Post on 29-Oct-2021
16 Agustus 2021
Perubahan Iklim dan Strategi Adaptasi pada Sektor Hortikultura
Syamsu Dwi JadmikoCenter for Climate Risk and Opportunity Management in Southeast Asia and Pacific
IPB University
OutlinePresentasi
Apa hubungan iklim dengan tanaman hortikultura
Iklim dan Hortikultura
Langkah adaptasi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko perubahan iklim
Strategi Adaptasi
Bagaimana kondisi iklim di Indonesia dan seperti apa proyeksi perubahan
iklim di masa mendatang
Iklim Indonesia
Apa saja dampak perubahan iklim di Indonesia
Dampak Perubahan Iklim
Bagaimana KondisiIklim Kita?
• Iklim Indonesia dipengaruhi oleh kondisi wilayah tropis dan lautan Samudra Pasifik dan Hindia
• Pola Hujan Indonesia secara umum dibagi menjadi 3 kategori yang dibedakan berdasarkan waktu terjadinya musim hujan dan musim kemarau
• Curah hujan tahunan di Indonesia secara umum berkisar antara 1200 - 6000 mm. NTT dan NTB merupakan daerah dengan curah hujan tahunan terendah dibandingkan dengan wilayah lainnya
Sumber: Aldrian dan Susanto 2003 • Suhu udara Indonesia secara umum berkisar antara 14 - 36 ℃
Perubahan Iklim
Apa yang anda rasakan dengan kondisi iklim saat ini dibandingkan dengan puluhan tahun sebelumnya?
Suhu Semakin Panas?01 Musim tidak menentu?02
Curah hujan berubah? Kadang tinggi, kadang rendah.
03 Kondisi iklim ekstrim semakin sering? Musim kering semakin panjang? Frost semakin sering terjadi?
04
• Suhu bumi kita terus mengalamai kenaikan dan semakin cepat setelah era pra industri
• Pada saat ini [CO2] sudah 400 ppm dan kenaikan suhu global sudah mencapai lebih dari 1oC dibanding era pra industri
• Apabila laju emisi seperti sekarang berlanjut terus, diperkirakan, 1.50C sudah akan dilewati antara tahun 2030 dan 2052
Peningkatan Suhu Udara (℃)
Model mean global temperature change for high emission scenario CRP8.5
Model mean global temperature change for low emission scenario RCP2.6
6
5
4
3
2
1
0
-1
1900 1950 2000 2050 2100
RCP2.6RCP4.5RCP6.0RCP8.5Observation
RCP8.5
RCP6.9RCP4.5
RCP2.6
Global Indonesia
Perubahan iklim berdampak pada meningkatnya curah hujan di musim penghujan dan berkurangnya curah hujan di musim kemarau
Sumber: Faqih et al, 2016
Deret Hari Kering Maksimum
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 hari
Sumber: Faqih et al, 2016
Kondisi Saat Ini
Proyeksi
Deret hari kering diproyeksikan akan mengalami peningkatan terutama pada musim kemarau.
Rainfall
Aug Dec May
Ke depan
>100 mm
Saat ini
Dampak PI terhadap pola hujan. Diproyeksikan pola
hujan di Jawa dan Bali akan berubah sampai 2050
Menurut Naylor et al. (2007) diperkirakan di masa depan,
awal musim hujan di Jawa dan Bali cendrung mundur
dan berakhir lebih cepat, dan intensitas hujan MH
cenderung meningkat
Mengurangi peluang peningkatan Indek
Penanaman, merubah tingkat serangan
hama dan penyakit
Panjang MH cenderung lebih pendek, intensitas hujan musim hujan meningkat dan musim kemarau semakin kering
Awal MH Cendrungakan Mundur
Laporan terbaru IPCC (2021) menunjukkan bahwa saat ini telah terjadi peningkatan hingga lebih dari 1oC dimana telah menyebabkan curah hujan lebat menjadi lebih sering terjadi
dengan intensitas meningkat hingga 6.7% lebih tinggi.
Kekeringan pada wilayah pertanian juga akan semakin meningkat frekuensinya mendekati 2 kali lipat pada saat ini dibandingkan masa lalu. Bahkan dimasa mendatang bisa menjadi 4 kali lipat lebih sering
Dampak Perubahan Iklim terhadap Budidaya dan OPT Tanaman
Hortikultura
Skema representasi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian dan ketahanan pangan.Perubahan iklim tidak secara langsung berpengaruh pada sector ketahanan pangan, akan tetapi dampak simultan akibat berkurangnya produksi pertanian yang pada akhirnya berpengaruhi pada empat pilar ketahanan pangan.
