Post on 17-Aug-2019
TREND PERKEMBANGAN
HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE RATIO
DI INDONESIA
TAHUN ANGGARAN 1996/1997-2005
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh Christina Yuyun Kurniawati
NIM 031324001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
TUHAN
MEMBUAT SEGALA SESUATU
INDAH PADA WAKTUNYA
TIDAK PERNAH TERLAMBAT
ATAU
TERLALU CEPAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan Bangga
Aku Persembahkan Karya Kecil Ini
Kepada
ALLAH TRI TUNGGAL MAHA KUDUS
BAPA, PUTERA, DAN ROH KUDUS
SANTA PERAWAN MARIA
BESERTA SEMUA ORANG KUDUS DI SURGA
KEDUA ORANG TUA Makarius Parwoto serta Monica Sri Rahayu
KAKAK SERTA ADIK
Theresia Alit Elia Kurniasari serta Andreas Yayan Kurniawan
ORANG-ORANG YANG SELALU BERTANYA ‘Kapan lulus....?’
ALMAMATER
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK TREND PERKEMBANGAN
HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE RATIO DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 1996/1997-2005
Christina Yuyun Kurniawati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah trend
perkembangan hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005, trend perkembangan hutang luar negeri swasta tahun anggaran 1996/1997-2005, trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005, trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta tahun anggaran 1996/1997-2005, trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005, dan trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri swasta tahun anggaran 1996/1997-2005.
Penelitian ini menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil, rumus yang digunakan adalah Y’ = a + bX. Data yang harus dicari terlebih dahulu yaitu jumlah hutang luar negeri pemerintah, jumlah hutang luar negeri swasta, jumlah cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah, jumlah cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta, nilai debt service ratio hutang luar negeri pemerintah, dan nilai debt service ratio hutang luar negeri swasta pada tahun anggaran 1996/1997-2005. Sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari Bank Indonesia, serta literatur lain yang mendukung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Hutang luar negeri pemerintah mengalami trend peningkatan sebesar 2,938.62 juta US dolar, artinya terdapat peningkatan jumlah hutang luar negeri pemerintah sebesar 2,938.62 juta US dolar dalam setiap tahun. 2) Hutang luar negeri swasta mengalami trend penurunan sebesar 604.98 juta US, artinya terdapat penurunan jumlah hutang luar negeri swasta sebesar 604.98 juta US dolar dalam setiap tahun. 3) Pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah mengalami trend penurunan sebesar 798.18 juta US dolar, artinya terdapat penurunan jumlah cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah sebesar 798.18 juta US dolar dalam setiap tahun. 4) Pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta mengalami trend penurunan sebesar 2,016.54 juta US dolar, artinya terdapat penurunan jumlah cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta sebesar 2,016.54 juta US dolar dalam setiap tahun. 5) Debt service ratio hutang luar negeri pemerintah mengalami trend penurunan sebesar 0.41 persen, artinya terdapat penurunan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah sebesar 0.41 persen dalam setiap tahun. 6) Debt service ratio hutang luar negeri swasta mengalami trend penurunan sebesar 2.52 persen, artinya terdapat penurunan debt service ratio hutang luar negeri swasta sebesar 2.52 persen dalam setiap tahunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
THE TREND OF FOREIGN DEBT AND DEBT SERVICE RATIO DEVELOPMENT IN INDONESIA
DURING 1996/1997-2005 BUDGETS YEARS
Christina Yuyun Kurniawati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The research aimed to find out how the trend of (1) government's foreign debt development; (2) private sectors' foreign debt development; (3) government's flat installment and foreign debt interest development; (4) private sectors' flat installment and foreign debt interest development; (5) debt service ratio development of government's foreign debt and (6) debt service ratio of private sectors' foreign debt during 1996/1997-2005 budget years.
The research applied seculer trend with the lowest square method, and applied Y' = a + bX formula. Data that had to be found first were the total of government's foreign debt, private sector's foreign debt, government's flat installment and foreign debt interest, private sectors' flat installment and foreign debt interest, the value of debt service ratio of government's foreign debt, debt service ratio of private sectors' foreign debt during 1996/1997-2005. Data resources were secondary data which were acquired from various sources such as Indonesian Bank and other supporting literatures,
The result of the research showed that the trend of: (1) the government's foreign debt increased 2,938.62 million US Dollars every year; (2) the private sector's foreign debt decreased 604.98 million US Dollars every year; (3) the payment of government's flat installment and foreign debt interest decreased 798.18 million US Dollars every year; (4) the payment of private sectors' flat installment and foreign debt interest decreased 2,016,54 million US Dollars evety year; (5) the debt service ratio of government's foreign debt decreased 0.41 % every year; (6) the debt service ratio of private sectors' foreign debt decreased 2,52 % every year.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
rahmat, karunia, serta penyertaan-Nya, penyusunan skripsi dengan judul ”TREND
PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE
RATIO DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 1996/1997-2005 ini dapat
terlaksana dengan lancar. Penyusunan skripsi merupakan salah satu syarat yang
harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Ekonomi.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan pihak–pihak lain,
penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati maka penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Sutarjo Adisusilo, J. R, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
3. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi dan juga sebagai dosen pembimbing I, atas semua bimbingan
dan pengarahan yang diberikan dari awal sampai akhir dalam proses
penyusunan skripsi ini.
4. Drs. P. A Rubiyanto, selaku dosen pembimbing II, atas semua bimbingan
serta pengarahan yang diberikan dari awal sampai terselesaikannya
penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
5. Yohanes Maria Vianney Mudayen S.Pd, selaku Dosen Program Studi
Pendidikan Ekonomi yang telah banyak membantu proses penyusunan
skripsi ini.
6. Indra Darmawan S. E., M. Si selaku Dosen Program Studi Pendidikan
Ekonomi atas semua kritik dan saran yang diberikan yang sangat berguna
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Segenap dosen yang telah membantu penulis dalam memperoleh
pengetahuan dan mengembangkan segenap kemampuan berpikir, selama
penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma ini.
8. Mbak Titin, yang selama ini telah membantu penulis di dalam mengatur
urusan administrasi selama penulis menempuh pendidikan di Program
Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma ini.
9. Segenap karyawan di UPT Perpustakaan Mrican Sanata Dharma, atas
segala fasilitas yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.
10. Makarius Parwoto serta Monika Sri Rahayu, selaku orang tua penulis
yang telah banyak memberikan dukungan baik spiritual maupun material,
motivasi dan telah berhasil mengantarkan penulis untuk menyelesaikan
pendidikan di Universitas Sanata Dharma ini
11. Theresia Alit Elia Kurniasari dan Andreas Yayan Kurniawan, selaku
kakak serta adik penulis atas semua yang telah dilakukan sampai akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
12. Beasiswa Student Fund, Beasiswa Yayasan Salim dan Beasiswa
Bantuan Mahasiswa, atas semua dana yang diberikan sehingga dapat
membantu kelangsungan studi penulis dalam menempuh kuliah.
13. Laela Dian Cahyani, Yulita Afiana, Sisilia Yuli Utami, Lina Korniati,
Mbak Erawati, Mbak Deta, Siska Kodong,.......kalian sangat berarti
istimewa di hati s’lamanya rasa ini jika nanti kita tua dan hidup
masing-masing ingatlah hari ini................
14. All crew in Pendidikan Ekonomi 2003.....Meyta Diah Sukmawati----
Eka Yulianti----Urbanus Yulianto ----Veronika Krisniati----Caecilia
Riska Nugraheni----Ika Yoganingsih---Retno Widaningsih----Pipit
Anistia Ageska----Monika Hendrati Saptorini----Katarina Tri
Wikandari----Asti Vitaningrum---Shinta Dewi Rahmasari ----Yustinus
Hadi Rinoto----Bonaventura----Anang Gathot Pribadi----Anastasia
Aspertiwiyana----Frederikus B.W Dopo--Stephanus Adika
Saptawindu----Diah Ambar Susanti----Purwaningsih----
Widyaningsih----Yulius Kristianto----Markus Hendra Saktika----
Istadi Sudarsono----Ratna Setyo Utami ----Heribertus Setyo Rintoko---
-Okta Setyawan----Heri Kristiawan----Isnani Pujiyatmi----Wayah
Efratasario Sabatrinia----Febriana Wisnu Wardhana----Sandi AC
Nugraheni----Yustina de Rosario-----Alexius Indro Bawono----Nelson
Hasudungan----Andreas Gumas-----Aldo----Alexa Mei----Didik----
Robert....... terima kasih kawanku..... semoga kita selalu menjadi
sebuah KISAH KLASIK untuk masa depan.......
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
15. Pak Darto dan Mbak Sarah yang telah berkenan memberikan tempat
tinggal kepada penulis selama hidup di Jogja.....
16. Semua sahabat serta rekan, yang telah memberikan semangat serta
motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
17. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah
memberikan segala bentuk bantuan, serta dukungan sehingga proses
penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar.
Tidak ada gading yang tak retak. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan
sedangkan kekurangan adalah milik manusia. Penulis sangat menyadari bahwa
masih banyak kekurangan di dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat
terbuka dalam menerima segala bentuk kritikan maupun saran yang diberikan
demi kebaikan, kemajuan serta perkembangan skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan selamat membaca.
Yogyakarta, 23 Juli 2007
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
MOTTO........................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
ABSTRAK....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xx
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 12
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).................. 12
1. Pengertian Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara....... 12
2. Perbandingan Format Dan Struktur APBN ......................... 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.............. 17
B. Paham yang Mendukung Hutang Luar Negeri: Neoliberalisme 19
C. Paham yang Menentang Hutang Luar Negeri:Kiri Baru............ 22
D. Hutang Negara ............................................................................ 23
1. Pengertian Hutang ............................................................... 23
2. Macam-Macam Hutang ....................................................... 24
3. Sumber Hutang .................................................................... 26
E. Hutang Luar Negeri.................................................................... 27
1. Pengertian Hutang Luar Negeri........................................... 27
2. Sumber Dan Jenis Pendanaan Hutang Luar Negeri............. 29
3. Hutang Luar Negeri Sebagai Sumber Kapital ..................... 33
4. Dampak Negatif Hutang Luar Negeri.................................. 35
F. Debt Service Ratio ...................................................................... 36
1. Pengertian Debt Service Ratio ............................................. 36
2. Penghitungan Debt Service Ratio ........................................ 39
G. Penelitian terdahulu .................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 46
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 46
B. Jenis Dan Sumber Data ............................................................. 46
C. Waktu Penelitian ....................................................................... 47
D. Variabel Penelitian .................................................................... 48
E. Definisi Operasional.................................................................. 48
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................... 59
A. Analisis Data ............................................................................. 59
1. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah di
Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005......................... 59
2. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta di
Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005........................ 67
3. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ..................................... 70
4. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan
Bunga Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 .................................... . 94
5. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ..................................... 115
6. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ..................................... 123
B. Pembahasan.............................................................................. 132
1. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah di
Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005......................... 132
2. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta di
Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005........................ 148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ..................................... 156
4. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia Tahun
Anggaran 1996/1997-2005 ............................................... 165
5. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 .................................... 170
6. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Swasta di Indonesia Tahun
Anggaran 1996/1997-2005 .............................................. 175
BAB V PENUTUP.................................................................................... 182
1. Kesimpulan ............................................................................. 182
2. Saran........................................................................................ 184
3. Keterbatasan Peneliti............................................................... 186
DAFTAR PUSTAKA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Format Dan Struktur APBN Lama............................................... 14
Tabel 2.2 Format Dan Struktur APBN Baru................................................ 15
Tabel 2.3 Daftar 21 Perusahaan Swasta Yang Memiliki Hutang Luar
Negeri Terbanyak Tahun 2000..................................................... 35
Tabel 3.1 Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia Tahun
Anggaran 1996/1997-2005........................................................... 52
Tabel 3.2 Penghitungan Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005........ 53
Tabel 4.1 Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia Tahun
Anggaran 1996/1997-2005........................................................... 61
Tabel 4.2 Penghitungan Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005........ 62
Tabel 4.3 Jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun
anggaran 1996/1997-2005............................................................ 68
Tabel 4.4 Penghitungan Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri
Swasta Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005.............. 70
Tabel 4.5 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri
Pemerintah Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005....... 76
Tabel 4.6 Penghitungan Trend Perkembangan Cicilan Pokok Hutang
Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ............................................... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel 4.7 Jumlah Pembayaran Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah Di
Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005............................... 82
Tabel 4.8 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ............................................... 83
Tabel 4.9 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Dan Bunga Hutang Luar
Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ............................................... 88
Tabel 4.10 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan
Pokok Dan Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005........................... 90
Tabel 4.11 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri
Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ............. 96
Tabel 4.12 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan
Pokok Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ............................................... 97
Tabel 4.13 Jumlah Pembayaran Bunga Hutang Luar Negeri Swasta
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005........................... 102
Tabel 4.14 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Bunga
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ............................................... 103
Tabel 4.15 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Dan Bunga Hutang Luar
Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Tabel 4.16 Penghitungan Trend Perkembangan Pembayaran Cic ilan Pokok
Dan Bunga Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia Tahun
Anggaran 1996/1997-2005........................................................... 109
Tabel 4.17 Nilai Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri
Pemerintah Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005....... 116
Tabel 4.18 Penghitungan Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang
Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia Tahun
Anggaran 1996/1997-2005........................................................... 117
Tabel 4.19 Nilai Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005... 124
Tabel 4.20 Penghitungan Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005........ 125
Tabel 4.21 Penerimaan Pembangunan Dalam APBN
Tahun Anggaran 1996/1997-1999/2000 ...................................... 141
Tabel 4.22 Penarikan Pinjaman Luar Negeri Dalam APBN
Tahun Anggaran 2000-2005......................................................... 141
Tabel 4.23 Pengeluaran Rutin Dalam APBN Tahun Anggaran
1996/1997-2005 ........................................................................... 159
Tabel 4.24 Belanja Negara Dan Pengeluaran Rutin Dalam APBN Tahun
Anggaran 2000-2005................................................................... 161
Tabel 4.25 Perkembangan Pengeluaran Negara ............................................. 161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah
Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ......................... 67
Grafik 4.2 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta
Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ......................... 74
Grafik 4.3 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Hutang
Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005............................................... 81
Grafik 4.4 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga Hutang Luar
Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005............................................... 87
Grafik 4.5 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Dan
Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia Tahun
Anggaran 1996/1997-2005.......................................................... 88
Grafik 4.6 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Hutang
Luar Negeri Swasta di Indonesia Tahun
Anggaran 1996/1997-2005.......................................................... 101
Grafik 4.7 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga Hutang Luar
Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005.. 107
Grafik 4.8 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Dan
Bunga Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005............................................... 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Grafik 4.9 Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Pemerintah Di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005............................................... 121
Grafik 4.10 Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005.. 129
Grafik 4.11 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005.............................................. 132
Grafik 4.12 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 ......................... 150
Grafik 4.13 Trend Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Dan
Bunga Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005............................................... 157
Grafik 4.14 Trend Perkembangan Cicilan Pokok Dan Bunga
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005............................................... 167
Grafik 4.15 Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Pemerintah Di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005............................................... 172
Grafik 4.16 Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005.. 176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi adalah perubahan zaman yang tidak bisa dihindari oleh
siapapun, sehingga semua manusia di seluruh dunia mau tidak mau akan
terlibat dan ikut merasakan adanya globalisasi. Adanya globalisasi akan
mempermudah hubungan antar negara, karena sekat yang membatasi wilayah
antar negara sudah tidak ada. Sebenarnya proses globalisasi sudah terjadi sejak
zaman dahulu kala, hal ini dibuktikan dengan adanya penyebaran agama Islam
dan Kristen berabad-abad lalu. Terjadinya Perang Dunia I menyebabkan
tersebarnya penyakit flu, yang berasal dan prajurit perang, ke seluruh dunia.
Akibat penyebaran penyakit ini telah menelan 30 juta korban jiwa pada tahun
1918-1919. Globalisasi di Indonesia, dimulai sejak kedatangan perusahaan
multinasional dari Belanda yaitu VOC tepatnya pada abad 17. Perusahaan ini
didukung oleh kerajaan Belanda, yang memonopoli perdagangan rempah-
rempah di Indonesia untuk di ekspor ke Eropa (Suryana, 2003: 130).
Kenyataan bahwa gaung globalisasi lebih sering terdengar baru-baru ini,
disebabkan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat. Salah satu
hasil perkembangan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap proses
globalisasi adalah perkembangan teknologi informasi yang disebut dengan
internet. Melalui internet orang dapat berhubungan dengan orang lain yang
berada di tempat berbeda dalam waktu yang sama. Berita penting dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menyebar luas dengan cepat, transaksi jual beli barang atau jasa, orang
mencari pekerjaan, bahkan mencari jodoh juga bisa dilakukan melalui internet
dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan
menggunakan fasilitas yang disebut internet.
Globalisasi yang terjadi pada bidang ekonomi dapat dilihat dari tiga
indikator, yaitu pertumbuhan perdagangan dunia, pertumbuhan investasi
langsung, dan pertumbuhan arus modal internasional. Pertumbuhan
perdagangan dunia berkembang di era 1950-an dan semakin berkembang pesat
di era 1980-an, hal ini dibuktikan dengan adanya pertumbuhan ekspor tingkat
dunia dari 2.3 miliar US dolar pada tahun 1980-an menjadi 6.7 miliar US
dolar pada tahun 1999. Pertumbuhan investasi langsung terus meningkat pada
setiap tahunnya. Volume investasi langsung diseluruh dunia meningkat dari
500 miliar US dolar pada tahun 1980 menjadi 4,100 miliar US dolar pada
tahun 1998. Pertumbuhan arus modal tahunan juga mengalami peingkatan dari
tahun 1980 sejumlah 38 miliar US dolar menjadi 638 miliar US dolar. Dari
data tersebut terbukti telah terjadi proses globalisasi ekonomi yang sangat
signifikan (Suryana, 2003: 131).
Tanpa disadari, proses globalisasi ini memunculkan aliran baru yang
disebut dengan neoliberalisme. Neoliberalisme ini dikenal sebagai paham
ekonomi neoliberal yang mengacu pada filosofi ekonomi politik yang
mengurangi atau menolak campur tangan pemerintah dalam ekonomi
domestik, dalam hal ini pemerintah hanya berfungsi sebagai “penjaga
malam”. Kata neoliberalisme memang tidak sepopuler kata komunisme atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kapitalisme, tetapi neoliberalisme sudah memasuki semua aspek kehidupan
yaitu ekonomi, politik, sosial dan budaya. Neoliberalisme adalah aliran baru
yang memuja pada kekuatan pasar di era global, kepemilikan pribadi dianggap
mutlak dan keramat, tanpa peran sosial apapun kecuali untuk akumulasi laba
privat (Priyono, 2003: 59). Hal ini tentu saja berbeda dengan teori liberalisme
dari Adam Smith, yang mengatakan bahwa kepemilikan privat mempunyai
tugas sosial untuk mensejahterakan masyarakat. Peran pemerintah adalah
menciptakan penyelenggaraan tata keadilan.
Pertanda bahwa paham neoliberalisme sudah berkembang di suatu
negara adalah pertama, muncul perusahaan multinasional (multinational
corporations) sebagai kekuatan nyata bahwa perusahaan ini memiliki asset
lebih banyak daripada negara kecil di dunia; kedua, muncul organisasi atau
“rezim internasional” seperti World Trade Organization (WTO), World Bank
dan International Monetary Fund (IMF) yang berguna sebagai surveillance
system sehingga ada yang menjamin bahwa semua negara di dunia patuh dan
menjalankan prinsip pasar bebas; ketiga, muncul variabel independen dalam
bidang teknologi komunikasi dan transportasi yang dahsyat juga sangat
menentukan keberhasilan dari aliran neoliberal; keempat, kekuatan negara
maju untuk menaklukkan negara sedang berkembang. Secara khusus
disebutkan bahwa peran Amerika Serikat, sebagai satu-satunya negara yang
mempunyai kekuatan militer maupun ekonomi yang tidak ada tandingannya
(Wibawa, 2003. 3-5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa menghindar dari
praktek ekonomi neoliberal. Sebenarnya pelaksanaan ekonomi neoliberal telah
mulai sejak pertengahan tahun 1980-an, antara lain melalui kebijakan
deregulasi dan debirokratisasi. Seandainya pada tahun 1983 dan 1988
Indonesia tidak membebaskan sistem perbankan dan pada tahun 1997 tidak
menganut rezim bebas dalam hal perdagangan valuta asing, mungkin
Indonesia tidak akan terkena krisis finansial. Krisis finansial yang terjadi tahun
1998, masih menyisakan akibat sampai saat ini berupa hutang luar negeri.
Kondisi ini merupakan hasil dari paham neoliberal yang mulai berkembang di
Indonesia.
Kebijakan pembangunan yang mengandalkan hutang luar negeri masih
dianut oleh banyak negara berkembang. Pinjaman luar negeri diandalkan
untuk membiayai pembangunan, memobilisasi sumber daya, meningkatkan
output, meningkatkan ekspor, memperbaiki neraca pembayaran, alih IPTEK
dan lain- lain. Oleh sebab itu hutang luar negeri masih diperdebatkan oleh ahli
ekonomi, pembangunan, politik dan sebagainya. Paham kritik menentang
adanya hutang luar negeri karena hutang luar negeri hanya memperkokoh
kekuasaan yang ada akibat terpusatnya sumber-sumber produksi di tangan
segelitir orang saja. Oleh karena itu hutang luar negeri tidak membantu
kelompok miskin, tetapi justru semakin membantu kelompok penguasa karena
hutang luar negeri ini sering dijadikan alat untuk mempengaruhi kebijakan
negara debitur demi pasar mereka (Bussines News, 21 Juli 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Studi Claessens menunjukan bahwa sampai menjelang tahun 1990, dana
dari luar negeri merupakan komponen utama dalam pembiyaan pembangunan
di negara-negara berkembang yang berasal dari pihak asing (Harsoyo, 1996:
71). Hutang luar negeri yang selama ini diterima oleh Indonesia tidak
diperoleh dengan gratis. Tentu ada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi
Indonesia sebagai negara debitur antara lain melakukan pembayaran cicilan
pokok dan bunga hutang, sehingga perlu adanya pengelolaan hutang luar
negeri, supaya tidak terjadi penyelewengan penggunaan hutang luar negeri.
Pengalaman selama tiga dekade ini membuktikan bahwa hutang luar negeri
tidak digunakan dengan produktif, penggunaannya tanpa pengawasan
memadai, tidak transparan dan terjadi kebocoran dana yang parah. Dennis de
Tray, Country Director World Bank di Indonesia mengatakan bahwa telah
terjadi kebocoran anggaran sebesar 30 persen selama masa pemerintahan Orde
Baru.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia menolak
mengadakan hutang luar negeri karena dianggap bekerja sama dengan
imperialis. Negara imperialis yang dimaksud adalah Amerika Serikat dan
Inggris. Presiden Soekarno lebih memilih berdikari dalam memenuhi
kebutuhan negara Indonesia, sehingga saat kekuasaannya berakhir pada tahun
1966 hutang luar negeri yang diwariskan hanya sekitar 2 miliar US dolar.
Berbeda halnya dengan jaman pemerintahan Presiden Soeharto, yang
mempunyai sikap positif terhadap hutang luar negeri. Presiden Soeharto justru
berpikiran bahwa hutang luar negeri harus dilakukan setiap tahun untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mempercepat pembangunan ekonomi nasional. Tidaklah mengherankan
apabila tahun 1981 hutang luar negeri Indonesia mencapai 15.9 miliar US
dolar dan pada tahun 1992 hutang luar negeri Indonesia mencapai 84.39 miliar
US dolar (www.pikiran-rakyat.com 13 September 2006).
Pemerintahan Soeharto pada waktu itu melakukan kebijakan populis dan
selalu mengatakan kepada rakyat bahwa hutang luar negeri sebagai pendukung
pembangunan ekonomi bukan menjadi modal utama, karena Indonesia
memiliki modal utama yaitu sumber daya alam yang berlimpah. Pemerintahan
Soeharto akhirnya lengser yang diikuti dengan krisis ekonomi dan jumlah
hutang luar negeri yang semakin meningkat menjadi 150 miliar US dolar.
Pada saat itu Indonesia masuk dalam kelompok negara miskin di dunia, yang
hutang luar negerinya sama dengan negara-negara miskin di Benua Afrika
seperti Kongo, Angola, Nicaragua, Kongo Demokratik dan Zambia.
Menurut data dari Bank Indonesia yang ditulis oleh Syahwier,
pergerakan hutang luar negeri pasca kemerdekaan pada tahun 1945 terus
mengalami peningkatan dan tidak menunjukkan trend menurun. Pada tahun
1980 hutang luar negeri telah mencapai sebesar 14.8 miliar US dolar
meningkat menjadi 143 miliar US dolar pada bulan Mei 2000. Hutang luar
negeri Indonesia didominasi oleh hutang luar negeri swasta sebesar 49.8
persen pada akhir tahun 1996 meningkat menjadi 60.4 persen (1997); 55.4
persen (1998); 51.2 persen (1999) dan sekitar 49 persen pada tahun 2003
(http://www.pikiran-rakyat 26 Januari 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Posisi hutang luar negeri saat ini menduduki peringkat ke tiga setelah
Brazil dan Meksiko. Hal ini tentunya menjadi keprihatinan bagi negara
Indonesia karena sebagai negara sedang berkembang, Indonesia memiliki
hutang luar negeri yang banyak. Pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang
luar negeri saat ini juga semakin memberatkan anggaran negara. Bahkan
cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri yang harus dibayar jumlahnya jauh
lebih besar dari pada hutang luar negeri yang diterima.
Setiap negara harus mengukur debt capacity, ketika akan mengajukan
hutang luar negeri. Debt capacity yaitu kewajiban hutang melebihi
kemampuan untuk membayar hutang harus diwaspadai oleh semua negara
debitur. Debt capacity suatu negara dilihat dari debt service ratio dan rasio
hutang terhadap cadangan devisa. Pada tahun 1999 debt service ratio
Indonesia mencapai angka tertinggi yaitu mencapai 82.46 persen. Angka ini
sudah melampaui batas bahaya yang ditetapkan yaitu angka 20 persen. Angka
ini merupakan angka tertinggi yang pernah dicapai oleh Indonesia, kemudian
pada tahun berikutnya angka debt service ratio mengalami penurunan.
Pencapaian debt service ratio ini menyebabkan devisa hasil ekspor habis
digunakan untuk membayar cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri.
Komposisi jumlah hutang luar negeri yang dimiliki Indonesia mengungkapkan
bahwa hutang luar negeri swasta memiliki jumlah paling banyak dibandingkan
dengan hutang luar negeri pemerintah. Keadaan ini berdampak pada
penyumbang terbesar pada pencapaian angka debt service ratio yang
disumbang oleh hutang luar negeri swasta. Tahun 1999 debt service ratio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sebesar 69.44 persen adalah milik swasta sedangkan debt service ratio milik
pemerintah hanya sebesar 13.02 persen.
Bila suatu ketika hutang luar negeri tidak terbayar, maka ada kewajiban
yang harus ditanggung. Kewajiban tersebut tentu mengarah pada konsekuensi
politik dan ekonomi atau hukum terutama hukum Internasional. Dari uraian di
atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “TREND
PERKEMBANGAN HUTANG LUAR NEGERI DAN DEBT SERVICE
RATIO DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 1996/1997-2005”. Dalam
penelitian ini akan membahas mengenai trend hutang luar negeri, yaitu hutang
yang dilakukan oleh pemerintah swasta di Indonesia beserta
perkembangannya. Selain itu akan dibahas juga mengenai pencapaian angka
debt service ratio pada hutang luar negeri yang dilakukan oleh pihak
pemerintah dan juga swasta.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana trend perkembangan hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?
2. Bagaimana trend perkembangan hutang luar negeri swasta di Indonesia
tahun anggaran 1996/1997-2005?
3. Bagaimana trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?
4. Bagaimana trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
5. Bagaimana trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?
6. Bagaimana trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri
swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan hutang luar
negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan hutang luar
negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun
anggaran 1996/1997-2005.
4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran
1996/1997-2005.
5. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan debt service
ratio hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran
1996/1997-2005.
6. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan trend perkembangan debt service
ratio hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-
2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah
Dapat memberikan pertimbangan yang diperlukan oleh pemerintah untuk
dapat mengambil keputusan yang tepat ketika akan mengajukan hutang
luar negeri, serta dapat mengelola hutang luar negeri, yang telah diperoleh
dengan bertanggung jawab supaya nilai debt service rationya tidak
mencapai angka yang tinggi.
2. Bagi Swasta
Dapat memberikan pengetahuan mengenai hutang luar negeri dan nilai
debt service ratio sehingga tidak menyalahgunakan hutang luar negeri
yang telah diperoleh, serta dapat mengelolanya dengan baik.
3. Bagi Peneliti
Dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan yang
sudah diperoleh selama mengikuti perkuliahan, serta memperluas
wawasan terutama mengenai hutang luar negeri dan debt service ratio.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Dapat memberikan referensi yang berguna bagi peneliti selanjutnya yang
akan melakukan penelitian mengenai hutang luar negeri dan debt service
ratio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
5. Bagi Universitas Sanata Dharma
Dapat menambah referensi serta koleksi bacaan di perpustakaan
Universitas Sanata Dharma terutama mengenai hutang luar negeri dan debt
service ratio selama tahun anggaran 1996/1997-2005 yang berguna bagi
pembaca sekalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Anggaran adalah suatu perencanaan yang sistematis mengenai suatu
kegiatan negara, perusahaan atau rumah tangga untuk suatu waktu tertentu
di masa yang akan datang. Anggaran negara biasanya ditetapkan untuk
jangka waktu 1 tahun yang disebut dengan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara (APBN) (Kunarjo, 2003: 9). Tahun anggaran yang
digunakan tidak selalu diawali pada tanggal 1 Januari dan diakhiri tanggal
31 Desember, sejak tahun 1969 tahun anggaran yang digunakan oleh
Indonesia dimulai pada tanggal 1 April dan diakhiri pada tanggal 31 Maret
tahun berikutnya. Penyusunan anggaran ini bertujuan supaya segala
kegiatan yang memberikan pemasukan dana dapat diimbangi dengan
kegiatan yang membutuhkan pengeluaran dana.
UUD 1945 dalam pasal 3 menegaskan bahwa MPR menetapkan
GBHN setiap lima tahun sekali yang merupakan pola umum pembangunan
nasional, berupa rangkaian program pembangunan di segala bidang yang
berlangsung secara terus menerus, untuk dapat mewujudkan tujuan
nasional yaitu mencapai suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur,
materiil dan spiritual berlandaskan Pancasila (Barthos, 1990: 1). GBHN
tersebut kemudian dituangkan dan disusun lebih rinci dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Program Pembangunan Nasional (propenas) yang dulunya disebut dengan
REPELITA dan rencana pembangunan tahunan. Berdasarkan Propenas
yang sudah ditetapkan berdasarkan keputusan menteri, disusunlah program
operasional RAPBN, yang pelaksanaannya diatur dengan UU APBN.
Sesuai dengan isi dari pasal 23 ayat 1 UUD 1945, APBN disusun
setiap tahun, dan cara penyusunan APBN dimulai dengan pemerintah yang
menyusun terlebih dahulu Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (RAPBN). RAPBN tersebut diajukan kepada DPR dalam bentuk
nota keuangan untuk dibahas oleh DPR. Apabila DPR telah menyetujui,
maka RAPBN tersebut dapat segera disahkan untuk menjadi APBN, dan
apabila RAPBN tidak disetujui oleh DPR maka pemerintah menggunakan
pedoman atau APBN tahun sebelumnya.
2. Perbandingan Format dan Struktur APBN
APBN tahun 2000 merupakan APBN yang istimewa karena
terdapat perubahan terhadap penggunaan tahun anggaran yang sebelumnya
dimulai tanggal 1 April dan diakhiri 31 Maret tahun berikutnya akan
diganti dengan menggunakan tahun kalender. Oleh karena itu untuk
menyesuaikannya khusus tahun 2000 anggaran dibuat hanya selama 6
bulan yaitu dimulai tanggal 1 Juni 2000 dan diakhiri tanggal 31 Desember
tahun 2000.
Format dan struktur APBN tahun 2000, menggunakan standar yang
berlaku secara internasional sebagaimana yang digunakan dalam statistik
keuangan pemerintah (Government Finance Statistic), sehingga lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
transparan dan benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Sedangkan format dan struktur APBN yang selama ini dipakai
menggunakan table T (T-account), yang berdasar pada prinsip anggaran
berimbang dan dinamis dimana anggaran defisit dibiayai dengan sumber
pembiayaan dari dalam dan luar negeri, sehingga anggaran yang dikatakan
‘berimbang’ namun kenyataannya mengalami defisit.
Format dan struktur APBN lama dapat dilihat dalam bagan berikut
ini:
Tabel 2.1 Format dan Struktur APBN Lama
Penerimaan Pengeluaran
A. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Migas
a. Minyak bumi b. Gas alam
2. Penerimaan di luar Migas a. PPh b. PPn c. Bea masuk d. Cukai e. Pajak ekspor f. PBB g. Pajak lainnya h. Penerimaan bukan pajak i. Laba bersih minyak
B. Penerimaan Pembangunan 1. Bantuan Program 2. Bantuan Proyek
A. Pengeluaran Rutin 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Subsidi Daerah Otonom 4. Bunga Dan Cicilan Hutang 5. Pengeluaran Rutin Lainnya
B. Pengeluaran Pembangunan
1. Pembiayaan Rupiah 2. Bantuan Proyek
Sumber : Depkeu, seperti dikutip dalam Suparmoko, 2000: 54
Dalam format dan struktur APBN lama terlihat bahwa, seluruh
pemasukan diperlakukan sebagai bagian dari unsur penerimaan tanpa
membedakan penyebabnya apakah dari perubahan pemilikan asset dan
kewajiban. Seluruh pengeluaran, juga diperlakukan sebagai bagian dari
unsur pengeluaran negara, tanpa membedakan apakah transaksi tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menyebabkan perubahan beban kewajiban di masa yang akan datang.
Selain itu pemisahan pengeluaran negara dalam bentuk pengeluaran rutin
dan pembangunan belum dilakukan secara tegas sehingga menimbulkan
kerancuan. Secara keseluruhan format anggaran ini tidak bisa memberikan
gambaran langsung besarnya overall balance deficit.
Format dan struktur APBN yang baru dapat dilihat dalam bagan
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Format dan Struktur APBN Baru
URAIAN
A. Pendapatan negara dan hibah I. Penerimaan dalam negeri
1. Penerimaan perpajakan a. Pajak dalam negeri
i. Pajak Penghasilan - non migas - migas
ii. Pajak Pertambahan nilai iii. PBB dan BPHTB iv. Cukai v. Pajak lainnya
b. Pajak perdagangan Internasional i. Bea masuk ii. Pajak/pungutan ekspor
2. Penerimaan negara bukan pajak a. Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA)
i. Migas ii. SDA lainnya
b. Bagian pemerintah atas laba BUMN c. PNBP lainnya
II. Hibah B. Belanja negara
I. Pengeluaran Rutin 1. Belanja pegawai 2. Belanja barang 3. Belanja rutin daerah 4. Pembayaran bunga utang 5. Subsidi 6. Pengeluaran lainnya
II. Pengeluaran pembangunan 1. Pembiayaan pembangunan rupiah
a. Anggaran yang dikelola daerah b. Anggaran yang dikelola oleh instansi pusat
2. Pembiayaan proyek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
C. Surplus/defisit anggaran (A-B) D. Pembiayaan bersih (D.I+D.II=D=C)
I. Pembiayaan dalam negeri (D.I.1+D.I.2) 1. Perbankan dalam negeri 2. Non perbankan dalam negeri (D.I.1.a+D.I.2.b)
a. Privatisasi b. Penjualan asset program restrukturisasi perbankan
II. Pembiayaan Luar negeri bersih (D.II.1+D.II.2) 1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri (Bruto) 2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri (Amortisasi)
Produk Domestik Bruto ( PDB)
Sumber : Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2000. Hal IV/37
Format dan struktur APBN baru mengalami penyesuaian sebagai
berikut: pertama, penyesuaian dari penerimaan pajak migas, yang akan di-
posting dalam penerimaan pajak; kedua, hasil privatisasi BUMN dan
recovery asset akan masuk dalam komponen pembiayaan defisit; ketiga,
pos penerimaan pembangunan diganti dengan pembiayaan defisit;
keempat, komponen hutang baik untuk program proyek maupun
pembangunan akan dikurangi secara bertahap dan akan lebih diarahkan
pada proyek milik pemerintah; kelima, subsidi akan dikurangi secara
bertahap dengan penggunaannya diprioritaskan untuk mencapai keadilan
gaji pegawai negeri dan untuk mempercepat kemakmuran proyek
pengentasan kemiskinan; keenam, untuk mempersiapkan pemerintah pusat
atas terlaksananya UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah maka dana pembangunan daerah dan dana bagi hasil dari
PBB dialokasikan kepada subsidi daerah otonom; ketujuh, penerimaan dari
sumber alam dan reboisasi dikelompokkan dalam penerimaan bukan pajak;
kedelapan, pengeluaran belanja rutin pegawai disatukan; kesembilan biaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bunga dan restrukturisasi bank dan subsidi kredit program dikelompokkan
pada pengeluaran rutin (Media Akuntansi, Desember 1999-Januari 2000:
36).
3. Defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara
APBN digunakan pemerintah sebagai alat untuk mengatur prioritas
nasional, mengalokasikan output nasional diantara konsumsi umum dan
pribadi, untuk investasi serta menyediakan insentif dalam rangka
meningkatkan atau mengurangi output di sektor-sektor tertentu. APBN
mempengaruhi perekonomian melalui kebijakan fiskal. Beberapa
pendukung awal pendekatan Keynesian percaya bahwa kebijakan fiskal
serupa dengan tombol yang digunakan untuk mengontrol atau
menyelaraskan langkah perekonomian. Hal ini terjadi dengan kebijakan
fiskal dapat mengatur pajak dan pengeluaran publik untuk mengurangi
gelombang siklus bisnis dan menyumbang pertumbuhan, perekonomian
yang memiliki tenaga kerja tinggi serta bebas dari inflasi yang tinggi dan
berubah-ubah (Samuelson, 2004: 434).
APBN tidak selamanya dalam keadaan berimbang, dimana
penerimaan sama dengan pengeluaran yang dilakukan. Adakalanya
anggaran yang telah dibuat mengalami kelebihan (surplus) dan adakalanya
mengalami kekurangan (defisit). Semua negara pernah mengalami
keadaan dimana APBN yang disusun defisit maupun surplus. APBN
disebut defisit apabila pengeluaran melebihi penerimaan pajak dan seluruh
penerimaan lainnya. Defisit APBN yang lebih besar berarti lebih memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
rangsangan untuk permintaan agregat yang dapat merendahkan
pengangguran dan menarik perekonomian keluar dari resesi. APBN yang
surplus terjadi apabila penerimaan pajak dan penerimaan lainnya lebih
besar dari pada pengeluaran pemerintah. Surplus ekonomi dapat
mengurangi ancaman terjadinya infasi.
APBN yang defisit tentunya harus segera diatasi, berikut ini
Salvatore dalam Tesamaris (2005: 111) menguraikan beberapa cara yang
dapat dilakukan apabila terjadi defisit anggaran yaitu: pertama, pencetakan
uang baru. Pencetakan uang baru yang dilakukan pemerintah, maka
pemerintah dapat mengklaim sumber-sumber riil yang disebut seignorage.
Seignorage termasuk dalam komponen pemerintah karena adanya hak
eksklusif pemerintah untuk mencetak uang.
Kedua, pinjaman dalam negeri. Defisit APBN tidak akan
menimbulkan efek moneter apabila pembiayaan tersebut tidak dibiayai
oleh rediskon bank sentral. Hal ini disebabkan karena secara umum
pinjaman pemerintah akan menurunkan kredit yang seharusnya tersedia
untuk sektor swasta. Akibatnya akan menimbulkan tekanan bagi tingkat
bunga dalam negeri.
Ketiga, menggunakan cadangan devisa. Dalam perekonomian yang
menganut sistem kurs tetap, penggunaan cadangan devisa secara
berlebihan akan menyebabkan krisis pada neraca pembayaran.
Penggunaan cadangan devisa untuk membiayai defisit anggaran akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
menyebabkan penawaran mata uang asing akan meningkat sehingga mata
uang dalam negeri mengalami apresiasi.
Keempat, hutang luar negeri. Dilihat dari fungsi pinjaman dalam
atau luar negeri tidak berbeda apabila dapat dialokasikan secara efisien
dan produktif sehingga mampu memberikan kesejahteraan pada
masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan hutang luar
negeri adalah berkaitan dengan pengembalian atau amortisasinya. Hutang
luar negeri menyebabkan pelunasan hutang dan bunga hanya akan
dinikmati oleh pihak debitur luar negeri. Akibatnya terjadilah transfer
pendapatan negatif ke luar negeri. Di Indonesia, bantuan resmi yang
diterima pemerintah dan dikategorikan sebagai penerimaan pembangunan
dalam APBN disebut Official Development Assistance (ODA), yaitu
merupakan salah satu bentuk pengalihan dana dari negara maju sebagai
negara donor kepada negara sedang berkembang sebagai penerima dana
(Widodo, 1990: 67).
B. Paham yang Mendukung Hutang Luar Negeri: Neoliberalisme
Neoliberalisme adalah “isme” yang tanpa disadari sudah menyusup ke
dalam semua aspek kehidupan. Menurut Kamus Ilmu Pengetahuan (1997:
712) neoliberalisme diartikan sebagai aliran ekonomi pasca perang dunia ke
dua yang membela struktur politik yang luwes, sistem pasar yang bebas serta
upaya keras untuk meredam campur tangan pemerintah maupun konsentrasi
kekuasaan swasta (buruh, kartel) yang terlalu kuat untuk proses perekonomian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Ciri dari adanya neoliberalisme adalah adanya ciri khusus kebijakan
ekonomi, seperti privatisasi, deregulasi, dan liberalisasi. Neoliberalisme
melaksanakan privatisasi karena mereka menganggap bahwa negara tidak
punya alasan untuk mencampuri dan mengawasi pasar, karena pasar justru
merupakan prinsip yang mendasari negara dan masyarakat. Hal ini berbeda
dengan liberalisme klasik yang berpandangan bahwa negara memiliki kontrol
kuat dalam perekonomian, sehingga kebijakan sosial sangatlah sesuai untuk
diterapkan ( Priyono, 2003: 47).
Kebijakan deregulasi juga memiliki tujuan untuk semakin memangkas
peran pemerintah dalam perekonomian. Gagasan neoliberal tentang
pemerintah tidak serta merta memindahkan kekuasaan pemerintah ke tangan
individu, negara dalam gagasan neoliberal yang hanya menjadi “penjaga
malam” juga harus bertanggung jawab terhadap kontrol warga tanpa harus
bertanggung jawab kepada mereka. Liberalisasi diartikan sebagai adanya
pergerakan bebas antar negara, misalnya kekurangan modal yang dialami oleh
suatu negara maka negara tersebut perlu mendapatkan aliran modal dari luar
negeri. Disinilah letak penting deregulasi, liberalisasi (modal finansial,
barang/jasa, tarif, pajak dsb).
Neoliberalisme mengacu pada filosof ekonomi-politik yang mengurangi
atau menolak campur tangan pemerintah dalam ekonomi domestik. Paham ini
memfokuskan pada metode pasar bebas, pembatasan sedikit pada para pelaku
bisnis dan hak-hak milik pribadi. Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme
erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri (merujuk pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
perdagangan bebas) melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi,
diplomasi atau intervensi militer (www.kau.or.id 4 Oktober 2006).
Di Indonesia adanya krisis pada tahun 1997 yang menimbulkan
kemerosotan rupiah, maka pemerintah Indonesia secara resmi mengundang
IMF untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Sebagai syarat mencairkan
dana talangan yang disediakan IMF, pemerintah Indonesia wajib
menandatangani kebijakan Washington melalui Letter of Intent. Isi dari
deklarasi ini mengatur penghapusan subsidi untuk BBM, sekaligus
memberikan peluang bagi perusahaan multinasional seperti Shell. Begitu juga
dengan kebijakan privatisasi BUMN, diantaranya. Indosat, Telkom, BNI.
Salah satu isi dari pernyataan Indonesia wajib mengisi pada waktu itu yang
mencoba untuk membantu justru menimbulkan masalah baru. Salah satu
kesalahan IMF menangani krisis ekonomi di Indonesia adalah bahwa IMF
“lupa” untuk menyiapkan infrastruktur jaring pengaman yang memadai
(www.wikipedia.org 4 Oktober 2006).
Kritik terhadap neoliberalisme terutama berkaitan dengan negara-negara
berkembang yang aset-asetnya telah dimiliki oleh pihak asing dan yang
institusi ekonomi politiknya belum terbangun yang telah dikuras sebagai
akibat tidak terlindungi dari arus deras perdagangan dan modal. Gerakan
neoliberal juga mengkritik beberapa negara maju yang menuntut negara lain
untuk meliberalisasi pasar mereka bagi barang hasil industri mereka,
sementara mereka sendiri melakukan proteksi terhadap pasar domestik mereka
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
C. Paham yang Menentang Hutang Luar Negeri: Kiri Baru
Permulaan tahun 1960-an universitas di Amerika Serikat, melakukan
penolakan terhadap apa yang dibangun oleh para pendahulu mereka ditengah
situasi kemakmuran tanpa tanding. Tahun 1960, C Wright Mills, seorang
sosiolog dari Columbia University, New York, dan salah seorang “guru”,
mereka menulis sebuah “letter to the New left”. Sejak saat itu gerakan mereka
mendapat nama Kiri Baru (Basis, Mei – Juni 1996).
Menurut kamus ilmu pengetahuan (1997: 501) kiri baru diartikan
sebagai gerakan protes terhadap kenyataan sosial seperti lembaga sosial,
politis, ekonomis, pandangan hidup, nilai moral, dan cita-cita moral dari
masyarakat. Gerakan yang dilancarkan sebagian besar mahasiswa dan pelajar
di negara barat, sasaran akhir yakni perombakan total lembaga otoritas, dan
nilai kehidupan yang ada. Mereka mengumandangkan nihilisme, anarkhisme,
spontanitas keinginan melepaskan diri dari struktur sosial ekonomi, politis dan
kultural masyarakat, sayangnya gerakan ini tidak memiliki pedoman dan
berasal dari berbagai organisasi dengan latar belakang yang berbeda. Tahun
1970-an gerakan ini hilang, namun telah memberikan sumbangan pada
bangkitnya kesadaran massa dalam negara kapitalis.
Nilai-nilai yang diperjuangkan dalam Kiri Baru ini sangat bertolak
belakang dengan ajaran yang dikemukakan oleh kaum neoliberal. Gerakan
Kiri Baru mengemukakan bahwa kebebasan mutlak individu tidaklah mungkin
bisa terjadi, karena dalam perkembangan liberalisme sendiri dapat dipelajari
bahwa kebebasan ekonomi justru menyebabkan individu- individu yang kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
akan menindas yang lemah. Aspek penindasan dari kebebasan individu tampil
dalam hidup sosial (Hardiman, 1986: 55)
D. Hutang Negara
1. Pengertian Hutang
Semua pemerintah tidak dapat terlepas dari kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya maupun politik
bangsanya. Kegiatan-kegiatan ini tentu saja perlu ditunjang dengan dana,
oleh karena itu pemerintah harus melakukan pengeluaran yang harus
dibiayai dengan penerimaan pemerintah meliputi penerimaan pajak,
penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dan jasa yang
dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak
uang dan sebagainya ( Suparmoko, 2000: 93).
Masalah pembangunan ekonomi, terutama masalah sumber
pembiayaan pembangunan, disamping besarnya penerimaan hasil ekspor
berupa devisa dan kemungkinan hasil penghematan penggunaan devisa
melalui usaha-usaha impor substitusi dan juga tabungan–tabungan
pemerintah adalah masalah sumber dana baik dari dalam maupun luar
negeri yang berupa pinjaman negara (hutang negara). Hasil dari hutang
negara memainkan peranan penting, baik sebagai sumber dana pada saat
terjadinya pinjaman maupun pada saat pengembalian hutang tersebut.
Pengertian hutang secara umum adalah hutang yang harus dibayar
oleh debitur dengan uang atau jasa pada suatu saat tertentu di masa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
akan datang (Yusuf, 2003: 23). Dengan kata lain hutang merupakan
tagihan kreditur kepada debitur. Hutang pemerintah dapat mempengaruhi
peran negara dalam perekonomian dunia. Ketika defisit anggaran
menurunkan tabungan nasional, akan menyebabkan defisit perdagangan
yang sebaliknya didanai dengan melakukan pinjaman dari luar negeri.
Hubungan antara defisit anggaran dan defisit perdagangan menyebabkan
dua dampak atas hutang pemerintah yaitu 1) Tingkat hutang pemerintah
yang tinggi dapat meningkatkan resiko bahwa perekonomian akan
mengalami pelarian modal. Penurunan yang merugikan dalam permintaan
atas asset nasional di pasar keuangan dunia 2) Tingkat hutang pemerintah
yang tinggi yang didanai oleh hutang luar negeri bisa menurunkan
pengaruh politis negara dalam percaturan global (Mankiw, 2005: 391-392).
2. Macam-macam hutang
a) Berdasarkan jaminan yang diberikan hutang negara dapat dibedakan
menjadi dua yaitu reproductive debt dan dead weight debt.
1) Reproductive debt
Reproductive debt adalah hutang yang dijamin seluruhnya dengan
kekayaan negara berhutang atas dasar nilai yang sama besarnya.
Pembayaran bunga (interest) dan cicilan pokok hutang bagi
reproductive debt biasanya diambil dari pendapatan yang berasal
dari kekayaan negara atau hasil usaha negara tersebut dan biasanya
hutang tadi harus dibayar paling lama sepanjang umur dari barang-
barang atau kekayaan yang dipakai sebagai jaminan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2) Dead weight debt
Dead weight debt adalah hutang yang tanpa disertai jaminan
kekayaan. Pembayaran bunga dan cicilan hutang bagi dead weight
debt harus diambilkan dari sumber penerimaan negara lain yang pada
umumnya berasal dari pajak.
b) Berdasarkan cara memperolehnya hutang negara dapat dibedakan
menjadi dua yaitu pinjaman sukarela dan pinjaman paksa.
1) Pinjaman sukarela
Keuntungan utama dari adanya pinjaman sukarela adalah para
pemberi pinjaman bebas menyerahkan namun, jumlah yang
dikumpulkan tidak begitu besar.
2) Pinjaman paksa
Pinjaman paksa sudah jarang terjadi untuk saat ini. Karena
pengumpulannya dapat dipaksakan, maka jumlah yang diperoleh
lebih banyak. Pembayaran bunga biasanya lebih rendah daripada
pinjaman sukarela.
c) Berdasarkan asalnya hutang negara dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pinjaman yang berasal dari dalam negeri dan pinjaman yang berasal
dari luar negeri.
1) Pinjaman dalam negeri
Pinjaman dalam negeri adalah pinjaman yang berasal dari orang atau
lembaga sebagai penduduk negara itu atau dalam lingkungan negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
itu. Pinjaman dalam negeri dapat bersifat paksa dan sukarela.
Pinjaman dalam negeri hanya mencakup pemindahan kekayaan
dalam masyarakat negara itu sendiri. Pinjaman dalam negeri dapat
berubah menjadi pinjaman luar negeri melalui pembelian surat-surat
obligasi di negara lain.
2) Pinjaman luar negeri
Pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari orang atau
lembaga negara lain. Bersifat sukarela kecuali ada suatu kekuasaan
dari suatu negara atas negara lain. Pinjaman luar negeri mencakup
pemindahan kekayaan dari negara yang meminjamkan (kreditur)
kepada negara peminjam (debitur). Pinjaman luar negeri bisa
menjadi pinjaman dalam negeri apabila terjadi pembelian surat-surat
obligasi oleh penduduk negara debitur dari negara kreditur.
3. Sumber Hutang Negara
Pinjaman negara diperoleh dari empat sumber yaitu 1) Para individu
sebagai kreditur, yaitu pemberian pinjaman oleh para individu dengan cara
mereka membeli surat obligasi negara, 2) Lembaga keuangan bukan bank
sebagai kreditur, pemerintah menjual surat obligasi kepada perusahaan
asuransi dan sebagainya yang bukan bank. Pembelian oligasi terjadi bila
obligasi lebih menarik dan memberikan hasil yang tinggi dibandingkan
dengan deviden sebagai hasil pemegang saham, 3) Bank-bank umum
sebagai kreditur, karena bank umum memberikan kredit berbeda dengan
lembaga keuangan yang lainnya, maka dapat menciptakan tenaga beli baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dengan berdasarkan pada reserve yang dipunyai, 4) Bank sentral sebagai
kreditur, jika pemerintah menjual surat obligasi kepada bank sentral.
Seakan-akan pemerintah mempunyai simpanan di bank Sentral. Kalau
kemudian pemerintah mengambil uang dari bank dan melakukan
pembayaran kepada individu, dan individu menyimpan uang di bank
umum, ini merupakan tambahan reserve bagi bank umum.
E. Hutang luar negeri
1. Pengertian Hutang luar negeri
Hutang luar negeri diperlukan oleh negara berkembang untuk
memulihkan defisitnya yaitu defisit investasi tabungan domestik, ekspor-
impor, dan anggaran pemerintah. Sumber keuangan dari luar (baik berupa
hibah atau pinjaman) dapat memainkan peranan yang penting dalam usaha
melengkapi kekurangan sumber daya domestik untuk mempercepat
pertumbuhan devisa dan tabungan. Ada dua model kesenjangan (two-gap
model) yaitu kesenjangan tabungan (savings gap) dan kesenjangan devisa
(foreign-exchange gap).
Savings gap dan foreign exchange gap merupakan dua hal yang
berbeda dan berdiri sendiri artinya, kekurangan tabungan tidak dapat
digantikan oleh cadangan devisa dan sebaliknya kekurangan cadangan
devisa tidak dapat digantikan oleh tabungan. Hal ini disebabkan kedua
jenis kesenjangan tersebut akan lebih dominan pada waktu tertentu.
Apabila kesenjangan tabungan lebih dominan berarti negara tersebut dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
keadaan full employment dan negara tersebut tidak menggunakan semua
dari pendapatan devisanya. Negara tersebut bisa saja menggunakan sisa
devisanya untuk mengimpor barang modal dari luar negeri, tetapi didalam
negeri sudah tidak ada lagi kelebihan tenaga kerja yang dapat
melaksanakan proyek-proyek investasi baru tersebut. Sehingga sisa devisa
tersebut digunakan untuk mengimpor barang-barang konsumsi yang
mewah (Todaro, 2004: 192-193).
Hampir semua negara sedang berkembang dianggap termasuk dalam
kategori foreign-exchange gaps, dan kendala tersebut dianggap sebagai
faktor utama penghambat pembangunan. Negara ini mempunyai kelebihan
sumber produktif terutama tenaga kerja dan semua pendapatan habis
digunakan untuk impor (Todaro, 2004: 193). Adanya kebutuhan
mengimpor berbagai barang modal sebagai penggerak industri di dalam
negeri harus dipenuhi dengan menggunakan devisa. Disisi lain devisa yang
dimiliki oleh Indonesia sangat sedikit karena ekspor yang selama ini
dilakukan hanya sebatas pada barang primer yang tidak memberikan
kontribusi besar pada devisa. Sehingga untuk menambah devisa diperlukan
adanya hutang luar negeri (Hudiyanto, 2004: 72).
Hutang luar negeri terjadi karena adanya tarikan dan dorongan.
Teori yang mendasarkan pada tarikan hutang terjadi karena adanya
permintaan yang dilakukan oleh negara pengutang. Ada dua kategori yang
mendukung hutang luar negeri yang pertama, dilandasi oleh alasan
ekonomi terkait dengan proses meningkatkan kapasitas produksi nasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dan yang kedua, tanpa dilandasi perhitungan ekonomi melainkan faktor
acak, yang terkait dengan perilaku korup dan tidak bertanggung jawab
dalam memanfaatkan hutang luar negeri oleh para penguasa di negara
tersebut. Sedangkan teori kedua yang mendasarkan pada dorongan utama
untuk berhutang, menurut Mandell terjadi karena adanya desakan dari
negara yang mempunyai surplus petro dollar. Akhirnya supaya surplus
tersebut tidak menjadi dana yang menganggur maka surplus tersebut
“dilemparkan” ke negara sedang berkembang (Hudiyanto, 2004: 75).
Hutang luar negeri selalu disertai beban melalui pembayaran bunga
dan pembayaran cicilan pokok hutang yang akan dipikul oleh generasi di
masa akan datang. Sedangkan apabila melakukan pinjaman ke dalam
negeri hanya berupa pemindahan dana dari satu orang ke orang yang lain.
Hutang luar negeri dapat meningkatkan pendapatan nasional saat pinjaman
itu diinvestasikan tetapi saat pengembalian akan ada pemindahan dana dari
dalam ke luar negeri. Tersedianya dana pinjaman luar negeri karena lebih
menguntungkan (Alun, 1992: 27).
2. Sumber dan Jenis Pendanaan Hutang Luar Negeri
Pemerintah dapat memperoleh dana dari luar negeri dengan
melakukan hutang kepada pihak donor baik berupa lembaga maupun
negara. Pada tahun 1967 dibentuklah International Government Group on
Indonesian (IGGI) yang beranggotakan Amerika Serikat, Australia,
Belanda, Belgia, Jepang, Swiss, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman Barat,
dan Selandia Baru. Masa Pemerintahan Orde Baru, Indonesia mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
hutang luar negeri dari organisasi ini. Sesudah Perang Dunia II, IMF dan
Bank Dunia didirikan dan berhasil memperbaiki hubungan keuangan dan
hutang luar negeri antar negara. Pada masa itu kondisi ekonomi dibanyak
negara terus membaik, juga di negara-negara berkembang.
Depresi besar-besaran yang terjadi pada tahun 1930-an
menyebabkan masyarakat internasional berkeinginan untuk membentuk
sistem moneter internasional yang dapat menjamin keteraturan dan
kepastian nilai mata uang. Oleh karena itu dibentuklah International
Moneytary Fund (IMF) dalam sebuah konferensi internasional di Bretton
Woods, AS tahun 1944 menjelang akhir Perang Dunia ke II. Bersama
dengan IMF didirikan juga International Bank for Reconstruction and
Development (IBRD) atau yang lebih dikenal dengan Bank Dunia.
Tanggung jawab IMF adalah menjaga sistem keuangan internasional,
sedangkan Bank Dunia membantu kegiatan pembangunan yang bersifat
jangka panjang dengan menyediakan paket hutang untuk proyek-proyek
dan program pembangunan infrastruktur, pendidikan, pemberantasan
kemiskinan menjaga lingkungan dan sejenisnya. IMF memiliki 182 negara
anggota dengan sifat keanggotaan sukarela, tetapi untuk menjadi anggota
ada berbagai kewajiban antara lain membayar iuran yang disesuaikan
dengan kemampuan setiap negara yang bersangkutan dan disebut dengan
kuota. Kuota yang disetorkan akan menentukan besarnya suatu negara, dan
menjadi modal bagi IMF untuk dapat memberi pinjaman kepada negara
yang membutuhkan. Semakin besar kuota yang diberikan, maka hak suara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
akan semakin besar. Negara yang memiliki hak suara paling besar adalah
Amerika Serikat (sekitar 18 persen). Negara lain seperti Jerman, Jepang,
Prancis, dan Inggris hanya memiliki kuota sebesar 5-6 persen (Gatra, 15
April 2000. Hal 90-91).
Dalam bidang moneter, IMF bertugas sebagai pengatur sistem
keuangan dan sistem nilai tukar internasional. IMF menyebutnya dengan
istilah surveillance yaitu mengikuti kebijakan moneter setiap negara. Oleh
karena itu setiap negara anggota wajib untuk memberikan keterangan
mengenai keadaan ekonomi dan situasi moneternya. Cara inilah yang
dipakai IMF untuk mengikuti perkembangan perekonomian di seluruh
dunia. Selain itu, IMF dirancang untuk menolong negara yang mengalami
kesulitan neraca pembayaran dengan memberikan hutang luar negeri dan
fungsi IMF lainnya adalah menstabilkan ekonomi global. Meskipun IMF
secara resmi dibentuk tahun 1944, pertemuan pertama baru dilakukan pada
tanggal 27 Desember 1945. Pertemuan pada waktu itu dihadiri oleh 29
negara akan tetapi semakin lama aktivitas dan jumlah peserta semakin
bertambah banyak (Deliarnov, 2006: 177).
Lembaga-lembaga internasional yang berhubungan dengan urusan
bantuan pembangunan dibagi menjadi tiga kelompok (Tesamaris, 2005:
113) yaitu:
a. Bank-bank pembangunan (Development Bank) atau bank dunia IDA
(International Development Association), IFC (International Finance
Cooporation).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
b. Badan khusus PBB: UNDP (United Nation Development Programme)
dan UNCTAD (United Nation Conference on Trade Development)
c. Lembaga-lembaga khusus PBB seperti: ILO, FAO, UNESCO dan
WHO.
Hutang luar negeri, selain dapat diperoleh dari berbagai sumber,
terdapat bermacam-macam jenis yang dapat membedakan hutang luar
negeri. Secara garis besar hutang luar negeri dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu berdasarkan pemakai, persyaratan dan sumbernya.
Pertama, jenis-jenis hutang luar negeri berdasarkan pemakainya
antara lain: a) Bantuan program yang merupakan hutang yang digunakan
untuk menunjang program pembangunan, program stabilisasi ekonomi dan
rehabilitasi ekonomi, misalnya bantuan program gandum yang sampai saat
ini masih berjalan; b) Bantuan proyek yang digunakan untuk membiayai
proyek pembangunan pemerintah; c) Bantuan teknis merupakan bantuan
yang diberikan dalam bentuk jasa keahlian serta fasilitas lainnya yang
bertujuan untuk mempercepat alih teknologi dan keterampilan. Misalnya
bantuan proyek untuk membangun gedung-gedung SMP.
Kedua, jenis hutang luar negeri berdasarkan persyaratan antara
lain: a) Pinjaman lunak merupakan pinjaman dari lembaga multilateral
maupun negara bilateral yang dananya berasal dari iuran anggotanya
(untuk multilateral) atau dari anggaran negara yang bersangkutan (untuk
bilateral) dan ditujukan untuk peningkatan pembangunan, biasanya
pinjaman lunak mengandung hibah/grant yang tidak perlu dikembalikan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
b) Pinjaman setengah lunak memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian
lunak dan sebagian komersial, misalnya penanaman modal asing; c)
Pinjaman komersial merupakan pinjaman yang bersumber dari bank atau
lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional
pada umumnya.
Ketiga, jenis hutang luar negeri berdasarkan sumbernya antara lain:
a) Bilateral, yaitu hutang luar negeri yang diberikan secara langsung dan
bersumber pada hutang antara negara donor dan negara debitur. Negara
donor biasanya akan mendirikan badan khusus misalnya Agency of
International Development (AID) yang dibentuk oleh Amerika Serikat dan
Overseas Economis Coorporation Fund (OECF) yang dibentuk oleh
negara Jepang. b) Bantuan multilateral mulai tumbuh seiring dengan
perkembangan PBB. Bantuan multilateral merupakan hutang luar negeri
yang bersumber pada perjanjian antara negara donor dan lembaga
internasional, diantaranya United Nations Development (UNDP) program
dan badan bentukan PBB seperti bank dunia/ bank pembangunan Asia,
Colsultative Group for Indonesia (CGI) dan bank-bank regional lainnya.
3. Hutang Luar Negeri Sebagai Sumber Kapital
Sebagian besar Negara Sedang Berkembang kemungkinan terhadap
akumulasi kapital sangat terbatas, karena selain rendahnya produktivitas,
juga besarnya konsumsi baik untuk sektor swasta atau pemerintah. Oleh
karena itu negara tersebut perlu untuk mengimpor baik berupa bahan dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
atau barang kapital termasuk pengetahuan dan ahlinya. Kelangkaan faktor-
faktor produksi menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan per kapita
sekaligus menghambat negara berkembang untuk mencapai skala
ekonomis yang optimal yang selama ini telah mampu memperkaya negara-
negara industri (Harsoyo, 1996: 70).
Untuk bisa mengimpor tentunya diperlukan devisa. Devisa dapat
diperoleh dengan cara meningkatkan ekspor atau dengan meminta bantuan
pada luar negeri. Tetapi karena ekspor negara berkembang berupa produksi
primer sehingga penerimaan devisa hasil ekspor lebih rendah dibanding
kebutuhan impornya. Barang primer memberi penerimaan devisa yang
rendah karena 1) Rendahnya elastisitas permintaaan, sehingga apabila ada
perubahan harga tidak akan terlalu berpengaruh terhadap permintaan, 2)
Ketidakstabilan harga, barang primer biasanya hanya dihasilkan di negara
sedang berkembang saja. Sehingga apabila ada kenaikan di pasaran luar
negeri penerimaan devisa akan meningkat, yang akan memicu untuk
meningkatkan produksi. Akibatnya harga akan turun lagi dan penerimaan
devisa akan berkurang, 3) Memburuknya nilai tukar, karena barang ekspor
negara sedang berkembang cenderung tetap atau cenderung turun.
Sebaliknya impor negara tersebut justru naik, karena kua litas dari
produknya sehingga nilai tukar antara barang primer dan barang pabrik
cenderung buruk, 4) Penggunaan barang sintetis dan substitusi, adanya
kemajuan tekonologi juga menjadi ancaman terhadap penerimaan devisa
bagi negara sedang berkembang, karena munculnya persaingan dari barang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sintetis dan substitusi, 5) Adanya tarif dan kuota bagi barang yang identik
atau sejenis dengan barang yang dihasilkan oleh negara maju.
Negara sedang berkembang banyak kesulitan untuk memupuk dana
kapital dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi. Hal ini
disebabkan karena rendahnya tabungan dan penerimaan devisa dari ekspor.
Satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah dengan mencari dana dari
luar negeri baik berupa investasi langsung maupun bentuk pinjaman
lainnya (Suparmoko, 2000: 267-271). Akhirnya diketahui bahwa pinjaman
luar negeri merupakan suatu sumber dana untuk memenuhi kebutuhan
investasi guna pembangunan ekonomi dan bersifat sebagai pelengkap
bukan pengganti sumber dana. Kondisi saat ini, menggambarkan bahwa
proporsi hutang swasta lebih banyak daripada hutang pemerintah. Hutang
swasta saat ini mencapai 60 persen Berikut ini adalah daftar perusahaan
swasta yang memiliki hutang luar negeri terbanyak:
Tabel 2.3
Daftar 21 Perusahaan Swasta Yang Memiliki Hutang Luar Negeri Terbanyak
Tahun 2000
No Pengutang Pemilik Jumlah hutang
(Rp triliun) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Texmaco Grup Barito M Hasan Grup Bakrie Grup Humpuss Grup PSP Grup Tirtamas Grup Napan Tirtobumi Grup Djajanti
Marimutu Sinivasan Prajogo Pangestu Bob Hasan Aburizal Bakrie Hutomo Mandala Putra Kel Gondokusumo Hasyim Djojohadikusumo Henry Pribadi Moertomo Basoeki Burhan Uray
16,552 7,356 6,304 5,711 5,650 4,225 3,085 3,666 2,902 2,853
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
No Pengutang Pemilik Jumlah hutang
(Rp triliun) 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Bimantara Grup Dharmala Bahana Pembinaan Usaha Indonesia Grup Gunung Sewu Grup Rajawali Grup Ongko Gruo Danamon Grup Nugra Sentana Grup Kodel 220 Argo Pantes 221 Grup Sekar
Bambang Trihatmodjo Kel. Gondokusumo Bank Indonesia Kel Angkossoebroto Peter Sondakh Kaharudin Ongko Usman Admadjaja Kel. Sutowo Said Umar Husin, Maher Algadrie, Soegeng Sarjadi, Fahmi Idris The Ning King Kel. Harry: Harry Lukmito, Harry Fong Jaya, Ahrry Sunogo, Loddy Gunadi, Harry Susilo
2,850 2,694 2,643
2,576 2,543 2,492 2,300 2,148 1,928
1,836 1,626
Sumber : BPPN dalam Tempo, 17 September 2000
4. Dampak Negatif Hutang Luar Negeri
Ada enam masalah yang berkaitan dengan beban hutang luar negeri
yaitu 1) Beban hutang luar negeri akan terus meningkat karena tekanan
nilai rupiah yang cenderung melemah apalagi jika dibandingkan dengan
masa pra krisis ekonomi, 2) Tekanan nilai tukar mengharuskan masyarakat
bekerja lebih keras karena adanya pembayaran hutang oleh rakyat (dalam
bentuk pajak, retribusi dll) dilakukan dalam mata uang rupiah, 3)
Kemampuan membayar hutang luar negeri akan menurun Karena debt
service ratio meningkat. Kemampuan membayar hutang luar negeri sangat
tergantung pada ekspor dan ekspor sangat tergantung pada permintaan dan
penawaran pasar internasional sisi penawaran, sektor riil belum pulih
karena penyelesaian hutang-hutang swasta dan rekapitulasi yang belum
tuntas dapat diselesaikan, 4) Kewajiban membayar hutang yang terlalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
besar, maka potensi untuk mendorong perekonomian nasional terlalu kecil,
5) Jumlah hutang luar negeri yang sangat besar mempengaruhi persepsi
dan ekspektasi ketidak percayaan masyarakat baik di dalam atau luar
negeri, 6) Karena hutang luar negeri di Indonesia paling besar diantara
negara berkembang, sehingga berakibat negatif pada kelompok kecil dan
miskin misalnya adanya kenaikkan tarif jasa publik (listrik, telepon, pajak).
F. Debt Service Ratio
1. Pengertian Debt Service Ratio
Hutang luar negeri yang diterima Indonesia pada awalnya hanya
sebagai dana pendamping selain dana yang berasal dari devisa,
penerimaan ekspor dan surplus perdagangan. Keadaan ini berubah karena
saat ini hutang luar negeri tidak sekedar menjadi dana pendamping
melainkan sumber utama dalam pembiayaan pembangunan. Hutang luar
negeri yang telah diperoleh seharusnya dapat dikelola secara efektif dan
efisien sehingga menjadi dana yang tepat sasaran. Dalam kondisi ini
pengelolaan hutang luar negeri sangat diperlukan, sehingga kewajiban
untuk melunasi hutang luar negeri, membayar cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri dapat dilaksanakan dengan lancar dan tepat pada
waktunya. Setiap negara yang mendapatkan hutang luar negeri selalu
disertai kewajiban untuk melunasi hutang luar negeri tersebut. Pembayaran
kembali pinjaman beserta bunganya memerlukan devisa yang sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
banyak dan sering disebut dengan aliran modal negatif dari negara sedang
berkembang ke negara maju.
Beban hutang luar negeri ini dapat diukur dengan melihat proporsi
dari penerimaan devisa pada ‘current account’ dalam neraca pembayaran
internasional yang berasal dari ekspor barang dan jasa yang diserap oleh
seluruh debt service yang berupa bunga dan cicilan hutang luar negeri.
Apabila rasio antara penerimaan ekspor barang dan debt service semakin
kecil atau debt service ratio semakin besar maka beban dari hutang luar
negeri menjadi semakin berat (Suparmoko, 2000: 251). Debt service ratio
yang tinggi, terutama sudah mencapai angka diatas 20 persen, maka posisi
keuangan negara tersebut berada dalam kondisi kritis artinya kredibilitas
negara tersebut turun dimata negara donor.
Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan negara
untuk melakukan pembayaran dalam bentuk valuta asing adalah debt
service ratio. Debt service ratio merupakan nisbah (rasio) antara
kewajiban membayar cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
dibandingkan dengan penerimaan ekspor (Kunarjo, 2003: 70). Ukuran ini
menunjukkan beban hutang luar negeri yang harus dibayar dibanding
ekspor yang dilakukan oleh suatu negara. Peningkatan hutang luar negeri
yang tidak diimbangi dengan meningkatnya kemampuan ekspor
mengakibatkan debt service ratio meningkat. Sebaliknya peningkatan
hutang luar negeri yang diimbangi dengan meningkatnya kemampuan
ekspor akan mengakibatkan turunnya debt service ratio.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Menjelang terjadinya krisis ekonomi, debt service ratio di Indonesia
sudah melampaui ambang bahaya karena menembus angka 30 persen
Konsep sebelumnya mengatakan bahwa ambang bahaya adalah angka 20
persen. Ukuran baru yang menunjukkan konsep debt service ratio terlalu
longgar adalah angka pembagi yang biasanya menggunakan nilai ekspor
bruto diganti dengan menggunakan ekspor neto, dimana nilai ekspor neto
adalah nilai ekspor minus nilai impor. Konsep ini membuat angka debt
service ratio jauh lebih tinggi karena ekspor neto Indonesia lebih kecil dari
pada nilai ekspor bruto (Hudiyanto, 2004: 77-78).
2. Penghitungan Debt Service Ratio
Beban hutang luar negeri yang menumpuk dalam waktu relatif
singkat adalah biaya yang harus dibayar akibat pengelolaan ekonomi
selama masa Orde Baru dibangun berdasarkan prinsip ‘besar pasar dari
pada tiang’. Keadaan ini ditandai dengan konsumsi yang lebih besar
daripada produksi, impor barang dan jasa lebih besar dari pada ekspor
barang atau jasa (Basri, 2002: 253). Saving investment gap yang terjadi di
Indonesia kemudian ditutup dengan mengundang arus modal masuk
berupa hutang luar negeri atau penanaman modal asing.
Hutang luar negeri yang telah dinikmati akan diikuti dengan
kewajiban membayar cicilan pokok dan bunga hutang luar neger tersebut.
Beban pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri berdampak
pada beban APBN yang semakin berat serta arus modal keluar semakin
banyak, lebih jauh lagi investasi pemerintah (belanja pembangunan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
semakin tertekan karena alokasi dana untuk membayar cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri (Basri, 2002: 259).
Ada dua pedoman yang dapat digunakan untuk mengetahui beban
hutang luar negeri tersebut yaitu dengan membandingkan nilai hutang
kumulatif terhadap PDB, dan membandingkan nilai bunga dan cicilan
pokok hutang luar negeri terhadap beberapa variabel yaitu ekspor, PDB,
PNB, jumlah anggaran rutin, pembangunan dan total pengeluaran
(Widodo, 1990: 72). Penghitungan rumusnya adalah sebagai berikut:
a. Rasio hutang kumulatif terhadap PDB
Besarnya beban hutang luar negeri dapat dihitung secara kumulatif
dengan membandingkan dengan produk dometik bruto. Tingkat
keparahan akan ditentukan dengan batas sebesar 30 persen. Apabila
rasio hutang kumulatif lebih besar dari pada 30 persen berarti tingkat
keparahan hutang luar negeri tinggi. Apabila besarnya rasio hutang
kumulatif kurang dari atau sama dengan 30 persen maka tingkat
keparahan hutang luar negeri rendah. Penghitungan besarnya rasio
hutang kumulatif dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
dibawah ini.
Uk Ruk = ( X 100% ) < 30 %
PDB Keterangan:
Ruk : Rasio Utang Kumulatif
Uk : Hutang Luar Negeri Kumulatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
PDB : Produk Domestik Bruto
b. Rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap
1) Ekspor bersih
Selain dihitung menggunakan rasio hutang kumulatif dengan PDB,
hutang luar negeri dapat juga dilihat tingkat keparahannya dengan
menghitung besarnya rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar
negeri terhadap ekspor neto. Besarnya tingkat keparahan hutang
luar negeri ditentukan dengan batas angka sebesar 20 persen.
Angka 20 persen memiliki makna apabila besarnya rasio bunga dan
cicilan pokok hutang luar negeri lebih besar dari 20 persen maka
beban hutang luar negeri yang ditanggung oleh suatu negara tinggi.
Apabila besarnya rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri
di bawah atau sama dengan 20 persen, maka beban hutang luar
negeri yang ditanggung oleh suatu negara rendah. Penghitungan
besarnya rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus seperti di bawah ini:
Dt DSR = ( X 100% ) < 20 %
Xnt
Keterangan:
DSR : Debt Service Ratio
Dt : Bunga Dan Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri
Xnt : Ekspor Neto
20% : Batas Bahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2) PDB dan PNB
Beban hutang luar negeri dapat juga dihitung dengan menggunakan
rasio antara bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap
Produk Domestik Bruto dan Produk Domestik Netto.
Penghitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
berikut ini:
Dt RPNB, PDB = X 100%
PNB, PDB
Keterangan:
RPNB, PDB : rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri
terhadap PNB dan PDB
Dt : bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri
PDB : Produk Domestik Bruto
PNB : Produk Domestik Neto
3) Anggaran rutin, anggaran pembangunan, dan anggaran total
APBN.
Beban hutang luar negeri dapat juga dihitung dengan menggunakan
rasio antara bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri terhadap
anggaran rutin, anggaran pembangunan dan anggaran total di
dalam APBN. Penghitungannya dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dt RAP,AR,AT = X 100%
AP, AR, AT
Keterangan:
RAP,AR,AT : Rasio bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri
terhadap anggaran pembangunan, anggaran rutin dan
anggaran total APBN
Dt : Bunga Dan Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri
AP : Anggaran Pembangunan
AR : Anggaran Rutin
AT : Anggaran Total APBN
Penghitungan debt service ratio di atas merupakan penghitungan
nilai debt service ratio khusus pemerintah, padahal hutang luar negeri
tidak hanya dilakukan pemerintah tetapi juga swasta. Oleh karena itu perlu
dilakukan penghitungan nilai debt service ratio yang mengikut sertakan
kewajiban penduduk Indonesia. Menurut IMF pelunasan hutang luar
negeri terdiri atas amortisasi (pemerintah dan swasta + BUMN) dan bunga
(pemerintah dan swasta + BUMN) kemudian menggunakan angka
pembagi ekspor bruto (Widodo, 1990: 98).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang disusun oleh Sri Lestari. Universitas Sanata
Dharma. 1995. Analisis APBN Mengenai Hutang Luar Negeri tahun
Anggaran 1969/1970-1993/1994.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur penerimaan dalam
negeri sesuai dengan prinsip anggaran, proses timbulnya hutang luar negeri
dalam perekonomian sesuai dengan prinsip anggaran dan hubungan luar
negeri dengan tabungan (S), Investasi (I), Pajak (T), Pengeluaran Pemerintah
(G), dan Ekspor Neto (Xn).
Variabel penelitian dalam hal ini dibagi dua yaitu variabel terikat dan
variabel bebas. Hutang luar negeri menjadi variabel terikat, sedangkan
variabel bebasnya adalah Investasi, Saving, Tax, Government expenditure,
Expor, dan Impor. Di dalam menganalisis data digunakan tabel, prosentase,
korelasi product moment dan regresi.
Hasilnya diketahui hubungan hutang luar negeri dan pertumbuhan
ekonomi menunjukkan interpretasi rendah karena r sebesar 0.329. Beban
hutang luar negeri yang diukur melalui rasio hutang luar negeri masih di
bawah batas bahaya 30 persen. Debt service ratio mengalami pasang surut.
Pada waktu debt service ratio pemerintah rendah di bawah 20 persen, swasta
ambil bagian yang menyebabkan debt service ratio meningkat bahkan
mencapai 40.3 persen. Produk domestik bruto menunjukkan semakin kecil
persentase semakin kecil beban yang ditanggung pemerintah. Pengeluaran
total beberapa persennya digunakan untuk membayar cicilan bunga dan pokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
hutang luar negeri. Semakin besar pembayaran cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri maka semakin besar persentase pengeluaran totalnya.
Dari pembahasan diketahui bahwa hubungan antara:
1. Saving dengan hutang luar negeri kuat karena r sebesar 0,714614 dan
bersifat positif + siginifikan.
2. Investment dengan hutang luar negeri kuat karena r sebesar 0,785906 dan
bersifat positif + siginifikan.
3. Tax dengan hutang luar negeri kuat karena r sebesar 0,747370.
4. Government expenditure dengan hutang luar negeri kuat.
5. Expor Netto dengan hutang luar negeri lemah dan tidak siginifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan digunakan adalah
statistik deskriptif yaitu statistik yang berfungsi untuk mendeskrispikan atau
memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel/populasi
sebagaimana adanya (Sugiyono, 2004: 21). Metode deskriptif dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata sekarang (sementara
berlangsung). Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat
penelitian dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu gejala tertentu (Sevilla,
1993: 71).
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
adalah serangkaian pengukuran/observasi yang dinyatakan dalam angka,
merupakan data kasar karena langsung diperoleh dari hasil pengukuran dan
masih berwujud catatan yang belum mengalami pengolahan yaitu data yang
berbentuk angka-angka. Teknik pengumpulan data diperoleh dari
dokumentasi yaitu sumber-sumber catatan dan arsip-arsip yang dimiliki dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
literatur yang berkaitan dengan perkembangan hutang luar negeri dan debt
service ratio.
Data yang dicari adalah jumlah hutang luar negeri pemerintah, jumlah
hutang luar negeri swasta, cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah, cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta, debt
service ratio hutang luar negeri pemerintah, dan debt service ratio hutang
luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
telah diolah menjadi suatu informasi. Dalam penelitian ini, data dapat
diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari Bank Indonesia, majalah,
jurnal, dan literatur lain yang mendukung.
C. Waktu Penelitian
1. Penelitian akan dilaksankan pada bulan Februari-Maret 2007.
2. Data yang digunakan untuk penelitian adalah data mulai tahun anggaran
1996/1997-2005. Alasan penulis memilih data pada tahun tersebut karena
jumlah hutang luar negeri pemerintah, jumlah hutang luar negeri swasta,
jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah, jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri swasta, nilai debt service ratio hutang luar negeri pemerintah dan
nilai debt service ratio hutang luar negeri swasta menunjukan perubahan
yang menonjol dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
D. Variabel Penelitian
1. Perkembangan hutang luar negeri pemerintah di Indonesia.
2. Perkembangan hutang luar negeri swasta di Indonesia.
3. Perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia.
4. Perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta di
Indonesia.
5. Perkembangan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia.
6. Perkembangan debt service ratio hutang luar negeri swasta di Indonesia.
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ada definisi operasional yang digunakan yaitu:
1. Trend
Trend adalah kecenderungan terhadap suatu gejala baik berupa peningkatan
maupun penurunan. Dalam hal ini penulis memberikan batasan trend
hutang luar negeri pemerintah, trend hutang luar negeri swasta, trend
cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah, trend cicilan pokok
dan bunga hutang luar negeri swasta, trend debt service ratio hutang luar
negeri pemerintah, dan trend debt service ratio hutang luar negeri swasta
2. Perkembangan
Perkembangan mempunyai arti adanya perubahan yang menuju ke arah
yang baik atau buruk. Dalam penelitian ini akan menggunakan
perkembangan untuk menunjukkan posisi hutang luar negeri dan debt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
service ratio yang meningkat atau justru menurun yang akan digambarkan
dalam bentuk grafik dengan melakukan penghitungan melalui analisis trend
terlebih dahulu..
3. Hutang Luar Negeri
Hutang luar negeri adalah hutang yang dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan di negaranya.
Setiap hutang luar negeri akan disertai kewajiban sebagai negara debitur
terhadap kesepakatan yang telah dibuat bersama antara negara kreditur dan
negara debitur, yaitu pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri.
4. Debt Service Ratio
Debt service ratio merupakan alat ukur yang digunakan untuk menghitung
tingkat keparahan beban hutang luar negeri yang ditanggung oleh negara
debitur. Nilai debt service ratio diperoleh dari perbandingan antara cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri dengan ekspor.
F. Teknik Analisis Data
Deret berkala dapat dibedakan menjadi empat macam komponen yang
seakan-akan independent dan yang disebabkan oleh beberapa sebab yaitu
pertama, gerakan yang berjangka panjang, lamban seolah-olah alun ombak
dan berkecenderungan menuju satu arah, arah menaik atau menurun yang
diberi nama trend sekuler; kedua,ayunan sekitar trend yang bersifat musiman,
serta kurang lebih teratur dan diberi nama variasi musim; ketiga, berjangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
lebih panjang dan agak lebih teratur dan diberi nama sikli dan keempat,
gerakan yang tidak teratur sama sekali dan yang terkenal dengan nama variasi
random atau residu (Dajan 1986: 266).
Trend sekuler merupakan gerakan yang berjangka panjang, lamban dan
berkecenderungan menuju ke satu arah, menaik atau menurun. Trend
umumnya meliputi gerakan selama 10 tahun atau lebih. Variasi musim,
merupakan gerakan yang berulang-ulang secara teratur selama kurang lebih
setahun. Kondisi alam seperti iklim, serta kebiasaan masyarakat seperti
pemberian hadiah di tahun baru menimbulkan variasi musim yang sebetulnya
menggambarkan variasi periodis. Variasi sikli, lebih sukar diterka daripada
variasi musim maupun trend sekuler semua variasi sikli berlangsung selama
lebih dari setahun dan tidak pernh variasi tersebut memperlihatkan pola
tertentu mengenai gelombangnya. Variasi random merupakan gerakan yang
disebabkan oleh faktor kebetulan. Variasi demikian umumnya disebabkan oleh
peperangan, banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Beda antara variasi random
dengan yang lainnya adalah pada sistematik fluktuasinya yang sekali terjadi
dan jarang terulang lagi.
