Post on 21-Oct-2020
TERM OF REFERENCE
(TOR)
SURVEILANCE DAN MONITORING PENYAKIT ENDEMIK DAN
ZOONOTIK HEWAN BESAR
DI BALAI VETERINER LAMPUNG
TAHUN 2020
KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
BALAI VETERINER LAMPUNG
2020
TERM OF REFFERENCE (TOR)
SURVEILANS DAN MONITORING PENYAKIT ENDEMIK DAN ZOONOTIK HEWAN BESAR
TAHUN ANGGARAN 2018
SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit endemis adalah penyakit pada suatu populasi jika infeksi
tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya
pengaruh dari luar. Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik
bila setiap hewan yang terinfeksi penyakit tersebut menularkannya
kepada tepat satu hewan lain (secara rata-rata). Penyakit endemik
sering diartikan sebagai suatu penyakit yang telah ditemukan terjadi
pada suatu daerah.
Septicemia Epizootica adalah penyakit pasteurellosis yang
disebabkan oleh serotype Pasteurella multocida, hewan yang peka
terhadap penyakit ini adalah sapi dan kerbau, SE pernah juga
dilaporkan pada Bison, Kuda , Kambing dan Gajah. Tingkat kejadian
penyakit SE sangat tinggi didaerah Asia dan Afrika terutama pada
saat musim hujan.
B. TUJUAN
Tujuan :
Studi ini bertujuan untuk mengetahui estimasi seroprevalensi SE
BAB II MATERI DAN METODE
A. PENENTUAN LOKASI
Adanya kasus positif Pasteurella Multocida di tahun 2013 menjadikan
upaya pembebasan wilayah Lampung untuk di tunda. Pelaksanaan
surveilans yang dilakukan di tahun ini adalah Risk Based Surveilans
(Surveilans Berbasis Resiko). Daerah yang dinyatakan memilki status
Endemik SE diantaranya Lampung (Tulang Bawang, Tulang Bawang
Barat, Way Kanan, Lampung Selatan, Lampung Timur), Sumatera
Selatan (Ogan Komering Ilir, Musi Banyu Asin, Banyu Asin) dan
Bengkulu (Bengkulu Utara Kec. Putri Hijau, Kaur Kec.Kinal, Bengkulu
Selatan kota manna, Muko-Muko).
Penentuan lokasi surveillans didasarkan pada arah atau tujuan
pelaksanaan kegiatan, dimana untuk kegiatan tahun 2018 tipe
surveillans ini yaitu untuk menentukan angka prevalensi di daerah yang
memiliki resiko yang tinggi terhadap kejadian Septichaemia epizootica
(SE).
Metoda uji
Uji akan dilakukan secara 2 tahap yaitu :
1. Screening test
Seluruh serum yang dikoleksi akan diuji dengan ELISA.
2. Diagnostik test
Sapi yang menunjukkan seropositif dan diikuti dengan gejala klinis
maka akan dilanjutkan dengan uji kultur
B. ANALISA DATA
Data yang akan diolah adalah: data primer, sekunder dan hasil uji
laboratorium. Data akan diolah sesuai kaidah epidemiologi dan
dituangkan dalam bentuk geografis penyakit yang disajikan dalam
bentuk data/ grafik
C. PENGUMPULAN DATA
Data dasar yang harus dikumpulkan adalah data epidemiologi tentang
populasi, data desa dan data kecamatan sebagai unit epidemiologi.
BAB III
RENCANA KEGIATAN
A. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan direncanakan selama satu tahun sejak dari
bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2018 yang diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Surveilans dan Monitoring SE Tahun 2020
J AN P E B MAR AP R ME I J UN J UL AG S S E P OK T NOP DE S
A
1 P enyus unan R encana K erja
2 P embuatran K uis ioner
3 K oordinas i wilayah
4 P enentuan lokas i target
B
1 P engadaan B ahan & Alat
2 P erekaman data primer
3 P engis ian kuis ioner
4 S ampling L ampung
5 S ampling B engkulu
6 S ampling S um -S el
7 S ampling B a - B el
8 Uji L aboratorium
9 Analis a data
C MONE V
1 E valuas i
2 L aporan B ulanan
3 L aporan S emes ter
4 L aporan T ahunan
P E L AK S ANAAN
NO UR AIAN K E G IATANB UL AN
P E R S IAPAN
Q FEVER
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam Query atau Q fever adalah salah satu penyakit zoonosa penting
yang dapat ditularkan melalui pangan. Coxiella burnetii sebagai agen
(ANNYTHA, 2008). Coxiella burnetii sebuah bakteri gram negatif
intraseluler obligat. C. burnetti bersifat sangat kontagius, dalam jumlah
sedikit sudah mampu menyebabkan sakit, mempunyai daya tahan yang
tinggi terhadap alam dalam waktu lama, tahan terhadap beberapa bahan
kimia pembasmi bakteri dan radiasi sinar ultra violet. Yang paling sering
dilaporkan di Perancis selatan dan Australia, demam Q terjadi di seluruh
dunia kecuali di Selandia Baru (Kelley Struble, 2012).
Penularan Q fever terjadi secara langsung dan tidak langsung dari hewan
yang terinfeksi. Penularan Q fever dapat terjadi melalui kontak langsung,
partikel debu, bahan makanan asal hewan, luka yang terkontaminasi,
cairan amnion, plasenta, selaput lender, tinja dan urin dari hewan yang
terinfeksi C. burnetti (Suryatman Wahyudi, 2009).
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari kegiatan Surveilans dan Monitoring Q-Fever di
Balai Veteriner Lampung adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prevalensi Q-Fever pada sapi impor yang memiliki
resiko terhadap penularan Q-Fever;
2. Untuk mengetahui kemungkinan faktor resiko yang berkaitan dengan
Q-Fever;
3. Melakukan analisa epidemiologi terhadap seluruh hasil rekaman
lapangan dan laboratorium.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan Surveilans dan Monitoring Q-Fever di Balai
Veteriner Lampung mencakup perencanaan kegiatan (pembuatan
desain surveilans), pengambilan sampel, pengujian dan analisa data.
BAB II MATERI DAN METODE
PENENTUAN LOKASI
Penghitungan sample size secara deteksi penyakit (Detect Disease);
Populasi yang diambil secara tertarget (targeted population) :
Sapi Brahman Cross umur dewasa (> 2 tahun)
Sapi perah umur dewasa
Sapi yang mengalami abortus
ANALISA DATA
Data yang akan diolah adalah: data primer, sekunder dan hasil uji
laboratorium. Data akan diolah sesuai kaidah epidemiologi dan
dituangkan dalam bentuk geografis penyakit yang disajikan dalam
bentuk data/ grafik
PENGUMPULAN DATA
Data dasar yang harus dikumpulkan adalah data epidemiologi tentang
populasi, data desa dan data kecamatan sebagai unit epidemiologi.
BAB III
RENCANA KEGIATAN
A. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan direncanakan selama satu tahun sejak dari
bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2020 yang diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Surveilans dan Monitoring Q-Fever Tahun 2020
J AN P E B MAR AP R ME I J UN J UL AG S S E P OK T NOP DE S
A
1 P enyus unan R encana K erja
2 P embuatran K uis ioner
3 K oordinas i wilayah
4 P enentuan lokas i target
B
1 P engadaan B ahan & Alat
2 P erekaman data primer
3 P engis ian kuis ioner
4 S ampling L ampung
5 S ampling B engkulu
6 S ampling S um -S el
7 S ampling B a - B el
8 Uji L aboratorium
9 Analis a data
C MONE V
1 E valuas i
2 L aporan B ulanan
3 L aporan S emes ter
4 L aporan T ahunan
P E L AK S ANAAN
NO UR AIAN K E G IATANB UL AN
P E R S IAPAN
PARATUBERCULLOSIS
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Paratubercullosis atau lebih dikenal Johne’s Disease (JD) merupakan
penyakit enteritis granuloma kronik yang terutama menyerang pada
ternak ruminansia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri M.
paratubercullosis (MAP). Gejala klinis penyakit pada ternak ruminansia
besifat enteritis kronis dengan gejala-gejala antara lain : diare,
penurunan berat badan pada kondisi penyakit yang progresif,
penurunan produksi sapi, sehingga sangat merugikan secara ekonomi
(Bannantine et al. 2003, OIE 2008). Estimasi prevalensi
paratubercullosis pada sapi perah di Indonesia berkisar 2 %, hal ini
didasarkan dari hasil penelitian dengan menggunakan uji serologi
(ELISA), kultur dan PCR (Adji, 2008).
Tahap kejadian penyakit dapat dibedakan menjadi 4 yaitu tahap I, II, III
dan IV. Tahap I atau disebut dengan silent infection dan dapat terjadi
pada pedet, sapi dara ataupun sapi dewasa (15 – 25 ekor). Tahap II
(inapparent carrier adults) pada tahapan ini MAP dalam jaringan cukup
tinggi tahap III (clinical disease) gejala klinis berupa penurunan berat
badan, diare dan penurunan produksi susu. Tahap IV merupakan
advanced clinical disease pada kasus ini sudah terjadi diare profus,
kurus, terjadi bottle jaw (Behr and Collins, 2010).
Tempat infeksi dari bakteri MAP adalah usus (illeum-caecum) sehingga
hewan yang terinfeksi akan mengeluarkan bakteri ini melalui feses.
Susu dari induk yang terinfeksi merupakan sumber infeksi yang kedua,
tempat MAP akan semakin banyak disekresikan seiring dengan tingkat
keparahan penyakit.
Pemeriksaan yang dilakuakan di Balai Veteriner Lampung dengan
menggunakan Elisa Antibodi dan PCR sebagai uji konfirmasi dari
pengujian serologis. Menurut peneliti dari Balitvet untuk pemantauan
Paratibi sebaiknya dilakukan beberapa kali dalam setahun pada sapi
yang tinggal lama di daerah tersebut (sapi perah dan sapi bibit). Hal
sama seperti yang telah disampaikan pada tahapan MAP ada 4 tahap.
Di tahun 2013 kita telah melakukan uji serologis di dua waktu yang
berbeda.
Dari hasil pengujian seropositif 3 dan 4 akan dilakukan series test ke
PCR (kerokan lendir rektum) untuk melakukan peneguhan diagnosa.
Dari semua sampel yang dilanjutkan ke PCR semuanya negatif. Hal ini
menggambarkan bahwasanya ternak di regional masih aman terhadap
Paratubercullosis tapi sebaiknya tetap terus dilakukan pemantauan di
lokasi yang memiliki sapi yang lama tinggal seperti sapi perah dan sapi
bibit.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari kegiatan Surveilans dan Monitoring
Paratubercullosis (Johne’s Disease) di Balai Veteriner Lampung
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui prevalensi Johne’s Disease pada sapi yang memiliki
resiko terhadap penularan Johne’s Disease;
2. Untuk mengetahui kemungkinan faktor resiko yang berkaitan
dengan Johne’s Disease;
3. Melakukan analisa epidemiologi terhadap seluruh hasil rekaman
lapangan dan laboratorium.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan Surveilans dan Monitoring Johne’s Disease di
regional lampung mencakup perencanaan kegiatan (pembuatan
desain surveilans), pengambilan sampel, pengujian dan analisa data.
BAB II MATERI DAN METODE
PENENTUAN LOKASI
Penghitungan sample size secara deteksi penyakit (Detect Disease);
A. Populasi yang diambil secara tertarget (targeted population);
Sapi Brahman Cross umur dewasa (> 2 tahun)
Sapi perah umur dewasa
Sapi yang kurus
Sapi yang memiliki gejala diare
B. Selain serum dilakukan pemeriksaan kikisan lendir rectum.
Jika ditemukan positif Elisa (+++) maka akan dilanjutkan secara
series test ke PCR
ANALISA DATA
Data yang akan diolah adalah: data primer, sekunder dan hasil uji
laboratorium. Data akan diolah sesuai kaidah epidemiologi dan
dituangkan dalam bentuk geografis penyakit yang disajikan dalam
bentuk data/ grafik
PENGUMPULAN DATA
Data dasar yang harus dikumpulkan adalah data epidemiologi tentang
populasi, data desa dan data kecamatan sebagai unit epidemiologi.
BAB III
RENCANA KEGIATAN
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan direncanakan selama satu tahun sejak dari
bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2020 yang diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Surveilans dan Monitoring Paratubercullosis Tahun 2020
J AN P E B MAR AP R ME I J UN J UL AG S S E P OK T NOP DE S
A
1 P enyus unan R encana K erja
2 P embuatran K uis ioner
3 K oordinas i wilayah
4 P enentuan lokas i target
B
1 P engadaan B ahan & Alat
2 P erekaman data primer
3 P engis ian kuis ioner
4 S ampling L ampung
5 S ampling B engkulu
6 S ampling S um -S el
7 S ampling B a - B el
8 Uji L aboratorium
9 Analis a data
C MONE V
1 E valuas i
2 L aporan B ulanan
3 L aporan S emes ter
4 L aporan T ahunan
P E L AK S ANAAN
NO UR AIAN K E G IATANB UL AN
P E R S IAPAN
Peta 1. Sebaran lokasi surveilans Penyakit Endemik
Sebaran lokasi Pelaksanaan Surveilans dan Monitoring penyakit Endemik
hewan Besar tahun 2020 adalah :
No. Kota/Kab Target Sampel
1 Lampung Tengah 40
2 TulangBawang 40
3 Way Kanan 40
4 Lampung Selatan 40
5 Lampung Barat 40
6 Lampung Timur 40
7 Metro 40
8 Tanggamus 40
9 Pesawaran 40
10 TulangBawang Barat 40
11 Pringsewu 80
12 Banyuasin 80
13 Musi Banyuasin 80
14 Ogan Komering Ilir (OKI) 80
15 Musi Rawas 80
16 Musi Rawas Utara 80
17 Muara Enim 80
18 Lahat 80
19 Bengkulu Utara 80
20 Bengkulu Selatan 80
21 Kaur 80
22 Seluma 80
23 Bangka Tengah 80
24 Belitung Timur 80
PERSONEL PELAKSANA
Personel yang bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian kegiatan
Perlindungan Hewan terhadap Penyakit Endemis dan Zoonotik di Balai
Veteriner Lampung tahun 2020 diuraikan pada Tabel 3 berikut :
Tabel 3. Data Personel Pelaksana Kegiatan Monitoring dan Surveilans Penyakit Endemis di Balai Veteriner Lampung Tahun 2020
NO
NAMA JABATAN / TUGAS
1 drh. Nasirudin, M.Sc Penanggung Jawab Kegiatan
2 drh. Arie Khoiriyah Koordinator Kegiatan
3 Medik dan Paramedik Balai Veteriner Lampung serta staf/personel yang ditetapkan oleh Kepala Balai
Pelaksana Kegiatan di Lapangan
A. PENDANAAN
Besarnya pembiayaan kegiatan Monitoring dan Surveilans Penyakit
Endemik tahun 2020 di Balai Veteriner Lampung diuraikan sebagai
berikut :
Tabel 4. Rincian Biaya Kegiatan Perlindungan Hewan Terhadap Penyakit Endemik dan Zoonotik Hewan Besar di Regional Lampung Tahun 2020
NO Uraian Kegiatan Kebutuhan
Harga Satuan Harga Total Jumlah
(Rp) (Rp) (Rp)
A Pengadaan Bahan Uji
210.000.000
1 Kit untuk Diagnosa 1 PKT 70.000.000 70.000.000 70.000.000
2 Bahan Kimia Diagnosa 1 PKT 70.000.000 70.000.000 70.000.000
3 Antigen untuk Diagnosa 1 PKT 50.000.000 50.000.000 50.000.000
4 Peralatan Habis Pakai 1 PKT 20.000.000 20.000.000 20.000.000
B Belanja Barang Non Operasional
17.250.000
1 Operasional Petugas Lapangan di Prop. Lampung 30 OH 150.000 4.500.000 4.500.000
2 Operasional Petugas Lapangan di Prop. SumSel 20 OH 150.000 3.000.000 3.000.000
3 Operasional Petugas Lapangan diProp. Bengkulu 12 OH 150.000 1.800.000 1.800.000
4 Operasional Petugas Lapangan di Prop. Babel 6 OH 150.000 900.000 900.000
C Belanja Perjalanan
128.000.000
1 Pengambilan sampel di Kab. Lampung Tengah 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
2 Pengambilan sampel di Kab. Tulangbawang 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
3 Pengambilan sampel di Kab. Way Kanan 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
4 Pengambilan sampel di Kab. Lampung Selatan 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
5 Pengambilan sampel di Kab. Lampung Barat 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
6 Pengambilan sampel di Kab. Lampung Timur 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
