Post on 24-Feb-2020
DRAFT PROPOSAL TESIS
PENGARUH MIND MAPPING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI MAHASISWA
OLEHRIKA LISISWANTI
11/323806/PKU/12621
PROGRAM PASCASARJANA ILMU PENDIDIKAN KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA2012
DAFTAR ISI
1
Daftar isi ………………………………………………………………………. …………… ii
BAB. I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang …………………………………………………………………….. 1
2. Identifikasi masalah ……………………………………………………………….. 3
3. Masalah ……………………………………………………………………………… 3
4. Tujuan ……………………………………………………………………………….. 3
5. Manfaat ……………………………………………………………………………… 3
6. Keaslian Penelitian …………………………………………………………………. 4
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Telaah Pustaka ……………………………………………………………………… 6
2. Landasan Teori ……………………………………………………………………… 12
3. Kerangka Konsep ……………………………………………………………………. 13
4. Pertanyaan Penelitian ………………………………………………………………. 13
5. Hipotesis ……………………………………………………………………………… 14
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian ………………………………………………………………. 15
2. Subjek penelitian …………………………………………………………………….. 15
3. Variabel penelitian …………………………………………………………………… 15
4. Instrument Penelitian ……………………………………………………………….. 15
5. Defenisi operasional ………………………………………………………………… 16
6. Validitas dan reabilitas instrument …………………………………………………. 17
7. Prosedur penelitian …………………………………………………………………… 17
8. Analisis Data …………………………………………………………………………… 19
9. Etika Penelitian ………………………………………………………………………… 20
10. Jadwal Penelitian ……………………………………………………………………… 20
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………. 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dokter merupakan profesi yang mengharuskan belajar sepanjang hayat, sebagai
profesi dan pendidikan yang selalu berubah, pendekatan baru harus dirubah dan perlu
diajarkan kepada mahasiwa sehingga mereka memperoleh banyak pengetahuan,
mengintegrasikan pengetahuan, berpikir kritis dan memecahkan masalah yang komplek
(Daley & Torre 2010; Quirt, 2006). Sekarang ini sudah banyak dikembangkan metode dan
pendekatan belajar berdasarkan prinsip teori-teori pembelajaran. Salah satunya adalah alat
mapping (mapping tool), alat mapping itu terdiri dari mind mapping, concept mapping dan
argument mapping (Davies, 2010). Semua alat mapping tersebut sama tetapi hanya beda pada
penerapannya. Mind mapping membantu mahasiswa membayangkan dan mengasosiasikan
antara konsep. Sedangkan concept map membantu mahasiswa mengerti hubungan antara
konsep, mengerti konsep dan domain yang mereka punyai. Sedangkan argument konsep
membantu mahasiswa melihat hubungan inferensial antara proposisi dan konten serta
mengevaluasi validitas kesimpulan (Davies, 2010).
Concept map merupakan suatu variasi dari mind mapping, pada consept map judul
topik terletak pada paling atas kemudian disusun ke bawah secara hirarki. Consept map
merupakan suatu peta yang menjelaskan konsep dengan memakai urutan tingkatan atau
hirarki dan tersusun dari judul kemudian turun ke arah bawah subtopik sampai ke ujung
(Meier, 2007). Concept map didefenisikan sebagai suatu alat berbentuk grafik yang
merepresentasikan dan menggambarkan pengertian dan pemahaman menjadi sebuah konsep
(Torre et al, 2007). Concept map ini dikembangkan oleh Novak and Gowin berdasarkan teori
asimilasi pembelajaran oleh Ausbel (Daley & Torre, 2010). Sedangkan argument mapping
lebih berfokus pada mengembangkan struktur dari kesimpulan (Davies 2010).
Mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Mind
mapping sudah ada digunakan sejak adanya catatan yang diambil secara visual oleh ilmuan
terkenal (orang-orang mesir kuno) menggambar dan hieroglyphics (Abdolahi, 2011). Mind
mapping adalah suatu diagram yang merepresentasikan kata, ide dan lainnya yang
diasosiasikan dengan topik (Wicramasinghe, 2007). Mind mapping banyak di gunakan dalam
pendidikan, bisnis, kepemimpinan. Mind mapping melibatkan hemisper otak kiri dan otak
kanan manusia (Buzan&Buzan, 1993). Dalam pendidikan mind mapping dapat digunakan
3
baik dalam mengajar atau belajar mahasiswa. Mind mapping menggunakan unsur garis tebal,
warna, gambar, dan diagram untuk mengumpulkan informasi ( Davies, 2010). Mind mapping
berguna untuk mahasiswa dalam belajar, mengorganisasikan, mengintegrasikan dan
mengingat informasi. Mind mapping sudah banyak digunakan dalam pendidikan klinik
sebagai sumber belajar, mecatat perkuliahan, mencatat informasi tertulis, mereviu dengan
cepat serta mudah diperbaruhi (Sandra et al, 2010). Mind mapping dapat digunakan dalam
berbagai situasi seperti problem based learning, belajar kelompok kecil dan alat assessment
(Sandra&Cooper, 2010). Mind mapping bermanfaat dalam pemecahan masalah, berfikir
kritis, mengingat kembali informasi, serta mengetahui keseluruhan konsep yang dipelajari
serta digunakan sebagai penilaian (Noonan 2012).
