dengan tingkat rukun tetangga. yang ketiga adalah komunikatif yaitu
metode ceramah dengan mengumpulkan semua elemen dari tokoh agama, tokoh
masyarakat serta masyarakat sendiri” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)
Ada beberapa hambatan yang timbul dalam mentransmisikan perintah-perintah
pelaksanaan. Pertama, pertentanggan pendapat antar bidang ilmu. Kedua, penagkapan
komunikasi mungkin dihambat oleh persepsi yang selektif dan ketidak mampuan para pelaksana
untuk mengubah persepsi yang ada. Seperti yang diungkapkan oleh I1.3 :
“ terkadang memang ada perbedaan pendapat dengan ulama tetapi sulit untuk merubah
persepsi yang ada yang menyebabkan mereka tidak mau ikut KB” (Selasa, 11 Okt 2011,
Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)
Penyaluran komunikasi harus dilakukan agar tidak terjadi salahnya pengertian,
komunikasi membuka pola pikir dan persepsi dimasyarakat tentang program Keluarga
Berencana. Dilakukan komunikasi melalui kegiatan yaitu pembinaan dan penyuluhan ke
masyarakat dengan memberikan perpekstif dari tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk
membenahkan adanya persepsi dan pola pikir yang ada dimasyarakat sehingga tujuan dan
manfaat dari program tersebut dapat terpahami. Seperti yang dikemukakan oleh I1.1:
“dilakukannya pembinaan dimasyarkat dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat, agar
masyarakat yang memiliki pemikiran bahwa KB tidak boleh dalam agama dapat
berubah, pada hal KB tidak bertentangan dengan agama karena KB bukan membunuh
tapi hanya menjarangkan kehamilan untuk mengatur kelahiran” (Selasa, 11 Okt 2011,
Kantor BPMPKB Kota Serang)
Adanya pemikiran dari masyarakat bahwa KB tidak diperbolehkan oleh agama untuk itu
dilakukannya kegiatan pembinaan dengan tokoh agama agar membuka pemikiran dan mengubah
pemikiran masyarakat tentang KB sehingga masyrakat bisa mendapat kebenaran dari pandangan
yang ada. Persepsi yang ada dimasyarakat bahwa KB tidak diperbolehkan dalam agama tidak
sepenuhnya salah. Hal ini diungkapkan dan diperkuat oleh pernyataan oleh I2.8 pada saat
wawancara, yaitu:
“ sebenarnya ada dua macam pernyataan, ada KB yang diperbolehkan dan ada yang
tidak. Yang boleh yaitu KB yang untuk menjarangkan kehamilan alias sementara
sedangkan yang tidak boleh apabila KB tersebut dapat membuat tidak bisa memiliki anak
lagi, alatnya permanen. (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Ustad di Desa Taktakan)
Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui menurut ilmu agama yang telah dikaji
bahwa terdapat dua pernyataan jenis KB yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan
dalam agama yaitu yang diperbolehkan adalah yang bertujuan untuk menjarangkan kelahiran
saja sedangkan untuk memutus keturunan itu diharamkan. Hal yang sama dingkapkan oleh I2.7:
“Berdasarkan Hadist dan Al-Qurann yang dikaji oleh Ulama-ulama KB itu ada yang
diharamkan dan ada yang dihalalkan. Tujuan untuk menjarangkan kehamilan seperti
Suntik, pil, itu halal agar orang tua dapat memberika kehidupan yang layak untuk
keluarganya seperti yang diperintahkan Nabi. Sedangkan untuk tujuan agar tidak
memiliki anak lagi, memutuskan keturunan itu diharamkan. (Kamis, 20 Okt 2011, Rumah
Ustad di Desa Taktakan)
Berdasarkan wawancara dengan para informan diatas yaitu dari para Ustad memilki
kesamaan pendapat yang didasarkan dari Al-Quran dan Hadist yang telah dikaji bahwa KB di
mata agama ada yang diperbolehkan dan diharamkan. KB yang diperbolehkan yaitu KB yang
tujuannya untuk menjarangkan atau mengatur kelahiran. Sedangkan yang diharamkan adalah KB
yang bertujuan menegah untuk tidak lagi memiliki keturunan. Dengan adanya kegiatan
pembinaan dan penyuluhan yang mempertemukan antara berbagai tokoh dengan masayrakat
tersebut sedikit banyak dapat merubah pandangan masyarakat terhadap KB. Masyarakat yang
ber-KB lebih banyak dari pada yang tidak mau ber-KB. Masyarakat sudah lebih terbuka dan
mengerti akan keguanaan/manfaat KB sehingga pola pikir mereka sudah berubah yang tadinya
banyak anak banyak rezeki sekarang banyak anak banyak tanggungan. seperti yang diungkapkan
oleh I3.1, yaitu:
“punya anak banyak, tanggungannya juga banyak jadi KB biar tanggungannya ngga
banyak” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas)
Dari pernyataan tersebut peneliti melihat mulai adanya perubahan persepsi dan kesadaran
dari masyarakat untuk ikut KB karena dengan banyaknya anak, semakin banyak pula biaya yang
akan dikeluarkan untuk biaya sekolah anak dan yang lainnya. Hal yang sama diungkapkan oleh
I3. 2 pada saat wawancara, yaitu:
“ anak banyak takut ngga keurus, belum lagi mikirin biaya sekolah” (Kamis, 20 Okt
2011, Puskesmas Taktakan)
Petikan wawancara diatas terlihat bahwa adanya pemikiran untuk mengurus anak perlu
perhatian yang lebih dan baik agar pendidikan yang didapat berkualitas sehingga lebih memilih
sedikit anak agar lebih focus mengurusnya. Hal ini diperkuat olah I3. 4 dalam wawancaranya
mengungkapkan:
“dengan ber-KB bisa menjarangakan jarak kelahiran biar ngga terlaku dekat, jadi lebih
fokus ngurus anak, anak bisa terperhatikan pendidikan yang baik dan mendapat
perhatian kasih sayang yang lebih besar” (Selasa, 11 Okt 2011, di Toko milik Peserta
KB Desa Taktakan)
Berdasarkan wawancara dengan informan diatas dari pihak masyarakat yang terdiri dari
ibu rumah tangga, pedagang dan pegawai. Mereka berpendapat bahwa dengan KB bisa
mengurangi tanggungan hidup, masa depan keluarga yang lebih baik artinya untuk mencapai
kesejahteraan. Masyarakat sudah mengeti dan memahami manfaat yang didapat dari program
keluarga berencana akan tetapi terdapat hal yang dapat mempengaruhi tercapainya keberhasilan
program yaitu terganjal dengan adanya efek yang ditimbulkan dari alat kontasepsi KB yang
digunakan sehingga hal ini menjadi berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat untuk KB
karena ketakutan efek yang ditimbulkan. Seperti yang diungkapkan oleh I4. 1 pada saat
wawancara yang telah dilakukan, yaitu:
“pengalaman temen-temen saya yang KB, setelah KB badanya jadi gemuk, suka pusing-
pusing terus ada yang headnya ngga lancar. Saya jadi takut KB” (Selasa, 04 Okt 2011,
Rumah bukan Peserta KB)
Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa adanya ketakutan dari masyarakat dengan
dampak yang akan terjadi bila ber-KB karena pengalaman yang dilihat dari orang lain. Sehingga
merasa takut akan terjadi pada dirinya seperti yang lain. Hal yang serupa diungkapkan oleh I4. 4,
yaitu:
“ saya punya saudara yang KB, pake suntik badanya budug (luka-luka). Karena ngga
cocok kali ya jadinya gitu. Saya jadi ngga mau KB, takut kaya gitu, ngga cocok..
Makanya anak saya banyak” (Selasa, 04 Okt 2011, Rumah bukan Peserta KB)
Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa lebih memilih tidak KB dan memiliki banyak
anak dari pada harus mengalami hal yang sama dengan pengalaman orang lain yang tidak cocok
menggunakan alat kontrasepsi yang digunakan. Hal tersebut diperkuat dengan yang diungkapkan
oleh I4. 2, yaitu:
” kakak saya KB,terus dia jadi gemuk setelah KB, kalau temen-temen saya yang KB
ngeluhnya suka pusing. Saya mah ngga mau KB”
Efek atau dampak yang ditimbulkan dari jenis alat kontrasepsi yang digunakan berbeda-
beda pada setiap orang. Karena hal itu, tidak sedikit para pasangannya tidak memperbolehkan
atau tidak mengizinkan dan memilih untuk tidak KB. Seperti hal yang diungkapkan oleh I4.3
pada saat wawancara:
“Biar KB sendiri ajah,sama suami juga ngga dibolehin soalnya efeknya suka macem-
macem”
Efek penggunaan alat KB salah satu yang menyebabkan masyarakat tidak KB, akan
tetapi ada dari sebagian masayarakat hal tersebut tidak membuat mereka menjadi takut atau jera
dengan efek atau dampak yang ditimbulkan. Seperti yang diungkapkan oleh I3.7 dan I3.3 dalam
wawancara yang dilakukan, yaitu:
“ ngga cocok pake suntik, pindah ke implant” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas
Taktakan)
Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa ketidakcocokan dengan jenis alat kontrasepsi
yang digunakan oleh peserta KB tidak menjadi jera dan malah mencari alternatif jenis alat yang
lain. Terlihat bahwa adanya usaha untuk mencari cara agar tidak terjadi hal tersebut lagi. Hal
sama dari wawancara dengan I3.8, mengungkapkan:
“ suntik pendarahan terus makanya pindah ke implant” (Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas
Taktakan)
Dari pernyataan wawancara tersebut adanya peserta yang tidak mudah menyerah dengan
mencoba alat kontrasepsi yang lebih baik dan cocok untuk kondisi tubuhnya agar dapat mengatur
dan menjarangkan kelahiran sehingga tidak memiliki anak yang banyak. Seperti yang
diungkapkan oleh I3.5 dan I3.6, yaitu:
“ efeknya suka pusing-pusing, datang bulannya ngga lancar ajah sih tapi ya ngga apa-
apalah dari pada anaknya banyak” (Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)
Berdasarkan wawancara dengan para informan terdapat macam-macam efek yang
ditimbulkan, setiap orang berbeda-beda efeknya yang dialami dan setiap alat pun berbedapula
efek yang ditimbulkan dalam tubuh seperti pusing, pendarahan, haed tidak lancar, dan perubahan
bentuk badan yaitu menjadi gemuk. Hal ini juga berpengaruh dalam menetukan keberhasilan
program KB karena penggunaan alat kontasepsi juga sangat mempengaruhi minat masyarakat
untuk KB.
2. Kejelasan
Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana harus jelas begitupun komunikasi kepada
pelaku sasaran kebijakan haruslah jelas, akurat sehingga dapat dihindari terjadinya kesalahan.
Dilakukannya koseling penggunaan alat kemudian barulah memilih alat apa yang cocok untuk
digunakan oleh peserta KB dengan berdiskusi dengan ahli dalam bidangnya agar diketahui efek
dan antisipasi untuk menanngulai efek tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh I1.3:
“sebelumnya diadakan konseling untuk mengetahui alat apa yang sesuai dan tepat untuk
digunakan, cek keadaan kesehatan apakah boleh dilakukan atau tidak pemasangan alat
tersebut dengan kondisi tubuhnya” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB
Kecamatan Taktakan)
Perlunya dilakukan konseling oleh setiap calon peserta atau peserta KB sebelum ber-KB
untuk menjelaskan hal yang akan terjadi setelah pemasangan alat, dan untuk diketahui jenis alat
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing peserta serta untuk mengantisipasi
ketidakcocokan alat kontasepsi yang akan digunakan. Sama halnya yang diungkapkan pada saat
wawancara dengan I1.2, yaitu:
“ada yang harus dilakukan terlebih dahalu sebelum pemasangan alat yaitu cek
kesehatan, dengan cek kesehatan itu dapat diketahui kondisi kesehtannya. Misalnya yang
darah tinggi atau rendah itu tidak boleh dilaukan pemasangan karena nanti akan
berdampak ke kesehatan meraka” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB
Kecamatan Taktakan)
Langkah yang perlu dilakukan sebelum menjadi peserta KB Pendapat ahli perlu untuk
mengatahui agar mereka mengetahui jelas dampak dan efek yang akan terjadi oleh karena itu
perlu pengecekan terlebih dahulu sehingga masyarakat yang takut akan ikut KB perlu konsultasi
dengan dokter ataupun bidan. Seperti yang dilakukan oleh I3. 10, mengemukakan:
“saya peserta MOP, sebelumnya istri saya yang KB karena dia selalu ngga berhasil jadi
saya yang KB, kasian istri saya ngurus banyak anak. Awalnya punya anggapan akan
mempengaruhi hubungan suami istri dan ke kesehatan tubuh menjadi lemas sehingga
istri melarang saya tetapi setalah berdiskusi dengan dokter saya tidak khawatir lagi
untuk MOP” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit DKT)
Berdasarkan wawancara dengan informan diatas perlunya konseling agar didapat
penjelasan kekurangan kelebihan dari masing-masing alat dan agar diketahui alat apa yang
sesuai. Konseling sangat penting untuk menjelaskan tentang alat-alat dan mencegah dampak
yang akan ditimbulkan kepada calon peserta KB sehingga peserta mengetahui hal apa saja yang
yang mesti dilakukan. Sehingga peserta KB tidak merasa khawatir untuk ikut KB.
3. Konsisten
Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan adalah konsisten. Jika
pelaksanaan ingin berlangsung efektif , maka perintah pelaksanaan harus diikuti dengan
konsisten. Jika tidak konsisten akan berakibat pada ketidakefektifan pelaksanaan kebijakan dan
dampaknya tidak tercapainya tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Konsisten dari pelaksana
dalam melakukan perintah kebijakan program untuk dapat tercapainya tujuan program perlu
pula kekonsistenan para pelaku sasaran/ objek kebijakan program Keluarga Berencana dengan
mengikuti apa yang seharunya dilalukan dalam penggunaan alat KB. jika tidak konsiten dalam
arti tidak teratur dalam penggnaan alat KB akan tidak berhasil tujuan yang diinginkan. Seperti
yang dialami oleh salah satu peserta KB berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan I3.
4, mengungkapkan:
“saya lagi hamil lagi padahal saya ikut KB suntik, karena lupa udah waktunya harus
suntuk lagi jadi hamil” (Selasa, 11 Okt 2011, Toko milik Peserta KB di DesaTaktakan)
Berdasarkan wawancara tersebut diatas perlunya keteraturan dalam penggunaan alat KB
dari obat maupun alat kontrasepsi lainnya dalam penggunaan sesuai dengan jangka waktu alat
tersebut agar tujuan yang diinginkan olah peserta KB dapat berhasil sesuai yang direncanakan.
Artinya konsisten dalam hal ini keteraturan penggunaan alat dari peserta KB yaitu sebagai objek
kebijakan dapat mempengaruhi keberhasilan program Keluarga Berencana.
C. Faktor Disposisi
Sikap para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan kebijakan jika ingin berhasil secara
efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan
dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus
mempunyai kemauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada variabel ini menurut Edward III antara lain:
1. Pengangkatan birokrat
Pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang
memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan. Sikap para pelaksana yang tidak
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan kan menimbulkan hambatan-hambatan bagi
tercapainya tujuan dari pelaksana kebijakan. Sehingga sikap dari personil kebijakan untuk
melaksanakan suatu kebijakan merupkan faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
kebijakan untuk mencapai tujan yang diinginkan. Seperti yang diungkapkan oleh I1.1 dalam
wawancara yang telah dilakukan, bahwa:
”selain dana dan sarana prasarana, faktor yang menjadi tolak ukur tercapainya
kebijakan yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan program Keluarga
Berencanan adalah personil yang sanggup mengabdikan dirinya untuk mengemban tugas
yang diberikan seperti petugas lapangan yang senantiasa memberikan penyuluhan ke
setiap desa-desa, kemudian para kader yang sukarela membantu para petugas lapangan,
mengabdikan dirinya untuk program ini. ” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB Kota
Serang)
Keberhasilan suatu kebijakan program dipengaruhi oleh para personil yang memiliki
dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai pelaksana kebijakan. Pengangkatan PNS
untuk pegawai lapangan memag masih sangat kurang menurut informan dari BPMPKB. Dengan
adanya kader-dader desa sangat membantu dalam tugas lapangan, mereka memiliki dedikasi
yang tinggi dalam membantu mensukseskan program Keluarga Berencana dengan sukarela.
2. Insentif
Insentif salah satu teknik untuk memotivasi para pelaksana kebijkan untuk dapat
melaksanakan perintah dengan baik. Untuk mengatasi kecederungan sikap para pelaksana
kebijakan adalah dengan manipulasi insentif. Pada umumnya orang bertindak berdasarkan
kepentingan mereka sendiri, maka manupulasi insentif oleh pembuat kebijkan dapat
mempengatuhi tindakan para pelaksana kebijakan. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi
kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi. Di kecamatan Takatakan pelaksana program
KB yang salah satunya yaitu kader –kader desa memiliki andil yang besar dalam keberhasilan
program ini. Untuk itu dalam memotivasi agar kerja mereka bertambah baik perlunya diberikan
insentif. Seperti yang diharapkan oleh I2. 1 dan I2. 2 dalam wawancara, mengungkapkan:
” kader dan pos KB lebih diperhatikan karena tolak punggungnya dari kita dari bawah
yang ke kampung-kampung nyari yang mau KB. Ya Alhamdulllah sekarang sudah mulai
diperhatikan dengan adanya uang lelah, semoga kedepannya lagi kita lebih
diperhatikan” (Kamis, 6 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan)
Peran kader dalam program Keluarga berencana sangat besar, perhatian untuk mereka
perlu untuk memenuhi kepentingan pribadi. Dengan uang lelah yang diberikan walaupun sedikit
dan tidak sebanding dengan pengabdian yang bertahun-tahun mereka berikan untuk ikut
membantu menjalankan kegiatan program dengan sukarela turut mempengaruhi keberhasilan
program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan.
