Post on 30-Jan-2018
i
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL SISWI KELAS XI
DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
NOVIA RAHMAWATI
NIM : B09 037
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAHTINGGIILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul : ’’Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Penyakit Menular
Seksual Siswi Kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA”. Karya Tulis Ilmiah
ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
kelulusan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra.Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi D III Kebidanan STIKES
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Leni Kurniawati, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis
4. Bapak Literzet Sobri, M.Pd, selaku kepala Sekolah SMA BATIK 1
SURAKARTA yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam
penggunaan lahan.
5. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah di berikan.
6. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan telah
membantu memberikan informasi kepada penulis.
v
7. Kedua orangtua saya, kakak dan adik yang telah memberikan doa dan
dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
8. Seluruh rekan-rekan Prodi DIII Kebidanan Stikes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
9. Semua pihak yang telah bersedia membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 2012
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan
Stikes Kusuma Husada Surakarta
KaryaTulisIlmiah, Juli 2012
Novia Rahmawati
B09.037
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL SISWI KELAS XI
DI SMA BATIK 1 SURAKARTA
TAHUN 2012
xiv + 54 halaman + 12 lampiran + 6 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit menular seksual umumnya terjadi karena adanya
perubahan pola hidup masyarakat dan perubahan gaya hidup. Untuk mencegah
terjadinya penyakit menular seksual yaitu dengan cara tidak melakukan hubungan
seksual, saling setia pada pasangan, selalu menjaga kebersihan alat kelamin,
selalu menggunakan kondom untuk mencegah PMS. Oleh sebab itu dampak
pergaulan bebas dapat mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks
bebas. Penyebab terjadinya penyakit menular seksual dengan kasus terbanyak
yaitu gonore (87,5%), HIV (33,5%%), dan sifilis (4,16%).
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang
penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA dalam
kriteria baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Jenis Penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA BATIK 1 SURAKARTA pada tanggal 2-12 Mei 2012 dan
tanggal 12 Juni 2012 dengan sampel yaitu remaja sebanyak 30 responden
menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik systematic random
sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner tertutup sedangkan teknik
analisa dengan menggunakan analisa data univariat.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan remaja
tentang penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1
SURAKARTA yaitu remaja yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu 23
responden (77%), pengetahuan kurang yaitu 4 responden (13%) dan pengetahuan
baik yaitu 3 responden (10%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual
siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA adalah cukup yaitu 23 responden
(76,66%).
Kata kunci : Pengetahuan, Remaja, Penyakit Menular Seksual.
Kepustakaan : 28 literatur (2003– 2011)
vii
MOTTO
“Senyumlah...senyumlahhhh karena senyum itu ibadah”
“Rendahlah dirimu terhadap mereka berdua (Ayah dan Ibu) dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah” wahai Tuhanku kasihilah
mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil " (Qs. Al Israq : 24)
“Kamu tidak dapat menuntut ilmu kecuali dengan dukungan enam
perkara yaitu : cerdas, gemar belajar, sabar, tekun dan bersungguh-
sungguh, memiliki biaya dan dibantu oleh guru untuk belajar dalam
jangka waktu yang telah ditentukan” (Imam Asy-Syafi’i)
“Bersabar, berusaha, kerja keras dan berdoa menuntun kita untuk
meraih impian yang kita inginkan”
“Dimulai dari diri kita yang mampu menentukan masa depan kita”
“Beribadah adalah cara yang tepat untuk mendekatkan diri pada-
Nya”
viii
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan YME Karya
Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
Ø Allah SWT yang memberikan petunjuk kelancaran dan
kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Ø Alm. Papa tercinta terimakasih atas doa restunya dan
cinta kasihnya selama ini.
Ø Bundaku tercinta terimakasih atas doa restunya, cinta
kasihnya, dukungannya, dan jadi penyemangat dalam
hidupku selama ini.
Ø Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan
support setiap langkah ku.
Ø Bu Leni Kurniawati makasih banget selama ini telah
sabar membimbing.
Ø Aldo Bangkit P makasih banget selalu support, memberi
semangat, menemaniku di kala susah dan senang, dan
selalu mendoakanku.
Ø Teman – temanku Winda, Yunika, Novi, Jaya yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Ø Almamater tercinta.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK....................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................... vii
CURICULUM VITAE.................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 7
C. Tujuan penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
E. Keaslian Penelitian .............................................................................. 8
F. Sistematika Penelitian ......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan .................................................................................. 11
a. Pengertian Pengetahuan .......................................................... 11
b. Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan ..................................... 11
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .................... 14
d. Cara Pengukururan Pengetahuan ............................................. 16
e. Sumber-sumber Pengetahuan .................................................. 16
f. Pengukuran Pengetahuan ........................................................ 16
2. Remaja ........................................................................................... 17
a. Pengertian Remaja .................................................................. 17
xi
b. Tahap-tahap Perkembangan Remaja ........................................ 17
c. Perubahan Fisik Pada Remaja .................................................. 20
3. Pubertas................................................................................ .......... 23
4. Penyakit Menular Seksual
a. Pengertian.................................................................................. 23
b. Tanda dan Gejala PMS............................................................ 24
c. Cara Pencegahan PMS............................................................ 25
d. Macam-macam PMS................................................................ 26
e. Cara Pengobatan PMS.............................................................. 26
B. Kerangka Teori .................................................................................... 34
C. Kerangka Konsep penelitian ................................................................ 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan RancanganPenelitian ............................................................ 36
B. Lokasi dan WaktuPenelitian ................................................................ 36
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 36
D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 38
E. Teknik pengambilanData ..................................................................... 42
F. Variabel Penelitian ............................................................................. 42
G. Definisi Operasional ............................................................................ 43
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 43
I. Etika Penelitian ................................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum.................................................................................. 47
B. Hasil Penelitian..................................................................................... 47
C. Pembahasan.......................................................................................... 50
D. Keterbatasan.......................................................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 53
B. Saran..................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi- Kisi Kuisioner ....................................................................... 39
Tabel 3.2 Definisi operasional penelitian ....................................................... 43
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur...................... 48
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas...................... 48
Tabel 4.3 Mean dan Standar Deviasi.............................................................. 49
Tabel 4.4 Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual
di SMA BATIK 1 SURAKARTA................................................. 50
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 34
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... ̀ 35
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal penelitian
Lampiran 2. Surat permohonan studi pendahuluan
Lampiran 3. Surat permohonan uji validitas
Lampiran 4. Surat permohonan penelituan
Lampiran 5. Surat keterangan balasan studi pendahuluan, uji validitas
dan penelitian
Lampiran 6. Surat permohonan responden
Lampiran 7. Informed consent
Lampiran 8. Kuesioner penelitian
Lampiran 9. Kunci jawaban kuesioner
Lampiran 10. Hasil uji validitas
Lampiran 11. Hasil penelitian
Lampiran 12. Lembar konsultasi KTI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergaulan bebas di generasi muda Indonesia kini menjadi tak
terbantahkan. Budaya Barat telah membunuh paksa budaya ketimuran kita
yang terkenal beradab. Disini saya tidak menyebut budaya barat tidak
beradab, tetapi ada begitu banyak perbedaan budaya yang terlampau jauh
sehingga bangsa Indonesia mengalami pergeseran budaya. Selain pergaulan
remaja, perubahan gaya hidup juga mempengaruhi terjadinya PMS pada
masyarakat. Penyakit menular seksual umumnya terjadi karena adanya
perubahan pola hidup masyarakat. Di sisi lain, meningkatnya pelayanan
kesehatan menyebabkan adanya perubahan pola epidemiologi berupa
peningkatan usia harapan hidup dan prevalensi usia lanjut, termasuk lansia
dengan penyakit menular seksual. Akan tetapi, Tidak semua orang memiliki
risiko tinggi tertular PMS karena tidak semua gaya hidup dapat memicu
risiko terjadinya penularan PMS. Ada sejumlah perilaku tertentu yang dapat
meningkatkan risiko tertular PMS yaitu: berganti-ganti pasangan, mengenal
seks sejak dini tanpa edukasi yang baik, pemakaian alkohol yang berlebihan,
penggunaan obat-obat terlarang, ngeseks karena butuh uang untuk gaya
hidup, minum pil KB untuk cegah PMS (Admin, 2011).