Mind mapping dapat digunakan sebagai alat bantu belajar dan mudah diajarkan
kepada mahasiswa yang tidak mempunyai latar belakang mind mapping serta alat ini cukup
murah dan menarik (D’Antoni, 2010). Mind mapping sesuai untuk kurikulum pendidikan
dengan menggunakan pendekatan problem based learning (pbl) keduanya mendorong
mahasiswa belajar lebih dalam. Sebelum menerapkan mind mapping, pelatihan yang efektif
akan mendorong mahasiswa menerapkan mind mapping. Menggabungkan dengan sesi
keterampilan belajar lainnya pada awal pembelajaran problem based learning (Farrand,
2002). Penelitian yang dilakukan oleh Abdolahi (2011) untuk melihat keefektifan mind
mapping dalam pengajaran anatomi mendapatkan bahwa mind mapping lebih efektif
dibandingan metode tradisional. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Farrand meneliti
bahwa mind map lebih efektif pada informasi yang didapat terulis dan motivasi lebih rendah
dari pada metode mandiri (Abdolahi et al, 2011; farrand et al, 2002).
Di Indonesia mind mapping ini sudah diperkenalkan kepada sekolah-sekolah dan
pemberian pelatihan disekolah-sekolah di Indonesia. Di pendidikan kedokteran sendiri baru
dikembangkan beberapa tahun ini. Fakultas kedokteran Universitas Lampung belum
memberikan materi kepada mahasiswa tentang keterampilan belajar. Mind mapping
merupakan strategi yang pembelajaran yang akhir-akhir ini banyak dikembangkan. Mind
mapping berguna untuk pemahaman, pemecahan masalah atau critical thinking. Fakultas
Kedokteran Unila sudah menerapkan pendekatan pembelajaran dengan kurikulum problem
based learning (pbl). Pbl mengharuskan mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Sebagai
pembelajar mandiri mahasiswa seharusnya diberikan keterampilan untuk memfasilitasi
mereka meningkatkan pemahaman dan memberikan keterampilan. Untuk itulah penulis
mencoba melihat keefektifan metode mind mapping terhadap pemahaman mahasiwa.
4
Sehingga penulis bisa menerapkan keterampilan belajar kepada mahasiwa khususnya mind
mapping.
Selain keterampilan belajar yang dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa,
motivasi juga dapat mempengaruhi pencapaian hasil pembelajaran mahasiswa. Motivasi
merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam pemebelajaran dan pencapaiannya,
penerimaan terhadap tugas, kepercayaan diri tentang pembelajaran ditentukan oleh motivasi
(Pelaccia et al, 2009)
Pelajaran fisiologi merupakan pelajaran ilmu kedokteran dasar yang dipelajari oleh
mahasiswa pada tahun pertama fakultas kedokteran Universitas Lampung. Ilmu kedokteran
dasar harus dimengerti dan dipahami oleh mahasiswa seperti fisiologi, hal ini akan
mendukung clinical reasoning mahasiswa serta mengerti mekanisme patofisiologi tentang
penyakit (Snoeckx, 2010). Pengajaran fisiologi pada mahasiswa tahun pertama di kedokteran
dengan berbagai metode pengajaran lebih baik dari pada satu metode terhadap perolehan
pengetahuan mahasiswa (Ghosh S & Pandya H, 2008). Untuk itulah penulis mencoba
melihat pengaruh metode belajar dengan mind mapping pada pelajaran fisiologi terhadap
perolehan pengetahuan mahasiswa.
1.2. Identifikasi masalah
FK Unila belum memberikan keterampilan belajar kepada mahasiswa, seperti yang
disebutkan di atas dunia kedokteran akan terus berkembang. Metode pembelajaran pun terus
berkembang seperti diterapkannya sistem pbl yang mengharuskan mahasiswa lebih banyak
belajar mandiri, berfikir kritis sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih
banyak. Mind mapping sudah banyak digunakan dalam pendidikan secara umum tetapi di FK
Unila belum menerapkan mind mapping tersebut.
1.3. Batasan Masalah
Apakah pengetahuan mahasiswa menggunakan mind mapping pada pembelajaran
fisiologi lebih baik dari pada mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping?
Apakah motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping pada pemebalajaran
fisiologi lebiih baik dari pada mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping?
1.4. Tujuan
Melihat pengaruh menggunakan mind mapping terhadap pengetahuan mahasiswa
pada pembelajaran fisiologi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak
menggunakan mind mapping.
5
Melihat pengaruh mind mapping terhadap motivasi mahasiswa pada pembelajaran
fisiologi dibandingkan dengan mahasiswa tanpa menggunakan mind mapping
1.5. Manfaat
a. Teoritis
Mengetahui manfaat teori mind mapping dalam pendidikan kedokteran
b. Aplikatif
Mengetahui efektifitas mind maping terhadap pelajaran fisiologi
Mengetahui efektifitas mind mapping terhadap pengetahuan mahasiswa
Melihat motivasi mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
mind mapping
Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa
Dosen dapat menerapkan kemampuan mengajar di dalam kelas
1.6. Keaslian penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Farrand et al, 2002 yang bertujuan untuk melihat
keefektifan penggunaan mind mapping untuk meningkatkan factual recall dari
informasi tertulis. Metodenya adalah memberikan teks yang berisi 600 kata, sampel
dirandom menjadi kelompok memilih sendiri teknik belajar dan mind map. Setelah 30
menit jaraknya memilih sendiri teknik belajar kemudian di paparkan dengan teks dan
mengaplikasikan teknik belajar. Pengetahuan diukur setelah intervensi dan satu
minggu sesudahnya. Motivasi mahsiswa juga diukur. Penelitian dilakukan di Barts
and London School of Medicine and Dentistry, Universitas London. Subjek
penelitian adalah 50 mahasiswa kedokteran tahun dua dan tiga.
