Post on 03-Mar-2019
LENSA PRIORITASMedia Komunikasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik di Jawa Tengah
GONG PELUNCURAN: Mendikbud Prof. Dr. Muhammad Nuh, meresmikan program USAID PRIORITAS bersama dengan Duta Besar AS, Bapak Scot Marciel, Sesmenko Kesra, Bapak Indroyono Soesilo, Dirjen Pendidikan Agama Islam Kemenag Prof. Dr. Nur Syam, dan Direktur USAID Indonesia, Bapak Andrew Sisson di Auditorium Ditjen Dikti Kemdikbud, Jakarta (3/10).
“Satu orang siswa adalah aset besar masa depan, bila mampu
menyelamatkannya, itu adalah sebuah pekerjaan besar. Oleh karenanya perlu banyak pihak yang terlibat dalam bidang ini, apalagi kita di
Indonesia yang begitu luas.”
Begitu petikan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Prof . Dr. Muhammad Nuh dalam peluncuran Program USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators and Students atau Mengutamakan pembaharuan, inovasi, dan kesempatan bagi guru, tenaga kepen-didikan, dan siswa). Program ini merupakan bantuan pendidikan lima tahun dari USAID untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas.
Duta besar Amerika Serikat (AS), Scot Marciel menyebutkan bahwa program USAID PRIORITAS merupakan bagian penting dari kemitraan komprehensif AS - Indonesia, yaitu komitmen yang ditanda tangani oleh Presiden Barack Obama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010 untuk meningkatkan kerjasama dan mempererat hubungan antara kedua negara.
Scot Marciel menambahkan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan di sekolah dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Prioritas utama dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas guru dengan pelatihan guru serta bekerjasama dengan LPTK untuk memperkuat koordinasi serta peran LPTK dalam pendidikan. “Program baru USAID di bidang pendidikan dasar akan membantu sekolah dasar, SMP dan madrasah mendapatkan akses pendidikan kelas dunia untuk generasi muda Indonesia”, tutur Scot Marciel.
Program bantuan senilai US $83,7 juta ini akan memberikan manfaat kepada lebih dari 300.000 siswa, 200.000 guru di 10 provinsi, akan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas mengajar dan belajar di 1.400 sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan madrasah di 110 kabupaten/kota dan bekerjasama dengan 20 LPTK di seluruh Indonesia. Lebih lanjut program ini juga akan mendeseminasikan praktik pendidikan yang baik dari program DBE (Decentralized Basic Education) yang menjangkau sekitar 4.000 sekolah, 30.000 guru, tenaga kependidikan, masyarakat, dan 825.000 siswa.
“Saya mendukung program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah dan berkomitmen mengimplementasikan serta mengembangkannya “
Rektor UNNES
Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo
BERFOKUS PADA PRAKTIK YANG BAIK
USAID PRIORITAS meng-utamakan penyebarluasan praktik pendidikan yang baik dalam bidang pendidikan dasar.
Menurut Nurkolis Koordinator Propinsi Program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah, “pelaksanaan program akan berfokus pada penyebar-luasan praktik pendidikan yang baik terutama dalam kemampuan membaca dan Matematika di kelas awal SD/ MI, Pendidikan Sains, teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan, pendidikan inklusi dan kesetaraan, transisi dari SD/MI ke SMP/MTs, perlindungan anak, jender dan budaya sehat. “ katanya.
Lebih lanjut Nurkolis menambahkan “diperlukan dukungan kuat dari stakeholder pendidikan supaya peningkatan kualitas pendidikan dasar yang dilakukan USAID PRIORITAS dapat tercapai secara maksimal,” tegasnya.
Newsletter LENSA PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS-Jawa Tengah, sebagai sarana komunikasi dan
menyebarluaskan praktik pendidikan yang baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Jawa Tengah
Edisi 01Agustus - Oktober 2012
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Hampir semua negara saat ini menaruh perhatian menuntaskan wajib belajar pada jenjang pendidikan dasar, tentu saja tak terkecuali Indonesia dan khususnya di Jawa Tengah, bahkan di tahun 2013 diharapkan bisa meningkat menjadi wajib belajar 12 tahun. Peningkatan wajib belajar ini akan mengacu pada tiga pilar kebijakan peme-rintah yakni: pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu, rele-vansi dan daya saing, serta penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik.
