Post on 20-Oct-2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Pengertian Manusia 3
2.2. Pengertian Nilai 4
2.3. Pengertian Moral 5
2.4. Pengertian Hukum 7
2.5 Manusia, Nilai, Hukum dan Moral 7
2.6 Hubungan Manusia dengan Moral 10
2.7 Hubungan Manusia dengan Hukum 14
2.8 Tujuan Hukum 15
2.9 Penegakan Hukum 16
2.10 Problematika Hukum 19
BAB III PENUTUP 21
3.1 Kesimpulan 21
3.2 Saran 21
BAB IV DAFTAR PUSTAKA 22
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya untuk menjadikan manusia
berbudaya. Budaya dalam pengertian yang sangat luas mencakup segala aspek
kehidupan manusia, yang dimulai dari cara berpikir, bertingkah laku sampai produk-
produk berpikir manusia yang berwujud dalam bentuk benda (materil) maupun
dalam bentuk sistem nilai (in- materil).
Pergaulan antar umat di dunia yang semakin intensif akan melahirkan budaya-
budaya baru, baik berupa pencampuran budaya, penerimaan budaya oleh salah
satu pihak atau keduanya, dominasi budaya, atau munculnya budaya baru.
Keseluruhan proses ini tentu saja dipengaruhi oleh proses pendidikan di
masyarakat.
Pemunculan kebudayaan baru tidak sepenuhnya memberikan efek positif
terhadap perkembangan suatu bangsa, tetapi ada juga yang berdampak negatif.
Untuk menghindari hal-hal negatif dari suatu kebudayaan baru, diperlukan berbagai
upaya untuk mengadakan saringan kebudayaan yang dianggap paling tepat untuk
diterapkan . Oleh karena, pemahaman terhadap kebudayaan menjadi penting bagi
seorang pendidik agar pendidik memahami secara persis kebudayaan dan
pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau
seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan
suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan
vertikal (genetika dan tradisi), horizontal (geografik, fisik, dan sosial), maupun
kesejarahan. Takala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan
kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa
setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of
discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan
sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada
individu lain. Ia belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar
membaca, belajar membuat sesuatu dan sebagainya, memerlukan bantuan orang
lain yang lebih dewasa.
Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia menyatakan
bahwa ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 3
terlihat dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan
kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.
Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system perlindungan
dalam rumah,pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum, dalam pengertian
gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok.
Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan
aturan-aturan dan kontrol-kontrol social tentang apa yang boleh dan yang tidak
boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu ditentukan pula siapa yang
berhak mengatur kehidupan kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.
2.2. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia.
Sifat-sifat nilai adalah Sebagai berikut;
1. Nilai itu suatu relitas abstrak dan ad dalam kehidupan manusia. Nilai
yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati
hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya orang yang memiliki
kejujuran. Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bias menindra
kejujuran itu.
2. Nilai memiliki sifat normative, artinya nilai mengandung harapan, cita-
cita dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal das sollen.
Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam
bertindak. Misalnya nilai keadilan. Semua orang berharap manusia dan
mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 4
3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung
nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang
diyakininya. Misalnya nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan
semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang potensial,dalam arti
terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif ,sehingga berfungsi untuk
menyempurnakan manusia ,sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang
seharusnya dimiliki (dalam Lasyo,1999,hlm.1).
Menurut Lasyo (1999,hlm.9)sebagai berikut: Nilai bagi manusia merupakan
landasan atau motivasidalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa nilai yaitu sesuatu yang menjadi etika atau estetika yang menjadi
pedoman dalam berperilaku.
Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai dalam dua
konteks,pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif,apabila dia
memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya,bahkan memandang
nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai.Baik dan buruk,benar dan
salah bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia,tetapi ada sebagai
sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.Pandangan kedua
memandang nilai itu subjektif,artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang
menilainya.Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa hadirnya
penilai.Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek penilai.
