Post on 09-Mar-2019
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. M DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA
RSJD SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH:
HERSON RIKUMAU
NIM. P.09079
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Herson Rikumau
NIM : P.09079
Program Studi : DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. M DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA RSJD SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran
saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima saksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 26 April 2012
Yang Membuat Pernyataan
HERSON RIKUMAU
NIM. P.09079
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Herson Rikumau
NIM : P.09079
Program Studi : DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. M DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA RSJD SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada surakarta
Ditetapkan di : SURAKARTA
Hari/ Tanggal : JUMAT/ 27 APRIL 2012
Pembimbing : Amalia Senja, Skep., Ns ( )
NIK.201189090
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Herson Rikumau
NIM : P.09079
Program Studi : DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. M DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA RSJD SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di :
Hari/ Tanggal :
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Amalia Senja, S.kep., Ns ( )
NIK. 201189090
Penguji II : Nurul Devi, S.Kep., Ns ( )
NIK. 201186080
Penguji III : Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns ( )
NIK. 2011085071
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep. Ns
NIK.201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul �ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA Tn. M DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA RSJD SURAKARTA.�
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns , selaku Ketua program studi DIII Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Amalia Senja, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Nurul Devi, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
vi
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
5. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberi semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Lois yang telah memberikan inspirasi, doa dan dorongan moril setiap
waktu.
9. Teman � teman Mahasiswa Program studi DIII Keperawatan Stikes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagaipi hak yang tidak dapat disebutkan
satu � persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan .................................................................... 4
BAB II. LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien .......................................................................... 5
B. Pengkajian ................................................................................ 6
C. Perumusan Masalah Keperawatan ............................................. 7
D. Perencanaan Keperawatan ........................................................ 8
E. Implementasi Keperawatan ....................................................... 11
F. Evaluasi Keperawatan .............................................................. 13
BAB III. PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan .............................................................................. 14
B. Simpulan dan Saran .................................................................. 23
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3. Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 4. Log Book
Lampiran 5. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Definisi kesehatan jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 kesehatan jiwa
adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangannya itu berjalan
selaras dengan keadaan orang lain.(Dalami Ermawati, 2010).
Menurut Yosep (2007), salah satu bentuk gangguan jiwa adalah
perilaku amuk. Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif
yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan (Keliat, 2010). Suatu keadaan emosi yang merupakan
campuran perasaan frustasi dan benci atau marah yang bisa membahayakan
diri sendiri dan orang lain. Gangguan jiwa perilaku kekerasan dapat terjadi
pada setiap orang yang memiliki tekanan batin yang berupa kebencian
terhadap seseorang. Maka seseorang yang memiliki gangguan jiwa perilaku
kekerasan ini perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam perawatan
supaya risiko tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain
bisa diperkecil.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang, diri sendiri dan lingkungan secara fisik
maupun psikologis (Berkowitz, 2002). Berdasarkan definisi ini maka perilaku
2
�
kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik
(Keltner, 2006). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah
lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 2002). Kemarahan
adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman (Keliat,2003).
Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan
hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak
langsung. Kemarahan yang ditekan atau pura - pura tidak marah akan
mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Terganggunya
hubungan interpersonal dapat mengakibatkan gangguan dalam pemenuhan
mencintai dan memiliki karena menurut Stuart dan Sundden (2009), afiliasi
dalam kelompok ,hubungan teman,keluarga,teman sebaya dan masyarakat
merupakan komponen dalam mencintai dan memiliki.
Menurut Maslow (2003), individu didominasi oleh kebutuhan yang
belum dipuaskan yang paling rendah, paling dasar dalam tata tingkat begitu
tingkat kebutuhan ini terpenuhi ia tidak lagi memotivasi perilaku, kebutuhan
ini masih sangat dekat dengan kebutuhan fisiologi untuk dilindungi dari
bahaya ancaman fisik, kebutuhan mencakup memberi dan menerima,
mencintai, cinta kasih, rasa memiliki. Setiap orang ingin menjadi bagian dari
keluarga atau anggota kelompok sosial (Adikoesoemo, 2003).
3
�
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam membuat karya tulis ilmiah dengan judul
�Studi kasus pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pada Tn.M
dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.�
B. Tujuan penulisan
1) Umum :
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pada
Tn. M dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
2) Khusus :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki pada Tn.M dengan perilaku kekerasan.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki pada Tn.M dengan perilaku kekerasan.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan
kebutuhan mencintai dan memiliki pada Tn.M dengan perilaku
kekerasan.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki pada Tn.M dengan perilaku kekerasan.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan mencintai
dan memiliki pada Tn.M dengan perilaku kekerasan.
f. Penulis mampu menganalisa pemenuhan kebutuhan mencintai dan
memiliki pada Tn.M dengan perilaku kekerasan.
4
�
C. Manfaat Penulisan
a. Bagi penulis
Sebagai sarana dan alat untuk menambah pengetahuan dan
memperoleh pengalaman khususnya dibidang keperawatan jiwa.
b. Bagi Institusi
Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka
tentang asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan.
c. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik
pelayanan keperawatan khususnya pada keperawatan jiwa khususnya
perilaku kekerasan.
d. Bagi Keluarga pasien
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang perawatan
gangguan jiwa terutama pada anggota keluarga khususnya dengan
klien yang mengalami gangguan jiwa perilaku kekerasan.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan jiwa
pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pada Tn. M dengan perilaku
kekerasan. Proses keperawatan pada tanggal 2 - 4 April 2012. Asuhan
keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
Dari pengkajian tanggal 2 April 2012 jam 10.00 WIB pada kasus ini
diperoleh dengan cara auto dan allo anamnesis, mengadakan pengkajian
langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan perawat dari data pengkajian
tersebut didapat hasil identitas klien bahwa klien bernama Tn. M umur 30 tahun,
jenis kelamin laki-laki, pekerjaan swasta, agama Islam, diagnosa skizofrenia akut,
alamat Sukoharjo, penanggung jawab adalah Ny.S pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga, hubungan dengan klien adalah sebagai ibu kandung.
Ketika dilakukan pengkajian keluhan yang dirasakan klien saat dikaji
adalah klien mengatakan jengkel kepada ibunya. Riwayat alasan masuk kurang
lebih tujuh hari yang lalu klien kambuh dengan perubahan sikap seperti bicara
sendiri, mengamuk, ngelantur, bingung, mondar - mandir, sulit tidur, tidak mau
mandi, membanting barang - barang rumah tangga alasan klien jengkel kesal
kepada ibunya. Dari pengkajian didapatkan faktor predisposisi klien pernah
mengalami gangguan jiwa sejak lebih dari lima tahun ini, riwayat mondok sudah
enam kali. Klien pernah mengalami penganiayaan fisik dipukul oleh adiknya
6
�
menggunakan gitar sampai menimbulkan luka. Anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa yaitu adik klien. Hasil pengobatan terdahulu kurang berhasil
dikarenakan kurangnya dukungan dari keluarga terhadap klien dalam pengobatan
dan pengawasan proses penyembuhan klien dirumah. Adapun faktor presipitasi
didapatkan klien mengatakan jengkel dengan ibunya karena klien tidak dibelikan
motor baru dan marah terhadap kakaknya karena tidak mau mengalah
menggunakan motor, sehingga klien mengamuk, memecah - mecahkan barang
rumah tangga, serta ingin memukul ibunya sendiri dengan menggunakan botol
minuman. Dari data hasil pengkajian didapatkan analisa genogram yaitu klien
adalah anak ke dua dari empat bersaudara klien tinggal bersama anak, kedua adik
dan ibunya.
Penulis melalui 11 pola fungsional Gordon, tetapi penulisan asuhan
keperawatan pada fokus masalah yaitu pola koping stres dari data hasil pengkajian
yaitu klien mengatakan jika terjadi masalah dengan orang lain klien mudah sekali
marah dan lebih mendahulukan emosinya. Penyebab klien marah karena tidak
sesuai dengan keinginannya dan tidak sesuai pendapatnya. Koping stres klien
adalah marah � marah, mengamuk, memecah barang - barang rumah tangga, serta
ingin memukul orang lain dengan menggunakan alat apapun. Klien mengatakan
orang yang berarti dalam kehidupan dan yang selalu menjadi tempat bercerita
tentang masalah adalah ibunya. Masalah yang membuat klien stres dalam satu
tahun terakhir bercerai dengan istrinya, dan keinginannya untuk dibelikan motor
baru tidak tercapai.
7
�
Hasil pemeriksaan fisik mencakup keadaan umum compos mentis rambut
hitam, lurus, potongan rambut pendek. Mata konjungtiva tidak anemis, fungsi
penglihatan baik, simetris, hidung simetris, tidak ada sekret, dan tidak ada polip.
Telinga simetris kiri dan kanan, serumen tidak ada dan bersih, fungsi pendengaran
baik . Dada tidak ada lesi, simetris kiri dan kanan. Tidak ada kelainan ekstremitas
atas maupun bawah. Penilaian terhadap klien terlihat tegang dan gelisah dan
terkadang tidur dilantai, klien tampak lebih suka meyendiri. Sedangkan
tanda - tanda vital klien meliputi tekanan darah klien 106/78 mmHg, suhu 36° C,
respirasi 20x/mnt, tinggi badan 153 cm, berat badan 45 kg.
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium kimia
klinik gula darah sewaktu 91 mg/dl, SGOT 21 U/L, SGPT 10 U/L. Dari hasil
laboratorium diatas tidak ada yang mengalami gangguan.