Semangat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dilakukan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah wajib didukung oleh semua pihak, salah satunya yaitu dari USAID PRIORITAS. Sejak diluncurkan di Jakarta (3/10) oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dan Duta Besar Amerika untuk Indonesia Scott Marciel, USAID PRIORITAS telah menjalin koordinasi dan langkah-langkah taktis untuk mendukung pengembangan kualitas pendi-dikan dasar. Koordinasi dilakukan baik secara formal maupun informal dengan semua pihak stakeholder pendidikan, baik itu di tingkat provinsi, kabupaten, ataupun sekolah.
Mengenang pelaksanaan dan dukungan USAID untuk pendidikan dasar salah satunya melalui program DBE 5 tahun silam, beberapa program yang diusung diantaranya, yaitu peningkatan life skills siswa, peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi, outhentic assessment, cooperatif learning dan contextual learning.
Program manajemen dan tata kelola berfokus pada peningkatan kerja sama dan koordinasi LPTK dan LPMP, perhitungan biaya satuan pendidikan, penguatan mana-jemen SDM khususnya penempatan dan pengembangan profesionalisme guru, penguatan kapasitas kepala sekolah dan pengawas sekolah, penguatan rencana anggaran program sekolah, pengembangan dan pembaharuan renstra
LENSA EDITORIAL
dan renja sesuai kebutuhan daerah. Nurkolis menyampaikan “untuk kedepannya program
yang akan diusung difokuskan pada tiga komponen utama yaitu pada peningkatan kualitas dan relevansi pembelajaran, peningkatan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten, dan peningkatan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah disemua jenjang,” tutur pria yang di daulat menjadi koordinator provinsi program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah ini.
Lebih lanjut, pria berkacamata ini menyampaikan akan ada materi-materi baru yang di usung diantaranya berfokus pada kelas awal terutama dalam kemampuan membaca dan matematika, pendidikan sains (IPA), teknologi informasi untuk pendidikan, pengelolaan pendidikan inklusi dan kesetaraan, transisi dari SD/MI ke SMP/MTs, anak-anak berkebutuhan khusus, perlindungan anak, gender dan budaya sehat di sekolah.
USAID PRIORITAS juga akan melakukan pelatihan dan kerja sama dengan para dosen LPTK dan fasilitator daerah dari guru, kepala sekolah dan pengawas. Kerja sama dengan kabupaten akan melibatkan 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs terpilih. Pemilihan sekolah mitra dilakukan berdasarkan instrumen yang dikembangkan USAID dan dinilai secara kolaboratif dengan Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Kabupaten.
Target peningkatan kualitas akan berfokus pada kualitas
dan relevansi pembelajaran di sekolah. Hal ini terkait
dengan pelatihan para dosen LPTK yang kedepannya akan
menjadi motor penggerak diseminasi. Selanjutnya akan
dibuat juga semacam konsorsium dengan kampus lain
disekitar Universitas mitra USAID PRIORITAS. Para dosen
di kampus yang menjadi anggota konsorsium diharapkan
akan mengimbaskan program kepada mahasiswa yang
melakukan praktik mengajar (PPL) termasuk ke sekolah-
sekolah mitra yang ditunjuk Dinas Pendidikan dan
Kementerian Agama ditingkat Kabupaten. Semua kegiatan
di atas diharapkan akan memicu kreativitas dan inovasi di
sekolah, yang pada akhirnya diharapkan akan mengubah
wajah baru pendidikan dasar menjadi lebih baik.*
Bercengkrama. Ibu Mimi Santika USAID Indonesia, Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS, dan Bambang Aryawan Kadinas Pendidikan Kabupaten Purworejo, sedang mengenang kerjasama praktik pendidikan yang baik dalam Program DBE-USAID.
Apresiasi. Mendikbud Muhammad Nuh memberikan ucapan selamat dan pengarahan pada Bupati Purworejo Mahsun Zain, dan Kadinas Pendidikan Kabupaten Purworejo pada Pameran Praktik yang Baik saat peluncuran Program USAID PRIORITAS di Jakarta (3/10).
Nurkolis, Koordinator Program USAID
PRIORITAS- Jawa Tengah
LENSA PRIORITAS - Edisi 01, Agustus - Oktober 20122
USAID PRIORITAS MITRA PENDIDIKAN DASAR DI JAWA TENGAH
13 KABUPATEN DI JAWA TENGAH MENJADIMITRA USAID PRIORITAS
SETELAH melalui proses penjaringan dan pemilihan
secara demokratis dan partisipatif yang panjang di tingkat
provinsi, terpilih lima kabupaten di Propinsi Jawa Tengah
sebagai mitra USAID PRIORITAS. Lima kabupaten yang
dalam istilah USAID PRIORITAS disebut daerah cohort 1
tersebut adalah Semarang, Batang, Banjarnegara,
Purbalingga, dan Sragen.
Di lain pihak kabupaten yang masuk dalam program
diseminasi program DBE berjumlah 8 kabupaten yaitu
Demak, Jepara, Kudus, Grobogan, Blora, Karang Anyar,
Boyolali, dan Purworejo.
13 Kabupaten yang menjadi mitra USAID PRIORITAS
selama 5 tahun ke depan akan mengalami perlakuan yang
berbeda. Kabupaten cohort 1 akan lebih banyak
mendapatkan fokus pendampingan, penguatan di berbagai
bidang pendidikan khususnya tiga komponen utama yang
menjadi fokus yaitu, peningkatan kualitas pembelajaran,
manajemen dan tata kelola serta koordinasi antar
kelembagaan. Sedangkan untuk 8 kabupaten lama lebih
difokuskan pada desiminasi program yang dulunya pernah di
laksanakan bersama DBE-USAID.
Di lima kabupaten cohort 1 akan dipilih 16 SD/MI dan 8
SMP/MTs dengan pembagian 75% dari sekolah di lingkungan
Dinas Pendidikan dan 25% dari lingkungan Kementrian
Agama yang berasal dari dua kecamatan yang berbeda pada
setiap kabupaten dan memiliki komitmen kuat untuk
2
3
4
5
Dinas Pendidikan Purbalingga SiapkanDana di APBD 2013 untuk PelatihanUSAID PRIORITAS “Kami sangat gembira sekali adanya program USAID
PRIORITAS di Kabupaten Purbalingga, dan sebagai bagian komitmen kerjasama, kami telah mencantumkan anggaran pelatihan untuk diseminasi awal ke dalam APBD 2013.” ISKHAK, M.Pd
Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Purbalingga
1
memajukan pendidikan di jajarannya. “komitmen kuat untuk
maju adalah syarat mutlak bagi sekolah untuk menjadi mitra
USAID PRIORITAS”, begitu kata Hari Riyadi Acting Provincial
Coordinator yang menyampaikan perihal seleksi sekolah
mitra ke stakeholder kabupaten. Pemilihan sekolah mitra
dilakukan secara demokratis dan terbuka bersama-sama
dengan Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama untuk
memilih sekolah yang menjadi mitra USAID PRIORITAS.
Setelah proses pemilihan sekolah mitra, akan dilakukan
beberapa tes awal melalui program monitoring dan evaluasi
serta pendataan awal. Data ini akan menjadi pijakan pertama
bagi USAID PRIORITAS untuk mengukur peningkatan
kualitas pasca dilakukannya program. Selanjutnya setelah
pendataan awal akan ada pemilihan fasilitator yang
berjumlah 20 orang ditingkat SD/MI dan 20 orang di tingkat
SMP/MTs. Selesai semua proses
tersebut maka diawal 2013
program akan dilaksanakan.
Untuk sosialisasi dan pembicara-
an intensif masing-masing kabu-
paten diwakili:
1) Wakil Bupati Batang, Bapak
Soetadi.
2) Bupati Purbalingga, H. Heru Sujatmoko.
3) Bupati Banjarnegara, Bapak H. Sutedjo S. Utomo.
4) Bupati Sragen, Bapak Agus Fatchurrahman.
5) Bupati Semarang, Bapak H. Mundjirin.
1
5
413
2
67
8
12
1011
9
3
Peta Mitra USAID PRIORITASProvinsi Jawa Tengah
LPTK Mitra:1. Universitas Negeri Semarang (UNNES)2. IAIN Walisongo Semarang. 3. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
Daerah Mitra Lama6. Demak7. Jepara8. Kudus9. Grobogan10. Blora11. Karang Anyar12. Boyolali13. Purworejo
Keterangan:Daerah Mitra Baru1. Batang2. Kab Semarang3. Sragen4. Banjarnegara5. Purbalingga
Edisi 01, Agustus - Oktober 2012 - LENSA PRIORITAS 3
LENSA UTAMA
Tim USAID PRIORITAS diwakili oleh Ajar Budi Kuncoro berdialog dan
berdiskusi dengan Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof. Dr.
Sudijono Sastroatmodjo. Rektor menyambut baik USAID PRIORITAS dan siap
bekerjasama secara maksimal
Rektor IAIN Walisongo Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, bertemu dengan TIM USAID
PRIORITAS dan menyatakan komitmennya untuk menjadi mitra USAID PRIORITAS.
Dukungan dari berbagai pihak untuk kelancaran program USAID PRIORITAS menjadi poin utama dalam penyebarluasan praktik pendidikan yang baik. Salah satu caranya yaitu bekerja sama dengan Teacher Training Institution (TTI) atau LPTK. Tujuan dari kerjasama ini yaitu untuk meningkatkan kapasitas dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru pra dan dalam jabatan, serta membantu kabupaten mitra untuk meningkatkan kualitas tata kelola dan manajemen pendidikan.
“Sinergisitas antara USAID PRIORITAS dan perguruan tinggi (LPTK) perlu dibangun untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan guru, kerjasama ini merupakan kunci untuk pengembangan kualitas pendidikan yang dibangun oleh USAID PRIORITAS 5 tahun ke depan,” tutur Ajar Budi Kuncoro, Teacher Training Institute Specialist USAID PRIORITAS.
Kegiatan utama antara USAID PRIORITAS dengan LPTK diantaranya:1. Melakukan pelatihan staf pendidikan di LPTK dalam
memanfaatkan bahan-bahan pelatihan yang dikembang-kan oleh program USAID PRIORITAS untuk mendu-kung program pendidikan yang ber-kualitas baik pra maupun dalam jabatan.
2. Mendukung pengembangan kurikulum pendidikan/ pelatihan guru pra dan dalam jabatan serta keter-sediaan bahan, sumber, dan fasilitas pendidikan/ pelatihan guru.
LPTK “KUNCI PENGEMBANGAN DAN PELATIHAN GURU”
3. Membangun kemitraan antara LPTK dan sekolah untuk menyediakan pengalaman praktik yang baik bagi mahasiswa calon guru.
4. Mendukung LPTK untuk mengembangkan peran-nya dalam menyediakan pelatihan guru dalam jabatan bagi kabupaten.Setelah melalui proses seleksi secara demokratif dan
kolaboratif serta memperhatikan ketersebaran secara geografis, akhirnya terpilih 3 Universitas mitra, yaitu Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo.
Tiga Universitas tersebut di atas akan melakukan koordinas i , yang pada akhirnya akan membuat konsorsium/training center dengan Universitas lain disekitar kampus tersebut. Dari konsorsium ini diharapkan diseminasi program akan dilakukan, baik itu melalui dosen pada waktu pembelajaran, PPL atau bentuk-bentuk kegiatan lain yang dilakukan oleh Universitas bersama-sama dengan USAID PRIORITAS. Para dosen di Universitas tersebut juga akan dilatih serangkaian materi yang diusung oleh USAID PRIORITAS diantaranya berfokus pada kelas awal, pendidikan sains (IPA), teknologi informasi untuk pendidikan, pendidikan inklusi, perlindungan anak, gender dan budaya sehat di sekolah.*
Flash News
Nurkolis dan Ajar Budi Kuncoro (USAID
PRIORITAS) berkoordinasi dengan Rektor
Universitas Kristen Satya Wacana beserta staf
(foto kiri) dan Rektor Universitas Muhamma‐
diyah Surakarta beserta staf (foto kanan).
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A,
menyatakan komitmennya untuk menjadi mitra USAID PRIORITAS.
LENSA UTAMA
LENSA PRIORITAS - Edisi 01, Agustus - Oktober 20124
Suasana santai mewarnai pertemuan hangat antara tim USAID PRIORITAS dengan perwakilan dari Dinas Pendidikan, Dewan Pendidikan, Badan Perencanaan Daerah, dan Kemetrian Agama Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatan studi assasement dan kebutuhan tingkat propinsi (6/9). Pertemuan ini merupakan langkah penting untuk kerjasama 5 tahun ke depan.
Handoko Widagdo, Whole School Development Specialist yang hadir pada acara menilai esensi dari pertemuan ini telah didapatkan. “kebutuhan, harapan, dan gambaran secara umum dari stakeholder provinsi tentang pendidikan di Jawa Tengah telah diketahui, selanjutnya tinggal di kabupaten saja.” tuturnya.
Dukungan dan kerjasama secara terbuka dari Propinsi Jawa Tengah pada program disampaikan oleh Indiarto Edi C., Kasubag Program Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, “Hasil studi kebutuhan dan peran ini merupakan bagian penting dari kerjasama, pihak Provinsi akan mendukung sesuai kemampuan yang ada di provinsi”, paparnya.
