mKalaH iSbD
-
Upload
dickypermana083091 -
Category
Documents
-
view
65 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of mKalaH iSbD

BAB I
PENDAHULUAN
-1.1 Latar Belakang
—-Keluarga berencana (KB) adalah program nasional yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga khususnya,
serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara membatasi dan
menjarangkan kehamilan.1,2
—-Masalah yang akan dihadapi oleh keluarga yang memiliki anak dalam jumlah
banyak terutama disertai tidak diaturnya jarak kelahiran adalah peningkatan
risiko terjadinya pendarahan ibu hamil pada trimester ketiga, angka kematian bayi
meningkat, ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan anaknya,
serta terganggunya proses perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan
kurang gizi, berat badan lahir rendah (BBLR) dan lahir prematur.3
—-Proyeksi penduduk telah dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan
perkiraan penduduk Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Laju
pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1971-1980 adalah 2,30%, tahun 1980-
1990 adalah 1,97%, tahun 1990-2000 sebanyak 1,49% dan tahun 2000-2005 adalah
1,3%. Hal ini menujukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk
Indonesia. Sedangkan laju pertumbuhan di Provinsi Riau berturut-turut untuk
tahun yang sama adalah 3,11%, 4,25%, 4,22%, 4,35%, dan 4,05%. Hal ini
menunjukkan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau masih jauh lebih tinggi
dari laju pertumbuhan penduduk Indonesia.4
—-Revitalisasi program KB perlu dilakukan, karena dalam lima tahun terakhir
pertumbuhan akseptor (pengguna) KB baru hanya berkisar antara 0,3 persen
sampai 0,5 persen. Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menargetkan pertumbuhan akseptor KB aktif minimal satu persen mulai 2007.
Pada 2006, jumlah akseptor KB aktif tercatat sebanyak 37.000. Dengan revitalisasi

program KB yang dimulai akhir Juni lalu, diharapkan jumlah akseptor aktif
mencapai 40.000 pada akhir 2007. Bila revitalisasi program KB tidak segera
dilakukan, Indonesia terancam pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali.5
—-Jumlah akseptor baru KB berdasarkan alat kontrasepsi di Provinsi Riau tahun
2007 sebanyak 90.197 orang (67,16%) dari target 134.300 orang. Akseptor baru
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 5.656 orang dan non MKJP
sebanyak 84.541 orang.6
—-Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya tahun 2007
sebanyak 81.689 orang yang terdiri dari pria 48.191 orang dan wanita 33.498
dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 17.822 orang. Dari semua
PUS yang ada, akseptor KB aktif MKJP sebanyak 2.131 orang dan non MKJP
sebanyak 12. 464 orang. Akseptor baru KB sebanyak 1.388 orang (63,17%) dari
target 2.197 orang, target MKJP hanya tercapai 30,29% (128 orang) dari 423 orang
dan target non MKJP 71,02% (1.260 orang) dari 1.774 orang. Akseptor baru pria
sebanyak 60 orang (4,32%) dari 2.197 orang akseptor baru, dimana seluruh
akseptor ini merupakan akseptor non MKJP.6
—-Berdasarkan Human Development Report tahun 2006 masih rendahnya angka
cakupan KB-MKJP dikarenakan masih sangat rendahnya tingkat pengetahuan
PUS tentang metode kontrasepsi jangka panjang. Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan wanita kawin yang mengetahui
metode Mini Operasi Wanita (MOW) sebesar 63 persen dan metode Mini Operasi
Pria (MOP) sebesar 39 persen, sedangkan pria kawin yang mengetahui metode
MOW 44 persen dan MOP sebesar 31 persen. Bandingkan dengan pengetahuan
mereka tentang metode kontrasepsi modern lainnya seperti Pil, Suntik, IUD, dan
kondom yang sudah mencapai rata-rata diatas 80 persen.7
—-Hal tersebut juga didukung dengan angket prepenelitian yang penulis lakukan
terhadap pengunjung Puskesmas Harapan Raya, dan didapatkan hanya 5%

pengunjung yang mengetahui tentang KB-MKJP. Sedangkan 95% lainnya tidak
mengetahui tentang KB-MKJP.
—-Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Penanggung
Jawab Program KB di Puskesmas Harapan Raya, penulis menilai masih diperlukan
suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan KB MKJP di Puskesamas Harapan
Raya dengan mensosialisasikan KB-MKJP sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan angka cakupan akseptor KB-MKJP.
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan Umum
Peningkatan mutu sosialisasi KB-MKJP di Puskesmas Harapan Raya tahun
2008.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Teridentifikasinya masalah-masalah yang ada pada masing-masing program
di Puskesmas Harapan Raya
2. Teranalisanya setiap permasalahan yang ada pada masing-masing program
di Puskesmas Harapan Raya
3. Diketahuinya prioritas masalah dari permasalahan yang ada pada masing-
masing program di Puskesmas Harapan Raya melalui metode skoring
4. Diperolehnya penyebab timbulnya masalah belum optimalnya kegiatan
sosialisasi KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya
5. Diperolehnya alternatif pemecahan masalah untuk mengoptimalkan
kegiatan sosialisasi KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya
6. Terlaksanakannya upaya pemecahan masalah dalam rangka peningkatan
mutu kegiatan sosialisasi KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya
7. Terevaluasinya kegiatan pemecahan masalah belum optimalnya kegiatan
sosialisasi KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
—-2.1 Konsep Dasar KB
—- Gerakan KB Nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan
mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia. Tujuan
gerakan KB Nasional adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang
menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.
—-Aseptor KB (peserta keluarga berencana/family planning participant) ialah PUS
yang mana salah seorang menggunakan salah satu cara/ alat kontrasepsi untuk
pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program.
2.2 Konsep Pelayanan Keluarga Berencana di Puskesmas
—-Tujuan umum dari program KB adalah menurunkan angka kelahiran dan
meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarganya akan berkembang
Norama Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Sasaran dalam program ini
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ditetapkan berdasarkan survei PUS yang
dilaksanakan sekali dalam satu tahun dan pelaksanaannya di koordinasikan oleh
Petugas Lapangan KB (PLKB).1,2,5,6
—-Ruang lingkup dalam program KB terdiri dari:7,8
1. Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun di masyarakat
(pada saat kunjungan rumah, posyandu, pertemuan dengan kelompok
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, dasawisma dan sebagainya). Termasu
ke dalamnya kegiatan penyuluhan ini adalah konseling untuk PUS.

2. Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi, memberikan pelayanan
pengobatan efek samping KB.
3. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para dukun bersalin. Dukun
diharapkan dapat bekerjasama dengan Puskesmas dan bersedia menjadi
motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun.
2.3 Manfaat Keluarga Berencana
—-Manfaat yang didapatkan apabila mengukuti program keluarga berencana
antara lain :9
1. Menekan angka kematian akibat berbagai masalah yang melingkupi
kehamilan, persalinan dan aborsi yang tidak aman.
2. Mencegah Kehamilan terlalu dini (tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh;
belum cukup matang dan siap untuk dilewati oleh bayi. Lagipula, bayinya
pun dihadang oleh risiko kematian sebelum usianya mencapai 1 tahun)
3. Mencegah kehamilan terjadi di usia tua.
—-Perempuan yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan
terancam banyak bahaya. Khususnya bila ia mempunyai problema-problema
kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan.
1. Menjarangkan Kehamilan
—-Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh
perempuan. Kalau ia belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi,
tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga
bahaya kematian, menghadang.
2. Terlalu sering hamil dan melahirkan
—-Perempuan yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian
akibat pendarahan hebat dan macam-macam kelainan lain, bila ia terus saja hamil
dan bersalin lagi. 9

2.4 Konsep Dasar Kontrasepsi
—-Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu
dapat bersifat sementara dan permanen. Kontrasepsi ideal harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :2
1. Dapat dipercaya
2. tidak menimbulkan efek yang menganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6. Mudah pelaksanaannya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan.
2.5 Jenis Kontrasepsi
2.5.1 Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
—-Metode kontrasepsi Jangka Panjang merupakan kontrasepsi yang dapat
bertahan antara 3 tahun sampai seumur hidup. Seperti IUD, Implant/susuk KB,
Steril pada pria/wanita.1,2
A. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
—-Ada beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah
pembuahan sel telur oleh sperma. Biasanya alat ini disebut spiral, atau dalam
bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD. Spiral bisa bertahan dalam
rahim dan terus menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. setelah itu
harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah
plastik, atau plastik bercampur tembaga.6,7
—-Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui hubungan
seksual, termasuk HIV/AIDS. Selain itu spiral akan memperparah penyakit,

menyebabkan komplikasi-komplikasi serius, umpamanya radang mulut rahim yang
bisa membuat pasien kehilangan kesuburan (mandul). Cara kerjanya adalah
sebagai berikut :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
—-Keuntungan penggunaannya adalah sebagai berikut :
1. Memilki efektivitas tinggi (6 kegagalan dalam 1000 kehamilan)
2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti)
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir )

11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik
—-Kerugian penggunaannya adalah : 10
Efek samping yang umum terjadi adalah sebagai berikut :
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan berkurang
setelah tiga bulan )
Haid lebih lama dan banyak
Perdarahan antar menstruasi
Saat haid lebih sakit
Komplikasi lain :
Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
Perdarahan berat pada waktu haid
Perforasi dinding uterus
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR
B. Kontrasepsi Mantap
—-Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan
cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran
sperma (pada lelaki). Kontap adalah salah satu cara kontrasepsi untuk mengakhiri
kelahiran. Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap
Pria dan Kontap Wanita.10
MOW (metoda operasi wanita)

—-MOW adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri,
yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel
telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi
kahamilan. Keuntungan MOW : 10
- Tidak ada efek samping dan perubahan dalam fungsi dan hasrat seksual
- Dapat dilakukan pada perempuan umur diatas 26 th
- Tidak mempengaruhi ASI ( air susu ibu )
- Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
- Dapat digunakan seumur hidup
- Tidak menggangu kehidupan suami isteri
- Tidak mempengaruhi kehidupan suami isteri
- Dapat dilakukan dengan menggunakan bius lokal
Keutungan dari Kontap di bandingkan kontrasepsi yang lain adalah : 10
- Lebih Aman ( keluhan lebih sedikit )
- Lebih Praktis ( hanya memerlukan satu kali tindakan )
- Lebih Efektif ( tingkat kegagalan sangat kecil )
- Lebih Ekonomis
Langkah-langkah persiapan pelayanan Kontap Wanita (MOW) adalah :
Sebelum menjalani tindakan, lakukan puasa mulai tengah malam, atau sekurang-
kurangnya 6 jam sebelum operasi.