Menurut Kamus Inggris–Indonesia (2000:603) trend adalah
kecenderungan terhadap gejala yang muncul karena adanya perubahan sosial
dan tuntutan masyarakat yang terus berkembang. Perubahan ini dapat terjadi
pada semua aspek kehidupan yang mempengaruhi kebutuhan. Banyak orang
mengira bahwa garis trend seharusnya merupakan garis linear, padahal garis
trend tidak selalu linear. Meskipun demikian tidak dapat disangkal bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
garis trend yang lazim digunakan berbentuk garis linier. Penggambaran trend
juga dimaksud untuk meneliti pengaruh trend terhadap gerakan komponen
lain, misalnya trend penjualan, produksi dan konsumsi dapat diekstrapolasikan
untuk menaksir jumlah penjualan, produksi, dan konsumsi di masa yang akan
datang. Analisis data menggunakan Analisis Deret Berkala yaitu dengan
metode kuadrat terkecil untuk menghitung nilai trend dari awal tahun
anggaran 1996/1997-2005. Alasan yang digunakan untuk menggunakan
metode kuadrat terkecil karena hasil peramalannya lebih sesuai dan dapat
memberikan hasil yang hampir mendekati dengan kenyataan.
Rumus
Dimana :
Y’ : nilai trend periode tertentu
a : nilai konstanta yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
b : nilai kemiringan yaitu nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan
x : nilai periode tahun.
Nilai a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus:
SY a = n
SXY b =
S X² Berikut ini akan diberikan contoh perhitungan trend perkembangan
hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005. Perhitungan
Y’ = a + b x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
nilai trend jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran
1996/1997-2005 dapat dilakukan dengan mencari data mengenai jumlah
hutang luar negeri di Indonesia pada rentang periode 1996/1997-2005 terlebih
dahulu. Berikut ini telah diketahui data jumlah hutang luar negeri pemerintah
di Indonesia tahun 1996/1997-2005, yang disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik di bawah ini.
Tabel 3.1 Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 Dalam Juta US dollar
Tahun Jumlah Hutang
Luar Negeri Pemerintah
1996/1997 55,303.00 1997/1998 53,864.00 1998/1999 67,329.00 1999/2000 75,862.00
2000 74,916.00 2001 71,378.00 2002 74,661.00 2003 81,665.62 2004 82,725.12 2005 79,558.75
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n
jumlah keseluruhan hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun
1996/1997-2005. Selain itu terdapat pula nilai n yang melambangkan jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
data yang tersedia. Penghitungan nilai b ditemukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
SXY b = S X² Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami kesulitan
apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya menggunakan
tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya. Oleh karena itu untuk
mempermudah penghitungan digunakan angka kode, yang pemberian kodenya
berdasarkan jumlah data. Pemberian kode pada jumlah data ganjil akan
berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah data pada penelitian ini adalah
genap sehingga pengkodeannya digunakan nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan
pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan
seterusnya. Sedangkan yang positif diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya.
Nilai perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Penghitungan Trend
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Dalam Juta US Dollar
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai Hutang Luar
Negeri Pemerintah
(Y)
XY X2
Y’
1996/1997 -4.5 55,303.00 -248,863.50 20.25 58,502.46 1997/1998 -3.5 53,864.00 -188,524.00 12.25 61,441.08
1998/1999 -2.5 67,329.00 -168,322.50 6.25 64,379.70
1999/2000 -1.5 75,862.00 -113,793.00 2.25 67,318.32 2000 -0.5 74,916.00 -37,458.00 0.25 70,256.94
2001 0.5 71,378.00 35,689.00 0.25 73,195.56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai Hutang Luar
Negeri Pemerintah
(Y)
XY X2
Y’
2002 1.5 74,661.00 111,991.50 2.25 76,134.18
2003 2.5 81,665.62 204,164.05 6.25 79,072.80
2004 3.5 82,725.12 289,537.92 12.25 82,011.42 2005 4.5 79,558.75 358,014.38 20.25 84,950.04
Jumlah 0 717,262.49 242,435.84 82.50
Berdasarkan data di atas dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
717,262.49 a =
10
a = 71,726.25
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
242,435.84 b =
82.5
b = 2,938.62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Jadi, perhitungan trend hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun
anggaran 1996/1997-2005 dapat dihitung dari tiap tahun sebagai berikut:
Y’ = a + bX
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62X
Tahun 1996/1997
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-4.5)
= 71,726.25 – 13,223.79
= 58,502.46
Tahun 1997/1998
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-3.5)
= 71,726.25 – 10,285.17
= 61,441.08
Tahun 1998/1999
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-2.5)
= 71,726.25 – 7,346.55
= 64,379.70
Tahun 1999/2000
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-1.5)
= 71,726.25 – 4,407.93
= 67,318.32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tahun 2000
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-0.5)
= 71,726.25 – 1,469.31
= 70,256.94
Tahun 2001
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-4.5)
= 71,726.25 – 13,223.79
= 58,502.46
Tahun 2002
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (1.5)
= 71,726.25 – 4,407.93
= 76,134.18
Tahun 2003
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (2.5)
= 71,726.25 + 7,346.55
= 79,072.80
Tahun 2004
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (3.5)
= 71,726.25 + 10,285.17
= 82,011.42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tahun 2005
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (4.5)
= 71,726.25 + 13,223.79
= 84,950.04
Persamaan trend tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
peramalan jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia pada lima
tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan
2010. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Y’ 2006 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (5.5)
= 87,888.66
Y’ 2007 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (6.5)
= 90,827.28
Y’ 2008 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (7.5)
= 93,765.9
Y’ 2009 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (8.5)
= 96,704.52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Y’ 2010 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (9.5)
= 99,643.14
Jadi, dapat diketahui bahwa peramalan jumlah hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 87,888.66 juta US
dolar; pada tahun 2007 adalah sebesar 90,827.28 juta US dolar; pada tahun
2008 adalah sebesar 93,765.9 juta US dolar; pada tahun 2009 adalah sebesar
96,704.52 juta US dolar; dan pada tahun 2010 adalah sebesar 99,643.14 juta
US dolar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah di
Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Analisis data yang pertama digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang pertama yaitu mengenai trend perkembangan hutang luar
negeri pemerintah di Indonesia tahun 1996/1997-2005. Teknik analisis
data menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil
perhitungan nilai trend (Y’) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana nilai:
Y’ = nilai trend periode tertentu
a = nilai konstanta, yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
b = nilai kemiringan yaitu nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan
X = nilai periode tahun
Nilai a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus:
SY a = n
Y’ = a + bX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
SXY b =
S X²
Perhitungan nilai trend jumlah hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia tahun 1996/1997-2005 dapat dilakukan dengan mencari data
mengenai jumlah hutang luar negeri di Indonesia pada rentang periode
1996/1997-2005 terlebih dahulu. Berikut ini telah diketahui data jumlah
hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun 1996/1997-2005, yang
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 4.1 Jumlah Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 Dalam Juta US Dollar
Tahun Jumlah Hutang
Luar Negeri Pemerintah
1996/1997 55,303.00 1997/1998 53,864.00 1998/1999 67,329.00 1999/2000 75,862.00
2000 74,916.00 2001 71,378.00 2002 74,661.00 2003 81,665.62 2004 82,725.12 2005 79,558.75
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
jumlah keseluruhan hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun
1996-2005. Selain itu terdapat pula nilai n yang melambangkan jumlah
data yang tersedia. Penghitungan nilai b ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
SXY b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami kesulitan
apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 4.2 Penghitungan Trend
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Dalam juta US dollar
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai Hutang Luar
Negeri Pemerintah
(Y)
XY X2 Y’
1996/1997 -4.5 55,303.00 -248,863.50 20.25 58,502.46
1997/1998 -3.5 53,864.00 -188,524.00 12.25 61,441.08
1998/1999 -2.5 67,329.00 -168,322.50 6.25 64,379.70 1999/2000 -1.5 75,862.00 -113,793.00 2.25 67,318.32
2000 -0.5 74,916.00 -37,458.00 0.25 70,256.94
2001 0.5 71,378.00 35,689.00 0.25 73,195.56 2002 1.5 74,661.00 111,991.50 2.25 76,134.18
2003 2.5 81,665.62 204,164.05 6.25 79,072.80
2004 3.5 82,725.12 289,537.92 12.25 82,011.42 2005 4.5 79,558.75 358,014.38 20.25 84,950.04
Jumlah 0 717,262.49 242,435.84 82.50
Berdasarkan data di atas dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
717,262.49 a =
10
a = 71,726.25
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
242,435.84 b =
82.5
b = 2,938.62
Jadi, perhitungan nilai trend hutang luar negeri pemerintah di Indonesia
tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat dihitung dari tiap tahun sebagai
berikut:
Y’ = a + bX
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62X
Tahun 1996/1997
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-4.5)
= 71,726.25 – 13,223.79
= 58,502.46
Tahun 1997/1998
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-3.5)
= 71,726.25 – 10,285.17
= 61,441.08
Tahun 1998/1999
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-2.5)
= 71,726.25 – 7,346.55
= 64,379.70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tahun 1999/2000
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-1.5)
= 71,726.25 – 4,407.93
= 67,318.32
Tahun 2000
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (-0.5)
= 71,726.25 – 1,469.31
= 70,256.94
Tahun 2001
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (0.5)
= 71,726.25 – 1,469.31
= 73,195.56
Tahun 2002
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (1.5)
= 71,726.25 – 4,407.93
= 76,134.18
Tahun 2003
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (2.5)
= 71,726.25 + 7,346.55
= 79,072.80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tahun 2004
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (3.5)
= 71,726.25 + 10,285.17
= 82,011.42
Tahun 2005
Y’ = 71,726.25 + 2,938.62 (4.5)
= 71,726.25 + 13,223.79
= 84,950.04
Persamaan trend tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
peramalan jumlah hutang luar negeri pemerintah di Indonesia pada lima
tahun yang akan datang yaitu pada tahun pada tahun 2006, 2007, 2008,
2009, dan 2010.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Y’ 2006 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (5.5)
= 87,888.66
Y’ 2007 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (6.5)
= 90,827.28
Y’ 2008 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (7.5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
= 93,765.9
Y’ 2009 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (8.5)
= 96,704.52
Y’ 2010 = a + bX
= 71,726.25 + 2,938.62 (9.5)
= 99,643.14
Jadi, dapat diketahui bahwa peramalan jumlah hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 87,888.66 juta
US dolar; pada tahun 2007 adalah sebesar 90,827.28 juta US dolar; pada
tahun 2008 adalah sebesar 93,765.9 juta US dolar; pada tahun 2009 adalah
sebesar 96,704.52 juta US dolar; dan pada tahun 2010 adalah sebesar
99,643.14 juta US dolar. Trend perkembangan hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997 dapat terlihat dalam
grafik berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Grafik 4.1 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
-
20,000.00
40,000.00
60,000.00
80,000.00
100,000.00
120,000.00
140,000.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Y Y'
2. Trend Perkembangan Jumlah Hutang Luar Negeri Swasta di
Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Analisis data yang kedua digunakan untuk menjawab rumusan
masalah kedua, mengenai trend perkembangan hutang luar negeri swasta
di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005. Teknik analisis data
menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil perhitungan
nilai trend (Y’) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana nilai:
Y’ = nilai trend periode tertentu
a = nilai konstanta, yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
Y’ = a + bX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b = nilai kemiringan yaitu nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan
X = nilai periode tahun
Nilai a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus:
SY a = n
SXY b =
S X²
Perhitungan nilai trend perkembangan jumlah hutang luar negeri
swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat dilakukan
dengan mencari data mengenai jumlah hutang luar negeri swasta di
Indonesia pada rentang periode 1996/1997-2005 terlebih dahulu. Berikut
ini telah diketahui data jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia
tahun 1996/1997-2005, yang tersedia juga dalam bentuk grafik.
Tabel 4.3 Jumlah Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 Dalam Juta US Dollar
Tahun Jumlah Hutang Luar Negeri Swasta
1996/1997 54,868.00 19971998 82,223.00 1998/1999 83,557.00 1999/2000 72,236.00
2000 66,777.00 2001 61,696.00 2002 56,682.00 2003 53,734.89 2004 54,299.01 2005 53,922.91
Sumber: Bank Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n jumlah keseluruhan hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran
1996/1997-2005. Selain itu terdapat pula nilai n yang melambangkan
jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
SXY b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami kesulitan
apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 4.4 Penghitungan Trend Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005 Dalam Juta US dollar
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai Hutang Luar
Negeri Swasta (Y)
XY X2 Y'
1996/1997 -4.5 54,868.00 -246,906.00 20.25 75,025.62 1997/1998 -3.5 82,223.00 -287,780.50 12.25 72,575.39
1998/1999 -2.5 83,557.00 -208,892.50 6.25 70,125.16
1999/2000 -1.5 72,236.00 -108,354.00 2.25 67,674.93 2000 -0.5 66,777.00 -33,388.50 0.25 65,224.70
2001 0.5 61,696.00 30,848.00 0.25 62,774.46
2002 1.5 56,682.00 85,023.00 2.25 60,324.23 2003 2.5 53,734.89 134,337.23 6.25 57,874.00
2004 3.5 54,299.01 190,046.54 12.25 55,423.77
2005 4.5 53,922.91 242,653.10 20.25 52,973.54 Jumlah 0 639,995.81 -202,413.63 82.5
Berdasarkan data di atas dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
639,995.81
a = 10
a = 63,999.58
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
- 202,143.63 b =
82.5
b = -2,450.23
Jadi, perhitungan nilai trend hutang luar negeri swasta di Indonesia
tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat dihitung dari tiap tahun sebagai
berikut:
Y’ = a + b X
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 X
Tahun 1996/1997
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (-4.5)
= 63,999.58 + 11,026.04
= 75,025.62
Tahun 1997/1998
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (-3.5)
= 63,999.58 + 8,575.81
= 72,575.39
Tahun 1998/1999
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (-2.5)
= 63,999.58 + 6,125.58
= 70,125.16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tahun 1999/2000
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (-1.5)
= 63,999.58 + 3,675.35
= 67,674.93
Tahun 2000
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (-0.5)
= 63,999.58 + 1,225.12
= 65,224.7
Tahun 2001
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (0.5)
= 63,999.58 – 1,225.12
= 62,774.46
Tahun 2002
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (1.5)
= 63,999.58 – 3,675.35
= 60,324.23
Tahun 2003
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (2.5)
= 63,999.58 – 6,125.58
= 57,874
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tahun 2004
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (3.5)
= 63,999.58 – 8,575.81
= 55,423.77
Tahun 2005
Y’ = 63,999.58 - 2,450.23 (4.5)
= 63,999.58 - 11,026.04
= 52,973.54
Persamaan trend tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
peramalan jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia pada lima tahun
yang akan datang yaitu pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Y’ 2006 = a + bX
= 63,999.58 - 2,450.23 (5.5)
= 50,523.31
Y’ 2007 = a + bX
= 63,999.58 - 2,450.23 (6.5)
= 48,073.08
Y’ 2008 = a + bX
= 63,999.58 - 2,450.23 (7.5)
= 45,622.85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Y’ 2009 = a + bX
= 63,999.58 - 2,450.23 (8.5)
= 43,172.62
Y’ 2010 = a + bX
= 63,999.58 - 2,450.23 (9.5)
= 40,722.39
Jadi peramalan untuk jumlah hutang luar negeri swasta di
Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 50, 523.31 juta US dolar; pada
tahun 2007 adalah sebesar 48,073.08 juta US dolar; pada tahun 2008
adalah sebesar 45,662.85 juta US dolar; pada tahun 2009 adalah sebesar
43,172.62 juta US dolar dan pada tahun 2010 adalah sebesar 40,722.39
juta US dolar.
Grafik 4.2 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta
Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997- 2005
-10,000.0020,000.0030,000.0040,000.0050,000.0060,000.0070,000.0080,000.0090,000.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Y Y'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
3. Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok dan Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia tahun Anggaran
1996/1997-2005
Analisis data yang ketiga digunakan untuk menjawab rumusan
masalah mengenai trend perkembangan jumlah pembayaran cicilan pokok
dan bunga hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran
1996/1997-2005. Masalah yang akan dijawab ini memiliki dua komponen
di dalamnya yaitu mengenai pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri
pemerintah dan pembayaran bunga hutang luar negeri pemerintah, oleh
karena itu supaya dapat terlihat jelas bagaimana trend perkembangannya,
maka akan dihitung trend perkembangan dari masing-masing komponen
terlebih dahulu, dan sesudahnya digabung menjadi satu. Teknik analisis
data menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil
perhitungan nilai trend (Y’) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana nilai:
Y’ = nilai trend periode tertentu
a = nilai konstanta, yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
b = nilai kemiringan yaitu nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan
X = nilai periode tahun
Y’ = a + bX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Nilai a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus:
SY a = n
SXY b =
S X²
Perhitungan nilai trend jumlah cicilan pokok dan bunga hutang
luar negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat
dilakukan dengan mencari data mengenai jumlah pembayaran cicilan
pokok hutang luar negeri pemerintah, dan jumlah pembayaran bunga
hutang luar negeri pemerintah di Indonesia pada rentang periode
1996/1997-2005 terlebih dahulu. Berikut ini telah diketahui data jumlah
cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun
1996/1997-2005, yang tersedia juga dalam bentuk grafik.
Tabel 4.5 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005
dalam juta US dollar
Tahun Nilai Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Pemerintah (Y)
1996/1997 6,216.00 1997/1998 4,712.00 1998/1999 3,204.00 1999/2000 2,580.00
2000 270.00 2001 1,181.00 2002 1,357.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tahun Nilai Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Pemerintah (Y)
2003 798.00 2004 1,702.00 2005 1,161.00
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n jumlah keseluruhan cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia tahun 1996/1997-2005. Selain itu terdapat pula nilai n yang
melambangkan jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SXY
b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami
kesulitan apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Penghitungan trend cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah
di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 dalam juta US dollar
Tahun kode tahun
(X)
Nilai Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri
Pemerintah (Y)
XY X2 Y'
1996/1997 -4.5 6,216.00 -27,972.00 20.25 4,536.80 1997/1998 -3.5 4,712.00 -16,492.00 12.25 4,043.78
1998/1999 -2.5 3,204.00 -8,010.00 6.25 3,550.73
1999/2000 -1.5 2,580.00 -3,870.00 2.25 3,057.68 2000 -0.5 270.00 -135.00 0.25 2,564.63
2001 0.5 1,181.00 590.50 0.25 2,071.57
2002 1.5 1,357.00 2,035.50 2.25 1,578.52 2003 2.5 798.00 1,995.00 6.25 1,085.47
2004 3.5 1,702.00 5,957.00 12.25 592.42
2005 4.5 1,161.00 5,224.50 20.25 99.37 Jumlah 0 23,181.00 -40,676.50 82.5
Berdasarkan data di atas dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
23,181.00 a =
10
a = 2,318.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
- 40,676.50
b = 82.5
b = -493.05
Jadi, perhitungan trend cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat dihitung dari tiap tahun
sebagai berikut:
Y’ = a + b X
Y’ = 2,318.1- 493.05 X
Tahun 1996/1997
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (-4.5)
= 2,318.1 + 2,218.73
= 4,536.83
Tahun 1997/1998
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (-3.5)
= 2,318.1 + 1,725.63
= 4,043.78
Tahun 1998/1999
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (-2.5)
= 2,318.1 + 1,232.63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
= 3,550.73
Tahun 1999/2000
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (-1.5)
= 2,318.1 + 739.58
= 3,057.68
Tahun 2000
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (-0.5)
= 2,318.1 + 246.53
= 2,564.63
Tahun 2001
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (0.5)
= 2,318.1 – 246.53
= 2,071.57
Tahun 2002
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (1.5)
= 2,318.1 – 739.58
= 1,578.52
Tahun 2003
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (2.5)
= 2,318.1 – 1,232.63
= 1,085.47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tahun 2004
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (3.5)
= 2,318.1 – 1,725.68
= 592.42
Tahun 2005
Y’ = 2,318.1 – 493.05 (4.5)
= 2,318.1 - 2,218.73
= 99,37
Data tersebut dapat juga dilihat dalam gambar grafik trend berikut ini:
Grafik 4.3 Trend Perkembangan Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
1996/1
997
1997/1
998
1998/1
999
1999/2
000 2000
2001
2002
2003
2004
2005
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Nilai Cicilan Pokok Hutang LuarNegeri Pemerintah (Y)Trend cicilan pokok hutang luarnegeri pemerintah Y'
Pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah akan
diikuti juga dengan pembayaran bunga hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia. Berikut ini akan dilihat juga perkembangan pembayaran bunga
hutang luar negeri pemerintah di Indonesia, oleh karena itu untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
menghitung trend perkembangan bunga hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia harus diketahui terlebih dahulu data mengenai pembayaran
bunga hutang luar negeri di Indonesia selama rentang periode tahun
1996/1997-2005. Data tersebut terlihat dalam tabel dan grafik berikut ini:
Tabel 4.7 Jumlah Pembayaran Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005
Dalam juta us dollar
Tahun
Nilai Pembayaran Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah
1996/1997 2,781.00 1997/1998 2,561.00 1998/1999 2,701.00 1999/2000 3,220.00
2000 916.00 2001 1,019.00 2002 590.00 2003 720.00 2004 884.00 2005 457.00
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n jumlah keseluruhan pembayaran bunga hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia tahun 1996-2005. Selain itu terdapat pula nilai n yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
melambangkan jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SXY b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami kesulitan
apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 4.8 Penghitungan Trend Pembayaran Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
dalam juta US dollar
Tahun kode tahun
(X)
Nilai Pembayaran
Bunga Hutang Luar
Negeri Pemerintah (Y)
XY X2 Y'
1996/1997 -4.5 2,781.00 -12,514.50 20.25 2,957.99
1997/1998 -3.5 2,561.00 -8,963.50 12.25 2,652.86
1998/1999 -2.5 2,701.00 -6,752.50 6.25 2,347.73 1999/2000 -1.5 3,220.00 -4,830.00 2.25 2,042.60
2000 -0.5 916.00 -458.00 0.25 1,737.47
2001 0.5 1,019.00 509.50 0.25 1,432.33 2002 1.5 590.00 885.00 2.25 1,127.20
2003 2.5 720.00 1,800.00 6.25 822.07
2004 3.5 884.00 3,094.00 12.25 516.94 2005 4.5 457.00 2,056.50 20.25 211.81
Jumlah 0 15,849.00 -25,173.50 82.5
Berdasarkan data di atas dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
15,849.00 a =
10
a = 1,584.9
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
- 25,173.50 b =
82.5
b = - 305.13
Jadi, perhitungan trend dari tiap tahun dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
Y’ = a + b X
Y’ = 1,584.9 – 305.13 X
Tahun 1996/1997
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (-4.5)
= 1,584.9 + 1,373.09
= 2,957.99
Tahun 1997/1998
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (-3.5)
= 1,584.9 + 1,067.96
= 2,652.86
Tahun 1998/1999
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (-2.5)
= 1,584.9 + 762.83
= 2,347.73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tahun 1999/2000
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (-1.5)
= 1,584.9 + 457.70
= 2,042.6
Tahun 2000
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (-0.5)
= 1,584.9 + 152.57
= 1,737.47
Tahun 2001
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (0.5)
= 1,584.9 - 152.57
= 1,432.33
Tahun 2002
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (1.5)
= 1,584.9 – 457.70
= 1,127.2
Tahun 2003
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (2.5)
= 1,584.9 – 762.83
= 822.07
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tahun 2004
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (3.5)
= 1,584.9 – 1,067.96
= 516.94
Tahun 2005
Y’ = 1,584.9 – 305.13 (4.5)
= 1,584.9 - 1,373.09
= 211.81
Perkembangan trend pembayaran bunga hutang luar negeri pemerintah
tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
Grafik 4.4 Trend Pembayaran Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah Tahun Anggaran 1996/1997-2005
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
3,000.00
3,500.00
1996/19
97
1997/1
998
1998/1
999
1999/20
00 2000
2001
2002
2003
2004
2005
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Nilai Pembayaran Bunga Hutang Luar NegeriPemerintah (Y)Trend Pembayaran Bunga Hutang Luar NegeriPemerintah (Y')
Berdasarkan penghitungan dari masing-masing pembayaran cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah di Indonesia pada periode
tahun anggaran 1996/1997-2005, maka dapat dilihat secara keseluruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
total antara pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia pada periode tahun 1996-2005. Berikut ini akan
disajikan data mengenai jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun 1996-2005 dalam bentuk
tabel dan grafik:
Tabel 4.9 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia tahun 1996-2005 Dalam juta US dolar
Tahun Jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri pemerintah 1996/1997 8,997 1997/1998 7,273 1998/1999 5,905 1999/2000 5,800
2000 1,186 2001 2,200 2002 1,947 2003 1,518 2004 2,586 2005 1,618
Sumber: Bank Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Grafik 4.5 Trend Pembayaran Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 Dalam juta US dolar
(10,000.00)
(8,000.00)
(6,000.00)
(4,000.00)
(2,000.00)
-
2,000.00
4,000.00
6,000.00
8,000.00
10,000.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Y Y'
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n jumlah keseluruhan pembayaran bunga hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia tahun 1996-2005. Selain itu terdapat pula nilai n yang
melambangkan jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SXY b = S X²
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami kesulitan
apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Penghitungan Trend Pembayaran Cicilan Pokok dan Bunga
Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia tahun 1996-2005
dalam Juta US dolar
Kode tahun
Tahun
(X)
Jumlah Pembayaran
Cicilan Pokok Dan Bunga
Hutang Luar Negeri
Pemerintah
XY X2 Y'
1996/1997 -4.5 8,997 -40,486.50 20.25 7,494.82 1997/1998 -3.5 7,273 -25,455.50 12.25 6,696.64 1998/1999 -2.5 5,905 -14,762.50 6.25 5,898.45 1999/2000 -1.5 5,800 -8,700.00 2.25 5,100.27
2000 -0.5 1,186 -593.00 0.25 4,302.09 2001 0.5 2,200 1,100.00 0.25 3,503.91 2002 1.5 1,947 2,920.50 2.25 2,705.73 2003 2.5 1,518 3,795.00 6.25 1,907.55 2004 3.5 2,586 9,051.00 12.25 1,109.36 2005 4.5 1,618 7,281.00 20.25 311.18
Jumlah 0 39,030 -65,850.00 82.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa:
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
39,030 a =
10
a = 3,903
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
-65,850 b =
82.5
b = -798.18
Jadi, perhitungan trend dari tiap tahun dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
Y’ = a + b X
Y’ = 3,903 – 798.18X
Tahun 1996/1997
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (-4.5)
= 7,494.82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Tahun 1997/1998
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (-3.5)
= 6,696.64
Tahun 1998/1999
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (-2.5)
= 5,898.45
Tahun 1999/2000
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (-1.5)
= 5,100.27
Tahun 2000
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (-0.5)
= 4,302.09
Tahun 2001
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (0.5)
= 3,503.91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tahun 2002
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (1.5)
= 2,705.73
Tahun 2003
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (2.5)
= 1,907.55
Tahun 2004
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (3.5)
= 1,109.36
Tahun 2005
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (4.5)
= 311.18
Persamaan trend tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
peramalan jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia pada lima tahun yang akan datang yaitu pada
tahun pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tahun 2006
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (5.5)
= -752.87
Tahun 2007
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (6.5)
= -2,769.41
Tahun 2008
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (7.5)
= - 4,785.95
Tahun 2009
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (8.5)
= -6,802.48
Tahun 2010
Y’ = a + b X
= 3,903 – 798.18 (9.5)
= -8,819.02
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Jadi, dapat diketahui bahwa peramalan jumlah hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar – 752.87 juta US
dolar; pada tahun 2007 adalah sebesar – 2,769.41 juta US dolar; pada
tahun 2008 adalah sebesar –4,785.95 juta US dolar; pada tahun 2009
adalah sebesar -6,802.48 juta US dolar; dan pada tahun 2010 adalah
sebesar –8,819.02 juta US dolar.
4. Trend Perkembangan Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok dan Bunga
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia tahun Anggaran 1996/1997-
2005
Analisis data yang kempat digunakan untuk menjawab rumusan
masalah mengenai trend perkembangan jumlah pembayaran cicilan pokok
dan bunga hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran
1996/1997-2005. Masalah yang akan dijawab ini memiliki dua komponen
di dalamnya yaitu mengenai pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri
swasta dan pembayaran bunga hutang luar negeri swasta, oleh karena itu
supaya dapat telrihat jelas bagaimana trend perkembangannya, maka akan
dihitung trend perkembangannya terlebih dahulu dari masing-masing
komponen, dan sesudahnya digabung menjadi satu. Teknik analisis data
menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil perhitungan
nilai trend (Y’) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y’ = a + bX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Dimana nilai:
Y’ = nilai trend periode tertentu
a = nilai konstanta, yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
b = nilai kemiringan yaitu nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan
X = nilai periode tahun
Nilai a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus:
SY a = n
SXY b =
S X²
Perhitungan nilai trend jumlah pembayaran cicilan pokok hutang
luar negeri swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat
dilakukan dengan mencari data mengenai jumlah pembayaran cicilan
pokok hutang hutang luar negeri swasta di Indonesia pada rentang periode
1996-2005 terlebih dahulu. Berikut ini telah diketahui data jumlah
pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri swasta di Indonesia tahun
1996-2005, yang tersedia juga dalam bentuk grafik.
Tabel 4.11 Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri Swasta
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 dalam juta US dollar
Tahun Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri
Swasta 1996/1997 8,597.00 1997/1998 11,742.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tahun Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok Hutang Luar Negeri
Swasta 1998/1999 15,063.00 1999/2000 24,777.00
2000 5,293.00 2001 2,776.00 2002 2,656.00 2003 3,129.00 2004 2,968.00 2005 3,826.00
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n jumlah keseluruhan pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri swasta
di Indonesia tahun 1996-2005. Selain itu terdapat pula nilai n yang
melambangkan jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SXY b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami kesulitan
apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Penghitungan Trend Pembayaran Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia tahun 1996-2005
dalam juta US dollar
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri
Swasta (Y)
XY X2 Y'
1996/1997 -4.5 8,597.00 -38,686.50 20.25 14,434.72 1997/1998 -3.5 11,742.00 -41,097.00 12.25 13,023.16
1998/1999 -2.5 15,063.00 -37,657.50 6.25 11,611.60
1999/2000 -1.5 24,777.00 -37,165.50 2.25 10,200,04 2000 -0.5 5,293.00 -2,646.50 0.25 8,788.48
2001 0.5 2,776.00 1,388.00 0.25 7,376.92
2002 1.5 2,656.00 3,984.00 2.25 5,965.36 2003 2.5 3,129.00 7,822.50 6.25 4,553.80
2004 3.5 2,968.00 10,388.00 12.25 3,142.24
2005 4.5 3,826.00 17,217.00 20.25 1,730.68 Jumlah 0 80,827.00 -116,453.50 82.5
Dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
80,827 a =
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
a = 8,082.7
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
-116,453.50 b =
82.5
b = - 1,411.56
Jadi, perhitungan trend dari tiap tahun dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
Y’ = a + b X
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 X
Tahun 1996/1997
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (-4.5)
= 8,082.7 + 6,352.02
= 14,434.72
Tahun 1997/1998
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (-3.5)
= 8,082.7 + 4,940.46
= 13,023.16
Tahun 1998/1999
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (-2.5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
= 8,082.7 + 3,528.9
= 11,6111.6
Tahun 1999/2000
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (-1.5)
= 8,082.7 + 2117.34
= 10,200.04
Tahun 2000
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (-0.5)
= 8,082.7 + 705.78
= 8,788.48
Tahun 2001
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (0.5)
= 8,082.7 – 705.78
= 7,376.92
Tahun 2002
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (1.5)
= 8,082.7 – 2,117.34
= 5,965.36
Tahun 2003
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (2.5)
= 8,082.7 – 3,528.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
= 4,553.8
Tahun 2004
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (3.5)
= 8,082.7 – 4,940.46
= 3,142.24
Tahun 2005
Y’ = 8,082.7 – 1,411.56 (4.5)
= 8,082.7 - 6,352.02
= 1,730.68
perkembangan trend cicilan pokok hutang luar negeri swasta tersebut
dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.6 Trend Pembayaran Cicilan Pokok
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005
0.00
5,000.00
10,000.00
15,000.00
20,000.00
25,000.00
30,000.00
1996/1
997
1997/1
998
1998/1
999
1999/2
000 2000
2001
2002
2003
2004
2005
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Nilai Cicilan PokokHutang Luar NegeriSwasta (Y)
trend cicilan pokokhutang luar negeri Y'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri swasta akan diikuti
juga dengan pembayaran bunga hutang luar negeri swasta di Indonesia.
Berikut ini akan dilihat juga perkembangan pembayaran bunga hutang luar
negeri pemerintah di Indonesia, oleh karena itu untuk dapat menghitung
trend perkembangan bunga hutang luar negeri swasta di Indonesia harus
diketahui terlebih dahulu data mengenai pembayaran bunga hutang luar
negeri swasta di Indonesia selama rentang periode tahun 1996/1997-2005.
Data tersebut terlihat dalam tabel dan grafik berikut ini:
Tabel 4.13 Jumlah Pembayaran Bunga Hutang Luar Negeri Swasta
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 Dalam Juta US Dolar
Tahun Pembayaran Bunga Hutang Luar Negeri
Swasta (Y) 1996/1997 3,382.00 1997/1998 4,863.00 1998/1999 4,718.00 1999/2000 6,154.00
2000 1,312.00 2001 751.00 2002 614.00 2003 233.00 2004 240.00 2005 287.00
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
jumlah keseluruhan pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri swasta
di Indonesia tahun 1996/1997-2005. Selain itu terdapat pula nilai n yang
melambangkan jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SXY b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami
kesulitan apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tabel 4.14 Penghitungan Trend Pembayaran Bunga
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
dalam juta US dollar
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai CicilanBunga Hutang Luar
Negeri Swasta (Y)
XY X2 Y'
1996/1997 -4.5 3,382.00 -15,219.00 20.25 4,977.81
1997/1998 -3.5 4,863.00 -17,020.50 12.25 4,372.83
1998/1999 -2.5 4,718.00 -11,795.00 6.25 3,767.85 1999/2000 -1.5 6,154.00 -9,231.00 2.25 3,162.87
2000 -0.5 1,312.00 -656.00 0.25 2,557.89
2001 0.5 751.00 375.50 0.25 1,952.91 2002 1.5 614.00 921.00 2.25 1,347.93
2003 2.5 233.00 582.50 6.25 742.95
2004 3.5 240.00 840.00 12.25 137.97 2005 4.5 287.00 1,291.50 20.25 -467.01
Jumlah 0 22,554.00 -49,911.00 82.5
Dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
22,554.00 a =
10
a = 2,255.4
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
- 49,911 b =
82.5
b = - 604.98
Jadi, perhitungan trend dari tiap tahun dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
Y’ = a + b X
Y’ = 2,255.4 – 604.98 X
Tahun 1996/1997
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (-4.5)
= 2,255.4 + 2,722.41
= 4,977.81
Tahun 1997/1998
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (-3.5)
= 2,255.4 + 2,117.43
= 4,372.83
Tahun 1998/1999
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (-2.5)
= 2,255.4 + 1,512.45
= 3,767.85
Tahun 1999/2000
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (-1.5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
= 2,255.4 + 907.47
= 3,162.87
Tahun 2000
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (-0.5)
= 2,255.4 + 302.49
= 2,557.89
Tahun 2001
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (0.5)
= 2,255.4 – 302.49
= 1,952.91
Tahun 2002
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (1.5)
= 2,255.4 – 907.47
= 1,347.93
Tahun 2003
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (2.5)
= 2,255.4 – 1,512.45
= 742.95
Tahun 2004
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (3.5)
= 2,255.4 – 2,117.43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
= 137.97
Tahun 2005
Y’ = 2,255.4 – 604.98 (4.5)
= 2,255.4 – 2,722.41
= - 467.01
Perkembangan trend pembayaran bunga hutang luar negeri swasta dapat
terlihat dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.7 Trend Perkembangan Pembayaran Bunga
Hutang Luar Negeri Swasta Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
-1,000.00
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
1996/1
997
1997/1
998
1998/1
999
1999/2
000 2000
2001
2002
2003
2004
2005
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Nilai CicilanBunga Hutang Luar Negeri Swasta (Y)
Trend CicilanBunga Hutang Luar Negeri Swasta (Y')
Berdasarkan penghitungan dari masing-masing pembayaran cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah di Indonesia pada periode
tahun anggaran 1996/1997-2005, maka dapat dilihat secara keseluruhan
total antara pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia pada periode tahun 1996/1997-2005. Berikut ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
akan disajikan data mengenai jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun 1996/1997-2005 dalam
bentuk tabel dan grafik:
Tabel 4.15
Jumlah Pembayaran Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri Swasta
di Indonesia Pada Tahun Anggaran 1996/1997-2005 Dalam Juta US Dolar
Tahun Nilai Cicilan Pokok Dan
Bunga Hutang Luar Negeri Swasta (Y)
1996/1997 11,979 1997/1998 16,605 1998/1999 19,781 1999/2000 30,931
2000 6,605 2001 3,527 2002 3,270 2003 3,362 2004 3,208 2005 4,113
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n jumlah keseluruhan pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri swasta di Indonesia tahun 1996/1997-2005. Selain itu terdapat pula
nilai n yang melambangkan jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
SXY b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami
kesulitan apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16 Penghitungan Trend Pembayaran Cicilan Pokok
dan Bunga Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005
dalam juta US dollar
Tahun Kode Tahun
(X)
Nilai Cicilan Pokok Dan
Bunga Hutang Luar Negeri Swasta (Y)
XY X2 Y'
1996/1997 -4.5 11,979 -53,905.50 20.25 -36,183.35 1997/1998 -3.5 16,605 -58,117.50 12.25 17,395.99 1998/1999 -2.5 19,781 -49,452.50 6.25 15,379.45 1999/2000 -1.5 30,931 -46,396.50 2.25 13,362.91
2000 -0.5 6,605 -3,302.50 0.25 11,346.37 2001 0.5 3,527 1,763.50 0.25 9,329.83 2002 1.5 3,270 4,905.00 2.25 7,313.29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Tahun Kode Tahun
(X)
Nilai Cicilan Pokok Dan
Bunga Hutang Luar Negeri Swasta (Y)
XY X2 Y'
2003 2.5 3,362 8,405.00 6.25 5,296.75 2004 3.5 3,208 11,228.00 12.25 3,280.21 2005 4.5 4,113 18,508.50 20.25 1,263.67
Jumlah 0 103,381 -166,364.50 82.50
Dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
103,381 a = 10
a = 10,338.1
Nilai b adalah :
b = ∑∑
2X
YX
-166,364.50
b = 82.5
b = -2,016.54
Jadi, perhitungan trend perkembangan pembayaran cicilan pokok dan
bungan hutang luar negeri swasta di Indonesia dari tiap tahun mulai tahun
1996-2005 dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Y’ = a + b X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Y’ =10,338.1– 2,016.54 X
Tahun 1996/1997
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (-4.5)
= 19,412.53
Tahun 1997/1998
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (-3.5)
= 17,395.99
Tahun 1998/1999
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (-2.5)
= 15,387.45
Tahun 1999/2000
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (-1.5)
= 13,362.91
Tahun 2000
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (-0.5)
= 11,346.37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tahun 2001
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (0.5)
= 9,329.83
Tahun 2002
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (1.5)
= 7,313.29
Tahun 2003
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (2.5)
= 5,296.75
Tahun 2004
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (3.5)
= 3,280.21
Tahun 2005
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (4.5)
= 1,263.67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Grafik 4.8 Trend Pembayaran Cicilan Pokok dan Bunga
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia Pada Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Dalam juta US dolar
(30,000.00)
(20,000.00)
(10,000.00)
-
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Y Y'
Persamaan trend tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
peramalan jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia pada lima tahun yang akan datang yaitu pada
tahun pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tahun 2006
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (5.5)
= -752.87
Tahun 2007
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (6.5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
= -2,769.41
Tahun 2008
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (7.5)
= -4,785.95
Tahun 2009
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (8.5)
= -6,802.48
Tahun 2010
Y’ = a + b X
=10,338.1– 2,016.54 (9.5)
= -8,819.02
Jadi, dapat diketahui bahwa peramalan jumlah pembayaran
cicilan pokok dan bungan hutang luar negeri swasta di Indonesia pada
tahun 2006 adalah sebesar – 752.87 juta US dolar; pada tahun 2007 adalah
sebesar – 2,769.41 juta US dolar; pada tahun 2008 adalah sebesar –
4,785.95 juta US dolar; pada tahun 2009 adalah sebesar -6,802.48 juta US
dolar; dan pada tahun 2010 adalah sebesar –8,819.02 juta US dolar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
5. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005
Analisis data yang kelima digunakan untuk menjawab rumusan
masalah mengenai trend perkembangan debt service ratio hutang luar
negeri pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005. Teknik
analisis data menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil
perhitungan nilai trend (Y’) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana nilai:
Y’ = nilai trend periode tertentu
a = nilai konstanta, yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
b = nilai kemiringan yaitu nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan
X = nilai periode tahun tertentu
Nilai a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus:
SY a = n
SY b =
S X²
Perhitungan nilai trend debt service ratio hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat dilakukan
Y’ = a + bX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
dengan mencari data mengenai jumlah debt service ratio hutang luar
negeri pemerintah di Indonesia pada rentang periode 1996/1997-2005
terlebih dahulu. Berikut ini telah diketahui data jumlah debt service ratio
hutang luar negeri pemerintah di Indonesia tahun 1996/1997-2005, yang
tersedia juga dalam bentuk grafik.
Tabel 4.17 Nilai Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri Pemerintah
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/19997-2005 Dalam Persen
Tahun Nilai Hutang luar negeri swasta (Y)
1996/1997 14.6 1997/1998 10.1 1998/1999 11.5 1999/2000 11.2
2000 8.7 2001 12.7 2002 12.1 2003 10.4 2004 10.1 2005 7.0
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n jumlah keseluruhan nilai debt service ratio hutang luar negeri pemerintah
di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005. Selain itu terdapat pula nilai
n yang melambangkan jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
SXY b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami
kesulitan apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.18 Penghitungan Trend Debt Service Ratio
Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia tahun 1996-2005
Dalam Juta Us Dollar
Tahun kode tahun
(X)
Nilai debt service ratio Hutang luar
negeri pemerintah
XY X2 Y'
1996/1997 -4.5 14.60 -65.70 20.25 12.67 1997/1998 -3.5 10.10 -35.35 12.25 12.27 1998/1999 -2.5 11.50 -28.75 6.25 11.86 1999/2000 -1.5 11.20 -16.80 2.25 11.45
2000 -0.5 8.70 -4.35 0.25 11.04 2001 0.5 12.70 6.35 0.25 10.64 2002 1.5 12.10 18.15 2.25 10.23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai debt service ratio Hutang luar
negeri pemerintah
XY X2 Y'
2003 2.5 10.40 26.00 6.25 9.82 2004 3.5 10.10 35.35 12.25 9.41 2005 4.5 7.00 31.50 20.25 9.01
Jumlah 0 108.40 -33.60 82.5
Berdasarkan data di atas dapat diketahui,
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
108.40%
a = 10
a = 10.84%
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
- 33.60 b =
82.5
b = - 0.41%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Jadi, perhitungan trend dari tiap tahun dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
Y’ = a + b X
Y’ = 10.84% – 0.41% X
Tahun 1996/1997
Y’ = 10.84% – 0.41 % (-4.5)
= 10.84% + 1.83%
= 12.67%
Tahun 1997/1998
Y’ = 10.84% – 0.41 % (-3.5)
= 10.84% + 1.43%
= 12.27%
Tahun 1998/1999
Y’ = 10.84 % – 0.41 % (-2.5)
= 10.84 % + 1.02 %
= 11.86 %
Tahun 1999/2000
Y’ = 10.84 % – 0.41% (-1.5)
= 10.84% + 0.61 %
= 11.45 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Tahun 2000
Y’ = 10.84 % – 0.41 % (-0.5)
= 10.84 % + 0.20%
= 11.04 %
Tahun 2001
Y’ = 10.84 % – 0.41 % (0.5)
= 10.84 % - 0.20 %
= 10.64 %
Tahun 2002
Y’ = 10.84% – 0.41 % (1.5)
= 10.84 % - 0.61 %
= 10.23%
Tahun 2003
Y’ = 10.84 % – 0.41 % (2.5)
= 10.84 % - 1.02%
= 9.82 %
Tahun 2004
Y’ = 10.84 % – 0.41% (3.5)
= 10.84 % - 1.43%
= 9.41%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Tahun 2005
Y’ = 10.84 % – 0.41 % (4.5)
= 10.84 % - 0.41%
= 9.01%
Grafik 4.9 Trend Perkembangan Debt Service Ratio
Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005
0.002.004.006.008.00
10.0012.00
14.0016.00
1996
/1997
1998
/1999 20
0020
0220
0420
0620
0820
1020
1220
14
tahun anggaran
pers
en
Y
Y'
Persamaan trend tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
peramalan jumlah debt service ratio hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia 5 tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2006, 2007, 2008,
2009, dan 2010.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tahun 2006
Y’ = a +b X
= 10.84 % – 0.41 % (5.5)
= 10.84 % - 2.24%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
= 8.60%
Tahun 2007
Y’ = 10.84 % – 0.41 % (6.5)
= 10.84 % - 2.65 %
= 8.19 %
Tahun 2008
Y’ = 10.84 % – 0.41 % (7.5)
= 10.84 % - 3.05%
= 7.79 %
Tahun 2009
Y’ = 10.84 % – 0.41% (8.5)
= 10.84 % - 3.46 %
= 7.38 %
Tahun 2010
Y’ = 10.84 % – 0.41 % (9.5)
= 10.84 % - 3.87 %
= 6.97 %
Berdasarkan perhitungan diatas dapt diketahui bahwa jumlah debt
service ratio hutang luar negeri pemerintah pada tahun 2006 berjumlah
8.60 %, tahun 2007 berjumlah 8.19%, tahun 2008 berjumlah 7.79%, tahun
2009 berjumlah 7.38% dan pada tahun 2010 berjumlah 6.97%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
6. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri swasta di
Indonesia tahun Anggaran 1996/1997-2005
Analisis data yang keenam digunakan untuk menjawab rumusan
masalah mengenai trend perkembangan jumlah cicilan pokok hutang luar
negeri pemerintah di Indonesia tahun 1996/1997-2005. Teknik analisis
data menggunakan trend sekuler dengan metode kuadrat terkecil
perhitungan nilai trend (Y’) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana nilai:
Y’ = nilai trend periode tertentu
a = nilai konstanta, yaitu nilai Y’ pada saat X sama dengan nol (0)
b = nilai kemiringan yaitu nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan
X = nilai periode tahun
Nilai a dan b diperoleh dengan menggunakan rumus:
SY a = n
SXY b =
S X²
Perhitungan nilai trend debt service ratio hutang luar negeri swasta
di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 dapat dilakukan dengan
mencari data mengenai debt service ratio hutang luar negeri swasta di
Y’ = a + bX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Indonesia pada rentang periode 1996/1997-2005 terlebih dahulu. Berikut
ini telah diketahui data jumlah hutang luar negeri swasta di Indonesia
tahun 1996/1997-2005, yang tersedia juga dalam bentuk grafik.
Tabel 4.19 Nilai Debt Service Ratio
Hutang Luar Negeri Swasta Di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005
dalam persen
Tahun
Nilai debt service ratio
Hutang luar negeri swasta (Y)
1996/1997 19.60 1997/1998 40.70 1998/1999 47.50 1999/2000 45.80
2000 32.40 2001 28.70 2002 21.00 2003 21.80 2004 16.70 2005 15.10
Sumber: Bank Indonesia
Untuk mencari persamaan Y’ = a + bX, langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mencari nilai a dan b. Nilai a dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
SY a = , oleh karena itu perlu dicari nilai Y yang merupakan n jumlah keseluruhan debt service ratio hutang luar negeri swasta di
Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005. Selain itu terdapat pula nilai n
yang melambangkan jumlah data yang ada. Untuk nilai b dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
SXY b = S X²
Nilai X yang melambangkan kode tahun akan mengalami kesulitan
apabila menggunakan nilai tahun yang sesungguhnya misalnya
menggunakan tahun anggaran 1996/1997, 1997/1998 dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mempermudah penghitungan digunakan angka
kode, yang pemberian kodenya berdasarkan jumlah data. Pemberian kode
pada jumlah data ganjil akan berbeda dengan jumlah data genap. Jumlah
data pada penelitian ini adalah genap sehingga pengkodeannya digunakan
nilai 0.5 dan –0.5, yang diletakkan pada 2 tahun ditengahnya. Kemudian
setiap tahunnya menjadi –1.5, -2.5 dan seterusnya. Sedangkan yang positif
diberikan nilai 1.5; 2.5; 3.5 dan seterusnya. Nilai perhitungan
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.20 Penghitungan Trend Debt Service Ratio
Hutang Luar Negeri Swasta Di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005
dalam persen
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Swasta (Y)
XY X2
Y’
1996/1997 -4.5 19.60 -88.20 20.25 40.25 1997/1998 -3.5 40.70 -142.45 12.25 37.74 1998/1999 -2.5 47.50 -118.75 6.25 35.22 1999/2000 -1.5 45.80 -68.70 2.25 32.70
2000 -0.5 32.40 -16.20 0.25 30.19 2001 0.5 28.70 14.35 0.25 27.67 2002 1.5 21.00 31.50 2.25 25.16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Tahun Kode
Tahun (X)
Nilai Debt Service Ratio Hutang Luar
Negeri Swasta (Y)
XY X2
Y’
2003 2.5 21.80 54.50 6.25 22.64 2004 3.5 16.70 58.45 12.25 20.12 2005 4.5 15.10 67.95 20.25 17.61
Jumlah 0 289.30 -207.55 82.5
Berdasarkan data di atas dapat diketahui:
Nilai a adalah:
a = n
Y∑
289.30
a =
10
a = 28.93
Nilai b adalah
b = ∑∑
2X
YX
-207.55 b =
82.5
b = -2.52
Jadi, perhitungan trend dari tiap tahun dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
Y’ = a + b X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Y’ = 28.93 %– 2.52% X
Tahun 1996/1997
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (-4.5)
= 40.25
Tahun 1997/1998
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (-3.5)
= 28.93
Tahun 1998/1999
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (-2.5)
= 35.22
Tahun 1999/2000
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (-1.5)
= 32.70
Tahun 2000
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (-0.5)
= 30.19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Tahun 2001
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (0.5)
= 27.67
Tahun 2002
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (1.5)
= 25.16
Tahun 2003
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (2.5)
= 22.64
Tahun 2004
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (3.5)
= 20.12
Tahun 2005
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (4.5)
= 17.61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Grafik 4.10 Trend Perkembangan Debt Service Ratio
Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
pers
en
Y Y'
Persamaan trend tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
peramalan jumlah debt service ratio hutang luar negeri pemerintah di
Indonesia 5 tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2006, 2007, 2008,
2009, dan 2010.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tahun 2006
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (5.5)
= 15.09
Tahun 2007
Y’ = a + b X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
= 28.93-2.52 (6.5)
= 12.58
Tahun 2008
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (7.5)
= 10.06
Tahun 2009
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (8.5)
= 7.55
Tahun 2010
Y’ = a + b X
= 28.93-2.52 (9.5)
= 5.03
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui peramalan nilai debt
service ratio hutang luar negeri swasta di Indonesia pada tahun 2006
berjumlah 15.09 persen, tahun 2007 berjumlah 12.58 persen, tahun 2008
berjumlah 10.06 persen, tahun 2009 berjumlah 7.55 persen dan pada tahun
2010 berjumlah 5.03 persen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
B. Pembahasan
1. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah di Indonesia
Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Data mengenai trend perkembangan hutang luar negeri pemerintah
tahun anggaran 1996/1997-2005, memperlihatkan adanya trend yang
positif, artinya apabila nilai X meningkat maka nilai Y juga mengalami
peningkatan. Dimana nilai X adalah kode tahun yang digunakan untuk
menghitung nilai Y’ (trend) hutang luar negeri pemerintah, pada tahun
tertentu. Penghitungan nilai trend dilakukan dengan menggunakan
persamaan Y’ = 71,726.25 + 2,938.62X. Angka 71,726.25 menunjukkan
besarnya konstanta apabila nilai X besarnya sama dengan nol (0), tetapi
dalam penghitungan trend hutang luar negeri pemerintah ini nilai X tidak
ada yang nilainya sama dengan 0. Hal ini disebabkan jumlah data yang
digunakan berjumlah genap yaitu 10 tahun. Penggunaan metode kuadrat
terkecil, apabila data berjumlah genap, maka dua tahun ditengah diberikan
nilai - 0.5 dan 0.5, sedangkan pada data yang berjumlah ganjil tahun yang
ada di tengah akan diberikan kode nilai sama dengan 0. Tanda positif (+)
menunjukan arah kemiringan pada garis trend mengalami peningkatan,
sedangkan tanda negatif (-) arah kemiringan garis trend yang sebaliknya
yaitu mengalami penurunan. Angka 2,938.62 merupakan nilai kemiringan,
yaitu naiknya nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan. Data tersebut
dapat terlihat dalam grafik di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Grafik 4.11 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
juta
US
dola
r
tahun
Y
Y'
Penghitungan nilai trend hutang luar negeri pemerintah pada
tahun 1996/1997-2005 menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke
tahun. Hal ini terlihat dalam hasil penghitungan trend hutang luar negeri
pemerintah dari tahun ke tahun, berikut ini yang dimulai pada tahun
1996/1997 sebesar 58,502.46 juta US dolar; tahun 1997/1998 sebesar
61,441.08 juta US dolar; tahun 1998/1999 sebesar 64,379.70 juta US
dolar; tahun 1999/2000 sebesar 67,318.32 juta US dolar; tahun 2000
sebesar 70,256.94 juta US dolar; tahun 2001/2002 sebesar 73,195.56 juta
US dolar; tahun 2002 sebesar 76,134.18 juta US dolar; tahun 2003 sebesar
79,072.80 juta US dolar; tahun 2004 sebesar 82,011.42 juta US dolar;
tahun 2005 sebesar 84,950.04 juta US dolar.
Berdasarkan gambar grafik trend di atas dapat terlihat juga
proyeksi atau peramalan mengena i keadaan hutang luar negeri pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
pada tahun anggaran 2010 dan 2015 mendatang. Pada tahun 2010 keadaan
hutang luar negeri pemerintah akan terus mengalami kenaikan dan
diperkirakan berjumlah 99,643.10 juta US dolar dan pada tahun 2015
jumlah hutang luar negeri pemerintah akan naik menjadi sebesar 114,
336.18 juta US dolar. Naiknya jumlah hutang luar negeri pemerintah ini
dapat dipicu dengan adanya keadaan yang tidak terduga misalnya adanya
bencana alam seperti gempa bumi, banjir dan juga Lumpur Lapindo
Brantas di Sidoarjo. Keadaan ini membutuhkan dana rekonstruksi yang
tidak sedikit sehingga pemerintah juga harus mencari tambahan dan dari
hutang luar negeri pemerintah.
Sejak Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan pada tahun 1966
kepada Presiden Soeharto, maka Indonesia memasuki era yang disebut
dengan Orde Baru. Presiden Soeharto dan mantan Presiden Soekarno
memiliki sikap yang bertentangan dalam menghadapi hutang luar negeri,
perbedaan sikap ini terlihat jelas yaitu sikap Soekarno yang sangat anti
terhadap hutang luar negeri sedangkan Soeharto justru bersikap sangat
mendukung dengan adanya hutang luar negeri. Pada masa
pemerintahannya Soeharto membiayai pembangunan ekonomi nasional
yang direncanakan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun
(REPELITA) dengan dana yang diperoleh dari hutang luar negeri.
Pembiayaan pembangunan ekonomi Indonesia, yang
mengandalkan dana yang berasal dari hutang luar negeri sebenarnya
bukanlah suatu tindakan yang salah. Tindakan mendapatkan hutang luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
negeri menjadi salah apabila semua pembiayaan pembangunan berasal dari
hutang luar negeri. Keadaan ini harus dicegah karena hutang luar negeri
yang diterima, tentunya tidak akan diperoleh dengan begitu saja, artinya
ada kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara debitur, yang
berupa pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri.
Sikap mendukung yang dilakukan oleh Presiden Soeharto terhadap
alternatif pendanaan yang berasal dari luar negeri membuat pemerintah
pada waktu itu tidak ragu untuk melakukan hutang luar negeri. Presiden
Soeharto dapat dikatakan sebagai pelopor terakumulasinya hutang luar
negeri pemerintah di Indonesia, hal ini didukung juga dengan pernyataan
yang diungkapkan bahwa tiga aset BUMN yang dimiliki, masih cukup
apabila digunakan untuk membayar hutang luar negeri. Pernyataan
diplomatis yang diungkapkan oleh Presiden Soeharto ini tentunya
membuat lega bagi pihak yang ingin mendapatkan dana yang berasal dari
hutang luar negeri.
Peran hutang luar negeri yang semula hanya digunakan sebagai
modal cadangan, ternyata berubah menjadi modal pokok bagi pembiayaan
pembangunan di Indonesia. Keadaan ini mengakibatkan Indonesia terjerat
hutang (debt trap) dan sangat sulit untuk keluar dari masalah hutang luar
negeri. Perekonomian pada masa Orde Baru memiliki tiga soko guru
pembangunan ekonomi yaitu minyak, kekayaan alam dan hutang luar
negeri (Kompas, 24 Juni 1996). Keadaan ini dapat dikatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
persatuan yang terjadi antara minyak, hutan dan hutang luar negeri itulah
yang menciptakan pembangunan di seluruh Indonesia.
Dana atau uang merupakan kunci keberhasilan pembangunan bagi
suatu negara. Cara mendapatkan dana tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain dengan mengandalkan penerimaan dari sektor
pajak, pencetakan uang baru dan hutang luar negeri. Sektor pajak
merupakan cara yang paling mudah untuk mendapatkan aliran dana, tetapi
yang perlu diperhatikan adalah keadaan perekonomian masyarakat yang
tidak stabil tentu akan semakin memperparah pertumbuhan ekonomi.
Alternatif kedua berupa pencetakan uang baru, cara ini bukanlah hal yang
sulit dilakukan terutama bagi Bank Indonesia yang memiliki otoritas untuk
mencetak uang baru. Dampak yang ditimbulkan apabila kekurangan dana
ditutup dengan mencetak uang baru adalah terjadinya inflasi yang sangat
tinggi sehingga Indonesia tidak menggunakan alternatif pendanaan yang
kedua ini. Selama ini Indonesia masih menggunakan alternatif pendanaan
yang berasal dari hutang luar negeri, sehingga akumulasi hutang luar
negeri pemerintah selalu mengalami peningkatan.
Salah satu faktor pendorong terakumulasinya hutang luar negeri
pemerintah di Indonesia adalah terjadinya krisis moneter pada tahun 1997,
yang disusul dengan jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar sampai pada Rp
16.000 per 1 US dolar. Ironisnya pada enam bulan sebelumnya tepatnya
pada bulan Juni 1997, rupiah masih berada pada kisaran Rp 2.419 per 1
US dolar. Pada saat yang sama krisis juga melanda negara Thailand, Korea
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Selatan dan Malaysia tetapi jatuhnya nilai rupiah lebih parah dibandingkan
dengan nilai mata uang Bath, Won, dan Ringgit.
Krisis moneter yang terjadi, dapat disebabkan oleh adanya
underconsumption atau overinvestment. Menurut Kwik Kian Gie apabila
penyebabnya adalah underconsumption maka terapi Keynes dapat
dilakukan yaitu memompa daya beli masyarakat. Apabila penyebabnya
overinvestment, maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh negara tersebut
kecuali menunggu sampai pada titik keseimbangan yang paling rendah.
Overinvestment adalah investasi yang sangat besar dan dipaksakan dengan
pendanaan dari hutang luar negeri, karena tabungan nasional tidak
mencukupi untuk membiayai investasi nasional. Keadaan ini
menyebabkan para investor khawatir apakah Indonesia mampu membayar
hutang luar negeri, sehingga banyak investor yang membatalkan untuk
berinvestasi di Indonesia. Bahkan investasi yang sudah masuk, tidak
sedikit yang kemudian ditarik kembali oleh investor. Situasi ini
mengakibatkan banyak modal luar negeri yang tidak masuk ke Indonesia,
kecuali dana yang diperoleh dari hutang luar negeri pemerintah. Hutang
luar negeri yang diterima pemerintah memiliki batasan dalam jumlahnya
sehingga tidak mungkin hutang luar negeri pemerintah ini akan diperbesar
secara terus menerus, apalagi sampai dapat membangkitkan daya beli
masyarakat.
Hutang luar negeri pemerintah adalah setiap penerimaan negara
baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
bentuk barang dan jasa yang diperoleh dari pemberi hutang luar negeri
yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Kategori hutang
luar negeri pemerintah menurut persyaratan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu hutang luar negeri komersial dan hutang luar negeri non komersial.
Hutang luar negeri komersial adalah hutang luar negeri pemerintah yang
diperoleh dari sektor swasta di luar negeri dengan suku bunga pasar seperti
surat berharga dan obligasi. Hutang luar negeri non komersial masih
dikelompokkan lagi menjadi hutang luar negeri Official Development
Assistance (ODA) dan pinjaman non- ODA. Hutang luar negeri ODA
yaitu hutang luar negeri dengan syarat lunak seperti hutang luar negeri
pemerintah kepada pemerintah (bilateral) atau lembaga multilateral kepada
pemerintah. Hutang luar negeri pemerintah baik bilateral maupun
multilateral pada umumnya bersyarat lunak, bunga rendah, dan ada grace
period serta memiliki jangka waktu yang cukup panjang.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hutang luar
negeri pemerintah komersial selalu mengalami kenaikan, yaitu pada tahun
1999 berjumlah 2,388 juta US dolar, tahun 2000 naik menjadi 2,433 juta
US dolar, tahun 2002 naik menjadi 2,501 juta US dolar, sampai akhirnya
pada tahun 2005 naik menjadi sebesar 9,440 juta US dolar. Kenaikan
hutang luar negeri komersial yang mencapai 74.70% ini seharusnya
diwaspadai oleh pemerintah, karena jenis hutang luar negeri komersial ini
akan dikenai bunga yang lebih tinggi dari pada jenis hutang luar negeri
non komersial, sehingga nanti pada saat pengembaliannya kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
memiliki jumlah yang sangat banyak. Keunggulan dari pinjaman
komersial ini adalah persyaratannya yang lunak sehingga dapat dengan
cepat mendapatkan dana segar.
Selain jenis hutang luar negeri pemerintah komersial, terlihat
bahwa hutang luar negeri pemerintah bilateral jumlahnya lebih besar
dibandingkan dengan hutang luar negeri pemerintah multilateral. Jumlah
ini terlihat pada tahun 2004 hutang luar negeri pemerintah bilateral sebesar
30,339 juta US dolar sedangkan jumlah hutang luar negeri multilateral
berjumlah 28,905 juta US dolar. Pada tahun 2005 jumlah hutang luar
negeri pemerintah bilateral sebesar 27,795 juta US dolar dan jumlah
hutang luar negeri pemerintah multilateral berjumlah 26,566 juta US dolar.
Negara yang paling besar mendonorkan dananya kepada Indonesia adalah
negara Jepang, sedangkan untuk negara multilateralnya adalah negara
Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Australia, dan Belanda. Pinjaman
multilateral ini termasuk juga pinjaman yang berasal dari IMF. Semakin
banyak jumlah hutang yang diberikan oleh negara donor kepada Indonesia
maka akan semakin besar pula pengaruh yang diberikan negara tersebut
kepada negara Indonesia. Hal ini apabila dibiarkan terus berlanjut akan
berpengaruh terhadap kedaulatan negara Indonesia sendiri dimata negara
Internasional.
Sebelum krisis terjadi, hutang luar negeri pemerintah sebagian
besar berupa pinjaman proyek yang digunakan untuk membiayai proyek
proyek-proyek pembangunan. Setelah terjadinya krisis hutang luar negeri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
sebagian besar hutang luar negeri pemerintah berupa bantuan program
untuk mengatasi dampak krisis terhadap penduduk miskin, Jaring
Pengaman Sosial (JPS) dan berbagai subsidi. Keadaan inilah yang
menyebabkan hutang luar negeri pemerintah mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Bentuk hutang luar negeri pemerintah yang berbentuk
bantuan program artinya hutang luar negeri diterima dalam bentuk barang-
barang dan jasa, mengakibatkan Indonesia tidak bisa mengetahui nilai
sebernarnya dari barang-barang yang diutangkan, demikian juga dengan
jasa yang diberikan. Sehingga supaya jumlah barang dan jasa tersebut
dapat dihitung perlu dilakukan overpricing yaitu menaikkan nilai nominal
pinjaman sebanyak 25% diatas nilai riil.
Penggunaan konsep anggaran berimbang dalam APBN jaman Orde
Baru menyebabkan kekurangan dana pembangunan tidak lagi ditutup
dengan pencetakan uang baru tetapi diganti dengan penerimaan hutang
luar negeri (Harsoyo, 1996: 72). Pencatatan hutang luar negeri dalam
APBN pada tahun anggaran sebelum tahun 2000 dibukukan pada pos
penerimaan pembangunan. Pembukuan dengan model seperti ini
sebenarnya tidak dapat dibenarkan karena hutang luar negeri yang diterima
seharusnya tidak dianggap sebagai suatu penerimaan melainkan harus
diakui sebagai pembiayaan. Keadaan pembukuan yang seperti ini akan
dilakukan perbaikan di dalam format APBN pada tahun 2000 dan
seterusnya. Salah satu bentuk perbaikan tersebut terlihat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
pencatatan hutang luar negeri tidak lagi dianggap sebagai penerimaan
tetapi dianggap sebagai pembiayaan luar negeri.
Hutang luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah tentu saja akan
berpengaruh terhadap keuangan negara yang terlihat dalam keadaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Setiap tahunnya
pemerintah akan membuat APBN, yang di dalamnya akan berisi tentang
jumlah penerimaan dan pengeluaran keuangan negara dalam satu tahun.
Pencatatan hutang luar negeri pemerintah dalam APBN mulai tahun
anggaran 2000 ke atas berbeda dengan APBN pada tahun anggaran
1999/2000 ke bawah. Perbedaan ini terjadi terjadi karena adanya
perubahan format APBN yang selama ini dipakai menggunakan table T
(T-account), yang berdasar pada prinsip anggaran berimbang dan dinamis
dimana anggaran defisit dibiayai dengan sumber pembiayaan dari dalam
dan luar negeri, sehingga anggaran yang dikatakan ‘berimbang’ namun
kenyataannya mengalami defisit. Format dan struktur APBN tahun 2000,
menggunakan standar yang berlaku secara internasional sebagaimana yang
digunakan dalam statistik keuangan pemerintah (Government Finance
Statistic), sehingga lebih transparan dan benar-benar mencerminkan
keadaan yang sebenarnya. Tabel berikut ini merupakan keadaan hutang
luar negeri dalam APBN tahun anggaran 1996/1997-1999/2000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Tabel 4.21 Penerimaan Pembangunan dalam APBN
Tahun anggaran 1996/1997-1999/2000 Dalam miliar rupiah
1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 Penerimaan pembangunan a. bantuan program b. bantuan proyek
11,900.1
- 11,900.1
23,817.0
- 23,817.0
114,585.6
74,044.7 40,540.9
77,400.0
47,400.0 30,000.0
Sumber : Nota Keuangan Dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun anggaran 1999/2000. Halaman 26 dan 32
Pada format anggaran tahun 2000 ke atas hutang luar negeri tidak
lagi dicatat sebagai penerimaan tetapi dicatat sebagai pembiayaan yang
dapat dibedakan menjadi dua yaitu pinjaman program dan pinjaman
proyek. Berikut ini merupakan keadaan hutang luar negeri dalam APBN
tahun anggaran 2000-2005.
Tabel 4.22
Penarikan Pinjaman Luar Negeri dalam APBN Tahun anggaran 2000-2005
Dalam miliar rupiah 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Penarikan pinjaman luar negeri a. Pinjaman
program b. Pinjaman
proyek
26,246.6
4,394.7
21,851.9
29,683.9
10,023.9
19,660.0
19,374.0
7,042.0
12,332.0
17,651.8
1,792.1
15,859.7
21,745.6
3,140.8
18,604.8
35,540.7
11,270.0
24,270.7
Sumber : Arlini, 2006: Halaman 111 dan 113
Sumber hutang luar negeri pemerintah Indonesia yang berasal dari
International Moneytary Fund (IMF) tidak akan diperhitungkan sebagai
beban pemerintah karena tidak memiliki pengaruh dalam APBN. Pinjaman
dari IMF ini sifatnya menambah cadangan devisa dan tidak boleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
dipergunakan oleh Indonesia kecuali jika terjadi krisis neraca pembayaran
(Arlini, 2006: 59). Indonesia yang menjadi anggota IMF, akhirnya
memutuskan untuk meminta bantuan kepada IMF dalam rangka mengatasi
krisis moneter. Indonesia sebagai negara yang ingin mengajukan bantuan
kepada IMF harus menyetujui persyaratan yang diajukan oleh IMF.
Sebenarnya persyaratan ini merupakan kesepakatan dari kedua belah pihak
yang tertuang dalam sebuah surat yang disebut dengan Letter of Intent
(LoI). LoI merupakan komitmen pemerintah dan pelaksanaanya diikuti
dengan seksama oleh IMF. Akhirnya pada tanggal 15 Januari 1998
Presiden Soeharto dengan disaksikan Direktur pelaksana IMF Michael
Comdessus menandatangi LoI dengan IMF di Jakarta.
Peran dan persyaratan IMF sebenarnya mendapat banyak kritikan
dari para ahli ekonomi, seperti Stiglizt, Jeffry Sachs dan masih banyak
lagi. Kritik itu mereka berikan kepada IMF, karena IMF dianggap tidak
jeli dalam melihat potensi krisis di Asia. IMF yang diharapkan mampu
untuk mengatasi krisis di Asia, ternyata memberikan jalan keluar yang
sama kepada setiap negara. Padahal krisis yang dialami oleh setiap negara
tersebut berbeda-beda keadaannya. Sejak Indonesia bergabung dengan
IMF dan dengan patuh menjalankan saran yang diberikan oleh IMF,
hutang luar negeri pemerintah berhasil naik dua kali lipat dalam jangka
waktu empat tahun setelah krisis pada tahun 1997. Kebijakan yang dibuat
oleh IMF cenderung mengarah kepada kebijakan neoliberal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Keterlibatan IMF dalam mengatasi krisis moneter di Indonesia
menyebabkan Indonesia harus patuh dalam menjalankan perintah dari
International Moneytary Fund (IMF). Menurut Jeffrey Sachs dalam The
Wrong Medicine for Asia (The New York Times, 3 November 1997) ada
dua kesalahan yang dilakukan IMF dalam mengatasi krisis moneter di
Indonesia yaitu 1) terapi suku bunga tinggi dan 2) pemotongan anggaran
pemerintah yang mengurangi stimulus bagi perekonomian (Deliarnov,
2006: 192). Terapi suku bunga tinggi ini kurang tepat diterapkan apabila
kondisi perekonomian buruk. Pada kenyataannya suku bunga yang tinggi
justru memicu swasta untuk meminjam hutang luar negeri karena hal ini
lebih menguntungkan selain itu juga banyak terjadi capital flight. Saran
kedua yang diberikan IMF yaitu pemotongan anggaran pemerintah yang
mengurangi stimulus dalam perekonomian sangatlah tidak sesuai.
Logikanya ketika krisis moneter terjadi, pemerintah justru menghilangkan
subsidi yang diberikan misalnya subsidi BBM, listrik dan lainnya. Tujuan
yang ingin dicapai adalah pemerintah dapat menghemat anggaran tetapi
yang terjadi adalah turunnya daya beli masyarakat.
Tindakan IMF dan Bank Dunia terhadap Indonesia tidak
membantu Indonesia untuk keluar dari masalah hutang luar negeri
pemerintah, tetapi justru menyebabkan Indonesia terjerat lebih parah lagi
dalam hutang luar negeri pemerintah. Kontroversi terhadap keberadaan
IMF masih terus berlangsung. Sebagian besar kalangan menyebutkan
bahwa IMF telah ikut mencampuri masalah di Indonesia. Tuduhan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
tentu saja tidak diterima begitu saja oleh IMF, oleh karena itu IMF
melakukan pembelaan bahwa kebijakan ekonomi yang diberikan sudah
dibuktikan keampuhannya dalam dunia internasional, sehingga menurut
IMF apa yang disarankan kepada Indonesia merupakan sebuah saran yang
paling bermanfaat.
Keanggotaan IMF terdiri dari negara-negara adikuasa yang
tergabung dalam the Group of Sevens (G7) mereka adalah Amerika
Serikat, Jepang, Jerman, Italia, Austria, Inggris dan Perancis. G7 ini
mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk memperluas daerah
kekuasaannya di seluruh dunia. Salah satu usaha yang tampak jelas
dilakukan adalah dengan memasyarakatkan perdagangan bebas,
penghapusan subsidi, dan privatisasi. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa IMF dan lembaga keuangan multilateral lainnya merupakan
penyebar mazhab pemikiran ekonomi neoliberalisme. Penerapan ini
terlihat pada saat IMF memaksa Indonesia untuk menandatangi Letter of
Intent (LoI) (Baswir, 2003: 23).
Campur tangan IMF dalam masalah perekonomian di Indonesia
dengan menerapkan paham perekonomian liberal ini sangat berbahaya
karena sangat memungkinkan apabila kekuasaan pemerintah Indonesia
akan tergusur dengan negara anggota IMF dan bangsa Indonesia tidak lagi
menjadi tuan di negaranya sendiri. Melihat keadaan ini sudah seharusnya
apabila Indonesia tidak lagi tergantung dengan IMF dan selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
mengharapkan kucuran dana yang mengalir tetapi melepaskan diri dari
cengkeraman IMF.
Hutang luar negeri pemerintah yang diterima oleh Indonesia
dijadikan andalan dalam membiayai pembangunan, memobilisasi sumber
daya,meningkatkan produksi dan ekspor, memperbaiki neraca pembayaran
dan lain- lain (Wiranta, 2005: 31). Hutang luar negeri pemerintah
mengalami jumlah terbanyak pada tahun 2004 yaitu sebesar 82,725.75 juta
US dolar, yang digunakan untuk membiayai akibat terjadinya bencana
tsunami di Aceh. Jumlah hutang luar negeri pemerintah yang mengalami
trend kenaikan sebenarnya terjadi karena adanya salah sasaran terhadap
penggunaan dana hutang luar negeri pemerintah. Keadaan ini tampak jelas
pada saat terjadinya kerancuan penggunaan hutang luar negeri pemerintah
dalam program pengentasan kemiskinan akibat krisis ekonomi tahun 1997.
Pada saat itu negara donor setuju apabila pemerintah Indonesia
menggunakan dana dari hutang luar negeri untuk membiayai program
pengentasan kemiskinan. Situasi ini akhirnya menimbulkan kerancuan
karena Indonesia terlihat lepas tanggung jawab terhadap masalah
kemiskinan dan mengatasinya dengan melakukan hutang luar negeri, disisi
lain bantuan yang diberikan Indonesia justru menimbulkan ketergantungan
masyarakat miskin terhadap negara. Program jaring pengaman sosial lebih
banyak digunakan dalam penciptaan lapangan pekerjaan yang bersifat
temporer padahal dana tersebut dapat digunakan untuk membangun
beberapa pabrik yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Keuntungan yang dapat dinikmati oleh Indonesia pada saat
mendapatkan hutang luar negeri pemerintah antara lain: pertama, hutang
luar negeri pemerintah dapat digunakan sebagai salah satu sumber
pembiayaan nasional. Ini berarti bahwa dengan adanya hutang luar negeri
pemerintah dapat melakukan kegiatan pembangunan yang dananya
diperoleh dari hutang luar negeri pemerintah. Kedua, hutang luar negeri
pemerintah dapat digunakan sebagai alat stabilitas ekonomi nasional,
karena dengan adanya tambahan dana yang berasal dari hutang luar negeri
permasalahan moneter seperti inflasi dapat diatasi dengan menggunakan
hutang luar negeri pemerintah ini. Ketiga, hutang luar negeri pemerintah
dapat digunakan untuk memperbaiki neraca pembayaran. Neraca
pembayaran yang defisit dapat disebabkan karena perbandingan antara
ekspor dengan impor tidak seimbang. Biasanya defisit neraca pembayaran
terjadi karena ekspor yang sangat sedikit sedangkan impor yang dilakukan
sangatlah banyak, keadaan ini akan memicu terjadinya defisit neraca
pembayaran. Hutang luar negeri pemerintah yang diterima ini akan
digunakan untuk menambah devisa dalam negeri sehingga tidak akan
terjadi defisit neraca pembayaran lagi. Keempat, hutang luar negeri
pemerintah dapat digunakan sebagai alat pemerataan pendapatan nasional,
yang dapat dilakukan dengan memberikan bantuan atau kredit kepada
masyarakat yang membutuhkan diseluruh Indonesia. Kelima, hutang luar
negeri pemerintah dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
aktivitas perekonomian dalam negeri. Salah satunya adalah dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
melakukan diversifikasi ekonomi yang akhirnya dapat digunakan untuk
menambah tingkat ekspor Indonesia.
Selain keuntungan yang diperoleh oleh negara ketika melakukan
hutang luar negeri pemerintah, hutang luar negeri dapat juga memberikan
dampak buruk yaitu pertama, adanya ketergantungan terhadap hutang luar
negeri, sehingga perekonomian nasional dikendalikan oleh pihak negara
donor yaitu negara yang memberikan bantuan hutang kepada suatu negara,
kedua, devaluasi yang dilakukan oleh negara lain akan berpengaruh
terhadap keadaan moneter Indonesia, sehingga nilai mata uang rupiah akan
dengan mudah mengalami penurunan. Ketiga, besarnya jumlah dana yang
diberikan kepada Indonesia sebagai negara donor akan menentukan
pengaruh kekuasaan negara tersebut kepada negara Indonesia. Hal ini
tercermin dalam penandatanganan Letter of Intent (LoI). Isi dari LoI ini
adalah mengatur Indonesia supaya mematuhi peraturan yang telah dibuat,
meskipun sangat merugikan keadaan perindustrian di dalam negeri.
Keempat, hutang luar negeri yang diajukan pemerintah Indonesia kepada
badan internasional, memaksa Indonesia turut berpartisipasi dalam
globalisasi perekonomian dunia. Arti kata memaksa adalah Indonesia
harus menerima liberalisasi (globalisasi) pasar sekalipun belum siap untuk
bersaing dengan negara lain. Kelima, hutang luar negeri pemerintah
Indonesia yang selama ini dilakukan akan menanamkan budaya berutang
kepada generasi dimasa yang akan datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Sebelum terjadinya krisis di Indonesia, jumlah penduduk yang
berada di bawah garis kemiskinan hanya 22.5 juta tetapi setelah terjadinya
krisis jumlah orang miskin di Indonesia bertambah menajadi 78.9 juta.
Disisi lain bertambahnya jumlah orang miskin berkorelasi positif dengan
bertambahnya jumlah hutang luar negeri yang diterima oleh pemerintah.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa peningkatan jumlah hutang luar
negeri tidak mengurangi kemiskinan tetapi justru menambah jumlah
kemiskinan di Indonesia. Pada tahun 2004 jumlah hutang luar negeri
pemerintah Indonesia mencapai 82,725.12 juta US dolar. Jumlah tersebut
belum termasuk hutang luar negeri swasta yang berjumlah 54,299.01 juta
US dolar, dan hutang luar negeri domestik yang mencapai Rp 650 triliun.
Dari jumlah tersebut apabila kisaran dolar berada pada Rp 9.000,00 maka
jumlah total hutang luar negeri Indonesia mencapai Rp 1.233 triliun,
dengan demikian beban per kapita penduduk Indonesia sudah mencapai
hampir 1.000 US dolar apabila di rupiah berkisar pada Rp 10 juta per
orang. Beban itulah yang sekarang dipikul oleh 40 juta orang kelompok
masyarakat miskin termasuk para bayi Indonesia yang baru lahir.
2. Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta di Indonesia tahun
Anggaran 1996/1997-2005
Data mengenai trend perkembangan hutang luar negeri swasta
tahun anggaran 1996/1997-2005, memperlihatkan adanya trend yang
negatif, artinya apabila nilai X meningkat maka nilai Y akan mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
penurunan. Dimana nilai X adalah kode tahun yang digunakan untuk
menghitung nilai Y’ (trend) hutang luar negeri swasta, pada tahun tertentu.
Penghitungan nilai trend dilakukan dengan menggunakan persamaan
Y’=63,999.58 – 2,450.23 X. Angka 63,999.58 menunjukkan besarnya
konstanta apabila nilai X besarnya sama dengan nol (0), tetapi dalam
penghitungan trend hutang luar negeri swasta ini nilai X tidak ada yang
nilainya sama dengan 0. Hal ini disebabkan jumlah data yang digunakan
berjumlah genap yaitu 10 tahun. Penghitungan trend dengan menggunakan
metode kuadrat terkecil, apabila data berjumlah genap, maka dua tahun
ditengah diberikan nilai -0.5 dan 0.5, sedangkan pada data yang berjumlah
ganjil tahun yang ada di tengah akan diberikan kode nilai sama dengan 0.
Tanda positif (+) menunjukan arah kemiringan pada garis trend
mengalami peningkatan, sedangkan tanda negatif (-) arah kemiringan garis
trend yang sebaliknya yaitu mengalami penurunan. Angka 2,450.23
merupakan nilai kemiringan, yaitu turunnya nilai Y’ apabila X bertambah
satu satuan. Data tersebut dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Grafik 4.12 Trend Perkembangan Hutang Luar Negeri Swasta
Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997- 2005
-10,000.0020,000.0030,000.0040,000.0050,000.0060,000.0070,000.0080,000.0090,000.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Y
Y'
Hutang luar negeri swasta adalah pinjaman penduduk dari bukan
penduduk, dalam valuta asing dan atau rupiah berdasarkan perjanjian
kredit atau perjanjian lainnya kecuali giro, tabungan, dan deposito (Arlini,
2006: 63). Hutang luar negeri swasta masih dapat dibedakan lagi menjadi
swasta bank dan swasta bukan bank, serta antara swasta lembaga keuangan
dan swasta bukan lembaga keuangan. Berdasarkan data yang diperoleh
mengenai hutang luar negeri swasta pada tahun anggaran 1996/1997-2005
menunjukkan adanya penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dalam
hasil penghitungan trend hutang luar negeri swasta dari tahun ke tahun,
berikut ini yang dimulai pada tahun 1996/1997 berjumlah 75,025.62 juta
US dolar; pada tahun 1997/1998 berjumlah 72,575.39 juta US dolar, pada
tahun 1998/1999 berjumlah 70,125.16 juta US dolar, pada tahun
1999/2000 berjumlah 67,674.93 juta US dolar, pada tahun 2000 berjumlah
65,224.70 juta US dolar, pada tahun 2001 berjumlah 62,774.46 juta US
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
dolar, pada tahun 2002 berjumlah 60,324.23 juta US dolar; pada tahun
2003 berjumlah 57,874.00 juta US dolar; pada tahun 2004 berjumlah
55,423.77 juta US dolar; dan pada tahun 2005 berjumlah 52,973.54 juta
US dolar.
Berdasarkan gambar grafik trend di atas dapat terlihat juga
proyeksi atau peramalan mengenai keadaan hutang luar negeri swasta pada
tahun anggaran 2010 dan 2015 mendatang. Pada tahun 2010 keadaan
hutang luar negeri swasta akan terus mengalami penurunan diperkirakan
hutang luar negeri swasta tersebut berjumlah 40,691.34 juta US dolar dan
pada tahun 2015 jumlah hutang luar negeri swasta akan turun menjadi
sebesar 28,423.85 juta US dolar.
Penghitungan trend hutang luar negeri swasta tersebut berdasarkan
jumlah hutang luar negeri swasta secara keseluruhan. Apabila akan dilihat
lebih rinci tentang hutang luar negeri swasta, jenis hutang luar negeri
swasta dari bank masih bisa dibedakan lagi berdasarkan kelompok bank
yaitu bank persero dan bank swasta. Bank swasta juga masih dibedakan
lagi menjadi swasta nasional, swasta asing dan swasta campuran. Dalam
penelitian ini hanya akan menunjukkan hutang luar negeri swasta bank
secara umum saja. Hutang luar negeri swasta bank pada tahun 1996
sebesar 9,049 juta US dolar, dan mengalami kenaikan pada tahun 1997
menjadi sebesar 14,364 juta US dolar. Mulai tahun 1998 sampai tahun
2004 terus mengalami penurunan yaitu 10,810 juta US dolar; 7,720 juta
US dolar; 6,649 juta US dolar; 4,870 juta US dolar; 4,316 juta US dolar;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
3,909.39 juta US dolar. Pada tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi
4,848.54 juta US dolar. Terjadinya kenaikan jumlah hutang luar negeri
swasta seperti yang terjadi pada tahun 1997 disebabkan karena adanya laju
inflasi yang tinggi sehingga suku bunga juga mengalami kenaikan.
Keadaan dimana suku bunga mengalami kenaikan ini justru dimanfaatkan
oleh para swasta untuk melakukan hutang luar negeri karena akan
memberikan keuntungan yang sangat banyak. Hutang luar negeri swasta
yang meningkat ini dipicu dengan adanya optimisme swasta yang
berlebihan pada prospek berinvestasi dari sektor swasta.
Hutang luar negeri swasta selain dilakukan oleh bank juga
dilakukan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan adalah
badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan
atau tagihan (dibandingkan) asset non finansial atau asset riil. Lembaga
keuangan ini akan memberikan kredit kepada nasabah dan menanamkan
dananya dalam bentuk surat berharga. Selain itu sebuah lembaga keuangan
juga akan menawarkan berbagai jasa keuangan antara lain tabungan,
proteksi asuransi, program pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan
mekanisme tranfer dana. Lembaga keuangan bukan bank yang saat ini
beroperasi di Indonesia adalah reksa dana, lembaga pembiayaan usaha
perasuransian, dana pensiun, pegadaian, perusahaan penjamin dan
perusahaan efek.
Jumlah hutang luar negeri swasta lembaga keuangan bukan bank
pada tahun anggaran 1996/1997-2005, mengalami fluktuasi yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
menentu. Terbukti pada tahun 1996/1997 jumlah hutang luar negeri swasta
lembaga keuangan bukan bank berjumlah sebesar 2,398 juta US dolar,
pada tahun 1997/1998 mengalami peningkatan menjadi sebesar 3,415 juta
US dolar, tahun 1998/1999-2001 menjadi 2,607 juta US; 1,305 juta US
dolar; 1,150 juta US dolar; dan 1,064 juta US dolar. Kemudian pada tahun
2002–2004 meningkat menjadi 2,772 juta US dolar, 3,221.25 juta US
dolar, dan 4,305.53 juta US dolar. Sampai akhirnya pada tahun 2005
mengalami penurunan menjadi 2,136.91 juta US dolar
Hutang luar negeri swasta bukan lembaga keuangan, terbukti
memiliki jumlah hutang yang paling banyak. Menurut status perusahaan,
hutang luar negeri swasta bukan lembaga keuangan, terdiri atas hutang
luar negeri yang dilakukan oleh BUMN, swasta nasional, dan swasta
asing. Menurut sektor ekonomi, hutang luar negeri swasta bukan lembaga
keuangan terdiri atas hutang luar negeri yang diberikan kepada sektor
industri pengolahan, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan,
perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, dan komunikasi,
pertambangan dan penggalian, bangunan, listrik, gas dan air bersih,
pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, jasa-jasa dan la innya.
Jumlah hutang luar negeri swasta bukan lembaga keuangan
mengalami naik turun, meskipun proporsi hutang luar negeri swasta
terbesar disumbangkan dari jenis hutang luar negeri swasta bukan lembaga
keuangan. Jumlahnya yaitu pada tahun 1996/1997 sebesar 43,421 juta US
dolar, pada tahun 1997/1998 sebesar 64,444; tahun 1998/1999 sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
70,680 juta US dolar; tahun 1999/2000 sebesar 60,352 juta US dolar;
tahun 2000 sebesar 57,907 juta US dolar; tahun 2001 sebesar 53,983 juta
US dolar; tahun 2002 sebesar 49,040 juta US dolar; tahun 2003 sebesar
46,197.64 juta US dolar. Tahun 2004 sebesar 46,084.09 juta US dolar; dan
pada tahun 2005 sebesar 46,937.46 juta US dolar.
Secara umum hutang luar negeri swasta memang mengalami
perkembangan naik turun, akan tetapi kecenderungan trend
perkembangannya mengalami penurunan yaitu pada rentang tahun
anggaran 1996/1997-2005. Terakumulasinya hutang luar negeri swasta
disebabkan karena Indonesia menganut sistem devisa bebas, sehingga
swasta bebas menggunakan atau mencari devisa dari hutang luar negeri.
Devisa bebas artinya bahwa tidak ada batasan mengenai jumlah uang yang
boleh dibawa masuk ke atau luar Indonesia (Dumairy, 1996: 110).
Akhirnya semua akumulasi hutang luar negeri swasta ini semakin
membebani perekonomian Indonesia. Faktor lain yang menyebabkan
akumulasi hutang luar negeri swasta semakin besar adalah karena adanya
usaha pemerintah untuk meningkatkan peranan swasta. Keadaan ini
diusahakan oleh pemerintah untuk menciptakan suasana yang kompetitif
dan peningkatan peranan mekanisme pasar sebagai antisipasi terhadap
globalisasi ekonomi.
Menurut Miranda S Gultom, krisis ekonomi yang terjadi di
Indonesia tahun 1997-1998 dapat dijelaskan dengan menggunakan
pendekatan yang dikembangkan oleh Krugman dan (1998) dan Corsetti,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
dkk., (1998). Pendekatan ini memasukkan peran moral hazardinduced
investment untuk menganalisis penyebab terjadinya krisis. Moral hazard
terjadi karena adanya persepsi bahwa pemerintah selalu siap menjamin
atau menalangi perusahaan swasta yang bermasalah. Keadaan ini
menimbulkan excessive investment/ lending dan excessive borrowing yang
berakibat pada akumulasi hutang luar negeri swasta semakin banyak
(Deliarnov, 2006: 179).
Pemerintah harus mengatur hutang luar negeri swasta agar tetap
terkendali dan tidak menimbulkan dampak yang terlalu berbahaya.
Berbahaya dalam hal ini diartikan sebagai ketidakmampuan bagi swasta
untuk melunasi hutang luar negeri swasta. Campur tangan pemerintah
dapat dilakukan dengan cara mewajibkan bagi pihak swasta untuk selalu
melaporkan hutang luar negeri yang diajukannnya, pemerintah juga harus
memeriksa apakah dana hutang luar negeri yang diperoleh swasta
dialokasikan pada sektor yang tepat. Sektor yang tepat adalah dana hutang
luar negeri tersebut digunakan untuk membiayai proyek yang
menguntungkan dan hanya digunakan untuk pembangunan infrastruktur
prioritas.
3. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia tahun Anggaran 1996/1997-2005
Data mengenai trend perkembangan cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri pemerintah tahun anggaran 1996/1997-2005,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
memperlihatkan adanya trend yang negatif, artinya apabila nilai X
meningkat maka nilai Y akan mengalami penurunan. Dimana nilai X
adalah kode tahun yang digunakan untuk menghitung nilai Y’ (trend)
perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah,
pada tahun tertentu. Penghitungan nilai trend dilakukan dengan
menggunakan persamaan Y’= 3,903 – 798.18 X. Angka 3,903
menunjukkan besarnya konstanta apabila nilai X besarnya sama dengan
nol (0), tetapi dalam penghitungan trend perkembangan cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri pemerintah ini nilai X tidak ada yang nilainya
sama dengan 0. Hal ini disebabkan jumlah data yang digunakan berjumlah
genap yaitu 10 tahun. Penghitungan trend dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil, apabila data berjumlah genap, maka dua tahun ditengah
diberikan nilai - 0.5 dan 0.5, sedangkan pada data yang berjumlah ganjil
tahun yang ada di tengah akan diberikan kode nilai sama dengan 0. Tanda
positif (+) menunjukan arah kemiringan pada garis trend mengalami
peningkatan, sedangkan tanda negatif (-) arah kemiringan garis trend yang
sebaliknya yaitu mengalami penurunan. Angka –798.18 merupakan nilai
kemiringan, yaitu turunnya nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan.
Penghitungan nilai trend cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri pemerintah pada tahun anggaran 1996/1997-2005 menunjukkan
adanya penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dalam hasil
penghitungan trend cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah dari tahun ke tahun, berikut ini yang dimulai pada tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
1996/1997 berjumlah 7,494.81 juta US dolar; tahun 1997/1998 berjumlah
6,696.63 juta US dolar; tahun 1998/1999 berjumlah 5,898.45 juta US
dolar; tahun 1999/2000 berjumlah 5,100.27 juta US dolar; tahun 2000
berjumlah 4,302.09 juta US dolar; tahun 2001 berjumlah 3,503.91 juta US
dolar; tahun 2002 berjumlah 3,705.73 juta US dolar; tahun 2003 berjumlah
1,907.55 juta US dolar; tahun 2004 berjumlah 1,109.37 juta US dolar; dan
pada tahun 2005 berjumlah 311.19 juta US dolar. Penurunan ini dapat
terlihat jelas dalam grafik di bawah ini:
Grafik 4.13 Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia tahun anggaran 1996/1997-2005 Dalam juta US dolar
(10,000.00)
(8,000.00)
(6,000.00)
(4,000.00)
(2,000.00)
-
2,000.00
4,000.00
6,000.00
8,000.00
10,000.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Y Y'
Berdasarkan gambar grafik trend di atas dapat terlihat juga
proyeksi atau peramalan mengenai keadaan pembayaran cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri pemerintah pada tahun anggaran 2010 dan 2015
mendatang. Pada tahun 2010 keadaan pembayaran cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri pemerintah akan terus mengalami penurunan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
diperkirakan berjumlah –2,365.86 juta US dolar dan pada tahun 2015
jumlah hutang luar negeri pemerintah akan turun menjadi sebesar -
4,831.10 juta US dolar.
Hutang luar negeri pemerintah yang diterima debitur akan
menimbulkan kewajiban pembayaran yang berupa cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri pemerintah kepada negara-negara kreditur.
Keadaan ini berlaku juga bagi Indonesia yang harus membayar cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah kepada kreditur.
Penghitungan nilai trend untuk pembayaran cicilan pokok hutang luar
negeri pemerintah mengalami penurunan yaitu tahun 1996/1997 berjumlah
4,536.83 juta US dolar, tahun 1997/1998 berjumlah 4,043.78 juta US
dolar, tahun 1998/1999 berjumlah 3,550.73 juta US dolar, tahun
1999/2000 berjumlah 3,057.68 juta US dolar, tahun 2000 berjumlah
2,564.63 juta US dolar, tahun 2001 berjumlah 2,071.57 juta US dolar,
tahun 2002 berjumlah 1,578.52 juta US dolar, tahun 2003 berjumlah
1,085.47 juta US dolar, tahun 2004 berjumlah 592.42 juta US dolar dan
pada tahun 2005 berjumlah 99.37 juta US dolar.
Sama halnya dengan pembayaran cicilan pokok yang mengalami
trend penurunan, begitu juga dengan trend pembayaran bunga hutang luar
negeri pemerintah yaitu tahun 1996/1997 berjumlah 2,957.99 juta US
dolar, pada tahun 1997/1998 berjumlah 2,652.86 juta US dolar, pada tahun
1998/1999 berjumlah 2,347.73 juta US dolar, pada tahun 1999/2000
berjumlah 2,042.60 juta US dolar, pada tahun 2000 berjumlah 1,737.47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
juta US dolar, pada tahun 2001 berjumlah 1,432.33 juta US dolar, pada
tahun 2002 berjumlah 1,127.20 juta US dolar, pada tahun 2003 berjumlah
822.07 juta US dolar , pada tahun 2004 berjumlah 516.94 juta US dolar,
dan pada tahun 2005 berjumlah 211.81 juta US dolar.
Pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah akan dilakukan pencatatan dalam APBN, pencatatan ini juga
mengalami perubahan mulai tahun anggaran 2000. Sebelum tahun
anggaran 2000 pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
digabung dalam pengeluaran rutin. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 4.23 Pengeluaran Rutin Dalam APBN
Tahun Anggaran 1996/1997-1999/2000 Dalam miliar rupiah
1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 Bunga dan cicilan hutang luar negeri
22,902.0 28,057.3 64,296.3 44,430.0
Sumber : Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun anggaran 1996/1997-1999/2000. halaman 54 dan 154
Salah satu unsur pengeluaran yang harus dipenuhi dengan
anggaran pemerintah adalah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang
luar negeri yang merupakan beban hutang luar negeri yang telah jatuh
tempo. Besarnya kewajiban tersebut akan dipengaruhi oleh nilai tukar,
baik antar valuta negara pemberi pinjaman, maupun nilai rupiah terhadap
nilai valuta negara yang dimaksud. Dalam tabel di atas terlihat bahwa
pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
mengalami peningkatan, terutama pada tahun anggaran 1998/1999 yang
mencapai 64,296.3 miliar rupiah. Peningkatan ini dipicu dengan adanya
krisis moneter yang melanda Indonesia yang mengakibatkan melemahnya
rupiah terhadap dolar sehingga beban pembayaran bunga dan cicilan
pokok hutang luar negeri meningkat. Jumlah ini termasuk sudah dihitung
penjadwalan yang diterima oleh Indonesis dari Paris Club sehingga dapat
dipastikan bahwa pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
akan lebih besar lagi.
Pencatatan pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri pemerintah mengalami perubahan mulai tahun anggaran 2000
sampai dengan saat ini. Perubahan terletak pada pencatatan cicilan pokok
hutang luar negeri pemerintah yang tidak dicatat lagi dalam pengeluaran
rutin tetapi dicatat dalam pembiayaan luar negeri dan digunakan untuk
mengurangi pembiayaan hutang luar negeri pemerintah. Sedangkan
pembayaran bunga masih dicatat dalam belanja rutin negara dalam APBN,
supaya terlihat jelas akan disajikan dalam tabel di bawah ini;
Tabel 4.24 Belanja Negara dan Pembiayaan Luar Negeri dalam APBN
Tahun Anggaran 2000-2005 Dalam Miliar Rupiah
2000 2001 2002 2003 2004 2005 Belanja Negara
- Pembayaran bunga hutang luar negeri
Pembiayaan Luar negeri
- Pembayaran cicilan pokok
-
8,062.9
29,276.5
10,750.5
25,406.0
19,745.8
22,878.6
12,259.0
23,413.2
45,524.5
18,675.3
40,382.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
hutang luar negeri
Sumber: Arlini, 2006 halaman 111 dan 113
Dalam tabel di atas terlihat bahwa pembayaran bunga hutang luar
negeri mengalami penurunan tetapi meskipun jumlahnya mengalami
penurunan, pembayaran bunga hutang luar negeri pemerintah tetap
memiliki persentase terbesar dalam belanja negara lain yaitu belanja
pegawai yang dilakukan oleh pemerintah. Keadaan ini dapat terlihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 4.23 Perkembangan Pengeluaran Negara
(persen PDB)
2003 2004 2005 Pengeluaran pemerintah pusat 12.5 13.4 14.9 Belanja pegawai 2.3 2.4 2.3 Subsidi BBM 1.5 3.0 3.8 Pembayaran bunga utang 3.2 2.7 2.2 Pengeluaran untuk daerah 5.9 5.6 5.7 Sumber: Arlini, 2006 halaman 28
Pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
pemerintah akan mempengaruhi keadaan APBN. Dalam tabel 4.22 terlihat
bahwa pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah pada
tahun 2000-2003 mengalami naik turun, hal ini disebabkan juga dengan
adanya fluktasi rupiah terhadap dolar. Peningkatan tajam terjadi pada
tahun 2004 yang mencapai 45,524.5 miliar rupiah, hal ini disebabkan
karena Indonesia sepakat untuk mengakhiri hubungan kerja sama dengan
IMF pada tahun 2003. Sehingga mulai tahun 2004 Indonesia tidak
mendapatkan fasilitas penjadwalan ulang pembayaran hutang luar negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
pemerintah. Penurunan yang terjadi pada tahun 2005 disebabkan Indonesia
mendapatkan fasilitas penjadwalan ulang hutang luar negeri karena
Indonesia terkena bencana tsunami di Aceh.
Jumlah hutang luar negeri pemerintah yang banyak akan semakin
menambah beban APBN negara Indonesia. Hal ini terlihat jelas dalam
APBN, dimana sudah ditetapkan ada pos untuk pembayaran cicilan pokok
dan bunga hutang baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang
berasal dari luar negeri. Besarnya beban pembayaran cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri pemerintah akan berakibat pada perubahan
alokasi dana pada pos pembiayaan lainnya. Perubahan alokasi dana
tersebut biasanya akan berdampak pada pembangunan, sehingga secara
tidak langsung masyarakat luas akan merasakan efek negatif dari adanya
hutang luar negeri pemerintah.
Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya beban hutang luar
negeri pemerintah antara lain, pertama, proporsi anggaran untuk
pembangunan semakin berkurang, sehingga pembangunan tidak akan
berjalan dengan maksimal. Misalnya, dalam rencana pembangunan akan
dibangun lima sekolah tetapi karena banyaknya dana yang dibutuhkan
untuk melakukan pembayaran hutang luar negeri pemerintah, maka dana
untuk pembangunan sekolah ini dikurangi. Pada kenyataannya pemerintah
hanya mampu mendirikan satu bangunan sekolah saja. Keadaan ini
tentunya akan sangat merugikan masyarakat. Masyarakat pada umumnya
tidak ikut merasakan dana hasil hutang luar negeri pemerintah tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
mereka harus ikut merasakan akibat dari adanya hutang luar negeri
pemerintah tersebut. Kedua, alokasi anggaran yang banyak digunakan
untuk melakukan pembayaran hutang luar negeri akan berdampak pula
pada gaji pegawai negeri yang jarang mengalami kenaikan. Ketiga,
pemerintah melakukan pencabutan subsidi terhadap BBM dan listrik.
Kebijakan pemerintah untuk melakukan pencabutan subsidi jelas sangat
merugikan terhadap kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Kewajiban untuk melakukan pembayaran cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri pemerintah, akan berpengaruh terhadap keadaan
cadangan devisa yang dimiliki oleh Indonesia. Penerimaan hutang luar
negeri pemerintah dalam bentuk mata uang asing tentu saja dalam
pembayarannya kembali harus dalam bentuk mata uang asing juga.
Sebagai contoh hutang luar negeri pemerintah yang diterima dalam bentuk
Yen, harus dikembalikan dalam bentuk Yen juga hal ini berlaku sama
terhadap negara kreditur lain seperti Amerika Serikat, Belanda, Jerman,
dan Perancis. Negara debitur harus berusaha untuk mendapatkan devisa
yang banyak supaya dapat melunasi hutang luar negeri tersebut. Salah satu
sumber diperolehnya devisa adalah dengan melakukan kegiatan ekspor.
Hutang luar negeri pemerintah pada awalnya tidak menjadi
masalah karena adanya tenggang waktu dalam melakukan pembayaran
cicilan pokok dan bunga hutang. Permasalahan baru muncul ketika tiba
saatnya untuk melakukan pembayaran beban hutang luar negeri yang
sudah mendekati waktu jatuh tempo. Hubungan antara hutang luar negeri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
pemerintah yang diterima dengan beban hutang luar negeri yang
menimbulkan kekhawatiran banyak orang adalah semakin tingginya defisit
transaksi berjalan apabila beban yang harus dibayar tinggi. Defisit
transaksi berjalan terjadi pada saat total impor melebihi total ekspor.
Sejak tahun 1966, hutang luar negeri merupakan kebutuhan yang
harus dipenuhi setiap tahunnya. Keadaan ini terjadi karena APBN yang
disusun menganut prinsip anggaran berimbang dan dinamis. Oleh karena
itu anggaran pembangunan yang defisit akan ditutup dengan dana yang
diperoleh dari hutang luar negeri setiap tahunnya. Pembiayaan seperti ini
terus dilakukan sampai tahun anggaran 1999/2000, karena mulai tahun
2000 format APBN sudah mengalami banyak perubahan.
Beban yang harus ditanggung dengan adanya pembayaran bunga
sangat membebani karena Indonesia sebagai negara debitur harus
melakukan transfer modal negatif ke luar negeri. Ekonom Revrisond
Baswir membenarkan pendapat dari Jeffrey A Winters mengenai hutang
luar negeri pemerintah yang ditanggung oleh negara kepada Bank Dunia
tidak menjadi tanggung jawab masyarakat Indonesia. Baswir juga
berpendapat bahwa hutang luar negeri pemerintah yang saat ini menumpuk
dilakukan oleh rezim pemerintahan yang salah, dan akibatnya hutang
tersebut mencelakakan rakyat. Pendapat ini diperkuat juga oleh Direktur
Economic Institue of Development Analysis (IDEA) Yogyakarta yang
mengatakan bahwa, Bank Dunia atau negara donor lainnya turut
bertanggung jawab atas akumulasi hutang tersebut. Hal ini disebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
karena negara tersebut juga ikut bersalah telah memberikan hutang kepada
pemerintahan yang keadaan perekonomiannya sudah hancur (Suara
Pembaruan, 27 Maret 1999).
Hutang luar negeri pemerintah yang sangat banyak, tentunya akan
mengancam kestabilan perekonomian Indonesia. Keadaan ini dipengaruhi
karena banyaknya dolar yang harus dimiliki untuk membayar hutang luar
negeri pemerintah. Selain itu restrukturisasi juga diperlukan supaya rupiah
dapat menguat. Beban untuk melakukan pembangunan cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri pemerintah berarti Indonesia bekerja keras tetapi
hasilnya justru akan dinikmati oleh negara lain.
4. Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri
Swasta di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Data mengenai trend perkembangan cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri swasta tahun anggaran 1996/1997-2005,
memperlihatkan adanya trend yang negatif artinya apabila nilai X
meningkat maka nilai Y akan mengalami penurunan. Dimana nilai X
adalah kode tahun yang digunakan untuk menghitung nilai Y’ (trend)
perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta, pada
tahun tertentu. Penghitungan nilai trend dilakukan dengan menggunakan
persamaan Y’= 10,338.1 – 2,016.54X. Angka 10,338.1 menunjukkan
besarnya kons tanta apabila nilai X besarnya sama dengan nol (0), tetapi
dalam penghitungan trend perkembangan cicilan pokok dan bunga hutang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
luar negeri swasta ini nilai X tidak ada yang nilainya sama dengan 0. Hal
ini disebabkan jumlah data yang digunakan berjumlah genap yaitu 10
tahun. Pada penghitungan trend yang menggunakan metode kuadrat
terkecil, apabila data berjumlah genap, maka dua tahun ditengah diberikan
nilai -0 0.5 dan 0.5, sedangkan pada data yang berjumlah ganjil tahun yang
ada di tengah akan diberikan kode nilai sama dengan 0. Tanda positif (+)
menunjukan arah kemiringan pada garis trend mengalami peningkatan,
sedangkan tanda negatif (-) arah kemiringan garis trend yang sebaliknya
yaitu mengalami penurunan. Angka 2,016.54 merupakan nilai kemiringan,
yaitu turunnya nilai Y’ apabila X bertambah pada setiap tahunnya.
Penghitungan nilai trend perkembangan cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri swasta pada tahun anggaran 1996/1997-2005
menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat
dalam data dan grafik hasil penghitungan trend perkembangan cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri swasta dari tahun ke tahun, berikut ini
yang dimulai pada tahun 1996/1997 berjumlah 19,412.53 juta US dolar;
tahun 1997/1998 berjumlah 17,395.99 juta US dolar; tahun 1998/1999
berjumlah 15,379.45 juta US dolar; tahun 1999/2000 berjumlah 13,362.91
juta US dolar; tahun 2000 berjumlah 11,346.37 juta US dolar; tahun 2001
berjumlah 9,329.83 juta US dolar; tahun 2002 berjumlah 7,313.29 juta US
dolar; tahun 2003 berjumlah 5,296.75 juta US dolar; tahun 2004 berjumlah
3,280.21 juta US dolar; dan pada tahun 2005 berjumlah 1,263.67 juta US
dolar. Penurunan tersebut dapat terlihat jelas dalam grafik berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Grafik 4.14
Trend Perkembangan Cicilan Pokok dan Bunga Hutang Luar Negeri Swasta
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005 Dalam juta US dolar
(30,000.00)
(20,000.00)
(10,000.00)
-
10,000.00
20,000.00
30,000.00
40,000.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
juta
US
dola
r
Y Y'
Pembayaran hutang luar negeri swasta meliputi pembayaran cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri swasta. Berdasarkan hasil dari
penghitungan, perkembangan pembayaran cicilan pokok hutang luar
negeri swasta ternyata mengalami penurunan pada tiap tahunnya. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan data pembayaran hutang luar negeri swasta pada
tahun 1996 sebesar 14,434.72 juta US dolar, 1997 sebesar 13,023.16 juta
US dolar, tahun 1998 sebesar 11,611.60 juta US dolar, tahun 1999 sebesar
10,200.04 juta US dolar, tahun 2000 sebesar 8,788.48 juta US dolar, tahun
2001 sebesar 7,376.92 juta US dolar, tahun 2002 sebesar 5,965.36 juta US
dolar, tahun 2003 sebesar 4,553.80 juta US dolar, tahun 2004 sebesar
3,142.24 juta US dolar dan pada tahun 2005 sebesar 1,730.68 juta US
dolar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Hasil penghitungan trend perkembangan cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri swasta juga mengalami penurunan yang sangat
signifikan yaitu pada tahun 1996/1997 berjumlah 4,997.81 juta US dolar,
tahun 1997/1998 berjumlah 4,372.83 juta US dolar, tahun 1998/1999
berjumlah 3,767.85 juta US dolar, pada tahun 1999/2000 berjumlah
3,162.87 juta US dolar, pada tahun 2000 berjumlah 2,557.89 juta US
dolar, pada tahun 2001 berjumlah 1,952.91 juta US dolar, pada tahun 2002
berjumlah 1,347.93 juta US dolar, pada tahun 2003 berjumlah 742.95 juta
US dolar, pada tahun 2004 berjumlah 137.97 juta US dolar, dan pada
tahun 2005 berjumlah -467.01 juta US dolar.
Berdasarkan gambar grafik trend di atas dapat terlihat juga
proyeksi atau peramalan mengenai keadaan pembayaran cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri swasta pada tahun anggaran 2010 dan 2015
mendatang. Pada tahun 2010 keadaan pembayaran cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri swasta akan terus mengalami penurunan
diperkirakan pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri
swasta tersebut berjumlah -5,327.10 juta US dolar dan pada tahun 2015
jumlah hutang luar negeri pemerintah akan naik menjadi sebesar -
12,384.88 juta US dolar.
Penurunan trend jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga
hutang luar negeri swasta menunjukkan bahwa ada kesadaran bagi pihak
swasta untuk mengurangi jumlah hutang luar negeri. Selain itu penurunan
pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
terjadi karena adanya penjadwalan kembali. Penjadwalan kembali
(rescheduling) berpengaruh besar terhadap penurunan pembayaran cicilan
pokok dan bunga hutang luar negeri swasta karena kalau tidak ada
rescheduling maka jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang
luar negeri akan lebih besar dari pada itu.
Keadaan perekonomian Indonesia dapat terlihat dalam anggaran
yang dibukukan dalam APBN, sehingga pembayaran cicilan pokok dan
bunga hutang luar negeri swasta akan berpengaruh terhadap APBN.
Pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta akan
berpengaruh juga terhadap neraca modal swasta, yang akan berubah
menjadi defisit. Defisit yang terjadi ini disebabkan karena banyaknya
jumlah hutang luar negeri swasta yang telah jatuh tempo dan banyaknya
modal jangka pendek yang hilang.
Hutang luar negeri swasta lebih berbahaya dibandingkan dengan
hutang luar negeri pemerintah karena karakteristik yang dimiliki oleh
hutang luar negeri swasta adalah memiliki jangka waktu yang pendek
yaitu jatuh tempo terhadap pembayaran hutang luar negeri swasta lebih
cepat antara 1-2 tahun. Selain itu bunga yang diberikan kepada hutang luar
negeri swasta juga lebih tinggi dibandingkan dengan bunga hutang luar
negeri pemerintah. Keadaan ini tentu berbeda dengan jangka waktu yang
dimiliki oleh hutang luar negeri pemerintah yaitu antara 5-20 tahun selain
itu bunga yang dikenakan juga lebih rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
5. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri
Pemerintah di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005.
Data mengenai trend perkembangan debt service ratio hutang luar
negeri pemerintah tahun 1996/1997-2005, memperlihatkan adanya trend
yang negatif, artinya apabila nilai X meningkat maka nilai Y akan
mengalami penurunan. Dimana nilai X adalah kode tahun yang digunakan
untuk menghitung nilai Y’ (trend) debt service ratio hutang luar negeri
pemerintah, pada tahun tertentu. Penghitungan nilai trend dilakukan
dengan menggunakan persamaan Y’ = 10.87% - 0.41%X. Angka 0.41
persen menunjukkan besarnya konstanta apabila nilai X besarnya sama
dengan nol (0), tetapi dalam penghitungan trend perkembangan debt
service ratio hutang luar negeri pemerintah ini nilai X tidak ada yang
nilainya sama dengan 0. Hal ini disebabkan jumlah data yang digunakan
berjumlah genap yaitu 10 tahun. Penggunaan metode kuadrat terkecil,
apabila data berjumlah genap, maka dua tahun ditengah diberikan nilai -
0.5 dan 0.5, sedangkan pada data yang berjumlah ganjil tahun yang ada di
tengah akan diberikan kode nilai sama dengan 0. Tanda positif (+)
menunjukan arah kemiringan pada garis trend mengalami peningkatan,
sedangkan tanda negatif (-) arah kemiringan garis trend yang sebaliknya
yaitu mengalami penurunan. Angka 0.41 persen merupakan nilai
kemiringan, yaitu turunnya nilai Y’ apabila X bertambah satu satuan.
Penghitungan nilai trend perkembangan debt service ratio hutang
luar negeri pemerintah pada tahun 1996/1997-2005 menunjukkan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dalam hasil penghitungan
trend perkembangan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah dari
tahun ke tahun, berikut ini yang dimulai pada tahun 1996/1997 berjumlah
12.67 persen; tahun 1997/1998 berjumlah 12.27 persen, tahun 1998/1999
berjumlah 11.86 persen, tahun 1999/2000 berjumlah 11.45 persen, tahun
2000 berjumlah 11.04 persen, tahun 2001 berjumlah 10.64 persen, tahun
2002 berjumlah 10.23 persen, tahun 2003 berjumlah 9.82 persen, tahun
2004 berjumlah 9.41 persen dan pada tahun 2005 berjumlah 9.01 persen.
Penurunan tersebut dapat terlihat jelas dalam grafik berikut ini:
Grafik 4.15 Trend Perkembangan Debt Service Ratio
Hutang Luar Negeri Pemerintah Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Dalam Persen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
0.002.004.006.008.00
10.0012.00
14.0016.00
1996
/1997
1998
/1999 20
0020
0220
0420
0620
0820
1020
1220
14
tahun anggaran
pers
en
Y
Y'
Berdasarkan gambar grafik trend di atas dapat terlihat juga
proyeksi atau peramalan mengenai keadaan debt service ratio hutang luar
negeri pemerintah pada tahun anggaran 2010 dan 2015 mendatang. Pada
tahun 2010 keadaan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah akan
terus mengalami penurunan dan diperkirakan berjumlah 6.97 persen dan
pada tahun 2015 keadaan debt service ratio hutang luar negeri pemerintah
akan turun menjadi sebesa 4.93 persen.
Tingkat keparahan hutang luar negeri pemerintah dapat terlihat
dalam besarnya debt service ratio yang dimiliki oleh negara tersebut. Debt
service ratio merupakan nilai perband ingan antara ekspor bersih dengan
jumlah cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri. Bank dunia telah
menetapkan ambang batas tingkat keparahan hutang luar negeri
pemerintah ditunjukkan dengan jumlah debt service ratio sebesar 20
persen. Negara yang memiliki nilai debt service ratio dibawah 20 persen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
dianggap masih aman sedangkan negara yang jumlah debt service ratio
melebihi ambang batas 20 persen dikatakan tidak berada dalam posisi
yang aman. Keamanan yang dimaksud akan sangat berhubungan erat
dengan kondisi moneter di negara tersebut khususnya keadaan cadangan
devisanya.
Nilai debt service ratio yang tinggi berarti jumlah devisa yang
harus dimiliki oleh negara tersebut juga banyak karena dibutuhkan untuk
melakukan pembayaran hutang luar negeri pemerintah. Pembayaran
hutang luar negeri pemerintah terdiri dari pembayaran cicilan pokok dan
bunga hutang yang harus dibayar dengan menggunakan devisa atau mata
uang asing. Cadangan devisa yang dimiliki akan sangat tergantung dengan
nilai ekspor yang dilakukan oleh negara tersebut, semakin sering negara
tersebut melakukan ekspor maka akan semakin banyak cadangan devisa
yang dimiliki oleh negara tersebut.
Posisi debt service ratio hutang luar negeri pemerintah yang
mengalami penurunan akan berdampak baik terhadap perekonomian
negara di Indonesia. Angka debt service ratio hutang luar negeri
pemerintah yang mengalami penurunan dapat dikatakan bahwa telah
terjadi pengelolaan hutang luar negeri pemerintah dengan baik. Selain itu
terdapat peningkatan cadangan devisa yang meningkat, yang terlihat
dengan meningkatnya ekspor di Indonesia. Cadangan devisa selalu
dikaitkan dengan ekspor karena ketika Indonesia melakukan ekspor akan
mendapatkan keuntungan yang disebut dengan devisa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Ekspor yang dilakukan tentu saja tidak hanya terbatas pada ekspor
barang saja tetapi juga terdiri dari ekspor jasa. Ekspor jasa ini diperoleh
dari pengiriman tenaga kerja ke luar negeri atau dapat juga diperoleh dari
sektor pariwisata. Pertumbuhan ekspor total Indonesia pada tahun 2004
sebesar 11.5 persen. Pertumbuhan nilai ekspor pada tahun 2004 terutama
diakibatkan oleh kenaikan ekspor migas sebesar 14,2 persen kemudian
pada tahun 2005 nilai ekspor mengalami pertumbuhan sebesar 19.5 persen
yang diakibatkan oleh kenaikan ekspor migas sebesar 23.0 persen maupun
non migas sebesar 18.6 persen. Pertumbuhan ekspor migas disebabkan
adanya kenaikan harga minyak mentah yang sangat tinggi. Pertumbuhan
ekspor non migas dipicu dari barang tambang yaitu batu bara dan tembaga
yang memang mengalami kenaikan harga, baik dipasar domestik maupun
internasional. Kenaikan ekspor inilah yang akan menyumbang devisa bagi
bangsa Indonesia.
Penurunan tingkat debt service ratio yang terjadi pada hutang luar
negeri pemerintah juga dapat disebabkan karena adanya penjadwalan
kembali (rescheduling) yang diperoleh Indonesia. Pada tahun 2004
Indonesia tidak mendapat fasilitas dari IMF yang berupa rescheduling lagi
karena pada tahun 2003 Indonesia sudah memutuskan untuk mengakhiri
kerjasama dengan IMF. Bencana alam Tsunami yang melanda Aceh pada
Desember 2004, menyebabkan IMF memberikan rescheduling kepada
Indonesia dalam melakukan pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang
luar negeri pemerintah pada tahun 2005. Hal ini dapat terlihat dalam debt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
service ratio hutang luar negeri pemerintah tahun 2005 yang hanya sebesar
7.0 persen.
6. Trend Perkembangan Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri Swasta
di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005.
Data mengenai trend perkembangan debt service ratio hutang luar
negeri swasta tahun anggaran 1996/1997-2005, memperlihatkan adanya
trend yang negatif, artinya apabila nilai X meningkat maka nilai Y akan
mengalami penurunan. Dimana nilai X adalah kode tahun yang digunakan
untuk menghitung nilai Y’ (trend) debt service ratio hutang luar negeri
swasta, pada tahun tertentu. Penghitungan nilai trend dilakukan dengan
menggunakan persamaan Y’= 28.93% - 2.52%X. Angka 28.93 persen
menunjukkan besarnya konstanta apabila nilai X besarnya sama dengan
nol (0), tetapi dalam penghitungan trend perkembangan debt service ratio
hutang luar negeri swasta nilai X nya tidak ada yang nilainya sama dengan
0. Hal ini disebabkan jumlah data yang digunakan berjumlah genap yaitu
10 tahun. Penggunaan metode kuadrat terkecil, apabila data berjumlah
genap, maka dua tahun ditengah diberikan nilai -0.5 dan 0.5, sedangkan
pada data yang berjumlah ganjil tahun yang ada di tengah akan diberikan
kode nilai sama dengan 0. Tanda positif (+) menunjukan arah kemiringan
pada garis trend mengalami peningkatan, sedangkan tanda negatif (-) arah
kemiringan garis trend yang sebaliknya yaitu mengalami penurunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Angka –2.52 persen merupakan nilai kemiringan, yaitu turunnya nilai Y’
apabila X bertambah satu satuan.
Penghitungan nilai trend perkembangan debt service ratio hutang
luar negeri swasta pada tahun anggaran 1996/1997-2005 menunjukkan
adanya penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dalam hasil
penghitungan dan gambar grafik trend hutang luar negeri pemerintah dari
tahun ke tahun, berikut ini yang dimulai pada tahun 1996/1997 berjumlah
40.27 persen; tahun 1997/1998 berjumlah 37.74 persen; tahun 1998/1999
berjumlah 35.22 persen, tahun 1999/2000 berjumlah 32.70 persen, tahun
2000 berjumlah 30.19 persen; tahun 2001 berjumlah 27.67 persen; tahun
2002 berjumlah 25.15 persen; tahun 2003 berjumlah 22.64 persen; tahun
2004 berjumlah 20.12 persen; dan tahun 2005 berjumlah 17.61 persen.
Grafik 4.16 Trend Perkembangan
Debt Service Ratio Hutang Luar Negeri Swasta Di Indonesia Tahun Anggaran 1996/1997-2005
Dalam Persen (%)
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
1996/1
997
1998/1
999 2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
tahun anggaran
pers
en
Y Y'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Berdasarkan gambar grafik trend di atas dapat terlihat juga
proyeksi atau peramalan mengenai keadaan debt service ratio hutang luar
negeri swasta pada tahun anggaran 2010 dan 2015 mendatang. Pada tahun
2010 keadaan debt service ratio hutang luar negeri swasta akan terus
mengalami penurunan dan diperkirakan berjumlah 5.03 persen dan pada
tahun 2015 keadaan debt service ratio hutang luar negeri swasta akan
turun menjadi sebesar -7.55 persen.
Hutang luar negeri swasta diukur tingkat keparahannya dengan
menggunakan debt service ratio yang merupakan nisbah antara jumlah
cicilan pokok dan bunga hutang terhadap kemampuan ekspor barang dan
jasa suatu negara. Bagi perusahaan-perusahaan tingkat keparahan hutang
yang dimiliki akan dihitung dengan menggunakan debt to equity ratio
(DER), yaitu rasio hutang dengan ekuitas atau modal. Secara kuantitas,
tambahan hutang sebenarnya bukan menjadi masalah yang serius asalkan
modal perusahaan juga bertambah secara proporsional, sehingga rasionya
dapat terjaga (Kompas, 25 Juni 1996). Keadaan ini dapat juga diterapkan
pada situasi perekonomian di Indonesia dimana Indonesia bebas
melakukan hutang luar negeri dengan syarat memiliki cadangan devisa
yang banyak sehingga tetap mampu melakukan pembayaran luar negeri.
Berdasarkan data yang diperoleh posisi debt service ratio hutang
luar negeri swasta lebih tinggi daripada posisi debt service ratio hutang
luar negeri pemerintah, angka ini menunjukkan bahwa jumlah pembayaran
cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta lebih banyak dari pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah.
Sistem devisa bebas yang dianut oleh Indonesia menyebabkan sektor
swasta bebas melakukan hutang luar negeri. Keadaan inilah yang berakibat
pada meningkatnya hutang luar negeri swasta dari tiap tahunnya.
Peningkatan hutang luar negeri swasta tertinggi terjadi sampai dengan
tahun 1998 dan pada tahun selanjutnya hutang luar negeri swasta
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya usaha
pemerintah untuk lebih meningkatkan peranan swasta dalam pelaksanaan
pasar sebagai antisipasi terhadap globalisasi ekonomi. Keadaan ini justru
berakibat pada semakin besarnya dana yang diperlukan oleh swasta untuk
melakukan investasi. Dana yang diperlukan oleh swasta inilah yang akan
ditutup dengan dana yang berasal dari hutang luar negeri. Akibatnya angka
debt service ratio swasta juga turut mengalami peningkatan.
Debt service ratio swasta memiliki posisi tertinggi pada tahun
1998. Peningkatan tajam terjadi pada tahun 1996 ke tahun 1997 yaitu dari
19.6 persen pada tahun 1997 menjadi 40.7 persen. Posisi debt service ratio
swasta yang tinggi masih terjadi pada tahun 1998 sampai dengan tahun
2003, karena jumlah debt service ratio swasta pada tahun tersebut berada
di atas batas yang ditetapkan oleh Bank Dunia yaitu 20 persen. Posisi debt
service ratio swasta tersebut apabila digabung dengan debt service ratio
pemerintah akan berada jauh melebihi batas 20 persen yang ditetapkan
oleh Bank Dunia. Keadaan ini masih terjadi sampai tahun 2005. tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
debt service ratio swasta yang dicapai oleh Indonesia akan menentukan
kestabilan perekonomian suatu negara.
Pengaruh debt service ratio terhadap kestabilan perekonomian
negara akan terlihat dalam keadaan moneter negara tersebut. Hutang luar
negeri tidak akan menimbulkan masalah apabila pengelolaan swasta
terhadap hutang luar negeri ini dilakukan dengan benar dan bertanggung
jawab. Pada saat Indonesia melakukan hutang luar negeri swasta,
Indonesia akan memperoleh tambahan dana segar yang dapat digunakan
sebagai modal investasi. Investasi yang dilakukan dengan menggunakan
dana dari hutang luar negeri ini tentunya akan memberikan keuntungan
sehingga dapat digunakan untuk melakukan pembayaran hutang luar
negeri swasta.
Hutang luar negeri swasta di Indonesia menjadi masalah ketika
banyak terjadi penyelewengan dana dari hutang luar negeri swasta ini.
Hutang luar negeri swasta ini memiliki karakteristik yang berbeda
dibandingkan dengan jenis hutang luar negeri pemerintah yaitu bunga
yang dikenakan lebih tinggi dan tanggal jatuh temponya juga lebih
singkat. Hal ini mengakibatkan pengelolaan hutang luar negeri swasta
seharusnya diberikan pada program jangka pendek yang lebih cepat
menghasilkan keuntungan. Kesalahan yang sering terjadi adalah
pengalokasian hutang luar negeri swasta ini digunakan untuk program
jangka panjang atau justru digunakan oleh orang yang tidak bertanggung
jawab. Selain itu hutang luar negeri swasta yang dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
perusahaan seringkali akan diambil alih oleh pemerintah apabila
perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Keadaan ini biasanya
dikenal dengan nama debt equity swap yaitu hutang luar negeri swasta
yang dilakukan oleh perusahaan ini tidak dibayar tetapi diganti dengan
pemilikan saham oleh pemerintah terhadap perusahaan tersebut, sehingga
yang memiliki tanggung jawab untuk melunasi hutang luar negeri
perusahaan tersebut adalah pemerintah. Keadaan ini tentunya
menyebabkan beban pemerintah untuk melakukan pembayaran hutang luar
negeri menjadi semakin banyak.
Tingginya angka debt service ratio hutang luar negeri swasta selain
mengharuskan pemerintah untuk memiliki cadangan devisa yang banyak
juga berakibat pada citra bangsa Indonesia di mata Internasional. Angka
debt service ratio yang tinggi dapat diartikan juga bahwa Indonesia
memiliki kemampuan yang rendah untuk melakukan pembayaran hutang
luar negeri. Keadaan ini berakibat pada kurangnya animo masyarakat
internasional untuk berinvestasi di Indonesia selain itu juga menyebabkan
banyak negara donor yang tidak mempercayai Indonesia ketika Indonesia
ingin berhutang lagi. Langkah yang perlu ditempuh oleh Indonesia adalah
dengan sesegera mungkin mengurangi ketergantungan terhadap dana yang
diperoleh dari hutang luar negeri terutama bagi pihak swasta. Sistem
devisa bebas seharusnya tidak digunakan lagi sehingga pemerintah dapat
terus mengawasi modal yang diperoleh oleh swasta terutama terhadap
dana yang diperoleh dari hutang luar negeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Pemerintah Indonesia seharusnya juga terbuka untuk belajar dari
pengalaman negara lain dalam menyelesaikan hutang luar negeri, salah
satunya adalah dengan menjalankan ketetapan bahwa debt service ratio
baik pemerintah maupun swasta tidak boleh melebihi batas yaitu sebesar
20 persen. Pihak swasta yang akan melakukan pengajuan hutang luar
negeri terutama bagi perusahaan-perusahaan swasta, seharusnya memiliki
Debt to Equity Ratio sebesar tiga kali selain itu juga proyek yang akan
dibiayai dengan hutang luar negeri harus dapat mengembalikan hutang
luar negeri secara tepat waktu. Pemerintah Indonesia seharusnya juga
dapat bertindak tegas terhadap swasta yaitu menolak permohonan
pengajuan hutang luar negeri swasta apabila dalam pengajuan hutang luar
negeri tersebut tidak didukung dengan asset yang cukup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend perkembangan
hutang luar negeri pemerintah diketahui bahwa hutang luar negeri
pemerintah mengalami trend peningkatan sebesar 2,938.62 juta US dolar.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangannya pada setiap tahun
jumlah hutang luar negeri pemerintah akan mengalami kenaikan sebesar
2,938.62 juta US dolar.
2. Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend perkembangan
hutang luar negeri swasta diketahui bahwa hutang luar negeri swasta
mengalami trend penurunan sebesar 604.98 juta US dolar. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam perkembangannya pada setiap tahun jumlah
hutang luar negeri swasta akan mengalami penurunan sebesar 604.98 juta
US dolar.
3. Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend perkembangan
cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah diketahui bahwa
pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri pemerintah
mengalami trend penurunan sebesar 798.18 juta US dolar dengan
perincian bahwa pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri pemerintah
mengalami trend penurunan sebesar 493.05 juta US dolar dan pembayaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
bunga hutang luar negeri pemerintah mengalami trend penurunan sebesar
305.13 juta US dolar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangan
setiap tahunnya jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar
negeri akan mengalami penurunan sebesar 798.18 juta US dolar. Keadaan
ini sesuai dengan perkembangan jumlah pembayaran cicilan pokok yang
mengalami trend penurunan sebesar 493.05 juta US dolar dan pembayaran
bunga mengalami trend penurunan sebesar 305.13 juta US dolar, dalam
setiap tahunnya.
4. Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend perkembangan
cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta diketahui bahwa
pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta mengalami
trend penurunan sebesar 2,016.54 juta US dolar dengan perincian bahwa
pembayaran cicilan pokok hutang luar negeri swasta mengalami trend
penurunan sebesar 1,411.56 juta US dolar dan pembayaran bunga hutang
luar negeri swasta mengalami trend penurunan sebesar 604.98 juta US
dolar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangan setiap tahunnya
jumlah pembayaran cicilan pokok dan bunga hutang luar negeri swasta
akan mengalami penurunan sebesar 2,016.54 juta US dolar. Keadaan ini
sesuai dengan perkembangan jumlah pembayaran cicilan pokok hutang
luar negeri swasta yang mengalami trend penurunan sebesar 1,411.56 juta
US dolar dan pembayaran bunga hutang luar negeri swasta mengalami
trend penurunan sebesar 604.98 juta US dolar, dalam setiap tahunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
5. Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend perkembangan
debt service ratio hutang luar negeri pemerintah diketahui bahwa debt
service ratio hutang luar negeri pemerintah mengalami trend penurunan
sebesar 0.41 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangan
setiap tahunnya jumlah debt service ratio hutang luar negeri pemerintah
akan mengalami penurunan sebesar 0.41 persen.
6. Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai trend perkembangan
debt service ratio hutang luar negeri swasta diketahui bahwa debt service
ratio hutang luar negeri swasta mengalami trend penurunan sebesar 2.52
persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangan setiap tahunnya
jumlah debt service ratio hutang luar negeri swasta akan mengalami
penurunan sebesar 2.52 persen.
B. Saran
1. Pemerintah
Pemerintah di Indonesia seharusnya dapat berfungsi sebagai
pelindung bagi masyarakatnya. Dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat
lebih bijaksana dalam mengambil keputusan sehingga tidak merugikan
masyarakat. Keadaan ini seharusnya diterapkan juga oleh pemerintah
ketika akan mengadakan permintaan terhadap hutang luar negeri. Hutang
luar negeri yang diterima oleh pemerintah seharusnya dapat benar-benar
digunakan sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi penyelewangan
dana. Hutang luar negeri yang digunakan secara benar tentunya tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
mengakibatkan beban pembayaran hutang luar negeri yang begitu berat
yang pada akhirnya justru dapat menyengsarakan rakyatnya sendiri.
Pemerintah harus waspada terhadap turunnya angka debt service
ratio yang tidak terjadi semata-mata karena adanya peningkatan ekspor.
Penurunan angka debt service ratio terjadi karena adanya rescheduling
yang diberikan IMF, hal ini berarti Indonesia mendapatkan perpanjangan
waktu dalam melakukan pembayaran hutang luar negeri. Dampak yang
muncul adalah terjadinya akumulasi hutang luar negeri di masa yang akan
datang. Langkah selanjutnya yang harus segera dilakukan oleh pemerintah
adalah menyusun action plan terhadap hutang luar negeri. Action plan ini
meliputi rencana pinjaman baru dan pembayaran pinjaman lama selama 10
tahun mendatang. Action plan ini harus dalam kerangka pengurangan
jumlah hutang luar negeri sehingga dengan adanya action plan tersebut
dapat terekam sampai tahun ke berapa bangsa Indonesia harus mulai
mengurangi jumlah hutang luar negeri dan meningkatkan pembayaran dari
tahun ke tahun. Pemerintah harus mampu memetakan kemampuan
pembiayaan dan disejajarkan dengan besarnya hutang, untuk kemudian
dapat terekam jalan keluar dari hutang luar negeri.
Selain dengan melakukan action plan yang berbentuk rescheduling
pemerintah dapat juga melibatkan peran serta masyarakat dalam
melakukan pembayaran hutang luar negeri. Salah satu alternatifnya dengan
menggunakan hutang negara. Hutang negara dapat dilakukan dengan
menerbitkan surat berharga berupa obligasi kepada masyarakat secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
umum, lembaga-lembaga keuangan, bank-bank umum maupun dengan
bank-bank sentral. Hal ini dapat dilakukan karena kepercayaan masyarakat
kepada Negara sudah mulai tumbuh, ditambah dengan adanya peningkatan
kemampuan masyarakat pada umumnya.
2. Swasta
Pihak swasta seharusnya dapat bekerja sama dengan pemerintah terutama
dalam membangkitkan iklim investasi di negara Indonesia yang bertujuan
untuk memberikan kemakmuran terhadap seluruh rakyat. Hutang luar
negeri yang dilakukan oleh swasta seharusnya dapat lebih transparan
sehingga pemerintah dapat lebih mudah dalam melakukan pengawasan
terhadap semua dana baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
C. Keterbatasan Peneliti
Peneliti tentunya memiliki keterbatasan pada saat melakukan
penelitian ini, terutama dalam
1. Hutang luar negeri yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta
sebenarnya sudah dilakukan sejak pemerintahan Soekarno. Hanya saja
jumlah hutang luar negeri pada pemerintahan Soekarno tidak sebanyak
pada pemerintahan Soeharto, dan hutang luar negeri sampai saat ini masih
menyisakan jumlah yang sangat besar. Peneliti yang mengambil rentang
waktu selama 10 tahun yaitu pada tahun anggaran 1996/1997-2005 hanya
akan menyajikan garis trend yang terlalu singkat dalam sejarah hutang luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
negeri di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan peneliti
yang tidak menyajikan garis trend hutang luar negeri di Indonesia secara
keseluruhan. Keterbatasan peneliti ini dapat menjadi saran terhadap
peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema yang
sama.
2. Lembaga-lembaga pemerintah yang terkait dengan hutang luar negeri di
Indonesia tidak ada yang menyajikan data mengenai posisi hutang luar
negeri di Indonesia secara lengkap. Keadaan ini menyebabkan peneliti
kesulitan dalam memperoleh data mengenai posisi hutang luar negeri di
Indonesia dan peneliti hanya memperoleh data mengenai hutang luar
negeri di Indonesia dari satu sumber saja yaitu data yang disajikan oleh
Bank Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Alun, T. 1992. Analisa Ekonomi Utang Luar Negeri. Jakarta: LP3S Antara Utang Pemerintah dan Utang Perusahaan Publik. Kompas 25 Juni 1966 Arlini, S.M dan Bernadeta S.M. 2006. Makro Ekonomi Indonesia. Jakarta:
Lembagaga Penelitian Ekonomi IBII Aryanto, V.D. Belenggu Hutang Luar Negeri, Mencekik Masyarakat. Mengurai
Belitan Krisis. 2002: 80-85 Bappenas. Hanya Usulan Pembiayaan Luar Negeri Siap Realisasi Yang Disetujui.
http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=23292&kat_id=23 13 September 2006
Basri, F. 2002. Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia. Jakarta: Erlangga
Baswir, R. 2003. Di Bawah Ancaman IMF. Jakarta: KAU bekerjasama dengan
PUSTAKA PELAJAR Dagun, S.M. 1997. Kamus Ilmu Pengetahuan. Lembaga Pengkajian Kebudayaan
Nusantara: Jakarta Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jakarta: Penerbit LP3S Darmawan, W. Hutang Luar Negeri dan Program Perubahan Struktur. Refleksi.
Volume XVIII No. 4. Desember 1995. Hal 25-30 Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga Echols dan Shadily. 2000. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama Gie, K. K. Utang Luar Negeri. Kompas, 24 Juni 1996 Hardiman, F. B. Mengenang Gerakan Kiri Baru. Driyarkara. XIV No 2 1986. Hal
39-57 Harsoyo, Y. Dilema Dalam Pemilihan Sumber Dana dari Luar Negeri.
Widyadharma. Tahun VII. No 1. Oktober 1996. Hal 69-80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Heriyanto, T. Defisit Transaksi Berjalan. http: //tedi. heriyanto. ne t/ papers/ def_tb.html. 13 September 2006
http: // www.bi.go.id/ web/ id/ data+statistic/ statcat. htm? head= 82&sat= io 13
September 2006 Hudiyanto. 2004. Ekonomi Politik. Jakarta: Bumi Aksara Istanto, S. Hutang Luar Negeri: Tinjauan Politik Hukum Internasional. Refleksi.
Volume XVIII. No 4. Desember 1995. Hal 34-36 Jusup, A. H. 2003. Dasar-dasar Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN Kartasasmita, G. IMF: Dewa Penyelamat atau Sumber Malapetaka. Gatra, 15
April 2000 Kunarjo. 2003. Glosarium Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan. Jakarta: UI
Pres Lembaga Penelitian Ekonomi IBII. 2002. Makro Ekonomi Indonesia. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama Lestari, S. 1995. Analisis APBN Mengenai Hutang Luar Negeri Indonesia Tahun
Anggaran 1969/1970-1993/1994. Skripsi. Universitas Sanata Dharma: tidak diterbitkan
Mankiw, N. G. 2003. Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga Neoliberalisme.[on- line]. Tersedia http:// www.kau.or.id/ index. php? option=
content & task= view &id= 45&itemid 4 Oktober 2006 Neoliberalisme.[on- line]. Tersedia http://id.wikipedia.org/wiki/neo_liberalisme. 3
Oktober 2006 Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2000.
Republik Indonesia Priyono, B. H. 2003. Dalam Pusaran Neoliberalisme. Dalam Neoliberalisme.
(Wibawa, I dan F. Wahana, editor) Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas
Ramli, R. Hutang Luar Negeri: Kontraksi dan Beban Ekonomi. Bina Dharma. No
40. Tahun ke-11 1993. Hal 5-16 Samuelson, P. A dan William D. N. 2004. ILmu Makro Ekonomi, Jakarta: PT
Media Global Edukasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sevilla, C. G. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alvabeta Suparmoko. 2003. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
BPFE Suryana, A. 2003. Dari Sabang sampai Freeport: Neoliberalisme dan Kehancuran
Lingkungan Hidup. Dalam Neoliberalisme.(Wibawa. I dan F. Wahana, editor). Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas
Suzeno, F.M. Kiri Baru (New Left). Basis. Volume 45. No 3-4. Tahun ke-45 Mei-
Juni 1996. Hal 74-75 Syahwier, C.A. Sekali Lagi Tentang Utang Luar Negeri.[on-line]. Tersedia
http://www.pikiran-rakyat/cetak/2005/0205/21/0802.htm 26 Januari 2007 Tesamaris, A dan Siti Fatimah Nurhayati. Analisis Kausalitas antara Hutang Luar
negeri dan Defisit APBN Indonesia Tahun 1978-2003: Pendekatan Error Correction Model. Jurnal Ekonomi Pembangunan dan Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan. Volume 6. No 2 Desember 2005. Hal 111-112
Todaro, M. P dan Stephen C. S. 2004. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga.
Jakarta; Erlangga Wajar Jika Indonesia “Ngemplang” Utang ke Bank Dunia. Suara Pembaharuan
27 Maret 1999 Warmana. Hutang Luar Negeri dan Kehancuran Masa Depan Bangsa. [on- line]
Tersedia http://www.pikiran_rakyat.com/cetak/2006/26/11W02.htm 13 September 2006
Wibawa, I. 2003. Pendahuluan. Neoliberalisme. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka
Rakyat Cerdas Widodo, Hg. S. T. 1990. Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan Perekonomian
Indonesia.Yogyakarta: Kanisius Wiranta, S. Dilema Hutang Luar Negeri Indonesia. Bussiness News. No 894
Tahun XLV 23 Juli 2001. Hal 1C-4C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI