Karya ilmiah ut raha

27
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang harus ditangani oleh suatu bangsa, karena pada hakekatnya pendidikan merupakan proses untuk membangun manusia dalam mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar membantu peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sendiri. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam mempelajari sesuatu dengan mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut teori konstruviksi, siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang ada di benaknya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan siswa sendiri yang membangun pengetahuannya melalui interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam proses pembelajaran. SDN 9 Lawa merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di kecamatan Lawa. Berdasarkan data hasil evaluasi belajar siswa setelah proses pembelajaran selesai, nilai rata-rata yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran IPS adalah 68,57 dari KKM 75. Diantara 21 siswa, jumlah siswa yang tuntas hanya 28,57% dan yang tidak tuntas sebesar 71,42% . Dengan adanya masalah ini penulis terdorong untuk mengadakam perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa melaui penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan judul penelitian yaitu : “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Materi Penjajahan Belanda di Indonesia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 9 Lawa Kec. Wadaga Kab. Muna Tahun Pelajaran 2013/2014

Transcript of Karya ilmiah ut raha

Page 1: Karya ilmiah ut raha

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang harus ditangani oleh

suatu bangsa, karena pada hakekatnya pendidikan merupakan proses untuk

membangun manusia dalam mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi

segala perubahan dan permasalahan yang terjadi dilingkungan sekitarnya.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan pembelajaran,

suasana belajar dan proses belajar membantu peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya sendiri. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan

yang melibatkan siswa secara aktif dalam mempelajari sesuatu dengan

mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.

Menurut teori konstruviksi, siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang

ada di benaknya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan

siswa sendiri yang membangun pengetahuannya melalui interaksi antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok

dalam proses pembelajaran.

SDN 9 Lawa merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di kecamatan

Lawa. Berdasarkan data hasil evaluasi belajar siswa setelah proses pembelajaran

selesai, nilai rata-rata yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran IPS adalah 68,57

dari KKM 75. Diantara 21 siswa, jumlah siswa yang tuntas hanya 28,57% dan

yang tidak tuntas sebesar 71,42% . Dengan adanya masalah ini penulis terdorong

untuk mengadakam perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar

siswa melaui penelitian tindakan kelas (PTK).

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan judul penelitian yaitu :

“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Materi Penjajahan

Belanda di Indonesia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share (TPS) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 9 Lawa Kec. Wadaga Kab. Muna

Tahun Pelajaran 2013/2014”

Page 2: Karya ilmiah ut raha

2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan

masalah sebagai berikut :

Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS materi

penjajahan Belanda di Indonesia pada siswa kelas V SDN 9 Lawa Kec. Wadaga

Kab. Muna tahun pelajaran 2013/2014 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan

penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS materi penjajahan Belanda di

Indonesia pada siswa kelas V SDN. 9 Lawa Kec. Wadaga Kab. Muna tahun

pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Pendidikan

Dengan penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan agar

pendidikan di Indonesia dalam era globalisasi ini semakin meningkat

dan dapat bersaing di kanca internasional

2. Bagi guru

Dengan penelitian perbaikan pembelajaran ini guru dapat mengetahui

cara meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dan menjadi contoh bagi guru lain

untuk memperbaiki strategi pembelajaran.

3. Bagi siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar IPS

Page 3: Karya ilmiah ut raha

3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Defenisi Hasil Belajar Siswa

Pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu proses membantu anak untuk

mengembangkan dan mengubah perilaku dan pribadi dimana anak

mengembangkan gagasan, sikap, pengetahuan, apresiasi dan keterampilan sesuai

dengan standar kompetensi dan kurikulum SD yang telah ditetapkan. Rochman

Natawidjaja (1984) mengemukakan lima unsur yang mempengaruhi kegiatan

belajar siswa di sekolah, yaitu unsur tujuan, pribadi siswa, bahan pelajaran,

perlakuan guru, dan fasilitas. Kegiatan belajar siswa merupakan perpaduan dari

unsur-unsur tersebut. Keberhasilan belajar mungkin akan kurang, jika salah satu

dari unsur itu tidak memdai keadaannya. (Agus Taufik,dkk, 2012:5.21).

Hasil belajar siswa diartikan sebagai hasil perubahan tingkah laku setelah

mengikuti pelajaran pada suatu materi dalam kurung waktu tertentu. Sudjana

(2001:22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima hasil belajarnya. Hasil belajar masing-masing

siswa diketahui setelah guru melakukan evaluasi baik secara lisan selama proses

pembelajaran maupun secara tertulis pada akhir pembelajar. Dengan mengetahui

hasil belajar siswakita dapat mengetahui sejauh mana perubahan prilaku siswa

sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar adalah hasil perubahan tingkah laku seseorang siswa setelah

memperoleeh pelajaran. Hasil belajar biasanya digambarkan dengan nilai atau

angka atau huruf. Dalam hubungan ini hamalik (1983:56) mengemukakan bahwa

“ hasil belajar seseorang merupakan perilaku yang dapat diukur hasil belajar

menunjukan kepada individu sebagai pelakunya,hasil belajar dapat dievaluasi

dengan menggunakan standar tertentu baik berdasarkan kelompok atau norma

Page 4: Karya ilmiah ut raha

4

yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjukan pula hasil kegiatan yang

dilakukan secara sengaja dan sadar”.( yusuf: 2007)

Setiap kegiatan pembelajaran diarahkan pada upaya pencapaian belajar

secara maksimal. Dalam hal ini siswa diharapkan dapt memiliki perubahan

tingkah laku dan prestasi secara baik sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Purwonto (1990:86) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah prestasi yaang

dicapai, dilaksanakan dan dikerjakan. Sejalan dengan itu, Dimyati dan Mudjiono

(1994:26) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan (prestasi yang dicapai

memiliki sejumlah keterampilan yang ditandai dengan standarisasi nilai sesuai

dengan tujuan yang ditetapkan). Prestasi yang dicapai, dilaksanakan dan

dikerjakan dalam kegiatan proses belajar mengajar dan ditandai dengan

standarisasi penilaian.Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal tergantung

pada penggunaan teori belajar yang baik pula. Teori belajar secara garis besar

dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu 1) Teori belajar menurut ilmu jiwa daya.

2) Teori belajar menurut teori asosiasi dan 3) teori belajar menurut ilmu jiwa

gestalt (Slameto,2002:9)

Hasil penilaian belajar siswa dirumuskan dalam suatu ungkapan yang

bermacam-macam. Namun pada umumnya dinyatakan dengan angka-angka yang

mempunyai skala tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat mujiono (1993:26)

yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar

yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran dimana hasil belajar siswa

ditandai dengan skala nilai.

Dari uraian diatas menunjukan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai

perolehan siswa setelah menjalani kegiatan belajar yang ditandai dengan

nilai.penilaian dalm penelitian ini dillakukan dalam bentuk tes uraian. Hasil

belajar yang diperoleh menggambarkan kemampuan siswa dalam memahami

materi yang telah diajarkan

Page 5: Karya ilmiah ut raha

5

B. Model pembelajaran Kooperatif (Cooperative learning)

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan suatu model

pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas

kelompok setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami

suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan pembelajaran (Anonim, 2002:11 dalam yusuf

2007).

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk menjabarkan

kepada siswa keterampilan kerjasama. Menurut Davidson dan Worsham yang

dimaksud dengaan cooperative learning adalah pembelajaran yang sistematis

dengan mengelompokan siswa dan menciptakan model pembelajaran yang efektif,

mengintegrasikan keterampilan soosial yang bermuatan akademis. Sedangkan

menurut johnson, cooperative learning merupakan kegiatan belajar mengajar,

siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar dan

bekerjasama untuk sampai pada pengalaman yang optimal, baik pengalaman

individu,maupun pengalaman kelompok. Ada 4 prinsip dasar dari pembelajaran

kooperatif menurut kagan dalam yusuf, (2007):

1. Interaksi siswa yang berkelanjutan atau sosial (tingkat aktifitas siswa)

2. Akuntabilitas individu ( tingkat kepercayaan diri dan harga diri)

3. Saling ketergantungan yang positif

4. Partisipasi yang setara.

Variasi dalam pembelajaran kooperatif tersebut antara lain : Think Pair Share (TPS),

Student Team achievement aivision (STAD),Team games Tournament(TGT),

Numbered Head Together (NHT) dan JIGSAW.

Page 6: Karya ilmiah ut raha

6

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan dan kekurangan

dibanding dengan metode lain, kelebihannya yaitu meningkatkan kemampuan

siswa, meningkatkan rasa percaya diri, menumbuhkan keinginan untuk

menggunakan pengetahuan dan keahliannya, dan memperbaiki hubungan antar

kelompok. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah memerlukan kesiapan

yang rumit untuk melaksanakan, bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya

akan buruk, bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam

kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya,

adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok

belajar.

C. Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

a. Pengertian pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif yang mmpu mengubah asumsi bahwa

metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam seting kelompok secara

keseluruhan. Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman

pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran think pair share relatif rendah dan

struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan

siswa yang baru belajar kolaboratif. Think Pair Share merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa. Think pair share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil (2-6 anggota).

Ibrahim (2000) yang menyatakan bahwa model pembelajran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran penting,

yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan

pengembangan keterampilan sosial.. sedangkan menurut Slavin (dalam Yusuf

2007: 11) model pembelajaran ini digunakan untuk menciptakan situasi dimana

keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

Page 7: Karya ilmiah ut raha

7

kelompoknya. Oleh karena itu siswa dituntut untuk bekerja sama dengan

kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama.

b. Manfaat Pembelajaran Think-Pair-Share

Menurut Spencer Kagan ( dalam Yusuf, 2007) manfaat Think-Pair-Share

adalah :

1. para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan

tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat

dalam kegiatan Think-Pair-Share lebih banyak siswa yang mengangkat

tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para

siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu

dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.

2. para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpkir

ketika menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi

mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan

pertanyaaan tingkat tinggi.

c. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS).

Guru menggunakan langkah-langkah atau alur pembelajaran sebagai berikut

a. Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan

Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajran, dan

menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan

disampaikan.

b. Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual

Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan

jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat

dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranya

masing-masing.

Page 8: Karya ilmiah ut raha

8

c. Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing

dengan pasangan

Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi

kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut

mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk

aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi

dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang

dikerjakan secara kelompok.

d. Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas

Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah

secara individual atau kelompok didepan kelas.

e. Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap hasil pemecahan masalah ang telah mereka diskusikan.

Kegiatan “berpikir-berpasangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share

memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan

pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time),

Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Jones (2002),

akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran

masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan pasangannya, kemudian

pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota

kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif,

sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara didepan kelas paling

tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.( Ibrahim,2000:26)

Frank Lyman dan koleganya (dalam Ibrahim,2000:27) menerapkan langkah-

langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share sebagai berikut :

a. Tahap 1: Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran,

kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut

secara mandiri untuk beberapa saat.

Page 9: Karya ilmiah ut raha

9

b. Tahap 2: Pairing (berpasangan).

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi

pada tahap ini dapat berbagi jawaban jika telah diaajukan suatu pertanyaan

atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.

c. Tahap 3 : Sharing (berbagi).

pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan

seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan

dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai

sekitar seperempatpasangan telah mendapat kesempatan. Langkah-langkah

model pembelajaran tersebut apabila dikaji dengan baik, maka akan

memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan

menerapkan konsep,keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan diskusi

mengajukan pertanyaan. Dalam Implementasinya secara teknis Howard

(2006) mengemukakan lima langkah utama dalam pembelajaran dengan

teknik think pair share, sebagai berikut :

- Step 1 : Guru memberitahukan sebuah topik dan menyatakan berapa

lama setiap siswa akan berbagi informasi dengan pasangan mereka.

- Step 2 : Guru akan menetapkan waktu berpikir secara individual.

- Step 3 : Dalam pasangan, pasangan A akan berbagi; pasangan akan

mendengar

- Step 4 : Pasangan B kemudian akan merespon pasangan A.

- Step 5 : Pasangan berganti peran.

d. karakteristik pembelajaran think pair share

Karakteristik model think pair share siswa dibimbing secara mandiri,

berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini

selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan proses belajar mengajar

juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat

yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara

Page 10: Karya ilmiah ut raha

10

langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan dapat

bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika

pendapat itu layak untuk dipertahankan.(hartina 2008)

e. kelebihan dan kekurangan pembelajaran think pair share.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah:

a) memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung

memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru,serta memperoleh

kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan

b) siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam

memecahkan masalah,

c) siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam

kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang,

d) siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya

dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar,

e) memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses

pembelajaran (Hartina, 2008: 12).

Senada dengan pendapat Hartina, Lie (2005: 46) mengemukakan bahwa kelebihan

dari kelompok berpasangan (kelompok yang teridiri dari 2 orang siswa) adalah

sebagai berikut :

1. akan meningkatkan pasrtisipasi siswa,

2) cocok untuk tugas sederhana,

3) lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota

kelompok,

4) interaksi lebih mudah, dan

5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompok.

Sedangkan kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2

orang siswa) adalah:

1. Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik,

Page 11: Karya ilmiah ut raha

11

2) lebih sedikit ide yang masuk, dan

3) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok yang

bersangkutan sehingga banyak kelompok yang melapor dan dimonitor.

Selain itu, menurut Lie, keuntungan lain dari teknik ini adalah teknik ini dapat

digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak

didik. Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya

rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk

banyak (Hartina, 2008: 12).

Dalam think pair share, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan

memberi siswa beberapa menit untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting

karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan jawaban dengan

mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan

dengan satu anggota kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya

dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa menit.

Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak sekelompok untuk

menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Struktur think pair share

memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk mendiskusikan ide-

ide mereka. Hal ini penting karena siswa mulai untuk membangun pengetahuan

mereka dalam diskusi ini, di samping untuk mengetahui apa yang mereka dapat

lakukan dan belum ketahui. Proses aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa

dalam pembelajaran tradisional.

Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak pasangan yang

ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan meminta

inisiatif siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah mereka memiliki

kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman sekelas karena

jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama. Selain itu, tanggapan

yang diterima sering lebih intelektual sehingga melalui proses ini siswa dapat

mengubah atau merefleksi ide-ide mereka.

Page 12: Karya ilmiah ut raha

12

Struktur Think Pair Share juga meningkatkan keterampilan komunikasi

lisan siswa ketika mereka mendiskusikan ide-ide mereka dengan satu sama lain.

“Intermezzo” singkat ini juga dapat dijadikan kesempatan yang tepat bagi guru

untuk membahas konsep yang akan didiskusikan atau dipelajari siswa pada

periode berikutnya. Salah satu variasi dari struktur think pair share ini adalah

siswa dapat menuliskan pikiran mereka di sebuah kartu dan mengumpulkannya.

Kemudian guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk melihat

apakah ada masalah dalam pemahaman mereka. Pembelajaran Think Pair Share

juga mengembangkan keterampilan, yang sangat penting dalam perkembangan

dunia saat ini. Pembelajaran Think Pair Share bisa mengajarkan orang untuk

bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan

dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja sama, dua orang dapat

menyelesaikan sesuatu lebih cepat.

D. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Istilah pendidikan IPS dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia

masih relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari social

studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali

digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga Sosial

Studies yang mengembangkan kurikulum di Amerika Serikat (Marsh, 1980)

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh

Hamid Hasan (1990), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu, Martoella

(1987) mengatakan bahwa pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada

aspek “pendidikan” dari pada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran

pendidikan IPS peserta didik diharapkan memperoleh pemahaman terhadap

sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan

keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan

peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap

Page 13: Karya ilmiah ut raha

13

persoalan yang dihadapinya (Gross, 1978). Ilmu pengetahuan sosial juga

membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan

masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari

masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di

lingkungan sekitarnya. Pendidikan ilmu pengetahuan sosial berusaha membantu

peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan

menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial

masyarakatnya (Kosasih, 1994).

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk

mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan

lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,

dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang

menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut

dapat dicapai manakala program-program pembelajaran ilmu pengetahuan sosial

di sekolah diorganisasikan secara baik.

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya

dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya

tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan

menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus

ditingkatkan (Kosasih, 1994), agar pembelajaran pendidikan ilmu pengetahuan

sosial benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan

keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara

yang baik. Hal ini dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek

penting bagi tercapainya tujuan pendidikan

Page 14: Karya ilmiah ut raha

14

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis adalah merupakan suatu jawaban sementara terhadap masalah

penelitian yang kebenaran masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris

(Sumadi Suryabrata, 2003:21). Oleh karena itu agar rumusan jawaban dapat

dipecahkan, maka peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan sebagai

tuntunan.

Berdasarkan lendasan teori dan pengertian hipotesis maka dalam penelitien

ini penulis dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut : Melalui model

pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas V SD

Negeri 9 Lawa kec. Wadaga kab. Muna tahun pelajaran 2013/2014

Page 15: Karya ilmiah ut raha

15

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek (Tempat dan Waktu )

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 9. Jumlah

siswa yang diteliti ada 21 siswa terdiri 8 siswa perempuan dan 13 siswa

laki-laki.

2. Tempat dan waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian pembelajaran ini dilaksanakan di SD Negeri 9

Lawa Kec. Wadaga Kab. Muna tahun pelajaran 2013/2014. Pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS) kelas V . Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Mei 2014. Jadwal pelaksanaannya adalah

sebagai berikut :

1. Selasa, 13 Mei 2014 diadakan siklus I

2. Selasa, 20 Mei 2014 diadakan siklus II

B. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan

dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas 1 kali pertemuan ( 2 jam

pelajaran)Secara operasional tahap-tahap dalam kegiatan penelitian pada

siklus I dan II adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Tindakan

Adapun yang dilakukan pada tahap siklus I adalah

Page 16: Karya ilmiah ut raha

16

a. Berdiskusi dengan supervisor 2 tentang rencana pelaksanaan perbaikan

pembelajaran (RPP) materi penjajahan Belanda di Indonesia dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS)

b. Membuat lembar observasi untuk melihat cara mengajar guru dan

partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS).

c. Menyiapkan media/ alat pembelajaran yang sesuai dengan skenario

pembelajaran berupa gambar-gambar penjajahan Belanda di indonesia.

d. mendesain alat evaluasi belajar siklus I untuk mengukur tingkat

keberhasilan dari proses belajar mengajar sekaligus melihat

perkembangan/ peningkatan hasil belajar siswa tentang penjajahan

Belanda di Indonesia.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa kelas V SDN 9 Lawa. Kegiatan penelitian ini dilakukan

melalui 2 siklus, setiap siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan,

observasi dan refleksi.

Penulis bertugas sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar. Dan pada

saat pelaksanaan tindakan penulis di bantu oleh supervisor 2 yang bertugas untuk

mengamati aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung dan

memberikan masukan kepada guru setelah pembelajaran selesai. Pengamatan

dilakukan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat. Pelaksanaan

pembelajaran dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah yang telah disusun.

Adapun langkah-langkahnya yaitu :

1 Memberi salam,berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing dan

mengecek kehadiran

Page 17: Karya ilmiah ut raha

17

2. Guru mempersentasekan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair

Share (TPS) kepad siswa.

3. Memotifasi dan apersepsi : menjelaskan kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran

4. Guru menjelaskan secara singkat materi penjajahan Belanda di Indonesia

5. Guru mengajukan beberapa pertanyaan/ permasalahan seputar penjajahan

Belanda di Indonesia dalam selebaran kertas.

6. Guru memberikan waktu dalam beberapa menit untuk memikirkan sendiri

jawaban dari permasalahan yang telah di berikan (Think).

7. Guru mebagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 2 orang untuk

mendiskusikan jawaban mereka (Pair).

8. Guru meminta kepada tiap pasangan berbagi dengan seluruh kelas dengan

cara mempersentasikan hasil diskusinya hasil diskusinya di depan kelas

secara bergiliran sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat

kesempatan untuk melaporkan (Share)

9. Guru membuat kesimpulan dari hasil diskusi.

10. Memberikan tes ujian atau kuis yang bersifat individu.

11. Memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan kuis.

12. Pengumpulan kuis secara individu.

13. Guru menutup proses belajar mengajar.

Page 18: Karya ilmiah ut raha

18

b. Siklus II

Adapun tindakan yang dilaksanakan pada siklus II adalah :

1. Menjelaskan kembali tentang langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif tipe Think Paair Share serta membimbing/ mengarahkan pada

saat pembentukan kelompok dan menyampaikan hasil belajar siklus I

dengan harapan siswa dapat termotivasi untuk belajar.

2. Mendorong siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi dan menekankan

pentingnya kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok

dengan menghargai perbedaan pada diri anggota kelompoknya dan

tanggung jawab setiap anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

3. Memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan keberaniannya

dalam bertanya, menjawab dan menanggapi hasil diskusi kelompok lain

tanpa harus malu dan takut

4. Menyampaikan kepada siswa bahwa semua siswa bebas mengelurkan

pendapat maupun idenya yang berhubungan dengan masalah diskusi.

5. Mengubah susunan anggota kelompok pada siklus II

3. Observasi

Observasi merupakan proses perekaman dengan mengamati semua peristiwa

dan kegiatan yang terjadi selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Dengan

dilaksanakannya tindakan, peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan dan

hasil tindakan dari penerapan model pembelajaran kooperati tipe Think Pair Share

(TPS) dengan cara mengadakan tes hasil belajar yang bersifat individual dalam

bentuk tertulis. Tujuan dari observasi tersebut adalah untuk mengetahui seberapa

jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat menghasilkan

perubahan yang diinginkan

Page 19: Karya ilmiah ut raha

19

4. Refleksi

a. Siklus I

Pada proses belajar mengajar siklus I diperoleh beberapa hal yaitu :

1. proses pembentukan kelompok yang membutuhkan waktu yang cukup lama

sehingga waktu siswa berdiskusi bersama anggota kelompoknya berkurang.

2. Masih kurangnya siswa yang bertanya atau memberikan tanggapan terhadap

permasalahan dalam pembelajaran.

3. ada beberapa siswa yang tidak berani mempersentasikan hasil diskusi

kelompoknya.

4. kurangnya kerjasama dengan sesama anggota kelompok

5. suasana diskusi didominasi oleh siswa yang pandai.

6. masih ada beberapa siswa yang mengerjakan aktifitas lain selama

pembelajaran.

7. hasil belajar siswa masih rendah atau belum mencapai 85% kriteria

kelulusan maksiamal (KKM).

Menyikapi berbagai masalah yang terjadi selama siklus I maka perbaikan

dilakukan pada siklus II, lebih ditekankan pada pengelolaan kelas agar proses

diskusi berjalan lancar dan siswa yang aktif selama proses pembelajaran lebih

meningkat.

b. Siklus II

Berdasarkan kelemahan pada siklus I setelah diadakan perbaikan pada siklus

II, terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan semua kelemahan pada

siklus I dapat diatasi walaupun terulang kembali pada siklus II.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 9

Page 20: Karya ilmiah ut raha

20

Lawa, hal ini dapat dilihat dari persentase siswa yang tuntas pada tes hasil belajar

siklus II telah melebihi 61,90 % atau siswa yang tuntas pada siklus II mencapai

95,23%. Dengan tercapainya indiktor keberhasilan penelitian, maka penelitian

tindakan kelas ini dapat diakhiri di siklus II

C. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang dilakukan untuk menganalisis data hasil

belajar siswa kelas V SDN 9 Lawa adalah kualitatif-deskriptif dan analisis

kuantitatif. Kualitatif-deskriptif digunakan untuk menjelaskan permasalahan

tindakan yaitu berupa antuasisme siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan media dan alat peraga, lembar observasi belajar mengajar

dan jurnal refleksi diri guru. Sedangkan analisis-kuantitatif digunakan dalam

bentuk skor tes hasil belajar siswa.

D. Indikator Kinerja

Data dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu kualitatif dan kuantitatif,

maka keberhasilan penelitian tindakan dilihat dari dua segi yaitu segi proses dan

segi hasil (nilai) siswa. Dari segi proses tindakan dikategorikan berhasil apabila di

dalam proses pembelajaran siswa dapat mengakomodasikan pengetahuannya

setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan media/alat

peraga. Disamping itu, dikatakan berhasil dari segi proses apabila antusiasme

siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Dari segi pembelajaran, apabila

85% siswa sudah mendapat skor > 75 berarti tindakan tersebut sudah berhasil.

Sebaliknya apabila siswa yang mendapat skor < 75 belum mencapai 85% berarti

tindakan belum berhasil dan perlu diadakan tindakan selanjutnya.

Page 21: Karya ilmiah ut raha

21

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi setiap siklus

a Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I

Tabel 4.1 Hasil belajar IPS siklus I pada siswa kelas V SDN 9 Lawa

No Nama Siswa Hasil Belajar Siswa Keterangan

1 Velan Afrial Hasdian 80 Tuntas

2 Yusna 75 Tuntas

3 Dwi Ayu 75 Tuntas

4 Mawarni 65 Tidak tuntas

5 Elan Febriani 70 Tidak tuntas

6 Sri Hartati Amili 70 Tidak tuntas

7 Ajma Sartikawati 75 Tuntas

8 Rani 75 Tuntas

9 Al Akram 75 Tuntas

10 Wawan Kurniawan 80 Tuntas

11 Ifan Saputra 85 Tuntas

12 Al Amin 90 Tuntas

13 Muh Ikram 75 Tuntas

14 Ld. Asfin 70 Tidak tuntas

15 Jerwani 65 Tidak tuntas

16 Aldi Afrizal 75 Tuntas

17 Ld. Afrizal 75 Tuntas

18 Alam Purnomo 65 Tidak tuntas

19 Nur Salim 60 Tidak tuntas

20 Rahmat 70 Tidak tuntas

21 Rion Arbil 75 Tuntas

Jumlah 1545

Jumlah rata-rata 73,57

Jumlah siswa > 75 13

Jumlah siswa < 75 8

Persentase siswa > 75 61,90

Persentase siswa < 75 38,09

Page 22: Karya ilmiah ut raha

22

Data Nilai Siswa Pada Siklus I dapat diketahui bahwa :

a. Jumlah Siswa yang mendapatkan nilai 60 ada 1 siswa, nilai 65 ada 3 siswa;

nilai 70 ada 4 siswa; nilai 75 ada 9 siswa; nilai 80 ada 2 siswa; nilai 85 ada 1

siswa; nilai 90 ada 1 siswa, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan

nilai terendah 60 dengan nilai rata – rata yang diperoleh siswa sebesar 73,57.

b. Siswa yang mendapatkan nilai > 75 sebanyak 13 siswa.

c. Siswa yang mendapatkan nilai < 75 sebanyak 8 siswa.

d. Siswa yang memiliki ketuntasan belajar ( dengan nilai 75 ke atas) sebanyak

13 siswa dari 21 siswa atau 61,90 %, sedangkan anak yang belum tuntas

sebanyak 8 siswa dari 21 siswa atau 38,09 %.

b. Data Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II

Tabel 4.3 Hasil belajar IPS siklus II pada siswa kelas V SDN 9 Lawa

No Nama siswa Nilai hasil belajar Keterangan

1 Velan Afrial Hasdian 85 Tuntas

2 Yusna 100 Tuntas

3 Dwi Ayu 85 Tuntas

4 Mawarni 65 Tidak tuntas

5 Elan Febriani 75 Tuntas

6 Sri Hartati Amili 75 Tuntas

7 Ajma Sartikawati 75 Tuntas

8 Rani 75 Tuntas

9 Al Akram 85 Tuntas

10 Wawan Kurniawan 100 Tuntas

11 Ifan Saputra 100 Tuntas

12 Al Amin 100 Tuntas

13 Muh Ikram 85 Tuntas

14 Ld. Asfin 100 Tuntas

15 Jerwani 75 Tuntas

16 Aldi Afrizal 100 Tuntas

Page 23: Karya ilmiah ut raha

23

17 Ld. Afrizal 75 Tuntas

18 Alam Purnomo 100 Tuntas

19 Nur Salim 100 Tuntas

20 Rahmat 100 Tuntas

21 Rion Arbil 75 Tuntas

Jumlah 1830

Jumlah rata-rata 87,14

Jumlah siswa > 75 20

Jumlah siswa < 75 1

Persentase siswa > 75 95,23

Persentase siswa < 75 4,76

Data Nilai Siswa Pada Siklus II dapat diketahui bahwa :

a. Jumlah Siswa yang mendapatkan, nilai 65 ada 1 siswa; nilai 75 ada 7

siswa; nilai 85 ada 4 siswa;nilai 100 ada 9 siswa nilai tertinggi yang diperoleh

siswa adalah 100 dan nilai terendah 65 dengan nilai rata – rata yang diperoleh

siswa sebesar 87,14.

b. Siswa yang mendapatkan nilai > 75 sebanyak 20 siswa.

c. Siswa yang mendapatkan nilai < 75 sebanyak 1 siswa.

d. Siswa yang memiliki ketuntasan belajar ( dengan nilai 75 ke atas)

sebanyak 20 siswa dari 21 siswa atau 87,14 %, sedangkan anak yang

belum tuntas sebanyak 1 siswa dari 21 siswa atau 4,76%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II menunjukan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN 9

Lawa. Peningakatan hasil belajar tersebut dapat di lihat pada tabel berikut :

Page 24: Karya ilmiah ut raha

24

No Nama Siswa Hasil Belajar Siswa

Siklus I Siklus II

1 Velan Afrial Hasdian 80 85

2 Yusna 75 100

3 Dwi Ayu 75 85

4 Mawarni 65 65

5 Elan Febriani 70 75

6 Sri Hartati Amili 70 75

7 Ajma Sartikawati 75 75

8 Rani 75 75

9 Al Akram 75 85

10 Wawan Kurniawan 80 100

11 Ifan Saputra 85 100

12 Al Amin 90 100

13 Muh Ikram 75 85

14 Ld. Asfin 70 100

15 Jerwani 65 75

16 Aldi Afrizal 75 75

17 Ld. Afrizal 75 75

18 Alam Purnomo 65 100

19 Nur Salim 60 100

20 Rahmat 70 100

21 Rion Arbil 75 75

Jumlah 1545 1830

Jumlah rata-rata 73,04 87,14

Jumlah siswa > 75 13 20

Jumlah siswa < 75 8 1

Persentase siswa > 75 61,90 95,23

Persentase siswa < 75 38,09 4,76

Tabel di atas memberikan informasi bahwa pada nilai rata-rata kelas siklus I

73,04. Pada siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai > 75 sebanyak 13 orang

atau 61,90%. Dan jumlah siswa yang mendapat nilai < 75 sebanyak 8 orang atau

38,09%. Sedangkan nilai rata-rata pada siklus II sebesar 87,14.pada siklus II

jumlah siswa yang mendapat nilai > 75 sebanyak 20 orang atau 95,23%. Dan

Page 25: Karya ilmiah ut raha

25

jumlah siswa yang mendapat nilai < 75 sebanyak 1 orang atau 4,76%. Dari hasil

diatas dapat di lihat bahwa dari siklus I ke seklus II mengalami peningkatan.

Sebanyak 20 siswa sudah mencapai nilai diatas > 75 dari target 85%.

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Ibrahim (2000) yang

menyatakan bahwa model pembelajran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya 3 tujun pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial..

sedangkan menurut Slavin (dalam Yusuf 2007: 11) model pembelajaran ini

digunakan untuk menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan

atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Oleh karena itu siswa dituntut

untuk bekerja sama dengan kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama.

Meningkatnya hasil belajar siswa merupakan cerminan dari keberhasilan

dari proses pembelajaran. Oleh karena itu keaktifan dalam belajar sangat

diperlukan dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dapat menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan

keberanian siswa untuk mngelurkan pendapat sehingga siswa menjadi aktif dalam

proses pembelajaran dan lebih memotivasi siswa untuk belajar. Semakin besar

motivasi dan keinginan dalam belajar maka ssemakin besar pula usaha siswa

untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Dengan kegigihan itu

menyebabkan siswa dapat memahami materi dan berdampak pada meningkatnya

hasil belajar siswa pada pelajaran IPS siswa kelas V SDN 9 Lawa.

Peneliti menyadari bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa SDN 9

Lawa pada mata pelajaran IPS bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan kerja

keras guru dalam pengelolaan kelas, apalagi dengan kemampuan siswa yang

terbatas, baik dalam pelajaran IPS maupun dalam pola berpikir siswa. Namun

membelajarkan siswa untuk berani mengungkkapkan ide, pemikiran dan

meningkatkan hasil belajar IPS adalah hal yang paling penting

Page 26: Karya ilmiah ut raha

26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa :

1 Rata-rata hasil belajar IPS kelas V SDN 9 Lawa meningkat dari siklus I ke

siklus II dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair

Share (TPS).

2. Hasil belajar siswa IPS kelas V SDN 9 Lawa siklus I mencapai 61,90%

yang mencapai nilai KKM dan nilai rata-rata siswa sebesar 73;04 dan pada

siklus II meningkat menjadi 95,23% yang mencapai nilai KKM dan nilai

rata-ratanya sebesar 87,14.

B. SARAN

Bertitik tolak dari simpulan hasil penelitian tersebut diatas, maka dapat

diajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. siswa hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide

atau pemikirannya pada proses pembelajaran sehingga kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan efektif sesuai dengan yang

diharapkan

b. Meminta kepada guru agar bisa memilih pasangan yang akrab

dengannya pada saat sesi diskusi dengan model pembelajaran

kooperatif Think Pair Share (TPS), sehingga mereka bisa nyaman

dan lebih berani dalam mengemukakan pendapat satu sama lain.

Page 27: Karya ilmiah ut raha

27

2. Bagi Guru

a. Guru aktif memotivasi siswa yang kurang memperhatikan dengan

cara mengarahkan siswa agar mereka memikirkan terlebih dahulu

permasalahan yang diajukan dengan memberikan waktu tunggu

lebih lama, sehingga mereka memiliki bekal saat dilaksanakannya

diskusi.

b. Apabila dalam sesi diskus ada siswa yang kurang aktif bekerja

sama dengan temannya, maka guru harus memberikan pendekatan

dan bimbingan baik secara individu maupun kelompok dengan cara

memberikan nasehat dan arahan agar tercipta komunikasi antara

guru dengan siswa tersebut.

c. Guru membakitkan rasa percaya diri pada siswa yang kurang

merespon dengan cara mendekati siswa tersebut dan memberikan

dorongan agar mereka berani dalam melakukan prsentasi di depan

kelas dan mengemukakan ide/ pendapatnya.

3. Bagi Sekolah

a. Mensosialisasikan model pembelajaran kooperetif Think Pair

Share (TPS) kepada guru-guru dengan sharing pembelajaran agar

mereka bisa menerapkannya di dalam kelas sehingga pembelajaran

menjadi tidak monoton.

b. Menerapkan waktu jeda yaitu saat ganti pelajaran, dengan begitu

siswa bisa memiliki kesiapan dan bisa konsetrasi dalam meengikuti

pelajaran yang selanjutnya, sehingga mereka akan lebih mendalami

materi yang diajarkan karena di sekolah ini, saat ganti pelajaran

guru langsung masuk kelas.