Post on 12-Jan-2016
description
RMK KOMPENSASI EKSEKUTIF
DAN MANAJEMEN LABA
Disusun Oleh :
I Made Adi Gunawan 12F014011
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
2015
A. GAME THEORY
Game Theory berusaha untuk membuat model dan memprediksi hasil dari
konflik antar individu-individu yang rasional. Model dari Game Theory ini
diperlukan untuk dapat memahami secara tepat perhatian manajemen terhadap
pelaporan keuangan. Game Theory melibatkan interaksi dua atau lebih pemain
dimana diasumsikan bahwa setiap pemain akan berusaha untuk memaksimalkan
tingkat utilitas yang diharapkannya.
Pada game theory, selain melibatkan pertimbangan alamiah dari keadaan yang
biasanya random terjadi, para pemain juga mempertimbangkan tindakan yang
dilakukan oleh pemain lainnya. Karena sulit diprediksi, Game Theory menjadi
lebih kompleks dibandingkan dengan teori keputusan dan teori investasi.
Terdapat dua jenis Game Theory yaitu Non-Cooperative Game dan
Cooperative Game.
B. A NON – COOPERATIVE GAME MODEL OF MANAGER –
INVESTOR CONFLICT
Dalam Non-Cooperative Game, para pemain bertindak secara individu dan
tidak melakukan perjanjian yang saling mengikat untuk memaksimalkan utilitas
yang mereka harapkan. Contoh dari kondisi yang dihasilkan dalam game ini
adalah industri dalam pasar oligopoli.
Konflik antara constituencies (kelompok user laporan keuangan) dapat di
modelkan dalam sebuah permainan,ketika keputusan dari masing – masing
constituencies tidak dapat disatukan.
Investor menginginkan informasi yang relevan dan reliable dalam laporan
keuangan untul membantu menilai resiko dan expected value dari
investasinya sedangkan manajer tidak ingin mengungkan semua informasi yang
di inginkan investor.manager lebih suka tidak mengungkapkan kebijakan
akuntansi.selain untuk manajer juga takut jika terlaly banyakinformasi
yang dikeluarkan akan menguntungkan kompetitornya.
Situasi seperti ini dimodelkan dalam non – cooperative game, karena
sulit untuk mencapai agreement antara manajer dan investor mengenai
informasi spesifik seperti apa yang harus disediakan. Agreement yang akan
di capai akan membutuhkan banyak biaya karena keputusannya harus
dinegosiasikan pada semua user yang memiliki kebutuhan yang
berbeda terhadap informasi dalam laporan keuangan
Situasi mayoritas professional accounting standard setting bodies
menggunakan pendekatan decision usefulness yang diturunkan dari teorinya
nya. manajer akan menggunakan kebijakan akuntansi yang disarankan standar
stater (menggambarkan kepentingan investor ) dan full disclosure . Dalam
asumsi positive accounting theory ,manajer adalah invidu rasional yang memicu
timbulnya tindakan opportunistic terlihat jelas bahawa manajemen memiliki
kepentingan sendiri untuk memilih kebijakan akuntansi.sehingga juga dapat
diasumsikan bahwa laporan keuangan disajikan dengan full disclosure dan
tidak dapat diasumsikan bahwa kebijakan akuntansi dipilih berdasarkan
kegunaannya terhadap shareholder dan investor.
Dari konflik yang terjadi, terlihat bahwa masalah pemilihan kebijakan
akuntansi tergantung dari hasil yang dihasilkan.sehingga dewan accounting
sebainya berfokus pada adanya hasil bagi kedua pihak ketika peraturan atau
standar
C. SOME MODELS OF COOPERATIVE GAME THEORY
Jika sebelumnya di Non-Cooperative Game terjadi beragam konflik antar
pemain, banyak wilayah lain di akuntansi yang justru mencerminkan tipe
cooperative game. Dalam Cooperative Game, beberapa pemain melakukan
perjanjian yang saling mengikat untuk memaksimalkan utilitas yang mereka
harapkan. Contoh dari kondisi yang dihasilkan dalam game ini adalah Kartel
dimana setiap anggotanya didorong untuk saling mendukung dalam memperoleh
laba jangka pendek yang tinggi. Perjanjian ini bisa digambarkan dalam bentuk
kontrak.
Ada dua tipe kontrak utama yang memiliki implikasi terhadap teori akuntansi
keuangan yaitu kontrak karyawan dan kontrak hutang.
1. TEORI AGENSI: Kontrak Karyawan
Agency Theory merupakan cabang dari Game Theory yang mempelajari
desain kontrak-kontrak untuk memotivasi agen yang rasional untuk bertindak
sesuai kepentingan pemilik pada kondisi kepentingan agen bertentangan
dengan kepentingan pemilik. Disini terjadi konflik dalam kontrak karyawan
yang merupakan perjanjian mengikat antara pemilik perusahaan dengan
manajer atasnya.
Secara normal, pihak pemilik menginginkan tingkat pengembalian yang
tinggi atas investasi yang dilakukan yang berarti memaksimalkan tingkat
utilitas mereka. Disisi lain manajer sebagai agen juga memiliki tujuan
memaksimalkan utilitas mereka melalui imbalan atau upah yang didapat.
Usaha yang dilakukan manajer untuk memenuhi keinginan pemilik
tergantung pada imbalan yang mereka terima. Manajer di satu sisi dapat
bekerja lebih keras untuk memperoleh imbalan yang maksimal, namun di sisi
lain manajer dapat bekerja seadanya dengan tetap memperoleh imbalan yang
pantas. Alasan manajer bekerja seadanya adalah adanya faktor eksternal
berupa kondisi ekonomi yang baik sehingga mendorong kinerja mereka
menjadi terlihat bagus. Pada kondisi ekonomi yang buruk, kinerja manajer
juga tidak dapat menjadi sasaran kesalahan yang utama.
Untuk mengatasi kondisi di atas maka diperlukan suatu desain kontrak
yang dapat mengendalikan moral hazard manajer. Beberapa solusi yang dapat
dipilih oleh pemilik antara lain:
a. Mengangkat manajer dan membiarkan manajer berkinerja seadanya. Pada
kondisi ini utilitas pemilik tidak akan maksimal sehingga perlu untuk
lebih memperhatikan opsi lainnya.
b. Melakukan pengawasan secara langsung. Jika pemilik dapat secara
ekonomis mengawasi kinerja manajernya maka permasalahan di atas dapat
diatasi. Pemilik juga memiliki pilihan untuk dapat merubah jumlah
imbalan dalam kontrak jika manajer gagal memenuhi kinerja yang
maksimal. Hal ini tentu saja mendorong manajer untuk berkinerja secara
maksimal. Pilihan ini disebut sebagai terbaik pertama.
c. Melakukan pengawasan secara tidak langsung. Terkadang tidak mudah
dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja manajer oleh pemilik.
Pada kondisi ini pemilik membiarkan manajer berkinerja seadanya. Akan
tetapi pemilik memiliki pilihan untuk dapat merubah jumlah imbalan
dalam kontrak sebagai ganti rugi atas utilitas yang tidak maksimal. Hal ini
juga pada akhirnya mendorong manajer untuk berkinerja secara maksimal.
d. Pilihan selanjutnya adalah pemilik dapat menyewakan perusahaan kepada
manajer. Pada poin ini, pemilik menyerahkan segala urusan kepada
manajer dan cenderung puas menerima imbalan pasti berupa pendapatan
sewa dengan mengorbankan utilitas yang diharapkan oleh pemilik.
e. Memberikan manajer bagian atas laba. Pilihan ini dianggap sebagai
alternatif paling efisien jika kontrak terbaik pertama tidak dapat
diterapkan. Disini pemilik akan memberikan bagian atas kinerja
perusahaan kepada manajer. Kendala yang muncul adalah kinerja manajer
baru dapat diamati pada periode selanjutnya. Padahal kompensasi atas
manajer dilakukan pada akhir periode berjalan. Solusi atas kendala ini
adalah menentukan dasar kompensasi pada ukuran kinerja yang sesuai
misalnya pendapatan bersih.
2. TEOARI AGENSI: Kontrak Hutang
Merupakan perjanjian mengikat yang dilakukan antara manajer perusahaan
dengan pemegang obligasi. Masalah moral hazard yang lain adalah kontrak
antara kreditor (bondholder) dan perusahaan (manager perusahaan), di
mana bondholder sebagai principal dan manager sebagai agent. Manager
dapat bertindak berlawanan dengan kepentingan kreditor.
Kreditor yang rasional akan mengantisipasi tindakan tersebut, yaitu
dengan meningkatkan tingkat bunga untuk pinjaman yang diberikan pada
perusahaan. Akibatnya, manager akan memiliki insentif untuk berkomitmen
tidak melakukan tindakan yang berlawanan dengan kepentingan kreditor.
Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan suatu perjanjian dalam
lending agreement, yaitu bahwa manager setuju untuk membatasi
dividen yang dibagikan dan membatasi tambahan pinjaman selama hutang
masih belum lunas.
D. IMPLICATION OF AGENCY THEORY FOR ACCOUNTING
1. Model Egency Holmstrom
Holmstrom mengasumsikan bahwa usaha dari agen tidak
dapat diamati oleh principal tetapi payoff nya dapat diamati pada akhir
periode tertentu. Di lain pihak, Feltham dan Xie (1994) menunjukan
bahwa model holmstrom atas kasus payoff tidak dapat diamati ,jika
sekumpulan manajer mungkin melakukan aksi yangkonstan.
Holmstrom menunjukkan secara formal bahwa sebuah kontrak
yang didasarkan pada sebuah perngukuran performa seperti net
income kurang efisien daripada first best. Sumber dari kerugian efisiensi
adalah kebutuhan agen yang risk averse untuk mentoleransi
risiko dalam rangka menghasilkan kecenderungan untuk menolak.
Hal ini mengakibatkan mUnculnya sebuah pertanyaan apakah
second-best contract dapat dibuat lebih efisien dengan
mendasarkannya pada pengukuran second performance dalam
penambahannya pada net income, sebagai contoh harga saham juga
merupakan informasi mengenai performa manajer.
Holmstrom menyatakan bahwa menyediakan pengukuran yang ke
dua (harga saham) juga dapat di observasi, dan memberikan
beberapa informasi mengenai usaha manajer yang terkandung dalam
pengukuran yang pertama. Sebagai efeknya, net income dan harga
saham bersama – sama akan memberikan refleksi yang lebih baik
mengenai usaha manajer sekarang dari pada hanya salah satu saja
.tentu saja harga saham cenderung tidak stabil dan dipengruhi oleh
kejadian ekonomi secara luas.
Namun analisa Holmstrom menunjukkan bahwa tidak peduli
seberapa mengganggunya variabel kedua, variabel tersebut dapat
digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari second-best constract jika
variabel tersebut mengandung paling sedikit beberapa tambahan
informasi usaha.
Pertanyaan yang kemudian muncul menjadi satu dari proporsi
relative dari kompensasi yang di dasarkan pada net income ,versus
didasarkan pada harga saham ,dalam compensation contarcts
,sehingga ,implikasi menarik dari model holmstrom adalah bahwa
seiring dengan net income bersaing dengan sumber informasi
lainnya untuk investor dalam teori pasar sekuritas efisien, net income
juga bersaing dengan sumber informasi lainnya untuk memotivasi
manajer dalam agency theory.
Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai apa krateristik
yang dimiliki sebuah pengukuran performa jika pengukuran tersebut
digunakan untuk konstribusi pada afficient compensation contract.
Salah satu krakteristiknya adalah sensitivitasnya .sensitivitas adalah rate
dimana nilai ekspektasi dari sebuah pengukuran performa meningkat
seiring dengan manajer bekerja keras atau menurun jika terjadi
sebaliknya .krateristik penting lainnya. Karakteristik yang diperlukan
oleh net income jika digunakan untuk mengukur performa tidak sama
jika digunakan sebagai input yang berguna dalam keputusan investasi
.dapat disimpulkan bahwa tantangan untuk akuntan untuk matain dan
meningkatkan peran dari net income sebagai pengukuran
performa seorang manajer adalah menghasilkan angka
net income yang mempresentasikan tradeoff terbaik yang mungkin antar
sensitivitas dan keakuratan.
2. Rigidity of contracts
Contract cenderung untuk rigid pada waktu di
tandatangani.Alasan untuk regiditas ini memerlukan beberapa diskusi .di
lain pihak ,kita mungkin bertanya jika konsekuensi ekonomi
mempunyai tempat dalam contract yang di ikuti oleh manajer
,mengapa tidak menegosiasi ulang contract yang mengikuti
perubahan dalam GAAP atau state realisasi lainnya. Kontrak yang tidak
mengantisipasi semua state realisasi yang mungkin adalah tidak lengkap.
Membangun sebuah provisi normal untuk negosiasi kembali
constract dibawah tangan adalah mungkin ,namun jika negosiasi
kembali tersebut adalah baik untuk manajer ,prospek dari
negosiasi kembali tersebut mengurangi usaha einsentif manajer ,yang
tidak termasuk dalam ketertarika investor. Dalam efeknya ,konsekuensi
dari memasuki contracts hanya karena itu adalah contracts ,state
realisasi yang tidak kelihatan sebelumnya menyebabkan biaya atas
perusahaan atau manajer tersebut.manajer yang unfavourably
dipengaruhi oleh sebuah perubahan dari peraturan – peraturan
akuntansi in midstream mungkin ditekan untuk menghilangkan
ketidaksukaan mereka pada akuntans yang memperkenalkan
perubahan perturan daripada pihak lainnya.
E. RECONCILIATION OF EFFICIENT SECURITIES MARKET THEORY
WITH ECONOMICS CONSEQUENCES
Agency teory mendemonstrasikan kontrak kompensasi yang mungkin
paling baik biasanya mensuport kompensasi manajer pada manajer pada satu
atau lebih pengukuran performa, kemudian manajer memiliki motivasi
untuk memaksimalkan performa mereka.
Sejak performa yang lebih tinggi membawa pada ekspektasi payoff
yang lebih tinggi ,ini merupakan tujuan yang ingin dicapai shareholders.
Aligment ini menjelaskan mengapa peraturan akuntansi mempunyai
konsekuensi ekonomi ,di samping implikasi dari teori pasar sekuritas yang
efisien. Kadang itu merupakan rigiditas yang diproduksi oleh the signing of
binding, contracts yang tidak lengkap yang menciptakan managers,concern
dan yang membawa pada intervensi mereka dalam proses standard – setting
.regiditas tersebut tidak dapat berbuat apa – apa dengan apakah perubahan
peraturan akuntansi mempengaruhi arus kas.
Sehingga ,konsekuensi ekonomi dan pasar sekuritas efisien tidak
selalu tidak konsisten .kadang mereka dapat digabungkan dengan positive
accounting theory .dengan dukungan normative dari agency teory yang
menyarankan perusahaan memasuki employment dan debt contract yang
bergantung pada informasi akuntansi
CONCLUSIONS
Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan
model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia
dalam model ekonomi. Dalam Agency Theory mengenal adanya Asymmetric
Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan
karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen.
Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota
dalam perusahaan dimana principal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas
nama prisipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh
principal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanat oleh prinsipal kepadanya.
Inti dari Agency Theory ( Teori Keagenan) adalah pendesainan kotrak
yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal
terjadi konflik kepentingan. Inti dari Game Theory itu sendiri lebih kepaada 2
hal yaitu Cooperative & Non–Coperative. Implikasi dari Teori Agensi
terhadap Akuntansi (1) Model Egency Holmstrom, (2) Rigidity of contracts,
(3) Reconciliation of efficient securities market theory.