Post on 05-Apr-2018
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
D. PENGADILAN AGAMA RAHA1. Gambaran Umum
a. Peta Wilayah Hukum Pengadilan Agama Raha
Peta Wilayah Hukum PA Raha
b. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Raha
Pengadilan Agama Raha dibentuk berdasarkan Keputusan
Menteri Agama tentang pembentukan Pengadilan Agama /
Mahkamah Syariah / Kerapatan Qadhi yang merupakan tindak
lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 1957
tentang pembentukan Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah di
luar Jawa dan Madura dan sebagian di Kalimantan Selatan.
Halaman | 71
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
c. Sejarah Pembentukan Kabupaten Muna
Kabupaten Muna di bentuk melalui fase – fase (tahapan
pemerintahan) sebagai berikut :
FASE I ( PERTAMA ) PEMERINTAHAN SWAPRAJA.Pemerintahan Muna pada fase ini berstatus Swapraja,
dengan Raja yang terakhir bapak La Ode Pandu yang
dilantik oleh pemangku adat menjadi Raja Muna tanggal 24
pebruari 1947 di kota Wuna.
Pada fase ini tidak dapat dilepaskan dengan perjuangan
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, dan dilakukan
secara cerdik oleh tokoh – tokoh dan rakyat pejuang
daerah Muna baik perorangan maupun organisasi perjuangan
antara lain Batalion Sadar ( Serikat Djasa Rahasia ),
barisan 20 dan lain – lain yang dipimpin oleh tokoh –
tokoh antara lain :
- La Ode Muh. Idrus Efendi dengan nama samaran Sitti
Goldaria
- La Ode Enda Anwar dengan nama samaran Soneangka
- La Ode Taeda Ahmad
- Halim Toboeloe.S
FASE II ( KEDUA ) PEMERINTAHAN KEWEDANAN Pada fase ini dengan dibubarkannya daerah Afdeling Buton
dan Laiwoi berdasarkan surat keputusan Gubernur Sulawesi
Selatan Tenggara nomor 18 tahun 1951 tanggal 20 okteber
1951, hal mana berdasarkan peraturan pemerintah nomor 34
tahun 1952 tentang pembentukan 7 (tujuh) daerah
administratif Sulawesi Tenggara, Pemerintahan Muna
beralih status menjadi kewedanan,bersama - sama dengan
kewedanan Buton, Kendari dan Kolaka.
Masing - masing Kewedanaan dipimpin oleh seorang KPN
(Kepala Pemerintahan Negeri ) dan dalam sejarahnya
kewedanaan Muna dipimpin oleh :
Halaman | 72
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
1. Abdul Razak
2. Ngitung
3. Andi Pawilloi
4. H. Lethe
5. H. Supphu Yusuf
6. Andi Jamuddin
7. F. Latana.
FASE III ( KETIGA ) PERJUANGAN PEMBENTUKAN KABUPATEN MUNABupati Sulawesi Tenggara yang ke – 5 adalah Drs. La Ode Manarfah , tanggal 26 Juni s / d 31 juli 1954 mengadakan sidang DPRD-S GR Sulawesi Tenggara di Raha, dengan
menghasilkaan ketetapan – ketetapan antara lain,
Kabupaten Sulawesi Tenggara meliputi Kewedanan Kendari,
Kolaka dan Boepinang. Hasil keputusan tersebut harus
mendapat persetujuan pemerintah pusat, sehingga untuk
kepentingan perjuangan tersebut, anggota DPRD-S GR
Sulawesi Tenggara berangkat ke Jakarta, delegasi Muna di
wakili oleh bapak La Ode Ado dan Bapak Suphu Yusuf.
Hasil perjuangan tersebut disetujui oleh Menteri Dalam
Negeri tanggal 3 Januari 1955. berdasarkan ketetapan
Menteri Dalam Negeri tentang pembentukan dan pemekaran
kabupaten Sulawesi Tenggara menjadi dua kewedanan, maka
terjadilah polemik dan protes dari tokoh – tokoh
masyarakat dan pemuda baik di Muna maupun di Makassar,
karena tujuan akhir terbentuknya kewedanan muna belum
terwujud, protes dan unjuk rasa selalu ditujukan kepada
bapak La Ode Ado sebagai Delegasi Muna yang menghadap
kepada Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan kenyataan
tersebut, Ketua Adat Muna La Ode Pandu mengadakan rapat
pada hari senin tanggal 12 september 1955 di Raha yang
dihadiri oleh 3 (tiga ) kepala distrik, yaitu kepala
Distrik Katobu, kepala Distrik Kabawo, kepala Distrik
Tongkuno, dan kepala Distrik Lawa tidak hadir. selain itu
Halaman | 73
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
turut pula hadir para kepala kampung, ketua - ketua
partai / organisasi, pemuka masyarakat, dan pihak
Kepolisian. Agenda Rapat adalah :
1. Mendengarkan Delegasi dprdsgr Sultra pada bulan
Januari 1955.