D. Struktur Birokrasi
Meskipun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan sudah mencukupi dan
para pelaksana mengetahui apa dan bagaimna cara melakukannya, serta mereka mempunyai
keinginan untuk melakukannya, pelaksanaaan kebjakan bisa jadi masih belum efektif, karena
terdapat ketidakefisienan struktur birokrasi yang ada. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut
adanya kerjasama banyak orang. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat
mendukung kebijakan yang diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi yang
baik.
Terdapat dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasi kearah
yang lebih baik menurut Edward III, yaitu dengan melaukan Standard Operating Prosedures
(SOPs) dan melaksanakan fargmentasi.
1. Standard Operating Prosedures (SOPs)
Sistem dan prosedur kerja atau Standard Operating Prosedures (SOPs) yang berlaku di
UPT BMPMPKB umunya tidak jauh berbeda dengan instansi pemerintah daerah lainnya. Jam
kerja yang ditetapkan adalah mulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dengan
waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB. Tetapi terdapat perbedaan
prosedur kerja bagi Petugas Lapangan Keluarga Berenana (PLKB) karena PLKB lebih banyak
berkerja di lapangan. PLKB bertugas melakukan pendataan, penyuluhan, pelayanan KB kepada
masyarakat.
Petugas Lapangan Keluarga Berenana (PLKB) lebih banyak bekerja di lapangan untuk
melakukan penyuluhan ke masyarakat. Penyuluhan yang dilakukan tidak ada jadwal yang jelas
yang ditetapkan. Hal tersebut dikatakan oleh I1.3 pada saat wawancara, beliau mengatakan
bahwa:
“biasanya dilakukan penyuluhan bila ada undangan dari desa meminta kita untuk
melakukan penyuluhan kepada masyarakat” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT
BPMPKB Kecamatan Taktakan)
Dari paparan pernyatan informan diatas diketahui bahwa dalam melakukan penyuluhan
tidak ada jadwal yang jelas. Penyuluhan dilakukan ketika ada yang meminta dari pemerintah
desa. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh I1.4, yaitu:
“ sebenarnya penyluhan ngga dilakukan setiap hari, kalau ada pelayanan KIE atau
kegiatan-kegiatan yang ankan dilakukan, baru dilakukan penyuluhan mendatangi warga
ke rumah rumah agar mereka mau ikut pelayanan” (Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit
DKT)
Penyuluhan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan saja, sifatnya kondisional. Karena
tidak ada jadwal yang jelas dan tidak ada jadwal yang ditetapkan. Hal yang berbeda diungkapkan
oleh I2. 2, pada saat wawancara mengatakan bahwa:
“penyuluhan dilakukan biasanya sebulan sekali, pada saat ada pengajian ibu-ibu atau
pertemuan-pertemuan” (Kamis, 6 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB Kecamatan
Taktakan)
Dari wawancara dengan ketiga informan diatas bahwa tidak adanya penetapan standar
jadwal yang dilakukan secara jelas. Penyuluhan yang dilakukan ketika ada kebutuhan atau
kegiatan-kegiatan tertentu seperti ketika akan diadakan pelayanan pemasangan alat KB gratis
maka hari sebelumnya dilakukan sosialisai mengenai waktu kegiatan tersebut dan mengajak
masyarakat untuk ikut dalam kegiatan tersebut.
Pelayanan KB yang diberikan oleh penyelnggara dilakukan tiga bulan sekali untuk
memberikan kemudahan ke masyarakat khususnya keluarga pra sejahtera atau keluarga yang
tergolong menengah kebawah untuk mengakses dan mendapatkan alat kontasepsi serta
pemasangan alat karena terganjalnya biaya. Pelayanan ini diselenggarakan oleh tingkat kota
untuk MOP dan MOW. Seprti yang diungkapkan oleh I1.1 ketika wawancara yang telah
dilakukan, yaitu;
“ tiga bulan sekali kami mengadakan pelayanan KB yang diselenggarakan di Rumah
Sakit DKT untuk pelayanan MOP dan MOW” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor BPMPKB
Kota Serang)
Pelayanan MOP dan MOW diselenggaran di Rumah sakit karena cara KB ini melalui
oprasi sehingga harus dengan tenaga ahli untuk melakukannya dan dengan peralatan yang
lenggkap. Kemudian untuk tingkat kecamatan sama dengan yang diselenggarakan oleh kota yaitu
tiga bulan sekali pemasangan IUD dan implant yang bisa dilakukan di puskesmas. Seperti yang
diungkapkan oleh I1.3 dan I1.4, yaitu:
“pemsangan alat kontrasepsi biasa kita kalukan tiga bulan sekali untuk IUD dan Implant
dipuskesmas atau di desa yang telah ditetapkan. Seringnya dilakukan dipuskesmas
karena lebih mudah dalam menyiapkan peralatan yang akan digunakan, kalu di desa
agak sulit untuk membawa peralatan yang akan digunakannya” (Selasa, 11 Okt 2011,
Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan dan Kamis, 19 Okt 2011, Rumah Sakit
DKT )
Pernyatan diatas dapat diketahui bahwa pelayanan pemasangan KB gratis dilakukan tiga
bulan sekali untuk meningkatkan pelayanan KB kepada masyarakat. Lokasi pelayanan terkadang
dilakukan di desa tertentu yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan
KB. Tetapi memang lebih sering dilakukan di puskesmas karena lebih mudah dalam menyiapkan
peralatan yang aka digunakan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh I2.4 pada saat wawancara,
mengungkapkan bahwa:
“pelayanan gratis ini sering dilakukan, kalau ngga salah tiga bulan sekali mah ada.
Biasanya kalau ada kegiatan ini saya ditugaskan untuk membawa atau mengajak
masyarakat untuk mau ikut pelayanan ini bisa dari yang sudah menjadi peserta KB aktif
maupun yang belum KB juga” (Kamis, 13 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)
2. Fragmentasi: kerja sama dan koordinasi antar pelaksanaan program Keluarga Berencana
Suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak terlepas dari berbagai pihak untuk
melengkapi pelaksanaan kebijakan atau program yang dibuat. Pihak-pihak tersebut memiliki
peranan yang sangat penting bagi pelaksanaan dilapangan. Begitupun Program Keluarga
Berencana tidak terlepas dari keterkaitan dengan pihak pelaksana terkaitnya. Hal ini Seperti hasil
wawancara dengan I1.1 dan I1.2, mengungkapkan:
“kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang terkait
seperti tentunya dengan Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat, tokoh agama,
aparat desa, kader dan tentunya PLKB” (Selasa, 11 Okt 2011, Kantor UPT BPMPKB
Kecamatan Taktakan dan Kantor BPMPKB Kota Serang)
Program atau kebijakan pemerintah tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya dan
membutuhkan pihak lain untuk terlibat secara langsung ataupun tidak secara langsung
dilapangan. Tanggung jawab yang diberikan kepada semua pihak, menuntut agar Program
Keluarga Berencana dapat dilaksanakan serta tercapi dengan baik. Dimana setiap elemen baik
dari pemerintah maupun masyarakat pelaku sasaran Program Keluarga Berencana bekerjasama
untuk mewujudkan dalam mengurangi pertumbuhan penduduk serta terciptanya keluarga kecil
sejahtera. Program Keluarga Berencana untuk wilayah Kecamatan Taktakan sendiri para
penyuluh lapangan (PLKB) tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya keterlibatan pihak lainnya,
seperti hasil wawancara dengan I1.4:
“dalam melakukan penyuluhan dibantu oleh kader desa yang lebih mengetahui karakter
masyarakat di desa, tokoh masyrakat dan tokoh agama. Sedangkan apabila kegiatan
pelayanan KB gratis bekerjasama dengan puskesmas dan Rumah Sakit” (Kamis, 19 Okt
2011, Rumah Sakit DKT)
Pernyataan diatas menyatakan bahwa kegiatan mengenai Kebijakan Program Keluarga
Berencana ini dilakukan dengan berbagai pihak ditiap desa seperti pihak kader, tokoh
masyarakat, pihak pemerintah desa. peran mereka sangat penting karena dengan kader PLKB
dapat terbantu dalam melakukan pendataan dalam rekapitulasi program Keluarga Berencana di
setiap desanya karena tidak akan memungkinkan apabila pendataan dilakukan oleh PLKB saja
karena PLKB yang ada di Kecamatan hanya berjumlah dua orang sehingga jika tidak dibantu
oleh para kader, PLKB tidak bisa menjangkau semua desa. Kemudian para kader membantu
membantu melakukan pendekatan kepada masyarakat, mereka membawa masyarakat yang
akan menjadi calon atau pun peserta KB kepada petugas dan kemudian di bawa ke puskesmas
