ISBD akhir
-
Upload
nur-indah-arifani -
Category
Documents
-
view
61 -
download
1
Embed Size (px)
description
Transcript of ISBD akhir

MAKALAH ISBD
INDIVIDU KELUARGA DAN MASYARAKAT
PERANAN LINGKUNGAN (INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT)
TERHADAP JERATAN NARKOBA PADA DUNIA REMAJA
OLEH
NUR INDAH ARIFANI
21060110083010
PSD III TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ ”. Penulisan
makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini, khususnya kepada :
1. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan kesuksesan penulis
2. Selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
3. Teman-teman sekelas yang telah menjadi teman diskusi yang menyenangkan
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam
penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Aamiin.
Semarang, 13 Juni 2012
Penulis,

I. Pendahuluan
1. Penyebaran Narkoba di kalangan remaja
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
“narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif.
Narkotika, zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan sebagaimana yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
WHO sendiri memberikan definisi tentang narkotika sebagai berikut:
“Narkotika merupakan suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan
memengaruhi fungsi fisik dan/atau psikologi (kecuali makanan, air, atau
oksigen)”,
Masalah narkoba merupakan masalah nasional dan internasional.
Perkembangan dari hari ke hari sulit untuk diberantas. Menurut hasil penelitian
Dadang Hawari, Irawati Hawari, dan Asmarohadi tahun 1998 terdapat 100
penderita atau pasien, hasilnya setiap penderita ketergantungan narkotika jenis
opiat(heroin) yang diperiksa, ada 9 hingga 10 penderita lainnya (9,72%). Kematian
pada penderita ketergantungan narkotika jenis opiat (heroin) mencapai 17.16%.
Dengan demikian, jika ditemukan satu orang korban narkotika, maka jumlah orang
yang ada disekitarnya diperkirakan adalah 9 atau 10 kalinya. Angka ini pun
didukung oleh WHO. Resiko kematian, baik yang over dosis (OD) atau lainnya
mencapai 17,16%.
Di Indonesia, perkembangan pencandu narkoba semakin pesat. Para
pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya

usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang
mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok.
Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di
kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi
ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah
menjadi pencandu narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami
ketergantungan. Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.
Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat
narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari
bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat
pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat
para orang tua, ormas,pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu
merajarela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih
sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun
dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba.
Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan
Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan
dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.
Menurut kesepakatan Convention on the Rights of the Child (CRC) yang juga
disepakati Indonesia pada tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi
kesehatan reproduksi (termasuk HIV/AIDS dan narkoba) dan dilindungi secara
fisik maupun mental. Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan
kesepakatan tersebut, sudah ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang
mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang dihirup). Anak usia 8 tahun sudah
memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan narkoba dari
beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset
BNN bekerja sama dengan Universitas Indonesia).
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba
oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305.

Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus
narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak. Penyebaran narkoba
menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap
rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat yang
menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya.
Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya narkoba masih
belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU Perlindungan Anak nomor
23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan bahwa Negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan
Anak). Namun perlindungan anak dari narkoba masih jauh dari harapan.1)
Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya
satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah
semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang
melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan komunitas lokal. Adalah sangat penting untuk bekerja
bersama dalam rangka melindungi anak dari bahaya narkoba dan memberikan
alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak
tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima.
Anak-anak membutuhkan informasi, strategi, dan kemampuan untuk mencegah
mereka dari bahaya narkoba atau juga mengurangi dampak dari bahaya narkoba
dari pemakaian narkoba dari orang lain. Salah satu upaya dalam penanggulangan
bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitikberatkan pada
anak usia sekolah (school-going age oriented).

2. Penggolongan jenis-jenis narkoba
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan menghilangkan rasa atau
mengurangi ras nyeri.
Narkotika dibagi dalam beberapa golongan
a. Narkotika Golongan I : berpotensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan.
tidak digunakan untuk terapi. Contoh : heroin , kokain , ganja.
b. Narkotika Golongan II : berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan,
digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir.
Contoh : morfin dan pertidin
c. Narkotika golongan III : berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan
dan banyak digunakan dalam terapi. Contoh : Codein
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
dan menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku,
yang dibagi menurut potensi menyebabkan ketergantungan sebagai
berikut :

a. Psikotropika Golongan I : amat kuat menyebabkan ketergantungan dan
tidak digunakan dalam terapi. Contoh : MDMA ( ekstasi ). LSD dan STP
b. Psikotropika Golongan II : kuat menyebabkan ketergantungan, digunakan
amat terbatas pada terapi. Contoh : amfetamin, metamfetamin. fensiklidin
dan ritalin
c. Psikotropika Golongan III : potensi sedang menyebabkan ketergantungan,
agak banyak digunakan dalam terapi.
Contoh : pentobarbital dan flunitrazepam
d. Psikotropika Golongan IV : potensi ringan menyebabkan ketergantungan
dan sangat luas digunakan dalam terapi.
Contoh : diazepam, klobazam, fenobarbital, barbital, klorazepam
klordiazepoxide dan nitrazepam ( Nipam,pil BK/koplo, DUM,
MG, Lexo,Rohyp )
Bahan adiktif lainnya , yaitu zat / bahan lain bukan narkotika dan
psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak.Tidak tercantum dalam
peraturan perundang-undangan tentang narkotika dan psikotropika. Yang
sering disalah gunakan adalah :
a. Alkohol, yang terdapat pada berbagai minuman keras
b. Inhalasi/ solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat
pada berbagai keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga.
c. Nikotin yang terdapat pada tembakau. 2)

II. Permasalahan
1. Faktor-faktor penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja.
2. Dampak penggunaan narkoba dikalangan remaja.
3. Cara mencegah penggunaan narkoba dikalangan remaja.
4. Peranan lingkungan (individu, keluarga, dan masyarakat) terhadap bahaya
narkoba
III. Pembahasan
1. Faktor-faktor penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.
Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakaian obat-
obatan atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan
penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam
kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang dianjurkan dalam dunia kedokteran
saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus akan mengakibatkan
ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan.
Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mental-
emosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam
jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial
di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih
fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya. Narkoba dapat merusak
potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang “wajar” bagi seseorang dalam
menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup sehari-hari.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat
patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat
banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh

penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka
yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba.
Secara garis besar penyalahgunaan narkoba dapat dikelompokkan kedalam
tiga faktor yang masing-masing factor mempunyai korelasi satu sama lain.
Pertama fakor individu yang dilandasi dengan prilaku yang mudah putus asa dan
kecewa sehingga pelariannya tidak lain adalah dengan berprilaku menyimpang
dengan cara menyalahgunakan narkoba. Kedua faktor lingkungan, baik
lingkungan keluarga maupun social. Ketiga faktor faktor kesediaan narkoba itu
sendiri.
1.Faktor Individu
Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau brfikir panjang
tentang akibatnya di kemudian hari.
Keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.
Keinginan untuk bersenang-senang.
Keinginan untuk dapat diterima dalam satu kelompok (komunitas) atau
lingkungan tertentu.
Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan stimulant (perangsang).
Lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup.
Mengalami kelelahan dan menurunya semangat belajar.
Menderita kecemasan dan kegetiran.
Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini merupakan gerbang ke
arah penyalahgunaan narkoba.
Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-puasnya.
Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan
obat penghilang rasa lapar yang berlebihan.
Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam
lingkungan keluarga atau lingkungan pergaulan.
Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.
Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali tidak akan
menimbulkan masalah.
Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan narkoba.
Tidak dapat atau tidak mampu berkata TIDAK pada narkoba.
2.Faktor Lingkungan
Keluarga bermasalah atau broken home.
Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna
atau bahkan pengedar gelap nrkoba.
Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau
bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap narkoba.
Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).
Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.
Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.
Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan,
perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.
Orang tua yang otoriter,
Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa
pengawasan.
Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.
Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.
Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi,
tidak ada hubungan primer, ketidakacuan, hilangnya pengawasan sosial dari
masyarakat,kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan public yang buruk,
dan tingginya tingkat kriminalitas.
Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.

3.Faktor Ketersediaan Narkoba.
Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakai narkoba
karena :
Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.
Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.
Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasan.
Modus Operandi Tindak pidana narkoba makin sulit diungkap aparat hukum.
Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap.
Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang bisa
membantu bisnis perdagangan gelap narkoba.
Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan
narkoba.
Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar.
Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yagn kuat dan professional.
Bahan dasar narkoba (prekursor) beredar bebas di masyarakat. 3)
2. Dampak penggunaan narkoba di kalangan remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak
dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja
akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena
itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau
bahkan hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan
gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan
itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong
menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba
yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.

Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja
tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari
pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber
daya manusia bagi bangsa.
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan
mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada
sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati
dan ginjal.
Dampak penyalagunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada
jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis, maupun sosial seseorang.
Dampak fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti : kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti : Infeksi
akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penahan ( abses), alergi, eksim.
4. Gangguan pada paru-paru ( pulnomer) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafa, pengerasan jaringan paru-paru.
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.

6. Dampak terhadapkesehatan reproduksi aadalah gangguan padaendokrin, seperi :
seperti penurunan funsi hormone reproduksi ( estrogen, progesterone,
testosterone), serta gangguan fungsi seksual.
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketikaturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid).
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secaara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan
HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis
bisa menyebakan kematian
Dampak Psikis :
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang, dan gelisah.
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, penghayal, penuh curiga.
3. Agitatif, menjadi ganas, dan tingkah laku yang brutal.
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
5. Cendrung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan
sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan
psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orangtua, mencuri, pemarah, manipulative, dll. 4)

3. Cara mencegah penggunaan narkoba dikalangan remaja.
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi
pemimpin-pemimpin di negeri tercinta ini. Apa jadinya Negara di masa yang akan
datang kalau dipimpin oleh para pengguna narkoba? Tak dapat dibayangkan,
betapa akan hancurnya Negara dan Bangsa kita. Maka kesadaran remaja untuk
menjauhi narkoba sangatlah perlu diutamakan. Kesadaran untuk tidak
menggunakan narkoba secara salah akan menyelamatkan dari dunia yang tak
berwarna.
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja
menyalahgunakan narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus
penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu :
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,
penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga,
dimana upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba melaui orang tua yaitu
dengan cara menyadarkan para orang tua bahwa penyalahgunaan narkoba bisa
mengenai siapa saja, termasuk anak-anak yang berperilaku manis. Orang tua
harus waspada dan mampu mendeteksi secara dini perilaku anak-anaknya dengan
mempelajari gejala-gejala penyalahgunaan narkoba serta cara
penanggulangannya. Dan disertai juga dengan mengembangkan pola asuh
otoritatif, menghormati hak anak, menyayangi, terbuka dan berkomunikasi
dengan anak, serta mengembangkan penalaran moral anak. Instansi pemerintah,
seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan
dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang
ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.

2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal
(initialintake)antara 1 – 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental,
dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk
melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan
dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara
3-12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase
sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu
mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya
berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan,
mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
Upaya pencegahan untuk kalangan remaja sendiri,
Hindarilah perbuatan dan kebiasaan merokok, dan minum-minum keras.
Siapkan mental/ diri untuk menolak apabila ditawari narkoba.
Hati-hati dalaam memilih teman bergaul karena teman yang baik, tidak
akan menjerumuskan pada hal-hal yang tidak baik.
Harus berana mengatakan “Tidak” apabila ditawari narkoba dengan alasan
yang tepat, dan kalau memaksa … tinggalkan tempat itu.
Tingkatkan prestasinya untuk mewujudkan ccita-cita dan kembangkan
bakat yang ada demi masa depan

Lakukan kegiatan-kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luangmu
dengan menyalurkaan hobby dan dapat membuat lebih mandiri.
Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat dilakukan adalah
melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan
penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak
secara rutin,
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada pelajar, Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak
ke dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan
yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka
jalani.Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan
sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-
waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di
atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut,
sehingga harapan kita untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan tangguh di
masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik. 5)
4. Peranan lingkungan (individu, keluarga, dan masyarakat) terhadap bahaya
narkoba
Membangun remaja yang bebas dari penyalahgunaan narkoba harus
didasarkan pada pencermatan terhadap karakteristik pengguna narkoba sekaligus
tindakan yang melatarbelakanginya. Menurut analisis Dr. Graham Blaine
(psikiater), penyebab seseorang mengkonsumsi narkoba tidak hanya berasal dari
keinginan individu itu sendiri akan tetapi juga berasal dari lingkungan sekitarnya.
Semuanya itu jelas akan memburamkan masa depan keluarga, masyarakat dan
bangsa termasuk masa depan remaja itu sendiri. Logika yang dapat ditarik sangat
sederhana. Remaja yang menyalahgunakan narkoba sudah menjadi generasi yang
rusak dan sulit dibenahi. Tubuhnya tidak lagi fit dan fresh untuk belajar dan

bekerja membantu orangtua, sementara mentalnya telah dikotori oleh niat buruk
untuk mencari cara mendapatkan barang yang sudah membuatnya kecanduan.
Selanjutnya dan beberapa studi yang pernah dilakukan, karakteristik pengguna
narkoba biasanya adalah remaja-remaja yang "bermasalah". Bermasalah disini
artinya memiliki beban mental/kejiwaan yang menurut mereka sangat berat dan
sulit untuk ditanggung. Misalnya terlalu sering dimarahi orangtua, tidak disukai
lingkungan, merasa bersalah karena orangtuanya bercerai, tidak mendapat kasih
sayang, prestasi belajar jelek, merasa diremehkan teman yang membuat sakit hati,
merasa kurang percaya diri dan sebagainya.
Keinginan yang besar ini sedikit banyak dipengaruhi oleh sedikitnya pengetahuan
mereka tentang narkoba, membuat mereka rapuh dan terjebak dalam lingkaran
yang menghancurkan. Bagaimana menangkalnya?
Ada tiga langkah penting yang perlu dicoba untuk membangun remaja masa depan
yang bebas narkoba.
Pertama, dalam lingkungan keluarga, orangtua berkewajiban memberikan
kasih sayang yang cukup terhadap para remajanya. Mereka tidak boleh cepat
marah dan main pukul tatkala sang remaja melakukan kesalahan baik dalam
tutur kata, sikap, maupun perbuatannya, tanpa diberi kesempatan untuk
membela diri. sebaliknya, orangtua harus bersikap demokratis terhadap
anaknya. Anak harus diposisikan sebagai insan yang juga membutuhkan
penghargaan dan perhatian. Tidak cukup hanya diperhatikan kebutuhan
fisiknya, tetapi juga kebutuhan psikisnya. Sehingga komunikasi yang hangat
antara orangtua dan anak-anaknya menjadi langkah utama yang jitu untuk
menjalin hubungan yang harmonis agar sang remaja menjadi tenteram dan
nyaman tinggal di rumah. Jadi mereka tidak membutuhkan pelampiasan atau
pelarian di luar rumah tatkala menghadapi persoalan yang rumit.

Kedua, dalam lingkungan sekolah, pihak sekolah berkewajiban memberikan
informasi yang benar dan lengkap tentang narkoba sebagai bentuk antisipasi
terhadap informasi serba sedikit namun salah tentang narkoba yang selama ini
diterima dari pihak lain. Pihak sekolah juga perlu mengembangkan kegiatan
yang berhubungan dengan penanggulangan narkoba dalam rangka mencegah
dan mengatasi meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, seperti
melakukan pembinaan dan pengawasan secara rutin terhadap siswa baik
dengan melibatkan pihak lain (kepolisian, komite sekolah, orangtua),
menggiatkan kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat, serta mengembangkan
suasana yang nyaman dan aman bagi remaja untuk belajar.
Di samping itu pihak sekolah perlu berupaya keras "mensterilkan" lingkungan
sekolah dari peredaran dan penyalahgunaan narkoba, dengan tidak
membolehkan sembarang orang memasuki lingkungan sekolah tanpa
kepentingan yang jelas dan mencurigakan sekolah dari peredaran dan
penyalahgunaan narkoba, dengan tidak memperbolehkan sembarangan orang
memasuki lingkungan sekolah tanpa kepentingan yang jelas dan mencurigakan.
Ketiga, dalam lingkungan masyarakat, para tokoh agama, perangkat
pemerintahan di semua tingkatan mulai dari Presiden, Gubernur, Bupati,
Camat, Lurah, hingga RT dan RW perlu bersikap tegas dan konsisten terhadap
upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dilingkungannya masing-masing
yang didukung penuh oleh phak keamanan dan kepolisian. Mereka perlu terus
menerus memberi penyadaran pada seluruh warga masyarakat akan bahaya
mengkonsumsi narkoba tanpa indikasi medik dan pengawasan ketat dari dokter
dalam rangka penyembuhan. Khusus para tokoh masyarakat dan tokoh agama
tidak boleh mengenal lelah dan bosan menanamkan norma-norma dan
kebiasaan yang baik sebagai warga masyarakat, baik dalam hubungannya
dengan sesama manusia maupun dengan Tuhannya.
Ketiga langkah di atas adalah sebuah langkah formal dan normatif. Namun
layak untuk diimplementasikan. Karena tiga lingkungan tersebut yang menjadi
wilayah sehari-hari remaja ketika mencari jati dirinya.
Remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan menentukan masa depan

keluarga, masyarakat dan negara. Sebagai generasi penerus, remaja harus
memiliki motivasi kuat untuk belajar dan terus belajar agar kelak akan mampu
menjadi generasi yang tidak saja sehat, cerdas dan terampil, tetapi juga
bertaqwa. Kita harus mengambil langkah, agar keterbelakangan dan
keterpurukan bangsa ini tidak semakin dalam ke depannya karena remaja yang
nantinya menjadi pilar tak lagi punya harapan.6)

IV. Kesimpulan
1. Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja secara umum antara lain : Faktor
individu, factor lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial, dan
factor ketersediaan narkoba.
2. Kebiasaan menggunakan narkoba di kalangan remaja amat membahayakan baik
ditinjau dari segi pendidikan maupun kesehatan serta sosial ekonomi. Dipandang dari
segi pendidikan sudah jelas bahwa hal ini akan mengganggu pelajarannya, sedangkan
dari segi kesehatan akibat kebiasaan menggunakan narkoba akan menyebabkan
berbagai penyakit ,dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS,
Hepatitis, Herpes, TBC, dll.).
3. Untuk menanggulangi dan mencegah penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja
perlu dilakukan pendekatan yang bersifat menyeluruh (Holistic) terutama di
lingkungan keluarga dan sekolah selain itu pihak penegak hukum harus senantiasa
mengadakan sosialisai terhadap bahaya narkoba dikalangan remaja secara kontiniu
adapun masyarakat sebaiknya member peranan didalam pencegahan penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkoba terutama dikalangan remaja.

V. Saran
Selalu meningkatkan kerjasama yang berkesinambungan antara pihak keluarga,
sekolah dan aparat penegak hukum / aparat kepolisisan dengan lembaga pemerintah
kementerian dan non kementerian yang berhubungan dengan penanggulangan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
Diharapkan pula seluruh lapisan masyarakat harus saling bahu-membahu untuk
memberantas narkoba. Karena apabila telah terjadi ketergantungan dengan narkoba,
maka akan sulit untuk menghilangkannya. Penjara dan kematiam merupakan taruhan
apabila menjadi pengguna narkoba.
Sekiranya kita semua menjauhi diri dari yang namanya narkoba dan menatap masa
depan yang cerah dengan mengatakan SAY NO TO DRUGS!

1)Galih Pakuan,http://galihpakuan.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=39,diakses
pada tanggal 13 juni 2012 pukul 09:10:03.
2) aksi peduli anak bangsa bebas narkoba, http://www.facebook.com/notes/aksi-peduli- anak-
bangsa-bebas-narkoba/penggolongan-jenis-jenis-narkoba/10150094696383326 ,diakses
pada tanggal diakses pada tanggal 13 juni 2012 pukul 09:20:05.
3) Sumber : “Buku : ADVOKASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA
BNN-RI 2009”, http://www.google.co.id/searchq=Sumber+%3A+%E2%80%9CBuku+
%3A+ADVOKASI+PENCEGAHAN+PENYALAHGUNAAN+NARKOBA+BNN-RI, , diakses
pada tanggal 13 juni 2012 pukul 09:40:01
4) IREN DIRAWAN,http://irendirawan.wordpress.com/2009/04/19/bahaya-penggunaan-
narkoba/ diakses pada tanggal 13 juni 2012 pukul 09:50:10
5)ROMEAL ABDALLA, http://annisa88.wordpress.com/2009/02/03/dampak-narkoba-di-
kalangan-remaja/, diakses pada tanggal 13 juni 2012 pukul 10:20:22
6)RIANNAGATO,http://riannagato77.blogspot.com/2012/01/individu-keluarga-dan-
masyarakat.html, diakses pada tanggal 13 juni 2012 pukul 10:30:17