Wickramasinghe et al, 2007. Evaluasi keefektifan mind map sebagai metode belajar
sendiri untuk mahasiwa yang baru masuk fakultas kedokteran. Sebanyak 70
mahasiswa yang masuk ke fakultas kedokteran dipilih secara random berdasarkan
performan waktu mereka disekolah dulu. Kelompok pertama adalam mind map dan
kelompok kedua adalah teknik memilih sendiri belajarnya. Teks tentang anemia
defesiensi besi dipilih sebagai materi belajar mandiri. Kelompok mind map diberika
teknik selama 30 menit. Kemudian diberikan teks selama 45 menit dan dilanjutkan
dengan tes empat pertanyaan essay terstruktur.
Penelitian oleh D’ Antoni A et al, 2010 yang meneliti hubungan antara mind mapping
dan critical thinking dengan menggunakan The healt Sciences Reasoning Test
(HSRT) dan hubungan antara mind mapping dan mengingat informasi. Metode yang
6
digunakan adalah kuasi-eksperimental, sebanyak 131 mahasiswa kedokteran
dirandom untuk menjadi Standar note-taking (SNT) dan mind map (MM). Mahasiswa
disurvei dan di tes pre-HSRT. Kemudian diberikan teks yang belum dikenal, pre-kuis
dan 30 menit istirahat, selama waktu itu kelompok Mind mapping akan diberikan
presentasi melalui mind mapping. Setelah istirahat, mahasiswa diberikan tugas
mengutipan dan mencatat. Kemudian diberikan post-kuis dan diikuti post-HSRT.
Perbedaan pre dan post dianalisis dengan t-test dan pre dan post HSRT dengan
ANOVA. Mind Map dinilai dengan rubric The Mind Map assessment Rubrik
(MMAR)
Abdolahi et al, 2011 meneliti keefektivan mind mapping dalam pengajaran anatomi
dibandingkan dengan tradisional. Penelitian cross sectional tahun 2009 pada
mahasiswa tahun kedua Universitas Ahvaz Jondishapour, sebanyak empat kelas
perkuliahan dengan tulang kepala dan leher. Perkuliahan dengan slide dengan materi
yang dipilih dari tekxbook anatomi dan dipresentasikan dengan video powerpoint.
Mahasiswa dibagi secara random menjadi dua kelompok. Kelompok 1 dengan
powerpoint tradisional dan lainnya dengan mind map. Pada akhir pelajaran mahasiwa
diberikan soal MCQ sebanyak 40 buah, data dianalisis dengan analisis of varian
(ANOVA) dan pair t-test dan juga ikut membandingkan jenis kelamin. Jenis kelamin
menentukan disain protokol pengajaran.
BAB II
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Pustaka
2.1.1. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar juga dapat diartikan suatu perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. (Mahmud, 2010)
Belajar dapat dipengaruhi oleh banyak factor. Faktor-faktor ini dapat di kelompokan
menjadi tiga yaitu faktor internal, faktor social dan faktor struktural. Faktor
individual/internal seperti aspek fisiologis, psikologis, sikap mahasiswa, bakat, minat dan
motivasi. Faktor sosial seperti kondisi lingkungan. Faktor struktural adalah pendekatan
belajar, strategi dan metode yang digunakan siswa dan guru dalam melakukan kegiatan
pembelajaran serta gaya belajar masuk dalam faktor struktural (Mahmud, 2010)
Pencapaian hasil belajar yang dikemukan oleh Huitt yang disebut model Huitt,
dipengaruhi oleh karakter mahasiswa diantaranya adalah priorknowledge, intelegensi, gaya
belajar dan motivasi akan mempengaruhi prilaku mahasiswa. Prilaku mahasiswa dipengaruhi
juga oleh materi, keterlibatannya, kesusksesannya. Sedangkan dari karakter dosen yaitu
pengetahuannya, keterampilannya, kepercayaan dirinya. Karakter ini akan meempengaruhi
prilakuk dosen yang terwujud dalam perencanaan, manajemen dan instruksi. Kebijaan juga
akan berpengaruh pada pencapaian hasil mahasiswa yaitu keuangan, pencapaian hasil,
panduan, assessment dan pelatihan. Kebijakan kampus seperti kepemimpinan dan iklim
pemebelajaran akan langsung mempengaruhi prilakuk dosen. Factor lain yang berpengaruhi
adalah masyarakat, agama, keluarga (Huitt, (2003) sitasi (Gagne et al, 2005).
2.1.2. Teori Pembelajaran
a. Teori pembelajaran kognitif
Teori information-process approach (Santrock, 2011). Memori adalah kemampuan
mempertahankan informasi dalam jangka lama. Terdapa tiga tahap dalam pembrosesan
informasi yaitu pengkodean, menyimpan dan memanggil kembali. proses ini melalui tiga
proses yaitu enkoding, menyimpan dan mengulang kembali.
1. Enkoding
Proses pengkodean, pengkodean berhubungan dengan atensi dan pembelajaran. Ketika
belajar mendengarkan dosen, berbicara maka akan terjadi pengkodean informasi di
8
memori. Perhatian atau atensi dengan visual, manipulasi fisik, menggunakan kata akan di
ingat dan dilakukan pengkodean. Proses pengkodean akan terjadi sejumlah proses yaitu
latihan/repetisi, proses pendalaman, elaborasi, konstruksi, gambaran dan organisasi.