2. Membicarakan tentang status daerah – daerah otonom dan
status Swapraja.
Keputusan Rapat antara lain :
1. Muna diperjuangkan untuk menjadi daerah swatantra
dengan otonomi penuh.
2. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka hasil rapat
memutuskan memberikan mandat kepada La Ode Rasjid
dan La Ode Ado untuk melaksanakan tugas, sebagai
berikut :
a. Menyusun program dan menetapkan langkah perjuangan
untuk
terbentuknya daerah Swatantra Muna ;
B. Membentuk daerah persiapan pembentukan Kabupaten
Muna;
Pemberi mandat untuk melaksanakan tugas-tugas dimaksud
ditanda tangani oleh sebanyak 102 orang. Selanjutnya,
pada tanggal 5 agustus 1956 tokoh – tokoh masyarakat
Muna di Makassar yang tergabung dalam PRIM ( Persatuan
Rakyat Indonesia Muna ), membentuk panitia pembentukan
Kabupaten Muna yang ditanda tangani oleh La Ode Walanda
sebagai ketua dan La Ode Hatali sebagai sekretaris yang
ditujukan kepada Mendagri di Jakarta dan Gubernur
Sulawesi Selatan di Makassar, dan 13 alamat lainnya.
Tanggal 2 september 1956 dibentuk panitia dewan
penuntut Kabupaten Muna di Raha yang ketua dan
sekretarisnya masing – masing La Ode Hibi dan La Ode
Tuga, disetujui oleh Raja Muna La Ode Pandu dan diketahui
oleh ketua dewan persiapan Kabupaten Muna di Makassar
dengan ketua La Ode Ado dan sekretaris Ando Arifin.
Halaman | 74
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
tanggal 8 pebruari 1958 dibentuk panitia penuntut
Kabupaten Muna di Makassar dengan ketua La Ode Walanda,
notulis La Ode Hatali dan disyahkan oleh ketua delegasi
La Ode Muh. Idrus Efendi.
Tanggal 20 maret 1958 atas desakan La Ode Muh.
Idrus Efendi agar La Ode Ado dan kawan – kawan mengadakan
rapat raksasa dan rapat tersebut diadakan di panti
pembangunan yang dipimpin oleh La Ode Ado, notulis Ando
Arifin. rapat tersebut adalah merupakan rapat pertama
pembentukan kabupaten Muna, sebagai realisasi rapat 9
desember 1956. pada rapat tersebut dimuat pernyataan
tokoh masyarakat Kulisusu, Wakorumba, dan Tiworo untuk
masuk dalam kabupaten muna sesuai wilayah afdeling.
Tanggal 11 April 1958 pemerintah swapraja buton
mengeluarkan surat pernyataan yang ditanda tangani sultan
Buton La Ode Falihi, yang bunyi pernyataanya sebagai
berikut :
1. Menyetujui terbentuknya kabupaten Muna;
2. Mengenai batas – batas akan ditetapkan pada
perundingan – perundingan yang akan datang.
Sebagai realisasi pernyataan sultan buton
tersebut maka diadakan rapat bertempat dipendopo Sri
Sultan Buton, yang hadir pada rapat tersebut adalah :
1. Drs. La Ode Manarfah Kepala Daerah Sulawesi
Tenggara.
2. La Ode Falihi, Sultan Buton.
3. La Ode Pandu Raja Muna
4. La Ode A. Salam Dan La Hude masing – masing kepala
distrik yang diperbantukan pada kantor swapraja
Buton, sebagai yang mewakili Buton.
5. La Ode Muh. Shalihin, Kepala Distrik Katobu dan La
Ode Rianse sebagai Distrik Lawa, mewakili Muna.
Sebagai wujud dari rapat – rapat diatas yang
disertai pernyataan – pernyataan panitia dari tiap
Halaman | 75
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
tingkat pejabat pemerintah, maka pada tanggal 6 desember
1958 di utuslah 4 ( empat ) orang delegasi Muna untuk
menghadap pemerintah pusat guna menyampaikan hasil –
hasil rapat dan pernyataan – pernyataan tersebut diatas
ke 4 (empat) orang anggota delegasi tersebut adalah, La
Ode Muh. Idrus Efendi, La Sipala, La Ode Muh. Badia Rere
Dan La Ode Ado. Adapun penyandang dana keberangkatan
Delegasi adalah Ham Ahing, Darwis Tungguno dan Wahid
Kuntarati.
Hasil perjuangan tersebut oleh mendagri menetapkan :
1. Pulau Sulawesi di bagi 4 propinsi, yaitu Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan Dan
Sulawesi Tenggara.
2. Pemerintah pusat mengajukan pada delegasi agar
dipenuhi syarat – syarat berdirinya propinsi
Sulawesi Selatan Tenggara, antara lain Sulawesi
Tenggara dibagi 4 ( empat) kabupaten, yaitu KPN
Kolaka, KPN Kendari, KPN Buton dan KPN Muna, menjadi
Kabupaten Kolaka, Kendari, Buton dan Muna.
Pada tanggal 20 s / d 22 juli 1959 diadakan rapat raksasa
yang dihadiri utusan buton, muna, kendari, kolaka masing
– masing 15 orang, 5 orang dari staf kepala daerah, 4
( empat ) KPN dan 4 ( empat ) Swapraja. musyawarah
dipimpin oleh kepala daerah La Ode Manarfah dan dihadiri
pula oleh unsur T N I , Abdul Kahar ( Kuasa Perang ),
H. Abdul Halik ( Buton ), Abdul Rahim, Daeng Muntu
( Muna ), H. L. Lethe ( Kendari ), Abdul Wahab
( Kolaka ).
FASE IV ( EMPAT ) TERBENTUKNYA KABUPATEN MUNA.Setelah melalui perjuangan yang panjang dan melelahkan
oleh para tokoh pejuang kabupaten muna dan dilakukan
tanpa pamrih dalam menghadapi berbagai tantangan, maka
Halaman | 76
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
berdasarkan berbagai pertimbangan yang logis dan
pertimbangan strategis, oleh pemerintah pusat
menindaklanjuti yang ditandai dengan lahirnya undang –
undang nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan daerah –
daerah tingkat II di Sulawesi, termasuk didalamnya
kabupaten Muna dengan ibu kotanya Raha. Pada awal
pengusulan pembentukan kabupaten muna terdiri 4
( empat ) ghoerah ( 4 distrik ) yaitu Distrik Katobu,
Distrik Lawa, Distrik Kabawo, Dan Distrik Tongkuno. Dari
4 distrik itu belum memenuhi kriteria untuk membentuk
suatu kabupaten, maka diadakan pendekatan dengan beberapa
tokoh pada saat itu, yaitu tokoh masyarakat Kulisusu,
tokoh masyarakat Wakorumba dan tokoh masyarakat Tiworo
Kepulauan, yang pada saat itu ketiga distrik tersebut
termasuk dalam wilayah kesultanan Buton.
Adapun para tokoh yang menjadi perwakilan dari
ketiga distrik tersebut adalah , Distrik Kulisusu di
wakili oleh La Ode Ganiru dan La Ode Ago, Distrik
Wakorumba di wakili oleh La Ode Hami dan La Ode Haju,
Distrik Tiworo diwakili oleh La Baranti. Berdasarkan
kesepakatan yang utuh dan bulat dari tokoh – tokoh
tersebut untuk bergabung dalam pemerintahan kabupaten
Muna, maka doktrin untuk terbentuknya kabupaten Muna
sudah tidak ada masalah lagi.
Dengan terbentuknya kabupaten Muna, secara
administratif dan yuridis pada tanggal 2 maret 1960,
maka para Bupati yang menjabat sebagai Bupati Muna
adalah:
1. La Ode Abdul Kudus (1960-1961)
2. Lettu Inf. M. Tholib (1961-1965)
3. La Ode Rasyid (1965-1970)
4. Drs. La Ute (1970-1974)
5. Drs. La Ode Kaimoeddin (1974- 1981)
6. Drs. La Ode Saafi Amane (1981 – 1986)
Halaman | 77
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
7. Drs. Maola Daud (1986 -1997)
8. Kol. Art. H. M. Saleh Lasata (1997 – 1999)
9. Kol.Inf.H. M.Djamaluddin Beddu (1998 – 2000)
10. Ridwan, Bae Dan Drs.Syarif Arifin.S
(Masing-Masing Sebagai Bupati Dan Wakil Bupati Muna)
Periode Tahun 2000 - 2005
11. Ridwan, Bae Dan Drs.H.La Bunga Baka
(Masing-Masing Sebagai Bupati Dan Wakil Bupati Muna
Periode Tahun 2005 – 2010
Jabatan Ketua DPRD Kabupaten Muna Adalah :