2
Masa remaja adalah masa transisi dalam kehidupannya dan memiliki
emosional yang masih labil cenderung untuk meniru dan mengikuti budaya
barat yang sebenarnya sangat bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat Indonesia. Tentunya generasi muda bangsa Indonesia
tidak ingin memiliki generasi muda yang tidak bermoral hanya karena
terpengaruh budaya barat tersebut. Adanya norma yang berkembang di
masyarakat, budaya sebagai asset peninggalan leluhur, serta agama sebagai
pedoman hidup diharapkan mampu mengekang dan menjadi benteng dalam
melindungi moral generasi muda (Syarif, 2008).
Remaja masa pencarian jati diri yang mendorongnya mempunyai rasa
keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan diakui eksistensinya.
Namun disisi lain remaja mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mudah
dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Diusia remaja,
akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan
mendadak. Perubahan ini ditunjukkan dari perkembangan organ seksual
menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ genetalia sekunder. Hal
ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual.
Data menunjukkan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi
seputar seks dari teman, 35% dari film porno, dan hanya 5% dari orang tua.
Berkembang pula opini seks adalah sesuatu yang menarik dan perlu dicoba
(sexpectation). Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-
adiptif, akan mendorong terciptanya perilaku amoral yang merusak masa
depan remaja. Dampak pergaulan bebas mengantarkan pada kegiatan
3
menyimpang seperti seks bebas. Tindak kriminal termasuk aborsi, narkoba
serta berkembangnya penyakit menular seksual (Syarif, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Taufik (2008), mengenai perilaku seksual
remaja SMU di surakarta dengan sampel berjumlah 1.250 orang, berasal dari
10 SMU di Surakarta yang terdiri dari 611 laki – laki dan 639 perempuan
menyakin bahwa sebagian besar remaja pernah melakukan ciuman bibir
10,53%, melakukan ciuman dalam 5,6%, melakukan onani atau masturbasi
4,23%, dan melakukan hubungan seksual sebanyak 3,09%. Remaja
merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari
masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15- 18
tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, 2003). Menurut
Green (2004), perilaku seseorang di pengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.
PMS menurut Manuaba (2008) adalah penyakit yang cara penularannya
melalui hubungan kelamin. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut, tidak
semata-mata pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat
diluar alat kelamin.
Menurut Harahap (2011) data di Pokja Penanggulangan HIV/AIDS
Kelurahan Kestalan, Banjarsari, antara September 2010 dan Maret 2011 kasus
HIV/AIDS meningkat 15 persen, yaitu dari 447 menjadi 517. Pertambahan
kasus sebanyak 70 tidak otomatis penularannya terjadi pada rentang waktu
Septemer 2010 dan Maret 2011, Jika ada di antara kasus baru itu ada yang
4
tedeteksi HIV maka penularan terjadi minimal tiga bulan sebelum tes yaitu
Desember 2010. Tapi, kalau ada di antara kasus itu yang terdeteksi HIV pada
masa AIDS maka penularan sudah terjadi antara 5 dan 15 tahun sebelum
terdeteksi.
Menurut Lurah Kestalan, Ibnu Sarsito, setiap kali pemeriksaan 80 persen
PSK terdeteksi IMS, seperti sifilis, GO, hepatitis B, dll, karena penularan
IMS sama dengan penularan HIV maka bisa jadi juga terjadi penularan
HIV.Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai
penyebaran HIV dari masyarakat ke PSK dan sebaliknya adalah mewajibkan
setiap laki-laki memakai kondom ketika sanggama dengan PSK (Harahap,
2011).
Kasus penyakit menular seksual yang ditemukan dalam rentang waktu 1
januari 2010 sampai 31 desember 2010 di RS PKU Surakarta di dapatkan
sebanyak 24 kasus, dengan frekuensi tertinggi pada usia 24-45 tahun yakni
sebanyak 14 kasus dan 6 kasus PMS diderita oleh pasien usia remaja (kurang
lebih usia 19 tahun) ,kasus terbanyak yang ditemukan adalah gonore (87,5%),
(HIV 33,5%), dan sifilis (4,16%). Isu etika yang ditemui dokter dalam
penanganan PMS pada remaja terutama dalam hal penggalian informasi
tentang perilaku seksual yang beresiko, penyampaian informasi kepada wali
atau orang tua pasien, pengambilan keputusan terapi pada pasien remaja serta
menjaga kerahasiaan pasien(Ilmawan, 2010 ).
Menurut Daili (2007)Chlamydia trachomatis telah terbukti bahwa lebih
50% daripada semua kasus Uretritis Nonspesifik disebabkan oleh kuman ini.