Perubahan Iklim akan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung pada hortikultura
•Langsung: gagal panen karena kekeringan dan banjir, penurunan hasil karena kondisi cuaca yang sering kurang menguntungkan; misalnya pada kentang turunnya viabilitas benih karena hujan tipuan (false rain) yang semakin sering terjadi
•Tidak langsung: meningkatnya serangan hama dan penyakit, ketersediaan input (kompetisi dengan komoditi lain), perubahan harga yang semakin sering tidak menentu karena pola perubahan iklim yang tidak sama antar wilayah atau antar negara
Sumber: Boer et al. (2004)
Kendala Sistem Usaha Tani (SUT)
Sumber: Boer et al. (2004)
Tinggi hujan pada awal, pertengahan dan akhir musim
pertumbuhan. T: Tinggi, S: Sedang dan R: Rendah
Kondisi Iklim yang menguntungkan dan merugikantanaman kentang dan cabe (Survei Pengalengan)
Masalah false rain Petani Kentang di Pengalengan
• Hujan pada awal september atau oktober memicu petani mulai tanam karena berasumsi MH sudah mulai, padahal belum, sehingga pertumbuhan awal terganggu
• Kalau awal MH mundur dan tidak terjadi false rain, benih dari musim ceboran tersimpan terlalu lama (lebih dari 3 bulan) sehingga viabilitas turun
Porekat Ceboran Wuku
Sumber: Boer et al. (2004)
Pests and diseases Triggering factorsLalat bibit Penanaman menjelang musim kemarau
Thrips Musim kemarau dengan intensitas radiasi yang tinggi
Phythoptora sp (Layu bakteri Bacterial blight)
Musim hujan dengan curah hujan sangat tinggi, terutama Januari and Februari dengan hujan mencapai 400-500 mm per bulan
Leaf blight
Hujan yang berkepanjangan (deret hari basah panjang)Siang panas tetapi malam hari hujan rintik dan berkabut
Musim kemarau dan embun di malam hari
Kondisi Iklim yang memicu Serangan Hama dan Penyakit Kentang di Pengalengan
• Temuan Nastari Bogor dan Klinik Tanaman IPB (2007), penyakit keriting daun pada bawang merah yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum sebelum 1997 tidak penting, tetapi sekarang menjadi penting tidak saja di dataran rendah tetapi juga dataran tinggi.
• Temuan Wiyono (2007), penyakit keriting daun dalam beberapa tahun terakhir telah menghancurkan bawang merah di Brebes
• Temuan Nastari Bogor dan Klinik Tanaman IPB (2007), penyakit Gemini pada cabe yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh kutu kebul (Bemisia tabaci) dalam lima tahun terakhir juga sudah menyerang di pusat produksi cabe dan kentang di Jawa seperti Bogor, Cianjur, Brebes, Wonosobo, Magelang, Klaten, Boyolali, Kulonprogo, Blitar, dan Tulungagung. Sementara riset tentang penyakit ini masih sangat terbatas
Perubahan iklim menyebabkan terjadinyaperubahan jenis hama dan penyakit dominan
Strategi Adaptasi Menghadapi Perubahan Iklim pada Tanaman
Hortikultura
Langkah AdaptasiSalah satu langkah adaptasi yang sangat penting ialah penggunaan dan pengembangan varietas yang adaptif dan toleran terhadap cekaman lingkungan/iklim dan tahan serangan hama penyakit tanaman. Informasi proyeksi iklim di masa mendatang dapat menjadi acuan dalam mengembangan varietas unggul yang tahan terhadap cekaman iklim. Peran Lembaga riset menjadi penting.
1. Pengembangan Varietas Unggul
Melalui penggunaan bahan kimia maupun organic, sanitasi lingkungan dan aplikasi hara berimbang
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Waktu tanam hortikultura semusim perludisesuaikan karena adanya pergeseran musim. Oleh
karena itu pemanfaatan informasi prakiraan cuaca dan musim menjadi penting untuk diperhatikan. Hal ini
dilakukan untuk menghidari penanaman pada saat musim kering dan menentukan komoditas yang sesuai
2. Penyesuaian Waktu Tanam
Upaya penghematan penggunaan air dapat dilakukanmelalui perbaikan saluran irigasi, penjadwalan irigasi yang
tepat, pengembangan varietas rendah kebutuhan air,pengurangan area irigasi, dan perbaikan retensi tanah.
Beberapa teknologi irigasi adalah irigasi tetes, irigasi curah dan water harvesting dengan embung
4. Pengembangan Teknologi Irigasi
• Meningkatkan pemanfaatan informasi prakiraan iklim dan musim• Menentukan strategi budidaya dan prakiraan serangan OPT. Pemberdayaan petani melalui
SLI dan penguatan kelembagaan• Menentukan strategi pengelolaan pasca panen (sistem penyimpanan hasil)• Pengembangan strategi pengendalian harga komoditi dan ketersediaan input melalui
pengembangan model prediksi produksi dan harga komoditi berbasis regional
• Pengembangan sistem asuransi index iklim untuk petani hortikultura dalam mendorong adopsi teknologi adaptif perubahan iklim
• Peran Lembaga riset • Pengembangan teknologi varietas budidaya tahan terhadap kondisi iklim ekstrim• Pengembangan teknologi pengendalian OPT dengan memperhatikan kemungkinan
perubahan iklim (riset jangan dimulai setelah satu kasus meledak)• Pemetaan perubahan musim puncak buah-buahan dengan memperhatikan perubahan
iklim (strategi pemasaran, pengembangan teknologi pengaturan musim pada perkebunan hortikultura
• Pemetaan dampak perubahan iklim terhadap perubahan tingkat kesesuaian wilayah untuk komoditas hortikultura dan strategi antisipasinya
Langkah Penting Penanganan Dampak Perubahan Iklim Sektor Hortikultura
Kemampuan prediksi iklim, khususnya awal musim hujan
dan sifat hujan MK pada beberapa wilayah khususnya
wilayah hujan betipe moonson seperti Jawa, Sumatera Selatan,
Sulawesi Selatan, Indonesia bagian Timur sudah tinggi,
namun belum dimanfaatkan dengan baik
Pentingnya informasi Iklim untuk Tanaman Hortikultura
• Hasil Penelitian Hubungan antara Hasil cabe dengan Kandungan Air Tanah kedalaman 15 cm. Diolah dari Kusandriani dan Sumarna (1993)
Hasil turun dengan cepat apabila KAT<50% KL)
KA optimum
Contoh Pemanfaan Informasi Iklim
• Informasi DHK dapat diduga dengan cepat dengan menggunakan informasi curah hujan bulanan: (a) p(DS≥10) = 1/[1+exp(-0.2688+ 0.00745 X)])) dan (b) p(DS15) = 1/[1+exp(0.22913+ 0.00831 X)]. Sumber: Boer et al., 1996)
Penggunaan informasi prakiraan hujan bulanan untuk penentuan risiko terjadinya deret hari kering (DHK) panjang
Hubungan antara kandungan air
tanah kedalaman 15 cm pada
waktu tertentu (SM
ADS) menurut
deret hari kering (LDS), kandungan
air tanah awal (ISM) – alat sederhana
penentu air tanah
SMADS
= 21.5 + 0.629 ISM - 2.30 Ln(LDS) R2=88%
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30SOI
0
-1.0
1.0
IOD
Tanam awal November (Julian Day 305)
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30SOI
0
-1.0
1.0
IOD
Tanam awal Desember (Julia Day 335)t/ha t/ha
Pupuk N 130 kg/ha and populasi 30,000 tanaman per ha
Menduga Hasil Kentang pada beberapa waktu tanam dan nilai SOI/IOD Mai-Agustus
• Asuransi Iklim: Produk Asuransi Pertanian berbasis Index Iklim, dikenal dengan Climate Indexed Insurance sudah mulai dikembangkan di banyak negara berkembang. Sistem ini memberikan pembayaran pada pemegang polis manakala terpenuhi kondisi cuaca/iklim yang tidak diharapkan (Indeks Iklim) tanpa harus ada bukti kegagalan panen. Sudah dikembangkan di berbagai negara khususnya di Afrika, India, Filipina
Perlindungan Petani melalui pengembangan Asuransi Indek Iklim (Climate Insurance Index)
Boer et al., 2016
Terima Kasih
Phone : +62 251 8331709Fax : +62 251 8310779E-mail : ccromseap.ipb@gmail.comWebsite : http://ccromseap.ipb.ac.id
CCROM SEAP IPB