Post on 18-Jun-2015
description
Tindakan peda telingaMAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran KMB I
oleh
Paian Tua
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2009
1
KMB I
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Anatomi Fisiologi Telinga
A. Anatomi Telinga
Anatomi telinga luar
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks,
pendengaran dan keseimbangan. Secara anatomi telinga terbagi tiga bagian,
yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. (Brunner & Suddarth,
buku ajar Keperawatan Medikal Bedah).
Telinga adalah organ pendengaran saraf yang melayani indera ini adalah
saraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam. (H. Efiaty, dkk. Buku ajar Ilmu
Kesehatan THT).
2
KMB I
Jadi, telinga adalah organ penginderaan yang terdiri dari telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam, yang berfungsi sebagai alat pendengaran
dan dipersarafi oleh saraf cranial VIII atau nervus auditorius.
Anatomi telinga luar dan dalam
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Telinga Luar, terdiri dari:
a. Pinna/ aurikel/ daun telinga
Pinna merupakan gabungan tulang rawan yang diliputi kulit,
melekat pada sisi kepala. Pinna membantu mengumpulkan gelombang
suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.
b. Liang telinga/ Kanalis Akustikus Eksternus (KAE)
Memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada
bagian medial, seringkali ada penyempitan liang telinga pada
perbatasan tulang dan rawan ini. Tepat di KAE adalah sendi
3
KMB I
temporoman-dibular, yang dapat kita rasakan dengan ujung jari pada
KAE ketika membuka dan menutup mulut.
c. Kanalis Auditorius Eksternus
Panjangnya sekitar 2,5 cm, kulit pada kanalis mengandung kelenjar
glandulaseruminosa yang mensekresi substansi seperti lilin yang
disebut juga serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan pada kulit. Kanalis Auditorius Eksternus
akan berakhir pada membran timpani.
2. Telinga Tengah, terdiri dari:
a. Membran timpani/ Gendang telinga, membatasi telinga luar dan tengah.
Merupakan suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya
umbo mengarah ke medial, membran timpani tersusun oleh suatu
lapisan epidermis, lapisan fibrosa, tempat melekatnya tangkai malleus
dan lapisan mukosa dibagian dalamnya.
b. Kavum timpani
Dimana terdapat rongga di dalam tulang temporal dan ditemukan 3
buah tulang pendengaran yang meliputi:
1) Malleus, bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga
2) Inkus, menghubungkan malleus dan stapes
3) Stapes, melekat pada jendela oval dipintu masuk telinga dalam
c. Antrum timpani
Merupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak di bagian bawah
samping dari kavum timpani, antrum timpani dilapisi oleh mukosa yang
merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum tympani, rongga ini
berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebut sellula
mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum di dalam tulang
temporalis.
d. Tuba auditiva eustakhius
Dimana terdapat saluran tulang rawan yang panjangnya kurang lebih
3,7 cm berjalan miring kebawah agak ke depan dilapisi oleh lapisan
mukosa. Tuba Eustakhius adalah saluran kecil yang menghubungkan
4
KMB I
telinga tengah dengan hidung bagian belakang yang memungkinkan
masuknya udara luar ke dalam telinga tengah.
3. Telinga Dalam, terdiri dari:
a. Koklea
b. Kanalis semisirkularis
Telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal,
didalamnya terdapat organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan
(kanalis semisirkularis) dan saraf kranial VII (nervus fasial) dan nervus
VIII (kokleovestibularis).
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama-sama menyusun tulang
labirin, didalam tulang labirin terletak labirin membranosa yang terendam
dalam cairan yang disebut juga perilimfe, yang berhubungan langsung
dengan cairan cerebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe,
terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe di
telinga dalam, banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini
terganggu.
Adanya ketiga kanalis semisirkularis posterior, superior, dan lateral
membentuk sudut 900 satu sama lain dan mengandung organ reseptor yang
berhubungan dengan keseimbangan, organ akhir reseptor ini distimulasi
oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea berbentuk rumah siput yang panjang sekitar 3,5 cm dengan
2,5 lingkaran spiral mengandung organ untuk pendengaran yang
dinamakan organ korti.
5
KMB I
Bagian-bagian Telinga
B. Fisiologi Telinga
Proses mendengarkan diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani
kemudian diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran., perbandingan membrane timpani dan tingkap lonjong.
Energy getar yang telah diamplifikasikan ini diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong. Sehingga paralimfe pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane reisner yang mendorong
endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basalis dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya deflekasi stereosila sel-sel rambut. Sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis, secara
fisiologis telinga dapat mendengar nada antara 20 – 20.000 Hz, untuk
6
KMB I
pendengaran sehari-hari bentuk percakapan yang paling efektif antara 500
– 2000 Hz, Hz adalah singkatan dari herts, yang merupakan istilah
kontemporer dari siklus perdetik sebagai satuan frekuensi. Semakin tinggi
frekuensi maka semakin tinggi pula nadanya. Oleh karena itu, untuk
memeriksa pendengaran digunakan garputala.
