Post on 30-Jun-2015
I. PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Secara etimologis, Sosiologi berasal dari kata latin, Socius yang berarti kawan dan kata
Yunani Logos yang berarti kata atau yang berbicara. Jadi Sosiologi adalah berbicara mengenai
masyarakat. Bagi Comte, Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umun yang
merupakan hasil akhir dari perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu Sosiologi didasarkan
pada kemajuan yang telah dicapai ilmu pengetahuna sebelumnya.
Pitirim Sorokim mengatakan bahwa Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan
dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (gejala ekonomi dengan agama,
keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi) dengan gejala lainnya (nonsosial).
Berbeda dengan pendapat Rouceke dan Warren yang mengatakan bahwa Sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan kelompok-kelompok. Nah berasarkan uraian di
atas, maka Sosiologi adalah jelas merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat sebagai
ilmu. Ia berdiri sendiri karena telah memiliki unsur ilmu pengetahuan.
Dalam ilmu Sosiologi dipelajari juga mengenai Peran, Status atau kedudukan, Nilai, Norma
dan juga Budaya atau kebudayaan. Kesemuanya ini merupakan hal-hal yang sangat erat kaitannya
dengan ilmu Sosiologi.
I.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh guru bidang study sosiologi, dan untuk membuat suatu makalah yang menarik,
bermanfaat dan baik.
I.3. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah buku
kepustakaan yaitu dengan membaca buku diperpustakaan yang berhubungan dengan pokok
bahasan pada makalah , dan mengutip dari internet tentang informasi-informasi lainnya yang
berhubungan dengan pokok bahasan pada makalah ini.
1
II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Sosiologi
Emile Durkekheim berpendapat bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
fakta sosial. Fakta sosial merupakan cara-cara bertindak, berpikir dan berperasaan, yang
berada diluar individu dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Contoh
yang dipakai Durkheim untuk menjelaskan tentang fakta sosial ini adalah pendidikan anak:
sejak bayi seorang anak diwajibkan makan, minum, tidur pada waktu-waktu tertentu;
diwajibkan taat, dan menjaga kebersihan serta ketenangan; diharuskan tenggang rasa
terhadap orang lain, menghormati adat dan kebiasaan. Seorang anak yang tidak menaati cara-
cara yang diajarkan padanya akan mengalami sanksi dari suatu kekuatan luar.
Menurut Durkheim (1968) laju bunuh diri – angka bunuh diri dalam tiap masyarakat
yang dari tahun ke tahun cenderung relatif konstan – merupakan suatu fakta sosial. Laju
bunuh diri disebabkan kekuatan-kekuatan yang berada di luar individu. Ada dua jenis bunuh
diri yaitu altruistic suicide dan egoistic suicide. Jenis yang pertama disebabkan integrasi
sosial yang terlalu kuat dan dapat dijumpai pada masyarakat militer: para anggotanya lebih
sering mengorbankan jiwanya demi keselamatan rekan-rekannya dari pada anggota kelompok
lain. Jenis bunuh diri kedua karena integrasi masyarakat yang terlalu lemah, ditemui
misalnya, manakala agamanya kurang mengikatnya, bilamana masyarakat dilanda krisis
politik, atau jika keluarganya kurang mengikatnya.
Max Weber: Tindakan Sosial
Menurut Weber sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tindakan sosial.
Suatu tindakan dapat disebut tindakan sosial jika tindakan tersebut dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain, dan berorientasi pada perilaku orang lain. Menyanyi
di kamar mandi untuk menghibur diri sendiri bukan merupakan tindakan sosial, tetapi jika
maksudnya menarik perhatian orang lain dapat dikatakan tindakan sosial.
Menurut Weber, suatu tindakan perilaku manusia yang mempunyai makna subyektif
bagi pelakunya. Dari contoh – menyanyi – dapat mempunyai makna berlainan bagi
pelakunya. Karena sosiologi bertujuan memahami mengapa tindakan sosial mempunyai arah
2
dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subyektif bagi pelakunya,
maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna, yang hendak memahami
makna subyektif suatu tindakan sosial harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku
untuk dapat menghayati pengalamannya.
Pandangan Ahli Sosiologi Masa Kini
Wright Mills: The Sociological Imagination
Pandangan para ahli sosiologi abad 20 ini adalah untuk dapat memahami apa yang
terjadi di dunia manapun apa yang ada dalam diri sendiri manusia memerlukan apa yang
dinamakannya sociological imagination (khayalan sosiologi). Menurut Mills, sociological
imagination ini akan memungkinkan kita untuk memahami sejarah masyarakat, riwayat
hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya.
Untuk melakukannya diperlukan dua peralatan pokok: yaitu personal troubles of
milieu dan public issues of social structure. Menurutnya, troubles (kesusahan) berlangsung
dalam ciri individu dan dalam jangkauan hubungan langsungnya dengan orang lain. Troubles
merupakan masalah pribadi dan merupakan ancaman terhadap nilai yang didukung pribadi.
Issues (persoalan) merupakan hal-hal yang berada di luar lingkungan setempat individu dan
di luar jangkauan kehidupan pribadinya. Suatu issues merupakan hal yang bersifat umum:
suatu nilai yang didukung umum dirasa terancam. Contoh, suatu kota berpenduduk 100.000
jiwa yang hanya mempunyai seorang penganggur. Bagi penganggur tersebut pengangguran
merupakan personal trouble-nya, dan untuk mengatasinya kita mempertimbangkan ciri dan
ketrampilan individu yang bersangkutan serta kesempatan yang terbuka baginya. Namun bila
suatu kota dengan 50 juta penduduk dijumpai 15 juta orang penganggur, maka menurut Mills,
yang kita hadapi ialah suatu issue yang pemecahannya berada di luar ruang lingkup
kesempatan yang tersedia bagi masing-masing individu yang bersangkutan.
Peter Berger
Berger mengajukan berbagai citra yang melekat pada ahli sosiologi, yaitu sebagai
seseorang yang suka bekerja dengan orang lain; menolong orang lain; melakukan sesuatu
untuk orang lain; seorang teoritikus di bidang pekerjaan sosial; seseorang yang melakukan
reformasi sosial; seseorang yang pekerjaannya mengumpulkan data statistik mengenai
3
perilaku manusia; orang yang mencurahkan perhatiannya pada pengembangan metodologi
ilmiah untuk dipakai dalam mempelajari fenomena manusia; dan seorang pengamat yang
memelihara jarak – seorang manipulator manusia. Berger mengemukakan bahwa berbagai
citra yang dianut orang tersebut tidak tepat, keliru, dan menyesatkan.
Menurut Berger seorang ahli sosiologi bertujuan memahami masyarakat. Berger
berpendapat bahwa daya tarik sosiologi terletak pada kenyataan bahwa sudut pandang
sosiologi memungkinkan kita untuk memperoleh gambaran lain mengenai dunia yang telah
kita tempati sepanjang hidup kita. Contoh yang dipakai Berger. Beberapa tahun yang lalu
seorang rohaniwan terkenal di Amerika Serikat, yang secara berkala berkhotbah melalui
jaringan televisi dan dijadikan teladan oleh jutaan umatnya, ternyata melakukan hubungan
seks di luar nikah dengan sekretarisnya dan menikmati gaya hidup sangat mewah dengan
menyalahgunakan dana yang dikumpulkan dari umatnya sehingga dihadapkan ke pengadilan.
Hal inilah yang dimaksudkan Berger dengan seeing through the facades, karena dalam hidup
ini kenyataan yang sering dihadapi ialah bahwa things are not what they seem.
Suatu konsep lain yang disoroti Berger ialah konsep “masalah sosiologis.” Bagi Mills
pokok pembahasan sosiologi ialah kesalingterkaitan antara personal troubles dan public
issues yang menurutnya bersumber pada krisis pengaturan sosial yang sering melibatkan
antagonis dan kontradiksi. Pendapat Berger berlainan, ia mengatakan bahwa masalah yang
menjadi pokok perhatian ahli sosiologi tidak selalu harus terdiri dari apa yang oleh orang lain
dianggap sebagai masalah; suatu masalah sosiologi tidak sama dengan suatu masalah sosial.
Masalah sosiologis, menurut Berger menyangkut pemahaman terhadap interaksi sosial.
Dengan demikian perceraian dapat merupakan suatu masalah sosiologis, dan
kebahagiaan dalam keluarga pun dapat merupakan suatu masalah sosiologi yang perlu diteliti
sebab-sebabnya. Seorang ahli sosiologi dapat mempelajari pengangguran, kemiskinan,
pelacuran (gejala yang sering dinamakan masalah sosial) dan ia pun dapat mempelajari
mengapa suatu kelompok masyarakat selalu lebih berhasil meraih sukses daripada anggota
lain dalam masyarakat, atau mengapa suatu masyarakat tertentu lebih berhasil memupuk
keluarga bahagia daripada masyarakat lain.
4
Pembagian Sosiologi: Makro, Meso, dan Mikro
1. Pembagian menurut ahli sosiologi terdahulu:
a. Comte (1798-1853) => statika sosial – dinamika sosial
b. Emile Durkheim (1855-1917) => membagi dalam berbagai subdisiplin
2. Pembagian ahli sosiologi masa kini:
a. Broom dan Selznick (1977) => tatanan makro (macro order) dan tatanan mikro (micro
order)
b. Jack Douglas (1973) membedakan antara perspektif makrosoial (macrosocial perspective)
dan perspektif mikrososial (microsocial perspektive). Dia membedakan antara sosiologi
kehidupan sehari-hari – the sociology of everyday life situation – dan sosiologi struktur sosial
– the sociology of social structure -. Sosiologi kehidupan sehari-hari menggunakan apa yang
dinamakannya perspektif sehari-hari, interaksionis atau mikrososial sedangkan sosiologi
struktur sosial menggunakan perspektif struktur atau perspektif makrosoial. Sosiologi struktur
sosial mempelajari masyarakat secara keseluruhan serta hubungan antara bagian-bagian
masyarakat; masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang melebihi kumpulan individu yang
membentuknya. Sosiologi kehidupan sehari-hari, di lain fihak, mengkhususkan diri pada apa
yang terjadi antara individu di kala mereka berhadapan muka, bertindak dan berkomunikasi.
c. Randall Collins (1981) menjabarkan perbedaan sosiologi antara sosiologi makro dan
mikro berlandaskan empiris faktor ruang dan waktu. Sosiologi mikro melibat analisa terinci
mengenai apa yang dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam laju pengalaman
sesaat, sedangkan sosiologi makro melihat analisa proses-proses sosial berskala besar dan
berjangka panjang. Dari skala ruang, pokok bahasan sosiologi dapat berkisar mulai dari
seseorang, kelompok kecil, kerumunan atau organisasi, komunitas, sampai ke masyarakat
teritorial. Sosiologi mikro lebih difokuskan pada seseorang dan kelompok kecil, sedangkan
sosiologi makro lebih diarahkan pada pengelompokan yang lebih besar seperti kerumunan
atau organisasi, komunitas, dan masyarakat teritorial.
Dari segi skala waktu, pokok bahasan sosiologi dapat berkisar mulai dari apa yang
terjadi dalam suatu detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun sampai ke suatu abad atau
5
lebih. Sosiologi mikro cenderung membahas yang terjadi dalam jangka waktu pendek (detik,
jam, menit) sedangkan sosiologi makro cenderung mempelajari gejala sosial yang
berlangsung dalam jangka waktu yang lebih panjang.
d. Gerhard Lenski (1985) mengemukakan bahwa dalam sosiologi terdapat tiga jenjang
analisa: sosiologi mikro, sosiologi meso, dan sosiologi makro. Menurut Lenski, jenjang
sosiologi mikro yang digumuli oleh para ahli sosiologi mikro atau ahli psikologi sosial adalah
dampak sistem sosial dan kelompok primer pada individu; para ahli sosiologi meso tertarik
pada institusi-institusi khas dalam masyarakat mereka, sedangkan para ahli sosiologi makro
mempelajari ciri-ciri masyarakat secara menyeluruh serta sistem masyarakat dunia. Jika
memakai skala ruang-waktu dari Collins (1981) sosiologi meso lebih terbatas dari pada
sosiologi makro.
e. Inkeles (1965) melihat bahwa sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas:
hubungan sosial, institusi, dan masyarakat. Hubungan sosial merupakan “molekul” kehidupan
sosial. Menurutnya hubungan sosial merupakan satuan analisa khas sosiologi. Pandangannya
dipengaruhi oleh pandangan Max Weber mengenai hubungan sosial dan tindakan sosial.
Sistem kompleks hubungan sosial membentuk institusi. Pandangan Inkeles mengenai hal ini
dipengaruhi oleh pandangan Durkheim yang mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan mengenai institusi. Inkeles juga menyatakan bahwa sosiologi tidak hanya
membahas bagian-bagian tertentu masyarakat melainkan mempelajari masyarakat itu sendiri
sebagai satuan analisa, seperti melihat perkembangannya atau membandingkan dengan
masyarakat lain.
Pengertian Peran, Status, Nilai, Norma Dan Budaya/Kebudayaan
1. Peran
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Artinya, apabila seseorang melaksanakan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah menjalankan
suatu peranan. Suatu peranan paling tidak mencakup tiga hal berikut :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat
2. Peranan merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi
6
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial.
Peranan yang melekat pada diri seseorang harusa dibedakan dengan posisi dalam
pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat (social-position)
merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam masyarakat.
Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu
proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan
suatu peranan.
2. Status
Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial. Sedangkan kedudukan sosial (social status) artinya tempat seseorang secara umum
dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Namun untuk mempermudah dalam
pengertiannya maka dalam kedua istilah di atas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan
digambarkan dengan istilah “kedudukan” (status) saja.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan(status), yaitu
sebagai berikut :
1. Ascribed Status yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memerhatikan perbedaan-perbedaaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan ini
diperoleh karena kelahiran
2. Achieved Status yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-
usaha yang disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung
dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-
tujuannya.
Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu Assigned Status yang
merupakan kedudukan yang diberikan. Status ini sering berhubungan erat dengan Achieved
Status, dalam arti bahwa suatu kelompok atau golonganmemberikan kedudukan yang lebih
tinggi kepada seseorang yang berjasa yang telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
7
3. Nilai
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap
menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan
nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah
laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus
melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh Kebudayaan yang dianut
masyarakat, tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat
perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai
persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara
apda masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam
persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam
masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk
mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga
berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan sosial.
Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan
peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil
berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai
alat solidaritas di kalangan anggota kelompok sosial masyarakat.
Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial
juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
a.Kimball Young
Mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari
tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
b. A.W.Green
Nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap
objek
c.Woods
8
Mengemukakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum yang telah
berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan
sehari-hari
d.M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang
pantas,berharga,dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai
tersebut
e. D.Hendropuspito
Menyatakan nillai sosial adalah segala sesuatu yang dihargaii masyarakat karena
mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia(smaeli-
pare.org)
4. Norma
Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan
melalui lingkungan sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan
norma dengan produk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya norma
diperkirakan mempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang
berperilaku.
Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki ketergantungan
dengan manusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok
komunal maupun kelompok material.
Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok menyebabkan
benturan kepentingan. Untuk menghindari hal ini maka kelompok masyarakat
membuat norma sebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan
kepentingan dalam bermasyarakat.
5. Budaya/Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
9
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyaratkat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai sosial. Nilai Sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut selo soemarjan dan Soelaiman
Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.2. Peranan Sosiologi
Sosiologi adalah Ilmu pengetahuan yang membahas dan mempelajari kehidupan manusia
dalam masyarakat. Objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
hubungan antarmanusia tersebut didalam masyarakat. Jadi pada dasarnya sosiologi
mempelajari masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang
dibangunnya.
10
Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul
pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotannya.
2.3. Hakikat Sosiologi
1. Sosiologi adalah suatu ilmu social.
2. Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu yanh normatif, melainkan kategoris.
3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni bukan terapan
4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan konkret
5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.
2.4. Sosiologi sebagai Ilmu
a. Pengetahuan
Kesan yang timbul dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya.
b. Tersusun Secara Sistematis
Tidak semua pengetahuan merupakan suaru ilmu. Hanya pengetahuan yang tersusun
secara sistematis saja yang bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan. Sistematika
berarti urut-urutan tertentu dari unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan.
c. Menggunakan pemikiran
Proses cara berfifikr dengan menggunakan otak. Pengetahuan yang dipikirkan
tersebut diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri,
serta melalui alat-alat komunikasi lainnya. Pengetahuan tersebut diterima dengan
panca indera untuk kemudian diterima dan diolah oleh otak.
d. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif)
Pada tahap ini ilmu pengetahuan harus dapat dikemukakan dan diketahui umum
sehingga dapat diperiksa serta ditelaah oleh umum yang mungkin berbeda paham
dengan ilmu pengetahuan yang dikemukakan.
e. Sosiologi Hukum
Mempelajari kaitan antara gejala kemasyarakatan dan hukum. Materi yang
dipelajari :
a. Lembaga-lembaga hukum dalam masyarakat
b. Peran hukum dalam masyarakat
c. Perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan hukum yang berlaku.
11
f. Sosiologi Keluargaan
Membahas kegiatan atau interaksi gejala kemasyarakatan dengan keluarga. Materi
yang dibahas :
a. Bentuk-bentuk keluarga dalam masyarakat
b. Peran keluarga dalam masyarakat
c. Keluarga dalam perubahan social
g. Sosiologi Ekonomis
Mempelajari hubungan gejala kemasyarakatan dengan tata cara kegiatan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
h. Sosiologi Industri
Mempelajari kaitan gejala kemasyarakatan dengan industri.materi yang dikaji :
Hubungan industri dengan berbagai subsistem yang ada dalam masyarakat, aktivitas
yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi, peranan industri dalam
perubahan masyarakat.
Dimana adapun peranan sosiologi yang umum diisi oleh para sosoilog dalam masyarakat,
yakni :
1. Periset
Sama halnya dengan ilmuwan, sosiolog juga menaruh perhatian pada pengumpulan dan
penggunaan pengetahuan.
2. Konsultan Kebijakan
Prediksi sosiolog dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pengaruh kebijakan
sosial yang mungkin terjadi
3. Sosiolog Klinis
Sebagai sosiolog klinis, mereka ikut terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan
program kegiatan masyarakat, seperti memberi masyarakat saran-saran dalam hubungan
masyarakat, hubungan antarkaryawan, penyelesaian berbagai masalah tentang hubungan
antarmanusia dan masalah moral.
4. Guru atau Pendidik
Kegiatan belajar mengajar adalah karier utama bagi sosiolog. Dengan menjadi guru, para
sosiolog dapat membuka wawasan para siswa dalam hidup bermasyarakat guna
meningkatkan kualitas hidupnya.
12
2.5. Manfaat Sosiologi
1. Dapat melihat dengan jelas siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun anggota
kelompok atau masyarakat.
2. Mampu mengkaji tempat kita dalam masyarakat dan dapat melihat dunia atau budaya
lain yang belum kita ketahui sebelumnya
3. Makin memahami norma, tradidi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat lain.
4. Makin lebih tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala sosial masyarakat yang
makin kompleks.
2.6. Sosiologi Dan Kegiatan Sosial
Dimana profesi yang dapat digeluti oleh sosilog, antara lain sebagai berikut :
1. Dalam kerja social, pekerjaan yang menuntut gelar kesarjanaan bidang sosiologi.
2. Dalam profesi kedokteran, jikim, dan insinyur, di sini di temukan bahwa sosiologi
sangat membantu.
3. Sekolah lanjutan memerlukan guru-guru pelajaran sosiologi.
4. Sosiologi sebagai pegawai negeri.
5. Para sosiolog dipekerjakan dalam sejumlah kecil industri, asosiasi perdagangan dan
yayasan. Dalam jumlah cukup besar, para sosiolog dipekerjakan oleh organisasi riset.
Selain itu, beraneka ragam posisi dalam bidang administrasi dan pelaksanaan riset
banyak di tempati para sosiolog.
6. Karier yang baru muncul dalam bermacam-macam program kegiatan masyarakat
setempat (hubungan masyarakat), komisi praktik pekerjaan yang adil, program
bantuan luar negeri, dan lembaga swadaya masyarakat.
Ada juga kegiatan langsung yang bersangkut paut nya dengan sosiologi yakni :
Sukses program KB di masa Pak Harto erat kaitannya dengan Kepala BKKBN yg
sosiolog. Program rintisan swasembada beras (Bimas/Inmas) banyak melibatkan peran
sosiolog pedesaan. Lantas penyelesaian konflik Maluku beberapa tahun lalu juga tak lepas
dari peran sosiolog. Dari penjelasan ini, tampak peran sosiologi dalam perubahan dan
kesinambungan masyarakat Indonesia.
13
2.7. Karier dalam Sosiologi
Dimana dasar-dasar persiapan karier yang antara lain sebagai berikut :
1. Dalam kerja sosial (social work), biasanya dituntut dan dianjurkan gelar sarjana dan
pendidikan akademis dengan mata kuliah utama yang kuat.
2. Dalam bidang profesi kedokteran,hukum, insinyur ditemukan bahwa pelajaran
akademis ilmu sosial sangat berguna untuk mendampingi ilmu yang mereka pelajari.
3. Sekolah lanjutan memerlukan guru-guru sosilogi.
4. pegawai negeri sering mencantumkan kualifikasi pendidikan sosiolog di antarara
kualifikasi pendidikan yang dapat diterima untuk berbagai macam jenis posisi dalam
golongan yang lebih rendah dan menengah.
5. Para sosiolog dikerjakan dalam ssejumlah kecil industri, asosiasi perdagangan, serikat
buruh, yayasan,dan dalam jumlah yang cukup besar oleh organisasi penelitian, dan
dalam beraneka ragam posisi, sangat sering dalam bidang administrasi dan
pelaksanaan riset.
6. Karier dalam bermacam-macam program kegiatan masyarakat (Humas) setempat,
komisi praktik pekerjaan yang adil, program kegiatan alternatif, program kesempatan
ekonomis, progran latihan kerja, program bantuan luar negri dan masih banyak lagi.
2.8. Masalah Sosial/sosiologi dalam kehidupan sehari-hari.
Sangat mudah menemukan berbagai masalah social dalam masyarakat dewasa ini.
Bahkan, mungkin tidak jauh dari lingkungan keseharian kita. Cobalah tengok di lampu-lampu
merah begitu banyak orang dari mendidik anak secara islami kecil sampai orang tua yang
mengais rejeki dengan meminta-minta.
Terkadang, adik bayi pun ikut serta dalam kegiatan ini karena dibawa oleh orang
tuanya. Sebagian masyarakat yang tersentuh hatinya mungkin akan memberikan sedikit
rejekinya. Sebaliknya, sebagian orang malah menganggap para peminta-minta ini sebagai
masalah ekonomi sosial.
Para peminta-minta ini adalah salah satu contoh dari sekian banyak masalah-masalah
kumpulan artis yang muncul di masyarakat. Tapi tahukah Anda, mengapa sebuah peristiwa
disebut sebagai masalah sosial? Apa dasar dan pertimbangannya? Apakah ada ukuran khusus
bisa dikategorikan sebagai masalah sosial?
14
Kaca Mata Masalah Sosial
Sosiologi menelaah interaksi sosial masyarakat masyarakat dan unsur-unsur
interaksinya terutama menelaah berbagai gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma,
kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan
sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya.
Gejala-gejala tersebut tidak selamanya berjalan mulus dan tidak dikehendaki dalam
kehidupan masyarakat. Gejala-gejala yang tidak denyut jantung normal ini akan
memunculkan kekecewaan dan penderitaan pada masyarakat. Gejala tidak normal ini
kemudian disebut dengan masalah sosial.
Sebuah masalah dikatakan sebagai masalah sosial apabila bersangkutan dengan
hubungan antarmanusia dan mengganggu keutuhan bermasyarakat. Semua orang pasti setuju
bahwa penyalahgunaan obat-obat psikotropika, sek bebas, bunuh diri, dan perceraian
merupakan masalah sosial. Pada dasarnya, masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan
Pendidikan Moral.
Klasifikasi Masalah Sosial
Masalah sosial muncul dari berbagai kekurangan dari manusia atau kelompok sosial yang
bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan. Klasifikasi
masalah sosial didasarkan atas sumber-sumber tersebut.
Problema ekonomis, antara lain kemiskinan dan pengangguran.
Problema biologis, antara lain munculnya penyakit.
Problema biopsikologis, antara lain bunuh diri, penyakit syaraf.
Problema kebudayaan, antara lain perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik
rasial dan keagamaan.
Ukuran Sosiologi dalam Masalah Sosial
Dalam menentukan apakah suatu masalah merupakan masalah sosial atau bukan,
sosiologi menggunakan beberapa pokok permasalahan, yakni sebagai berikut.
15
1. Kriteria utama suatu masalah sosial yaitu tidak adanya kesesuaian antar ukuran dan
nilai sosial dengan kenyataan serta tindakan sosial.
2. Sumber-sumber sosial masalah sosial.
3. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan merupakan masalah sosial
atau bukan
4. Manifest social problem dan latent social problems
5. Perhatian masyarakat pada masalah sosial.
Tanpa mengetahui ukuran-ukuran apakah yang dipakai oleh sosiologi terhadap masalah-
masalah sosial, tidak mungkin pula diketahui sampai sejauh mana peranan tokoh sosiologi
indonesia dalam memecahkan masalah sosial ini
16
III. PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Peranan adalah aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang melaksanakan hak-
hak dan kewajibannya.
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan
kedudukan sosial (social status) artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak
serta kewajiban-kewajibannya. Namun untuk mempermudah dalam pengertiannya maka
dalam kedua istilah di atas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan dengan
istilah “kedudukan” (status) saja. Nilai (Nilai Sosial) adalah nilai yang dianut oleh suatu
masyarkat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Norma adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya.
Budaya adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan
merupakan keseluruhan pengertian, nilai sosial, noram sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Masalah sosial muncul dari berbagai kekurangan dari manusia atau kelompok sosial
yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan.
Klasifikasi masalah sosial didasarkan atas sumber-sumber, antara lain : Problema ekonomis,
antara lain kemiskinan dan pengangguran, problema biologis, antara lain munculnya
penyakit, problema biopsikologis, antara lain bunuh diri, penyakit syaraf, problema
kebudayaan, antara lain perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik rasial dan
keagamaan.
17