1. Peltu Babasa
2. Kapten Mahmud . A
3. Kol. Chb. M. Yasin Usman
4. Chk. M. A. Rachman, Sh.
5. Drs. La Ode Maradala
6. Hj. Wa Ode Zaenab Hibi
Di samping para pejabat bupati defenitif sebagaimana
tersebut diatas, maka untuk mengisi kekosongan dalam proses
pemilihan bupati, maka gubernur Propinsi Sulawesi Tenggara
menunjuk beberapa pelaksana bupati agar tidak terjadi
kefakuman dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan.
Adapun Pelaksana Bupati Adalah :
1. F. Latana
2. La Ode Saafi Amane
3. Ahmad Djamaluddin, SH
4. La Ode Moh. Saleh, SH
5. Drs. H. Badrun Raona
Pejabat Sekwilda Sejak Terbentuknya Kabupaten Muna
Adalah:
1. Drs. La Ode Arifin
2. Drs. La Ode Saifudin Misbah
3. Drs. Muh. Kasim Andi
4. Drs. L. M. Salihin Sabora
Halaman | 78
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
5. Drs. La Ode Saafi Amane
6. Drs. La Ode Majid Olo
7. Drs. La Ode Nsaha
8. Drs. Muh. Yusuf
9. Drs. H. Badrun Raona
10. Drs. P. Haridin
11. Drs. H. La Ode Kilo
Dalam penataan kelembagaan berdasarkan struktur
organisasi di kabupaten telah mengalami beberapa kali
perubahan, baik berdasarkan undang – undang nomor 29 tahun
1959, undang – undang nomor 5 tahun 1974 dan yang terakhir
berdasarkan undang – undang nomor 22 tahun 1999, maka
susunan kelembagaan di Kabupaten Muna sebagai berikut :
- Sekretaris Daerah Kabupaten : 1
- Asisten : 3
- Dinas : 13
- Badan : 6
- Kantor : 7
- Kecamatan : 29
- Kelurahan : 39
- Desa : 254
d. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Raha
Dengan adanya keragaman lembaga peradilan agama
yang didalamnya diatur dalam peraturan secara Regional
(Swapraja / yang dipimpin oleh Qadhi atau syara dengan
kewenangannya yang berbeda-beda, kemudian secara Yuridis
bersifat nasional yang diatur dengan pasal-pasal tertentu
maka terbitlah Keputusan Menteri Agama tentang
pebentukan Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah.
Pada awal berdirinnya Pengadilan Agama / Mahkamah
Syariah yang pada saat ini disebut Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah Raha, yang pada waktu itu sebelum
terbentuknnya Pengadilan Agama Raha masih dipimpin oleh
Halaman | 79
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
seorang pegawai syara nanti setelah terbentuk Pengadilan
Agama / Mahkamah Syariah Raha pada waktu itu Pengadilan
Agama Raha diketuai oleh M.A Fatiha beliaulah Ketua
Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah Raha yang pertama
pada tahun 1969 dimana Pengadilan Agama Raha masih
dibawah kordinasi Pengadilan Agama Kendari dan dibantu
oleh seorang pegawai yang bernama MS. Dg. Patanra sebagai
tenaga administrasi dan kepaniteraan.
Sejak dibentuknya Pengadilan Agama Raha pada tahun
1969 Pengadilan Agama Raha tidak difasilitasi gedung
kantor sendiri, senantiasa meminjam dan menyewa gedung.
Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah Raha beberapa kali
berpindah –pindah lokasi, pada tahun 1977 menyewa sebuah
rumah milik La Risu Tauga di Jalan H. Agussalim
Raha Kabupaten Muna. Dalam melaksanakan amanah tersebut
M.A Fatiha dibantu oleh seorang pegawai yaitu MS. Dg.
Patanra dan beberapa hakim honor tidak tetap. Selanjutnya dengan terbitnya APN tahun 1977 melalui DIP 1977 / 1978 Pengadilan Agama Raha mendapatkan proyek dan dibangunlah Balai
Sidang Pengadilan Agama Raha, nanti pada tahun 1978 Pengadilan Agama
Raha sudah menempati gedung kantor yang baru yang berukuran 10 x 15 M2
dan ketua pada saat itu ialah Drs. Milhatul I’rob.
Tanah tempat Balai Sidang berdiri atas hibah dari
Pemerintah Daerah Kabupaten TK. II Muna. Susunan
organisasi Pengadilan Agama Raha didasarkan pada
keputusan Menteri Agama RI nomor 11 tahun 1978 tentang
susunan organisasi dan tata kerja kepaniteraan Pengadilan
Agama sedangkan untuk penetapan kelas Pengadilan Agama
berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 71 tahun
1983.
Halaman | 80
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
1. Ketenagaan Pengadilan Agama Rahaa. Daftar Nama Ketua Pengadilan Agama Raha
No. N a m a Gol.Terakhir
Pend.terakhir Periode Ket
1 M. A. Fatiha III/a Aliyah 1969-1976
2 Drs. Milhatul I’rob III/b S1 Agama 1976-1979
3 Drs. M. Sunusi Khalid III/a S1 Agama 1979-1984
4 Drs. Bahrussam Yunus III/d S1 Agama 1984-1987
5 Drs. M. Ichsan Yusuf III/d S1 Agama 1987-1992
6 Drs.H.Abdul Muin Thalib,SH III/d S1 Agama 1992-1997
7 Drs. Mastur Huda, SH,MH. III/d S1 Agama 1998-2003
8 Drs.H.Muhammad Hasbi,MH IV/a S1 Agama 2003-2006
9 Drs.A.Majid Jalaluddin, MH IV/a S1 Agama 2006-
sekarang
b. Daftar Nama Pegawai Administrasi
No. N a m a Gol terakhir
Pend.terakhir Ket
1 La Datu III/b SLTA Wasek
2 Wa Fiy III/b SLTA Kaur. Kepeg.
3 Abdul Hopir, S.Ag. III/b S1 Kaur. Umum
4 Rahmini, S.Ag. III/a S1
5 Yusuf, SE III/a S1
6 Sarman II/b SLTA
7 M. Akbar Amin II/b SLTA
8 Suharman Samudra II/a SLTA
9 Nasruddin, S.Hi III/a S1
10 Fera Surastika Tawulo, S.H. III/a S1
c. Tenaga Teknis Pengadilan Agama Raha
1. Hakim
No. N a m a Gol.Terakhir
Pend.Terakhir Ket.
1 Drs.H.A.Majid Jalaluddin, MH IV/a S 2 Ketua
2 Drs. Rusli .M IV/a S 1 Wakil Ketua
Halaman | 81
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
3 Drs. Muslim, MH III/d S 2
4 Drs. Kasang IV/a S 1
5 Dra. Sahida Bakkareng III/d S 1
6 Dra. Hj. Nailah. B III/d S 1
7 Nurmaidah, S.HI III/d S 1
2. Kepaniteraan
No. N a m a Gol.Terakhir
Pend.Terakhir Ket.
1 Drs. Asdar III/d S 1 Pansek
2 Abdul Haq,S.Ag.MH. III/c S 2 Wapan
3 Abd. Rahim, S.Ag. III/c S 1 PM. Gugatan
4 Drs. Wa Ode Nurhaisa III/c S 1 PM. Permohonan
5 Drs. Mustafa III/c S 1 P.M. Hukum
6 La Mahana, S.Ag. III/c S 1 Panitera
Pengganti
3. Kejurusitaan
No. N a m a Gol.Terakhir
Pend.Terakhi Ket.
1 La Sahari II/c S 1 Juru Sita
Halaman | 82
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
2. Wilayah Hukum dan keadaan Pengadilan Agama Rahaa. Hukum
1. Foto Gedung
Foto gedung PA Raha
2. Denah Kantor
Halaman | 83
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
Denah Kantor PA Raha
3. Keterangan Gedung antara lain :
- Alamat Kantor = Jalan Diponegoro No. 30 Raha
- Luas Tanah = 2.084 m2
- Luas Gedung = 178 m2
- Bangunan Pertama dibangun Tahun 1979 Luas 202 m2
- Penambahan Bangunan Gedung Tahun 1991 Luas 175 m2
3. Data dan Keterangan Wilayah Hukum Pengadilan Agama Rahaa. Lokasi dan Luas Wilayah
1. Secara astronomis Kabupaten Muna terletak antara :
= 4 derajat 06 ….- 5 derajat 15…..Lintang Utara
= 122 Derajat 08…- 123 Derajat 15….. Bujur Timur
2. Secara Geografis (alam : Laut, Selat,Samudra,Sungai)
atau secara administrative (kewilayahan)Kabupaten Muna
berbatasan :
1. Sebelah Barat dengan Selat spelman
2. Sebelah Utara dengan Selat Tiworo dan Kab.Konawe
Selatan
3. Sebelah Timur dengan Laut Banda
4. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Buton
Halaman | 84
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
3. Kabupaten Muna meliputi areal daratan seluas 4.887 km2.
b. Pembagian Wilayah Hukum
Wilayah Kabupaten Muna
- Kecamatan Tongkuno
- Kecataman Parigi
- Kecamatan Bone
- Kecamatan Kabawo
- Kecamatan Kabangka
- Kecamatan Tikep
- Kecamatan Maginti
- Kecamatan Tiworo Tengah
- Kecamatan Lawa
- Kecamatan Sawerigadi
- Kecamatan Barangka
- Kecamatan Kusambi
- Kecamatan Kontunaga
- Kecamatan Watupute
- Kecamatan Katobu
- Kecamatan Lohia
- Kecamatan Duruka
- Kecamatan Batalaiworu
- Kecamatan Napabalano
- Kecamatan Lasalepa
- Kecamatan Wakorumba Selatan
- Kecamatan Pasir Putih
- Kecamatan Bonegunu
- Kecamatan Kambowa
- Kecamatan Wakorumba
- Kecamatan Maligano
- Kecamatan Kulisusu
- Kecamatan Kulisusu Barat
Halaman | 85
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
- Kecamatan Kulisusu Utara
c. Tanah
Berdasarkan hasil pemetaan, penggunaan tanah kecamatan
diseluruh Kabupaten Muna.dengan luas keseluruhan 488.700
Ha, dengan luas masing-masing sebagai berikut :
1. Kampung/Perumahan = 347.647 Ha
2. Tegal/Kebun = 275 Ha
3. Ladang/Huma = 71.641 Ha
4. Padang Rumput/Penggembalaan = 69.137 Ha
d. Penduduk
1. Jenis kelamin
a.Laki-laki = 141.169 Orang
b. Perempuan = 149.189 Orang
2. Warga Negara
a. Warga Negara Indonesia = 290.358 Orang
b. Warga Negara Asing = Tidak ada
3. Jumlah Penduduk
4. Agama
a. Islam = 296.698 Orangb. Kristen = 3.272 Orangc. Kristen Protestan = 779 Orangd. Hindu = 3.802 Orangf. Budha = 161 Orang
5. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia dan
bahasa Muna sebagai bahasa daerah.
e. Jumlah Sarana Kehidupan Sosial Budaya
1. Jumlah Sarana Ibadah
a. Masjid = 360 buahb. Mushalla = 104 buahc. Gereja = 24 buahd. Wihara = 1 buahe. Pura = 26 buah
2. Jumlah Sarana Kesehatan
a. Rumah Sakit Umum = 1 buah
Halaman | 86
2008YURISDIKSI PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
b. Rumah Sakit Swasta = tidak ada c. Puskesmas = 126 buah
3. Jumlah Sarana Umum lainnya
a. Pasar Tradisional = 18 buahb. Pasar Swalayan = 1 buahc. Gelanggang Olah Raga = 2 buahd. Lapangan Olah Raga = 2 buahe. Balai Budaya = tidak adaf. Gedung Bioskop = tidak ada
f. Lalu Lintas dan Pariwisata
1. Jalan
Jalan Provinsi = 268,5 KmJalan Kabupaten = 955,7 Km
2. Pariwisata
Pantai Pasir Putih
Pantai Napabale
Jumlah Hotel/akomodasi = 13 buah
4. Masalah yang dihadapi
No. Bidang Pokok masalah Uraian Saran Tindak lanjut
1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya
Manusia belum
merata
Sebagian
Karyawan belum
mampu
mengopersikan
komputer
Kiranya diadakan
pelatihan dan
pendidikan khusus
penguasaan komputer dan
internet.
2. Keuangan Minimnya
anggaran dalam
belanja
inventaris
Kantor
Sebagian
Karyawan tidak
mempunyai meja
kerja yang
memadai
Kiranya dapat
dianggarkan untuk
pengadaan barang
inventaris kantor
Halaman | 87