BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Agency Theory)repository.ump.ac.id/7673/3/MARISATUL H BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. Agency Theory)repository.ump.ac.id/7673/3/MARISATUL H BAB II.pdf ·...
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling, (1976)
menjelaskan bahwa antara manajemen dan pemilik mempunyai
kepentingan yang berbeda. Perusahaan yang memisahkan fungsi
pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan
(Lambert, 2001). Model keagenan merancang sebuah sistem yang
melibatkan kedua belah pihak, sehingga diperlukan kontrak kerja antara
pemilik (principal) dan manajemen (agent). Kesepakatan tersebut
diharapkan dapat memaksimumkan utilitas principal dan dapat menjamin
agen untuk menerima reward dari hasil aktivitas pengelolaan perusahaan.
Perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajemen terletak pada
memaksimalkan manfaat (utility) pemilik (principal) dengan kendala
(constraint) manfaat (utility) dan insentif yang akan diterima oleh
manajemen (agent). Kepentingan yang berbeda sering menyebabkan
konflik kepentingan antara pemegang saham/pemilik (principal) dengan
manajemen (agent).
Teori keagenan merupakan model yang digunakan untuk
memformulasikan permasalahan antara manajemen (agent) dengan
pemilik (principal). Kinerja perusahaan telah dicapai oleh pihak
menajemen telah diinformasikan kepada pihak pemilik (principal) dalam
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
16
bentuk laporan keuangan. Sistem desentralisasi, manajemen mempunyai
informasi yang superior dibandingkan dengan pemilik, karena manajemen
telah menerima pendelegasian untuk pengambilan keputusan atau
kebijakan perusahaan. Manajemen dapat menentukan kebijakan yang
mengarah kepada peningkatan level kompensasinya secara potensial ketika
pemilik tidak dapat memonitoring secara sempurna aktivitas manejemen.
Seluruh tindakan telah didelegasikan oleh pemilik (principal) kepada
manajer (agent) pada model principal-agent (Siregar dan Widyawati,
2016)
Teori keagenan dianggap sesuai dengan penelitian ini karena sebuah
perusahaan memiliki sebuah penerapan teori keagenan antara pemegang
saham dan manajer di dalam perusahaan. Pemegang saham
mendelegasikan wewenang kepada manajer untuk mengelola perusahaan
dan memberi return yang baik sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Teori keagenan dipandang lebih luas karena mencerminkan kenyataan
yang ada. Pemikiran mengenai corporate governance didasarkan pada
teori agen dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan
untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan
terhadap peraturan yang berlaku (Permana dan Zulaikha, 2015).
Dari perspektif teori keagenan, anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar perusahaan (komisaris independen) berperan untuk
membantu pihak pemegang saham (prinsipal) dalam mengawasi jalannya
peran eksekutif (agen) dalam menjalankan kegiatan perusahaan (Solomon,
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
17
2007). Apabila tidak ada pengawasan dari komisaris independen, maka
akan semakin besar kemungkinan eksekutif yang lain dapat memanipulasi
posisi mereka dengan mendapatkan kontrol yang penuh atas remunerasi
mereka, sehingga dapat merugikan pemegang saham (Solomon, 2007).
Sebaliknya, semakin besar proporsi dewan komisaris independen, maka
akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan kekayaan pemegang
saham (Sandy dan Lukviaman, 2015). Tinggi atau rendahnya variasi
penghindaran pajak (tax avoidance) ditentukan oleh variasi variabel
proporsi dewan komisaris independen. Dengan kata lain, apabila semakin
besar proporsi dewan komisaris independen maka akan semakin rendah
tax avoidance. Namun sebaliknya, apabila semakin kecil proporsi dewan
komisaris independen maka akan semakin tinggi tax avoidance (Sandy dan
Lukviaman, 2015).
Tidak berbeda dengan proporsi dewan komisaris independen, komite
audit adalah komite yang bertanggung jawab mengawasi audit eksternal
perusahaan dan merupakan kontak utama antara auditor dengan
perusahaan (Dewi & Jati, 2014). Annisa dan Kurniasih (2012), dan Dewi
dan Jati (2014) menyatakan bahwa keberadaan komite audit memiliki
pengaruh terhadap aktivitas tax avoidance. Semakin tinggi keberadaan
komite audit dalam perusahaan akan meningkatkan kualitas tata kelola
perusahaan (corporate governance), sehingga akan memperkecil
kemungkinan aktivitas tax avoidance yang dilakukan (Handayani dkk,
2015).
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
18
Begitu juga dengan kualitas audit, laporan keuangan perusahaan
yang telah diaudit oleh KAP The Big Four, lebih memiliki nilai
kepercayaan yang lebih bagi para pemegang saham. perusahaan yang
memilih menggunakan jasa auditor yang berkualitas dapat menjamin
informasi keuangan yang dilaporkan kepada investor maupun pemilik
(Sandy dan Lukviarman, 2015).
2. Pajak (Tax)
Definisi Pajak
Menurut Mardiasmo (2016:3) Definisi pajak menurut Undang-
Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-
Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi :
―Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.‖
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., mengatakan:
―Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-
Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum‖.
Berdasarkan dari pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa
pajak adalah iuran dari rakyat kepada negara yang dipungut berdasarkan
Undang-Undang dengan tanpa mendapatkan jasa timbal atau
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
19
kontraprestasi secara langsung dapat ditunjuk yang dapat digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. (Mardiasmo, 2016:3)
Sistem pembayaran pajak yang berlaku di Indonesia saat ini
dilandasi oleh sistem pemungutan dimana wajib pajak (WP) boleh
menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan.
Sistem ini dikenal dengan sistem Self Assessment System. Jadi
penekanannya adalah wajib pajak harus aktif menghitung dan melaporkan
jumlah pajak terutangnya tanpa campur tangan fiskus. Konsekuensi
dijalankannya sistem ini adalah bahwa masyarakat harus benar-benar
mengetahui tata cara perhitungan pajak dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelunasan pajaknya. (Hutagaol, 2003:132)
Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi :
a. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan
antara lain :
1) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
2) Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
3) Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
b. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang
dilakukan oleh wajib pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
20
Bentuknya antara lain :
1) Tax Avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar Undang-Undang.
2) Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar Undang-Undang (menggelapkan pajak).
3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Salah satu definisi Penghindaran Pajak (tax avoidance) adalah
―arrangement of a transaction in order to obtain a tax advantage, benefit,
or reduction in a manner unintended by the tax law‖ (Brown, 2012).
Untuk memperjelas, penghindaran pajak umumnya dapat dibedakan dari
penggelapan pajak (tax evasion), penggelapan pajak tersebut terkait
dengan penggunaan cara-cara yang melanggar hukum untuk mengurangi
atau menghilangkan beban pajak, sedangkan penghindaran pajak
dilakukan secara ―legal‖ dengan memanfaatkan celah (loopholes) yang
terdapat dalam peraturan perpajakan yang ada untuk menghindari
pembayaran pajak, atau melakukan transaksi yang tidak memiliki tujuan
selain untuk menghindari pajak. (Wijaya, 2014)
Sebelum adanya pembayaran pajak perusahaan sudah memikirkan
terlebih dahulu perencanaan pajaknya, umumnya perencanaan pajak
merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi wajib pajak supaya
utang pajak berada dalam jumlah minimal tetapi masih dalam bingkai
peraturan perpajakan (Suandy, 2008).
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
21
Penghindaran pajak tidak dapat dilepaskan dari suatu pandangan
bahwa karena tidak ada hukum yang dilanggar, penghindaran pajak
seharusnya tidak dilarang. Setiap orang memiliki kebebasan untuk
mengatur urusannya masing-masing sebagaimana dia kehendaki, dan
selama tidak ada peraturan yang dilanggar maka otoritas pajak tidak dapat
melakukan intervensi. (IRC v Duke of Westminster, 1936).
Walaupun secara literal tidak ada hukum yang dilanggar, semua
pihak sepakat bahwa penghindaran pajak merupakan sesuatu yang secara
praktik tidak dapat diterima. Hal ini dikarenakan penghindaran pajak
secara langsung berdampak pada tergerusnya basis pajak, yang
mengakibatkan berkurangnya penerimaan pajak yang dibutuhkan oleh
negara. Dari sudut pandang kebijakan pajak, pembiaran terhadap praktik
penghindaran pajak dapat mengakibatkan ketidakadilan dan berkurangnya
efisiensi dari suatu sistem perpajakan. Penghindaran pajak umumnya
dilakukan melalui skema-skema transaksi yang kompleks yang dirancang
secara sistematis dan umumnya hanya dapat dilakukan oleh korporasi
besar. Hal inilah yang menimbulkan persepsi ketidakadilan, dimana
korporasi besar tampaknya membayar pajak yang lebih sedikit. Hal ini
pada ujungnya dapat menimbulkan keengganan Wajib Pajak (WP) yang
lain untuk membayar pajak yang berakibat pada inefektifitas sistem
perpajakan. (Wijaya, 2014).
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
22
4. Karakteristik Eksekutif
Eksekutif perusahaan merupakan seseorang yang menduduki posisi
kepemimpinan tertentu dalam sebuah perusahaan. Pihak eksekutif
perusahaan bisa terdiri dari Direktur utama atau Presiden Direktur (Chief
Executive Officer/ CEO), Direktur Keuangan (Chief Financial Officer/
CFO) dan top executive lainnya. Umumnya, para eksekutif mempunyai
tugas sebagai komunikator, pengambil keputusan, pimpinan, pengelola
(manajer) dan eksekutor (Istriasih, 2015).
Pemimpin perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu, risk
taker dan risk averse. Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk
taker dan risk averse tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang
ada (Budiman dan Setiyono, 2012). Eksekutif yang memiliki karakteristik
risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan
bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan,
posisi, kesejahteraan dan kewenangan yang tinggi (Maccrimon dan
Wehrung, 1990). Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki
karakteristik risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai
risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis.
Dibandingkan dengan eksekutif yang memiliki karakteristik risk taker,
eksekutif yang memiliki karakteristik risk averse lebih menitik beratkan
pada keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan risiko yang lebih
besar (Budiman dan Setiyono, 2012).
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
23
Risiko perusahaan (corporate risk) merupakan volatilitas earning
perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi standar. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa risiko perusahaan (corporate risk)
merupakan penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik
penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk)
atau mungkin lebih dari yang direncanakan (upside potential), semakin
besar deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula
risiko perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini
mengindikasikan karakteristik eksekutif termasuk dalam risk taker atau
risk averse (Paligorova, 2010).
5. Corporate Governance
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang
menentukan arah kinerja perusahaan (Haruman, 2008). Kinerja perusahaan
tergantung dari pekerjaan corporate governance, keputusan-keputusan dari
corporate governance mempengaruhi hasil kinerja perusahaan termasuk
ketika perusahaan mengalami kerugian ataupun keuntungan. Corporate
governance memiliki peran penting dalam perusahaan. Corporate
governance merupakan suatu sistem yang dibentuk dengan tujuan
membawa perusahaan dalam pengelolaan yang baik. Corporate
governance dapat dikatakan baik bila pengelolaannya telah berjalan di
bawah hukum yang berlaku. Corporate governance yang melakukan
pengelolaan perusahaan di bawah hukum yang berlaku akan selalu berada
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
24
di jalur prinsip-prinsip corporate governance (Permana dan Zulaikha,
2015).
Corporate Governance diartikan sebagai struktur, sistem dan proses
yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk
memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam
jangka panjang. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Corporate Governance adalah suatu mekanisme yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan melalui hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehingga
dapat meningkatkan nilai perusahaan (Permana dan Zulaikha, 2015).
Mekanisme Corporate Governance yang baik adalah sebagai berikut :
a. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen didefinisikan sebagai anggota komisaris
yang berasal dari luar perusahaan, tidak mempunyai saham baik
langsung maupun tidak langsung pada perusahaan, tidak mempunyai
hubungan afiliasi dengan perusahaan komisaris, direksi atau pemegang
saham utama perusahaan, dan tidak memiliki hubungan usaha baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha
perusahaan. (BAPEPAM, 2012).
Menurut peraturan yang dikeluarkan oleh BEI, persentase jumlah
komisaris independen minimal 30% dari seluruh anggota komisaris.
Dapat dikatakan bahwa dewan komisaris independen
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
25
merepresentasikan kepentingan pemegang saham minoritas, atau
pemegang saham publik. Pemegang saham publik cenderung mentaati
peraturan perpajakan, karena mengharapkan perusahaan berperan serta
dalam pembangunan bagi masyarakat. (Oktofian, 2015)
b. Komite Audit
Komite audit sesuai dengan Kep-643/BL/2012 adalah komite
yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas
pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit sangat penting bagi
pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru
dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit
dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan
komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah
pengendalian. (Oktofian, 2015)
Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan prinsip corporate governance yang baik. Komite audit
merupakan suatu komite beranggotakan satu atau lebih anggota
komisaris dan keberadaannya terbatas dari pengaruh direksi, eksternal
auditor dan hanya bertanggungjawab kepada dewan komisaris (Surya
dan Yustiavandana, 2008).
Sejak direkomendasikannya Good Corporate Governance di BEI
tahun 2000, komite audit (audit committee) telah menjadi elemen
umum dalam bentuk susunan corporate governance perusahaan publik
(Daniri, 2006). Jika jumlah audit committee dalam suatu perusahaan
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
26
tidak sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh BEI yang
mengharuskan minimal terdapat tiga orang, maka akan berakibat
meningkatnya tindakan manajemen dalam melakukan minimalisasi laba
untuk kepentingan pajak (Pohan, 2008).
c. Kualitas Audit
Kualitas audit seperti dikatakan oleh De Angelo (1981), yaitu
sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi
kliennya. Kualitas audit pada berbagai penelitian sebelumnya sering
dikaitkan dengan ukuran KAP, dimana KAP yang tergolong The Big
Four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan non
the big four. Hal tersebut didasari pemikiran bahwa KAP The big four
memiliki rasio partner yang lebih banyak dibanding non the big four
serta jumlah spesialisasi audit yang beragam serta audit mutu yang
lebih ketat dibandingkan non the big four (Sari dkk, 2016).
Kualitas audit sebagai salah satu informasi yang dapat
memperlemah dan memperkuat pengaruh pengumuman laporan audit
wajar tanpa pengecualian terhadap harga saham. Ketika auditor
memberikan opini going concern atas sebuah perusahaan, maka hal ini
akan berdampak terhadap keputusan investasi calon investor maupun
bagi investor yang sebelumnya telah berinvestasi dalam perusahaan.
Untuk menghasilkan audit yang berkualitas, seorang akuntan publik
dituntut untuk memiliki kompetensi yang cukup dan independensi yang
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
27
baik. Indepedensi auditor internal sangat penting terutama dalam
memberikan penilaian yang tidak memihak/netral (Hery, 2010:73).
Opini wajar tanpa pengecualian adalah opini paling diharapkan oleh
klien karena pendapat ini mampu menjamin bahwa laporan keuangan
yang disusun oleh manajemen perusahaan tidak mengandung salah saji
material dan sesuai dengan Standar akuntansi Keuangan yang berlaku
(Sari dkk, 2016).
6. Intensitas Aset Tetap
Menurut PSAK No. 16 Tahun 2007 menjelaskan bahwa aset tetap
adalah aset bewujud yang yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan untuk operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
(www.iaiglobal.or.id).
Intensitas kepemilikan aset tetap dapat mempengaruhi pembayaran
pajak perusahaan. Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan
banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Pemilihan
investasi dalam bentuk aset tetap mengenai perpajakan adalah dalam hal
depresiasi (Mulyani dkk, 2014). Biaya depresiasi dapat dimanfaatkan oleh
manajer sebagai agen untuk meminimumkan pajak yang dibayarkan
perusahaan. Manajemen akan melakukan investasi aset tetap dengan cara
menggunakan dana yang tidak terpakai di perusahaan untuk mendapatkan
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
28
keuntungan berupa biaya depresiasi yang berguna sebagai pengurang pajak
(Darmadi, 2013).
7. Kompensasi Rugi Fiskal
Kompensasi rugi fiskal merupakan proses peralihan kerugian dari
satu periode ke periode lainnya yang menunjukkan perusahaan yang
sedang merugi tidak akan dibebani pajak. Kompensasi rugi fiskal diduga
dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan tax avoidance.
(Kurniasih dan Sari, 2013).
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, Jika wajib pajak yang
menggunakan pembukuan mengalami kerugian dalam tahun-tahun
sebelumnya maka kerugian fiskal dapat dikompensasi selama 5 tahun
berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun didapatnya
kerugian tersebut. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun
tetapi tidak lebih dari 10 tahun bagi wajib pajak yang mendapat fasilitas
PPh untuk penanaman modal di bidang usaha/daerah tertentu. Kerugian
yang diderita di luar negeri tidak dapat diikutsertakan dalam perhitungan
kompensasi kerugian. Kompensasi kerugian juga tidak berlaku bagi wajib
pajak yang keseluruhan penghasilannya bersifat final dan/atau bukan
objek. (www.pajak.go.id).
Saldo rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan harus diakui
sebagai aktiva pajak tangguhan, apabila besar kemungkinanya laba fiskal
periode mendatang memadai untuk dikompensasi. Beberapa faktor
mempengaruhi tersediannya laba fiskal atau penghasilan kena pajak (PKP)
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
29
periode mendatang dalam jumlah yang memadai untuk dikompensasikan
dengan saldo rugi fiskal tahun-tahun sebelumnya, termasuk di antaranya
adalah :
a. Adanya perbedaan temporer kena pajak (kewajiban pajak-tangguhan)
dalam jumlah yang cukup sehingga memungkinkan perusahaan
mengkompensasikan sisa kerugian sebelum berakhirnya masa
kompensasi kerugian terkait;
b. Transaksi, kejadian, atau keadaan yang menyebabkan terjadinya
kerugian fiskal yang tidak akan terulang kembali dalam periode
mendatang;
c. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh penghasilan kena pajak
(PKP) atau laba fiskal dalam jumlah yang cukup untuk dapat
dikompensasikan dengan sisa kerugian, sebelum masa kompensasi
berakhir.
Aktiva pajak tangguhan tidak boleh diakui, apabila dalam periode
mendatang tidak atau relatif sangat kecil kemungkinan tersediannya
penghasilan kena pajak (PKP) atau laba fiskal dalam jumlah yang cukup
untuk dapat dikompensasikan dengan sisa kerugian atau saldo rugi fiskal
terkait.
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
30
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai penghindaran pajak (tax avoidance) telah
dilakukan beberapa peneliti sebelumnya. Berikut adalah ringkasan penelitian
terdahulu yang dijadikan referensi penelitian ini adalah:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Variabel Alat
Analisis Hasil Penelitian Independen
(X)
Dependen
(Y)
1 Nuralifmida
Ayu Annisa&
Lulus
Kurniasih
(2012)
Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap Tax
Avoidance
Kepemilikan
Institusional,
Dewan
Komisaris,
Kualitas Audit
dan Komite
Audit
Tax
Avoidance
Analisis
Regresi
Kepemilikan
institusional, Dewan
komisaris dan Kualitas
audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax
avoidance, sedangkan
untuk Komite audit
berpengaru signifikan
terhadap tax avoidance.
2 Judi Budiman
& Setiyono
(2012)
Pengaruh
Karakter
Eksekutif
Terhadap
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance)
Risiko
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan,
Leverage,
Sales Growth,
dan Net
Operating
Loss
Penghindar
an Pajak
(Tax
Avoidance)
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Kelima variabel
independen yang ada
semuanya secara
signifikan mampu
mempengaruhi nilai
penghindaran pajak,
termasuk didalamnya
karakter risk taker
berpengaruh positif
terhadap penghindaran
pajak.
3 Tommy
Kurniasih &
Maria M.
Ratna Sari
(2013)
Pengaruh
Return On
Assets,
Leverage,
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan Dan
Kompensasi
Rugi Fiskal
Pada Tax
Avoidance
Return On
Asets,
Leverage,
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan
dan
Kompensasi
Rugi Fiskal
Tax
Avoidance
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Return On Assets,
Ukuran Perusahaan dan
Kompensasi Rugi
Fiskal berpengaruh
terhadap Tax
Avoidance. Sedangkan
Leverage dan
Corporate Governance
tidak berpengaruh
terhadap Tax
Avoidance.
4 I Gusti Ayu
Cahya
Maharani &
Ketut Alit
Suardana
(2014)
Pengaruh
Coorporate
Governance,
Profitabilitas
Dan
Karakteristik
Eksekutif Pada
Tax Avoidance
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
31
No Peneliti Judul
Variabel Alat
Analisis Hasil Penelitian Independen
(X)
Dependen
(Y)
Kepemilikan
Institusional,
Proporsi
Dewan
Komisaris,
Kualitas
Audit, Komite
Audit, ROA
dan Risiko
Perusahaan
Tax
Avoidance
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Proporsi Dewan
Komisaris, Kualitas
Audit, Komite Audit
dan ROA berpengaruh
negerif, Risiko
Perusahaan
berpengaruh positif
terhadap Tax
Avoidance. Sedangkan
Kepemilikan
Institusional tidak
berpengaruh.
5 I Gede Hendy
Darmawan& I
Made
Sukartha
(2014)
Pengaruh
Penerapan
Corporate
Governance,
Leverage,
Return On
Assets dan
Ukuran
Perusahaan
Pada
Penghindaran
Pajak
Corporate
Governance,
Leverage,
Return On
Assets dan
Ukuran
Perusahaan
Penghindar
an Pajak
(Tax
Avoidance)
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Corporate governance
berpengaruh pada
penghindaran pajak.
Leverage tidak
berpengaruh pada
penghindaran pajak.
ROA berpengaruh pada
penghindaran pajak.
Ukuran perusahaan
berpengaruh pada
penghindaran pajak.
6 Ni Nyoman
Krisdiana
Dewi & I
Ketut Jati
(2014)
Pengaruh
Karakteristik
Eksekutif,
Karakteristik
Perusahaan dan
Dimensi Tata
Kelola
Perusahaan
Yang Baik Pada
Tax Avoidance
Risiko
Perusahaan,
Ukuran
Perusahaan,
Multinational
Company,
Kepemilikan
Institusional,
Proporsi
Dewan
Komisaris
Independen,
Kualitas Audit
dan Komite
Audit
Tax
Avoidance
Analisis
Regresi
Berganda
Risiko Perusahaan,
Kualitas Audit dan
Komite Audit
berpengaruh terhadap
Tax Avoidance.
Sedangkan Ukuran
Perusahaan,
Multinational
Company, Kepemilikan
Institusional, dan
Proporsi Dewan
Komisaris tidak
berpengaruh terhadap
tindakan Tax Avoidance
7 Sri Mulyani,
Darminto&
M.G Wi
Endang N.P.
(2014)
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan,
Koneksi Politik
Dan Reformasi
Perpajakan
Terhadap
Penghindaran
Pajak
(Studi Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar
Leverage,
Intensitas
Modal,
Koneksi
Politik dan
Reformasi
Perpajakan
Penghindar
an Pajak
(Tax
Avoidance)
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Leverage berpengaruh
negatif signifikan
terhadap Penghindaran
Pajak, Intensitas Modal
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Penghindaran Pajak,
Koneksi Politik
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
Penghindaran Pajak,
dan Reformasi
Perpajakan berpengaruh
Lanjutan Tabel 2.1
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
32
No Peneliti Judul
Variabel Alat
Analisis Hasil Penelitian Independen
(X)
Dependen
(Y)
Di Bursa Efek
Tahun 2008-
2012)
negatif tidak signifikan.
8 Ahmad Reza
Dwi Permana
& Zulaikha
(2015)
Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap
Penghindaran
Pajak
Jumlah Dewan
Komisaris,
Proporsi
Komisaris
Independen
dan
Kompensasi
Eksekutif
Penghindar
an Pajak
Analisis
Regresi
Berganda
Dari kesimpulan yang
dapat diambil
Corporate Governance
tidak memiliki
pengaruh terhadap
Penghindaran Pajak
9 Gusti Ayu
Pradnyanita
Dewi & Maria
M. Ratna Sari
(2015)
Pengaruh
Intensif
Eksekutif,
Corporate Risk
dan Corporate
Governance
Pada Tax
Avoidance
Intensif
Eksekutif,
Corporate
Risk,
Kepemilikan
Institusional,
Komisaris
Independen,
Komite Audit
dan Kualitas
Audit
Tax
Avoidance
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Corporate Risk
berpengaruh negatif
pada Tax Avoidance.
Insentif eksekutif,
kepemilikan
institusional, komisaris
independen dan komite
audit tidak memiliki
pengaruh pada Tax
Avoidance. Sedangkan
kualitas audit memiliki
pengaruh positif pada
Tax Avoidance.
10 Calvin
Swingly & I
Made
Sukartha
(2015)
Pengaruh
Karakteristik
Eksekutif,
Komite Audit,
Ukuran
Perusahaan,
Leverage dan
Sales Growth
pada Tax
Avoidance
Risiko
Perusahaan,
Komite Audit,
Ukuran
Perusahaan,
Leverage dan
Sales Growth
Tax
Avoidance
Analisis
Linear
Berganda
Pengaruh positif antara
Risiko Perusahaan dan
Ukuran Perusahaan
terhadap Tax
Avoidance, serta adanya
pengaruh negatif antara
Leverage terhadap Tax
Avoidance. Sedangkan
Jumlah Komite Audit
dan Sales Growth tidak
berpengaruh terhadap
Tax Avoidance.
11 Rinaldi &
Charoline
Cheisviyanny
(2015)
Pengaruh
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan dan
Kompensasi
Rugi Fiskal
Terhadap Tax
Avoidance
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar
Di BEI Tahun
2010-2013
Profitabilitas,
Ukuran
Perusahaan
dan
Kompensasi
Rugi Fiskal
Tax
Avoidance
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Profitabilitas
berpengaruh signifikan
positif terhadap Tax
Avoidance, Ukuran
Perusahaan
berpengaruh signifikan
negatif terhadap Tax
Avoidance, dan
Kompensasi Rugi
Fiskal tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Tax
Avoidance.
Lanjutan Tabel 2.1
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
33
No Peneliti Judul
Variabel Alat
Analisis Hasil Penelitian Independen
(X)
Dependen
(Y)
12 Ana Ribeiro,
Antonio
Cerqueira &
Elisio
Brandao
(2015)
The
determinants of
effective tax
rate: firm’s
characteristics
and corporate
governance
Size,
Leverage,
Capital
Intensity,
Inventory
Intensity dan
R&D
Expenses),
Profitability
Market
Capitalization
dan Dummy
Earnings.
Institutional
Ownership,
Compute
Ownership,
Current Board
Members dan
Non-Executive
directors
Tax
Avoidance
(ETR)
Multivaria
te analysis
Capital Intensity,
Leverage dan R & D
Expenses memiliki
dampak negatif pada
ETR Struktur
Kepemilikan dan
Komposisi Dewan, dari
temuan tersebut
menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial
mempunyai pengaruh
terdahap ETR.
Pemegang saham
pengendali, jumlah
anggota dewan dan
direktur non-eksekutif
mempunyai dampak
yang tinggi.
13 Rifka Siregar
& Dini
Widyawati
(2016)
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Penghindaran
Pajak
Profitability,
Leverage,
Size, Capital
Intensity dan
Inventory
Intensity
Tax
Avoidance
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Leverage dan Size
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak.
Sedangkan
Profitabilitas, Capital
Intensity dan Inventory
Intensity tidak
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak.
14 Ajeng
Wijayanti,
Anita
Wijayanti &
Chomsatu
Samrotun
(2016)
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan,
GCG Dan CSR
Terhadap
Penghindaran
Pajak
Ukuran
Perusahaan,
Leverage,
Intensitas
Modal,
Komisaris
Independen,
Komite Audit
dan CSR
Penghindar
an Pajak
Analisis
Berganda
Leverage, Komisaris
Independen, Komite
Audit dan CSR tidak
berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak,
hanya Ukuran
Perusahaan dan
Intensitas Modal Yang
Berpengaruh
15 Nila Sari,
Nawang
Kalbuana,
SE., M.Ak &
Agus Jumadi
(2016)
Pengaruh
Konservatisme
Akuntansi,
Kualitas Audit
dan Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Penghindaran
Pajak
Konservatisme
Akuntansi,
Kualitas Audit
dan Ukuran
Perusahaan
Penghindar
an Pajak
Analisis
Berganda
Ukuran Perusahaan
yang berpengaruh
terhadap Penghindaran
Pajak, Sedangkan
Konservatisme
Akuntansi dan Kualitas
Audit tidak
berpengaruh pada
Penghindaran Pajak.
Lanjutan Tabel 2.1
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
34
No Peneliti Judul
Variabel Alat
Analisis Hasil Penelitian Independen
(X)
Dependen
(Y)
16 I Made Surya
Dharma &
Putu Agus
Ardiana
(2016)
Pengaruh
Leverage,
Intensitas Aset
Tetap, Ukuran
Perusahaan Dan
Koneksi Politik
Terhadap Tax
Avoidance
Leverage,
Intensitas Aset
Tetap, Ukuran
Perusahaan
dan Koneksi
Politik
Tax
Avoidance
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Leverage dan Intensitas
Aset Tetap berpengaruh
negatif terhadap Tax
Avoidance, Ukuran
Perusahaan
berpengaruh positif
terhadap Tax Avoidance
dan Koneksi Politik
tidak berpengaruh
terhadap tindakan Tax
Avoidance.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, sehingga dapat
ditentukan penelitian ini menggunakan variabel independen karakteristik
eksekutif, corporate governance yang diproksikan dengan proporsi dewan
komisaris independen, komite audit, kualitas audit, intensitas aset tetap dan
kompensasi rugi fiskal. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah penghindaran pajak (tax avoidance) yang diproksikan dengan Cash
Effective Tax Rate (CETR). Adapun kerangka pemikiran dapat digambarkan
sebagai berikut :
Lanjutan Tabel 2.1
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
35
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
]]
Variabel Dependen
H6 (+)
H5 (-)
H4 (-)
H3 (-)
H2 (-)
H1 (+)
Variabel Independen
Karakteristik Eksekutif (X1)
Proporsi Dewan Komisaris
Independen (X2)
Komite Audit (X3)
Kualitas Audit (X4)
Intensitas Aset Tetap (X5)
Kompensasi Rugi Fiskal
(X6)
Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance) (Y)
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
36
D. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Karakteristik Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
Low (2006) menyebutkan bahwa, dalam menjalankan tugasnya
sebagai pimpinan perusahaan, eksekutif memiliki dua karakter yakni
sebagai risk taker dan risk averse. Eksekutif yang memiliki karakter risk
taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam mengambil keputusan
bisnis dan biasanya memiliki dorongan kuat untuk memiliki penghasilan,
posisi, kesejahteraan dan kewenangan yang lebih tinggi, (Maccrimon dan
Wehrung, 1990). Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki
karakter risk averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai
resiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis
(Budiman dan Setiyono, 2012).
Maharani dan Suardana (2014), Budiman dan Setiyono (2012), Dewi
dan Jati (2014) dan Swingly dan Sukartha (2015) mendapatkan hasil atas
penelitian tentang karakteristik eksekutif berpengaruh positif terhadap tax
avoidance, karena apabila eksekutif semakin bersifat risk taker maka akan
semakin besar tindakan tax avoidance yang dilakukan. Berdasarkan
Penjelasan dan teori dari penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini
diajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Karakteristik Eksekutif berpengaruh positif terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
37
2. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Dari perspektif teori keagenan, anggota Dewan Komisaris yang
berasal dari luar perusahaan (Komisaris Independen) berperan untuk
mengawasi jalannya peran eksekutif yang lain (Direksi, Komisaris
lainnya) (Solomon, 2007). Jumlah komisaris independen proporsional
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham yang tidak
berperan sebagai pengendali dengan ketentuan jumlah dewan komisaris
independen sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota komisaris
(Sandy dan Lukviaman, 2015). Tinggi atau rendahnya variasi
penghindaran pajak (tax avoidance) ditentukan oleh variasi variabel
proporsi dewan komisaris independen. Dengan kata lain, apabila semakin
besar proporsi dewan komisaris independen maka akan semakin rendah
tax avoidance. Namun sebaliknya, apabila semakin kecil proporsi dewan
komisaris independen maka akan semakin tinggi tax avoidance (Sandy dan
Lukviaman, 2015).
Penelitian Maharani dan Suardana (2014) menunjukkan bahwa
keberadaan dewan komisaris independen efektif dalam usaha mencegah
tindakan penghindaran pajak dan didukung dengan penelitian dari Sandy
dan Lukviarman (2015) yang mendapatkan hasil bahwa Proporsi Dewan
Komisaris Independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax
avoidance.
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
38
Berdasarkan teori dan hasil dari penelitian terdahulu, maka hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut :
H2 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap Tax Avoidance
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
Dewi dan Jati (2014) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
semakin tinggi keberadaan komite audit dalam perusahaan akan
meningkatkan kualitas good corporate governance di dalam perusahaan,
sehingga akan memperkecil kemungkinan praktik penghindaran pajak
yang dilakukan. Hal serupa dijelaskan oleh hasil penelitian yang dilakukan
oleh Maharani dan Suardana (2014) yang menunjukkan bahwa perusahaan
yang memiliki komite audit akan lebih bertanggung jawab dan terbuka
dalam menyajikan laporan keuangan karena komite audit akan memonitor
segala kegiatan yang berlangsung di dalam perusahaan.
BEI mensyaratkan paling sedikit komite audit harus tiga orang, jadi
jika jumlah komite audit dalam suatu perusahaan tidak sesuai dengan
peraturan BEI maka akan meningkatkan tindakan manajemen dalam
melakukan minimalisasi laba untuk kepentingan pajak (Swingly dan
Sukartha, 2015).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komite audit
memiliki pengaruh terhadap tax avoidance, maka hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut :
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
39
H3 : Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance)
4. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
Hasil penelitian Dewi dan Jati (2014) menunjukkan kesimpulan
bahwa kualitas audit dari laporan keuangan yang diaudit oleh KAP The
Big Four dapat mengurangi praktik penghindaran pajak. Perusahaan yang
diaudit oleh KAP besar terbukti tidak melakukan penghindaran pajak,
karena auditor yang termasuk dalam The Big Four lebih kompeten dan
profesional dibandingkan dengan auditor yang termasuk dalam Non The
Big Four, sehingga ia memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang
cara mendeteksi dan memanipulasi laporan keuangan yang mungkin
dilakukan oleh perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Maharani dan Suardana (2014)
menunjukkan hasil bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap tax
avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP
The Big Four akan semakin sulit melakukan praktik penghindaran pajak.
Didukung oleh penelitian Annisa dan Kurniasih (2012); Dewi dan Jati
(2014) yang membuktikan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tax avoidance.
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
40
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut :
H4 : Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance)
5. Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance)
Hasil penelitian Dharma dan Ardiana (2016) menunjukkan bahwa
intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Semakin
besar intensitas aset tetap maka semakin rendah aktivitas tax avoidance
suatu perusahaan yang disebabkan karena kepemilikan aset tetap bukan
semata-mata melakukan penghindaran pajak melainkan untuk tujuan
operasional perusahaan. Hal senada disampaikan oleh penelitian Siregar
dan Widyawati (2016) yang mendapatkan kesimpulan bahwa capital
intensity yang diproksikan dengan intensitas aset tetap berpengaruh negatif
terhadap penghindaran pajak, semakin tinggi intensitas aset tetap maka
penghindaran pajak perusahaan akan semakin rendah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai
berikut :
H5 : Intensitas Aset Tetap berpengaruh negatif terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018
41
6. Pengaruh Kompensasi Rugi Fiskal terhadap Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance)
Proses membawa kerugian dalam satu tahun pajak ke tahun-tahun
pajak berikutnya ini dinamakan dengan kompensasi kerugian (carrying
loss). Kurniasih dan Sari (2013) mengatakan kompensasi rugi fiskal
berpengaruh positif terhadap tax avoidance, karena kerugian tersebut dapat
mengurangi beban pajak pada tahun berikutnya. Perusahaan yang telah
merugi dalam satu periode akuntansi diberikan keringanan untuk
membayar pajaknya. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama
lima tahun ke depan dan laba perusahaan akan digunakan untuk
mengurangi jumlah kompensasi kerugian tersebut.
Akibatnya, selama lima tahun tersebut, perusahaan akan terhindar
dari beban pajak, karena laba kena pajak akan digunakan untuk
mengurangi jumlah kompensasi kerugian perusahaan. Sehingga pajak yang
harus dibayarkan dapat diminimalkan karena angka laba terutang menjadi
kecil dan perusahaan tidak perlu lagi melakukan tindakan tax avoidance.
Hal yang sama dibuktikan dari hasil penelitian Saifudin dan Yunanda
(2016) yang menunjukkan bahwa kompensasi rugi fiskal berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
Dengan diuraikannya penjelasan tersebut, maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut :
H6 : Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh positif terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Pengaruh Karakteristik Eksekutif..., Marisatul Hidayati, FEB UMP 2018