5
Pemeriksaan sitologi langsung dengan pewarnaan Giemsa memeliki
sensitivitas tinggi untuk konjungtivitis (95%), sedangkan infeksi genital
rendah (pria 15%, wanita 41%). Pada kasus Gonore diseminata kira-kira 1%
kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak
didapat pada penderita dengan gonore asimtomatik sebelumnya, terutama
pada wanita. Gejala yang timbul dapat berupa: artritis, miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kasus Trikomoniasis
pada pria dapat menyebabkan uretritis dan protatitis yang kira-kira
merupakan 15% kasus uretritis non gonore. Menurut Handoko 2007 Bila
pada kehamilan timbul Herpes genetalis,perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena melalui plasenta virus dapat sampai ke sirkulasi fetal serta
dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal
mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari hidup, menderita cacat
neurologik atau kelainan pada mata. Menurut Judanarso 2007 pernah
disebutkan 50% ditemukan pada pemakai AKDR dan 86% bersama-sama
dengan infeksi Trachomonas, hampir 90% laki-laki yang mitra seksual
wanitanya terinfeksi G.Vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra,
tetapi tidak menyebabkan uretritis.
Berdasarkan laporan studi kasus yang dilakukan oleh Pusat Informasi dan
Layanan Remaja (PILAR) Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI) Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat mitra 8.463 yang berkonsultasi
melalui telepon, surat dan tatap mata, kasus tertinggi terdapat juga pada
hubungan seksual pranikah berjumlah 863 jiwa, aborsi 687, kehamilan
6
pranikah 483,PMS 452, memakai kontrasepsi 347, masalah pacaran 778,
masalah dengan keluarga 449, masalah sekolah 344 (PILAR PKBI, 2010).
Usia remaja sering disebut sebagai peralihan periode, yaitu periode
peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa yang penuh gejolak (BKKBN,
2003). Sarwono (2003) menyatakan bahwa persyaratan untuk menjadi dewasa
justru semakin berat yaitu harus sekolah dulu, mempunyai pekerjaan dulu,
sehingga memerlukan waktu semakin lama. Hal tersebut mengakibatkan usia
rata-rata perkawinan meningkat dari usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun
untuk pria dalam UU perkawinan 1974 sampai mendekati umur 26 tahun bagi
wanita dan 30 tahun bagi laki-laki (Pratiwi,2004).
Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dengan metode
wawancara pada remaja sebanyak 10 responden di SMA BATIK 1
SURAKARTA, didapatkan ada 7 siswa yang belum mengerti tentang
penyakit menular seksual.Berdasarkan latar belakang di atas dan dikarenakan
Penyakit Menular Seksual dapat berakibat fatal terhadap kesehatan generasi
penerus bangsa, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai “ Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual
Siswi Kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA“.
7
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah yang diangkat
adalah “ Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit
Menular Seksual Siswi Kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA ? “
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular
seksual sisiwi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit
menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA
dalam kriteria baik.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit
menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA
dalam kriteria cukup.
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit
menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA
dalam kriteria kurang.
8
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan guna memperluas wawasan tentang
ilmu pengetahuan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi pendidikan guna
memperoleh referensi tentang penyakit menular seksual.
3. Bagi Peneliti
Dapat manambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, serta hasil
penelitian dapat dijadikan bahan penyuluhan bagi masyarakat.
4. Bagi Institusi terkait
Dapat menjadi masukan bagi institusi terkait tentang keadaan remaja di
wilayah setempat, sehingga dapat menjadi upaya pencegahan bila ada kasus
penyakit menular seksual.
E. Keaslian Penelitian
Keaslian merupakan uraian tentang hasil penelitian yang telah ada, baik di
Indonesia maupun luar negeri dan berhubungan dengan topik masalah yang
dibahas dan menjelaskan secara nyata antara penelitian yang telah ada:
1. Puji Lestari (2009) melakukan penelitian dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Pekerja Seks Komersial (PSK) tentang Penyakit Menular
Seksual di Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Pekalongan tahun 2009”. Rancangan penelitian dengan metode survai
deskriptif dengan cross sectional, populasi 93, sampel 93, teknik analisa
9
dengan total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 93
responden pekerja seks komersil Desa Sidomukti Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Pekalongan dengan mempunyai pengetahuan baik 39 orang
(39,78%), pengetahuan cukup 45 orang (48,38%), dan yang mempunyai
pengetahuan kurang ada 11 orang (11,82%), dalam penelitian ini selain
pengetahuan ada biaya, keefektifan dan psikologi. Hasil penelitian ini
dipengaruhi oleh faktor umur, pengetahuan dan informasi.
2. Ari Letari (2009) melakukan penelitian dengan judul “Tingkat
Pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual pada Mahasiswa DIII
Kebidanan Semarang”. Rancangan penelitian dengan metode deskriptif,
populasi 109, sampel 109, dengan teknik total sampling.Hasil penelitian
didapatkan dari 109 responden Mahasiswa DIII Kebidanan Semarang yang
mempunyai pengetahuan baik 19 orang (17,40%), pengetahuan cukup 26
orang (23,80%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang 64 orang
(58,70%).
F. Sistematika Penelitian
Adapun sistematika penulisan KTI terdiri dari 5 BAB, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat
studi kasus, keaslian studi kasus, dan sistematika penulisan.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang tinjauan teori yang berisi tentang
pengertian pengetahuan, pengertian remaja, pengertian pubertas,
pengertian penyakit menular seksual, kerangka teori, dan kerangka
konsep penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang jenis rancangan penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi sampel, teknik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,
definisi operasional, metode pengolahan & analisa data, dan etika
penelitian dan jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil
penelitian, pembahasan penelitian dan keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera
penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
b. Cara-cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2010 pengetahuan seseorang terhadap
objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara
garis besanya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya:
tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban
adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah
12
ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes agepti, dan sebagainya.
Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu
dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa
tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC,
bagaimana cara melakukan PNS (pemberantasan sarang
nyamuk), dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tidak sakedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut
harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek
yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara
pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar
menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi
harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras,
dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahd. Analisis (
analysis)adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelomi objek
13
yang dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya,
seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia
harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat
ia bekerja atau di mana saja. Orang yang telah paham
metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal
penelitian di mana saja, dan seteru.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan
dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-kpmponen yang terdapat dalam suatu masalah atau
objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu
sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut
telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek
tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes
Agepti dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow
chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki, dengan
kata lian, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
14
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau
kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar,
dapat membuat kesimpilan tentang artikel yang telah dibaca.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau
menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak,
seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan
sebagainya.
c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
1) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja (Nursalam dan Pariana, 2004).
2) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita
tertentu. Kegiatan formal dan informal berfokus pada proses
15
belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku,
yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dan tidak dapat menjadi dapat. Maka makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki
(Sunaryo, 2004).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluarganya (Nursalam
dan Pariana, 2004).
4) Sosial ekonomi
Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya (Nursalam dan Pariana, 2004).
5) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang meskipun seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari
berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar, maka hal
itu akan lebih meningkatkan pengetahuan seseorang (Nursalam
dan Pariana, 2004).
6) Kebudayaan
Kebudayaan mencakup segala cara atau pola pikir merasakan
dan bertindak perilaku seseorang juga tergantung pada budaya
16
yang dianutnya, perilaku seseorang dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan yang dimiliki dan didapatkannya (Soekanto, 2004).
7) Pengalaman
Pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang
sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita
peroleh (Notoatmodjo, 2004).
d. Cara pengukuran pengetahuan
Cara pengukuran pengetahuan di bagi dalam 3 kriteria, menurut
Riwidikdo, 2009 yaitu:
1) Dalam kriteria baik, bila nilai : (x) > mean + 1 SD
2) Dalam kriteria cukup, bila nilai : mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD
3) Dalam kriteria kurang, bila nilai : (x) < mean – 1 SD
e. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh melalui fakta dengan melihat dan
mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya
dengan membaca surat kabar/buku, mendengar radio, melihat
televisi dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).
f. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan denagan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diketahui atau
diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut.
17
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan manusia.Masa ini merupakan masa perubahan atau
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di
sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya
dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun
(Notoatmodjo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja
merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak yang dimulai
saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12
tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.
b. Tahap-tahap perkembangan remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3
tahap perkembangan remaja:
1) Remaja awal (Early adolescent)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan pada
perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang
bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik.
Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya
18
kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit
dimengerti dan dimengerti orang dewasa.
2) Remaja madya (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia
senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada
kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia
berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih
mana yang peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri,
optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan
sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari oedipus
complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-
kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.
3) Remaja akhir (late adolescent)
Tahap ini adalah masa konsolidasi munuju periode dewasa dan
ditandai dengan lima pencapaian hal yaitu:
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya untuk mencari kesempatan untuk bersatu denga
orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepertingan
diri sendiri dengan orang lain.
19
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya
(private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat
perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya.
Berdasarkan sifat atau ciri perkembanganya, masa (rentang waktu)
remaja ada 3 tahapan:
1) Masa remaja awal (10-12) tahun
a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman
sebaya.
b) Tampak dan merasa ingin bebas.
c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak).
2) Masa remaja tengah (13-15) tahun
a) Tampak dan ingin mencari identidas diri.
b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada
lawan jenis.
c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.
3) Masa remaja akhir (16-19) tahun
a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap
dirinya.
d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.
20
e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
(Widyastuti dkk, 2009).
Tugas-tugas perkembangan fase remaja amat berkaitan
dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal.
Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu
kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya,
diperlukan perkembangan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini
banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya (Ali dan Asrori,
2009).
c. Perubahan fisik pada remaja
1) Tanda seks primer
Tanda seks primer merupakan tanda yang menunjukkan alat
kelamin.
Pada Wanita
Alat kelamin wanita bagian luar terdiri dari:
a) Bibir luar (labiamayora)
b) Labia minor (labiaminora)
c) Klitoris, yaitu bagian penuh dengan ujung-ujung syaraf
sehingga sangat peka terhadap rangsangan atau sentuhan.
Sentuhan-sentuhan pada klitoris dapat menyebabkan
orgasme (puncak kenikmatan seksual) pada wanita.
d) Uretra (liang saluran seni)
21
e) Liang senggama (vagina) berfungsi sebagai jalan keluar
haid, jalan masuk penis dalam senggama, dan jalan keluar
bayi waktu melahirkan.
Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri dari:
a) Hymen (selaput dara)
b) Mulut rahim (serviks) yang menghubungkan vagina dengan
rahim.
c) Rahim (uterus), yaitu jaringan sebesar telur ayam, tetapi
punya kemampuanmelar yang sangat besar sekali dalam
mengandung bayi.
d) Saluran telur (tuba falopii) disebelah kanan dan kiri rahim.
e) Indung telur (ovarium) yang menghasilkan hormon-hormon
esterogen. Progesteron dan sel telur.
Pada Laki-laki
Alat kelamin pria terdiri dari:
a) Testis menghasilkan hormon-hormon testosterone dan
androgen dan spermatozoa diproduksi dalam jumlah ratusan
juta.
b) Saluran deferens (vas deferens), yaitu yang menghubungkan
testis dengan kelenjar prostat.
c) Kelenjar prostat yaitu tempat penyimpanan spermatozoa
sementara.
22
d) Saluran kencing (uretra), yaitu tempat keluarnya air mani
dalam keadaan penis berereksi (Sarwono, 2010).
2) Tanda seks sekunder
Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah
yang membedakan pria dan wanita.Pada wanita bisa ditandai
antara lain; pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi,
anggota badan menjadi panjang), pertumbuhan payudara,
tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan,
mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya, bulu
kemaluan menjadi keriting, haid dan tumbuh bulu-bulu ketiak.
Pada laki-laki bisa ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang,
tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap,
awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi keriting, tumbuh
rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu
ketiak, rambut-rambut diwajah tambah tebal dan gelap, tumbuh
bulu didada (Sarwono, 2010).
Secara psikologis pada fase remaja ada dua aspek tugas
perkembangan seksualitas remaja yang penting dipersiapkan
yaitu :
a) Orientasi seksual, yaitu arah ketertarikan seksualnya
(heteroseksualitas atau homoseksualitas)
b) Peran seks, adalah menerima dan mengembangkan peran
serta kemampuan tertentu selaras dengan jenis kelaminnya
23
bagaimana seorang perempuan dan laki-laki bersama-
sama dan saling mengisi satu sama lainnya secara
harmonis.
3. Pubertas
Pubertas yaitu masa ketika seorang anak mulai mengalami kematangan
secara seksual dan organ-organ reproduksi siap untuk menjalankan
reproduksinya. Masa puber seorang anak dengan anak yang lain sangat
bervariasi,. Pada anak perempuan pubertas dimulai lebih awal, yaitu
sekitar umur 10-14 tahun (ada literatur yang menyebutkan 8-14 tahun)
dan pada anak laki-laki, sekitar umur 12-16 tahun (sumber lain
menyebutkan 9-15 tahun). Pubertas dimulai ketika hipotalamus, yang
merupakan bagian otak, melepaskan hormon GnRH, (gonadotropin
Releasing hormone),. Hormon pelepas GnRH iniakan memberikan
respon pada kelenjar pituitari untuk melepaskan luteinizing hormone
(LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) untuk memulai
perkembangan seksual, baik pada nak laki-laki mapun perempuan (Eny
Sophia, 2009).