Hantaran bunyi ke Telinga
2.2 Irigasi Telinga
A. Pengertian
Benda asing (korpus alienum) adalah benda-benda yang sebelumnya
memang tidak ada didalam telinga dan masuk ke dalam telinga secara
sengaja/tidak sengaja, sehingga menimbulkan gangguan baik dari segi
pendengaran maupun dari segi kenyamanan.
Irigasi telinga adalah mencuci rongga telinga bagian luar dengan
cairan yang dialirkan atau disemprotkan kedalamnya.
Irigasi telinga adalah mengumbah telinga bagian luar dengan cairan
yang disemprotkan ke dalam dan dialirkan keluar.
Irigasi kanal auditori dilakukan untuk menghilangkan serumen atau
benda asing. Larutan irigasi harus steril untuk untuk mencegah transmisi
mikroorganisme pada peristiwa ruptur membran timpani. Larutan harus
7
KMB I
pada suhu ruangan sehingga tidak menyebabkan mual atau vertigo (pusing
berat).
B. Tujuan
Tujuan melakukan irigasi telinga adalah:
Sebagai penatalaksanaan tindakan medis evakuasi benda asing atau
serumen dari telinga dan dan membersihkan rongga telinga dari nanah
dan kotoran telinga.
Liang telinga bersih dari benda asing, seperti: semut atau serangga
lainnya, dan biji-bijian.
Telinga bebas dari kongesti dan rasa sakit.
C. Indikasi
Irigasi telinga dilakukan pada pasien dengan:
Telinga yang tersumbat serumen atau benda asing lainnya (serangga,
kacang-kacangan, mainan kecil, baterai kecil, nanah atau darah yang
mengering).
Otitis media purulenta.
Serangga dalam lubang telinga Kotoran/serumen dalam telinga
D. Kontra Indikasi
Klien dengan menggunakan pipa timpanotomi magnet dari logam
dalam telinganya (Grommet).
Adanya perforasi membrane timpani.
8
KMB I
E. Persiapan Alat
a. Otoskop, cermin dan lampu kepala/head lamp.
b. Minyak mineral, larutan lidokain 2 % atau alcohol dan spuit 20 cc.
c. Handuk, kassa.
d. Handscoen disposible.
e. Kapas lidi.
f. Cairan irigasi dengan temperatur sesuai suhu tubuh sebanyak 500 ml
atau sesuai permintaan dokter.
g. Spuit 20 cc.
h. Perlak dan alasnya.
F. Persiapan Klien
Menjelaskan kepada klien mengenai tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan.
Untuk memudahkan dalam melakukan irigasi telinga, sebaiknya klien
dalam posisi duduk.
9
KMB I
G. Langkah-langkah Kerja (Prosedur Tindakan)
No Langkah Rasional
1
2
3
4
5
6
7
8
Perawat mencuci tangan.
Perawat memekai handscoen.
Berikan klien posisi duduk dengan
badan lurus dan tegak serta agak
condong ke depan, atau boleh pada
posisi terbaring dengan telinga yang
ada benda asing menghadap ke arah
perawat.
Letakkan handuk dibawah telinga
klien dan jika memungkinkan klien
diminta memegang nierbekken.
Jika memungkinkan lakukan
identifikasi visual menggunakan
senter atau otoskop pada telinga yang
bermasalah.
Inspeksi kanalis auditorius terhadap
akumulasi serumen/debris, angkat
dengan aplikator.
Untuk mengeluarkan serangga,
pertama-tama teteskan minyak
mineral, lidokain 2% atau larutan
alcohol kedalam kanalis dan secara
hati-hati dengan menggunakan forcep
keluarkan serangga tersebut.
Luruskan kanalis auditorius untuk
memasukkan larutan.
Pada bayi => tarik aurikula ke
bawah dan ke belakang.
Pada orang dewasa => tarik
Mengurangi penyebaran M.O.
Mengurangi pajanan M.O.
Memudahkan melakukan
tindakan/prasat.
Mencegah membasahi pakaian
dan tempat tidur.
Untuk mengetahui benda
asing yang masuk pada
telinga.
Mengetahui kondisi telinga
terhadap serumen dan
mengurangi trauma.
Membunuh serangga yang
dapat dilakukan sebelim
dilakukan tindakan irigasi.
Untuk memudahkan saat akan
dilakukan tindakan irigasi.
10
KMB I
9
10
11
12
13
aurikula ke atas dan ke belakang.
Dengan ujung spuit tepat di atas
kanalis, irigasi secara perlahan dengan
aliran larutan yang tetap terhadap atap
kanalis.
Lanjutkan irigasi sampai semua debris
terangkat/ semua larutan telah habis.
Keringkan aurikula dan pasang bola
kapas pada meatus auditorius.
Bereskan peralatan dan cuci tangan.
Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan, kaji respon klien setelah
tindakan seperti adakan awitan mual,
pusing.
Sikap Perawat:
- Tidak jijik saat melakukan tindakan.
- Hati-hati dan harus cermat.
- Menjaga privacy klien.
Okulasi kanalis oleh spuit
menyebabkan tekanan diatas
membrane timpani selama
irigasi, larutan mengalir
dengan lancer keluar kanalis
sambil menghilangkan debris.
Membersihkan semua
serumen/debris yang
menghambat pendengaran.
Pengeringan meningkatkan
kenyamanan klien dan dengan
bola kapas dapat menampung
kelebihan drainage.
Mengontrol transfer M.O.
Pencatatan tepat waktu
memberikan keakuratan
dokumentasi dari respon klien
terhadap prosedur.
Sikap perawat yang professional akan mendukung rasa percaya klien terhadap
11
KMB I
tindakan keperawatan yang dilakukan.
H. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tindakan irigasi telinga:
Jangan pernah menyumbat kanal auditori eksternal dengan spuit.
Penyemprotan larutan dengan kuat dapat merusak membran timpani.
Pancaran cairan tidak boleh terlalu deras dan jangan langsung kedalam
liang telinga, harus diarahkan ke dinding telinga atas.
Bila klien mengeluh sakit, mual atau pusing, perasat dihentikan.
Suhu cairan harus tetap hangat.
Bahaya yang dapat terjadi:
Merusak gendang telinga/membran timpani.
Terjadi infeksi mastoid.
12
KMB I
Pemberian Irigasi Telinga
2.3 Memberikan Obat Tetes Telinga
Struktur telinga dalam sangat sensitive terhadap suhu yang eksterm.
Apabila tetes telinga atau cairan tidak diberikan pada suhu rua ngan, dapat
timbul vertigo (pusing berat) dan mual. Walaupun struktur telinga luar tidak
steril adalah bijak untuk menggunakan tetesan dan larutan steril, jika gendang
telinga ruptur. Masuknya larutan tidak steril ke dalam struktur telinga tengah
dapat menyebabkan infeksi. Dengan mendrainase telinga, perawat bersama
dokter dapat mengecek untuk meyakinkan bahwa gendang telinga klien tidak
ruptur. Perawat tidak pernah boleh menyumbat saluran telinga dengan alat
tetes atau spuit irigasi. Memaksa obat masuk ke dalam telinga yang tersumbat
dapat menciptakan tekanan yang menimbulkan cedera pada gendang telinga.
Struktur telinga luar pada anak berbeda dari yang dimiliki orang dewasa.
Ketika memasukkan tetesan atau mengairi telinga, perawat harus meluruskan
saluran telinga. Pada bayi dan anak kecil perawat meluruskan saluran
kartilago telinga dengan memegang daun telinga dan menariknya ke bawah
dan ke belakang dengan lembut. Pada orang dewasa saluran telinga lebih
panjang dan tersusun atas tulang di bawahnya dan diluruskan dengan menarik
daun telinga ke atas dan ke belakang. Apabila saluran telinga tidak diluruskan
13
KMB I
dengan benar, larutan obat tidak akan mencapai bagian dalam struktur telinga
luar.
A. Pengertian
Memberikan obat tetes telinga adalah memberikan obat cair dengan cara
meneteskan ke dalam lubang telinga klien.
B. Tujuan
Memberikan terapi sesuai dengan program pengobatan.
Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai dengan program
pengobatan.
C. Indikasi
Otitis media perforate
Telinga yang tersumbat oleh serumen
Telinga yang kemasukan serangga
Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi pada telinga
D. Kontra Indikasi
Sesudah Operasi (post Op pada bagian telinga)
Bila ada perdarahan pada telinga
E. Persiapan Alat
a. Obat tetes telinga dan alat tetes
b. Daftar obat pesien
c. Korentang steril
14
KMB I
d. Nierbeken
e. Kapas bulat
f. Kapas lidi steril basah
g. Tissue
h. Perlak dan handuk kecil
i. Senter / pen light
F. Persiapan Klien
Periksa identitas klien/tanyakan nama (untuk memastikan prinsip 5B)
Menjelaskan kepada klien mengenai tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan.
Memberikan posisi datar miring ke kiri atau kanan sesuai kebutuhan.
Jaga privacy klien.
G. Langkah-langkah (Prosedur Tindakan)
No Langkah Rasional
1
2
3
Tinjau kembali program obat dari
dokter, meliputi nama klien, nama
obat, konsentrasi obat, waktu
pemberian obat, jumlah tetesan, dan
telinga (kanan atau kiri) yang akan
diberi obat.
Cuci tangan.
Siapkan peralatan dan suplai:
a. Botol obat dan alat tetes
Menjamin pemberian obat yang
aman dan tepat.
Mengurangi penularan M.O.
Digunakan untuk membuang
15
KMB I
4
5
6
7
8
9
b. Kartu, format, atau huruf cetak
nama obat
c. Kapas lidi
d. Tissue
e. Bola kapas (opsional)
f. Handscoen disposible (k/p)
Periksa identitas klien dengan
membaca gelang identitas dan
menanyakan namanya.
Kenakan sarung tangan.
Kaji kondisi struktur telinga luar dan
salurannya.
Jelaskan prosedur kepada klien.
Atur suplai di sisi tempat tidur.
Minta klien mengambil posisi miring
dengan telinga yang akan di obati
berada di atas.
Jika serumen atau drainase
menyumbat bagian paling luar
saluran telinga, seka dengan lembut
serumen atau drainase.
Memastikan klien yang
menerima obat benar.
Mengurangi pajanan M.O.
Memberikan dasar untuk
menentukan apakah timbul
respon lokal terhadap
pengobatan , apakah kondisi
klien membaik atau apakah
telinga perlu dibersihkan dahulu
sebelum obat diberikan.
Mengurangi rasa cemas.
Memastikan prosedur berjalan
lancar.
Memudahkan memasukkan obat
kedalam telinga. Saluran telinga
dalam posisi menerima obat.
Serumen dan drainase menjadi
16
KMB I
10
11
12
13
menggunakan kapas lidi. Jangan
mendorong seruman kedalam untuk
menghambat atau menyumbat
saluran.
Luruskan saluran telinga dengan
menarik daun telinga ke bawah dan
ke belakang (pada anak-anak) atau ke
atas dan keluar (pada dewasa).
Masukkan tetesan obat yang
diresepkan, pegang alat tetes 1 cm di
atas saluran telinga.
Minta klien mengambil posisi miring,
2 sampai 3 menit. Beri pijitan atau
tekanan lembut pada tragus telinga
dengan menggunakan jari tangan.
Kadang-kadang, dokter
menginstruksikan penempatan kapas
ke bagian terluar saluran telinga.
Jangan menekan kapas ke bagian
terdalam saluran.
Lepaskan kapas dalam 15 menit.
tempat berkumpulnya
mikroorganisme dan dapat
menghambat distribusi obat
kedalam saluran telinga. Okulasi
saluran telinga mempengaruhi
konduksi suara yang normal.
Meluruskan saluran telinga
member jalan masuk langsung
ke bagian struktur telinga luar
yang lebih dalam.
Mendorong tetesan ke dalam
saluran yang tersumbat akan
menyebabkan cedera pada
gendang telinga.
Memungkinkan distribusi obat
yang menyeluruh. Tekanan dan
pijatan menggerakkan obat ke
dalam.
Memasukkan kapas ke dalam
saluran luar mencegah obat
17
KMB I
14
15
16
17
18
19
20
Buang suplai dan sarung tangan yang
kotor dan cuci tangan.
Bantu klien mengambil posisi yang
nyaman setelah tetesan diabsorbsi.
Evaluasi kondisi telinga luar diantara
pemasukkan obat.
Catat obat, konsentrasinya, jumlah
tetesan, waktu pemberian, telinga
mana yang akan dimasukkan obat
pada format obat.
Catat kondisi saluran telinga pada
catatan keperawatan.
keluar ketika klien duduk atau
berdiri. Kapas tidak boleh
menyumbat saluran, sehingga
merusak pendengaran.
Meningkatkan distribusi dan
absorbsi obat.
Menjaga kerapihan sisi tempat
tidur. Mengurangi penularan
infeksi.
Mengembalikan rasa nyaman.
Menentukan respon terhadap
obat.
Pencatatan yang tepat pada
waktunya mencegah kesalahan
dalam pemberian obat (mis.
pengulangan pemberian dosis
obat).
Mencatat status klien dan
responnya terhadap terapi.
Sikap Perawat:
- Tidak jijik saat melakukan tindakan. - Hati-hati dan harus cermat. - Menjaga privacy klien.
Sikap perawat yang professional, mendukung rasa percaya klien terhadap tindakan yang dilakukan.
18
KMB I
Pemberian obat tetes telinga
2.4 Alat Bantu Mendengar (ABM)
A. Pengertian
Alat bantu dengar adalah suatu instrument dimana suara, baik suara
maupun suara lingkungan diterima oleh mikrofon, kemudian dikonversi
kembali menjadi sinyal akustik. (Bruner Suddart ed 8 2001: 2006)
Alat bantu dengar adalah sejenis obat yang memperbesar secara
terkendali. (Barbara Kozier.296)
Jadi, alat bantu dengar adalah suatu instrument yang berfungsi
memperbesar secara terkendali dimana suara maupun suara lingkungan
diterima oleh mikrofon, kemudian dikonversi kembali menjadi sinyal
akuistik.