Lebih lanjut Prof. Dr. H. AT Soegito, S.H., M.M. ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Tengah menambahkan “Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Dinas Pendidikan di Propinsi, sehingga butuh partner untuk mensinergikan kebutuhan propinsi dan keinginan dari pengguna pendidikan di daerah. Partner ini salah satunya bisa di isi oleh USAID PRIORITAS.” paparnya.
SINERGIKAN KEBUTUHAN PROVINSIMELALUI FGD
“Terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Dinas Pendidikan di Provinsi, sehingga butuh partner untuk mensinergikan kebutuhan provinsi
dan keinginan dari pengguna pendidikan di daerah.”
FGD KABUPATEN: AJANG PENGENALAN PROGRAM
Keterbukaan Menjadi Prinsip Utama dalam FGD dan Interview Studi Kebutuhan dan Peran di 5 Kabupaten Mitra USAID PRIORITAS (13-21/9).
Semarang. Tim USAID PRIORITAS melakukan Focus Group Discussion (FGD) dan Interview dengan Stakeholder di Provinsi Jawa Tengah dari Unsur Dinas Pendidikan (gambar atas), Bappeda (gambar bawah kiri) dan Dewan Pendidikan (gambar bawah kanan).
Daerah baru, suasana baru, dan teman baru. Rangkaian kata tersebut cocok bila di pakai untuk menggambarkan suasana kegiatan FGD dan interview di 5 kabupaten Mitra USAID PRIORITAS. Bagaimana tidak, 5 kabupaten ini merupakan daerah baru yang disentuh program, sehingga para stakeholder pendidikan juga baru mengenal program. Karena setiap kabupaten idealnya diwakili unsur-unsur dari Dinas Pendidikan, Kemenag, Bappeda, Dewan Pendidikan, UPTD/Cabang Dinas, Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru, maka dikesempatan ini tim USAID PRIORITAS berinisiatif untuk menyosialisasikan program lebih dini, harapannya akan ada keterbukaan dan silaturrahim yang baik untuk mengawali kerjasama.
“Tak kenal maka tak sayang, kiranya pepatah ini sesuai dengan pola kerja pada kegiatan ini”, tukas Hari Riyadi, Management and Governance USAID PRIORITAS. lebih lanjut Hari menjelaskan “... oleh karenanya kita mengawali kerjasama dengan pengenalan yang baik tentang program, tujuan serta target-target yang akan dicapai bersama 5 tahun kedepan, dengan cara ini informasi yang diharapkan semakin bisa otentik, karena responden tahu alasan kenapa mereka harus menjawab sesuai dengan data dan kondisi riil di lapangan.” ungkapnya. *
“Mudah-mudahan USAID PRIORITAS
menambah daya dorong dan daya dobrak untuk
memajukan Madrasah, baik sumber daya
manusia maupun tata kelolanya sehingga
Madrasah lebih eksis di masyarakat”
Drs. H. Farhani, SH, MM (Kepala Kantor Kementrian
Agama Kabupaten Banjarnegara)
“Tujuan kerjasama ini diharapkan akan mampu mengangkat kualitas pendidikan dasar baik dari sisi siswa maupun SDM yang menjalankannya”
Drs. Muhdi (Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara)
LENSA UTAMA
Edisi 01, Agustus - Oktober 2012 - LENSA PRIORITAS 5
“Mengalir apa adanya”, inilah moto Bambang Aryawan.
Sosok yang didaulat menjadi ujung tombak pengembangan
pendidikan dan kebudayaan di kabupaten Purworejo sejak
2008 silam. Lelaki berperawakan tegas ini menyatakan dirinya
siap secara total untuk mengubah wajah pendidikan di
Kabupaten Purworejo. Karena tekad kuatnya itu, Bambang
menyambut gembira hadirnya program Desentralized Basic
Education (DBE)-USAID tahun 2006 silam. “Banyak
pencapaian bersama DBE”, kenangnya. “Mulai dari sisi
manajemen di Dinas Pendidikan,
pembuatan Renstra, Renja, BOSP,
pemerataan guru, inovasi pembela-
jaran, dan peningkatan kualitas
pembelajaran dengan model
PAKEM.” lanjutnya.
Peran DBE-USAID di Kabupaten
Purworejo bila dilihat dari tiga
program kerja pemerintah, maka
akan menghasilkan beberapa hal
diantaranya:
Pemerataan dan Perluasan Akses
- daya tampung sekolah melebihi
kebutuhan rasio jumlah siswa dan ruang belajar sudah
sesuai standar kelayakan
- pemerataan guru yang proporsional sehingga tidak
memerlukan pengangkatan selama 4 tahun ke depan
melalui program regrouping dan multy grade teacher untuk
derah terpencil.
Peningkatan Mutu dan Relevansi
- peningkatan kapasitas pengawas, kepala sekolah, dan guru
dengan pelatihan PAKEM dan kapasitas lain,
- pelatihan kepala sekolah, komite, dan guru secara
bersamaan sehingga program bisa langsung berjalan
sebagai hasil tindak lanjut,
- pendampingan tindak lanjut PAKEM oleh pangawas yang
menjadi fasilitator,
- melakukan replikasi DBE dari 2 kecamatan dan 1 gugus
menjadi seluruh sekolah di Purworejo. Hasil replikasi
dirasakan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.
Pencitraan Publik
- adanya program khusus “anak beriman dan berkepri-
badian”. Program bagi siswa muslim lulus dari pendidi-kan
dasar mampu membaca tulis Al-qur'an dan sholat dengan
benar,
- munculnya guru dan siswa berprestasi di tingkat nasional
ataupun provinsi
Bambang menegaskan bahwa DBE USAID “memper-
satukan guru, kepsek, dan pengawas menjadi berdaya dan
pada akhirnya kapasitas sekolah menjadi maksimal.”
Pengembangan Laboratorium Pendidikan
Dampak program DBE di Purworejo menyentuh seluruh
aspek pendidikan, menggairahkannya sehingga memunculkan
inovasi dan kreativitas yang tidak terduga. Salah satunya di
SMP N 19 Purworejo, Yuli Eko Sarwono, guru matematika
dengan kreativitasnya menciptakan laboratorium
matematika dengan memanfaatkan barang bekas. Bahkan
dengan ketelatenannya dia mampu memenuhi ruang yang 2berukuran 8x7m sehingga penuh dengan hasil kreativitas
bersama siswanya.
Selain Eko dengan laboratorium matematikanya, masih
banyak guru yang berinovasi di bawah arahan Daryanto,
kepala sekolah SMP Negeri 19 Purworejo. Daryanto
menyebutkan “masih ada beberapa keunikan yang ada di SMP
kami, diantaranya yaitu Laboratorium
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan
L a b o r a t o r i u m P a n c a s i l a ” . T i g a
Laboratorium tersebut merupakan hasil
kerja keras dari guru yang berkolaborasi
dengan siswa, dan sering menjadi rujukan
di Provinsi Jawa Tengah sebagai per-
contohan. Namun demikian terang
Daryanto, ”Fokus pada penggunaan
barang-barang bekas dan pengembangan
karakter kebangsaan merupakan ruh
pengembangan inovasi pembelajaran di
SMP Negeri 19.” tegasnya.
Pengembangan pendidikan dan dampaknya yang begitu
memuaskan setelah adanya program DBE membuat
Bambang semakin mantab untuk mendukung diseminasi
program-program dari USAID yaitu USAID PRIORITAS 5
tahun ke depan. “harapan saya, USAID PRIORITAS akan
menjadi mitra yang mengalirkan inovasi pembelajaran secara
deras untuk kemajuan pendidikan di Kabupaten Purworejo,”
mengakhiri pembicaraannya.*
DISEMINASI DBE MENGALIR DERAS DI PURWOREJO
“Program DBE-USAID
mempersatukan guru, kepala
sekolah, dan pengawas menjadi
berdaya dan pada akhirnya
kapasitas sekolah menjadi
maksimal.”
Bambang Aryawan
Kadinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo
Laboratorium Pancasila di SMPN 19 Purworejo
Laboratorium. Matematika di SMPN 19 Purworejo
Laboratorium IPS SMPN 19 Purworejo
LENSA PROFIL
LENSA PRIORITAS - Edisi 01, Agustus - Oktober 20126
Edisi 01, Agustus - Oktober 2012 - LENSA PRIORITAS 7
Proses pembelajaran dengan media Jelangkung dilakukan menggunakan kayu atau bambu yang disilangkan dan diberikan batok kelapa sebagai kepala dari Jelangkung sehingga mirip seperti Jelangkung pada zaman dahulu. Kayu yang disilangkan digunakan sebagai bidang koordinat, pada sumbu Y dibuat kepala dan pada sumbu X dikenakan baju sehingga menyerupai Jelangkung.
Pembela jaran diawal i dengan menyiapkan alat bantu mengajar berbentuk Jaelangkung sebagai bidang koordinat, selanjutnya guru bersama peserta didik mencari tempat di halaman sekolah yang teduh. Setelah sesuai tempatnya guru memberikan cerita tentang historis Jelangkung sehingga siswa paham kegunaan Jaelangkung pada masa lalu, kemudian guru merangsang dan menjelaskan
Kemiringan Garis (Gradient) di Balik Fenomena Mistik Jelangkung
relevansi media inovasi dengan matemat ika ser ta menje laskan kompetensi dasar yang akan diajarkan yaitu menghitung kemiringan garis.
Setelah siswa memahami tujuan pembelajaran, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, membim-bing siswa yang berkelompok untuk mendiskusikan tentang materi gradient dan menuliskannya di lembar kerja siswa dengan menggunakan lidi kecil berbentuk jaelangkung. Setiap kelom-pok membuat soal tentang gradient, kemudian diberikan kepada kelompok lain untuk menyelesaikannya. Setelah selesai dikerjakan, setiap kelompok mempresentasikan hasil dari peker-jaannya. Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pekerjaan siswa dan memberi penekanan hasil. Setelah selesai melaksanakan simpulan dan
penekanan hasil, guru memberikan reward kepada kelompok yang berhasil mengerjakan soal disesuaikan dengan tingkat kebenaran pengerjaan soal.
Dampak praktik pembelajaran dengan media Jaelangkung setelah melakukan evaluasi secara sederhana dapat diketahui bahwa siswa meningkat pemahamannya tentang gradient dan mampu mengasumsikannya dengan media-media yang lain. Lebih lanjut terdapat peningkatan nilai ketuntasan belajar siswa dalam Kompetensi Dasar menghitung gradient dengan rata-rata sebesar 80%, dan terakhir semakin pahamnya siswa terhadap nilai dan karakter budaya daerah yang pada akhirnya siswa akan secara berimbang dan mampu memberikan penyikapan dengan benar tentang permainan budaya tersebut
Misteri “Jelangkung” Dimanfaatkan Yuli Eko Sarwono, Guru SMP Negeri 19 Purworejo Jawa Tengah sebagai Media Pembelajaran Matematika untuk Mempelajari
Kemiringan Garis.
LENSA PRAKTIK YANG BAIK
Edisi 01, Agustus - Oktober 2012 - LENSA PRIORITAS 7
Lokasi : SMPN 19 Purworejo Jl. Magelang Km 12 Purworejo
Tingkat : SMP/MTs
Lingkup : kelas
Masalah : Selama ini siswa sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan, mengaplikasikan, dan menghitung kemiringan garis,
Media pembelajaran di sekolah yang masih monoton sehingga perlu adanya media pembelajaran inovatif yang berbeda serta merangsang keingintahuan Siswa
Banyak berkembangnya film Jaelangkung dan cerita mistis dikalangan siswa sehingga perlu adanya media pembelajaran inovatif yang mampu memberikan pengetahuan tentang warisan kebudayaan daerah kepada siswa sehingga pada akhirnya mampu memberikan penyikapan yang benar.
Tujuan : Siswa mampu mendefinisikan nilai gradient Siswa mampu memahami gradient atau kemiringan garis serta mampu menghitung nilai gradient/kemiringan suatu benda Siswa mengetahui dan mampu menyikapi dengan benar fenomena budaya daerah khususnya permainan Jaelangkung sebagai bagian dari program pengenalan warisan budaya bangsa.
Strategi : Guru menyiapkan alat bantu mengajar berbentuk Jaelangkung sebagai bidang koordinat.
Guru bersama peserta didik berada di luar kelas, atau di halaman sekolah yang teduh.
Guru menjelaskan kompetensi dasar yaitu menghitung gradient.
Siswa berkelompok mendiskusikan tentang materi gradient dan menuliskan di lembar kerja siswa dengan menggunakan lidi kecil berbentuk Jaelangkung.
Strategi Lanjutan
: Setiap kelompok membuat soal, kemudian diberikan kepada kelompok lain untuk menyelesaikannya.
Setelah selesai dikerjakan, setiap kelompok mempresentasikan hasil dari pekerjaannya.
Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pekerjaan siswa dan memberi penekanan hasil.
Guru memberikan reward kepada kelompok yang berhasil mengerjakan soal disesuaikan dengan tingkat kebenaran pengerjaan soal.
Hasil : Meningkatnya pemahaman siswa dengan gradient dan mengasumsikannya dengan media-media yang lain.
Meningkatnya nilai ketuntasan belajar siswa Kompetensi Dasar menjadi 80%
Semakin pahamnya nilai dan karakter budaya daerah yang pada akhirnya mampu memberikan penyikapan tentang budaya tersebut dengan benar
Pelaku : Pelaku: Yuli Eko Sarwono, Guru SMPN 19 Purworejo
staf jawa tengah
Karanganyar, 80 orang guru berlatih untuk menguasai pertanyaan tingkat tinggi.
Program DBE 3 di Jawa Tengah telah berakhir, namun dampaknya kian menjadi. Hal inilah yang terjadi di Karanganyar, salah satu mitra DBE 3 lima tahun silam. Sesuai dengan komitmen dari pemerintah daerah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar untuk tetap mendiseminasikan program DBE yaitu Better Teaching and Learning (BTL) dilaksanakanlah pelatihan BTL3 (13-15/10) bertempat di aula Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar.
Pelatihan dilaksanakan selama 3 hari, hari pertama dan kedua, peserta dipandu oleh fasilitator untuk memetakan kurikulum, menyusun pertanyaan tingkat tinggi, membuat Lembar Kerja Siswa, penilaian kelas, dan jurnal refleksi. Di hari ketiga, peserta melaksanakan real teaching di SMP N 4 dan 5 Karanganyar dengan teknis pelaksanaan sebagian guru yang menjadi peserta menjadi pengajar dan sebagian lainnya mengobservasi.
Sebagai mitra DBE, Dinas Pendidikan Karanganyar memahami pen�ng materi‐materi pela�han yang dikenalkan oleh DBE untuk tetap disebarluaskan dan dikembangkan di lingkungan guru. Hingga 2012, semua guru SMP di Karanganyar semua sudah dila�h BTL2.
Setelah dila�h dengan BTL2 dan merasa mampu, guru meminta agar dilaksanakan lanjutan dari BTL2 yaitu BTL3, karena “…fakta di lapangan, guru sangat termo�vasi setelah mengiku� pela�han BTL”, demikian penegasan Kepala Seksi Kurikulum Dikmen Dinas Pendidikan Karang‐anyar, Sutrisno, M.Hum.
Hal ini dibenarkan oleh Suprap�, Am.Pd, guru IPS dari SMP N 1 Satu Atap Balong Jenang Karanganyar. Pengakuan Suprap� yang kini telah berumur 58 tahun menyatakan bahwa pela�han BTL3 yang diiku�nya sangat mudah untuk dipahami, meski terkesan terlalu cepat. “Saya yakin, model pembelajaran yang dikenalkan di BTL3 akan merepotkan
“KECANDUAN” BTL3 DI KARANGANYAR
Diseminasi BTL. Replikasi DBE Berlangsung Antusias di Karanganyar (13-15/12), Guru Termotivasi untuk Mengaplikasikannya Di Kelas. foto:SHS/USAID PRIORITAS
guru di depan, tetapi akan sangat membantu di dalam proses pembelajaran berikutnya, bahkan tahun‐tahun berikutnya”, papar Suprap�. Sementara Sumiya�, S.Pd, guru IPS SMP N 3 Ja�puro mengaku baru sekali ini ikut pela�han seper� BTL3, “saya sangat termo�vasi”, tegas Sumiya�.
Sutrisno menambahkan, khusus untuk mendiseminasi‐kan BTL3 sehingga mampu membuming di Karanganyar, Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar telah menyiap‐kan dana replikasi pelatihan dua angkatan sejumlah total Rp.50 juta. “Dana ini nantinya akan digunakan secara penuh untuk mendukung pelaksanaan diseminasi dari program DBE-USAID”, terang Kepala Seksi Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar ini.*
LENSA PENDIDIKANEdisi 01, Agustus - Oktober 2012
Penanggung Jawab:Nurkolis
Editor:Anang Ainur Roziqin
Tim Redaksi:Ajar Budi Kuncoro, Hari Riyadi, Dyah Karyati,
R. Ahmad Sarjita, Saiful H. Shodiq, Wahyu Daryono
Alamat:Perum. Candi Asri, Jl. Candi Makmur No.2A Karanganyar
Gunung, Candisari, Semarang. Email: aroziqin@prioritas.or.id
LENSA SERBA-SERBI
Direktur dan Staf USAID PRIORITAS-Jawa Tengah
USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching
Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students