Post on 23-Oct-2015
description
KALENG
Kegunaan kemasan kaleng
Kemasan kaleng termasuk jenis kemasan yang banyak digunakan. Spesifikasi kaleng
untuk mengemas pangan ditentukan oleh dua kebutuhan yaitu kebutuhan akan kekuatan yang
dimiliki wadah dan daya simpan yang dimiliki oleh produk dalam kaleng. Kebutuhan
terhadap daya simpan isi kaleng salah satunya ditentukan oleh sifat korosif produk. Untuk
mengemas produk pangan, maka bagian dalam kaleng (sebagaimana halnya bagian luar
kaleng) harus bersifat tahan korosi (karat). Pada bagian dalam kaleng, korosi dapat
disebabkan oleh kontak langsung antara produk dan permukaan kaleng. Beberapa faktor yang
menentukan terjadinya pembentukan karat pada bagian dalam kaleng antara lain sifat bahan
pangan, terutama pH; pemacu pembentukan karat seperti nitrat, beberapa bahan belerang, zat
warna antosianin; banyaknya sisa oksigen dalam bahan pangan, khususnya pada ruang udara
(head space); suhu dan waktu penyimpanan; serta beberapa faktor yang berasal dari bahan
kemas, seperti berat lapisan timah, macam dan komposisi lapisan baja dasar, efektifitas
perlakuan pada permukaan lapisan, jenis lapisan dan lain sebagainya.
Salah satu komponen yang memberi efek perlindungan kaleng terhadap pembentukan
karat karena interaksinya dengan pangan yang dikemas adalah enamel yang digunakan.
Enamel merupakan bahan organik yang dilapiskan pada kaleng untuk melindungi metal dari
kemungkinan terjadinya korosi karena kontak dengan makanan. Selain itu, lapisan enamel
juga melindungi kontak antara makanan dengan metal yang dapat menghasilkan warna dan
flavor yang tidak diingini. Sebagai contoh misalnya warna hitam yang disebabkan oleh reaksi
antara besi atau timah dengan sulfida pada makanan yang berasam rendah (berprotein tinggi),
atau pemucatan pigmen merah dari sayuran atau buah-buahan misalnya bit atau anggur
karena reaksi baja, timah atau aluminium.
Enamel kaleng umumnya berupa bahan non metal seperti polibutadiena, epon, oleoresin,
vinil, epoksi dan fenolik, dan pemilihannya disesuaikan dengan jenis pangan yang akan
dikalengkan. Tujuh sifat yang harus dimiliki enamel kaleng, yaitu tidak beracun; tidak
mempengaruhi cita rasa atau warna makanan; harus menjadi barrier yang efektif antara
makanan dengan permukaan dalam kaleng; harus mudah digunakan secara fabrikasi pada tin-
plate; tidak boleh terkelupas atau lecet selama pengalengan (sterilisasi pangan); memiliki
daya tahan mekanis pada proses pembuatan kaleng kosong dan ekonomis Dua jenis enamel
yaitu lapisan pelindung dalam (LPD) dan lapisan pelindung luar (LPL). Pelapisan kaleng
pada bagian luar kaleng selain mencegah korosi dari luar juga berfungsi untuk mendekor
wadah. Aplikasi LPL adalah sebagai lapisan dasar (white coating, untuk warna putih yang
dominan dan sizing varnish, untuk kaleng trasnparan) dan sebagai warna yaitu solid (blok),
untuk cetakan tanpa kombinasi warna dan rester/screen untuk gambar campuran.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1798838-mengenal-enamel-pada-kemasan-
kaleng/#ixzz1QMKi1laB
Sumber bahan pada kemasan kaleng
Kaleng adalah lembaran baja yang disalut timah (Sn) atau berupa wadah yang
dibuat dari baja dan dilapisi timah putih tipis dengan kadar tidak lebih dari 1,00-1,25% dari
berat kaleng itu sendiri. Terkadang lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal yaitu
untuk mencegah reaksi dengan makanan ataupun minuman di dalamnya. Kelebihan menonjol
dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang
disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Dan pengertian dari baja
adalah logam alloy yang komponen utamanya adalah besi (Fe), dengan karbon sebagai
material pengalloy utama. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan
memperkuat besi, tetapi juga lebih rapuh. Definisi klasik, baja adalah besi-karbon alloy
dengan kadar karbon sampai 5,1 persen; ironisnya, alloy dengan kadar karbon lebih tinggi
dari ini dikenal dengan besi (Fe). Definisi yang lebih baru, baja adalah alloy berdasar besi
yang dapat dibentuk secara plastik (http://id.wikipedia.org/wiki/Baja).
Pada kaleng, daya ketahanan timah terhadap korosi juga tidak sempurna, akan tetapi
terhadap reaksi dengan makanan di dalamnya lebih lambat dibandingkan dengan baja. Bagi
orang awam, kaleng sering diartikan sebagai tempat penyimpanan atau wadah yang terbuat
dari logam dan digunakan untuk mengemas makanan, minuman, atau produk lain. Dalam
pengertian ini, kaleng juga termasuk wadah yang terbuat dari aluminium (Al). Kaleng timah
(tin can) merupakan pengembangan dari penemuan Nicolas Francois Appert pada dasawarsa
1800-an. Produk ini dipatenkan oleh seorang berkebangsaan Inggris, Peter Durand pada
1810. Berkat penemuan produksi massal, pada akhir abad ke-19, kaleng yang berbahan dasar
timah (Sn) menjadi standar produk konsumen. Produk-produk makanan maupun minuman
yang biasanya mengalami proses pengalengan ataupun menggunakan kaleng sebagai tempat
(wadahnya) adalah produk-produk yang disterilisasi dengan panas.
Proses pembuatan kaleng
Proses pembuatan kaleng dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Proses pembuatan kaleng (Desrosier, 1988)
Keterangan :
(1) Bakal badan kaleng ditakik,
(2) Dibuat kait,
(3) Bakal badan kaleng dibentuk dengan mempertemukan kait ujung satu dengan yang lain,
(4) Bakal badan kaleng berkait dipipihkan untuk membentuk keliling samping,
(5) Bagian permukaan luar keliling dipatri, dan
(6) Bagian badan kaleng dibengkuk keluar dengan bentuk khusus untuk membuat bibir
kaleng.
Dalam kemasan kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi
dan tekanan yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama
makanan tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat, maka mikroba
baru tidak akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu makanan kaleng dapat
disimpan hingga dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan tidak beracun. Semua jenis
makanan bisa dikemas didalam kaleng. Mulai dari daging, susu, ikan, sayuran, buah-buahan
dan makanan olahan seperti sosis, bumbu nasi goreng hingga sayur lodeh. Kini kita bisa
menyaksikan berbagai jenis makanan yang dikemas di dalam kaleng ada di warung atau toko
kelontong (pasar tradisional) dan supermarket atau swalayan. Merknyapun bermacam-
macam, baik produksi dalam negeri maupun impor. Jadi, umur tempat jalannya reaksi panas
makanan selama penyimpanan ditentukan oleh daya tahan kaleng terhadap korosi. Banyak
sekali faktor yang mempengaruhi besarnya korosi pada kaleng bagian dalam, diantaranya :
a. Tingginya sisa oksigen dalam makanan.
b. Adanya akselator korosi, seperti Nitrat dan senyawa Sulfur lainnya.
c. pH makanan dalam kaleng
d. Suhu dan lama penyimpanan
e. Jenis kaleng dan lapisan penahan korosi
Biasanya besarnya korosi di bagian luar akan lebih mudah terkontrol, hal tersebut
dikarenakan oleh :
a. Komposisi air pendingin (mengandung klor,
melarutkan garam, dsb).
b. Ketipisan lapisan timah dan jenis kaleng yang
digunakan.
Sedangkan untuk bagian dalam kaleng dihindarkan dari terjadinya karat ataupun
reaksi terhadap makanan di dalamnya terutama reaksi dengan asam, yaitu dengan cara
melapisinya dengan Enamel. Dan biasanya enamel yang dipakai adalah campuran dari
Oleoresin Seng Oksida (ZnO). Oleh karenanya logam timah (Sn) dipilih sebagai bahan dasar
pembentuk kaleng karena relatif tidak beracun dan menambah daya tarik kemasan karena
berkilat dan tahan karat (http://id.wikipedia.org/wiki/Timah).
Dampak penggunaan kemasan kaleng
Kaleng yang dipergunakan untuk mengemas makanan itu cukup aman sebatas tidak
berkarat, tidak penyok dan tidak bocor. Namun demikian bila kita akan mengonsumsi
makanan yang dikemas dalam kaleng ini perlu melakukan pemanasan ulang. Yakni kurang
leblh l5 menit untuk menghindarkan adanya Escherichia coli yang sangat mematikan. Selain
itu, ada pula kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid
Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker.
ALUMINIUM
Kegunaan aluminium
Faktor-faktor penting dalam memilih aluminium (Al) dan paduannya yaitu high strength-
to-weight ratio, ketahanan terhadap korosi oleh banyak bahan kimia, listrik dan konduktivitas
termal tinggi, nontoxicity, penampilan, dan kemudahan formability dan machinability, dan
mereka juga nonmagnetik .
Keutamaan dari penggunaan aluminium dan paduan aluminium, dalam urutan penurunan
konsumsi, adalah wadah dan kemasan (kaleng dan aluminium foil), bangunan dan jenis-jenis
konstruksi, transportasi (pesawat dan kedirgantaraan aplikasi, bus, mobil, gerbong kereta, dan
kerajinan laut) , listrik (ekonomis dan nonmagnetik konduktor listrik), konsumen tahan lama
(peralatan rumah tangga, peralatan memasak, dan mebel), dan peralatan portabel (Tabel 6.2
dan 6.3) Hampir semua transmisi tegangan tinggi kabel yang terbuat dari aluminium.
Struktural mereka (beban) komponen, 82 persen dari pesawat Boeing 747 dan 79 persen dari
pesawat Boeing 757 yang terbuat dari aluminium.
Pengertian Aluminium
Aluminium ialah unsur kimia dengan lambang Al, dan nomor atomnya 13. Aluminium
ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun
merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah
ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin,
astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau,
penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat. Merupakan
konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi
kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang, dan tahan
korosi. Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel
bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat
terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu dsb.
Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks.
Sejarah Alumunium foil
Awal abad ke-19, aluminium menghiasi mahkota raja Denmark. Napoleon III
menggunakannya sebagai peralatan makan. Sejak akhir abad ke-19 aluminium digunakan
sebagai kemasan karena harganya lebih murah dibanding tin foil (foil dari timah).
Penggunaan logam sebagai bahan pengemas diperkenalkan oleh Nicholas Appert pada zaman
perang Napoleon Bonaparte. Nicholas Appert membuktikan makanan yang dikemas dalam
kaleng, disegel dan disterilisasi dengan merebusnya dapat disimpan untuk jangka waktu
lama. Produsen kemasan kaleng membuat kemasan seringan dan semurah mungkin dengan
mengurangi ketebalan logam. Banyak digunakan pada minuman kaleng dengan penutup yang
mudah dibuka tanpa alat. Agar kemasan lebih ringan, produsen mengurangi ketebalan
dinding kaleng. Produk minuman cola menggunakan logam tipis, namun bentuknya masih
dapat dipertahankan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh tekanan karbon-dioksida dari
dalam. Produk minuman ini menggunakan tiga material berbeda pada varian produknya,
yaitu logam, gelas, dan plastik (Astawan, 2008).
Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan pangan pertama sekali
dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman pemerintahan Napoleon Bonaparte yaitu
dari hasil penemuan Nicholas Appert. Aspek legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun
1810 yang dikenal dengan “l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris
menciptakan kaleng. Tahun 1817 William Underwood (imigran asal Inggris) mendirikan
industri pengalengan makanan yang pertama di Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang
melakukan ekspedisi ke kutub utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan
makanan kaleng sebagai logistik mereka (Julianti, 2007).
Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kali pada tahun 1910.
Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama sekali tahun 1965. Awalnya
pembuatan kaleng dilakukan secara manual yaitu hanya dihasilkan 5-6 kaleng per jam. Akhir
tahun 1900 ditemukan cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan penutupannya
yang lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai wadah
pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng yang berupa kunci pemutar untuk
menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875 ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip
ungkit. Tahun 1889 ditemukan kaleng-kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak
ditentang karena dapat merusak lapisan ozon (Julianti, 2007).
ALUMINIUM FOIL
Pengertian Alumunium foil
Foil adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm
dan memiliki lebar 1,52 meter hingga 4,06 meter. Umumnya foil tidak murni berbasis logam.
Karakteristik aluminum foil dikagumi karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir kedap
udara, tidak mengandung magnet, sehingga membantu memisahkan aluminium dari kaleng
saat daur ulang. Kekedapan terhadap oksigen membuat aluminum foil merupakan kemasan
ideal untuk ekspor karena sering mengalami kendala korosi. Selain itu, mudah dibentuk,
sekalipun mudah berkerut. Aluminum foil sering digunakan sebagai lapisan dalam dari
kontainer untuk melindungi produk dari kerusakan, seperti melapisi bagian dalam kotak jus.
Meskipun dapat menahan lemak, ketahanannya terhadap asam dan basa masih kurang,
sehingga memerlukan tambahan lapisan dari lilin atau lapisan kimia lain. Ketahanannya
terhadap panas matahari membuat aluminum foil banyak digunakan juga pada bahan-bahan
kesehatan. Ketahanan aluminum foil terhadap panas dapat mencapai suhu 550 derajat
Celsius, sehingga alat-alat kedokteran dapat disterilkan dengan dibungkus bahan ini
(Astawan, 2008).
Kegunaan Aluminium foil
Alumunium foil lebih ringan daripada baja, mudah dibentuk, tidak berasa, tidak berbau,
tidak beracun, dapat menahan masuknya gas, mempunyai konduktivitas panas yang baik dan
dapat didaur ulang. Alumunium Foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam
aluminum yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini mempunyai tingkat
kekerasan dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n yang berarti keras. Semakin tinggi bilangan
H-, maka Alumunium Foil tersebut semakin keras. Ketebalan dari Alumunium Foil
menentukan sifat protektifnya. Jika kurang tebal, maka foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan
uap. Pada ketebalan 0.0375 mm, maka permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil
tersebut tidak dapat dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm biasanya digunakan
untuk permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran 0.05 mm digunakan sebagai tutup
botol multitrip (Julianti, 2007).
Berbagai jenis produk makanan yang dikemas dengan menggunakan bahan pengemas
alumunium foil menunjukkan makanan tersebut cukup baik dan tahan terhadap alumuniu
dengan resiko pengkaratan kecil. Teknik pengemasan dengan cara mengkombinasikan
berbagai jenis bahan kemas bentuk (fleksibel) telah menghasilkan suatu bentuk yang disebut
“retort pouch“. Bahan kemasan yang berbentuk “retort pouch” memiliki beberapa
keunggulan diantaranya yaitu:
Daya simpan tinggi
Teknik penutupan mudah, dengan panas, kuat, tidak mudah sobek tertusuk,
Tahan thd proses pemanasan sterilisasi
Resisten terhadap penetrasi lemak, minyak atau komponen makanan lainnya
Tahan terhadap UV
Aluminium foil biasa digunakan untuk membungkus makanan atau menjaga agar
tetap panas. Namun Aluminium foil ternyata memiliki banyak manfaat lain yang tak
terduga. Diantaranya yaitu:
1. Menghilangkan karat
Remas selembar foil, lalu gunakan untuk menggosok titik-titik karat dari bumper
mobil dan batang besi tirai kamar mandi.
2. Dijadikan corong
Anda kesulitan memasukkan refill minyak ke dalam botolnya? Gulung selembar foil
membentuk kerucut, rekatkan dengan selotip, lalu jadikan corong. Mulailah menuang
minyak menggunakan corong foil ini.
3. Memperbaiki koneksi baterai yang longgar
Lipat selembar foil menjadi seukuran 2,5 cm beberapa kali, lalu selipkan di antara
baterai dan per yang longgar. Dengan cara ini baterai tetap terpasang kokoh.
4. Menempelkan ubin vinyl yang longgar
Letakkan selembar foil di atas ubin vinyl yang longgar, lalu tekan foil dengan setrika
panas sampai perekatnya meleleh dan menempel kembali ke lantai.
5. Menajamkan gunting
Lipat selembar foil beberapa kali, lalu gunting dengan gunting yang sudah tumpul.
Hal ini ternyata bisa menajamkan kembali bilah gunting yang tumpul.
6. Memancarkan panas
Bungkus sepotong kayu lapis dengan foil, lalu selipkan di belakang radiator untuk
merefleksikan panas ke ruangan. Tentunya, hal ini berlaku jika Anda tinggal di tempat
yang berhawa dingin.
7. Mencegah tetesan air
Ketika Anda sedang mengecat pintu atau lemari, bungkus handel pintu, kenop, dan
penarik laci dengan foil untuk melindunginya dari cat yang mungkin akan menetes.
8. Membersihkan alat pemanggang
Remas selembar foil menjadi bola, lalu gunakan untuk menggosok sisa-sisa daging
dan bumbu yang sudah menempel di bilah pemanggang.
9. Memelihara sabut baja
Letakkan sabut penggosok Anda di atas foil untuk menjauhkannya dari karat.
10. Mengilapkan perak
Bungkus panci kaca dengan foil, tambahkan beberapa sendok makan baking soda, isi
panci dengan air mendidih. Setelah itu, cemplungkan peralatan makan perak yang
ternoda untuk membersihkannya dengan cepat.
Sumber: http://derazino.blogspot.com/2010/11/10-manfaat-aluminium-foil.html
Sifat-sifat Alumunium foil
Sifat-sifat dari Alumunium Foil adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga
dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka
terhadap cahaya seperti margarin dan yoghurt. Alumunium Foil banyak digunakan sebagai
bahan pelapis atau laminan. Kombinasi Alumunium Foil dengan bahan kemasan lain dapat
menghasilkan jenis kemasan baru yang disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat retort
pouch adalah harus mempunyai daya simpan yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak
mudah sobek bila tertusuk dan tahan terhadap suhu sterilisasi yang tinggi (Julianti, 2007).
Alumunium foil memiliki sifat-sifat yaitu tidak terpengaruh sinar matahari, tidak dapat
terbakar, tidak bersifat menyerap bahan atau zat lain, tidak menunjukkan perubahan ukuran
dengan berubah-ubah RH. Apabila secra ritmis kontak dengan air, biasanya tidak akan
terpengaruh atau bila berpengaruh sangat kecil. Sifat-sifat mekanis alumunium foil yang
sangat penting adalah “tensile strength“, elastisitas dan daya tahannya terhadap sobekan dan
lipatan (Suyitno, 1990).
Alumunium Foil menempati posisi yang penting dalam produk kemas fleksibel karena
memiliki barriers yang memuaskan dan penampilan yang baik. Foil yang biasa digunakan
dengan ketebalan antara 6 mikron sampai dengan 150 mikron baik soft temper maupun hard
temper. Soft maupun hard temper, tergantung dari komposisi dari alloy dan treatment
terhadap foil tersebut. Umumnya untuk kepentingan kemas fleksibel foil yang digunakan
tebalnya kurang dari 25 mikron. Namun demikian untuk keperluan tertentu dengan contoh
yang lebih tebal Alumunium Foil yang soft temper akan mudah membentuk dead-fold, dan
tidak mudah kembali, dan bisa dibentuk menurut keinginan (Departemen perindustrian,
2007).
Alumunium foil memiliki sifat tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan
hygienis, tidak mudah membuat pertumbuhan bakteri dan jamur. Karena harganya yang
cukup mahal, maka aplikasi dari Alumunium Foil sekarang ini banyak disaingi oleh
metalized aluminium film. Coating yang sangat tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di
ruang vacuum, hasilnya adalah suatu produk yang ekonomis dan kadang-kadang fungsinya
dapat menyaingi Alumunium Foil, dalam aplikasi kemas fleksibel dan memiliki proteksi yang
cukup baik terhadap cahaya, moisture dan oksigen (Departemen perindustrian, 2007).
Sifat kekerasan alumunium foil menurut Suyitno (1990) adalah sebagai berikut:
1. “O” temper dihasilkan dengan membiarkan foil dikenakan pemanasan terkontrol,
disusul oleh pendinginan terkendali. Foil dengan “O” temper berarti paling empuk
dan memiliki sifat-sifat fisik fisik terendah.
2. “H” temper : dihasilkan dengan mengeraskan metal dibawah tegangan dengan rolling
sampai keras.
H 18 : keras penuh, dikeraskan dengan rolling
H 19 : “foil superhard”
Dampak penggunaan aluminium foil
Penggunaan alumunium foil sebagai kemasan mengandung bahan kimia yang dapat
memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan. Zat-zat berbahaya yang terkandung dalam
kemasan tersebut akan mencemari darah manusia dan mengganggu kesehatan sistem kerja
endokrin sehingga menyebabkan gangguan hormonal. Selama penelitiannya, para peneliti
mengamati tikus yang terkena zat dalam kemasan makanan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa senyawa ini terakumulasi dalam tubuh dan tidak dieliminasi. Para peneliti
mengungkapkan bahwa, bahan kimia tersebut dapat menyebabkan masalah seperti kerusakan
pada sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kadar kolesterol serta menyebabkan kegagalan
dalam kelenjar tiroid.