1. Mencukur rambut kemaluan dan rambut di perut bagian bawah antara
pusar dan tulang kemaluan sampai bersih.
2. Tidak memakai perhiasan , kosmetik, cat kuku dan lain-lain.
3. Bawalah surat persetujuan dari suami yang telah di tandatangani atau di
cap jempol.
4. Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu.
5. Datang ke klinik tempat operasi tepat pada waktunya ditemani oleh suami
atau anggota keluarga yang telah dewasa , langsung segera melapor ke
petugas
Akseptor telah selesai menjalani pemasangan kontap wanita/MOW harus
melakukan hal sebagai berikut : 10
1. Istirahat secukupnya
2. Minumlah obat sesuai dengan anjuran
3. 7 hari setelah pemasangan tidak bekerja berat, kemudian secara bertahap
boleh bekerja seperti biasa
4. Perawatan luka , bekas luka operasi harus selalu bersih dan kering
5. Kalau ada keluhan, muntah yang hebat, nyeri perut, sesak napas,
pendarahan, demam, segera kembali ke tempat pelayanan terdekat
6. Persetubuhan boleh dilakukan setelah 1 minggu ( setelah luka kering )
7. Tidak ada pantangan makanan
8. Kontrol untuk pemeriksaan diri setelah 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, dan
setahun, atau bila ada keluhan.
MOP (metoda operasi pria)
MOP adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran mani sebelah kanan dan
sebelah kiri sehingga pada waktu senggama tidak dapat menyebabkan kehamilan.
Keuntungan dari kontap pria adalah :
- Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi

- Dapat digunakan seumur hidup
- Tidak menggannggu kehidupan suami isteri
Syarat untuk mendapatkan pelayanan kontap pria adalah : 10
1. Dilakukan atas permohonan pasangan suami isteri yang syah , tanpa
paksaan dari pihak lain dalam bentuk apapun , telah dianugerahkan 2 orang
anak dengan umur anak terkecil sekitar 2 tahun dengan mempertimbangkan
umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun.
2. Setiap calon peserta Kontap Pria harus memenuhi syarat kesehatan, artinya
tidak menemukan hambatan atau kontradiksi untuk menjalani kontap.
Nasehat yang diberikan setelah tindakan dilakukan antara lain : 10
1. Istirahatkan satu sampai dua hari
2. Jagalah luka bekas operasi jangan sampai terkena air atau kotoran
3. Pakailah celana dalam yang bersih
4. Minumlah obat yang diberikan sesuai dengan anjuran.
5. Kembali memeriksakan diri ke klinik setelah satu minggu
C. Implant atau susuk
—-Merupakan alat kontrasepsi yang terdiri dari 6 tube kecil dari plastik dengan
panjang masing-masing 3cm. Hormon yang dikandung dalam susuk ini adalah
progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen
yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak dan, dengan
demikian menyebabkan terjadinya menstruasi.12
—-Alat KB yang ditempatkan di bawah kulit ini efektif mencegah kehamilan
dengan cara mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya.
Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh
darah. Susuk KB bekerja efektif selama 5 tahun. Jika dalam waktu tersebut si
pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk dapat segera diangkat. Tapi jika

tidak, si pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain. Hanya
sesekali ia perlu memeriksakan kesehatan ke dokter atau bidan yang memasangkan
susuk tersebut. 12
—-Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini
lebih sedikit. Namun demikian, efek sampingan yang dibawanya tetap ada. Oleh
karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi
kesehatannya terlebih dulu kepada dokter. Selain itu hanya dokter dan petugas
medis yang terlatih, yang dapat memasangkan susuk KB ini. 12
—-Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai pemasangan susuk KB ini adalah:12
1. AKBK atau susuk disusupkan dibawah kulit lengan kiri bagian atas. Hal ini
tergantung pada kebiasaan kita yang umumnya lebih banyak menggunakan
tangan kanan dibanding tangan kiri. Oleh karena itu, bagi mereka yang
kidal dianjurkan untuk memasang susuk di bawah kulit lengan kanan
bagian atas.
2. Cara menyusupkan susuk ini adalah dengan sedikit menyayat kulit, maka
sebelumnya pemakai akan dibius lokal terlebih dahulu untuk mengurangi
rasa sakit.
3. Susuk dipasang pada waktu menstruasi atau haid. Atau dapat juga setelah
40 hari melahirkan.
4. Setelah susuk dipasang, luka bekas sayatan harus dijaga tetap bersih dan
kering, tidak boleh kena air selama 5 hari.
5. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter atau bidan terlatih; 1 minggu
setelah susuk dipasang, dan setelah itu 1 tahun sekali selama pemakaian.
6. Sesudah 5 tahun, susuk harus diambil dan diganti dengan yang baru.
—-Pasien dianjurkan untuk segera pergi kerumah sakit/klinik/petugas kesehatan
lainnya jika: 12
1. Luka bekas pemasangan berdarah atau membengkak (infeksi).
2. Terjadi pendarahan yang banyak sekali, lebih hebat dari haid.

3. Sakit Kepala berat dan mata berkunang-kunang.
4. Terlambat haid disertai tanda-tanda kehamilan misalnya pusing, mual dan
muntah-muntah (risiko kegagalan 2:1000).
2.5.2 Metoda Non-Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)
A. Pil Kombinasi
—-Pil kombinasi sangat efektif bila digunakan setiap hari, jika penggunaan
dihentikan maka kehamilan dapat terjadi. Pada bulan-bulan pertama pemakaian
mungkin dapat menimbulkan efek samping, antara lain :
1. Mual
2. Perdarahan
3. Keputihan diantara masa haid
4. Kenaikan berat badan
5. Sakit kepala.
—-Semua gejala ini tidak berbahaya dan cukup man untuk hampir semua wanita
karena efek samping jarang terjadi. Keuntungan lain dari metoda ini adalah dapat
digunakan wanita berbagai golongan umur, baik yang sudah maupun yang belum
mempunyai anak.
B. Suntik KB
—-Sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila dilakukan secara rutin dan
teratur setiap 1 bulan atau 3 bulan (sesuai dengan jenis suntikan KB yang
diberikan). Bila berhenti memakai cara KB ini, kehamilan dapat segera terjadi.
Aman digunakan pada masa menyusui, setelah 6 minggu setelah melahirkan.
Membantu mencegah kanker rahim, mencegah kehamilan di luar rahim. Efek
samping yang mungkin terjadi pada pemakaian suntik KB antara lain :
1. Perdarahan ringan diantara 2 masa haid
2. Setelah pemakaian satu tahun sering tidak mengalami haid

3. Kenaikan berat badan juga biasa terjadi atau timbul sakit kepala ringan
C. Pil Progestin
—-Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui dan ingin menggunakan pil, mulai
diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan. Jika digunakan pada masa
menyusui, biasanya terjadi perubahan pola haid terutama Keputihan diantara
masa haid.
D. Kondom
—-Selain mencegah kehamilan juga dapat melindungi terhadap infeksi penyakit
menular seksual (PMS) termasuk HIV / AIDS. Kondom mudah digunakan dan
efektif bila apabila penggunaannya benar. Beberapa pria merasa bahwa kondom
mengganggu hubungan seks dan mengurangi kenikmatan.
E. Metode Sederhana/ Vaginal
—-Spermisid/tissu KB, diafragma dan kap, merupakan cara KB yang dapat
dipakai sendiri oleh wanita. Penggunaannya adalah dengan memasukkan ke dalam
vagina setiap akan melakukan hubungan seks. Efektif bila digunakan secara benar.
Cara ini juga dapat membantu mencegah penyakit menular seksual.
F. Sistem Kalender
—-Wanita harus mengetahui masa subur wanita dalam siklus haidnya. Yang
dimaksudkan dengan sistem kalender adalah mengatur jadwal berhubungan
seksual dimana hubungan seksual tidak dilakukan pada masa subur (masa subur
diperkirakan dengan indicator jadwal menstruasi). Namun pada kenyataannya
cara ini sering kurang efektif dan diperlukan kerjasama yang baik dengan
pasangan, karena sulit untuk menghindari hubungan seksual untuk waktu yang
lama. Tidak ada efek samping fisik dan cara ini dianjurkan apabila cara KB lain
sulit dipergunakan pada waktu menderita demam, infeksi vagina, setelah
melahirkan atau pada waktu menyusui.

G. Metode LAM (Lactational Amenorrhoe Methode) / Pemberian Asi
—-Cara KB melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi dari 0 s/d 4 bulan tanpa
makanan tambahan). Seorang wanita menyusui dikatakan menggunakan metoda
LAM, bila :
Menyusui secara penuh atau bayinya tidak mendapat makanan tambahan,
ibu sering memberikan ASI, siang dan malam.
Belum mendapat haid
Bayinya belum berumur 6 bulan.
Wanita sebaiknya sudah merencanakan penggunaan cara KB lain, bila tidak
menggunakan LAM.
2.6 Permasalahan yang Dihadapi Program Keluarga Berencana
—-Permasalahan yang dihadapi program KB antara lain:
1. Kepercayaan, Pada dasarnya semua kepercayaan yang ada di Indonesia
menerima gagasan dari KB walaupun terdapat erbedaan pandangan tentang
metode pelaksanaan dan alat kontrasepsi yang digunakan.
2. Budaya, seperti faktor pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh
istri belum puas bila tidak memiliki anak perempuan atau lelaki, percaya
banyak anak banyak rezeki, serta anggapan bahwa perempuan yang hamil
dan melahirkan sehingga yang harus menggunakan alat kontrasepsi agar
tidak hamil.
3. Perempuan yang karena kemiskinan dan pendidikan rendah terpaksa
menikah pada usia muda
4. terbatasnya alat kontrasepsi yang dapat digunakan pria
5. Dengan adanya alat-alat kontrasepsi yang dapat mencegah terjadinya
kehamilan terutama kondom yang dapat membantu mencegah penyakit
kelamin, dikhawatirkan akan semakin banyaknya praktek prostitusi di
masyarakat.

6. Adanya efek samping atau masalah kesehatan akibat penggunaan alat
kontrasepsi.
2.7 Sosialisasi
—-Sosialisasi adalah penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan)
dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain
(aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Isi informasi
yang disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada tujuan program.7
—-Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi
kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi
terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat, dan kedua memungkinkan
lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi
saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.
—-Fungsi sosialisasi adalah mengalihkan segala macam informasi yang ada dalam
masyarakat tersebut kepada anggota-anggota barunya agar mereka dapat segera
dapat berpartisipasi di dalamnya.7
—-Sosialisasi dapat dilakukan melalui tiga metode berikut ini.7
1. Komunikasi tatap muka seperti pertemuan warga (musyawarah dusun,
musyawarah desa), kunjungan rumah, kunjungan ke tempat-tempat
berkumpulnya warga, lokakarya dalam rangka CAP, rapat evaluasi.
2. Komunikasi Massa seperti penyebarluasan leaflet, pamflet, poster, komik,
newsletter, dan pemutaran film.
3. Pelatihan Pelaku seperti pelatihan untuk Panitia Perencana, Juru Ukur,
Pengawas Konstruksi, dan Tukang.
—-Proyek peningkatan mutu dimulai dengan melakukan observasi, wawancara dan
melihat data sekunder. Metode yang digunakan dalam proyek peningkatan mutu
ini adalah metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA cycle) yang didasari atas

masalah yang dihadapi (problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem
solving).
—-Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada
tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini
dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”
The Deming Wheel”. PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu
proses atau sistem.
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu:
a. Plan
1. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pengguna jasa pelayanan, dan
harapan pengguna jasa pelayanan tersebut melalui analisis suatu proses
tertentu.
2. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat
dalam prose tersebut.
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
–3. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan
dinamika proses
Teknik yang digunakan : observasi
Mengunakan alat ukur seperti wawancara
–4. Fokus pada peluang peningkatan mutu
Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan

Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara
kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
–5. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
Menyimpulkan penyebab masalah
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
Alat yang digunakan : fish bone analysis ishikawa
–6. Menemukan dan memilih penyelesaian
Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah
Teknik yang dapat digunakan : brainstorming
b. Do
--1. Merencanakan suatu proyek uji coba
Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
Merencanakan rencana kegiatan (plan of action)
–2. Melaksanakan Pilot Project
—-Pilot Project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (± 2
minggu)
c. Check
–1. Evaluasi hasil proyek
Bertujuan untuk efektivitas proyek tersebut
Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang
dikumpulkan dan teknik pengumpulan data harus sama)
Teknik yang digunakan: observasi dan survei
Alat yang digunakan: kamera dan kuisioner

–2. Membuat kesimpulan proyek
Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas
d. Action
–1. Standarisasi perubahan
Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
Revisi proses yang sudah diperbaiki
Modifikasi standar, prosedur dan kebijakan yang ada
Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan dan suplier atas perubahan
yang dilakukan.
Lakukan pelatihan bila perlu
Mengembangkan rencana yang jelas
Dokumentasikan proyek
–2. Memonitor perubahan
Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur
Alat untuk dokumentasi
—
BAB III

KEGIATAN PENINGKATAN MUTU SOSIALISASI KB-MKJP
DI PUSKESMAS HARAPAN RAYA
—-
3.1 Plan (Perencanaan)
3.1.1. Deskripsi Keadaan
Harapan Raya memiliki beberapa program, salah satu diantaranya adalah
program KIA-KB. Program KIA-KB ini memiliki satu orang petugas yang
bertanggung jawab. Dalam program KB ini memiliki beberapa elemen kegiatan
diantaranya memberikan penerangan kepada PUS mengenai manfaat KB, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan angka cakupan akseptor KB. Tapi di Puskesmas
Harapan Raya sendiri angka cakupan ini belum mencapai target yakni hanya 30 %.
Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi tentang KB MKJP itu sendiri. Dapat
dilihat dari kurangnya media informasi yang tersedia seperti tidak adanya poster,
folder dan kegiatan penyuluhan-penyuluhan tentang KB MKJP ini.
3.1.2 Identifikasi Masalah
—-Proses identifikasi masalah didapatkan melalui:
1. Observasi
2. Wawancara dengan Kepala Puskesmas serta staff yang bertanggung jawab
terhadap bagian atau program KB di Puskemas Harapan Raya.
3. Data sekunder mengenai laporan evaluasi program Puskesmas Harapan
Raya tahun 2007, khususnya mengenai program KIA-KB.
3.1.3 Penentuan Prioritas Masalah

Setelah melakukan brain storming bersama Kepala Puskesmas, dokter
penanggung jawab serta staff Puskesmas Harapan Raya pada tanggal 6 Juni 2008,
didapatkan beberapa masalah di Puskesmas Harapan Raya. Kemudian dilakukan
konfirmasi terhadap permasalahan yang ditemukan serta beberapa faktor yang
diduga sebagai penyebab, lalu diperoleh kritik dan saran, baik dari pimpinan
maupun staff Puskesmas, yang digunakan untuk menyaring masalah yang
ditemukan.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan ditetapkan satu prioritas
masalah dengan metode scoring yang menggunakan pertimbangan 4 aspek yaitu:
1. Urgensi/kepentingan
ü nilai 1 tidak penting
ü nilai 2 penting
ü nilai 3 sangat penting
2. Solusi
ü nilai 1 tidak mudah
ü nilai 2 mudah
ü nilai 3 sangat mudah
3. Kemampuan merubah
ü nilai 1 tidak mudah
ü nilai 2 mudah
4. Biaya

ü nilai 1 tinggi
ü nilai 2 sedang
ü nilai 3 rendah
3.1.4 Analisis Penyebab Masalah
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan masalah yang menduduki rangking
pertama dengan total bobot 54, yaitu jumlah akseptor KB MKJP tidak mencapai
target. Setelah didapatkan proritas masalah dan dilakukan observasi serta diskusi
dengan penanggung jawab program KB dan Kepala Puskesmas Harapan Raya,
teridentifikasi beberapa penyebab dari jumlah akseptor KB MKJP yang tidak
mencapai target, dilihat dari berbagai segi, yaitu:
3.1.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis masalah, maka langkah selanjutnya adalah
membuat solusi terbaik. Solusi yang diberikan diharapkan dapat mengoptimalkan
cakupan target akseptor MKJP. Alternatif pemecahan masalah dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
3.1.6 Definisi Operasional
—-Definisi operasional yang digunakan dalam proyek peningkatan mutu ini antara
lain:
1. KB-MKJP adalah Jenis Kontrasepsi yang sekali pemakaian dapat bertahan
selama 3 tahun sampai seumur hidup. Jenis kontrasepsi ini diantaranya
adalah IUD/spiral, Implant/susuk, dan Sterilisasi pada pria dan wanita
2. Sosialisasi KB-MKJP adalah Kegiatan mempromosikan tentang KB-MKJP
melalui media promosi seperti poster, folder dan kegiatan penyuluhan yang
dilakukan di Puskesmas maupun di luar Puskesmas oleh dokter muda FK
UNRI.

3. Kuesioner adalah alat untuk mengukur pengetahuan PUS mengenai KB MKJP di
Puskesmas Harapan Raya dengan kriteria pengetahuan baik, sedang dan kurang.
Kuesioner ini disebarkan dalam dua waktu yang berbeda, yaitu kuesioner awal
mulai tanggal 16 Juni-5 Juli 2008 dan kuesioner akhir disebarkan setelah
dilakukan setelah intervensi.
3.2 Do (Implementasi)
Implementasi yang dilakukan dalam proyek peningkatan mutu sosialisasi
metoda kontrasepsi jangka panjang di Puskesmas Harapan Raya ini adalah :
Menyebarkan kuesioner awal untuk menilai tingkat pengetahuan para
pengunjung KIA-KB terhadap KB MKJP dari tanggal 16 Juni-5 Juli 2008.
Hasil kuesiner awal menunjukkan tingkat pengetahuan pengunjung tentang
KB-MKJP kurang yaitu 70%
Tabel 3.5 Hasil Kuesioner Awal
No Penilaian Range Persentase (%)
1
2
3
Baik
Sedang
Kurang
68-100
34-67
0-33
20%
10%
70%
Total 100
Menyebarkan folder mengenai KB-MKJP kepada pengunjung poli KIA-KB,
pengunjung puskesmas secara umum dan PUS di posyandu dari tanggal 24
Juni-5 Juli 2008
Melakukan konseling tentang manfaat dan keuntungan KB MKJP pada
para pengunjung poli KIA-KB dari tanggal 16 Juni-5 Juli 2008
Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB-MKJP
pada acara arisan kader di kantor kelurahan Simpang Tiga pada tanggal 25
Juni 2008

Menyediakan poster tentang KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya pada
tanggal 30 Juni 2008
Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB-MKJP di
Ruang tunggu puskesmas Harapan Raya pada tanggal 2 Juli 2008
Rekomendasi kepada Kepala Puskesmas untuk menambah petugas dan dana
untuk pelaksanaan sosialisasi KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya
Rekomendasi kepada pemegang program KB-MKJP untuk melanjutkan
kegiatan sosialisasi ini
Rekomendasi kepada kelompok koas IKM-IKK berikutnya untuk melakukan
intervensi bila target akseptor KB-MKJP belum tercapai.
3.3 Check (Evaluasi)
Evaluasi yang dilakukan dalam proyek peningkatan mutu sosialisasi metoda
kontrasepsi jangka panjang di Puskesmas Harapan Raya ini adalah :
Tahap evaluasi ini mulai dilaksanakan dari tanggal 7-16 Juli dengan
memberikan kuesioner akhir pada PUS pengunjung ke Puskesmas Harapan
Raya, terutama pengunjung poli KB, dan PUS yang akan melakukan MOW
di rumah sakit PMC.Setelah dilaksanakannya penyuluhan, konseling dan
penyediaan media informasi. Kemudian dilakukan pembagian kuesioner
akhir kepada PUS pengunjung di Puskesmas Harapan Raya. Hasil kuesioner
akhir menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan KB-MKJP meningkat,
dimana pengunjung memiliki pengetahuan kurang menjadi 15%
Diterimanya usulan penambahan tenaga dan alokasi dana khusus untuk kegiatan
sosialisasi KB-MKJP oleh Kepala Puskesmas Harapan Raya.
BAB IV
PEMBAHASAN

Program keluarga berencana (KB) merupakan program yang dicanangkan
pemerintah dengan tujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang
menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.1,2 Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS), terjadinya penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia, namun tidak
demikian halnya dengan laju pertumbuhan Provinsi Riau yang dilaporkan semakin
meningkat.4 Meskipun laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh hal lain
seperti angka kematian dan migrasi (perpindahan) penduduk, angka kelahiran juga
merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya. Oleh sebab, menurut BKKBN
sangat diperlukannya revitalisasi program KB yang selama ini di canangkan
pemerintah.5
Metoda kontrasepsi menurut jangka waktu pemakaiannya dibagi atas dua
kelompok, yaitu metoda kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan metoda
kontrasepsi non-MKJP. Dilihat angka kegagalanya, metoda MKJP dilaporkan
terjadi pada 0-2:1000 pengguna sedangkan metoda non-MKJP dilaporkan terjadi
pada >10:1000 pengguna.10 Dari hal tersebut terlihat bahwa metoda MKJP lebih
efektif untuk dapat mencegah terjadinya kehamilan pada penggunanya. Dari semua
PUS yang ada di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya, akseptor KB aktif MKJP
sebanyak 2.131 orang dan non MKJP sebanyak 12.464 orang. Target MKJP hanya
tercapai 30,29% dan target non-MKJP 71,02%.6 dapat dilihat bahwa masih
tingginya minat PUS di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya untuk
menggunakan metoda non-MKJP dibandingkan dengan menggunakan metoda
MKJP, meskipun sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa metoda MKJP jauh
lebih efektif mencegah kehamilan disbanding dengan metoda non-MKJP.
Setelah dilakukan observasi, wawancara, dan melihat data sekunder yang
ada, diketahui bahwa target cakupan KB-MKJP di wilayah kerja Puskesmas
Harapan Raya belum tercapai, yakni 30 % dari 80 % target yang ditetapkan.6 Hal
ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sosialisasi tentang
KB MKJP ini kepada masyarakat belum dilaksanakan dengan optimal ataupun
metoda yang digunakan sebelumnya belum tepat untuk masyarakat di wilayah

kerja Pusekesmas Haapan Raya. Pernyataan tersebut didukung oleh angket
prepenelitian yang disebar kepada pengunjung Puskesmas Harapan Raya, dimana
95 % pasien memiliki pengetahuan yang kurang tentang KB-MKJP, dan juga dari
angket yang disebarkan ini dapat diketahui bahwa banyak anggapan yang salah
mengenai KB-MKJP, serta tidak dijumpai adanya media informasi seperti poster,
folder, ataupun pelaksanaan penyuluhan mengenai KB-MKJP ini di Puskesmas
Harapan Raya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Hasan
Mustafa bahwa sosialisasi yang benar dapat menghindari terjadinya
kesalahpahaman dan kekeliruan dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan untuk
melaksanakan kegiatan sosialisasi diperlukan metode penyediaaan media informasi
seperti poster, folder.7 Melihat keadaan tersebut maka dirasakan perlu dilakukan
kegiatan peningkatan mutu sosialisasi mengenai KB-MKJP, baik di Puskesmas
sendiri maupun di luar Puskesmas.
Melalui proyek peninkatan mutu ini, diketahui masalah-masalah yang
diperkirakan merupakan penyebab dari kurang optimalnya sosialisasi KB-MKJP
di Puskesmas harapan Raya yaitu kurangnya pengetahuan PUS mengenai KB-
MKJP, kurangnya tenaga dalam hal mensosialisasikan KB-MKJP, tidak tersedia
media informasi mengenai KB-MKJP, tidak adanya alokasi dana khusus untuk
sosialisasi KB khususnya MKJP, dan tidak adanya pelaksanaan penyuluhan
mengenai KB-MKJP.
Kurangnya pengetahuan PUS mengenai KB-MKJP dipikirkan disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya media informasi mengenai KB-MKJP dan
tidak adanya penyuluhan ataupun konseling dari pihak yang berkompeten
mengenai KB-MKJP di Puskesmas Harapan Raya. Dalam proyek peningkatan
mutu sosialisasi KB-MKJP ini, telah dilakukan pengadaan media informasi yang
ditujukan kepada semua pengunjung Puskesmas Harapan Raya, khususnya PUS
yang berkunjung ke poliklinik KIA-KB berupa penyebaran folder dan pemasangan
poster mengenai KB-MKJP, dan kegiatan ini juga disertai dengan pelaksanaan
konseling mengenai KB-MKJP kepada setiap PUS yang berkunjung ke poliklinik
KIA-KB, penyuluhan dalam gedung Puskesmas Harapan Raya dan kegiatan

penyuluhan di luar gedung yaitu di kantor Lurah Simpang Tiga di depan para
kader Posyandu wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya. Dipikirkan bahwa
dengan pengadaan media informasi, kegiatan konseling dan kegiatan penyuluhan
dalam gedung maupun luar gedung dapat memberikan pengetahuan dan informasi
yang benar mengenai KB-MKJP kepada pengunjung Puskesmas Harapan Raya.
Khusus untuk kegiatan penyuluhan kepada kader posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Harapan Raya, diharapkan para kader yang telah mendapat
penyuluhan dapat memberikan pengetahuan dan informasi yang benar mengenai
KB-MKJP saat melaksanakan kegiatannya sebagai kader Posyandu di Posyandu
nantinya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Hasan Mustafa sosialisasi
merupakan kegiatan penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan)
dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain
(aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Isi informasi
yang disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada tujuan program.
Kurangnya tenaga dalam hal mensosialisasikan KB-MKJP dipikirkan juga
sebagai penyebab karena melihat banyaknya kegiatan yang harus dilakukan dan
jumlah tenaga yang tersedia di Puskesmas Harapan Raya. Dalam proyek
peningkatan mutu ini, diusulkan penambahan petugas pelaksanaan sosialisasi KB-
MKJP dan usulan mengenai alokasi dana khusus untuk kegiatan sosialisasi KB-
MKJP kepada Kepala Puskesmas Harapan Raya dengan tujuan agar pelaksanaan
sosialisasi KB-MKJP tidak terkendala.
Dari kuesioner akhir yang disebarkan, diketahui bahwa setelah
dilakukannya upaya-upaya dalam proyek peningkatan mutu ini pengetahui
pengunjung Puskesmas Harapan raya, khususnya PUS meningkat, dimana
didapatkan hanya 15% pengunjung yang masuk dalam kategori pengetahuan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan

Berdasarkan wawancara, observasi, data sekunder di Puskesmas Harapan
Raya didapatkan beberapa masalah berdasarkan pendekatan program yang ada,
diantaranya Sosialisasi KB MKJP belum optimal, belum optimalnya pelaksanaan
ANC, Pengobatan rasional belum berjalan, Alur rujukan ke poli gizi belum
berjalan dengan baik, penyuluhan luar gedung tidak mencapai target, angka
penemuan BTA positif masih rendah, cakupan imunisasi HB-0 masih rendah,
angka kunjugan ke poli gizi masih rendah, alur rujukan ke klinik sanitasi tidak
berjalan dengan baik, kader posyandu yang aktif masih rendah.
Berdasarkan permasalahan yang terindentifikasi di atas, dicari prioritas
masalah berdasarkan sistem skoring dan didapatkan masalah sosialisasi KB MKJP
sebagai prioritas masalah utama.
Kegiatan sosialisasi tentang KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya masih
belum optimal disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah kurangnya
tenaga dalam mensosialisasikan KB MKJP, tidak adanya alokasi dana khusus
untuk sosialisasi KB MKJP, tidak adanya pelaksanaan penyuluhan khusus KB
MKJP, tidak tersedianya media informasi mengenai KB MKJP dan masih
rendahnya pengetahuan PUS tentang manfaat KB MKJP, dimana dari angket
prepenelitian hanya 5 % yang mengetahui tentang KB MKJP.
Oleh karena itu, dilakukan kegiatan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan
baik di Puskesmas maupun di luar Puskesmas, pemasangan poster, penyebaran
folder dan berkoordinasi dengan kepala Puskesmas dan pihak-pihak terkait untuk
mendukung kegiatan sosialisasi ini.
Evaluasi keberhasilan sosialisasi ini, dilakukan kegiatan penyebaran
kuesioner, baik sebelum maupun setelah dilakukan intervensi. Didapatkan hasil
berupa peningkatan pengetahuan PUS yang berkunjung ke Puskesmas Harapan
Raya, dan adanya partisipasi PUS yang mengikuti kegiatan Kontap wanita di RS
PMC. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan sudah

berhasil. Sehingga kegiatan sosialisasi ini dapat dijadikan standarisasi untuk
pelaksanaan kegiatan sosialisasi berikutnya.
5.1 Saran
a. Puskesmas Harapan Raya
Diharapkan kepada Kepala puskesmas dapat mengalokasikan dana dan
menambah petugas dalam kegiatan sosialisasi KB MKJP ini dan kepada
penanggung jawab program KB agar dapat melanjutkan sosialisasi disertai dengan
monitoring dan evaluasi
b. Masyarakat
Diharapkan meningkatnya pilihan masyarakat terhadap metode KB MKJP
ini sehingga diharapkan cakupan akseptor KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya
mencapai target
c. Diharapkan makalah ini bisa menjadi referensi untuk melanjutkan penelitian
mengenai pelaksanaan kegiatan sosialisasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Keluarga Berencana Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka, 1999. 900-24.

2. Prawirohardjo S. Kontrasepsi dalam Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka, 1999. 535-65.
3. BKKBN. Keluarga Berencana. Disitasi dari :
http://www.bkkbn.go.id/hqweb/pria/artik. last update : Januari 2007.
4. Badan Statistik Indonesia. Laju pertumbuhan Penduduk per Tahun
menurut Provinsi. Disitasi dari :
http://www.datastatistik-indonesia.com/componetnt/option,com_tabel/task/
ite,id,164/. Last update : Mei 2008.
5. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Perkembangan
Pencapaian Peserta KB baru Menurut Alat Kontrasepsi. Disitasi dari :
http://www.bkkbn.go.ig/ditfor/download/Data-DESEMBER.2007/. Last
Update : Desember 007.
6. Puskesmas Harapan Raya. Profil Puskesmas Harapan raya tahun 2007.
7. Pusat data dan informasi Departemen Kesehatan Indonsia. Glosarium Data
dan Informasi Kesehatan. 2005
8. Peraturan daerah Pekanbaru no 5 tahun 2004. Restribusi pelayanan dan
Perizinan di Bidang Kesehatan.
9. Azwar S. Manfaat KB. Disitasi dari : http://www.kalbe.co.id
10. BKKBN Provinsi Bali. Pemilihan Jenis Kontrasepsi. Disitasi dari :
http://www.bkkbn-Bali.go.id/hqweb/pria/artik. last update : Januari 2007.