Setelah melalui pengkajian penulis merumuskan masalah data subyektif
klien mengatakan jengkel terhadap ibunya karena tidak dibelikan motor baru,
klien mengatakan mudah sekali untuk marah dan kadang berkata - kata kasar
kepada ibunya, klien mengatakan juga marah terhadap kakaknya karena tidak mau
mengalah memakai motor. Sedangkan data obyektif klien tampak tegang, klien
tampak gelisah, klien tampak jengkel terhadap ibu dan kakaknya, nada bicara
klien apatis.
Dalam pohon masalah dijelaskan bahwa yang menjadi core problem
adalah resiko perilaku kekerasan. Definisi resiko perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan orang
lain, diri sendiri dan lingkungan serta penyebab dari resiko perilaku kekerasan
8
�
adalah harga diri rendah (Stuard dan Sudden, 2005). Penulis mendapatkan data
ada kesenjangan antara teori tidak semua klien perilaku kekerasan penyebabnya
harga diri rendah, tetapi penyebab dari klien adalah koping stress tidak efektif,
dari masalah keperawatan prioritasnya yang diperoleh, dapat dibuat pohon
masalah sebagai berikut koping stres tidak efektif sebagai penyebab, resiko
perilaku kekerasan sebagai core problem, resiko mencederai diri dan orang lain
sebagai akibat/efek.
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan penulis menyatakan sebagai
berikut perencanaan keperawatan. Tujuan umum : Klien tidak melakukan
tindakan kekerasan. Tujuan khusus 1 : Membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil setelah dua kali pertemuan klien menujukkan tanda - tanda percaya
kepada perawat, klien bina hubungan saling percaya dengan memberi salam
setiap berinteraksi, perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan, tanyakan dan nama kesukaan klien, tunjukan sikap empati,
jujur dan menepati janji, tanyakan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak
waktu yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukan. Kriteria hasil setelah dua kali pertemuan klien menceritakan penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukan. Menceritakan penyebab perasaan jengkel baik
dari diri sendiri maupun lingkungannya. Membantu klien mengungkapkan
perasaan marahnya, memotivasi klien menceritakan penyebab rasa
kesal/jengkelnya, dengarkan tanpa menyela/memberikan penilaian setiap
mengungkapkan perasaan klien. TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi
9
�
tanda - tanda perilaku kekerasan. Kriteria hasil setelah dua kali pertemuan klien
menceritakan tanda - tanda perilaku kekerasan akan terjadi tanda fisik mata
merah, tangan mengepal, ekspresi tegang. Tanda emosional perasaan jengkel,
marah bicara kasar. Tanda sosial bermusuhan yang saat terjadi perilaku kekerasan.
Membantu klien menungkapkan tanda - tanda perilaku kekerasan yang dilakukan
motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi
kondisi emosional klien saat terjadinya perilaku kekerasan, motivasi klien
menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan.
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dialaminya. Kriteria hasil setelah dua kali pertemuan klien menjelaskan
jenis - jenis ekspresi kemarahan yang selama ini pernah dilakukannya, perasaan
saat melakukan perilaku kekerasan, efektifitas cara yang dipakai dalam
menyelesaikan masalah. Interverensi diskusikan dengan klien perilaku kekerasan
yang dilakukan selama ini, motivasi klien menceritakan jenis - jenis kekerasan
yang pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan setelah tindakan
kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan yang dilakukannya masalah
yang dialaminya teratasi. TUK 5 : Tujuan klien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan. Kriteria hasil setelah dua kali pertemuan klien menjelaskan akibat
tindakan kekerasan yang dilakukannya. Intervensi diskusikan dengan klien akibat
negatif yang dilakukan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan, diri sendiri
luka dijauhi teman, orang lain atau keluarga luka, tersinggung, ketakutan
lingkungan, barang rusak. TUK 6 : Klien dapat mengidentifasi cara kontruktif
dalam mengungkapkan kemarahan. Kriteria hasil setelah dilakukan dua kali
10
�
pertemuan klien mengungkapkan cara - cara sehat mengungkapkan rasa marah.
Intervensi diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara dari
mengungkapkan marah yang sehat, jelaskan sebagai alternatif pilihan untuk
mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien, jelaskan
cara - cara sehat mengeluarkan marah cara fisik seperti nafas dalam, pukul bantal,
olahraga, cara verbal seperti bahwa dirinya kesal dengan orang lain, cara sosial
seperti latihan asertif dengan orang lain, cara spiritual dengan sembahyang
mengaji sholat sesuai dengan keyakinan masing - masing. TUK 7 : Klien dapat
mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria hasil setelah tiga
kali pertemuan klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan cara fisik
seperti tarik nafas dalam, pukul bantal, olahraga, cara verbal dengan
mengungkapkan perasaan, spiritual dengan berzikir berdoa atau sesuai dengan
keyakinan masing � masing. Intervensi diskusikan cara yang mungkin dipilih dan
dianjurkan klien untuk mengungkapkan marah, latihan klien mengungkapkan cara
yang dipilih, peragakan cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan
klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, berikan penguatan pada klien
dan perbaikan cara yang belum sempurna, anjurkan klien mengungkapkan cara
yang dilatih saat marah. TUK 8 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk
mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria hasil setelah tiga kali pertemuan dengan
keluarga menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan,
mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi diskusikan pentingnya
keluarga dalam mendukung klien untuk mengatasi kekerasan, diskusikan potensi
keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan, jelaskan
11
�
pengertian, penyebab, akibat, dan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan
yang dapat dilakukan oleh keluarga, peragakan cara merawat klien, berikan
kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, berikan pujian setelah
peragaan, tunjukkan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih.
TUK 9 : Klien menggunakan obat sesuai program yang ditetapkan. Kriteria hasil
setelah tiga kali pertemuan klien menjelaskan manfaat minum obat, nama obat,
bentuk warna obat, dosis yang diberikan, waktu pemberian, efek yang dirasakan.
Intervensi jelaskan keuntungan menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika
tidak menggunakan jelaskan pada klien nama, warna dan bentuk obat, dosis yang
tepat untuk klien, waktu dan cara pemakaian, efek yang dirasakan, anjurkan klien
meminta dan menggunakan obat tepat waktu laporkan ke perawat atau dokter jika
mengalami efek yang tidak biasa, berikan pujian terhadap kedisiplinan klien
menggunakan obat.
Setelah merencanakan keperawatan penulis menyatakan implementasi
pada hari senin, tanggal 2 April 2012, jam 11.00 WIB, dengan diagnosa resiko
perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan satu, implementasi bina hubungan saling
percaya seperti salam terapeutik, memperkenalkan nama, nama panggilan perawat
dan tujuan berkenalan, menanyakan nama klien dan nama panggilan klien,
menanyakan perasaan klien seperti mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan,
mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan, mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan,
menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan, membantu klien
mempraktekan latihan cara mengontrol fisik, menganjurkan klien memasukan
12
�
dalam kegiatan harian, memberikan reinforcement positif atas keberhasilan klien.
Evaluasi dari subyektifnya klien mengatakan mau berkenalan dengan perawat,
klien mengatakan perasan marah adalah perasaan jengkel ingin mengamuk.
Obyektifnya saat dikaji klien tampak tenang, kontak mata klien kurang, intonasi
suara klien agak lambat, terkesan apatis, klien menjawab salam dan
memperkenalkan diri. Analisa klien belum bisa menyebutkan penyebab perilaku
kekerasan secara jelas, klien belum dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku
kekerasan yang dilakukan, cara mengontrol perilaku kekerasan dan latihan
mengontrol perilaku kekerasan belum bisa dilakukan. Perencanaan strategi
pelaksanaan dua identifikasi penyebab perilaku kekerasan, identifikasi perilaku
kekerasan yang pernah dilakukan, identifikasi akibat dari perilaku kekerasan,
jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan evaluasi strategi pelaksanaan satu
lanjut strategi pelaksanaan dua. Implementasi pada hari selasa tanggal 3 April
2012, jam 11.00WIB, dengan diagnosa perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan
dua, implementasi salam terapeutik, memvalidasi perasaan klien, mengidentifikasi
perasaan klien, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan, menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan, melatih cara fisik,
memberi reinforcemen positif. Evaluasi dari subyeknya klien mengatakan
perasaan saat ini tidak jengkel, klien mengatakan mau diajarkan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan tekhnik pukul bantal. Obyektif klien tampak tenang,
kooperatif, kontak mata ada, klien mengungkapkan penyebab dan akibat jika klien
marah klien mampu mempraktekan cara fisik memukul bantal. Analisa klien
13
�
dapat mempraktekkan cara fisik memukul bantal, klien dapat mengungkapkan
penyebab klien marah. Perencanaan anjurkan klien berlatih cara fisik memukul
bantal ke dalam jadwal harian.evaluasi strategi pelaksanaan dua dan lanjut strategi
pelaksanaan tiga. Implementasi pada hari rabu tanggal 4 April 2012, jam 11.00
WIB, dengan diagnosa perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan tiga,
implementasi salam terapeutik, memvalidasi perasaan klien, mengidentifikasi
perasaan klien, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan, menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan, melatih dan
mengevaluasi cara fisik, mengajarkan beribadah sholat, memberi reinforcemen
positif. Evaluasi subyektif klien mengatakan perasaannya biasa saja tidak marah,
klien sudah dapat melakukan tehknik pukul bantal, klien mengatakan mau di
ajarkan mengontrol marah dengan cara beribadah yaitu sholat. Obyektif klien
tampak tenang, kooperatif, kontak mata ada, klien dapat melakukan sholat dengan
baik. Analisa klien dapat mempraktekan sholat dengan baik, klien dapat
mengungkapkan penyebab ia marah. Perencanaan anjurkan klien untuk beribadah
sholat lima waktu dan memasukan ke dalam jadwal harian.
14
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep dasar dengan
praktek keperawatan yang merupakan kasus nyata pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki pada klien dengan perilaku kekerasan di ruang Sena
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada tanggal 2 - 4 April 2012 terdiri dari
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien (Ermawati, 2012). Dalam pengumpulan data
penulis menggunakan metode wawancara terhadap klien dan perawat yang
merawat klien langsung. Observasi terhadap studi dokumen. Pengkajian pada
Tn.M menggunakan metode auto dan allo anamnesis sesuai dengan kaidah
peraturan pengkajian keperawatan, mulai dari biodata, riwayat kesehatan,
pengkajian pola kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil
pemeriksaan penunjang.
Menurut Stuart dan Sudden (2005), pengkajian adalah data yang
dikumpulkan meliputi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian
terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.
Pada pengkajian riwayat kesehatan klien, penulis memperoleh data bahwa
15
riwayat alasan klien masuk kurang lebih tujuh hari kambuh klien bicara
sendiri, mengamuk, ngelantur, mondar - mandir, sulit tidur, tidak mau mandi,
membanting barang - barang karena jengkel dengan ibunya. Dari pengkajian
faktor predisposisi didapatkan data klien mengalami gangguan jiwa sejak
lebih dari lima tahun ini, riwayat sudah enam kali. Menurut Soerojo (2010),
kekambuhan kembali mantan penderita gangguan jiwa sebagian besar
disebabkan oleh kurangnya perhatian dari lingkungan dan bahkan keluarga
sendiri tidak memberikan pengobatan sehingga berakibat pada lambatnya
proses penyembuhan. Berdasarkan pernyataan tentang pengobatan diatas
penulis melaporkan riwayat pengobatan klien yang terdahulu kurang berhasil,
kesenjangan yang penulis temukan adalah klien tidak mau untuk minum obat.
Adapun faktor presipitasi didapat klien mengatakan jengkel kepada ibunya
karena tidak dibelikan motor baru dan marah kepada kakaknya karena tidak
mau mengalah. Faktor presipitasi menurut Stuart dan Laria (2008), faktor
pencetus dapat bersumber dari lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Dari klien misalnya terputusnya percaya diri, yang kurang ketidakpercayaan
dari situasi lingkungan misalnya lingkungan yang ribut, padat, penghinaan,
dan kehilangan kemudian dari interaksi sosial seperti adanya konflik.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan penulis maka teori tersebut sesuai
dengan tindakan klien seperti ingin memukul ibunya menggunakan botol
karena tidak dibelikan motor baru. Berdasarkan teori tersebut sudah sesuai
dengan data yang diperoleh dari klien Tn.M tidak ada kesenjangan yang
berarti dikarenakan penulis mengambil data sesuai dengan teori dan realita
16
pada klien saat dikaji. Menurut Stuart dan Laria (2008), faktor predisposisi
adalah faktor dari klien yang bertingkah laku agresif antara lain psikologis,
perilaku kekerasan, sosial budaya. Berdasarkan teori, tidak semua faktor
tersebut sesuai dengan keadaan klien seperti keadaan klien yang pernah
mengalami tindakan kekerasan dipukul adiknya dengan gitar yang
mengakibatkan luka dan tidak hanya trauma fisik tetapi juga trauma psikis
sesuai teori. Analisa genogram klien adalah anak kedua dari empat bersaudara
klien tinggal bersama anak kedua adik, dan ibunya.
Menurut Stuart dan Sundden (2008), riwayat koping stres adalah
individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasi
perilaku kekerasan. Ketidakmampuan klien dalam menggunakan mekanisme
koping dapat mengakibatkan pada resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Pada pengkajian koping stres klien penulis memperoleh data
sebagai berikut klien apabila terjadi masalah dengan orang lain pasti
mendahulukan emosinya, marah - marah, mengamuk, memecah - mecah
barang rumah tangga dan ingin memukul orang lain. Berdasarkan teori
tersebut maka sesuai dengan teori kegagalan menyebabkan koping klien yang
maladaptif klien beresiko untuk mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Masalah yang membuat klien stres dalam satu tahun terakhir adalah masalah
bercerai dengan istrinya dan keinginannya untuk dibelikan motor baru tidak
tercapai. Penulis menuliskan bahwa dalam keperawatan jiwa tidak ditemukan
adanya tanda - tanda gangguan kesehatan fisik melainkan klien mengalami
gangguan mental atau gangguan psikologi. Menurut Stuard dan Sudden
17
(2005), stres adalah respon tubuh secara fisik, emosional maupun perilaku
untuk sesuatu yang mengganggu keseimbangan atau meresahkan dengan
berbagai cara. Stres dapat menimbulkan efek buruk pada diet dan berat badan.
Pada pengkajian fisik berat badan klien penulis memperoleh data berat badan
klien, tetapi tidak mengalami penurunan maupun kenaikan. Berdasarkan hal
tersebut maka tidak semua klien gangguan stres pada perilaku kekerasan
mengalami penurunan berat badan. Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium
normal, gula darah sewaktu 91mg/dl, SGOT 21 U/L, SGPT 10 U/L dan dari
hasil pemeriksaan laboratorium tersebut tidak mengalami gangguan.
Menurut Stuard dan Sudden (2005), manifestasi klinis klien perilaku
kekerasan dari data obyektif yaitu mata merah, wajah agak merah, gelisah dan
jengkel, nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat
membicarakan orang, pandangan tajam, merusak dan melempar barang -
barang. Pada pengkajian penulis merumuskan data obyektif klien tampak
tegang, gelisah dan jengkel, nada bicara klien tinggi. Berdasarkan teori
tersebut maka ada beberapa gejala yang memang sesuai dengan manifestasi
klinis perilaku kekerasan menurut teori tersebut antara lain nada suara klien
tinggi, pandangan tajam, gelisah dan jengkel.
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia terhadap status kesehatan/resiko perubahan dari kelompok
dimana perawat secara accontabilitas dapat mengidentifikasi dari memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun, membatasi,
dan berubah. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau
18
potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu
mengatasinya (Gordon, dikutip oleh Carpenito), menurut Keliat, dkk. Menurut
Santoso (2005), dalam buku Nanda definisi resiko perilaku kekerasan adalah
resiko perilaku kekerasan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain
dan lingkungannya. Faktor resiko pengangkatan diagnosa keperawatan resiko
perilaku kekerasan meliputi dalam penulisan diagnosa resiko perilaku
kekerasan meliputi memukul, menendang, melempar benda, mengancam
melawan, mengamuk, nada marah, tegang, membakar, kekerasan kepada
orang lain berkata - kata kasar sedangkan pada kasus klien data subyektif :
klien mengatakan kadang jengkel dengan ibunya karena tidak dibelikan motor
baru, klien juga berkata - kata kasar sedangkan data obyektif : klien terlihat
tegang, gelisah, klien mondar - mandir, nada bicara apatis ada yang sesuai
dalam hal ini ada beberapa data obyektif dan subyektif yang masuk data faktor
resiko di dalam diagnosa resiko perilaku kekerasan sesuai teori sehingga hal
tersebut menjadi dasar untuk penulis mengangkat diagnosa keperawatan
resiko perilaku kekerasan.
Menurut Budiana Keliat (2003), pentingnya dalam membuat pohon
masalah harus memperhatikan tiga komponen yang terdapat dalam pohon
masalah yaitu penyebab (causa), masalah utama (core problem) dan efek
(akibat). Teori tentang pohon masalah perilaku kekerasan, pada pengkajian
dari masalah diatas penulis dapat membuat pohon masalah koping stres tidak
efektif sebagai penyebab alasan mengapa menjadi penyebab karena klien
mengatakan jika terjadi masalah dengan orang lain klien mudah sekali marah
19
dan mendahulukan emosinya, resiko perilaku kekerasan sebagai core problem
alasan mengapa menjadi core problem karena marah - marah, membanting
barang - barang, mengamuk, resiko mencederai diri dan orang lain sebagai
akibat alasan mengapa sebagai akibat karena selalu ingin memukul orang yang
membuat klien jengkel dengan alat apapun yang ada. Berdasarkan teori
tersebut sesuai dengan pohon masalah klien.
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.M secara garis besar ditentukan
data subyektif dan obyektif yang menunjukkan karakteristik klien dengan
diagnosa perilaku kekerasan, kesulitan yang penulis dapatkan selama
pengkajian adalah penulis kurang cermat dalam menggali data subyektif dan
data obyektif yang diperlukan sehingga pada saat pengkajian terdapat data
yang belum terdokumentasi secara lengkap dalam pengkajian.
Menurut Maslow (2005), kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan
dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan
kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan
sebagainya. Pada pengkajian yang didapat dari kebutuhan mencintai dan
memiliki penulis memperoleh data bahwa klien sudah tidak memiliki rasa
cinta kepada mantan istrinya dan klien ingin memiliki motor baru dari ibunya.
Berdasarkan teori Maslow kebutuhan dasar mencintai dan memiliki terdapat
beberapa hal yang sesuai dengan realita klien. Seperti rasa cinta yang dimiliki
klien kepada istri sudah tidak didapatkannya. Penulis dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia klien akan mengatasi core problem (resiko
20
kekerasan) sehingga diharapkan dapat memperbaiki hubungan interpersonal
klien dengan lingkungan.
Menurut Ermawati (2012), rencana tindakan keperawatan adalah
terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan
keperawatan, umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi
tiga aspek yaitu aspek kemampuan kognitif, aspek kemampuan psikomotor,
aspek afektif. Pada perencanaan keperawatan penulis menyatakan tujuan
umum adalah klien tidak melakukan perilaku kekerasan dan 9 tujuan khusus
yang direncanakan namun hanya ada 3 TUK yang terlaksana meliputi TUK 1
yaitu membina hubungan saling percaya, kriteria hasil klien menunjukkan
tanda percaya pada perawat, perkenalan, tujuan perawat berkenalan,
menanyakan masalah yang dihadapi klien dan buat kontrak waktu yang jelas,
dari data diatas ada yang belum terencanakan penulis belum menanyakan
nama kesukaan klien. TUK 2 klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan yang dilakukan, kriteria hasil klien dapat menceritakan penyebab
perilaku kekerasan, menceritakan penyebab rasa jengkel, mengajarkan cara
mengontrol perilaku kekerasan, melatih cara fisik tekhnik memukul bantal,
dari data tersebut ada hal yang terlewatkan oleh penulis yaitu belum
menanyakan memberikan penilaian setiap mengungkapkan perasaan klien.
TUK 3 klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda kriteria hasil perilaku
kekerasan menceritakan tanda - tanda perilaku kekerasan tanda emosional
perasaan jengkel, marah bicara kasar, mengajarkan beribadah sholat lima
waktu. Tujuan khusus yang tidak tercapai dengan alasan yaitu keterbatasan
21
waktu untuk penggelolaan klien karena penulis hanya diberi waktu
pengelolaan dalam tiga hari.
Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perawat membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status yang baik dan
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi adalah
tindakan - tindakan yang dilakukan baik oleh seseorang yang diarahkan pada
tercapainya tujuan - tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
(Van Horn dalam Wahab , 2001:65). Strategi pelaksanaan menurut Menurut
Gordon (dalam Potter dan Perry 2001), strategi adalah pendekatan secara
keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang
baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor
pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara
rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan
secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup
yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya
orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Pada strategi
pelaksanaan pada klien perilaku kekerasan penulis memperoleh data sebagai
berikut, pelaksanaan SP 1 pada tanggal 2 April 2012, jam 11.00 WIB, dengan
diagnosa resiko perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan 1, implementasi bina
hubungan saling percaya seperti salam terapeutik, memperkenalkan nama,
nama panggilan perawat dan tujuan berkenalan, menanyakan nama klien dan
nama panggilan klien, menanyakan perasaan klien seperti mengidentifikasi
22
penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan, mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan,
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan, membantu klien mempraktekan latihan cara mengontrol
fisik, menganjurkan klien memasukan dalam kegiatan harian, memberikan
reinforcement positif atas keberhasilan klien. Berdasarkan teori tersebut maka
ada beberapa kegiatan yang belum penulis sampaikan yaitu mengajarkan SP 1
tentang mengontrol marah dengan tekhnik nafas dalam. Pada strategi
pelaksanaan 2 yaitu pada hari selasa tanggal 3 April 2012, jam 11.00 WIB,
dengan diagnosa perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan 2, implementasi
salam terapeutik, memvalidasi perasaan klien, mengidentifikasi perasaan
klien, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan, menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan, melatih cara
fisik, memberi reinforcement positif. Pada strategi pelaksanaan 3 yaitu pada
hari rabu tanggal 4 April 2012 jam 11.00 WIB, dengan diagnosa perilaku
kekerasan, strategi pelaksanaan tiga, implementasi salam terapeutik,
memvalidasi perasaan klien, mengidentifikasi perasaan klien, mengidentifikasi
penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
pernah dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, menjelaskan
cara mengontrol perilaku kekerasan, melatih dan mengevaluasi cara fisik,
mengajarkan beribadah sholat, memberi reinforcement positif. Kekurangan
dari implementasi diatas adalah implementasi 4 � 9 yang belum terlaksanakan
23
dikarenakan keterbatasannya waktu pengelolaan penulis hanya diberi 3 hari
sehingga penulis tidak dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan
pendekatan SOAP sebagai pola pikir menurut (Ermawati, 2010). Evaluasi
pada tanggal 4 April 2012, S: Subyektif klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan, O: Respon obyektif klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. A: Analisa diatas data subyektif dan
obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul atau
muncul masalah baru atau data - data yang kontra indikasi dengan masalah
yang ada. P: perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon klien.( Keliat, 2005). Pada evaluasi Tn. M secara subyektif klien
mengatakan sering merasa jengkel apabila mengalami beda pendapat dengan
saudaranya dan orang lain sehingga klien ingin memukul. Secara obyektif:
Klien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya
pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata,
pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien
mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan tarik nafas
dalam dan pukul bantal dan pasien tampak mau mempraktekannya. Dari
evaluasi data obyektif dan subyektif yang diperoleh dilakukan perencanaan
untuk klien antara lain klien diminta untuk memberitahu perawat atau
24
keluarga saat sedang marah sedangkan perencanaan untuk penulis adalah
mempertahankan tujuan khusus 1 - 3 dan melanjutkan cara pukul bantal dan
selalu mengingatkan untuk mempraktekkan cara mengontrol saat marah
terjadi. Penulis mendelegasikan kepada perawat ruangan untuk memvalidasi
cara pertama yang diajarkan yaitu tarik nafas dalm, tekhnik pukul bantal,
verbal, spiritual berdoa atau sholat dan minum obat secara teratur dan benar.
Analisis: sehingga disimpulkan masalah pada Tn.M sudah teratasi dan
rencana selanjutnya penulis menyerahkan tindak lanjut kepada perawat jaga
yang berada di rumah sakit agar melanjutkan SP III (membuat jadwal
kegiatan).
B. Kesimpulan
Dari data - data di atas penulis akan menyimpulkan dari hasi
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Dari pengkajian
penulis melakukan pengkajian jiwa yang difokuskan pada koping toleransi
stres. Perumusan diagnosa pada kasus penulis mengangkat prioritas resiko
perilaku kekerasan dengan pohon masalah koping stres tidak efektif sebagai
penyebab, resiko perilaku kekerasan sebagai core problem, resiko mencederai
diri dan orang lain sebagai akibat. Perencanaan yang dibuat terdiri dari tujuan
umum klien dapat mengontrol marah, perencanan tujuan khusus ada tiga,
TUK 1 membina hubungan saling percaya, TUK 2 klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan TUK 3 klien dapat
mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan. Strategi pelaksanan yang
25
terlaksanan ada SP 1 - SP 3, langkah yang dapat di lakukan sesuai
perencanaan. Evaluasi masalah klien searah pada perilaku kekerasan dengan
masalah pemenuhan kebutuhan mecintai dan memiliki telah terpenuhi dengan
mengatasi core problem.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis bermaksud
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut.
a. Bagi rumah sakit, memiliki perawat tenaga medis yang profesional
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur pelaksanaan
keperawatan jiwa.
b. Bagi klien dan keluarga hendaknya selalu minum obat yang teratur dan
bisa mengontrol marah dengan cara yang konstruktif seperti yang sudah
diajarkan oleh perawat.
c. Bagi institusi untuk menambah dan menyediakan buku - buku tentang
keperawatan jiwa sebagai pembelajaran dan bahan pustaka keperawatan
jiwa.
�
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. (2003). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Budiana dkk (2003). Karakteristik individu yang berhubungan dengan perilaku
kekerasan pada siswa sekolah tingkat lanjutan atas di Jakarta. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 7(2): 67-76.
Dalami, Ermawati. (2010). Buku saku keperawatan jiwa.Buku Kedokteran,
Jakarta: EGC.
Nurjannah, Intasari. (2005). Hygiene Mental. Bandung : Mocamedia
Daradjat, Zakiah. (2003). Kesehatan Mental. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung
Alnamri, Adek. (2007). konsep-diri-dan-mekanisme-koping-dalam-proses.
Volume3.Jurnal.Keperawatan.http://ahyarwahyudi.wordpress.comkepera
watan/.diakses tanggal 20 April 2012
Setya Arif. (2009). program faculty of psychology.
http://www.gunadarma.ac.id.undergraduate. diakses 24 April 2012
Rasmun . (2002). Psychiatric Nursing : Apycho Terapeutic. http: //www. Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi.com, diakses tanggal 27 April 2011.
Budi Ana, Keliat. (2005). Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta: EGC.
Budi Ana, Keliat. (2004). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta :
EGC.
Santosa Budi. (2005). Nursing Diagnosa: Definisi and Clasification. 2005-2006,
NANDA International, Philadelphi. Jakarta : Prima Medika
�
Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta: Sagung Seto.
Sundeen, Stuart GW.(2005). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). Jakarta : EGC
Siswanto. (2007). Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya.
Yogyakarta. CV. Andi Offeset :
Tim Direktorat Keswa. (2004) . Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung: RSJP.
Townsend. (2006). Rencana asuhan Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.
Yosep . Iyus . (2009). Keperawatan Jiwa. PT Refika. Bandung: Aditama.