Post on 06-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan /atau latihan bagi pernannya di masa yang
akan dating. Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Posisi yang strategis tersebut dapat tercapai
apabila pendidikan yang dilaksanakan mempunyai kualitas. Untuk mencapai
tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, bukanlah
merupakan suatu hal yang mudah untuk diraih. Dampak negatif dari globalisasi,
modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya terhadap
perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan rahasia
lagi. Pemerintah bersama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sedang
mengadakan usaha pembaharuan dan penyempurnaan bidang pendidikan secara
giat. Dalam pendidikan harus ada metode yang efektif dalam strategi
pembelajarannya supaya pendidikan berhasil.
Suatu pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses belajar mengajar
(PBM) dapat berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna. Pendidikan disebut berkualitas produk apabila
peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-
tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan pendidikan. Hal ini dalihat pada
hasil belajar yang dinyatakan dalam proses akademik. Pendidikan dikatakan
berkualitas apabila terjadi penyelenggaraan pembelajaran yang efektif dan efisien
1
dengan melibatkan semua komponen – komponen pendidikan, seperti mencakup
tujuan pengajaran, guru dan peserta didik, bahan pelajaran, strategi / metode
belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran serta evaluasi (Sugito,1994).
Komponen-komponen tersebut dilibatkan secara langsung tanpa menonjolkan
salah satu komponen saja, akan tetapi komponen tersebut diberdayakan secara
bersama-sama.
Perbedaan antarmanusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan
ketersinggungan dan kesalahpahaman antarsesamanya. Agar manusia terhindar
dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih
asuh (saling tenggang rasa). Dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang
pendidikan formal banyak dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan
gender, suku, agama, dan lain-lain. Dari karakter yang heterogen tersebut, timbul
suatu pertanyaan bagaimana guru dapat memotivasi seluruh siswa mereka untuk
belajar dan membantu saling belajar satu sama lain, bagaimana guru dapat
menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa akan berdiskusi,
berdebat, dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga
siswa benar-benar memahami ide, konsep dan keterampilan tersebut, serta
bagaimana guru dapat mengorganisasikan kelas sehingga siswa saling menjaga
satu sama lain, saling mengambil tanggung jawab satu sama lain, dan belajar
untuk menghargai satu sama lain terlepas dari suku, tingkat kinerja, atau
ketidakmampuan karena cacat? Salah satu solusinya adalah dengan model
pembelajaran kooperatif.
2
Nur (2005) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat
memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling
mengambil tanggungjawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa
belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan
masalah yang kompleks. Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan
suatu pekerjaan yang mudah. Sehingga dirasa perlu untuk menjelaskan lebih
lanjut mengenai model pembelajaran kooperatif.
B. Latar Belakang Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat di simpulkan beberapa permasalahan
yaitu :
1. Apa itu model pembelajaran kooperatif?
2. Apa jenis-jenis model pembelajaran kooperatif?
C. Tujuan
Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang penulis kemukakan diatas,
maka penelitian ini mempunyai tujuan:
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi guru
2. Bagi sekolah
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengubah
perilaku, seperti mengubah perilaku dan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus
melalui reinforcement positif maupun negatif dan/atau penghilangan perilaku
maladaptif melalui punishment. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Edward
Thorndike pada tahun 1911 dalam artikelnya Provisional laws of acquired
behavior or learning.[1]
B. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan
positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaaan ide
sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah
konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu
menggkondisikan dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan
membangkitkan potensi siswa , menumbuhkan aktifitas dan daya cipta kreativitas
sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pemebelajaran.
Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa
yang dihadapkan masalah-masalah komplek untuk di cari solusinya, selanjutnya
menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana dan keterampiulan yang
diharapkan. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar
konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan
5
penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun
dalam pikiran anak (Fadhly, 2009)
Hock (2001) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kaedah-
kaedah pembelajaran dimana para pelajar bekerjasama dalam suatu kumpulan
kecil untuk mencapai kesepakatan bersama. Sifat paling penting bagi
pembelajaran kooperatif ialah keberhasilan seseorang pelajar akan membantu
rakan-rakannya yang lain untuk mencapai keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Mutmainah (2011) menyatakan bahwa ada tiga cara dasar
bagaimana mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain, yaitu kompetitif,
individualistis dan kooperatif. Mahasiswa dapat berkompetisi untuk melihat siapa
yang terbaik, mereka dapat bekerja individualistis untuk mencapai tujuan tanpa
memberi perhatian kepada mahasiswa lain, atau mereka dapat bekerjasama dan
saling memberi perhatian.
Suwarno (2013) mengemukakan secara spesifik bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang menggunakan teori
konstruktivisme. Teori ini menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa
dalam pembelajaran disbanding dengan apa yang saat ini banyak dilaksanakan
pada mayoritas kelas. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen.
Setiap kelompok terdiri atas campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang,
rendah. Semua siswa saling membantu satu sama lain dan guru hanya sebagai
fasilitator.
6
C. Tujuan Metode Diskusi
Dalam tiap metode belajar terdapat macam-macam kegiatan, akan tetapi tidak
semua metode memberi kegiatan yang sama banyaknya. Pada umumnya metode
kuliah atau ceramah tidak menimbulkan aktifitas yang banyak, namun demikian
murid-murid sekali-kali tidak pasif. Mereka harus berusaha menangkap isi, jalan
pikiran dan inti ceramah, menafsirkannya, menghubungkannya secara kritis. Juga
tanya jawab tidak begitu banyak memberi kesempatan untuk macam-macam
kegiatan. Metode lain seperti diskusi dan kerja kelompok banyak
membangkitkan aktifitas pada anak-anak.
Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan
apabila guru hendak:
1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para siswa.
2. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan
kemampuannya masing-masing.
3. Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah
dirumuskan telah dicapai.
4. Membantu para siswa belajar berfikir teoritis dan praktis Lewat berbagai
mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
5. Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri
maupun teman-temannya (orang lain).
6. Membantu para siswa menghadapi dan merumuskan berbagai masalah
yang di”lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran
sekolah.
7
7. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
D. Tujuan Teknik Diskusi
Dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada
pendapat orang lain. Mungkin ada perbedaan segi pandangan sehingga memberi
jawaban yang berbeda. Jadi siswa dilatih berpikir dan memecahkan masalah
sendiri. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan karena hal itu perlu
untuk melatih kehidupan yang demokratis. Dengan demikian siswa melatih diri
untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang suatu masalah
bersama. Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi
dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.
E. Macam-Macam Jenis Diskusi
Sebelum menguraikan tentang pelaksanaan metode diskusi dalam proses
belajar mengajar, lebih dahulu dikemukakan macam-macam atau jenis-jenis
diskusi. Abu Ahmadi membagi diskusi dalam lima macam yaitu:
1. Diskusi formal
Diskusi ini terdapat seperti pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi
pemerintah, di mana dalam diskusi ini perlu adanya ketua dan penulis serta
pembicara yang diatur secara formal. Misalnya diskusi- diskusi pada Sidang
DPR.
8
2. Diskusi tidak formal (informal)
Diskusi ini seperti dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar di
mana satu sama lain bersifat “face to face relationship”.
3. Diskusi panel
Diskusi ini menghadapi masalah yang ditinjau dari beberapa orang saja,
yang dapat juga diikuti oleh banyak pendengar.
4. Diskusi dalam bentuk symposium
Diskusi ini hampir sama dengan diskusi dalam bentuk panel, di sini
symposium lebih formal. Symposium itu diselenggarakan apabila ada
pertentangan pendapat. Ahli-ahli yang berbeda pendapat memberikan
informasinya, selanjutnya diadakan diskusi antara pembicara dengan
pendengar. Diskusi dalam bentuk symposium ini biasanya tidak mencari
kebenaran tertentu.
5. Lecture discussion
Diskusi ini dilaksanakan dengan memberikan suatu persoalan,
kemudian didiskusikan. Di sini biasanya hanya satu pandangan atau persoalan
saja.
Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka
menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh
pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu
agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur
dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain
9
yang lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan
pelajaran.
Metode diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau perdebatan
antara guru dan murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh
kelas untuk mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan
bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan
yang akan diambil.
Para murid akan segera merasa apakah guru mengajukan diskusi yang
sejati atau hanya memberi kesempatan beberapa orang murid mengemukakan
pendapat mereka sebelum ia sendiri memberi jawaban yang menentukan. Agar
diskusi bisa produktif harus ada suasana keramahan dan keterbukaan. Diskusi
yang bermanfaat didasarkan atas rasa saling menghormati pendapat setiap
orang yang hadir. Pemimpin diskusi dengan ikhlas mengajak yang lain untuk
ikut serta dalam suatu usaha bersama.
Peranan guru yang memimpin suatu diskusi lebih sukar daripada bila ia
memakai cara mengajar yang lain. Cara ini meminta persiapan yang seksama
dan bimbingan yang cakap. Guru harus mempunyai latar belakang
pengalaman dan simpanan pengetahuan agar dia bisa memimpin sebuah
diskusi secara kreatif.
Meskipun pertanyaan atau masalah yang akan dibicarakan mungkin
diajukan oleh seorang murid atau diketengahkan oleh guru, diskusi itu akan
lebih menarik apabila membicarakan suatu masalah nyata yang berkaitan
10
dengan kebutuhan kelas. Pentinglah bahwa masalah itu dikemukakan
sedemikian rupa sehingga semua orang bisa mengerti sifat dan maknanya.
Selama diskusi pemimpin akan memakai pertanyaan dan komentar untuk
memusatkan perhatian pada pokok persoalannya dan dengan demikian
meneruskan diskusi tersebut. Kadang-kadang, guru perlu mengulangi dan
meringkaskan apa yang telah dibicarakan atau yang disimpulkan. Gurulah
yang akan menentukan suasana sepanjang diskusi itu. Ia harus bisa merasa
kapan ia harus membatasi mereka yang terlalu banyak bicara atau mendorong
mereka yang ragu-ragu untuk ambil bagian.
Guru juga harus memberitahukan di mana murid menemukan bahan dan
keterangan yang perlu. Dalam hal diskusi teologia atau alkitabiah, ia harus
menyarankan bagian-bagian Alkitab yang berkaitan atau sumber-sumber
keterangan lain. Ini tidak berarti bahwa guru yang harus menjawab semua
pertanyaan. Sebaliknya, ia akan membantu para peserta menemukan jawaban-
jawabannya. Banyak diskusi yang berakhir dengan keputusan mengenai
tindakan yang harus diambil. Seorang penulis menyarankan langkah-langkah
berikut untuk memakai metode diskusi dengan baik:
1. Pengertian yang seksama akan masalahnya.
2. Cara-cara yang mungkin dilaksanakan untuk memecahkan masalah
tersebut.
3. Keputusan mengenai suatu tindakan tertentu.
4. Menetapkan sarana guna melaksanakan keputusan.
11
5. Melaksanakan keputusan.
6. Mengevaluasi hasil-hasil.
F. Landasan metode diskusi
1. Landasan metode diskusi menurut Al-qur’an
Metode diskusi juga diperhatikan oleh Al-qur’an dalam mendidik dan
mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap
pengetahuan mereka terhadap suatu masalah. Perintah Allah dalam hal ini
agar kita mengajak ke jalan yang benar dengan dan mau’izzah yang baik. Dan
membantah mereka dengan berdiskusi dengan cara yang baik. Di dalam Al-
qur’an lebih lanjut kata diskusi atau al-mujadalah diulang sebanyak 29 kali.
Sehingga dari sini terlihat keberadaan diskusi sangat diakui dalam pendidikan
islam. Namun sebagai mana disebutkan di atas diskusi itu harus di dasarkan
cara-cara yang baik. Cara baik ini perlu dirumuskan lebih lanjut sehingga
timbulah etika berdiskusi. Misalnya tidak memonopoli pembicaraan, saling
menghargai pendapat orang lain, kedewasaan berfikir dan emosi
berpandangan luas dan seterusnya.
2. Landasan metode diskusi dalam pembelajaran IPA
Secara umum ilmu pengetahuan alam di sekolah menengah SMP/SMA,
meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi, antariksa, mahkluk
hidup dan prose kehidupannya. Materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat
berperan membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu
12
pengetahuan alam merupakan pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang
telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah.46 Biologi merupakan
ilmu yang pokok bahasanya alam dan segala isinya. Carin dan Sund (1993)
mengidentifikasikan IPA yang meliputi sebagai “Pengetahuan yang sistematis
dan tersusun secara teratur berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen. Metode diskusilah yang tepat untuk
pembelajarannya.
G. Pelaksanaan metode diskusi
1. Langkah-langkah penggunaan metode diskusi
Langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh dalam metode diskusi
kelas atau diskusi kelompok sebagai berikut:
a. Pengajar memberi bahan atau topik untuk didiskusikan. Bahan yang
diberikan bisa lebih dari satu, hal itu bergantung kepada kelancaran
diskusi dan waktu yang tersedia. Topik ini didiskusikan satu persatu.
b. Para peserta didik diberi kesempatan berpikir sejenak.
c. Para peserta didik mulai berkomunikasi satu degan yang lain satu persatu
mereka mengeluarkan buah pikirannya atau dapat juga langsung terjadi
dialog antar para peserta didik yang mengeluarkan ide saja. Dari dialog ini
bisa muncul suatu perdebatan, tetapi semua berlangsung secara ilmiah.
13
d. Selama para peserta didik berdiskusi pengajar tetap mengamati proses
diskusi itu. Pengajar memberi pengarahan bila tampak diskusi itu agak
macet. Pengajar memperbaiki proses diskusi itu bila terjadi pelanggaran
aturan dalam diskusi. Berlangsung kurang ilmiah.
e. Setiap bahan selesai didiskusikan, pengajar memberikan penilaian atau
komentar para peserta didik.
f. Pengajar menjelaskan bahan yang sukar mendapatkan persamaan pendapat
dikalangan para peserta didik. Bahan ini cukup sukar bagi para peserta
didik. Pengajar menjelaskan bagaimana sesungguhnya memperhatikan
untuk meyakinkan dan menilai buah pikiran tadi.
2. Peran pemimpin dalam diskusi
a. Pengatur lalu lintas pembicaraan
b. Mengatur duduk siswa, sehingga masing-masing duduk dalam lingkaran
atau seperti ladam kuda.
c. Bertanya kepada anggota diskusi secara berturut-turut.
d. Menjaga agar peserta tidak berebut dalam berbicara.
e. Mendorong peserta yang pendiam dan pemalu.
3. Penangkis
a. Mengembalikan pertanyaan kepada kelompok diskusi bila perlu.
14
b. Memberi petunjuk bila mengalami hambatan
4. Penunjuk
Memberi petunjuk umum, tentang kemajuan yang telah dicapai oleh
kelompok.
Diskusi baik dilaksanakan bila mempermasalahkan:
1. Hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa/urgen. Siswa akan
memiliki motivasi yang kuat dalam memecahkan soal, kalau mereka
berminat menaruh perhatian terhadap masalah itu.
2. Masalah itu harus mengandung banyak kemungkinan jawaban dan
masing-masing jawaban dapat dijamin kebenarannya.
3. Harus merancang pertimbangan, kemampuan berpikir logis dan usaha
memperbandingkan.
Bila anda menggunakan teknik diskusi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, agar pelaksanaannya bis lancar ialah:
1. Instruktur harus memahami dan menguasai sungguh-sungguh masalah
yang akan dilontarkan pada diskusi kelompok, agar mampu menjelaskan
pada siswa masalah apa yang harus dipecahkan dan dapat memberikan
petunjuk dan menuntun serta mengarahkan jalannya diskusi bila mungkin
terjadi penyelewengan pembicaraan atau menemui jalan buntu. Karena
15
semakin jelas masalahnya, akan mudah pula menemukan jalan keluar, bila
masalahnya sendiri menjadi kabur.
2. Instruktur harus mampu memberikan garis-garis besar pokok persoalan
yang penting, agar siswa teerpimpi dalam mengetahui dan memilih pokok-
pokok soal yang mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu agar tidak
membicarakan hal-hal yang kurang perlu atau sebagai tambahan saja.
3. Instruktur harus mampu menetapkan jawaban terhadap jawaban terhadap
garis-garis besar persoalan, agar siswa mendapat bimbingan dalam
merumuskan jawaban sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam
merumuskan jawaban itu.
4. Instruktur harus mampu mengetahui dan menangkap jawaban yang telah
disetujui bersama. Hal yang telah disetujui bersama dapat dirumuskan
sebagai kesimpulan dalam kelompok, yang akan digunakan sebagai
tumpuan pemecahan soal yang berikut, sehingga semua masalah dapat
terpecahkan.
Di dalam diskusi kadang-kadang menghasilkan keputusan yang perlu segera
dilaksanakan atau keputusan itu timbul sebagai masalah baru yang perlu
dipecahkan lagi, atau sebagai suatu rencana yang akan dipraktekkan atau juga
sebagai suatu eksperimen yang perlu dicobakan. Karena itu perlu
dipertimbangkan ketetapan tentang:
1. Bila/kapan rencana itu akan dilaksanakan.
16
2. Siapa pelaksana-pelaksananya.48
Pemimpin kelompok merumuskan topik yang akan didiskusikan dan bertindak
sebagai ketua diskusi kelompok. Dalam hal itu, kegiatan belajar terjadi dalam
bentuk pertukaran pengalaman, pemikiran dan informasi di kalangan para peserta
diskusi. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok
masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan
siswa. Yang penting judul atau masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan
harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh siswa.
Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,
memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris/pencatat), pelopor, (kalau perlu),
mengatur tempat duduk, ruangan, sasaran, dan sebagainaya. Pimpinan diskusi
sebaiknya berada di tengah siswa yang:
1. Lebih memahami/menguasai masalah yang akan didiskusikan
2. Berwibawa dan disenangi oleh para teman-temannya
3. Berbahasa baik dan lancar berbicaranya
4. Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis
Tugas pimpinan diskusi antara lain:
1. Pengatur dan pengarah acara diskusi
2. Pengatur ”lalu lintas” percakapan
17
3. Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru
berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain (kalau ada lebih dari satu
kelompok), menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan
sepenuhnay agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi
berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang akan
didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam
suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bebicaranya sama. Kemudian
tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu
ditanggapi oleh semau siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi alasan
atau penjelasan terhadar laporan-laporan tersebut. Akhirnya para siswa mencatat
hasil diskusi, dan guru melaporkan hasil laporan hasil diskusi dari tiap kelompok
sesudah para siswa mencatatnya untuk ”file” kelas.
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
1. Kebaikan Metode Diskusi
a. Siswa belajar bermusyawarah
b. Siswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan
masing-masing.
c. Belajar menghargai pendapat orang lain
d. Mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah
2. Kekurangan/Kelemahan Metode Diskusi
18
a. Suatu diskusi dapat diramaikan sebelumnya mengenai bagaimana
hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi
anggota-anggotanya.
b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang
belum pernah dipelajari sebelumnya.
c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa
yang ”menonjol.”
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal
yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak
boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu
menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak
bermanfaat.
f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani
mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk
membatasi pokok masalahnya.
g. Sering terjadi dalam diskusi murid murid kurang berani
mengemukakan pendapatnya. Jumlah siswa di dalam kelas yang
terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk
mengemukakan pendapatnya.
I. Faktor-Faktor pada metode diskusi
19
1. Peran guru
Guru juga mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam diskusi.
Beberapa peranan guru dalam diskusi antara lain ialah:
a. Guru sabagai ”ahli” (= expert)
Dalam diskusi yang hendak (belajar) memecahkan masalah misalnya,
maka guru dapat bertindak (berperan) sebagai seorang ahli yang
mengetahui lebih banyak mengenai berbagai hyal daripada siswanya.
Disini guru dapat memberi tahu, menjawab pertanyaan atau mengkaji
(menilai) segala sesuatu yang tugas ”utamanya” di sini sebagai ”agent
of instruction”.
b. Guru sebagai ”pengawas”
Agar diskusi dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancer
dan benar dan mencapai tujuannya, di samping sebagai sumber
informasi, maka guru pun harus bertindak sebagai pengawas dan
penilai di dalam proses belajar mengajar lewat formasi diskusi ini.
Dengan kata lain, dalam formasi diskusi ini guru menentukan
tujuannya dan prosedur untuk mencapainya.
c. Guru sebagai ”penghubung kemasyarakatan”
Tujuan yang telah ditetapkan oleh guru untuk didiskusikan para siswa,
meski bagaimanapun dicoba dikhususkan, masih juga mempunyai
sangkut-paut yang luas dengan hal-hal lain dalam kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini gyru dapat memperjalasnya dan
20
menunjukkan jalan-jalan pemecahannya sesuai dengan kriteria yang
ada dan hidup dalam masyarakat. Peranan guru di sini adalah sebagai
”sosializing agent”.
d. Guru sebagai ”pendorong”
Terutama bagi siswa-siswa yang belum cukup mampu untuk
mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain maupun merumuskan
serta mengeluarkan pendapatnya sendiri, maka agar formasi diskusi
dapat diselenggarakan dengan baik, guru masih perlu membantu dan
mendorong setiap (anggota) kelompok untuk menciptakan.
J. Efektivitas Metode Diskusi dalam Pembelajaran Siswa Akselerasi
Seperti telah disinggung sekilas, bahwa metode tanya jawab dengan diskusi
saling mencakup tetapi berbeda. Ada pertanyaan yang mengandung unsur diskusi,
tetapi ada yang tidak. Dengan diskusi guru berusaha mengajak siswa untuk
memecahkan masalah. Untuk pemecahan suatu masalah diperlukan pendapat-
pendapat berdasarkan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya kemungkinan
terdapat lebih dari satu jawaban, tampak bahwa ada banyak macam atau jenis
diskusi. Masing-masing jenis diskusi tersebut tentunya diterapkan sesuai dengan
kondisi peserta diskusi serta sarana dan prasarana (fasilitas) yang dimiliki. Untuk
kalangan pemuda, mahasiswa dan cendikiawan, biasanya diterapkan diskusi
dalam bentuk panel, seminar dan symposium. Tetapi untuk para remaja atau
siswa di sekolah di mana diskusi lebih banyak sebagai latihan bertukar
21
pendapat, maka jenis diskusi yang diterapkan adalah sederhana saja, seperti
diskusi informal atau diskusi dalam kelompok kecil, sehingga semua peserta dapat
Kemungkinan-kemungkinan jawaban yang bagajmana yang dapat
dirumuskan oleh kelas terhadap suatu masalah ? Selama diskusi pemimpin atau
guru kelas melihat adanya sejumlah jawaban yang mungkin, kemudian memilih
jawaban yang dianggap merupakan jawaban yang setepat tepatnya. Hal manakah
yang telah diterima oleh suara terbanyak sebagai persetujuan? Tindakan apakah
yang sudali direncanakan ? Siapa yang melaksanakan, dan bilamana ?
Metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana
kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga
kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan
otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan
mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras,
bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan
argumentasi yang tepat. Apabila beberapa pengertian di atas digabungkan, maka
akan memberikan suatu kesimpulan umum bagi pengertian metode diskusi
kelompok, yakni Cara yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama
memberikan argumentasi dan ide-ide dalam kelompok-kelompok kecil atau
kelompok besar secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang hiterogen dan
memiliki kemampuan yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat
memanfaatkan teman sejawat (peserta didik lain) sebagai rekan dalam
memecahkan masalah atau mendiskusikan materi-materi yang telah ditentukan
22
kepada kelompok-kelompok tersebut, dan mereka dapat saling membantu dan
tukar menukar pendapat dan ide yang pada akhirnya dapat merangsang peserta
didik lebih bergairah dalam belajar, dan dalam sistem ini guru sebagai fasilitator
dan pengarah efektivitas pembelajaran.
Dari tujuan pembelajaran dapat dipahami bahwa untuk mencapai tujuan
tersebut, tidak dilakukan hanya melalui metode ceramah. Karena pembelajaran
civic society merupakan pembelajaran yang memerlukan tindakan nyata
berkenaan pencarian solusi terhadap permasalahan kenegaraan dan
kewarganegaraan Indonesia. Sedangkan diskusi merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik (mahasiswa) menguasai suatu
konsep, memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, percaya kepada diri sendiri dan
berani mengemukakan pendapatnya, berlatih bersikap positif, serta mampu
berinteraksi sosial. Dengan kata lain diskusi kelompok merupakan salah satu
strategi belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran komprehensif.
(Hasibuan, 2004: 63) Sedangkan pembelajaran dengan metode diskusi sebenarnya
memiliki banyak model, di antaranya adalah : (1) Whole Group. Dalam model ini,
kelas merupakan salah satu kelompok diskusi, whole group yang ideal apabila
jumlah kelompok tidak lebih dari 15 orang (Sujana,2000:80); (2) Buzz Group.
Suatu kelompok besar dibagi atas beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4 atau 5
orang. Tempat duduk diatur agar peserta didik dapat bertukar pikiran dan
berhadapan muka dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah-tengah pelajaran
atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran,
23
memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaanpertanyaan. Oleh
karenanya, model diskusi kelas menurut Glasser sebagaimana dikutip Uno
merupakan model pembelajaran yang ditujukan untuk membangun suatu
kelompok sosial yang saling menyayangi, saling menghargai, mempunyai displin
diri, dan komitmen untuk berprilaku positif (B. Uno, 2008: 22).
Pada dasarnya setiap metode pembelajaran dalam proses pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Pemakaian metode pembelajaran
di dalam menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik (transfer of knowledge)
haruslah selektif, sesuai dengan karakteristik dan materi yang disampaikan. Oleh
sebab itu pemilihan metode pembelajaran yang tepat oleh pendidik sangat penting
dilakukan, mengingat setiap peserta didik memiliki keragaman di dalam proses
menanggapi pelajaran dikelas. Pelaksanaan metode diskusi di dalam
meningkatkan kemampuan berfikir dan mengemukakan pendapat, tidak terlepas
dari kemampuan pendidik untuk memilih dan memakai metode yang tepat.
Dengan ketepatan metode mengajar tersebut, maka akan lahir suatu umpan balik
dari peserta didik berupa kualitas out put. Kemampuan berfikir dan
mengemukakan pendapat yang dicapai mahasiswa juga tidak terlepas dari
motivasi yang tumbuh dalam dirinya sebagai dampak dari penyanggahan atas
suatu konsep yang dianggap keliru. Adalah menjadi tanggung jawab seorang
dosen agar pembelajaran yang disampaikan berhasil mencapai tujuan. Oleh
karenanya, keberhasilan belajar mahasiswa banyak bergantung pada usaha dosen
dalam membangkitkan motivasi belajar mereka. Mahasiswa yang termotivasi
dalam belajar akan berbeda hasilnya dengan mahasiswa yang tidak memiliki
24
motivasi. Dengan demikian maka penerapan metode diskusi dalam meningkatkan
kemampuan berfikir dan mengemukakan pendapat mahasiswa menjadi sangat
mendesak untuk segera dilaksanakan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan.
Untuk melaksanakan kegiatan diskusi dalam proses belajar mengajar, guru
harus memberikan pertolongan berupa penyajian problema sebagai perangsang,
bimbingan dan pengarahan di dalam proses belajar tersebut.
Pemimpinan diskusi seharusnya seseorang yang memiliki pengetahuan
yang memadai dalam bidang yang didiskusikan, agar dapat memberikan petunjuk-
petunjuk selama diskusi berlangsung. Di sekolah pimpinan diskusi adalah guru,
namun tidak mustahil diserahkan kepada murid yang berkemampuan. Namun
guru berkewajiban mendampinginya, agar petunjuk yang diperlukan segera
dapat diberikan.
25
BAB III
KESIMPULAN
Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka
menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh
pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar
pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan
merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang
lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran.
Metode diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau perdebatan
antara guru dan murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh
kelas untuk mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi
sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang akan
diambil.
26
Metode diskusi sangatlah baik diterapkan pada siswa Akselerasi karena
akan lebih mendorong kreatifitas siswa, serta dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan antar siswa Akselerasi yang cenderung apatis.
DAFTAR PUSTAKA
Rosleny, Marliany. 2010. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Subrata, Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris
Empiris Aplikatif. Jakarta : Kencana.
27
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Anonim. “http://asosiasicibinasional.wordpress.com/2011/08/13/sejarah-
program-akselerasi-di-indonesia/”. Online. Di akses : 17 Desember 2012.
Anonim. “Manfaat Mempelajari Psikologi”. Online. http://pend-
ekonomi.blogspot.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html.
Diakses : 17 Desember 2012.
Hutabalian. “Peranan Psikologi Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar”.
Online. http://hutabalian72.wordpress.com/2010/02/02/peranan-psikologi-
pendidikan-dalam-proses-belajar-mengajar/. Diakses : 17 Desember 2012.
28