7 Pengambilan sampel di Kota Metro 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
8 Pengambilan sampel di Kab. Tanggamus 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
9 Pengambilan sampel di Kab. Pesawaran 2 OP 600.000 1.200.000 1.200.000
10 Pengambilan sampel di Kab. Banyuasin 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
11 Pengambilan sampel di Kab. OKI 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
12 Pengambilan sampel di Kab. Banyuasin 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
13 Pengambilan sampel di Kab. Musirawas 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
14 Pengambilan sampel di Kab. Muara Enim 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
15 Pengambilan sampel di Kab. Lahat 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
16 Pengambilan sampel di Kab. Musi Rawas Utara 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
17 Pengambilan sampel di Kab. Musi Banyuasin 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
18 Pengambilan sampel di Kab. Bengkulu Utara 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
19 Pengambilan sampel di Kab. Bengkulu Selatan 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
20 Pengambilan sampel di Kab. Kepahiang 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
21 Pengambilan sampel di Kab. Kaur 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
22 Pengambilan sampel di Kab. Seluma 2 OP 3.500.000 7.000.000 7.000.000
23 Pengambilan sampel di Kab. Bangka Tengah 2 OP 5.500.000 11.000.000 11.000.000
24 Pengambilan sampel di Kab. Belitung Timur 2 OP 5.500.000 11.000.000 11.000.000
26 Pelaporan 1 Keg 300.000 300.000 300.000
Jumlah
325.250.000
BAB IV INDIKATOR KINERJA
Untuk mengetahui rekaman seluruh kegiatan diperlukan parameter/
indikator kinerja yang meliputi :
1. Septichaemia epizootica
OUTPUT
Ditemukannya angka prevalensi di beberapa lokasi yang terkategori High
Risk
OUTCOME
Dengan surveilans SE ini didapatkan angka prevalensi di daerah endemik
yang berisiko dan konfirmasi atas seropositif yang diikuti gejala klinis.
BENEFIT
Dengan pengujian secara series test yakni yang mengalami seropositif
Elisa, tidak dilakukan vaksinasi dan diikuti dengan gejala klinis akan
dilanjutkan dengan metode kulture untuk mengetahui ada tidaknya bakteri
yang dapat menyebabkan penyakit Septichaemia Epizootica.
IMPACT
1. Dinas dapat melakukan kajian terhadap faktor resiko yang memiliki
OR>1 untuk dihilangkan;
2. Ternak yang telah dilakukan vaksinasi dapat diketahui adanya
kekebalan terhadap agen SE.
2. Q-Fever
OUTPUT
Tergambarkannya angka prevalensi di beberapa lokasi yang terkategori
High Risk
OUTCOME
Dengan surveilans Q-Fever diharapkan mampu memberikan informasi
tentang keberadaan dan penyebaran penyakit Q-Fever di wilayah regional
Lampung
BENEFIT
Dengan pengujian secara series test yakni yang mengalami seropositif
akan dilanjutkan dengan PCR untuk mengetahui ada tidaknya bakteri yang
dapat menyebabkan Q-Fever
IMPACT
Melakukan antisipasi terhadap kejadian Q-Fever berikutnya dengan
memperhatikan sapi yang masuk ke daerah Balai Veteriner Lampung.
3. Paratubercullosis
OUTPUT
Tergambarkannya angka prevalensi di beberapa lokasi yang terkategori
High Risk
OUTCOME
Dengan surveilans Paratibi diharapkan mampu memberikan informasi
tentang keberadaan Johne’s Disease di wilayah regional Lampung
BENEFIT
Dengan pengujian secara series test yakni yang mengalami seropositif
Elisa III dan IV, akan dilanjutkan dengan PCR untuk mengetahui ada
tidaknya bakteri yang dapat menyebabkan Johne’s Disease
IMPACT
Melakukan antisipasi terhadap kejadian Johne’s Disease berikutnya dengan
memperhatikan sapi yang masuk ke daerah Balai Veteriner Lampung.
BAB V
UPAYA PENGENDALIAN INTERNAL
1. Lingkungan Pengendalian
No Sub Unsur Uraian Dokumen
1. Organisasi Penanggung Jawab Kegiatan Ka. Balai Veteriner Lampung
Penanggung Jawab teknis kegiatan bagian INFOVET
SK. Kepala Balai no. 05081/Kpts/OT.210/F5.C/01/2018
Medik dan Paramedik Veteriner sebagai pelaksana
2. Kebijakan Adanya Desain Surveilans yang terbentuk dalam Draft Surveilans.
Kumpulan Draft Surveilans
Permentan 04/OT.140/1/2013 tentang Unit Respon Cepat PHMS
3. Sumber Daya Manusia Mempertimbangkan kompetensi dan jumlah sumber daya manusia yang diperlukan
Adanya perencanaan SDM untuk mencapai tujuan oleh kepegawaian
4. Prosedur Diawali dengan Desain Surveilans
Laporan kegiatan tahun sebelumnya
Pengumpulan data dasar Data statistik populasi hewan
2. Penilaian Resiko
No Titik Kritis Daftar Resiko Penyebab Dampak Penanganan Resiko
1. Data Pendukung Data Riil Populasi Tidak update Target tdk tercapai
Komunikasi Intensif
2. Sampel tidak tercapai
Petugas tidak siap Adanya kegiatan dinas yang berbarengan dengan surveilans
Petugas tidak fokus
Komunikasi lebih intensif dan tidak memaksakan surveilansnya
SDM tidak memadai
Kurangnya kesadaran dalam melakukan sampling yang
Spesimen yang didapat tidak optimal
Melakukan pelatihan berkala dan mengkombinasikan TIM.
baik Peralatan tidak
memadai Tidak lengkap peralatan untuk handling ternak yang sulit
Sampel cenderung Judgement/ Convinient
Melengkapi kebutuhan surveilans
Objek tidak sesuai Tidak akuratnya data
Spesimen tidak sesuai
Perbaiki database
3. Faktor yang berasosiasi terhadap target surveilans
Faktor tidak didapat
Kuisioner tidak lengkap
Tidak dapat mencari penyebab
Penguatan TIM Surveilans
3. Pengendalian
No Sub Unsur Pelaksanaan Keluaran (Output) 1. Koordinasi dengan
Penanggung jawab Laboratorium
Dilakukan sebelum Desain Surveilans dibuat
Rencana Surveilans
2. Koordinasi dengan Tim Epidemiologi
Dilakukan analisa terhadap masukan dari PJ. Laboratorium
Terbentuknya prosedur pelaksanaan Surveilans
4. Informasi dan Komunikasi
No Sub Unsur Jenis dan Sasaran
Waktu Output
1. Informasi yang diidentifikasi
Evaluasi hasil surveilans
6 bulan sekali
Data Peta
2. Komunikasi Dinas dan stake holder terkait
Tentatif Tersampaikannya informasi tentang kejadian penyakit
3. Bentuk dan sarana Infokom
Komputer Website Email Telepon/Fax Leaflet Poster
Tentatif
5. Pemantauan
No Sub Unsur Jenis dan Sasaran Waktu Dokumen Pendukung
1 Pemantauan Berkelanjutan Pemantauan Semester / 6 Laporan perjalanan dan
melalui capaian sampel dan data yang masuk
bulan data sekunder
2 Rencan Tindak Lanjut Tindak lanjut dilakukan oleh pelaksana kegiatan surveilans beserta PJ. Kegiatan
1-2 bulan Penambahan dan Perbaikan data sekunder
Disusun tanggal : Januari 2020
Penyusun :
drh. Arie Khoiriyah NIP. 19820608 200801 2 010
Diperiksa tanggal : Januari 2020
Pemeriksa
Kuasa Pengguna Anggaran
drh. Nasirudin, M.Sc NIP. 19650508 199003 1 001
BAB VI PENUTUP
Demikian TERM OF REFERENCE (TOR) Surveilans Terhadap Penyakit
Endemik i kami buat, untuk dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
pelaksanaan operasional di lapangan pada tahun 2020.
Semoga kegiatan ini dapat terlaksana sesuai TOR yang kami buat.
Bandar Lampung, Januari 2020
Kepala Balai Veteriner Lampung
drh. Nasirudin, M.Sc NIP. 19650508 199003 1 001