2. Rehearsal
Proses rehearsal adalah pemanggilan kembali informasi secara sadar dalam suatu waktu
untuk meningkatkan laanya dalam memori. Rehearshal bekerja terbaik ketika kamu
membutuhkan untuk mengkode dan mengingat suatu daftar dalam waktu tertentu. Ketika
mempertahankan informasi dalam waktu lama. Reherasal tidak bekerja ketika
mempertahankan informasi dalam jangka lama. Proses pendalaman mememori terjadi
terus menerus dari yang dangkal ke lebih dalam dengan proses lebih dalam menghasilkan
memori lebih baik. Elaborasi mengembangkan informasi dalam proses pengkodean.
Constuksi gambar, memori menerima informasi dalam dua cara yatu verbal dan gambar.
Organisasi, jika mahasiswa mengorganisasikan informasi ketika mereka mengkode itu,
maka memori akan lebih baik.
3. Penyimpanan
Setelah informasi di koding, hal ini butuh dipertahankan atau disimpan. Mahasiswa
mengingat informasi lebih dari 1 detik, ada yang setengah menit, dan informasi lainnya
satu menit, 1 jam dan tahun bahkan seumur hidup. Ada tiga tipe memori dengan
perbedaaan waktu yang berbeda. Sensori memori kira-kira (1 detik sampai beberapa
detik). Short-term memory (kira-kira 30 detik) dan long-term memory (30 detik sampai
seumur hidup).
Gambar 1. Proses informasi (sumber: Educational Pshycology, 2011)
9
Enkoding
Getting information into memory
Storage
Retaining information overtime
Retrieval
Taking information out of storage
Visuals patial working memory
Central executive
Long-term memory
Input via sensory memory
Rehearsal
Gambar. 2 . Working memory (Sumber Educational Psychology 2011)
3. Mind Mapping
Mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970. Mind
mapping dikembangkan melalui catatan yang diambil secara visual oleh ilmuan terkenal,
orang-orang yang menggambar secara primitive dan hieroglyphics mesir kuno (Abdolahi,
2011). Mind mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970.
Menurut Buzan, mind map dapat membantu kita dalam beberapa hal yaitu
merencanakan, mengkomunikasi, lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan
masalah. memusatkan perhatian, menyususn dan menjelaskan pikiran, mengingat lebih
baik, belajar dengan cepat dan efisien, melihat gambaran secara keseluruhan (Buzan,
2011). Sedangkan menurut Michael Michalko (citasi Buzan, 2011), mind mapping akan
mengaktifkan otak, membereskan akal dari kekusutan, memungkinkan kita fokus pada
pokok bahasan, membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
saling terpisah, memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian dan
emungkinkan kita mengelompokan konsep, membantu kita membandingkannya
Mind mapping sangat mudah dan alami, maka alat-alat yang dibutuhkan sangat
mudah yaitu kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna. otak dan imajinasi
(Buzan&buzan, 1993, Buzan T, 2012). Adapun langkah-langkah membuat mind mapping
1. Mulai dari bagian tengah kertas kosong, yang sisi panjangnya diletakan mendatar
2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentralnya
3. Gunakan warna
4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabng
tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua dan seterusnya
5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan lurus karena garis lurus akan
membosankan otak
6. Gunakan satu kunci untuk setiap garis
10
Phonological
7. Gunakan gambar
Buzan membuat rekomendasi, ketika membuat mind mapping: (Buzan 1993, davies
M, 2010)
a. Menempatkan suatu gambar atau topic pada daerah tengah dengan menggunakan
paling sedkit tiga warna.
b. Menggunakan gambar, symbol, kode, dan dimensi melalui mind maps kita
c. Memilih kata kunci, dan print yang menggunakan upper dan lower case latter
d. Masing-masing kata atau gambar sendiri dan mendudukan garisnya sendiri
e. Menghubungkan garis dari gambar sentral , garis tengah tebal, organic, flowing,
menjadi lebih tipis sebagai radian dari sentral
f. Membuat garis sama panjang dengan gambar dan kata-kata
g. Membuat warna dank ode sendiri melalui mind map
h. Mengembangkan gaya sendiri pada mind mapping
i. Menggunakan penekanan dan asosiasi dalam mind map
j. Menggunakan mind map yang jelas dengan hirarki radian, prsanan nomor dan
garis luar pada cabang-cabangnya.
Sekarang sudah dikembangkan kriteria Sistem Scoring MMAR (Mind Mapping
Assessment Rubric) untuk menilai apakah mind mapping sudah efektif atau memenuhi syarat.
Kriteria penilaian tersebut adalah (1) level 1 hubungan konsep (2 poin jika valid), (2)l evel 2
hubungan konsep (4 poin jika valid), (3) level 3 hubungan konsep (6 poin jika valid), (4)
level 4 hubungan konsep (8 poin jika valid), (5) cross link (10 poin jika valid) (6) contoh (1
poin masing-masing jika valid, (7) hubungan (3 poin jika valid), (80 gambar, bentuk (3 poin
jika valid), (9) invalid komponen (0) (Evrekli et la, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Abdolahi untuk melihat keefektifan mind maps dalam
pengajaran anatomi mendapatkan bahwa pengajaran dengan mind map lebih efektif
dibandingan metode pengajaran tradisional. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh
Farrand meneliti bahwa mind map lebih efektif pada informasi yang didapat terulis dan
motivasi lebih rendah dari pada metode mandiri (Abdolahi et al, 2011; Farrandet al, 2002).
Wickramasinghe et al, 2007. Evaluasi keefektifan mind map di banding cara belajar lain
untuk mahasiwa yang baru masuk fakultas kedokteran mendapatkan bahwa tidak ada
perbedaan perbedaan yang signifikan anatar mahasiswa menggunakan mind map dengan
yang tidak terhadap memeori jangka pendek. D’antony et al, 2010 melihat pengaruh mind
maps terhadap critical thinking mahasiswa yang diberikan perkuliahan kemudian mencatat
11
melalui mind maps, hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan
mind maps dan tidak menggunakan terhadap critical thinking mahasiswa. Fun et al (2010)
melihat penggunaan teacher centered mind map dan student centered mind map mendapatkan
bahwa penggunaan student centerd mind map lebih efektif dari pada teacher centered mind
map terhadap nilai tes mahasiswa.
Gambar. 3. Mind Mapping (Sumber: Buzab&Buzan, 1993)
12
Gambar 4. Concept map (Sumber: Davies M, 2010)
Gambar. 5. Argument map (Sumber: Davies M, 2010)
Motivasi
Teori sosial humanis membedakan motivasi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Menurut Pinrich dan schunk motivasi instriksik adalah tekad sesorang
13
untuk mengejakan tugas atau pelajaran karena mereka menemukan kesenangan terhadap hal
tersebut. Memori ekstrinsik ditentukan oleh factor luar individu seperti reward dan
punishment. Teori behaviuorisme motivasi dapat meningkatkan kognitif dan meningkatkan
performan (Pelaccia, 2009)
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong mahasiswa terlibat, fokus, perhatian dan
mau mengerjakan tugas-tugas pengajaran (Gagne, 1985). Menurut Gagne (1992), motivasi
dapat diukur secara langsung dengan observasi prilaku mahasiswa serta dengan memakai
kuesioner (Mahmud, 2010). Motivasi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam
pemebelajaran dan pencapaiannya, penerimaan terhadap tugas, kepercayaan diri tentang
pembelajaran ditentukan oleh motivasi (Pelaccia et al, 2009)
Pengetahuan
Menurut Bloom tahapan dalam proses kognitif adalah
1. Remember (mengingat)
Mengenali atau mengingat kembali informasi yang telah dipelajari di awal waktu
serta penyimpanannya dalam memori.
2. Pemahaman
Membangun makna dari materi-materi instruksional dan pesan-pesan misalnya
menyimpulkan, mengartikan, mengidentifikasi
3. Pengaplikasian
Meggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru
4. Analisis
Memcahkan informasi ke dalam bagian-baggian dan mengidentifikasi keterkaitan
antar bagian-bagian tersebut.
5. Evaluasi
Membuat suatu ketentuan terkait informasi dengan menggunakan standar atau kriteria
tertentu
6. Kreasi
Meletakan pengetahuan dan prosedur secara bersamaan dalam bentuk yang koheren,
terstruktur dan kemungkinan memiliki keaslian menyeluruh.
Miller 1990 mengusulkan suatu skema pencapaian kompetensi dan assessment yaitu
mempertimbangkan perkembangan keahlian mahasiswa menjadi knowledgeable. Pada saat
memilih suatu instrumen assessment kita harus menyesuaikan dengan level kompetensi yang
14
harus di capai. Seorang mahasiswa harus melalui tahap knows (faktual knowledge) sebelum
memasuki fase selanjutnya yaitu knows how (tahap membangun pemahaman), tingkatan
pencapaian yang lebih tinggi lagi yaitu mahasiswa mampu melakukan performan atau
menunjukan (show how). Sedangkan level yang tertinggi adalah does yaitu mampu
melakukan tindkanan atau performan pada situasi kehidupan nyata (Zubair amin, 2006,
Dornan, 2009).
Multiple choice question (MCQ) adalah tes berbentuk tulis yang paling banyak
digunakan, tes ini menguji ingatan (factual recall) dengan memilih salah satu jawaban yang
paling benar, waktu yang dibutuhkan untuk menjawab satu soal adalah 45 detik - 1 menit.
Keuntungannya adalah relatif mudah digunakan (feasible), tingkat reabiliti tinggi, valid
konten yang luas atau learning target yang diwakili lebih luas (Zubair, 2006)
2.2. Landasan Teori
Menurut Buzan (1993) mind mapping dapat mengaktifkan kedua hemisper otak kanan
dan kiri, mind mapping dapat membantu sesorang untuk mengintegrasikan informasi,
menghubungkan informasi serta mempertahankan informasi. Mind mapping sudah banyak
digunakan dalam pendidikan klinik sebagai sumber belajar, mencatat perkuliahan, mencatat
informasi tertulis, mereviu dengan cepat serta mudah diperbaruhi (Sandra et al, 2010). Mind
mapping dapat digunakan dalam berbagai situasi seperti problem based learning, kelompok
kecil dan alat assessment (Sandra&Cooper, 2010).
Motivasi merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam pembelajaran dan
pencapaiannya, penerimaan terhadap tugas, kepercayaan diri tentang pembelajaran ditentukan
oleh motivasi (Pelaccia et al, 2009)
Kerangka Teori
15
Informasi Short-term memory
Encoding
Rehearsal
Long term memory
Visual
Kata
Mind mapping
Motivasi
Learning style
Metode belajar
Perhatian
Lingkungan
Gambar. 6. Kerangka teori modifikasi dari Santrockh dan Buzan
2.3. Kerangka Konsep
V.Penganggu
Mind mapping tidak dipengaruhi oleh learning style karena mind mapping dapat
digunakan oleh semua learning style mahasiswa (D’Antony dkk 2010)
Waktu: mind mapping 30 menit setelah mengenal teks pada mahasiswa yang novice
Kemampuan mind mapping juga mempengaruhi ada yang tahap awal dan ahli. (mind
mapping mudah diajarkan kepada mahasiswa)
16
Mind Map
Belajar
Pengetahuan
Motivasi
Jenis Kelamin
Kemampuan MM
MCQ
Learning style
Materi/priorknowledge
Knowledge loss
Knowledge lossretensi
2.4. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind mapping lebih baik
dibanding mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping pada
pembelajaran fisiologi?
2. Apakah motivasi mahasiswa yang belajar menggunakan mind mapping lebih
tinggi dari pada mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping pada
pelajaran fisiologi?
2.5. Hipotesis
1. Pengetahuan mahasiswa yang belajar menggunakan mind mapping akan lebih baik
dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping pada
pembelajaran fisiologi
2. Motivasi mahasiswa yang belajar menggunakan mind mapping akan lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan mind mapping pada
pembelajaran fisiologi
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan kuasi-
eksperimental. Ada dua hal yang diukur yaitu
1. Pengetahuan mahasiswa diukur dengan Multiple Choise Question
2. Motivasi mahasiswa dengan mind map diukur dengan MSQL
3.1.1 Rancangan pengumpulan data
a. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas kedokteran Universitas Lampung
Populasi penelitian adalah mahasiswa tahun pertama angkatan 2012 sebanyak
176 orang.
Kemudian diambil sampel (random) dengan tingkat kepercayaan 95 % (108
orang). Kemudian mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok dengan matching
berdasarkan nilai blok yang sebelumnya serta berdasarkan jenis kelamin.
Kelompok pertama adalah kelompok yang menggunakan mind mapping dan
kelompok tanpa mind maping pada pembelajaran fisiologi.
Matching X O2
Matching O4
Matching berdasarkan nilai blok sebelumnya dan jenis kelamin
b. Prosedur penelitian
1. Mahasiswa angkatan tahun pertama diambil secara random dengan konfiden
interval 5% yaitu 91 orang dari 120. Kemudian di bagi dua secara acak menjadi
kelompok yang mendapat mind mapping dan kelompok yang tidak mendapat
mind mapping.
2. Mahasiswa akan diberikan inform concent atas kesediannya ikut dalam penelitian
3. Mahasiswa kelompok yang menggunakan mind mapping akan dilatih sampai bisa
yaitu 3 hari sebelum pelaksanaan penelitian
4. Mahasiswa akan dilatih oleh dosen dari fakultas lain atau dari psikologi, dan
untuk melihat apakah mahasiswa sudah bisa membuat mind mapping dengan
menggunakan MMAR (Mind Mapping Assessment Rubric)
18
5. Mahasiswa diminta untuk tidak memberi tahu taman yang lain bagaimana
penggunakan mind mapping.
6. Pada saat penelitian mahasiswa akan dimulai jam 8 pagi. Mahasiswa kelompok
mind mapping dan kelompok control ditempatkan dalam ruang yang berbeda dan
di awasi oleh dosen
7. Mahasiswa diberikan teks atau buku popular tentang fisiologi sistem pencernaan
sebanyak 600 kata selama 330 menit, setelah itu selama 15 menit mahasiswa
merangkum atau mencatat.
8. Setelah itu mahasiswa akan diuji dengan memberikan soal MCQ sebanyak 20
buah lama waktu 20 menit
9. Setelah ujian mahasiswa akan diberikan kuesioner MSQL
10. Mahasiswa yang belum mendapatkan pelatihan mind mapping akan dilatih
seminggu setelah intervensi.
Matching
Kuesioner motivasi
19
Mahasiswa tahun pertama FK Unila
176 orang: 108orang
Kelompok Pelatihan dan
penggunaan Mind Mapping54 orang
Kelompok yang tidak mendapat pelatihan dan menggunakan mind mapping (54 orang)
Diberikan pelatihan mind mapping sampai mahasiswa bisa mind map dengan penilaian
MMAR
20 menit
c. Variabel penelitian
Variabel independen: Mind mapping
Variabel dependen :
Pengetahuan mahasiswa (MCQ)
Motivasi
d. Instrument penelitian
MCQ (multiple choice question) untuk menilai pengetahuan mahasiswa. Soal MCQ
diberikan sebanyak 20 soal yang menilai pengetahuan mahasiswa.
MSQL (motivasi) dengan kuesioner yang terbagi dua yaitu untuk menilai motivasi
dan strategi belajar, yang digunakan hanya bagian motivasi. Bagian motivasi terdiri
dari 31 pertanyaan dengan menggunakan skala 1 sampai 7 (1 sangat tidak sesuai
dengan saya, 7=sangat sesuai dengan saya)
e. Validasi dan Reabilitas instrument
1. Pelatihan mind mapping20
Diberikan teks sebanyak 600 kataSelama 30 menit
Diberikan 600 kata materi selama 30 menit
Soal MCQ Kuesioner
motivasi
PencatatanMM 15 menit
Pencatatan sendiri 15 menit
Mahasiswa dilatih oleh pengajar yang menguasai mind mapping yang
berlatar belakang psikologi dan sudah sering menjadi instruktur mind
mapping di perguruan tinggi.
Mahasiswa akan dilatih mind map sampai mereka bisa mind map
Melakukan inform concent dengan mahasiswa agar tidak membocorkan
pelatihan kepada kelompok kontrol
Kemampuan mind mapping akan dinilai dengan mind mapping assessment
rubric (MMAR). Interater reability MMAR cukup kuat 0,86 (D’Antony,
2010).
2. Teks book adalah buku fisiologi yang terstandar dan di validitas oleh pengajar
fisiologi berbahasa indonesia
3. MCQ dibuat oleh ahli fisiologi sebanyak 20 soal. Validitas isi akan direview oleh
pengajar fisiologi. Untuk validitas konstruk akan dilakukan analisis factor.
Validitas isi: isi pertanyaan disesuaikan dengan materi yang dikuliahkan dan
direview oleh ahli fisiologi dan pendidikan
Validitas konstruk: menggunakan pendapat ahli untuk membuat format soal
dan skor terhadap penilaian.
Pelatihan mind mapping
Mahasiswa dilatih oleh pengajar yang menguasai mind mapping yang
berlatar belakang psikologi dan sudah sering menjadi instruktur mind
mapping di perguruan tinggi.
Mahasiswa akan dilatih mind map sampai mereka bisa mind map
Melakukan inform concent dengan mahasiswa agar tidak membocorkan
pelatihan kepada kelompok kontrol
Kemampuan mind mapping akan dinilai dengan mind mapping assessment
rubric (MMAR). Interater reability MMAR cukup kuat 0,86 (D’Antony,
2010).
Teks book adalah buku fisiologi yang terstandar dan di validitas oleh
pengajar fisiologi berbahasa indonesia
MCQ dibuat oleh ahli fisiologi sebanyak 20 soal. Validitas isi akan
direview oleh pengajar fisiologi. Untuk validitas konstruk akan dilakukan
analisis factor.
21
Validitas isi: isi pertanyaan disesuaikan dengan materi yang dikuliahkan
dan direview oleh ahli fisiologi dan pendidikan
Validitas konstruk: menggunakan pendapat ahli untuk membuat format
soal dan skor terhadap penilaiandengan 3 orang yang bergelar doktor.
Kuesioner motivasi
Validitas isi: Kuesioner MSLQ (The motivated Strategy for Learning
Questionnaire) yang dikembang oleh National Center for Research to
Improve Postsecondary Teaching Learning, Universitas Michigan
(Pintrich et al, 1991): diterjemahkan ahli bahasa inggris dan di konsulkan
dengan psikolog serta di terjamahkan lagi. Jika sudah ada instrument
Bahasa Indonesia yang sudah divalidasi maka akan di pakai dan tetap diuji
validitas dan reabilitas.
Kuesioner motivasi ini terdiri dari 31 pertanyaan dengan menggunakan
skala 1 sampai 7. Skala 1 berarti sangat tidak sesuai dengan saya, angka 7
berarti sangat sesuai dengan saya. Terdapat 6 subskala yaitu instrinsic goal
orientation, extrinsic goal orientation, task value, control of learning belief
(keyakinan mahasiswa bahwa hasil belajar dapat dicapai dengan usaha
sendiri dari factor luar seperti dosen), self efficacy for learning and
performancae, task anxiety.
Validitas konstruk : analisis factor dan cronbach alfa
MMAR: validitas isi diterjemahakan oleh ahli bahasa inggris ke bahasa
Indonesia kemudian diterjemahkan lagi ke bahasa ingris oleh ahli yang
berbeda.
3.1.2 Rancangan pengolahan data
Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-smirnov.
Pengujian dilakukan pada rata-rata pengetahuan mahasiswa dan motivasi.
Merumuskan hipotesis
Menentukan taraf signifikan α=0.05
Ho ditolak jika nila p lebih kecil dari tingkat signifikansi α sedangkan Ho diterima
jika nilai p lebih besar dari tingkat signifikansi
Hipotesis
22
Ho: Tidak ada perbedaan pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind mapping
dan tidak menggunakan mind mapping
H1: Pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind mapping lebih baik dari pada
tidak menggunakan mind mapping
Ho: µ1=µ2
H1: µ1≥µ2
3.1.3 Rancangan pengolahan data
• Melihat perbedaan pengetahuan mahasiswa yang menggunakan mind
mapping dengan tanpa mind mapping.
Nilai pengetahuan yang diukur dengan MCQ mahasiswa yang menggunakan
mind mapping dibandingkan dengan tidak menggunakan mind mapping
dengan menggunakan uji t-test. Dilihat apakah p valuae < 0,05 , maka
perbedaannya signifikan.
• Melihat perbedaan motivasi mahasiswa yang menggunakan mind
mapping dibandingkan dengan tidak menggunakan mind mapping.
Nilai motivasi yang diukur dengan MSQL pada mahasiswa yang
menggunakan mind mapping akan lebih tinggi dari pada tidak menggunakan
mind mapping. Dilakukan uji Mann-Whitney.
Ho: Tidak ada perbedaan motivasi mahasiswa yang menggunakan mind
mapping dan tidak menggunakan mind mapping
H1: Motivasi mahasiswa yang menggunakan mind mapping lebih tinggi dari
pada tidak menggunakan mind mapping
3.2. Defenisi Operasional
Mind Mapping: suatu diagram/peta yang merepresentasikan kata, ide, dan
tugas lainnya yang diasosiasikan dengan topik, topik berada paling tengah
serta subtopik pada cabang-cabang secara memancar dengan menggunakan
gambar, bentuk, warna yang bervariasi.
Belajar: suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
MCQ: tes berbentuk tulis yang paling banyak digunakan, tes ini menguji
ingatan (factual recall) dengan memilih salah satu jawaban yang paling benar,
waktu yang dibutuhkan untuk menjawab satu soal adalah 45 detik - 1 menit.
23
Motivasi: suatu alasan yang mendorong mahasiswa untuk melakukan proses
belajar yang diukur dengan motivated Strategies for Learning Questionair
(MSQL) yang dikembangkan oleh National center fo research to improve
postsecondary teaching and learning, Universitas Michigan (Pintrich et al.,
1991; Garcia & Pintrich, 1995; Duncan & McKeacchie, 2005) dan dilakukan
setelah proses belajar.
3.3. Etika Penelitian
Peneliti akan meminta izin ke pihak Fakultas Kedokteran FK Unila, kepada
koordinator blok dan pengajar fisiologi serta etika clearance Komite penelitian FK
Unila. Penelitian akan dilaksanakan secara terencana dan dijelaskan kepada seluruh
mahasiswa dan emminta kesediaannya sebagai partisipan.
3.4. Jadwal penelitian
Kegiatan NOV DES JAN
(2013)
FEB
(2013)
MAR
(2013)
APR
(2013)
MEI
(2013)
Proposal X
Pendahuluan X
Persiapan
Validasi
instrumen
X X
Pelatihan X
Penelitian X
Analisis data X
Pelaporan X
24
DAFTAR RUJUKAN
Abdolihi, M., Jvadnia, F., Bayat,D., Ghorbani, R., Ghanbari, A., Ghodosi, B. (2010). Mind map teaching gross anatomi is sex dependent. Int. J. Mhorpol,29. Vol.1.pp: 41-44
Amin, Zubair & Khoo Hoon Eng. (2009) Basic in Medical Education. 2nd edition. World Scientific Publishing. Singapore.
Buzan, T., Buzan, B. (1993). The Mind map book. How to use radiant thinking to maximize your brain’s uptapped potential. A Dutton Book. United state America.
Buzan, T., (2012). Mind Map. Terjemahan. GramdiaDavies, M. (2010). Concept mapping, mind mapping, argument mapping: what are the
differentces and do the matter? High Edu. Springer, DOI.10.1007/s10734-010-9387-6
D’Anthony, A., Zipp, G., Olson, V., Cahill,T. (2010). Does the mind map learning strategy facilitate information retrieval and critical thinking in medical students?. Medical education, vol 10.pp:1-11
Daley, BJ., Torre, M. (2010). Concept maps in medical education: an analytical literature review. Medical Education, Vol 44.pp: 440-448
Edwards S, Cooper N. (2010). Mind mapping as teaching resource. The clinical teacher, 7.pp:236-239
Evrekli, E., Inel, D., Balim, A,. (2010). Development of scoring system to assess mind map. Elsevier. DOI. 10.106/j.03.331
Farran, P., Hussain, F., Hannessy, E. (2002) The efficacy of the ‘mind map’ study technique. Medical Education, 36.pp:426-43
Fun C, Maskat N. (2010). Teacher centered mind mapping vs student-centered mind mapping in the teaching of accounting at Pre-U level – an action research. ScienceDirect. Elsevier, doi:10.1016/j.sbspro.10.034
Gagne, R., Wager, G., Golas, K., Keller, J. (2005) Principles of instructional design Fifth edition. Thomson Wadsworth. United Kingdom
Ghosh, S., Pandya, H. (2008) Implementasion of integrated learning program in neuro sciences during first year of tradisional medical course : Perception of student and faculty. Medical education, 8:44.pp: 1-8
Meier, PS. (2007). Mind-Mapping. A tool for eliciting and representing knowledge held by diverse informants. Sosial research update. University of surrey, Vol. 52
Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Pustaka Setia. BandungNoonan, M. (2012). Mind maps: Enhancing midwifery education. Nurse education today.
ScienceDirrect. Elsevier,Doi: 10.1016/j.net.2012.02.003Nitko Anthony J. 1996. Educational Asessment of Student. Second edition. Merril an in
printing of Prentice Hall. New JerseyPealcia, T., Delplanch,H., Triby, E., Bartier, J., Leman, C., Piere, J., Dupeytron. (2009)
Impact of training periods in the emergency department on the motivation of health care student to learn. Medical Education, 43.pp:462-469
Quiirt, M. (2006). Intuition and metacognition in Medical education key to developing expertise, Springer. New York
25
Santrock, JW., (2011) Educational Psychology. Fifth edition. Dalas.Mc GrawhillTorre, M., Daley, B., Schweitzer, T., Sidharta, S., Petkova, J., Ziebert, M. (2007) A
qualitative evaluation of medical student learning with concept maps. Medicall Teacher, Vol 29.pp: 949-958
Wickramasinghe, A., Widanapathirana, N., Kuruppu, O., Liyanage, I., Karinathilake,I. (2007) Effectiveness of mind maps as a learning tool for medical students. South East Asian Journal of Medical education. Innaugural Issue, pp: 30-32
Zipp G, Maher C, D’Antony A. (2009) Mind maps: useful schematic tool for organizing and integrating concept of complex patient care In the clinic and classroom. Journal of colledge teaching and learning, 6(2).pp:59-68
26