B. Tujuan
a. Mikrofon untuk menangkap suara.
b. Sebuah amplifer untuk meningkatkan volume suara.
19
KMB I
c. Sebuah speaker untuk mengantarkan suara yang volumenya telah
dinaikan alat yang digunakan memungkinkan suara mencapai telinga.
Hearing aids tidak memperbaiki organ pendengaran tetapi hanya
meningkatkan suara. Membuat suara lebih keras tetapi tidak
memproduksi suara dan tidak memperbaiki kemampuan klien dalam
mendiskriminasi kata dan memahami percakapan.
input microphone receiver output
C. Indikasi
Klien yang mengalami kehilangan pendengaran sensorineural.
D. Kontra indikasi
a. Deformitas konginetal
b. Pengeluaran cairan aktif dari dalam telinga
c. Keluhan pusing dan tinnitus
d. Timbunan serumen atau benda asing yang besar dalam kanalis
auditorius eksternus.
e. Nyeri dan tidak nyaman ditelinga.
E. Types Of Hearing Aids
Dibagi menjadi 3 type yaitu
a. ABM dengan hantaran udara
b. ABM dengan hantaran tulang
c. ABM tertanam.
20
KMB I
Volume Control
AMPLIFIER
Battery
Tipe Alat Bantu Mendengar ( Hearing Aid )
a. ABM dengan hantaran udara.
1. ABM yang dipasang di badan.
i.digunakan pada klien tuli dan merupakan ABM yang paling kuat.
ii.alat ini disimpan dalam saku kemeja atau celana dan dihubungkan
dengan sebuah kabel ke alat yang dipasang disaluran telinga.
21
KMB I
iii.alat ini seringkali dipakai oleh bayi dan anak-anak karena
pemakaiannya lebih mudah dan tidak mudah rusak.
2. ABM dipasang dibelakang telinga (BTE =Behind The Ear).
i.digunakan untuk klien dengan gangguan pendengaran sedang
sampai berat sekali (profound).
ii.alat ini dipasang di belakang telinga dan relative tidak terlihat oleh
orang lain.
ABM dipasang dibelakang telinga (BTE)
3. ABM dipasang didalam telinga (ITE= In The Ear).
i. digunakan untuk klien dengan
gangguan pendengaran ringan-berat
ii. alat ini dipasang didalam telinga yang
nampak lebih alami; secara kosmetik lebih menarik karena mudah
disembunyikan.
iii. satu keping sesuai bentuk telinga tanpa
pipa atau kawat, dan miniatur mikrophone diletakkan dalam
telinga.
4. ABM dipasang didalam kanalis (ITC= In The Canalis).
i.digunakan untuk klien dengan gangguan pendengaran
ii.sama dengan yang didalam telinga, lebih tersembunyi dan
beberapa lebih menarik secara kosmetik.
22
KMB I
5. CROS (Contralateral Routing of Signal).
i.alat ini digunakan pada klien yang mengalami gangguan
pendengaran pada salah satu telinganya saja.
ii.mikrophone dipasang pada telinga yang tidak berfungsi dan suara
diarahkan kepada telinga yang berfungsi melalui sebuah transmitter
radio berukuran mini.
iii.dengan alat ini klien dapat mendengar suara dari sisi telinga yang
tidak berfungsi.
6. BICROS (Bilateral CROS).
Jika telinga yang masih berfungsi juga mengalami penurunan fungsi
pendengaran yang ringan, maka suara dari kedua telinga bisa
diperkeras dengan alat ini.
b. ABM dengan hantaran tulang
i. Alat ini digunakan pada klien yang tidak dapat memakai ABM
hantaran udara, misalnya klien yang lahir tanpa saluran telinga atau
klien yang dari telinganya keluar cairan.
ii. Alat ini dipasang di kepala, biasanya dibelakang telinga dengan
bantuan sebuah pita elastis, dimana suara dihantarkan melalui tulang
tengkorak ke dalam telinga dalam.
23
KMB I
c. ABM tertanam
1. Alat Konduksi Tulang
i.digunakan pada klien dengan kehilangan pendengaran konduktif
yang kontraindikasi pemakaian ABM karena infeksi kronik.
ii.Alat ini ditanam dibelakang telinga dibawah kulit tulang tengkorak
dan sebuah alat eksternal dipakai diatas telinga.
2. Implan Koklea
i.ABM dipasang di dalam rumah siput (koklea)
ii.Berfungsi merangsang saraf pendengaran secara langsung dan
menggantikan sebagian fungsi koklea dalam menangkap dan
meneruskan gelombang suara ke otak dan diterjemahkan sebagai
suara.
iii. Indikasi pada anak dengan gangguan tuli saraf berat di kedua
telinga yang tidak memperoleh manfaat dengan memakai ABM dan
digunakan pada orang dewasa yang telah memiliki kemampuan
bahasa sebelumnya (post lingual).
3. Alat Bantu Mendengar Semi Tertanam.
(Saat ini masih dalam penelitian).
F. Prosedur Tindakan Cara Perawatan ABM.
No Langkah Rasional
1. Kaji pengetahuan klien dan
kegiatan pembersihan rutin
perawatan alat bantu
pendengaran
Menentukan pemahaman klien dan
kebutuhan pendidikan kesehatan.
Adaptasikan metode perawatan
denga prosedur klien
2 Tentukan apakah klien dapat
mendengar secara jelas dengan
penggunaan alat bantu dengan
cara bicara dengan jelas dalam
tekanan secara normal.
Ketidakmampuan untuk
mendengar mungkin menunjukan
kegiatan fungsi alat bantu
pendengaran
3. Bantu klien memberi saran Klien menjadi tidak nyaman jika
24
KMB I
setiap tips perawatan
tambahan; jelaskan bahwa
anda akan membersihkan dan
mengganti alat bantu
pendengaran
tidak mampu mendengar dengan
jelas. Minimalkan kebingungan
dan kecemasan.
4. Kaji apakah alat bantu
pendengaran bekerja dengan
memindahkan dari telinga
klien. Tutup kotak baterai dan
putar volume tinggi secara
perlahan. Tutup pada atas
lipatan telinga dengan tangan.
Jika alat bantu tidak
mengeluarkan suara, ganti
baterai dan kaji kembali.
Tentukan kebutuhan untuk baterai
baru. Lengkingan suara yang baik
akan menyebabkan suara
melengking yang kasar.
5. Periksa untuk memastikan
apakah selang penghubung
plastik tidak terlilit atau retak.
Selang yang retak atau terlipat
mencegah transmisi suara.
6. Periksa untuk memastikan
apakah lipatan telinga retak
atau mempunyai pinggir yang
kasar.
Dapat menyebabkan iritasi pada
kanal telinga luar.
7. Periksa adanya akumulasi
serumen sekitar lipatan telinga
dan menyumbat.
Mencegah penerimaan dan
transmisi suara yang jelas.
25
KMB I
8. Persiapkan peralatan dan
bahan-bahan yang digunakan:
a. piala ginjal untuk muntah
b. sabun ringan dan air hangat
c. sikat panjang
d. jarum suntik (tambahan)
e. handuk yang lembut
f. washlap
g. kotak penyimpan
h. sarung tangan disposible.
Dilakukan untuk merendam
lekukan telinga.
Digunakan untuk membersihkan
selang penghubung plastik.
Digunakan untuk membersihkan
pintu pada lekukan telinga.
9. Membersihkan alat bantu
pendengaran.
a. Cuci tangan
b. Atur peralatan di meja
samping tempat tidur atau
daerah washtafel.
c. Lap alat bantu dengan
washlap yang lembut, gunakan
sikat atau ujung jarum suntik
untuk membersihkan lubang
pada alat bantu. Jangan sumbat
lilin ke dalam lubang.
d. Buka pintu baterai dan
biarkan kering di udara.
e. Bersihkan kanal telinga
dengan washlap yang dibasahi
dengan air dan sabun. Bilas
dan keringkan.
Mengurangi transmisi M.O
Prosedur dapat dilakukan tanpa
penundaan.
Meningkatkan masa hidup baterai
dan membuat kelembaban untuk
evaporasi.
Meningkatkan serumen dan
kotoran.
Lilin akan mencegah transmisi
suara normal.
Sabun dapat membentuk residu
yang menyumbat pembukaan
26
KMB I
f. Jika alat bantu akan
disimpan, letakkan di tempat
penyimpanan yang diberi label
nama klien. Jika lebih dari satu
alat bantu catat bagian kanan
atau kiri. Matikan jika tidak
digunakan.
g. Simpan alat bantu
pendengaran dalam tempat
penyimpanan jika klien akan
mandi, berjalan ditengah
hujan, menggunakan
pengering rambut, duduk di
bawah lampu atau panas
matahari, operasi atau prosedur
yang besar, pergi tidur,
diaphoresis.
lekukan.
Tetasan air yang tertinggi pada
selang penghubung dapat masuk
kedalam alat bantu pendengaran
dan merusak bagian-bagiannya.
Angkat kelembaban dan kotoran
yang mengganggu transmisi suara
dan fungsi alat bantu pendengaran.
Praktikan kembali untuk
memeriksa fungsi alat .
10. Memasukan alat bantu
pendengaran:
a. Periksa baterai (lihat
langkah 4) ; ganti baterai jika
diperlukan.
b. Matikan alat bantu dan putar
pengontrol volume ke bawah
c. Pegang alat bantu sehingga
bore-bagian yang panjang
dengan lubang berada di
Diperlukan untuk amplipikasi suara
secara tepat. Selalu ganti baterai di
permukaan yang lembut (misalnya
handuk atau tempat tidur) untuk
menghindari kerusakan.
Melindungi klien dari paparan
suara yang tiba-tiba.
27
KMB I
bawah
d. Pertama-tama masukan bore
ke dalam kanal. Gunakan
tangan yang lain untuk
menarik keatas dan kebelakang
pada telinga luar. Secara
lembut tekan dan putar sampai
lekukan terasa pas.
e. Atur volume bertahap
sampai ketingkat yang nyaman
untuk berbicara dengan klien
dengan suara biasa dengan
jarak 1-1,25 m. Putar control
volume ke arah hidung untuk
meningkatkan volume.
f. Angkat peralatan yang kotor
dari samping tempat tidur.
Buang yang telah digunkan.
Cuci tangan.
Ketepatan posisi memastikan
transmisi suara yang optimal.
Penyesuaian secara bertahap
mencegah pemaparan klien pada
lengkingan yang keras atau suara
balik. Klien seharusnya mendengar
suara perawat secara nyaman.
Mempertahankan kebersihan
lingkungan dan mengurangi resiko
infeksi.
11. Kembali ke klien untuk
mengkaji apakah pendengaran
jelas atau alat bantu
pendengaran untuk
menghasilkan suara baik yang
tidak sesuai.
Jika lekukan telinga tidak aman
pada tempatnya maka alat ini akan
melengking atau tidak berfungsi.
12. Dokumentasi bahwa alat bantu
telah dilepas dan disimpan jika
klien akan menjalani
pembedahan atau prosedur
khusus.
Melindungi terhadap kemungkinan
kehilangan alat bantu dengar.
13. Laporkan kesulitan yang Meningkatkan kontinuitas
28
KMB I
dialami klien dalam
berkomunikasi dan staf
keperawatan.
perawatan teknik komunikasi klien.
14. Catat pada kardex keperawatan
bahwa klien menggunakan alat
bantu dengar.
Memberikan kewaspadaan kepada
petugas akan gangguan
pendengaran.
G. Hal-hal yang harus diperhatikan klien yang menggunakan ABM:
1. Rawat telinga dan saluran telinga termasuk membersihkan dan
mengobati infeksi.
2. Jangan menempatkan benda-benda yang keras ke dalam saluran
telinga
3. Lindungi fungsi pendengaran dengan menghindari penggunaan
volume yang terlalu keras.
4. Evaluasi pendengaran saat terdapat kesulitan saat mendengar.
5. Matikan ABM saat tidak dipergunakan.
6. Sediakan baterai ekstra setiap saat.
7. Bersihkan earmold (cetakan telinga) dengan teratur (setiap hari jika
perlu) dengan menggunakan sabun sabun yang ringan dan air
hangat dengan menggunakan pipa pembersih untuk membersihkan
kanul.
8. Keringkan earmold sebelum menyambungkan kembali pada ABM.
9. Jangan gunakan ABM jika telinga sedang terinfeksi.
2.5 Terapi Wicara
A. Pengertian
Terapi wicara adalah suatu ilmu dan kiat yang mempelajari perilaku
komunikasi normal dan abnormal, yang digunakan untuk memberikan
terapi (proses penyembuhan) pada klien yang meliputi kemampuan
29
KMB I
bahasa, kemampuan bicara, kemampuan suara dan irama/kelancaran
sehingga klien mampu berinteraksi dengan lingkungan secara wajar, tidak
mengalami gangguan psiko-sosial serta mampu meningkatkan hidup
secara optimal. (Bambang Setyono, Sp Th 1996:96).
B. Tujuan
a. Meningkatkan kemampuan klien dalam memantau suara yang
dihasilkan
b. Meningkatkan kesadaran mengenai situasi dimana penyalahgunaan
suara dapat terjadi.
c. Mendidik klien dalam hal anatomi dan fisiologi normal pada
mekanisme vokal.
d. Menghilangkan kebiasaan berbicara salah.
e. Menurunkan penyalahgunaan vokal.
f. Menurunkan ketegangan muskuloskeletal.
C. Jenis kelainan yang memerlukan pelayanan terapi wicaraa. Gangguan artikulasi
Gangguan berkomunikasi yang diakibatkan oleh adanya ketidaktepatan
dalam memproduksi bunyi baik vokal maupun konsonan.
b. Gangguan bahasa
Ketidakmampuan dalam menggunakan simbol-simbol linguistik untuk
berkomunikasi baik secara reseptik dan atau ekspresif.
c. Gangguan suara
Gangguan berkomunikasi yang diakibatkan oleh adanya
ketidakmampuan memproduksi suara secara akurat.
30
KMB I
d. Gangguan irama kelancaran
Gangguan berkomunikasi yang diakibatkan adanya
perpanjangan/pengulangan dalam memproduksi bunyi suara.
e. Gangguan menelan
Ketidakmampuan dalam melakukan gerakan menelan dimana kondisi
ini terbagi dalam 3 fase yaitu oral, faringeal, dan esophageal juga
gangguan mengunyah dan menghisap merupakan salah satu dari
gangguan ini.
D. Bentuk pelayanan terapi wicara
a. Terapi individu
Pelayanan terapi wicara dengan pendekatan secara individu kepada
klien.
b. Terapi kelompok
Pelayanan terapi wicara dengan menggunakan pendekatan secara
kelompok, dengan level komunikasi dan umur hampir sama dalam satu
kelompok.
c. Konsultasi
Memberikan pelayanan terapi wicara yang bersifat promotif dan
preventif kepada lingkungan terdekat klien maupun pihak yang terkait
dengan klien.
d. Pelatihan dan seminar
31
KMB I
Pemberian informasi dan hal-hal yang terkait dengan pelayanan terapi
wicara kepada orang tua, guru sekolah klien, maupun profesi lain yang
membutuhkan pelayanan terapi wicara.
E. Beberapa tehnik yang dapat digunakan untuk mempermudah pendengaran
klien dalam hal wicara
a. Membaca bibir
Membaca bibir termasuk memahami pembicaraan dengan cermat
dengan cara memperhatikan gerakan bibir, ekspresi wajah dan
pergerakan tubuh. Membaca bibir mungkin digunakan juga untuk klien
dengan menggunakan hearing aid, hal yang dibutuhkan dalam membaca
bibir ini adalah adanya kontak mata dan konsentrasi agar lebih mudah
berkomunikasi.
b. Bahasa isyarat
Komunikasi bahasa isyarat menggunakan gerakan tangan, macam-
macam isyarat tangan menunjukkan alphabet, phrase dan kata-kata.
c. Pendekatan lainnya, dengan cara:
i. Yakinkan dan tegaskan bahwa kehadiran anda diketahui.
ii. Hindari mengejutkan klien.
iii. Posisikan diri anda didepan klien sehingga klien mampu membaca
gerakan bibir anda atau dekati klien pada telinga yang tidak
bermasalah atau pada sisi yang menggunakan Hearing Aid.
iv. Optimalkan pencahayaan sehingga klien dapat melihat anda dengan
jelas.
v. Berbicara dengan normal pada klien dan tinggikan volume suara
anda tapi jangan berteriak.
vi. Berbicara dengan jelas, perlahan, dan jangan mengecilkan suara
anda diakhir kalimat.
32
KMB I
vii. Gunakan kalimat yang panjang agar klien mengerti, jika
menggunakan kalimat yang pendek mungkin klien akan sulit
mendengar atau sulit dimengerti olehnya.
viii. Dengarkan saat klien berbicara dan fokus.
ix. Matikan radio, TV, atau mesin-mesin yang mengaburkan
konsentrasi suara.
x. Tampilkan ekspresi wajah, gambar, petunjuk-petunjuk untuk
memudahkan klien.
xi. Ulangi kalimat anda jika perlu, dengan lembut dan tenang untuk
memfasilitasi komunikasi.
Kegiatan Terapi Wicara
33
KMB I
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks,
pendengaran dan keseimbangan. Secara anatomi telinga terbagi tiga bagian,
yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Irigasi telinga adalah
mencuci rongga telinga bagian luar dengan cairan yang dialirkan atau
disemprotkan kedalamnya. Irigasi telinga adalah mengumbah telinga bagian
luar dengan cairan yang disemprotkan ke dalam dan dialirkan keluar.
Memberikan obat tetes telinga adalah memberikan obat cair dengan
cara meneteskan ke dalam lubang telinga klien. Alat bantu dengar adalah
suatu instrument dimana suara, baik suara maupun suara lingkungan diterima
oleh mikrofon, kemudian dikonversi kembali menjadi sinyal akustik. Terapi
wicara adalah suatu ilmu dan kiat yang mempelajari perilaku komunikasi
normal dan abnormal, yang digunakan untuk memberikan terapi (proses
penyembuhan) pada klien yang meliputi kemampuan bahasa, kemampuan
bicara, kemampuan suara dan irama/kelancaran sehingga klien mampu
berinteraksi dengan lingkungan secara wajar, tidak mengalami gangguan
psiko-sosial serta mampu meningkatkan hidup secara optimal.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun
ini, dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan
dalam praktik di Rumah Sakit.
34
KMB I
DAFTAR PUSTAKA
Ari Setyarini, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Pendengaran dan Wicara. Bandung : STIKes St.
Borromeus.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Ed. 4, Cet. 1.
Jakarta : EGC.
RS. PGI Tjikini. 1987. Pedoman Perawatan Ruangan. Jakarta : RS PGI
“Tjikini”.
http://images.google.co.id
http://kesehatan-dan-kecantikan.tokobagus.com
http://medicastore.com/apotek_online/obat_telinga.html
http://profesionalnurse.blogspot.com/2009/01/prosedur-irigasi-telinga.html
35
KMB I
36
KMB I