4. Penyakit Menular seksual
a. Pengertian Penyakit Menular Seksual
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak
hanya terbatas sacara genito-genital saja, tetapi dapat juga sacara
oro-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat
24
penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital
saja,tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital (Djuanda,
2007 ).
Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus
melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada yang dapat juga
ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat , handuk,
termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin ini juga
dapat menularkan penyakitnya ini kepada bayi dalam kandungan.
b. Tanda dan gejala penyakit menular seksual
Menurut Admin 2011 karena bentuk dan letak alat kelamin
laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali,
dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:
1. berupa bintil-bintil berisi cairan
2. lecet atau borok pada penis/alat kelamin
3. luka tidak sakit
4. keras dan berwarna merah pada alat kelamin
5. adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam,
6. rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
7. rasa sakit yang hebat pada saat kencing
8. kencing nanah atau darah yang berbau busuk
9. bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian
berubah menjadi borok
25
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering
kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain:
1) rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
2) rasa nyeri pada perut bagian bawah
3) pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
4) keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal
dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
5) keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal
6) timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
7) bintil-bintil berisi cairan,
8) lecet atau borok pada alat kelamin
c. Cara pencegahan penyakit menular seksual
1) Tidak melakukan hubungan seksual
2) Saling setia bagi pasangan yang sudah menikah
3) Hindari hubungan seksual yang tidak aman atau beresiko
4) Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS
5) Selalu menjaga kebersihan alat kelamin
Pencegahan penyakit menular seksual juga dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Memberikan penyuluhan akan bahayanya penyakit menular
seksual, mereka harus mengerti arti pentingnya pencegahan
penyakit menular seksual.
26
b. Memberitahu bagaimana cara-cara pencugahan penyakit
menular seksual.
c. Memberikan kesadaran akan pentingnya sikap setia.
d. Memberikan kesadaran apa akibat bila berganti-ganti pasangan.
e. Memberikan kesadaran apa akibat bila tidak menjaga kebersihan
organ intim (Admin, 2011).
d. Macam-macam penyakit menular seksual
Beberapa penyakit menular seksual menurut Djuanda 2007
1) Klamidia Trachomatis
2) Gonore
3) Herpes Simpleks
4) Trikomoniasis.
5) Vaginisis Bakterial
6) Sifilis
7) Ulkus Mole
8) HIV dan AIDS
e. Cara pengobatan penyakit menular seksual menurut Djuanda 2007
1. Klamidia Trachomatis
Klamidia Trachomatis merupakan tipe bakterial yang cara
penularannya dengan melakukan hubungan seks vaginal dan
anal.Gejala penyakit Klamidia Trachomatis pada pria biasanya
gejala baru timbul setelah kontak seksual dan umumnya tidak
seberat gonore. Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan tidak
27
enak di uretra, sering kencing dan keluarnya duh tubuh
seropurulen. Pada beberapa keadaan tidak terlihat keluarnya
cairan duh tubuh, sehingga menyulitkan diagnosis. Dalam
keadaan demikian sangat diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Pada wanita, terutama menyerang leher rahim infeksi lebih
sering terjadi di serviks dibandingkan dengan di vagina, kelenjar
bartholin, atau uretra sendiri. Sama seperti gonore, umumnya
wanita tidak menunjukkan gejala. Sebagian kecil dengan
keluhan keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, sering
kencing, nyeri di daerah pelvis, dan disperania. Cara pengobatan
yang paling efektif adalah golongan tetrasiklin dan eritromisin.
Di samping itu dapat juga dengan gabungan sulfa-trimetoprim,
spiramisin, dan kuinolon.Kadang-kadang tanpa pengobatan,
penyakit lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh sendiri
(50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan). Setelah
pengobatan kurang lebih 10% penderita akan mengalami
eksaserbasi/rekurens.
2. Gonore
Merupakan tipe bakterial.Cara penularannya dengan hubungan
seks vaginal, anal dan oral.Gejalanya ditandai dengan masa
tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5
hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena
penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang
28
tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit
ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. Walaupun
beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul,
sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah
terpapar. Gejala-gejala meliputi discharge dari penis, vagina,
atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil. Cara
pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektifitas, harga,
dan sesedikit mungkin efek toksinya. Ternyata pilihan utama
ialah penisilin + probenesid, kecuali didaerah yang tinggi
insidens Neisseria Gonorrhoeae Penghasil Penisilinase
(N.G.P.P). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan
adalah obat dengan dosis tunggal.
3. Herpes Simpleks
Penyakit Herpes simpleks disebabkan oleh Virus Herpes
Simpleks. Cara penularannya dengan hubungan seks vaginal,
oral dan khususnya anal; memakai jarum suntik bergantian;
perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi;
melalui transfusi darah.Gejalanya ditandai dengan Infeksi Virus
Herpes Simpleks ada 3 tingkat. Infeksi VHS primer tipe I di
daerah mulut dan hidung. Tipe II di daerah pinggang ke bawah,
terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes
menigitis dan infeksi neonatus. Pada fase laten penderita tidak
29
ditemukan gejala klinis, tetapi HVS dapat ditemukan dalam
keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. Infeksi rekurens,
infeksi ini barerti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam
keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan
mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme
pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang
tidur, hubungan seksual dan sebagainya), trauma psikis
(gangguan emosional, menstruasi). Cara pengobatannya sampai
saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan
radikal, artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah
episode rekurens secara tuntas. Pada lesi yang dini dapat
digunakan obat topikal berupa salap/krim yang mengandung
preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, viruguent-P) misalnya
acyclovir.
4. Trikomoniasis
Penyakit Trikomoniasis disebabkan oleh Trichomonas
Vaginalis. Cara penularannyaumumnya melalui hubungan
seksual, tetapi juga dapat melalui pakaian, handuk, atau karena
berenang.Gejala-gejala Trikomoniasis pada wanita, yang
diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun
kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen
berwarna kekunung-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak,
dan berbusa. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding
30
vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna
merah dan dikenal sebagai strawberry appearance dan disertai
gejala dispareunia, perdarahan pasca koitus, dan perdarahan
intermenstrual. Trikomoniasis pada lakilaki, yang diserang
terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium,
vesikula seminalis, dan epedidimis. Pada umumnya gambaran
klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita.Cara
pengobatannya dapat diberikan secara topikal atau sistemik.
5. Vaginosis Bakterial
Penyakit Vaginosis Bakterial disebabkan oleh Gardnella
Vaginalis. Cara penularannya dengan melalui hubungan
seksual.Gejala-gejala penyakit Vaginosis Bakterial pada wanita
akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina yang ringan atau
sedang dan berbau tidak enak (amis), yang yang dinyatakan oleh
penderita sebagai satu-saunya gejala yang tidak menyenangkan.
Bau lebih menusuk setelah senggama dan mengakibatkan darah
menstruasi berbau abnormal. Iritasi daerah vagina atau sekitar
vagina (gatal, rasa terbakar) kalau ditemukan lebih ringandari
pada yang disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis atau
C.albicans.Cara pengobatannya pada saat sekarang pengobatan
bervariasi dari yoghurt sampai antimikrobial sistemik.
Metronidazol dengan cara pemberian beberapa macam dosis,
31
ternyata efektif terhadap V.B., meskipun jangka waktu optimum
dan dosis yang tepat masih dicari.
6. Sifilis
Penyakit sifilis merupakan tipeinfeksi yang disebabkan oleh
Tropenema Pallidum. Cara Penularannya dengan melalui
hubungan seksual, anal atau oral.Gejala-gejalapada fase awal,
penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau
“chancres” yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat
juga muncul di bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati
penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat
meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di
seluruh tubuh.Cara pengobatanny dapat diobati dengan
penisilin; namun, kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi
tidak dapat diperbaiki.
7. Ulkus Mole
Penyakit Ulkus Mole merupakan tipeinfeksi yang disebabkan
oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilus ducreyi). Cara
penularannya dengan melalui hubungan seksual.Gejala-gejala
pada penyakit ini pada masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari,
pada umumnya kurang dari 7 hari. Lesi kebanyakan multipel,
jarang soliter, biasanya pada daerah genital, jarang pada daerah
ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudian
32
menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah
menjadi ulkus.Cara pengobatannya dilakukan dengan
pengobatan sistemik dengan obat Sulfonamida, Streptomisin,
Penisilin, Tetrasiklin dan Oksosetrasiklin.
8. HIV dan AIDS
Penyakit HIV dan AIDS merupakan penyakit yang disebabkan
oleh Virus HIV.Cara penularannya terutama melalui darah,
cairan tubuh, dan hubungan seksual.Gejala pada penderita AIDS
dapat ringan sampai berat.
Tingkat klinis 1 : Tanpa gejala sama sekali.
Tingkat klinis 2: Penurunan berat badan, Kelainan mulut dan
kulit yang ringan, misalnya dermatitis
seboroik, prurigo, onikomikosis, ulkus pada
mulut yang berulang dan keilitis. Herpes
zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir.
Infeksi saluran nafas bagian atas berulang,
misalnya sinusitis.
Tingkat klinis 3: Penurunan berat badan lebih dari 10%, Diare
kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui
sebabnya. Demam yang tidak diketahui
sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang
timbul maupun terus menerus. Kandidosis
mulut. Bercak putih berambut dimulut.
33
Teburkolosis paru setahun terakhir. Cara
pengobatan: Beberapa penelitian terakhir
membuktikan bahwa obat-obat anti virus
yaitu indinavir, retrovir dan lamivudin yang
diberikan sebagai kombinasi dapat
meningkatkan CD4 dan menghilanhkan HIV
pada24/26 sampai ditingkat unmaesurable
genes of HIV. Obat-obat yang sedang diteliti
adalah antisente therapy, gene therapy
dengan penghambat HIV yang ditujukan ke
Cd4 dan sel induk (stem cell) (Djuanda,
2007).
34
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Notoatmodjo (2010)
Sumber Pengetahuan
a. Buku
b. Surat Kabar
c. Radio
d. Televisi
Pengetahuan
a. Tahu
b. Memahami
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Syntesis
f. Evaluasi
Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
a. Usia
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Sosial ekonomi
e. Informasi
f. Kebudayaan
g. Pengalaman
Penyakit Menular Seksual
a. Pengertian penyakit
menular seksual.
b. Tanda dan gejala penyakit
menular seksual.
c. Cara pencegahan penyakit
menular seksual.
d. Macam macam penyakit
menular seksual.
e. Cara pengobatan penyakit
menular seksual.
35
C. KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Kerangka konsep
Keterangan ; Yang diteliti
Yang tidak diteliti
Tingkat Pengetahuan Remaja tentang
Penyakit Menular Seksual Siswi Kelas XI di
SMA BATIK 1 SURAKARTA
Baik
Cukup
Kurang
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Sosial ekonomi
5. Informasi
6. Kebudayaan
7. Pengalaman
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2005)
yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan
untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada
situasi sekarang.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi adalah tempat yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan
kegiatan penelitian (Hidayat, 2011). Waktu adalah rencana tentang jadwal
yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian
(Hidayat, 2011). Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA BATIK 1
SURAKARTA dan waktu penelitian pada tanggal 20 Febuari sampai 12 Mei
2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi akan diambil dalam penelitian
37
ini adalah siswa kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA yang
berjumlah 282 siswa yang terbagi menjadi 8 kelas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009).
Sampel akan di ambil dari 8 kelas di SMA BATIK 1 SURAKARTA
dengan jumlah sampel ada 30 siswa. Dasar pengambilan sampel diambil
menurut (Riwidikdo, 2010) dimana sampel pada penelitian mini riset
minimal sampel yang dipakai adalah 30.
3. Tehnik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah systematic random sampling. Menurut Notoatmodjo (2010),
systematic random sampling yaitu membagi jumlah atau anggota populasi
dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Hasil yang diperoleh
adalah interval sampel.
Sampel diambil dengan membuat daftar anggota populasi secara acak
antara 1 sampai dengan 282. Anggota sampel yang terkena sampel
berdasarkan rumus sebagai berikut :
N (jumlah populasi) = 282 siswa
n (sampel) = 30 (sampel yang diinginkan)
I (interval) = N : n
= 282 : 30
= 9,4 9
38
Pada penelitian ini hasil intervalnya adalah 9,4 dan peneliti
membulatkan menjadi 9. Maka anggota populasi yang terkena sampel
adalah setiap siswi yang mempunyai nomor absen dengan kelipatan 9,
yaitu 9, 18, 27, 36 dan seterusnya, sampai mencapai jumlah sampel
sebanyak 30 siswa (Notoatmodjo, 2010).
D. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan remaja putri tentang penyakit menular seksual adalah data primer
yang berupa kuesioner yang diberikan kepada siswa. Kuesioner adalah daftar
pernyataan/pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana
responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda
tertentu (Notoatmodjo, 2005).
Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pernyataan dimana dalam
pernyataan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” atau “salah” dan
responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut.
Pernyataan (+) jika benar bernilai 1, jika salah bernilai 0.
Pernyataan (-) jika benar bernilai 0, jika salah bernilai 1.
