Post on 29-Dec-2015
description
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Ester
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH
dengan gugus OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan senyawa
organik yang bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na dan PCl3. Ester
termasuk salah satu turunan asam karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan
suatu asam (karboksilat) dengan alkohol atau phenol. Rumusnya: RCOOR’
dimana R dan R’ adalah gugus organik (Fessenden,1982).
Ester yang terdiri dari asam-asam yang berat molekul rendah dan alkohol
merupakan senyawa-senyawa cair yang tidak berwarna, sedikit larut dalam air
dengan bau semerbak, dan mudah menguap. Ester dari beberapa asam karboksilat
dengan rantai panjang terdapat secara alamiah di dalam lemak, lilin, dan minyak.
Tabel 2.1 Rumus Umum dan Struktur As.Karboksilat dan EsterKelompok Senyawa Gugus Fungsi Rumus Umum
Asam Karboksilat -COOH R-COOHEster -COO- R-COOR’
2.2 Sifat-sifat Ester
2.2.1 Sifat-sifat fisika ester
1. Senyawa cair yang tidak berwarna
2. Sedikit larut dalam air
3. Bau semerbak
4. Mudah menguap
Gambar 2.1 Rumus Umum Ester (Fessenden,1982)
2.2.2 Sifat kimia ester
1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-
buahan
2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air
3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alkohol
pembentuknya
4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral
5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis
Contoh :
R–COOR’ + H2O R –COOH + R’ –OH
Ester As.Alkanoat Alkohol
Gambar 2.2 Hidrolisis Ester (Fessenden,1982)6. Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan
dihasilkan dua buah senyawa alkohol
Contoh :
R–COOR’ + 2H2 R –CH2 –OH + R’ –OH
Ester Alkohol Alkohol
Gambar 2.3 Reduksi Ester (Fessenden,1982)7. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk
garam sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi
safonifikasi/penyabunan.
8. Hidrolisis Ester dapat terhidolisis dengan pengaruh asam membentuk
alkohol dan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis merupakan kebalikan dan
pengesteran. Hidrolisis lemak atau minyak menghasilkan gliserol dan
asam-asam lemak. Contoh hidrolisis gliseril tristearat menghasilkan
gliserol dan asam stearat.
Penamaan ester hampir menyerupai dengan penamaan basa. walaupun
tidak benar-benar mempunyai kation dan anion, namun memiliki kemiripan dalam
sifat lebih elektropositif dan keelektronegatifan. Suatu ester dapat dibuat sebagai
produk dari suatu reaksi pemadatan pada suatu asam (pada umumnya suatu asam
organik) dan suatu alkohol atau campuran zat asam karbol,walaupun ada cara-cara
lain untuk membentuk ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di mana
dua molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam
hal ini dua gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air (Clark,
2007).
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap
alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan
anhidrarida asam atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi langsung adalah
konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan
menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil
reaksi (Anshory, 2003).
Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Stark atau penggunaan
saringan molekul. Untuk mendapatkan ester yang tinggi dari reaksi
kesetimbangan tersebut, reaksi harus diusahakan bergeser ke kanan dengan cara
memberikan asam karboksilat atau alkohol berlebih, atau memisahkan antara ester
yang terjadi dari hasil sampan reaksi. Penambahan dan pengurangan volume atau
jumlah dan konsentrasi dapat mempengaruhi reaksi adalah sebagai berikut:
a. Jika konsentrasinya dikurangi maka reaksi akan bergeser ke arah zat
tersebut. Berarti jika konsentrasi etanol dikurangi maka produknya akan
berkurang dan kestimbangan bergeser ke kiri.
b. Jika konsentrasinya ditambah maka reaksi bergeser dari arah zat tersebut.
Berarti jika konsentrasi asam asetat ditambah, maka produk akan
bertambah karna bergeser ke kanan.
c. Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan bergeser ke arah kiri yaitu arah
reaksi yang endoterm (+) dan produk akan berkurang. Jika suhu
diturunkan (kalor dikurangi), maka reaksi akan bergeser ke arah kanan
yaitu arah reaksi yang eksoterm (-).
2.3 Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+ . asam
belerang sering digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester
berasal dari essig-ather jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka
ester atau asam cuka etil (Anshory, 2003).
Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol
dan suatu asam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan
kemudian alkanoat (bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara
metanol dan asam butir menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3 seperti
halnya air. Yang paling sederhana adalah H-COO-CH3,metil metanoat. Karena
ester dari asam yang lebih tinggi, alkana menyebut dengan -oat pada akhiran.
Secara umum Ester dari asam berbau harum meliputi benzoat seperti metil
benzoat. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 1982).
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam
karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi.
Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan
eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud seperti reaksi singkat
berikut:
Gambar 2.4 Reaksi Pembentukan Etil Asetat (Clark, 2007)
Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi adalah waktu
reaksi, pengadukan, katalisator,dan suhu reaksi. Proses esterifikasi dalam industri
dapat dilakukan secara kontinyu maupun batch. Pemilihan kedua macam proses
tersebut tergantung pada kapasitas produksinya. Untuk kapasitas produksi yang
relatif kecil sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch. Sedangkan
proses esterifikasi kontinyu dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar.
1. Proses Batch Produksi Etil Asetat
Proses produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah
dengan memanaskan 30 bagian asam asetat 80%, 30 bagian etanol 95%
dan 1 bagian asam sulfat dalam sebuah tangki silinder. Pemanasan
dengan menggunakan steam yang dialirkan ke kolom fraksinasi. Suhu
atas kolom fraksinasi dijaga 70oC agar dapat diperoleh komposisi
ternary azeotrop, yaitu 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap hasil
puncak dikondensasi, sebagian lagi direfluk, sebagian diambil sebagai
produk.
2. Proses Kontinyu Produksi etil asetat
Proses produksi etil asetat secara kontiyu untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Asam asetat, etanol dan katalis asam sulfat
direaksikan pada reaktor yang dilengkapi dengan pengaduk.
Selanjutnya produk reaktor dipisahkan pada menara distilasi untuk
memperoleh produk dengan kemurnian tinggi.
2.3.1 Cara-Cara Lain untuk Membuat Ester
1). Pembuatan Ester dari Alkohol dan Asil Klorida (Klorida Asam)
Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol , maka
reaksi yang terjadi cukup proresif pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester
dan awan-awan dari asap hydrogen yang asam dan beruap.Sebagai contoh, jika
kita menambahkan etanol klorida kedalam etanol,maka akan terbentuk banyak
hydrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat (Clark, 2007).
CH3COCl + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + HCl
2). Pembuatan Ester dari Alkohol dan Anhidrada Asam
Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding
reaksi -reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang
terbentuk perlu dipanaskan. Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan
anhidrida etanoat sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah
alkohol. Reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar(atau lebih capat dari
pemanasan). Tidak ada perubahan yang bias diamati pada cairan yang berwarna,
tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk (Clark, 2007).
(H3CO)2O+CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + CH3COOH
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara
merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam.
Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam
Lewis seperti skandium (III) triflat (Arkivoc, 2006).
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap
alkohol , seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan
anhidrarida asam atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi langsung adalah
konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan
menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil
reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Stark atau penggunaan
saringan molekul (Arkivoc, 2006).
Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah.
1. Transfer proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonol, sehingga
meningkatkan elektrofilisitas dari aatom karbon karbonil
2. Atom karbon karbonil kemudian diserang atom oksigen dari alkohol,
yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium.
3. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol,
menghasilkan kompleks teraktivasi.
4. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti pelepasan
molekul air menghasilkan ester
2.4 Reaksi-Reaksi Ester (Hidrolisis Ester-Ester Sederhana)
2.4.1 Pengertian Hidrolisis
Secara teknis, hidrolisis adalah sebuah reaksi dengan air. Reaksi
inilah yang sebenarnya terjadi ketika ester dihirolisis dengan air atau
dengan asam encer seperti asam hidroklorat encer. Hidrolisis ester dengan
basa melibatkan reaksi dengan ion-ion hidroksida, tetapi hasil
keseluruhannya sangat mirip sehingga dikategorikan dalam hidrolisis
dengan air atau asam encer (Clark, 2007).
2.4.2 Hidrolisis Menggunakan Air Atau Asam Encer
Reaksi dengan air murni sangat lambat sehingga tidak pernah digunakan.
Reaksi ini dikatalisis oleh asam encer, sehingga ester dipanaskan di bawah
refluks dengan sebuah asam encer seperti asam hidroklorat encer atau
asam sulfat encer.
Berikut dua contoh sederhana dari hidrolisis menggunakan sebuah katalis
asam:
a) Hidrolisis Etil Etanoat
CH3COOCH2CH3+H2O CH3COOH + CH3CH2OH
b) Hidrolisis Metil Propanoat
CH3CH2COOCH3+H2O CH3CH2COOH +CH3OH
Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel).
Untuk melangsungkan hidrolisis sesempurna mungkin, harus digunakan
air yang berlebih. Air diperoleh dari asam encer, sehingga ester perlu
dicampur dengan asam encer yang berlebih (Clark, 2007).
2.4.3. Hidrolisis menggunakan Basa Encer
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester.
Ester dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti
larutan natrium hidroksida.
H+(aq)
H+(aq)
Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan
asam encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan
produknya lebih mudah dipisahkan.
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas, tapi
menggunakan larutan natrium hdroksida bukan sebuah asam encer:
Pertama, hidrolisis etil etanoat menggunakan larutan natrium
hidroksida:
CH3COOCH2CH3 + NaOH CH3COONa + CH3CH2OH
etil etanoat natrium etanoat etanol
dan selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan cara yang sama:
CH3CH2COOCH3 + NaOH CH3CH2COONa + CH3OH
metil propanoat natrium propanat metanol
Perhatikan bahwa terbentuk garam natrium bukan asam karboksilat
sendiri. Campuran ini relatif mudah dipisahkan. Jika digunakan dan
selanjutnya hidrolisis metil propanoat dengan larutan natrium hidroksida
yang berlebih, tidak akan ada ester yang tersisa. Alkohol yang terbentuk
bisa dipisahkan dengan distilasi. Pemisahan ini cukup mudah. Jika anda
menginginkan terbentuk asam bukan garamnya, anda harus menambahkan
asam kuat yang berlebih seperti asam hidroklorat encer atau asam sulfat
encer ke dalam larutan yang tersisa setelah distilasi pertama.
Jika anda melakukan ini, campuran akan dibanjiri dengan ion-ion
hidrogen. Ion-ion hidrogen ini ditangkap oleh ion-ion etanoat (atau ion
paropanoat atau ion apapun) yang terdapat dalam garam membentuk asam
etanoat (atau asam propanoat, dan lain-lain). Karena asam-asam ini adalah
asam lemah, maka ketika bergabung dengan ion hidrogen, cenderung tetap
bergabung. Sekarang asam karboksilat bisa dipisahkan dengan distilasi
(Clark, 2007).
2.4.4. Hidrolisis ester-ester kompleks untuk membuat sabun
Pembahasan ini berkaitan dengan hidrolisis basa (dengan menggunakan
larutan natrium hidroksida) ester-ester besar yang ditemukan dalam lemak
dan minyak hewani dan nabati.
Jika ester-ester besar yang terdapat dalam lemak dan minyak hewani dan
nabati dipanaskan dengan larutan natrium hdiroksida pekat, reaksi yang
terjadi persis sama dengan reaksi pada ester-ester sederhana.
Terbentuk asam karboksilat, garam natrium dari sebuah asam besar seperti
asam oktadekanoat (asam stearat). Garam-garam ini merupakan komponen
sabun yang penting, yaitu komponen yang melakukan pembersihan.
Juga terbentuk alkohol - kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan-1,2,3-
triol (gliserol). Karena hubungannya dengan pembuatan sabun, hidrolisis
ester dengan basa terkadang disebut sebagai saponifikasi (Clark, 2007).
2.4.5. Reaksi ester dengan pereaksi Grinard
Ester bereaksi dengan dua ekuivalen pereaksi grinard menghasilkan
alkohol tersier. Reaksi berlangsung melalui serangan nukleofil pada gugus
karbonil ester. Hasil awalnya, keton, bereaksi lebih lanjut menghasilkan
alkohol tersier.
Metode ini digunakan dalam pembuatan alcohol tersier damana
paling sedikit dua dari 3 gugus alkil yang melekat pada atom karbon
adalah identik (Clark, 2007).
2.4.6 Reduksi Ester
Ester dapat direduksi dengan litium hidrida menjadi alcohol
O
LiAlH4
R C OR’ RCH2OH + R‘OH
(ester) (alkohol primer)
2.5 Etil Asetat
Etil Asetat adalah
senyawa organik dengan rumus :
CH3COOCH2CH3. Senyawa ini
merupakan ester dari etanol dan
asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Senyawa
ini sering disingkat EtOAc,
dengan Et mewakili gugus etil
dan OAc mewakili asetat. Etil
asetat diproduksi dalam skala
besar sebagai pelarut.
Etil asetat merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus
molekul CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak
kegunaan serta pasar yang cukup luas seperti pengaroma buah dan pemberi rasa
seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum,digunakan pada
industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair dalam industri
kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan
sebagainya (Harold, 1983)
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan
etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat.
Reaksinya :
Etanol + Asam Asetat Etil Asetat + Air
C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O
Etil asetat
Informasi
Nama sistematis
Etil etanoatEtil asetat
Nama alternatif
Etil esterEster asetatEster etanol
Rumus molekul
C4H8O2
Massa molar 88.12 g/mol
Densitas dan fase
0.897 g/cm³, cairan pada 30C
Titik lebur −83.6 °C (189.55 K)
Titik didih 77.1 °C (350.25 K)
Penampilan Cairan tak berwarna
H2SO4
Katalis
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu
kesetimbangan kimia. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa
menghasilkan asam asetat dan ethanol kembali. Katalis asam sulfat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu
esterifikasi Fischer.
Etil asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak beracun dan tidak terhigrokopis.
2. Merupakan pelarut polar menengah yang volatil
(mudah menguap).
3. Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar
4. Merupakan penerima ikatan hidrogen yang lemah dan
bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton
yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom
elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen.
5. kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.
Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang
mengandung basa atau asam (keenan, 1980)
2.5.1 Pembuatan Etil Asetat
Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Esterifikasi fischer: merefluks asam dengan alkohol yang berlebihan
dalam suasana asam.
2. Mereaksikan garam perak karboksilat dengan alkil halide.
Reaksi asam dengan sintesis Williamson dari ester berlangsung
melalui pertukaran atom unsur dua molekul yang meliputi pelepasan
OAg dan reaksi itu pada wujudnya tidak dihalangi oleh adanya gugus
alkil yang bercabang. Kelemahan cara ini adalah panjangnya prosedur
dan mahalnya biaya.
3. Mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam alkanoat.
4. Mereaksikan halogen asam alkanoat dengan alkohol.
Mekanisme pembentukan etil asetat yaitu:
Gambar 2.5 Mekanisme Pembentukan Etil Asetat (Clark,2007).
2.6 Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi
dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan
alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-
alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol
adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya
paling tinggi (sehingga reaksidisebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia
ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids
Metil Ester (FAME)). Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Reaksi Transesterifikasi (Clark,2007).
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya.Tanpa adanya
katalis,konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan
lambat.Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis
basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Produk yang diinginkan dari
reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam lemak. Terdapat beberapa
cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu:
a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
b. Memisahkan gliserol
c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi
eksoterm).
2.6.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi
Pada intinya, tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu
menginginkan agar didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum.
Beberapa kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel
melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam
lemak bebas lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan
digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis,sehingga
jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan
udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3
moluntuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol
gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat
menghasilkankonversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944). Secara umum
ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka
konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1,
setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah
74-89%.Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan
konversiyang maksimum.
c. Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1,metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.
d. Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam.Katalis basa yang paling populer untuk reaksi
transesterifikasi adalah natrium hidroksida(NaOH), kalium hidroksida(KOH),
natrium metoksida (NaOCH3),dan kalium metoksida(KOCH3).
Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida).
Reaksi transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan
jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi
adalah 0,5%-b minyak nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati
untuk natrium hidroksida.
DAFTAR PUSTAKA
Alipart, 2011, Pembuatan etil asetat.
http://alipart.blogspot.com/2011/03/pembuatan-etil-asetat.html (27
Oktober 2012).
Anonim, 2009, http://www.chem-is-try.org/materi kimia / sifat senyawa
organik/alkohol/reaksi pengesteran (27 Oktober 2012).
Clark J, 2007, http://www.chemistry.org/pembuatanester.pdf (27 Oktober
2012).
Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden, 1989, Kimia Organik Edisi 3,
Erlangga, Jakarta.
Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden, 1982, Kimia Organik, Erlangga,
Jakarta.
Hart , Harold (alih bahasa oleh Dr. Suminar Acmadi Ph.D), 1983, “Kimia
Organik, Suatu kuliah singkat”, edisi keenam, Erlangga, Jakarta.
Irdoni, HS & Nirwana, HZ, 2012, Modul Praktikum Kimia Organik,
Laboratorium Teknologi Bahan Alam & Mineral Teknik Universitas
Riau, Pekanbaru
Keenan, C.W, Kleinfelter D,W dan Wood, J.H, 1980, General College
Chemistry, Harper and Row Publishers, New York:
Suparno, 2006, Ester dari asam lemak, Penerbit USU, Medan.
Anshory, H. Irfan.2003, Acuan Pelajaran Kimia, Erlangga, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Esterifikasi_Fischer