2.3. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Kata
mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner, mores atau manners,morals.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 5
Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau kesusilaan
yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini dalam bahasa Yunani
sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis , etika adalah ajaran
tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap, perbuatan,
kewajiban, dan sebagainya.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu
sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral
jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah perbuatan / tingkah laku / ucapan seseorang dalam berinteraksi
dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa
yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik,
begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama. Jadi moral
adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan
manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang
mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 6
2.4. Pengertian Hukum
Disamping adat-istiadat tadi, ada kaidah yang mengatur kehidupan manusia
yaitu hukum, yang biasanya dibuat dengan sengaja dan mempunyai sanksi yang
jelas. Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar
terjadi keserasian diantara warga masyarakat dan sistem sosial yang dibangun oleh
suatu masyarakat. Pada masyarakat moderen hukum dibuat oleh lembaga –
lembaga yang diberikan wewenang oleh rakyat.
Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah mengatur
masyarakat agar mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh sistem sosial dan
budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut. Pola-pola perilaku merupakan cara-
cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh
semua anggota masyarakat tersebut. Setiap tindakan manusia dalam masyarakat
selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi. Pola perilaku berbeda dengan
kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang yang kemudian diakui
dan mungkin diikuti oleh orang lain. Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan
dan dilaksanakan pada khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang
lain, dinamakan social organization.
2.5 Manusia, Nilai, Hukum dan Moral
Meskipun banyak pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada
yang telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan
manusia, dan selanjutnya nilai itu penting. Pengertian nilai yang telah dikemukakan
oleh setiap pakar pada dasarnya adalah upaya dalam memberikan pengertian
secara holistik terhadap nilai, akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian
yang “relatif belum tersentuh” oleh pemikir lain. Definisi yang mengarah pada
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 7
pereduksian nilai oleh status benda, terlihat pada pengertian nilai yang dikemukakan
oleh John Dewney yakni, Value Is Object Of Social Interest, karena ia melihat nilai
dari sudut kepentingannya.
Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan
sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik
disadari maupun tidak.
Nilai itu penting bagi manusia. Apakah nilai itu dipandang dapat mendorong
manusia karena dianggap berada dalam diri manusia atau nilai itu menarik manusia
karena ada di luar manusia yaitu terdapat pada objek, sehingga nilai lebih dipandang
sebagai kegiatan menilai. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu
dan harus diaplikasikan dalam perbuatan. Menilai dapat diartikan menimbang yakni
suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lainnya
yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan keputusan. Keputusan itu
menyatakan apakah sesuatu itu bernilai positif (berguna, baik, indah) atau
sebaliknya bernilai negatif. Hal ini dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada
diri manusia yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa, dan kepercayaan.
Nilai memiliki polaritas dan hirarki, antara lain:
Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif yang sesuai
polaritas seperti baik dan buruk; keindahan dan kejelekan.
Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan pentingnya.
Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda abstrak yang
dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness).
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 8
Notonagoro membagi hierarki nilai pokok yaitu:
1. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia.
3. Nilai kerohanian terbagi menjadi empat macam:
4. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio manusia
5. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan
estetis manusia
6. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau karsa manusia
7. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai
penghayatan melalui akal budi dan nuraninya
Hal-hal yang mempunyai nilai tidak hanya sesuatu yang berwujud (benda material)
saja, bahkan sesuatu yang immaterial seringkali menjadi nilai yang sangat tinggi dan
mutlak bagi manusia seperti nilai religius.
Nilai juga berkaitan dengan cita-cita, keinginan, harapan, dan segala sesuatu
pertimbangan internal (batiniah) manusia. Dengan demikian nilai itu tidak konkret
dan pada dasarnya bersifat subyektif. Nilai yang abstrak dan subyektif ini perlu lebih
dikonkretkan serta dibentuk menjadi lebih objektif. Wujud yang lebih konkret dan
objektif dari nilai adalah norma / kaidah. Norma berasal dari bahasa latin yakni
norma, yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan
oleh tukang kayu.
Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan
atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 9
yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau
keburukan suatu perbuatan.
Ada beberapa macam norma/kaedah dalam masyarakat, yaitu:
1. Norma kepercayaan atau keagamaan.
2. Norma kesusilaan.
3. Norma sopan santun/adab.
4. Norma hukum.
Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma yang paling kuat karena
dapat dipaksakan pelaksanaannya oleh penguasa (kekuasaan eksternal). Nilai dan
norma selanjutnya berkaitan dengan moral. Moral berasal dari bahasa latin yakni
mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana
yang wajar. Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia.
Derajat kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya.
Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap
dan tingkah lakunya. Bisa dikatakan manusia yang bermoral adalah manusia yang
sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat.
2.6 Hubungan Manusia dengan Moral
Moral memiliki arti yang hampir sama dengan etika. Etika berasal dari bahasa
kuno yang berarti ethos dalam bentuk tunggal ethos memiliki banyak arti yaitu
tempat tinggal biasa, padang rumput, kebiasaan, adat, watak sikap , dan cara
berpikir. Dalam bentuk jamak ethos (ta etha) yang artinya adat kebiasaan. Moral
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 10
berasal dari bahasa Latin yaitu mos (jamaknya mores) yang berarti adat, cara, dan
tempat tinggal. Dengan demikian secara etismologi kedua kata tersebut bermakna
sama hanya asal usul bahasanya yang berbeda dimana etika dari bahasa Yunani
sementara moral dari bahasa Latin.
Moral yang pengertiaannya sama dengan etika dalam makna nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat moral banyak unsur yang dikaji secara
kritis, dilandasi rasionalitas manusia seperti sifat hakiki manusia, prinsip kebaikan,
pertimbangan etis dalam pengambilan keputusan terhadap sesuatu dansebagainya.
Moral lebih kepada sifat aplikatif yaitu berupa nasehat tentang hal-halyang baik.
Ada beberapa unsur dari kaidah moral yaitu :
1. Hati Nurani Merupakan fenomena moral yang sangat hakiki.
Hati nurani merupakan penghayatan tentang baik atau buruk mengenai
perilaku manusia dan hati nurani ini selalu dihubungkan dengan kesadaran
manusia dan selalu terkait dalam dengan situasi kongkret. Dengan hati nurani
manusia akan sanggup mererfleksikan dirinya terutama dalam mengenai
dirinya sendiri atau juga mengenal orang.
2. Kebebasan dan tanggung jawab.
Kebebasan adalah milik individu yang sangat hakiki dan manusiawi dan
karena manusia pada dasarnya adalah makhluk bebas. Tetapi didalam
kebebasan itu juga terbatas karena tidak boleh bersinggungan dengan
kebebasan orang lain ketika mereka melakukan interaksi. Jadi, manusia itu
adalah makhluk bebas yang dibatasi oleh lingkungannya sebagai akibat tidak
mampunya ia untuk hidup sendiri.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 11
3. Nilai dan Norma Moral.
Nilai dan moral akan muncul ketika berada pada orang lain dan ia akan
bergabung dengan nilai lain seperti agama, hukum, dan budaya. Nilai moral
terkait dalam tanggung jawab seseorang.
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Ada
pepatah Roma yang mengatakan “quid leges sine moribus?” (apa artinya
undang-undang jika tidak disertai moralitas?). Dengan demikian hukum tidak
akan berarti tanpa disertai moralitas. Oleh karena itu kualitas hukum harus
selalu diukur dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral harus
diganti. Disisi lain moral juga membutuhkan hukum, sebab moral tanpa
hukum hanya angan-angan saja kalau tidak di undangkan atau dilembagakan
dalam masyarakat.
Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan
moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya ‘mungkin’ ada hukum yang
bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang
berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dan moral. Untuk itu dalam
konteks ketatanegaraan Indonesia dewasa ini. Apalagi dalam konteks
membutuhkan hukum.
Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa
moralitas hukum tampak kosong dan hampa (Dahlan Thaib,h.6). Namun
demikian perbedaan antara hukum dan moral sangat jelas.
Perbedaan antara hukum dan moral menurut K.Berten :
Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya dibukukan secara
sistematis dalam kitab perundang-undangan. Oleh karena itu norma hukum lebih
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 12
memiliki kepastian dan objektif dibanding dengan norma moral. Sedangkan norma
moral lebih subjektif dan akibatnya lebih banyak ‘diganggu’ oleh diskusi yang yang
mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis dan tidak etis.
Meski moral dan hukum mengatur tingkah laku manusia, namun hukum
membatasi diri sebatas lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin
seseorang.
Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan
dengan moralitas. Hukum untuk sebagian besar dapat dipaksakan, pelanggar akan
terkena hukuman. Tapi norma etis tidak bisa dipaksakan, sebab paksaan hanya
menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-
satunya sanksi dibidang moralitas hanya hati yang tidak tenang.
Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak
negara. Meskipun hukum tidak langsung berasal dari negara seperti hukum adat,
namun hukum itu harus di akui oleh negara supaya berlaku sebagai hukum.
Moralitas berdasarkan atas norma-norma moral yang melebihi pada individu dan
masyarakat. Dengan cara demokratis atau dengan cara lain masyarakat dapat
mengubah hukum, tapi masyarakat tidak dapat mengubah atau membatalkan suatu
norma moral. Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya.
Sedangkan Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral :
1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsesus dan hukum
alam sedangkan moral berdasarkan hukum alam.
2. Dilihat dari otonominya hukum bersifat heteronom (datang dari luar diri
manusia), sedangkan moral bersifat otonom (datang dari diri sendiri).
3. Dilihat dari pelaksanaanya hukum secara lahiriah dapat dipaksakan,
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 13
4. Dilihat dari sanksinya hukum bersifat yuridis. moral berbentuk sanksi kodrati,
batiniah, menyesal, malu terhadap diri sendiri.
5. Dilihat dari tujuannya, hukum mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan
bernegara, sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.
6. Dilihat dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat,
sedangkan moral secara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu
(1990,119).
2.7 Hubungan Manusia dengan Hukum
Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita tidak
mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa atau di luar masyarakat. Maka
manusia, masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa dipisahkan.
Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya kepastian dalam
pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar
kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-
lembaga hukum mana yang melaksanakannya. Hukum yang baik adalah hukum
yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang
tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat tersebut.
Manusia dan hukum adalah dua identitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan
dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi
jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap
pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka
selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 14
komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen
perekat” tersebut adalah hukum.
Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu
struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan
sosial (social order) yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan
mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia
membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si
pengatur (kekuasaan).
2.8 Tujuan Hukum
Banyak teori atau pendapat mengenai tujuan hukum. Berikut teori-teori dari
para ahli :
1. Prof. Subekti, SH: Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara menyelenggarakan
keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang
mendapat bagian yang sama pula.
2. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn: Tujuan hukum adalah mengatur hubungan
antara sesama manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian
antara sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara
teliti dan seimbang.
3. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia
kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.
4. Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum berfungsi sebagai alat
merekayasa masyarakat (law is tool of social engineering).
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 15
5. Muchatr Kusumaatmadja berpendapat bahwa tujuan pokok dan utama dari
hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini merupakan syarat
pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur. Tujuan hukum
menurut hukum positif Indonesia termuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yang berbunyi “..untuk membentuk suatu pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap orang tidak menjadi hakim
atas dirinya sendiri, namun tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan
dengan ketentuan yang sedang berlaku.
2.9 Penegakan Hukum
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), bukan
berdasarkan kekuasaan (machstaat) apalagi bercirikan negara penjaga malam
(nachtwachterstaat). Sejak awal kemerdekaan, para bapak bangsa ini sudah
menginginkan bahwa negara Indonesia harus dikelola berdasarkan hukum.
Ketika memilih bentuk negara hukum, otomatis keseluruhan penyelenggaraan
negara ini harus sedapat mungkin berada dalam koridor hukum. Semua harus
diselenggarakan secara teratur (in order) dan setiap pelanggaran terhadapnya
haruslah dikenakan sanksi yang sepadan.
Penegakkan hukum, dengan demikian, adalah suatu kemestian dalam suatu negara
hukum. Penegakan hukum adalah juga ukuran untuk kemajuan dan kesejahteraan
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 16
suatu negara. Karena, negara-negara maju di dunia biasanya ditandai, tidak sekedar
perekonomiannya maju, namun juga penegakan hukum dan perlindungan hak asasi
manusia (HAM) –nya berjalan baik. Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang
harus diperhatikan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.
Friedmann berpendapat bahwa efektifitas hukum ditentukan oleh tiga
komponen, yaitu:
1. Substansi hukum yaitu materi atau muatan hukum. Dalam hal ini
peraturan haruslah peraturan yang benar-benar dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mewujudkan ketertiban bersama.
2. Aparat Penegak Hukum agar hukum dapat ditegakkan, diperlukan
pengawalan yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum yang
memiliki komitmen dan integritas tinggi terhadap terwujudnya tujuan
hukum.
3. Budaya Hukum yaitu budaya hukum yang dimaksud adalah budaya
masyarakat yang tidak berpegang pada pemikiran bahwa hukum ada
untuk dilanggar, sebaliknya hukum ada untuk dipatuhi demi terwujudnya
kehidupan bersama yang tertib dan saling menghargai sehingga
harmonisasi kehidupan bersama dapat terwujud.
Banyak pihak menyoroti penegakan hukum di Indonesia sebagai ‘jalan di
tempat’ ataupun malah ‘tidak berjalan sama sekali.’ Pendapat ini mengemuka
utamanya dalam fenomena pemberantasan korupsi dimana tercipta kesan bahwa
penegak hukum cenderung ‘tebang pilih’, alias hanya memilih kasus-kasus kecil
dengan ‘penjahat-penjahat kecil’ daripada buronan kelas kakap yang lama
bertebaran di dalam dan luar negeri.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 17
Pendapat tersebut bisa jadi benar kalau penegakan hukum dilihat dari sisi
korupsi saja. Namun sesungguhnya penegakan hukum bersifat luas. Istilah hukum
sendiri sudah luas. Hukum tidak semata-mata peraturan perundang-undangan
namun juga bisa bersifat keputusan kepala adat. Hukum-pun bisa diartikan sebagai
pedoman bersikap tindak ataupun sebagai petugas.
Dalam suatu penegakkan hukum, sesuai kerangka Friedmann, hukum harus
diartikan sebagai suatu isi hukum (content of law), tata laksana hukum (structure of
law) dan budaya hukum (culture of law). Sehingga, penegakan hukum tidak saja
dilakukan melalui perundang-undangan, namun juga bagaimana memberdayakan
aparat dan fasilitas hukum. Juga, yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana
menciptakan budaya hukum masyarakat yang kondusif untuk penegakan hukum.
Contoh paling aktual adalah tentang Perda Kawasan Bebas Rokok misalnya.
Peraturan ini secara normatif sangat baik karena perhatian yang begitu besar
terhadap kesehatan masyarakat. Namun, apakah telah berjalan efektif? Ternyata
belum. Karena, fasilitas yang minim, juga aparat penegaknya yang terkadang tidak
memberikan contoh yang baik. Sama halnya dengan masyarakat perokok,
kebiasaan untuk merokok di tempat-tempat publik adalah suatu budaya yang agak
sulit diberantas.
Oleh karenanya, penegakan hukum menuntut konsistensi dan keberanian dari
aparat. Juga, hadirnya fasilitas penegakan hukum yang optimal adalah suatu
kemestian. Misalnya, perda kawasan bebas rokok harus didukung dengan
memperbanyak tanda-tanda larangan merokok, atau menyediakan ruangan khusus
perokok, ataupun memasang alarm di ruangan yang sensitif dengan asap.
Masyarakatpun harus senantiasa mendapatkan penyadaran dan pembelajaran
yang kontinyu. Maka, program penyadaran, kampanye, pendidikan, apapun
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 18
namanya, harus terus menerus digalakkan dengan metode yang partisipatif. Karena,
adalah hak dari warganegara untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang
tepat dan benar akan hal-hal yang penting dan berguna bagi kelangsungan
hidupnya.
2.10 Problematika Hukum
Problema paling mendasar dari hukum di Indonesia adalah manipulasi atas
fungsi hokum oleh pengemban kekuasaan.
Problem akut dan mendapat sorotan lain adalah:
1. Aparatur penegak hukum ditengarai kurang banyak diisi oleh sumber daya
manusia yang berkualitas. Padahal SDM yang sangat ahli serta memiliki
integritas dalam jumlah yang banyak sangat dibutuhkan.
2. Peneggakkan hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya karena sering
mengalami intervensi kekuasaan dan uang. Uang menjadi permasalahan
karena negara belum mampu mensejahterakan aparatur penegak hukum.
3. Kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum semakin surut.
Hal ini berakibat pada tindakan anarkis masyarakat untuk menentukan sendiri
siapa yang dianggap adil.
4. Para pembentuk peraturan perundang-undangan sering tidak memerhatikan
keterbatasan aparatur. Peraturan perundang-undangan yang dibuat
sebenarnya sulit untuk dijalankan.
5. Kurang diperhatikannya kebutuhan waktu untuk mengubah paradigma dan
pemahaman aparatur. Bila aparatur penegak hukum tidak paham betul isi
peraturan perundang-undangan tidak mungkin ada efektivitas peraturan di
tingkat masyarakat.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 19
Problem berikutnya adalah hukum di Indonesia hidup di dalam masyarakat yang
tidak berorientasi kepada hukum. Akibatnya hukum hanya dianggap sebagai
representasi dan simbol negara yang ditakuti. Keadilan kerap berpihak pada mereka
yang memiliki status sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat. Contoh kasus
adalah kasus ibu Prita Mulyasari.
Pekerjaan besar menghadang bangsa Indonesia di bidang hukum. Berbagai
upaya perlu dilakukan agar bangsa dan rakyat Indonesia sebagai pemegang
kedaulatan dapat merasakan apa yang dijanjikan dalam hukum.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia, nilai, moral dan hukum adalah suatu hal yang saling berkaitan dan
saling menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayati dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral dan hukum agar terjadi
keselarasan dan harmoni kehidupan.
3.2 Saran
Penegakan hukum harus memperhatikan keselarasan antara keadilan dan
kepastian hukum. Karena, tujuan hukum antara lain adalah untuk menjamin
terciptanya keadilan (justice), kepastian hukum (certainty of law), dan
kesebandingan hukum (equality before the law).
Penegakan hukum-pun harus dilakukan dalam proporsi yang baik dengan
penegakan hak asasi manusia. Dalam arti, jangan lagi ada penegakan hukum yang
bersifat diskriminatif, menyuguhkan kekerasan dan tidak sensitif gender. Penegakan
hukum jangan dipertentangkan dengan penegakan HAM. Karena, sesungguhnya
keduanya dapat berjalan seiring ketika para penegak hukum memahami betul hak-
hak warga negara dalam konteks hubungan antara negara hukum dengan
masyarakat sipil.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 21
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Masyhury, Legy, El, 2013, Makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar: Manusia, Nilai, Moral,
dan Hukum, http://ideku.info/ .
Setiadi, Elly,M.,2012,Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,(edisi II),Kencana,Jakarta.
Tugas Makalah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar :Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum Halaman : 22