untuk dilakukannya pelayanan pemasangan alatnya. kader untuk mau ber-KB. Hal ini diperkuat
dengan pendapat I2. 5 dan I2.6 serta I2. 3 dalam wawancaranya:
“kader membatu mendata di masing-masing lingkungan yang sudah ditetapkan,
kemudian dilaporkan kepada PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa peserta
KB” (Kamis, 13 Okt 2011 dan Kamis, 20 Okt 2011, Puskesmas Taktakan)
Kerja sama serta komunikasi yang dilakukan juga dengan Pihak aparat desa yaitu mereka
memfasilitasi tempat untuk kegiatan-kegiatan program yang akan dilaukan seperti pertemuan
masyarakat dengan petugas apabila ada kegiatan penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada informan diatas dengan satu dari
pihak BPMPKB Kota Serang serta dari pihak UPT Kecamatan Taktakan dan PLKB
mengungkapkan bahwa memang sebuah program atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
tidak akan berjalan sendiri secara baik bila tidak ada keterkaitan dengan pihak lainnya. Seperti
halnya Program Keluarga Berencana ini dimana keterkaitan berbagai pihak yang tekait sangat di
butuhkan untuk mengoptimalisasi usaha dalam terwujudnya keberhasilan program ini serta
menjaga hubungan yang harmonis dengan mitra kerja lainnya. Jika diantara mitra kerja antara
pihak satu dengan lainnya tidak terjalin maka secara langsung akan menghasilkan dampak yang
negatif, yang akan menghambat proses pelaksanaan bantuan Program Keluarga Berencana.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Keberhasilan Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota
Serang berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan
sudah berjalan secara maksimal dan sudah cukup berhasil, dengan adanya perubahan yang
berdampak positif bagi masyarakat. Penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang
Mempenngaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota
Serang ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan Teori Edward III. Menurut Edward III
terdapat empat faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu
pelaksanaan Kebijakan yaitu faktor sumber daya, komunikasi, birokrasi, dan disposisi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan program Keluarga Berencana di
Kecamatan Taktakan berdasarkan hasil penelitian disimpulkan, yaitu:
1. Faktor sumber daya yang terdiri dari Staf atau pegawai yang memiliki akuntabel dan dedikasi
yang tinggi terhadap pekerjaannya yang meskipun jumlah Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB) yang kurang memadai tidak begitu menjadi hambatan yang berarti karena
adanya tenaga sukarela yaitu kader-kader desa yang siap membantu melaksanakan kegiatan
dari program ini agar bisa tercapai tujuan yang diharapkan;
2. Sarana dan prasarana yang ada untuk menujang pelaksanaan program Keluarga Berencana
yaitu motor untuk Petugas Lapagan Keluarga Berencana sangat berguna dan bermanfaat
untuk kelancaran tugas lapangan dalam menjangkau desa-desa yang akan dikunjungi, serta
Pos KB dan Posyandu yang ada ditiap desa untuk memudahkan masyarakat mengakses
informasi tentang KB dan pemberian layanan kesehtan dan KB oleh petugas kepada
masyarakat;
3. Informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai tujuan dan manfaat serta pentingnya
KB melalui penyuluhan dan pembinaan ini sangat mempengaruhi keberhasilan program KB
karena dengan hal tersebut masyarakat lebih terbuka dengan mengikuti program tersebut dan
merespon dengan baik.
4. Cara komunikasi yang digunakan dan dilakukan terhadap masyarakat melalui pendekatan
dari berbagai pihak yaitu dari Tokoh masyarakat, Tokoh agama, para kader, Pemerintah
Desa, dan tentunya dari petugas serta masyarakat itu sendiri.
5. Faktor ketidak cocokkan alat yang digunakan oleh peserta KB pun dapat mempengaruhi
keberhasilan program KB karena terkadang banyak msayarakat yang tidak mau ber-KB
disebabkan karena efek yang ditimbulkan setelah penggunaan alat tersebut.
6. Persepsi dan pola pikir masyarakat di Kecamatan Taktakan khususnya keluarga pra sejahtera
yang sudah berubah terhadap program KB, minat untuk ikut KB sudah tinggi. Paradigma
“banyak anak, banyak rejeki” sekarang berubah menjdai “banyak anak, banyak tanggungan”
menurut masayrakat sehingga timbullah kesadaran dari diri mereka untuk mengikuti
program KB.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Análisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan” maka peneliti
memberikan saran yaitu :
1. Perlunya perhatian yang lebih terhadap para kader-kader dengan pemberian insentif.
Kader-kader memiliki peranan penting, karena para kader yang menjadi tulang
punggung yang terjun langsung ke masyarakat di desa-desa membantu PLKB agar
mencapai keberhasilan program Keluarga Berencana.
2. Perlunya meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan agar masyarakat yang jauh
yang tiggal di daerah pelosok dapat dengan mudah mengakses dalam meningkatkan
kesehatan.
3. Perlunya mengingkatkan diadakan kegiatan pelayanan pemasangan alat KB gratis
secara rutin agar masyarakat yang tergolong keluarga pra sejahtera atau keluarga
kalangan menengah kebawah dapat mendapatkan kemudahan dalam pelayanan KB.
4. Perlunya penambahan jumlah Prasarana fasilitas kantor dan fasilitas lapangan yang
lebih mendukung bagi pelaksanaan kebijakan di UPT Badan Pemberdayaan Masyarakat
Perempuan dan Keluarga Berencana Kecamatan Taktakan agar dapat meningkatkan
kualitas kinerja dilapangan yang lebih baik lagi.
5. Perlunya terus mengadakan secara rutin penyuluhan, pembinaan, serta pelayanan lebih
baik lagi bagi masyarakat sehingga tujuan program dapat tercapi yaitu semua keluarga
ikut KB.
DAFTAR PUSTAKA
I.Buku
Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung: AIPI
Ahmad, Hamzah dan Santoso, Ananda. 1996. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya : Fajar
Mulya.
Alwasilah, A Chaedar. 2006. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya
Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press
Denzin K, Norman dan Yvonna S Lincoln. 2009. Handbook Of Qualitative Research.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
DIA FISIP UI
Islamy, M. Irfan. 1991. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi
Aksara.
Lembaga Demografi. 2007. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Parson, Wayne. 2005. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:
Prenada Media.
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Suharto, Edi. 2008. Kebijakan sosial sebagai kebijakan public. Bandung: Alfabeta
Syafiie, Inu Kencana. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta. PT Rinerka Cipta.
Wicaksono, Krtistian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Jogjakarta: Graha
ilmu.
Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo
Sumber Lain:
www.majalahforum
http://cakrawalainterprize.com
http://www.ipkbkaltim.com
http://www.scribd.com
II. DOKUMEN
Kecamatan Taktakan Dalam Angka 2011
RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang 2009
REKAPITULASI HASIL PENDATAAN KELUARGA TINGKAT KECAMATAN
TAKTAKAN TAHUN 2010
CATATAN LAPANGAN
No Tanggal Waktu Tempat Hasil Informan 1 19 April 2011 10.00 WIB Kantor UPT
BPMPKB
Kecamatan
Taktakan Kota
Serang
Data tentang PUS,
keluarga sejahtera dan
prasejahtera
Bapak Indra
2 20 Juni 2011 09.00 WIB Puskesmas
Kecamatan
Taktakan
Data tentang angka
kelahiran bayi dan
kematian ibu
Ibu Ayu
3 3 Oktober 2011 10.00 WIB Kantor Kecamatan
Taktakan
Data tentang profil
wilayah Kecamatan
Taktakan
Bapak Hari
4 4 Oktober 2011 11.00 WIB Desa Taktakan
dan Desa Sayar
Wawancara Mutiah dan
Rohmah
5 6 Oktober 09. 00 WIB Kantor UPT
BPMPKB
Kecamatan
Observasi kegiatan
rapat kader dan
Pegawai UPT
BPMPKB Kecamatan
serta wawancara
Ibu Anah dodi,
Ibu Diah
6 11 Oktober 2011 11. 10 WIB Kantor UPT
BPMPKB
Kecamatan dan
Kantor BPMPKB
Kota Serang
Wawancara Ibu Sri Endah,
Bpk Indra,
Niah,dan Bpk
Apay
7 13 Oktober 2011 10. 20 WIB Puskesmas
Kecamatan
Taktakan
Observasi kegiatan
Pelayanan KB gratis
dan Wawancara
Kader dan
Peserta KB dari
Desa Pancur, P.
Jati, Sepang,
Kalang Anyer
8 19 Oktober 2011 10. 00 WIB Rumah Sakit DKT
dan Desa
Taktakan
Observasi dan
Wawancara
Bpk Panji,
Peserta KB dan
Bpk Ust. Ruli
9 20 Oktober 2011 10. 11WIB Puskesmas
Kecamatan
Taktakan
Wawancara Peserta KB
Desa Lialang,
Drangong,
Taman Baru,
U.Tengah
10 20 Oktober 2011 13. 25 WIB Pesantren Desa
Taktakan
Wawancara Ust. Hambali
11 21 Oktober 2011 10. 00 WIB Desa Drangong
dan Desa P. Jati,
Wawancara Tokoh
Masyrakat
MATRIKS HASIL WAWANCARA SEBELUM REDUKSI DATA
I
Q
I2.7
Q1 Bagaimana pendapat anda tentang Program Keluarga Berencana ?
KB itu kan program untuk mengatur untuk memiliki keturunan dan menjarangkan kehamilan
agar jarak anak yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu dekat. Saya sendiri setuju dengan
program ini, walaupun saya menganjurkan istri untuk tidak KB karena melihat dan mendengar
dari pengalaman orang lain yang KB yang kebetulan saudara sendiri, ada efeknya yaitu suka haed
tidak lancar, ada yang gemuk. Karena efek yang ditumbulkan itu saya melarang istri saya untuk
tidak KB, lebih baik diatur sendiri saja.
Q2 Bagaimana program Keluarga Berencana menurut Kacamata Agama?
Sebenarnya ada dua macam pernyataan, ada KB yang diperbolehkan dan ada yang tidak. Yang
boleh yaitu KB yang untuk menjarangkan kehamilan alias sementara sedangkan yang tidak boleh
apabila KB tersebut dapat membuat tidak bisa memiliki anak lagi, alatnya permanen.
Memutus keturunan seperti dengan oprasi itu tidak boleh, sedangkan kalau hanya untuk
menjarangkan atau mengatur jarak kelahiran anak itu diperboleh .
Ada juga ulama yang menganggap KB itu tidak boleh/mengharamkan, itu karena mereka belum
mengkaji ilmu dengan mendalam. Q3 Apakah masyarakat didaerah ini pada umumnya ber-KB?
Disini masyrakatnya pada umumnya sudah banyak yang ber-KB, mereka sudah lebih terbuka dan
berfikir modern . kebanyakan yang KB itu masyarakat pendatang karena mereka berfikir modern.
Sedangkan yang tidak KB biasanya pribumi.
Q4 Bagaimana tanggapan saudara mengenai paradigma yang mengatakan bahwa ”banyak
anak, banyak rezeki”?
Setiap anak dapat mendatangkan rezeki karena setiap anak memiliki rezeki masing-masing.
Tetapi
Jangan karena ingin rezekinya terus banyak lalu mau punya anak yang banyak sajalah, tidak
begitu. Saat ini di zaman modern sekarang ini paradigma tersebut sudah jarang dimasyrakat.
Masyarakat sudah memahami bahwa dengan banyak anak,tanggungan pun banyak, perlunya
biaya untuk pendidikan yang besar.
Keterangan : I2.7 = Tokoh Agama di Desa Taktakan Serang
Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara
Catatan Lapangan : Wawancara Hari kamis, 19 Oktober 2011, Pukul 140.00-WIB.
Wawancara dilakukan di rumah Tokoh Agama
I
Q
I2.8
Q1 Bagaimana pendapat anda tentang Program Keluarga Berencana ?
Banyak yang menaggap KB itu diharamkan. Saya termasuk orang yang menggap KB itu halal
karena berdasarkan ilmu yang saya ketahui. Istri saya KB, KB suntik. Karena bertujuan untuk
menjarangkan kelahiran saja, menjaga jarak umur anak agar tidak terlalu dekat sehingga
mendidik anak lebih baik dan fokus. Q2 Bagaimana program Keluarga Berencana menurut Kacamata Agama?
Berdasarkan Hadist dan Al-Qurann yang dikaji oleh Ulama-ulama KB itu ada yang diharamkan
dan ada yang dihalalkan. Tujuan untuk menjarangkan kehamilan seperti Suntik, pil, itu halal agar
orang tua dapat memberika kehidupan yang layak untuk keluarganya seperti yang diperintahkan
Nabi. Sedangkan untuk tujuan agar tidak memiliki anak lagi, memutuskan keturunan itu
diharamkan. Seperti vasektomi itu diharamkan karena memutus keturunan. Hal ini berdasarkan
hadist Al-Bughoriy yang berisi: Haram mempergunakan sesuatu (seperti obat-obatan) yang
dapat memutuskan kehamilan sama sekali (sehingga tidak bisa hamil kembali selamanya) .
sedangkan yang hanya memperlambat kehamilan untuk sesuatu waktu dan tidak memutuskannya
sama sekali, maka tidak diharamkan dan bahkan tidak makruh jika karena suatu uzur seperti
ingin mendidik anak lebih dahulu, jika tidak ada suatu alasan apapun hukumnya makruh. Q3 Apakah masyarakat didaerah ini pada umumnya ber-KB?
Didaerah ini banyak yang KB, pada umumnya masyarakat disini sudah banyak yang KB. Q4 Bagaimana tanggapan saudara mengenai paradigma yang mengatakan bahwa ”banyak
anak, banyak rezeki”?
Memang benar banyak anak banyak rezeki karena masing-masing anak sudah ada rejekinya
masing-masing yang sudah diatur oleh Allah. Oleh karena muncullah paradigma tersebut. Tidak
heran orang-orang zaman dulu memiliki anak yang banyak, dan sekarang pun masih ada yang
seperti itu, tetapi sekarang mulai luntur karena dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
hidup yang semakin besar.
Keterangan : I2.8 = Tokoh Agama di Desa Taktakan
Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara
Catatan Lapangan : Wawancara tanggal 20 Oktober 2011, Pukul 12. 21 WIB. Wawancara dilakukan di
rumah Tokoh Agama
I
Q
I1.1
Q1 Apa tujuan dari Program Keluarga Berencana ?
Program Keluarga Berencana sendiri bertujuan yaitu untuk menekan Pertumbuhan penduduk,
sedangkan secara khususnya yaitu untuk mengurangi angka kesakitan ibu setelah melahirkan,
mengurangi angka kematian bayi. Dari tujuan tersebut mengandung informasi yang perlu
diketahui oleh pelaksana kebijakan program maupun pelakunya, untuk itu adanya kegiatan atau
tidakan yang dilakukan memalui pelayanan KB, penyuluhan serta pembinaan kepada masyarakat
akan pentingnya KB. Q2 Bagaimana perubahan yang ingin dicapai dari program Keluarga Berencana ini?
Perubahan yang ingin dicapai yaitu mengendalikan pertumbuhan penduduk agar terwujudnya
keluarga yang sejahtera apabila penduduknya sejahtera akan lebih kuat. Q3 Bagaimana respon dari masayrakat dalam program Keluarga Berencana?
Responya baik dari masayrakat, pengguna KB bagus, sudah banyak yang menggunakan alat
kontrasepsi mantap Q4 Apa yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan program Keluarga Berencana?
1) Anggaran dari APBD dan APBN untuk Program KB
2) Sarana dan Prasarana beruPa kendaraan
3) Personil yang berdedikasi yang tinggi, sangguP mengabdikan dirinya untuk masyarakat
seperti PLKB dan Para kader desa. Q5 Apa saja faktor yang dapat menentukan program Keluarga Berencan dapat berhasil?
selain dana dan sarana prasarana, faktor yang menjadi tolak ukur tercapainya kebijakan yang
dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan program Keluarga Berencanan adalah personil yang
sanggup mengabdikan dirinya untuk mengemban tugas yang diberikan seperti petugas lapangan
yang senantiasa memberikan penyuluhan ke setiap desa-desa, kemudian para kader yang sukarela
membantu para petugas lapangan, mengabdikan dirinya untuk program ini. Q6 Sejauhmana paradigma “banyak anak, banyak rezeki” dapat diubah?
untuk merubah paradigma tersebut kita melakukan pembinaan kepada masyarakat dengan tokoh
agama dan tokoh masyarakat.dengan cara tersebut paradigma banyak anak banyak rejeki sudah
mulai luntur. Meskipun masih ada yang berfikiran seperti itu. Q7 Bagaimana sarana dan prasarana untuk mendukung program Keluarga Berencana ini?
Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk mendukung dalam keberhasilan
pelaksanaan program. Sarana dan prasarana yang tersedia yaitu fasilitas lapangan berupa
motor diberikan pada setiap PLKB dan mobil penerangan (MOPEN) yangi baru di
setujui pada tahun 2010 dari pusat untuk membantu kelancaran kegiatan. Sedangkan
fasilitas kantor seperti kursi, rak –rak, lemari, meja serta alat tulis kantor lainnya
walaupun belum tersedianya komputer karena terbatasnya anggaran
Q8 Siap saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan program Keluarga Berencana?
Bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan pelayanan KB
gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang menangani pelayanan tersebut Q9 tiga bulan sekali kami mengadakan pelayanan KB yang diselenggarakan di Rumah Sakit DKT
untuk pelayanan MOP dan MOW
Keterangan : I1.1 = Kasubag KB BPMPKB Kota Serang
Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara
Catatan Lapangan : Wawancar hari selasa, 11 Oktober 2011, Pukul 14. 01 WIB. Wawancara dilakukan di
Kantor BPMPKB Kota Serang
I
Q
I1.2
Q1 Apa tujuan dari Program Keluarga Berencana ? Tujuannya yaitu untuk mengendalikan jumlah penduduk pada umumnya. Untuk menjarangkan kelahiran
dan menekan angka kelahiran khususnya.
Q2 Bagaimana respon dari masayrakat dalam program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan?
Sekarang ini respon dari masyarakat sudah bagus, minat akan KB sangat banyak, peserta KB baru pun
banyak. Paling banyak pengguna KB suntik karena ekonomis, MOW dan MOP sudah lumayan juga.
Q3 Apa yang menyebabkan masyarakat tidak ikut KB?
Biasanya karena takut tidak cocok dengan alat KB yang dipakai, terlanjur banyak anak, kemudian
biasanya yang tidak KB itu penduduk asli diderah plosok yang masih beranggapan banyak anak,banyak
rejeki.
Q4 Apa yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan program Keluarga Berencana?
Peserta KB baru dan Peserta KB aktif mencapai target
Q5 Apa saja faktor yang dapat menentukan program Keluarga Berencan dapat berhasil?
1. Penyuluhan melalui tokoh masyarakat
2. Melakukan koordinasi dengan Pihak terkait
3. Pertemuan insitusi masyarakat, Pos KB, dan kader-kader Puskesmas, serta
4. Pelayanan Pemasangan alat KB gratis
Q6 Sejauhmana paradigma “banyak anak, banyak rezeki” dapat diubah?upaya apa yang dilakukan
untuk merubah paradigm tersebut?
Masih ada yang berpendapat seperti itu tinggal 5 persen lagi. Bila ada pelayanan sekarang sudah mulai
terbuka.
Q7 Berapakah Jumlah dan bagaimanakah latar belakang pelaksana yang ada di UPT BPMPKB
Kecamatan Taktakan?
Di UPT Kecamatan ini memiliki 5 pegawai yang terdiri dari Kepala UPT, Kasubag, dan 2 PLKB serta 1
orang saff. Jumlah PLKB yang ada di Kecamatan Taktakan hanya berjumlah 2 orang, jumlah ini
sebenarnya kurang memadai untuk menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan Taktakan, apabila ada
kegiatan yang akan dilaksanakan kadang kita kesulitan tetapi Alhamdulliah PLKB dibantu oleh para kader
di tiap desa dengan suka rela mambatu.
Latar belakang penddidikan PLKB di sini ada yang S1 dan D3.bidang yang mereka ambil yaitu bidang
kesehatan dan agama, bidang ini relevan dengan tugas yang mereka emban, karena hal ini bisa membantu
dalam pelaksanaan program.
Q8 Siap saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan program Keluarga Berencana?
kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang terkait seperti tentunya dengan
Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat, tokoh agama, aparat desa, kader dan tentunya PLKB.
pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan kegiatan-kegiatan khusunya dalam kegiatan
pelayanan KB gratis kepada masyarkat, seprti yang akan dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 oktober kita
bekerja sama dengan puskesmas sebagai yang melakukan pelayanan (pemasangan alat kontasepi) dan
Koramil (karena bertepatan dengan ulang tahun ABRI) memfasilitasi kendaraan untuk antar jemput peserta
KB. kemudian kita (UPT BPMPKB Kecamatan) mengkoordinasi dan memantau jalannya pelayanan
tersebut, sedangkan anggaran atau biaya itu dari pusat
Keterangan : I1.2 = Kabid UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan Kota Serang
Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara
Catatan Lapangan : Wawancar hari Selasa, 11 Oktober 2011, Pukul 10. 10 WIB. Wawancara dilakukan di
Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan
I
Q
I1.3
Q1 Apa tujuan dari Program Keluarga Berencana ?
Bertujuan agar terwujudnya keluarga yang sejahtera. Dalam pelaksanaannya dilakukan
Pembinaan, penyuluhan. Penyuluhan merupakan cara yang penting untuk menyampaikan
manfaat KB kepada maayarakat agar mereka mau ikut KB. Pasangan yang mau ber-KB kita
berikan arahan atau biasa disebut konseling, konseling bertujuan untuk memberikan bagaimna
yang seharusnya mereka lakukan, alat apa yang sebaiknya digunakan, baru kemudian di rujuk ke
puskesmas atau ke rumah sakit Q2 Bagaimana respon dari masayrakat dalam program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan?
Responnya bagus, sudah 80 berhasil, tinggal ditingkatkan lagi MOW dan MOP Q3 Apa yang menyebabkan masyarakat tidak ikut KB?
Peserta MOW dan MOP masih sedikit dibanding dengan cara/alat kontrasepsi yang lain ini karena
kurangnya diskusi antar pasangan untuk mengijinkan pasangannya untuk KB. Q4 Apa yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan program Keluarga Berencana?
Terwujudnya keluarga sejahtera
Q5 Apa saja faktor yang dapat menentukan program Keluarga Berencan dapat berhasil?
1) Seringnya dilakukan Penyuluhan
2) Diadakannya Pelayanan Pemasangan alat KB gratis Q6 Bagaimana sarana dan prasarana untuk mendukung program Keluarga Berencana ini?
PLKB diberikan fasilitas lapangan berupa motor, memudahkan PLKB dalam penyuluhan
ke desa-desa dan kegiatan lainnya dilapangan. Kemudian kita juga membutuhkan
MOPEN sebagai mobil penerangan berisi alat-alat kontasepsi. Kita menyambut baik
dengan adanya MOPEN yang telah distujui oleh pusat sebagai fasilitas lapangan
tambahan sehingga dapat memperlancar lagi pelaksanaan program
Q7 Kendala apa yang dihadapi ?
sejauh ini tidak ada kendala yang berati yang menghambat pelaksanaan program KB
disini karena berkat bantuan para kader Q8 Bagaimana upaya yang dilakukan untuk merubah paradigma masyarakat tentang KB?
Melakukan Penyuluhan dengan mengahadirkan tokoh agama dan tokoh masyarakat serta
masyarakat itu sendiri dengan cara berdiskusi dengan metode ceramah. Q9 Bagaimana standar waktu kerja Kegiatan program Keluarga Berencana (penyuluhan,
pelayanan KB,dll) yang dilakukan?
biasanya dilakukan penyuluhan bila ada undangan dari desa meminta kita untuk melakukan
penyuluhan kepada masayrakat. Sedangkan pemsangan alat kontasepsi biasa kita kalukan tiga
bulan sekali untuk IUD dan Implant di puskesmas atau di desa yang telah ditetapkan. Seringnya
dilakukan dipuskesmas karena lebih mudah dalam menyiapkan peralatan yang akan digunakan,
kalu di desa aga slit untuk membawa peralatan yang akan digunakannya
Keterangan : I1.3 = PLKB Kecamatan Taktakan Kota Serang
Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara
Catatan Lapangan : Wawancar hari Selasa, 11 Oktober 2011, Pukul 11. 10 WIB. Wawancara dilakukan di
Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan
I
Q
I1.4
Q1 Apa tujuan dari Program Keluarga Berencana ?
Untuk menekan pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin meningkat. Q2 Bagaimana respon dari masyarakat dalam program Keluarga Berencana di Kecamatan
Taktakan?
terkadang masih adanya warga yang merasa ketakutan apabila kita mendatanginya untuk
memberikan penyuluhan, mereka langsung cepat-cepat menutup pintu rumah mereka. Biasanya
warga yang kalangan menengah kebawah atau biasa kita sebut keluarga pra sejahtera yang berada
di daerah pelosok. Dengan adanya kejadian tersebut maka kita (penyuluh) biasanya melakukan
pendekatan dengan tokoh masyarakat atau kader di lingkungan tersebut untuk mendampingi
penyuluh sehingga agar warga tidak merasa takut lagi dan tidak merasa asing dengan kehadiran
petugas. Tokoh masyarakat atau kader setempat memberikan pengertian kepada warga akan
adanya maksud dan tujuan kita (penyuluh) Q3 Apa yang menyebabkan masyarakat tidak ikut KB?
Karena kurang memahaminya manfaat KB Q4 Apa yang menjadi tolak ukur dari keberhasilan program Keluarga Berencana?
Semua keluarga ikut KB Q5 Apa saja faktor yang dapat menentukan program Keluarga Berencan dapat berhasil?
1) Penyuluhan dan Pelayanan
2) Fasilitas yang memadai Q6 Sejauhmana paradigma “banyak anak, banyak rezeki” dapat diubah?upaya apa yang
dilakukan untuk merubah paradigm tersebut?
Dilakukanya penyuluhan agar masyrakat mengerti tujuan dan manfaat KB. Ada tiga jenis cara
penyuluhan kepada masyarkat yaitu cara individual yang sering dikenal dengan dor to dor,
artinya mendatangi setiap masyarakat ke rumah mereka satu per satu. cara kedua yaitu
berkelompok yang merupakan cara dengan membentuk suatu kelompok sebagai wadah yang
terdiri dari orang-orang yang anggotanya terdiri dari seluruh keluarga dalam satu rukun tentangga
secara suka rela berperan aktif mengelola program KB dengan tingkat rukun tetangga. yang
ketiga adalah komunikatif yaitu metode ceramah dengan mengumpulkan semua elemen dari
tokoh agama, tokoh masyarakat serta masyarakat sendiri.
Q5 Bagaimana sumber daya yang ada (staf /fasilitas ) dalam menjalankan Program ini?
Yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas kantor yaitu tidak
adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat untuk keperluan kegiatan program
ini biasanya mesti ke rental komputer, sehingga kurang efektif dan efisien dan menghambat
kelancaran kegitan. Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB diberikan motor untuk
mendukung tugas ke lapangan Q6 Kendala apa yang dihadapi ?
Yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas kantor yaitu tidak
adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat untuk keperluan kegiatan program
ini biasanya mesti ke rental komputer, sehingga kurang efektif dan efisien dan menghambat
kelancaran kegitan. Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB diberikan motor untuk
mendukung tugas ke lapangan penyuluh sehingga agar warga tidak merasa takut lagi dan tidak
merasa asing dengan kehadiran petugas. Tokoh masyarakat atau kader setempat memberikan
pengertian kepada warga akan adanya maksud dan tujuan kita (penyuluh)
Keterangan : I1.4 = PLKB Kecamatan Taktakan Kota Serang
Q = Pertanyaan dan jawaban Wawancara
Catatan Lapangan : Wawancar hari Selasa, 11 Oktober 2011, Pukul 10. 10 WIB. Wawancara dilakukan di
Rumah Sakit DKT
MATRIKS SETELAH REDUKSI
A. Faktor Sumber Daya
Q
I
Berapakah Jumlah dan bagaimanakah latar belakang pelaksana yang ada di
UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan?
I1.1 Di UPT Kecamatan ini memiliki 5 pegawai yang terdiri dari Kepala UPT,
Kasubag, dan 2 PLKB serta 1 orang saff. Jumlah PLKB yang ada di Kecamatan
Taktakan hanya berjumlah 2 orang, jumlah ini sebenarnya kurang memadai
untuk menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan Taktakan, apabila ada
kegiatan yang akan dilaksanakan kadang kita kesulitan tetapi Alhamdulliah
PLKB dibantu oleh para kader di tiap desa dengan suka rela mambatu.
I1.4 Latar pendidikan saya sesuai dengan pekerjaan yang saya geluti saat ini yang
berhubungan dengan kesehatan yaitu KB, ini mempermudah saya
melaksanakan tugas ini, saya dapat memberikan pemahaman, pengetahuan
mengenai manfaat dari program ini ke masyarakat
I1.3 Agama bidang pendidikan yang saya ambil ini ternyata membantu dalam
pekerjaan saya. Terkadang dilapangan masih ada masyarakat yang berpendapat
bahwa KB itu dilarang oleh agama, dengan latar pendidikan yang saya miliki
ini, saya dapat menjelaskan sesuai dengan ilmu yang saya punya
Q
I
Apa tujuan dari program Keluarga Berencana? Bagaimanakah pelaksanaan
programnya?
I1.1 Program Keluarga Berencana sendiri bertujuan yaitu untuk menekan
Pertumbuhan penduduk, sedangkan secara khususnya yaitu untuk mengurangi
angka kesakitan ibu setelah melahirkan, mengurangi angka kematian bayi. Dari
tujuan tersebut mengandung informasi yang perlu diketahui oleh pelaksana
kebijakan program maupun pelakunya, untuk itu adanya kegiatan atau tidakan
yang dilakukan memalui pelayanan KB, penyuluhan serta pembinaan kepada
masyarakat akan pentingnya KB
I1.2 Tujuan untuk menjarangka kelahiran, dan menekan angka kelahiran. Pelaksanaan
program Keluarga Berencana disini dilakukan berbagai kegiatan adanya pembinaan,
penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya KB bagi mereka, kemudian
diadakannya pelayanan KB gratis untuk memotivasi dan meberikan kemudahan bagi
keluarga pra sejahtera dalam mendapatkan pelayanan KB sehingga diharapkan akan
lebih banyak lagi masyarakat ikut program KB
I1.4 Bertujuan agar terwujudnya keluarga yang sejahtera. Dalam pelaksanaannya dilakukan
Pembinaan, penyuluhan. Penyuluhan merupakan cara yang penting untuk
menyampaikan manfaat KB kepada maayarakat agar mereka mau ikut KB. Pasangan
yang mau ber-KB kita berikan arahan atau biasa disebut konseling, konseling bertujuan
untuk memberikan bagaimna yang seharusnya mereka lakukan, alat apa yang
sebaiknya digunakan, baru kemudian di rujuk ke puskesmas atau ke rumah sakit
I1.3 Untuk menekan pertumbuhan penduduk yang semakin hari semakin meningkat.
Q
I
Bagaimana sarana dan prasarana untuk mendukung program Keluarga
Berencana ini?
I1.1 Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk mendukung dalam keberhasilan
pelaksanaan program. Sarana dan prasarana yang tersedia yaitu fasilitas
lapangan berupa motor diberikan pada setiap PLKB dan mobil penerangan
(MOPEN) yangi baru di setujui pada tahun 2010 dari pusat untuk membantu
kelancaran kegiatan. Sedangkan fasilitas kantor seperti kursi, rak –rak, lemari,
meja serta alat tulis kantor lainnya walaupun belum tersedianya komputer
karena terbatasnya anggaran
I1.4 PLKB diberikan fasilitas lapangan berupa motor, memudahkan PLKB dalam
penyuluhan ke desa-desa dan kegiatan lainnya dilapangan. Kemudian kita juga
membutuhkan MOPEN sebagai mobil penerangan berisi alat-alat kontasepsi.
Kita menyambut baik dengan adanya MOPEN yang telah distujui oleh pusat
sebagai fasilitas lapangan tambahan sehingga dapat memperlancar lagi
pelaksanaan program
I1.3 Yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya masih terganjal oleh fasilitas
kantor yaitu tidak adanya komputer sehingga apabila akan membuat surat-surat
untuk keperluan kegiatan program ini biasanya mesti ke rental komputer,
sehingga kurang efektif dan efisien dan menghambat kelancaran kegitan.
Sedangkan fasilitas lapangan setiap PLKB diberikan motor untuk mendukung
tugas ke lapangan
I2.9 Apabila ada pembinaa atau penyuluhan biasanya disediakan tempatnya di balai
desa
I2.1 Ya paling kalau ada penyuluhan biasanya di kantor desa atau balai desa.
B. Faktor Komunikasi
Q
I
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk merubah paradigma masyarakat
tentang KB?
I1.1 Dilakukannya pembinaan dimasyarkat dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat,
agar masyarakat yang memiliki pemikiran bahwa KB tidak boleh dalam agama dapat
berubah, pada hal KB tidak bertentangan dengan agama karena KB bukan membunuh
tepi hanya menjarangkan kehamilan untuk mengatur kelahiran
I1.3 Melakukan Penyuluhan dengan mengahadirkan tokoh agama dan tokoh masyarakat
serta masyarakat itu sendiri dengan cara berdiskusi dengan metode ceramah.
I1.4 Dilakukanya penyuluhan agar masyrakat mengerti tujuan dan manfaat KB. Ada tiga
jenis cara penyuluhan kepada masyarkat yaitu cara individual yang sering dikenal
dengan dor to dor, artinya mendatangi setiap masyarakat ke rumah mereka satu per
satu. cara kedua yaitu berkelompok yang merupakan cara dengan membentuk suatu
kelompok sebagai wadah yang terdiri dari orang-orang yang anggotanya terdiri dari
seluruh keluarga dalam satu rukun tentangga secara suka rela berperan aktif mengelola
program KB dengan tingkat rukun tetangga. yang ketiga adalah komunikatif yaitu
metode ceramah dengan mengumpulkan semua elemen dari tokoh agama, tokoh
masyarakat serta masyarakat sendiri.
C. Faktor Disposisi
Q
I
Tolak ukur atau Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan
program KB?
I1.1
4) Anggaran dari APBD dan APBN untuk Program KB
5) Sarana dan Prasarana beruPa kendaraan
6) Personil yang berdedikasi yang tinggi, sangguP mengabdikan dirinya untuk
masyarakat seperti PLKB dan Para kader desa.
selain dana dan sarana prasarana, faktor yang menjadi tolak ukur tercapainya kebijakan
yang dapat mempengaruhi keberhasilan kebijakan program Keluarga Berencanan
adalah personil yang sanggup mengabdikan dirinya untuk mengemban tugas yang
diberikan seperti petugas lapangan yang senantiasa memberikan penyuluhan ke setiap
desa-desa, kemudian para kader yang sukarela membantu para petugas lapangan,
mengabdikan dirinya untuk program ini
I1.2 1) Penyuluhan melalui tokoh masyarakat
2) Melakukan koordinasi yang baik dengan Pihak yang terkait dalam Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan Program KB
3) Dilakukannya Pertemuan instansi masyarakat, Pos KB dan kader Puskesmas
I1.3 3) Seringnya dilakukan Penyuluhan
4) Diadakannya Pelayanan Pemasangan alat KB gratis
I1.4 3) Penyuluhan dan Pelayanan
4) Fasilitas yang memadai
Q
I
Siap saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan program Keluarga
Berencana?
I1.1 Bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan
pelayanan KB gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang
menangani pelayanan tersebut
I1.2 kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang
terkait seperti tentunya dengan Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat,
tokoh agama, aparat desa, kader dan tentunya PLKB
I1.4 dalam melakukan penyuluhan dibantu oleh kader desa yang lebih mengetahui
karakter masyarakat di desa, tokoh masyrakat dan tokoh agama. Sedangkan
apabila kegiatan pelayanan KB gratis bekerjasama dengan puskesmas dan
Rumah Sakit
I2.5 kader membatu mendata di masing-masing lingkungan yang sudah ditetapkan,
kemudian dilaporkan kepada PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa
peserta KB
I2.6 kader membatu mendata di masing-masing lingkungan yang sudah ditetapkan,
kemudian dilaporkan kepada PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa
peserta KB
I2.3 membatu mendata di desa yang sudah ditetapkan, kemudian dilaporkan kepada
PLKB dan kalu ada pelayanan kader membawa peserta KB
D. Faktor Struktur Birokrasi
Q
I
Bagaimana standar waktu kerja Kegiatan program Keluarga Berencana
(penyuluhan, pelayanan KB,dll) yang dilakukan ?
I1.1 tiga bulan sekali kami mengadakan pelayanan KB yang diselenggarakan di Rumah
Sakit DKT untuk pelayanan MOP dan MOW
I1.3 biasanya dilakukan penyuluhan bila ada undangan dari desa meminta kita untuk
melakukan penyuluhan kepada masayrakat. Sedangkan pemsangan alat kontasepsi
biasa kita kalukan tiga bulan sekali untuk IUD dan Implant di puskesmas atau di desa
yang telah ditetapkan. Seringnya dilakukan dipuskesmas karena lebih mudah dalam
menyiapkan peralatan yang akan digunakan, kalu di desa aga slit untuk membawa
peralatan yang akan digunakannya
I1.4 sebenarnya penyluhan ngga dilakukan setiap hari, kalau ada pelayanan KIE atau
kegiatan-kegiatan yang ankan dilakukan, baru dilakukan penyuluhan mendatangi
warga ke rumah rumah agar mereka mau ikut pelayanan. pemsangan alat kontasepsi
biasa kita kalukan tiga bulan sekali untuk IUD dan Implant di puskesmas atau di desa
yang telah ditetapkan. Seringnya dilakukan dipuskesmas karena lebih mudah dalam
menyiapkan peralatan yang akan digunakan, kalu di desa aga slit untuk membawa
peralatan yang akan digunakannya
I2.2 penyuluhan dilakukan biasanya sebulan sekali, pada saat ada pengajian ibu-ibu atau
pertemuan-pertemuan
I2.4 pelayana gratis ini sering dilakukan, kalu ngga salah tiga bulan sekali mah ada.
Biasanya kalau ada kegiatan ini saya ditugaskan untuk membawa atau mengajak
masyarakat untuk mau ikut pelayanan ini bisa dari yang sudah menjadi peserta KB
aktif maupun yang belum KB juga
Q
I
Siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Kegiatan program Keluarga
Berencana?
I1.1 Bekerja sama dengan puskesmas, Rumah Sakit DKT apabila ada kegiatan
pelayanan KB gratis seprti pemasangan implant, MOW serta MOP yang
menangani pelayanan tersebut
I1.2 kita melaksanakan Program pemerintah ini dengan melibatkan pihak yang terkait
seperti tentunya dengan Puskesmas dan Rumah Sakit, Tokoh masyrakat, tokoh agama,
aparat desa, kader dan tentunya PLKB.
pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan kegiatan-kegiatan
khusunya dalam kegiatan pelayanan KB gratis kepada masyarkat, seprti yang akan
dilaksanakan pada tanggal 13 dan 20 oktober kita bekerja sama dengan puskesmas
sebagai yang melakukan pelayanan (pemasangan alat kontasepi) dan Koramil (karena
bertepatan dengan ulang tahun ABRI) memfasilitasi kendaraan untuk antar jemput
peserta KB. kemudian kita (UPT BPMPKB Kecamatan) mengkoordinasi dan
memantau jalannya pelayanan tersebut, sedangkan anggaran atau biaya itu dari pusat
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM
KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini.
Kerahasiaan informan dalam penelitian ini akan terjaga.
Informan :
1. Petugas Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB)
Pertanyaan :
1. Apa tujuan dari adanya program KB?
2. Bagaimanakah perubahan yang ingin dicapai dari adanya program KB ini?
3. Bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam program KB ini?
4. Apa yang menyebabkan masyarakat tidak ikut program KB?
5. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh petugas kepada masyarakat?
6. Menurut Saudara apakah ada kendala yang dihadapi petugas dalam mensosialisaikannya?
7. Bagaimana strategi sosilaisasinya?
8. Apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan program KB di kecamatan ini?
9. Bagaiamana cara petugas dalam mensukseskan program KB?
10. Bagaimana tanggapan saudara tentang paradigma yang ada di masyarakat bahwa “banyak
anak banyak rezeki”?
11. Menurut saudara faktor apa sajakah yang dapat menentukan Program KB dapat berhasil?
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM
KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini.
Kerahasiaan informan dalam penelitian ini akan terjaga.
Informan :
1. Masyarakat Pengguna KB dan Masyarakat Bukan Pengguna KB
Pertanyaan :
1. Siapakah nama saudara? Alamatnya dimana? Berapakah anak yang anda punya? apakah
pekerjaan saudara dan suami? Pendidikan saudara dan suami?
2. Apakah yang saudara ketahui mengenai Program Keluarga Berencana (KB)?
3. Apakah saudara ikut Program KB? Alasan saudara ikut/tidak ikut KB?
4. Menurut saudara/i apakah manfaat dari adanya Program KB?
5. Alat kontrasepsi apa yang saudara/i gunakan? Alasan anda menggunakan jenis alat
konstarsepsi tersebut?
6. Apakah sebelum mengikuti KB anda sudah mendiskusikannya dengan pasangan?
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROGRAM
KELUARGA BERENCANA (KB) DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG
Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusunlah pedoman wawancara seperti di bawah ini.
Kerahasiaan informan dalam penelitian ini akan terjaga.
Informan :
1. Tokoh Masyarakat
2. Tokoh Agama
Pertanyaan :
1. Siapakah nama saudara?
2. Bagaimana tanggapan saudara mengenai program KB?
3. Bagaimana Program KB menurut kacamata agama?
4. Bagaimana tanggapan saudara mengenai paradigma yang mengatakan bahwa “banyak
anak,banyak rezeki”?
DOKUMENTASI
Ket: Wawacara dengan Kasubag KB BPMPKB Kota Serang dan wawancara dengan Kabag UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan
K k kkk eter Ket: Wawancara dengan PLKB Kecamatan Taktakan
Ket: Wawancara dengan Tokoh Masyarakat
Ket: Kondisi pada saat pelayanan pemasangan alat KB (Implan) gratis di puskesmas Taktakan
Ket: Suasana pada saat pelayanan MOP dan MOW gratis di Rumah Sakit DKT
Ket:: Kantor UPT BPMPKB Kecamatan Taktakan
Ket:: Puskesmas Taktakan
Ket:: Kantor Kelurahan Pangung Jati
Ket: fasilitas Lapangan PLKB
Ket: Rapat petugas/pegawai dan kader sebelum pelayanan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Pepy Novia Hidayah
Tanggal lahir : 12 November 1987
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Pandeglang Km 4 Rt.03/ 05
Kel. Karundang Kec. Cipocok Jaya Kota Serang Banten
PENDIDIKAN
1. SD Negeri Karundang, Serang Tahun 1999 – 2000 ( Berijazah )
2. SMP Negeri 2 Cipocok Jaya Tahun 2002– 2003 ( Berijazah )
3. SMA Negeri 1 Cipocok Jaya Tahun 2005 – 2006 ( Berijazah )
PENGALAMAN KERJA
1. PT. Tegar Jaya Abadi, Tanggerang : Staff Adm (Juni 2011- Juli 2011)