39
Untuk memudahkan dalam menyusun instrumen, maka diperlukan kisi-
kisi. Berikut kisi-kisi dari instrumen dalam penelitian ini.
Tabel.3.1.Kisi-kisi Kuesioner
Variabel Indikator No soal Jumlah
(soal)
(+) (-)
Pengetahu
an Remaja
tentang
Penyakit
Menular
Seksual
1. Pengertian
PMS
2. Tanda dan
gejala PMS
3. Cara
pencegahan
PMS
4. Macam-
macam PMS
5. Cara
pengobatan
PMS
1,2
4,5,6,7,8
11,12,13,14,15
16,17,18,19,20,22,23,24,25,27,
28,29
30,31,32,33,34,35
2
5
5
12
6
Jumlah 30
Sumber: Data primer, Maret 2012
Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka kuesioner diujikan
terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabelitas. Uji tersebut akan
dilakukan kepada siswa kelas XI SMA BATIK 1 SURAKARTA. Uji
validitas diujikan kepada responden sebanyak 30 orang.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Untuk
mengetahui validitas item dalam penelitian ini menggunakan uji validitas
dengan rumus korelasi product moment. Instrumen dikatakan valid jika nilai
rhitung > rtabel (Arikunto, 2010).
40
Rumus korelasi product moment adalah:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan cara mencoba
instrumen 1 kali saja, analisa data yang akan digunakan adalah dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown dengan bantuan program komputer
SPSS for Windows.
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 SSS-S
SSS=
Nrxy
41
Rumus Spearman-Brown adalah sebagai berikut:
21
21
21
21
111
2
r
rxr
+=
Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrument
r½½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen.
Dinyatakan reliabel bila nilai r tabel < r kriteria (Arikunto, 2010).
Uji validitas dan uji reliabilitas dilaksanakan pada tanggal 2 sampai
dengan 12 Mei 2012 pada 30 responden. Dari 35 pernyataan setelah
dilakukan uji validitas didapatkan hasil 17 pernyataan memiliki r hitung > r
tabel(5%) ) 0,361, sebanyak 13 pernyataan memiliki r hitung > r tabel(1%) 0,463
dan 5 pernyataan memiliki r hitung < r tabel(5%) 0,361. Maka dapat dikatakan
30 pernyataan valid, artinya sebanyak 30 pernyataan dapat digunakan dalam
pengumpulan data penelitian, sedangkan 5 pernyataan tidak valid antara lain
nomor : 3, 9, 10, 21, 26 dihapus dari daftar pernyataan kuesioner. Untuk uji
reliabilitas didapatkan angka reliabilitas kuesioner adalah 0,926.
42
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari
subyek penelitian atau sampel, meliputi:
a. Data identitas responden
b. Data dari kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan remaja tentang PMS dengan pertanyaan tertutup,
penilaian diberikan dengan skor 0 bila jawaban salah dan skor 1 bila
jawaban benar.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang di dapatkan tidak secara langsung
dari subyek penelitian, dalam penelitian ini jumlah remaja di SMA
BATIK 1 SURAKARTA diperoleh dari Kepala Sekolah.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam
penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja
tentang PMS ( Penyakit Menular Seksual).
43
G. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Skala
ukur
Hasil
Pengetahuan
remaja
tentang
penyakit
menular
seksual
Segala
sesuatu
yang
diketahui
remaja
tentang
pengertian
penyakit
PMS, tanda
dan gejala
PMS, cara
pencegahan
PMS,
macam-
macam
PMS, dan
cara
pengobatan
PMS.
Kuesioner Ordinal a. Baik:
apabila nilai yang
diperoleh : (x) > mean + 1
SD
b. Cukup:
apabila nilai yang
diperoleh : mean – 1 SD ≤
x ≤ mean + 1 SD
c. Kurang:
apabila nilai yang
diperoleh : (x) < mean – 1
SD
Sumber: Data primer, 2012
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ada 4 yaitu:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
44
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-
tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan
data selanjutnya.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
d. Scoring
Selanjutnya menetapkan pemberian skor pada angket/kuesioner pada
penelitian ini dalam penelitian menggunakan pola apabila jawaban
benar diberi nilai 1 dan apabila jawaban salah dinilai 0.
(Arikunto, 2010).
2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel
dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Selanjutnya hasil untuk
mengetahui tingkat pengetahuan remaja, ditunjukkan dengan prosentase
dengan keterangan sebagai berikut:
45
a. Pengetahuan baik, bila nilai yang diperoleh : (x) > mean + 1 SD
b. Pengetahuan cukup, bila nilai yang diperoleh : mean – 1 SD ≤ x ≤
mean + 1 SD
c. Pengetahuan kurang, bila nilai yang diperoleh : (x) < mean – 1 SD
(Riwidikdo, 2009)
I. Etika Penelitian
Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada
responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan penelitian,
serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKES
Kusuma Husada Surakarta, Kepala sekolah SMA BATIK 1 SURAKARTA,
dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin
kerahasiaannya.
Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian yang harus
diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Apabila responden bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut.
46
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
SMA Batik 1 Surakarta berdiri sejak tahun 1982, SMA ini terdiri dari 3
tingkatan yaitu kelas X, XI, dan XII. Kelas X terbagi menjadi 9 kelas, kelas
XI terdiri dari jurusan IA dan IS, dimana jurusan XI IS terbagi menjadi 5
kelas dan jurusan XI IA terbagi menjadi 3 kelas, dan kelas XII terbagi 8 kelas
yaitu 5 kelas jurusan IS dan 3 kelas jurusan IA. SMA BATIK 1
SURAKARTA juga mempunyai fasilitas laboratorium, ruang kesenian,
perpustakaan, ruang komputer dan ruang musik, dan banyak kegiatan
ekstrakulikuler. SMA BATIK 1 SURAKARTA juga menjadi RSBI (Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional). Penelitian ini dilakukan di SMA BATIK 1
SURAKARTA, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta dengan luas wilayah
8820 . Batas wilayah SMA BATIK 1 SURAKARTA antara lain : sebelah
timur berbatasan dengan SMP Muhamadiyah 5 dan SMK Muhamadiyah 4,
sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Slamet Riyadi, sebelah barat berbatasan
dengan SMP BATIK dan sebelah utara berbatasan dengan PGSD.
Jumlah siswa-siswi di SMA BATIK 1 SURAKARTA sebanyak 903
orang, yang terdiri dari 382 laki-laki dan 521 perempuan.
B. Hasil penelitian
1. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini karakteristik responden dibagi menjadi 2, yakni :
48
a. Umur
Berikut ini tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan umur siswi
kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
No. Kategori Umur Jumlah Prosentase (%)
1. 16 tahun 24 80
2. 17 tahun 6 20
Total 30 100
Sumber : Data Primer, Juni 2012
Berdasarkan tabel 4.1. diketahui sebanyak 24 responden (80%) berada
pada kategori umur 16 tahun dan sebanyak 6 responden (20%) pada
kategori umur 17 tahun.
b. Kelas
Kelas responden dibagi menjadi 2 kategori, yakni : XI IS dan XI IA.
Tabel distribusi frekuensi responden berdasarkan kelas sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas
No Kelas Jumlah Prosentase (%)
1. XI IS 15 50
2. XI IA 15 50
Total 30 100
Sumber : Data Primer, Juni 2012
Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa 15 responden (50%) dari
kelas XI IS dan 15 responden (50%) dari kelas XI IA.
c. Analisa data
Setelah dilakukan analisa data terhadap tingkat pengetahuan remaja
tentang penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1
SURAKARTA telah mendapatkan hasil mean 24,90 dan standart
deviasi 2,369
49
Tabel 4.3. Mean dan Standart deviasi
Variabel Mean Standar Deviasi
Pengetahuan remaja
tentang penyakit
menular seksual
24,90 2,369
Sumber : Data Primer, Juni 2012
Berikut ini perhitungan kategori pengetahuan responden :
a. Baik, bila nilai yang diperoleh : (x) > mean + 1 SD
: (x)> 24,90 + 1 x 2,369
: (x) > 27.269
: (x) >27.27
b. Cukup, bila nilai yang diperoleh : mean – 1 SD ≤ x ≤ mean
+ 1 SD
: 24,90 – 1 x 2,369 ≤ x ≤
24,90+2,369
: 22.531≤ x ≤27.269
c. Kurang, bila nilai yang diperoleh : (x) < mean – 1 SD
: (x)< 24,90– 1 x 27,269
: (x)<22.531
: (x) <22.53
Sehingga didapatkan hasil tingkat pengetahuan remaja tentang
penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1
SURAKARTA dalam tabel dibawah ini :
50
Tabel 4.4. tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual siswi
kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA
No Pengetahuan Nominal Prosentase (%)
1. Baik 3 10
2. Cukup 23 77
3. Kurang 4 13
Total 100
Sumber : Data Primer, Juni 2012
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja
tentang penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1
SURAKARTA adalah baik sebesar 3 responden (10%), cukup sebesar 23
responden (77%) dan kurang sebanyak 4 responden (13%).
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 responden
menunjukan hasil tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular
seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA dengan kategori
baik sebanyak 3 responden (10%), kategori cukup sebanyak 23 responden
(77%) dan kategori kurang sebanyak 4 responden (13%). Jadi tingkat
pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA
BATIK 1 SURAKARTA di Jl. Slamet Riyadi 445 Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta adalah cukup.
Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan adalah berbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenai benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan yang cukup pada remaja tentang penyakit menular seksual,
dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi remaja tentang penyakit
51
menular seksual tidak hanya pengetahuan saja, tetapi informasi, pengalaman,
pergaulan di kalangan remaja dan kultur/budaya.
Masa remaja merupakan salah satu periode peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan
psikologik, dan perubahan sosial. Pada tabel 4.1 menunjukkan karakteristik
responden berdasarkan umur. Pada tabel tersebut remaja yang umur 16 tahun
pengetahuan tentang penyakit menular seksual lebih rendah dibandingkan
dengan umur 17 tahun, umur 16 tahun pada remaja tersebut hanya
mengetahui tentang pengertian penyakit menular seksual, jenis-jenis penyakit
menular seksual dan bahaya penyakit menular seksual, berbeda dengan umur
17 tahun yang mana pengetahuannya lebih luas dan mampu mengembangkan
pola pikirnya, semakin bertambahnya umur semakin meningkat pula
pengetahuannya.
Menurut Nursalam dan Pariana (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuanya itu usia, pendidikan, pekerjaan, social ekonomi, informasi dan
pengalaman. Semakin tua usia seseorang tingkat berfikirnya semakin matang.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima
informasi, seseorang yang memiliki pekerjaan akan semakin mudah
mendapatkan informasi dan pengalaman, informasi dan pengalaman, semakin
banyak informasi dan pengalaman maka semakin tinggi pula tingkat
pengetahuannya.
Pengetahuan tentang penyakit menular seksual perlu diketahui oleh remaja
agar remaja mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan
52
penatalaksanaan akibat dari penyakit menular seksual agar terhindar dari
penularan penyakit tersebut.
PMS (Penyakit Menular Seksual) adalah penyakit yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya
terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau
ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak
terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah
ekstra genital (Djuanda, 2007).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahun remaja tentang
penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA
adalah cukup, jadi seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Puji Lestari
(2009), selain pengetahuan ada biaya, keefektifan dan psikologi. Hasil
penelitian oleh Puji Lestari diperoleh dengan pengetahuan baik ada 39 orang
(39,78%), pengetahuan cukup ada 45 orang (48,48%), dan pengetahuan
kurang ada 11 orang (11,82%), dari hasil penelitian tersebut diperoleh
pengetahuan yang cukup tentang pengetahuan pekerja seks komersial tentang
penyakit menular seksual. Hasil penelitian menunjukkan faktor umur,
pengetahuan dan informasi yang mempengaruhi penelitian yang dilakukan
oleh Puji Lestari.
53
D. Keterbatasan
a. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, sehingga penelitian
terbatas pada tingkat pengetahuan saja.
b. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, sehingga responden
hanya bisa menjawab ya atau tidak saja dan jawaban responden belum bisa
untuk mengetahui pengetahuan responden secara mendalam.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dengan judul tingkat pengetahuan remaja tentang
penyakit menular seksual siswi kelas XI di SMA BATIK 1 SURAKARTA
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual pada
tingkat baik sebanyak 3 responden (10%)
2. Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual pada
tingkat cukup sebanyak 23 responden (77%)
3. Tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual pada
tingkat kurang sebanyak 4 responden (13%)
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu adanya upaya untuk
meningkatkan pengetahuan yang lebih baik. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Remaja
Disarankan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit
menular seksual, agar para remaja lebih waspada lagi terhadap
penyakit menular seksual.
55
2. Bagi SMA BATIK 1 SURAKARTA
Disarankan untuk mengadakan penyuluhan tentang penyakit menular
seksual pada remaja agar pengetahuan semakin meningkat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya karya tulis ilmiah ini digunakan sebagai sumber bacaan
atau referensi untuk menaikkan kualitas pendidikan kebidanan
khususnya tentang penyakit menular seksual.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan metode penelitian yang berbeda dan jumlah populasi yang
berbeda sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik.