Post on 24-Jan-2021
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
PADA TN.B DENGAN GASTROENTERITIS DIRUANG
BOUGENVILE RS. PANTI WALUYO
DisusunOleh :
ESTER CAROLINA H S.
NIM : P10019
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
PADA TN.B DENGAN GASTROENTERITIS DIRUANG
BOUGENVILE RS. PANTI WALUYO
KaryaTulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DisusunOleh :
ESTER CAROLINA H S.
NIM : P10019
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA TN. B DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG
BOUGENVILE R.S PANTI WALUYO SURAKARTA.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Setiyawan,S.Kep.,Ns,selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah
memberikan kesempatan untuk dapat membina ilmu di STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan, pembimbing, dan penguji yang telah memberikan kesempatan
untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang berkenan memberikan
masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian sidang serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
4. Nurul Devi, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang berkenan memberikan
masukan-masukan, saran, inspirasi, perasaan nyaman dalam ujian sidang serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Progam Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu
yang bermanfaat.
6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi, doa dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakartadan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin
Surakarta, Juni 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................. 4
C. Manfaat Penulisan ............................................................... 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ..................................................................... 7
B. Pengkajian ........................................................................... 7
C. Perumusan Masalah Keperawatan ...................................... 11
D. Perencanaan......................................................................... 12
E. Implementasi ....................................................................... 12
F. Evaluasi ............................................................................... 14
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 16
B. Simpulan& Saran ................................................................ 25
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3 Log Book
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah.
Lampiran 5 Asuhan Keperawatan
Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kejadian gastroenteritis di wilayah Indonesia masih tinggi.
Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 2004
angka kematian akibat gastroenteritis 23 per 100 ribu penduduk. Selama
tahun 2006 sebanyak 41 Kabupaten di 16 Provinsi melaporkan kejadian
luar biasa (KLB) gastroenteritis di Wilayah Indonesia. Hal tersebut
disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku
hidup yang tidak sehat (Astaqauliyah, 2010)
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus
besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal dan oral dari satu
pasien ke pasien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi (Muttaqin dan Sari,
2011).
Gastroenteritis merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama
di daerah dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Beberapa jenis
kuman seperti shigella dan e. coli enterotoksigenik (ETEC) seta rotavirus
merupakan penyebab utama gastroenteritis di Indonesia. Berdasarkan
penelitian di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur selama tahun 2011
2
sebesar 50,66% penderita gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus
(Murniwaty, 2006).
Gastroenteritis disebabkan oleh gangguan motilitas usus, terjadinya
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Usus halus menjadi bagian
absorpsi utama dan usus besar melakukan absorpsi air yang akan membuat
solid dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis akan
menyebabkan absorpsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorpsi air
menjadi terganggu (Muttaqin dan Sari, 2011).
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya yang berupa energi. Selain itu energi juga dapat
membangun dan memelihara jaringan dalam tubuh serta mengatur proses
kehidupan. Nutrisi digunakan untuk makanan sebagai pembentuk energi,
dimana setiap jaringan dalam tubuh bekerja dengan baik (Syakur, 2012).
Nutrisi merupakan prioritas perawatan terpenting dalam berbagai
penyakit malnutrisi. Tubuh membutuhkan energi untuk aktivitas sehingga
dibutuhkan intake nutrisi yang tepat dan mencukupi. Nutrisi merupakan
elemen penting dalam proses dan fungsi tubuh. Nutrisi mencakup
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Karbohidrat dan
protein menjadi sumber energi utama dan sumber serat pangan, lemak
merupakan bentuk penghasil energi tubuh yang utama, vitamin berfungsi
sebagai antioksidan, yaitu substansi yang menetralisir radikal bebas, mineral
berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh serta bahan penyusun tubuh,
3
sedangkan air berfungsi sebagai pelarut makanan untuk memudahkan proses
pencernaan makanan (Widianti dan saryono, 2010)
Status nutrisi, dalam persepektif keperawatan sangat berhubungan
dengan sistem gastrointestinal. Perawat menemukan berbagai masalah
keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi pada kondisi klinik gangguan
gastrointestinal seperti masalah keperawatan actual / risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana individu
yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik (Wilkinson, 2006).
Hasil observasi penulis di ruang Bougenvile pada tanggal 22 April
2013 diperoleh data bahwa Tn. B mengalami gastroenteritis dan ditemukan
masalah adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan metabolik memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap
struktur dan fungsi semua organ. Didapat data subyektif dari klien selama
dirawat dirumah sakit klien mengatakan tidak nafsu makan, makan dalam
satu hari kurang lebih 4 sendok dan minum kurang lebih 4 gelas. Dan didapat
data obyektifnya, hasil pengkajian antropometri selama sakit adalah berat
badan klien 72 kg, tinggi badan 173 cm, indeks masa tubuh 20,80 (normal).
Hasil biochemical adalah hemoglobin 10,4 g/dl(nilai normal 12,1-17,6),
hematokrit 47,8% (nilai normal 35-45), clinical sign yaitu klien tampak
lemah,untuk rambut hitam ada sedikit uban dan kering, kulit kering,
4
konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah. Dietary histori makan dalam
satu hari kurang lebih 4 sendok dan minum kurang lebih 4 gelas. Diet dari
rumah sakit yaitu bubur.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
pada Tn. B dengan Gastroenteritis Diruang Bougenvile Rumah sakit Panti
Waluyo Surakarta.”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan nutrisi pada Tn. B dengan
gastroenteritis di ruang bougenvile RS Panti Waluyo Surakarta
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. B dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada gastroenteritis di ruang bougenvile RS Panti
Waluyo Surakarta
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. B dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada gastroenteritis diruang bougenvile RS
Panti Waluyo Surakarta
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan Tn. B dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada gastroenteritis di ruang bougenvile
RS Panti Waluyo Surakarta
5
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. B pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada gastroenteritis diruang bougenvile RS Panti
Waluyo Surakarta
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. B dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada gastroenteritis di ruang bougenvile RS Panti
Waluyo Surakarta
f. Penulis mampu menganalisa kondisi pada Tn. B dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada gastroenteritis di ruang bougenvile RS Panti
Waluyo Surakarta
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan menerapkan asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan gastroenteritis.
2. Bagi Institusi
Sebagai referensi untuk menambah wawasan bagi para mahasiswa
khususnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien dengan gastroenteritis.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada gastroenteritis.
6
4. Bagi pembaca
Untuk memperoleh dan memperluas wawasan serta pengetahuan
tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan
gastroenteritis
7
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Pengkajian menggunakan metode Autoanamnese dan Alloanamnese.
Pasien masuk pada tanggal 22 April 2013. Pengkajian dilakukan pada tanggal
22 April 2013 jam 11.00 WIB, diperoleh data yaitu, Tn. B berjenis kelamin laki-
laki dengan usia 62 tahun, beragama kristen, alamat Laweyan, Surakarta.
Diagnosa medis Gastroenteritis, pendidikan terakhir adalah SMA dan sudah
tidak bekerja. Penanggungjawab dari Tn.B adalah Ny.S, umur 50 tahun, bekerja
sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhirnya adalah SMA.
Hubungan Ny.S dengan klien adalah istri.
B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Klien
Pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang
dirasakan oleh klien adalah tidak nafsu makan. Riwayat penyakit sekarang,
klien mengatakan pada malam hari tanggal 21 April 2013, BAB sebanyak
5 kali dengan konsistensi cair, ada ampas sedikit, pada tanggal 22 April
2013 jam 07.30 WIB klien dibawa ke IGD Rumah Sakit Panti Waluyo
dengan keluhan tidak nafsu makan, apabila diberi makan perut rasanya mual
dan ingin muntah, dan klien merasakan nyeri perut pada waktu klien duduk,
selama di IGD Rumah Sakit Panti Waluyo klien mendapatkan
8
Tindakan keperawatan, klien mendapatkan infuse RL 40 tpm, injeksi rocer
25 mg, injeksi tarmol 25mg, setelah kondisi klien membaik dan stabil klien
dipindahkan ke bangsal Bougenvile kamar 3A untuk mendapatkan tindakan
keperawatan lebih lanjut. Riwayat kesehatan dahulu, klien mengatakan
penah dirawat di Rumah Sakit Panti Waluyo karena klien mengalami alergi
penisilin. Riwayat kesehatan keluarga yaitu klien mengatakan anggota
keluarganya tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi dan
diabetes militus.
2 Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional (Pola Fungsi Gordon)
Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit klien mengatakan
makan nasi,sayur, lauk(tahu,tempe). Makan 3 kali sehari, minum air putih
kurang lebih 6 gelas sehari. Sedangkan selama sakit klien mengatakan tidak
nafsu makan, mual, makan 3 kali sehari dengan menu yang disiapkan rumah
sakit yaitu bubur. Makan dalam satu hari kurang lebih 4 sendok dan
minum air putih kurang lebih 4 gelas. Hasil pengkajian antopometri selama
sakit adalah berat badan klien 72 kg, tinggi badan 173 cm, indeks masa
tubuh 20,80 (normal).Hasil biochemical adalah hemoglobin 10,4 g/dl (nilai
normal 12,1-17,6), hematokrit 47,8 %(nilai normal 35-45), clinical sign
yaitu klien tampak lemah, untuk rambut hitam ada sedikit uban dan kering,
kulit kering, konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah. Dietary histori
selama sakit adalah Makan dalam satu hari kurang lebih 4 sendok dan
minum air putih kurang lebih 4 gelas. Diet dari rumah sakit yaitu bubur.
9
3 Hasil Pemeriksaan Fisik dan penilaian
Pemeriksaan fisik, keadaan umum dari klien adalah baik, kesadaran
composmentis, untuk pemeriksaan tanda-tanda vitalnya didapatkan hasil
tekanan darah Tn.B 120/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu 37 derajat
celcius, respirasi 20 kali per menit. Pemeriksaan fisik, untuk kepala bentuk
mesochepal, rambut hitam ada sedikit uban. Mata klien simetris antara
kanan dan kiri,konjungtiva anemis, reflek cahaya baik, tidak menggunakan
alat bantu penglihatan. Hidung bersih, tidak terdapat secret, tidak terpasang
oksigen.Telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak banyak serumen, tidak
ada gangguan pendengaran. Mulut tidak terdapat stomatitis,lidah sedikit
kotor. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Pada pemeriksaan dada, untuk inspeksi, paru simetris antara kanan
dan kiri, ekspansi dada sama antara kanan dan kiri, hasil pemeriksaan vocal
fremitus antara kanan dan kiri sama, saat perkusi bunyi paru sonor, dan saat
auskultasi suara nafas vesikuler. Pemeriksaan jantung saat inspeksi ictus
cordis tidak tampak, perkusi ictus cordis teraba kuat di sub intercosta 4 dan
5, saat di palpasi bunyi pekak, saat auskultasi bunyi jantung I dan II murni,
tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan abdomen inspeksi perut datar,
tidak ada jejas, saat dilakukan auskultasi bising usus 25 kali per menit, saat
dilakukan perkusi terdengar bunyi timpani dan saat dilakukan palpasi
terdapat nyeri tekan di epigastrik di kuadran 3.
Pemeriksaan genetalia dan anus bersih. Pemeriksaan ekstremitas,
untuk ekstremitas atas kekuatan otot 5 dan terpasang infus RL 20 tetes per
10
menit di tangan kiri, akral hangat,capilary refill 2 detik, tidak ada
perubahan tulang. Untuk ekstremitas bawah kekuatan otot 5,akral hangat,
capilary refill 2 detik, tidak ada perubahan tulang.
4 Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin tanggal 22 April 2013
yaitu hemoglobin 10,4 g/dl (nilai normal 12,1-17,6), hematokrit 47,8 %
(nilai normal 35-45), leukosit 11,6 juta/mm3 (nilai normal 4,4-11,3),
eritrosit 5,01 juta/mm3 (nilai normal 4,5-5,9), trombosit 170 U/L (nilai
normal 150-450). Pemeriksaan kimia klinik: natrium 132,5 mmol/L (nilai
normal 136-145), kalium 3,78 mmol/L (3,3-5,1), clorida 100 mmol/L (nilai
normal 98-106). Pemeriksaan hitung jenis: basofil 0,1% (nilai normal 0-2),
eosinofil 0,2% (nilai normal 0-4), neutrofil 72,7% (nilai normal 55-80),
limposit 15,2% (nilai normal 22-44), monosit 11,8% (nilai normal 0-7).
Pemeriksaan index eritrosit: MCV 995 RL (nilai normal 80-96), MCH 33
Pg (nilai normal 28-33), MCHC 35% (nilai normal 32-36), golongan darah
atau RH: 0 atau RH (+). Pemeriksaan fungsi ginjal: ureum 35,7 mg/dL (nilai
normal 10-50), kreatinin 1,3mg/dL (0,9-1,3), GDS 136mg/dL (nilai normal
60-140), AST (SGOT) 16 U/L (nilai normal 0-35), ALT (SGPT) 16 U/L
(nilai normal 0-45).
5 Therapy
Selama dirawat di rumah sakit Tn.B mendapatkan terapi
diantaranya: infuse RL 20 tpm untuk mengembalikan keseimbangan
11
elektrolit pada dehidrasi, ceftriaxon 500 mg/12 jam untuk infeksi yang
disebabkan oleh bakteri pathogen pada saluran nafas, THT, sepsis,
meningitis, sendi dan jaringan lunak, intra abdominal, genital, profilaksis,
peripertif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh,
aminofluid untuk terapi cairan main tenence untuk pasien rawat inap,
ranitidine 25 mg /12 jam untuk pengobatan jangka pendek tukak duodenum
aktif dan tukak lambung aktif.
C Perumusan Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diambil oleh penulis adalah nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan. Diperoleh
data subyektif yaitu klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, makan 3 kali
sehari dengan menu yang disiapkan rumah sakit yaitu bubur. Data obyektifnya,
hasil pengkajian antopometri selama sakit adalah berat badan klien 72 kg, tinggi
badan 173 cm, indeks masa tubuh 20,80 (normal). Hasil biochemical adalah
hemoglobin 10,4 g/dl(nilai normal 12,1-17,6), hematokrit 47,8% (nilai normal
35-45), clinical sign yaitu klien tampak lemah, untuk rambut hitam ada sedikit
uban dan kering, kulit kering, konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah.
Dietary histori selama sakit adalah Makan dalam satu hari kurang lebih 4
sendok dan minum air putih kurang lebih 4 gelas. Diet dari rumah sakit yaitu
bubur.
12
D Perencanaan
Tindakan keperawatan dilakukan selama 3x24 jam dan diharapkan
asupan nutrisi dapat adekuat dengan kriteria hasil nafsu makan meningkat,
klien tampak segar, turgor kulit baik, konjungtiva tidak anemis. Intervensi atau
rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu kaji status nutrisi (antropometri,
biochemical,clinical sign, dietary history) dengan rasional menunjukkan faktor
yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi. Beri makan porsi sedikit tapi sering
dengan rasional supaya asupan makanan adekuat. Beri makanan selagi hangat
dengan rasional untuk menambah selera makan klien. Berikan informasi tentang
pentingnya kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya dengan rasional
nutrisi memegang peranan penting dalam tubuh. observasi tanda-tanda vital
dengan rasional tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum klien, pantau kebutuhan nutrisi klien dengan rasional untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi.
E Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 22 April 2013 jam 11.30
WIB yaitu mengkaji status nutrisi (antropometri, biochemical, clinical sign,
dietary history) dengan respon subyektif klien yaitu klien mengatakan tidak
nafsu makan. Respon obyektif yaitu hasil pengkajian antopometri selama sakit
adalah berat badan klien 72 kg, tinggi badan 173 cm, indeks masa tubuh 20,80
(normal). Hasil biochemical adalah hemoglobin 10,4 g/dl(nilai normal 12,1-
17,6), hematokrit 47,8% (nilai normal 35-45), clinical sign yaitu klien tampak
13
lemah,untuk rambut hitam ada sedikit uban dan kering. Kulit kering, konjungtiva
anemis, nadi teratur dan lemah. Dietary histori selama sakit adalah makan
dalam sehari kurang lebih 4 sendok dan minum 4 gelas air putih. Diet dari
rumah sakit yaitu bubur . Implementasi pada jam 12.00 WIB adalah memberi
makan sedikit tetapi kering, respon subyektif klien adalah klien mengatakan
mau makan sedikit-sedikit, respon obyektifnya klien adalah klien makan habis 2
sendok karena sudah merasa mual. Implementasi pada jam 12.05 WIB adalah
mengajurkan klien makan selagi hangat. Respon subyektif klien adalah klien
mengatakan mau melakukan apa yang dianjurkan perawat, respon obyektif
klien adalah klien makan habis kurang lebih 2 sendok makan.
Tindakan yang dilakukan tanggal 23 April 2013 pada jam 08.00 WIB
adalah mengobservasi tanda-tanda vital klien. Respon subyektif klien adalah
klien mengatakan bersedia untuk diperiksa, respon obyektif klien adalah
tekanan darah 120/80 mmHg, suhu klien 37derajat celcius, nadi 80 kali per
menit, respirasi 20 kali per menit. Implementasi jam 12.00 WIB adalah
memantau kebutuhan nutrisi klien. Respon subyektif klien adalah klien
mengatakan nafsu makan sudah bertambah, makan sudah habis satu porsi dari
yang disediakan rumah sakit, dan minum air putih kurang lebih 5 gelas. Respon
obyektif klien adalah klien sudah tampak segar. Implementasi jam 13.00 WIB
adalah memberikan informasi tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Respon subyektif yaitu keluarga mengatakan akan berusaha memenuhi
kebutuhan nutrisi klien. Respon obyektif yaitu keluarga tampak mengerti
penjelasan perawat.
14
Tindakan yang dilakukan tanggal 24 April 2013 jam 08.00 WIB adalah
mengobservasi tanda-tanda vital klien. Respon subyektif klien adalah klien
mengatakan bersedia untuk diperiksa, respon obyektif klien adalah tekanan
darah 120/80 mmHg, suhu klien 36,7derajat celcius, nadi 80 kali per menit,
respirasi 20 kali per menit. Implementasi jam 12.00 WIB adalah memantau
kebutuhan nutrisi klien. Respon subyektif klien adalah klien mengatakan
makan habis satu porsi dari yang disediakan rumah sakit, dan minum air putih
kurang lebih 6 gelas. Respon obyektif klien adalah mukosa bibir sudah tidak
kering.
F. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3 hari, evaluasi
tanggal 22 April 2013 adalah diperoleh evaluasi subyektif yaitu klien
mengatakan tidak nafsu makan, mual, makan 3 kali sehari dengan menu yang
disiapkan rumah sakit yaitu bubur. evaluasi obyektifnya, hasil pengkajian
antopometri klien selama sakit adalah berat badan klien 72 kg, tinggi badan 173
cm, indeks masa tubuh 20,80 (normal). Hasil biochemical adalah hemoglobin
10,4 g/dl(nilai normal 12,1-17,6), hematokrit 47,8 %(nilai normal 35-45),
clinical sign yaitu klien tampak lemah, untuk rambut hitam ada sedikit uban dan
kering. Kulit kering, konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah. Dietary histori
selama sakit adalah Makan dalam satu hari kurang lebih 4 sendok dan minum air
putih kurang lebih 4 gelas. Diet dari rumah sakit yaitu bubur. Dengan analisa
adalah masalah belum teratasi, planning lanjutkan intervensi yaitu berikan
15
makan sedikit tapi sering, berikan pendidikan kesehatan pentingnya nutrisi bagi
tubuh, berikan makan selagi hangat.
Evaluasi tanggal 23 April 2013 adalah evaluasi subyektif klien adalah
klien mengatakan nafsu makan sudah bertambah, makan sudah habis satu porsi
dari yang disediakan rumah sakit, dan minum kurang lebih 6 gelas dalam satu
hari. Evaluasi obyektif klien adalah klien tampak segar, konjungtiva tidak
anemis, turgor kulit baik, dengan analisa masalah sudah teratasi, dengan
planning intervensi dipertahankan yaitu berikan makan sedikit tapi sering,
berikan makan selagi hangat.
Evaluasi tanggal 24 April 2013 yaitu evaluasi subyektif klien adalah
klien mengatakan nafsu makan sudah bertambah, makan sudah habis satu porsi
dari yang disediakan rumah sakit, dan minum kurang lebih 6 gelas dalam satu
hari. Evaluasi obyektif klien adalah mukosa bibir tidak kering, konjungtiva
tidak anemis, turgor kulit baik, dengan analisa masalah sudah teratasi, dan
dengan planning intervensi dihentikan.
16
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 22 sampai 24 April 2013 di bangsal
Boegenvile Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini
dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian
Tahap yang pertama dilakukan penulis adalah pengkajian kepada
pasien.Pengkajian keperawatan adalah salah satu dari komponen asuhan
keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat
dalam menggali permasalahan dari pasien meliputi usaha pengumpulan data
tentang status kesehatan seorang pasien secara sistematis, menyeluruh,
akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2010).
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. B yang menderita gastroenteritis
yaitu diare, hilangnya nafsu makan, nyeri perut, mual tanpa disertai muntah
sedangkan pemeriksaan fisik pada Tn. B menunjukkan rambut kering, kulit
kering, konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah dan pemeriksaan
laboratorium hemoglobin 10,4 g/dl(nilai normal 12,1-17,6), hematokrit
47,8% (nilai normal 35-45).
17
Pengkajian yang dilakukan pada penderita Gastroenteritis yaitu
peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai
kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, hilangnya nafsu makan, serta
ketidaknyamanan abdomen. Pemeriksaan fisik pada gangguan nutrisi adalah
adanya perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan
darah turun, denyut jantung cepat dan pemeriksaan laboratorium pada
gangguan nutrisi adalah transferin, albumin, elektrolit (Muttaqin dan Sari,
2011)
Dari data diatas penulis dapat menyimpulkan antara teori dengan
kasus Tn. B tidak jauh berbeda karena keluhan, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium sesuai dengan teori dan menunjukkan bahwa klien
tersebut mengalami gangguan nutrisi.
Pengkajian pola nutrisi dan metabolisme pada Tn. B didapatkan data
yaitu klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, makan 3 kali sehari
dengan menu yang disiapkan rumah sakit yaitu bubur. Hasil pengkajian
antopometri selama sakit adalah berat badan klien 72 kg, tinggi badan 173
cm, indeks masa tubuh 20,80 (normal). Hasil biochemical adalah
hemoglobin 10,4 g/dl(nilai normal 12,1-17,6), hematokrit 47,8 %(nilai
normal 35-45), clinical sign yaitu klien tampak lemah, untuk rambut hitam
ada sedikit uban dan kering, kulit kering, konjungtiva anemis, nadi teratur
dan lemah. Dietary histori selama sakit adalah Makan dalam satu hari
kurang lebih 4 sendok dan minum air putih kurang lebih 4 gelas. Diet dari
18
rumah sakit yaitu bubur. Pengkajian pola nutrisi dan metabolisme
menggunakan prinsip pengkajian ABCD yaitu A (antropometri), meliputi
berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh. B (biochemical data),
meliputi hasil laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit. C (clinical
sign), meliputi penampilan umum yaitu lesu, apatis, kakeksia. Berat badan
kurang dari 20% berat badan ideal. Postur yaitu bahu kendur, dada cekung,
punggung bungkuk. Otot yaitu penampilan lemah, tonus buruk, nyeri ;
edema, tidak mampu berjalan dengan baik. Kontrol sistem saraf yaitu
kurang perhatian. Fungsi gastrointestinal yaitu anoreksia, tidak dapat
mencerna, konstipasi atau diare. Fungsi kardiovaskuler yaitu nadi diatas 100
kali per menit, irama tidak normal, tekanan darah meningkat. Rambut yaitu
kusam, kusut, kering, tipis dan kasar, helai rambut mudah terlepas. Kulit
yaitu kasar, kering, bersisik, pucat. Bibir yaitu penampilan kering, bersisik,
bengkak. Gusi yaitu bengkak dan mudah berdarah . Mata yaitu konjungtiva
pucat atau anemis. D (dietary history), meliputi status kesehatan,
pemasukan makanan, kultur dan agama, status sosioekonomi, pilihan
pribadi, faktor psikologis, alkohol dan obat, kesalahan informasi dan
keyakinan terhadap makanan (Mutaqin dan Sari, 2011).
Hasil pengkajian, penulis sudah berpedoman pada pengkajian
ABCD (antropometri, biochemical data, clinical sign, dietary history) tetapi
pada tanggal 23 dan 24 April 2013 tidak mencantumkan hasil laboratorium
dikarenakan tidak ada pemeriksaan laboratorium dan setelah dilakukan
19
pengkajian tentang berat badan ternyata penurunan berat badan tidak
mencapai 20 % sesuai teori.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subyektif dan
obyektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam
medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain (Deswani, 2009)
Pada kasus Tn. B penulis menegakkan diagnosa utama yaitu
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan hilangnya nafsu makan,
didukung oleh data-data yang mengacu pada diagnosa tersebut yaitu data
subyektif adalah klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, makan 3 kali
sehari dengan menu yang disiapkan rumah sakit yaitu bubur. Data
obyektifnya, hasil pengkajian antopometri selama sakit adalah berat badan
klien 72 kg, tinggi badan 173 cm, indeks masa tubuh 20,80 (normal). Hasil
biochemical adalah hemoglobin 10,4 g/dl(nilai normal 12,1-17,6),
hematokrit 47,8% (nilai normal 35-45), clinical sign yaitu klien tampak
lemah,untuk rambut hitam ada sedikit uban dan kering, kulit kering,
konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah. Dietary histori selama sakit
adalah . Makan dalam satu hari kurang lebih 4 sendok dan minum air putih
kurang lebih 4 gelas. Diet dari rumah sakit yaitu bubur. Penulis
memprioritaskan diagnosa nutrisi karena merupakan diagnosa prioritas dan
aktual, hal ini didasarkan pada teori hierarki maslow. Selain itu kekurangan
20
nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi
hampir semua organ, karena nutrisi penting bagi kelangsungan hidup,
pertumbuhan, perbaikan jaringan yang rusak dan harus segera ditangani
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia (Muttaqin dan Sari, 2011).
Diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana
individi yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. Sedangkan batasan karakteristiknya yaitu berat badan
kurang dari 20 persen atau lebih dari ideal terhadap tinggi badan dan
kerangka, melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran
kecukupan gizi harian (Wilkinson, 2007)
3. Intervensi
Intervensi adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan
dari klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani,
2009). Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan kriteria intervensi NIC
(Nursing Interventions Classification) dan NOC (Nursing Outcomes
Classification). Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan kebutuhan dan respon pasien, sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan spsifik ((jelas), measurable (dapat diukur), acceptance,
rasional dan timing (Wilkinson, 2007).
Diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hilangnya nafsu makan, setelah dilakukan tindakan
21
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan asupan nutrisi dapat adekuat
dengan kriteria hasil nafsu makan meningkat, klien tampak segar, turgor
kulit baik, konjungtiva tidak anemis. Rencana tindakan keperawatannya
yaitu pencegahan dan penanganan pembatasan diet yang berat dan aktivitas
berlebih atau makan dalam satu waktu dalam jumlah banyak, pemberian
asupan diet makanan cairan yang seimbang, fasilitasi pencapaian kenaikan
berat badan, pantau hasil laboratorium khususnya albumin, transferin,
elektrolit, ketahui makanan kesukaan klien, pantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan, timbang pasien pada interval yang tepat, berikan
informasi yang tepat tentang pentingnya kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya, tentukan dengan kolaborasi bersama ahli gizi secara tepat
jumlah kalori dan jenis gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi (Wilkinson, 2007).
Rencana tindakan keperawatan yang ingin penulis lakukan pada Tn. B
yang mengalami masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
meliputi: kaji status nutrisi (antropometri, biochemical,clinical sign, dietary
history), Beri makan porsi sedikit tapi sering, beri makanan selagi hangat,
berikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya, pantau tanda-tanda vital, pantau status nutrisi.
Terdapat perbedaan teori dengan kasus Tn. B, kasus Tn, B dalam
rencana keperawatan tidak dicantumkan kenaikan berat badan karena tidak
ada penurunan berat badan secara spesifik dan dalam memantau kandungan
nutrisi dan kalori serta menghitung jumlah kalori dan jenis gizi yang
22
dibutuhkan tidak penulis cantumkan karena sudah ada ahli gizi yang
menangani hal tersebut.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan (Debora,
2011). Penulis melaksanakan implementasi dari tanggal 22-24 April 2013,
semua intervensi diimplementasikan, ada satu intervensi yang tidak
dilaksanakan yaitu menghitung jumlah kalori dan jenis gizi karena
menghitung jumlah kalori dan menentukan jenis gizi sudah dilakukan ahli
gizi.
Tindakan asuhan keperawatan diagnosa kekurangan nutrisi, tindakan
yang sudah dilakukan penulis selama 3 hari dari tanggal 22 sampai 24 April
adalah pertama, mengkaji status nutrisi (antropometri, biochemical data,
clinical sign, dietary history), dalam hal ini didapat berat badan 72 kg, tinggi
badan 173 cm, indeks masa tubuh 20,80, hemoglobin 10,4 g/dl (nilai normal
12,1-17,6), hematokrit 47,8% (nilai normal 35-45), (dilakukan pemeriksaan
pada tanggal 22 April 2013), nadi teratur tetapi lemah, konjungtiva anemis,
rambut kering, kulit kering. Pengukuran antropometri adalah suatu sistem
pengukuran susunan tubuh dan bagian khusus tubuh. Antropometri terdiri
dari berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, (menunjukkan lemak yang
ada di tubuh), lingkar lengan atas (Muttaqin dan Sari, 2011).Tanggal 23 dan
24 April penulis tidak mencantumkan data pemeriksaan laboratorium yang
seharusnya dicantumkan penulis dikarenakan tidak ada pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 23 dan 24 April.
23
Kedua, memberi makan sedikit tapi sering karena pemberian diet
makanan secara rutin akan memberikan kondisi normal terhadap fungsi
gastrointestinal dan merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang
adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori (Muttaqin
dan Sari, 2011)
Ketiga, mengukur tanda-tanda vital merupakan parameter tubuh
yang terdiri dari tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh,
disebut tanda vital karena untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh
(Jones, 2008) dalam kasus Tn. B didapatkan pemeriksaan tanda-tanda vital,
tekanan darah Tn. B selalu stabil yaitu 120/80 mmHg pada tanggal 22 April
2013, 120/80 mmHg pada tanggal 23 April 2013, 120/80 mmHg pada tanggal
24 April 2013. Nadi 80 kali per menit, suhu 37 derajat celcius, respirasi 20
kali per menit. Pemeriksaan tanda-tanda vital pada Tn. B dalam batas normal.
Keempat, memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan
nutrisi dan bagaimana memenuhinya. Kebutuhan nutrisi bagi manusia dapat
dibagi dalam lima kelompok besar yaitu karbohidrat, sebagai bahan bakar
dan sumber energi. Dalam keadaan tertentu lemak dan protein dapat
dipergunakan sebagai bahan bakar. Lemak, sebagai sumber pembagun
jaringan lemak antara lain merman sel, khususnya asam lemak esensial tak
jenuh, juga sebagai sumber energi. Protein, sangat penting bagi asam amino
dari sel dan berfungsi sebagai sumber membangun jaringan otot atau organ
dan sebagai bahan bangun sel. Protein mengandung elemen nitrogen dan
belerang, yang tidak terdapat dalam hidrat arang dan lemak, protein
24
digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh jika tidak terdapat cukup
karbohidrat dan lemak dalam makanan. Serat, gizi khusus bisa diperoleh dari
sayuran dan buah-buahan. Vitamin dan mineral, yang terdapat disemua bahan
makanan dalam jumlah kecil (Muttaqin dan Sari, 2011)
Kelima, memberikan makan selagi hangat dapat menambah selera
makan klien bertambah dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
dalam pemberian asupan makanan karena pemberian makan selagi hangat
secara rutin akan memberi kondisi yang normal terhadap fungsi
gastrointestinal (Muttaqin dan Sari, 2011)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dapat dilakukan
pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu kepada
penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan
penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal
(Deswani, 2009)
Penulis dalam melakukan evaluasi sudah sesuai teori yang ada yaitu
sesuai SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisis, Planning), terdiri dari subyektif
yaitu pernyataan klien atau keluarga, obyektif yaitu hasil dari pemeriksaan
dan observasi, analisis yaitu kesimpulan dari hasil tindakan, planning yaitu
rencana tindakan.
Evaluasi diagnosa keperawatan yang utama yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam didapatkan data subyektif
25
yaitu pasien mengatakan nafsu makan bertambah, makan sudah habis satu
porsi dari yang disediakan rumah sakit dan minum kurang lebih 6 gelas
dalam satu hari. Data obyektif yaitu raut muka klien sudah segar,
konjungtiva tidak anemis, turgor kulit baik. Analisa masalah sudah teratasi,
sehingga intervensi dihentikan.
Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan penulis selama 3 hari dari
tanggal 22 sampai 24 April 2013 adalah masalah dari Tn. B sudah teratasi
karena sudah sesuai intervensi yang disusun oleh penulis.
B. Simpulan & Saran
1. Simpulan
a. Pengkajian yang dilakukan pada Tn. B diperoleh hasil yaitu data subyektif
klien mengatakan tidak nafsu makan, makan dalam sehari kurang lebih 4
sendok dan minum 4 gelas air putih. Data obyektif yaitu hasil pengkajian
antopometri adalah berat badan klien 72 kg, tinggi badan 173 cm, indeks
masa tubuh 20,80 (normal). Hasil biochemical adalah hemoglobin 10,4
g/dl(nilai normal 12,1-17,6), hematokrit 47,8% (nilai normal 35-45),
clinical sign yaitu klien tampak lemah,untuk rambut hitam ada sedikit
uban dan kering. Kulit kering, konjungtiva anemis, nadi teratur dan lemah
Tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 37derajat celcius, respirasi 20 kali per
menit, nadi 80 kali per menit.Dietary histori adalah bubur 3 kali sehari
b. Diagnosa utama yang muncul pada Tn. B adalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan.
26
c. Intervensi keperawatan pada Tn. B yaitu, setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam dan diharapkan asupan nutrisi dapat
adekuat dengan kriteria hasil nafsu makan meningkat, klien tampak
segar, turgor kulit baik, konjungtiva tidak anemis, intervensi atau rencana
keperawatan yang akan dilakukan adalah observasi status nutrisi
(antropometri, biochemical data, clinical sign, dietary history), dengan
rasional menunjukkan faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi,
beri makan porsi sedikit tapi sering dengan rasional supaya asupan
makanan adekuat. Beri makanan selagi hangat dengan rasional untuk
menambah selera makan klien. Berikan informasi tentang pentingnya
kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya dengan rasional nutrisi
memegang peranan penting dalam tubuh.
d. Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 22 sampai 24 April
2013 terhadap Tn. B adalah mengobservasi status nutrisi (antropometri,
biochemical data, clinical sign, dietary history), memberikan makan
sedikit tapi sering, memberikan makan selagi hangat, mengobservasi
tanda-tanda vital, memberikan informasi tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
e. Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan terhadap Tn. B selama 3 hari
pada tanggal 22 sampai 24 April 2013 sudah sesuai SOAP (Subyektif,
Obyektif, Assessment, Planning) disimpulkan bahwa masalah
keperawatan: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sudah teratasi setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dengan evaluasi subyektif
27
yaitu klien mengatakan nafsu makan sudah bertambah, makan sudah habis
satu porsi dari yang disediakan rumah sakit, dan minum kurang lebih 6
gelas dalam satu hari. Evaluasi obyektif klien adalah raut muka segar,
konjungtiva tidak anemis, turgor kulit baik, dengan analisa masalah sudah
teratasi, dan dengan planning intervensi dihentikan.
f. Analisa kondisi Tn. B yang mengalami masalah keperawatan yaitu nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh yaitu klien mengatakan nafsu makan sudah
bertambah, makan sudah habis satu porsi, raut muka segar, konjungtiva
tidak anemis, turgor kulit baik, dan masalah keperawatan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi karena implementasi yang dilakukan sudah
sesuai intervensi yang disusun oleh penulis.
2. Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun
klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
yang optimal dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas
serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan
professional sehingga dapat tercipta perawat professional, terampil,
28
inovatif, dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
c. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah atau memanfaatkan pengetahuan,
keterampilan, dan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan
pelayanan secara professional dan komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Astaqauliyah. 2010. Artikel kedokteran patofisiologi gejala klinik dan
penatalaksanaan diare. http://astaqauliyah.com/2010/06/artikel-
kedokteran-patofisiologi-gejala-klinik-dan-penatalaksanaan-diare
diakses tanggal 25 April 2013
Debora, Oda, (2011), proses keperawatan & pemeriksaan fisik, Salemba
Medika : Jakarta.
Deswani, (2009), proses keperawatan & berpikir kritis, Salemba Medika :
Jakarta
Jones, v, Rhonda.2008. Penilaian Umum dan Tanda-Tanda
Vital.http://koranindonesiasehat.wordpress.comdiakses pada tanggal 2
juni 2013
Muttaqin Arif dan Kumala Sari, (2011), Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Salemba Medika : Jakarta
Muttaqin Arif, (2010), Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktek
Klinik, Salemba Medika : Jakarta
Murniwaty, shinta. 2006. Factor-faktor risiko kejadian diare
akut.http://skp.uniar.ac.id. Diakses pada tanggal 29 mei 2013
Syakur. 2012. Kebutuhan nutrisi pada gangguan gastrointestinal.
http://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&assdt=0,5&q=jurnal+
faktor+yang+berhubungan+dengan+amplifikasidiaskes pada tanggal
27 mei 2013
Saryono, Widianti Tri Anggriyana, (2012), Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM), nuha medika, Yogyakarta
Wilkinson, Judith M, (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta
Wilkinson, Judith M, (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta