Pengelolaan Banjir Terpadu Dalam Rangka Upaya Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
-
Upload
ariefrizki -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of Pengelolaan Banjir Terpadu Dalam Rangka Upaya Adaptasi Dampak Perubahan Iklim
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
1
PENGELOLAAN BANJIR TERPADU DALAM RANGKA UPAYA
ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI WILAYAH
SUNGAI KALI BRANTAS
Raymond Valiant Ruritan, Hermien Indraswari, Agung Wicaksono
Perusahaan Umum (PERUM) Jasa Tirta I [email protected]
Abstrak
Dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir, perubahan iklim global telah mempengaruhi kondisi cuaca di dunia dan Indonesia pada khususnya. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim (UNFCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai suatu perubahan kondisi iklim yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan aktifitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer global. Perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan antara lain perubahan jumlah dan pola presipitasi yang akan berakibat meningkatnya besaran dan frekuensi banjir dan kekeringan. Perubahan jumlah dan pola presipitasi telah tampak terjadi di Wilayah Sungai (WS) Kali Brantas. Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim global terhadap sumber daya air di WS Kali Brantas khususnya meningkatnya frekuensi kejadian banjir, perlu dilakukan pengendalian banjir secara terpadu dengan melibatkan peran aktif seluruh pihak terkait termasuk masyarakat. Dalam upaya pengendalian banjir, selain melalui upaya struktur dengan membangun bangunan prasarana pengairan pengendali banjir seperti waduk, embung dan sebagainya. Namun mengingat kemungkinan bahaya banjir yang terjadi melebihi kapasitas rencana, perlu juga dikembangkan upaya non struktur termasuk didalamnya sistim kelembagaan yang jelas. Sebagai wujud dari tugas dan fungsi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu dan menyelaraskan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang ada, khususnya Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, maka Perum Jasa Tirta I dalam hal ini merupakan salah satu anggota BPBD Provinsi (Badan Penanggulangan Bencana Provinsi) Kelompok Kesiagaan Bencana dan Bidang Mitigasi / Penjinakan untuk melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan di Jawa Timur. Kata Kunci: Kali Brantas, Banjir, Terpadu, Kelembagaan
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
2
LATAR BELAKANG
Kali Brantas di Jawa Timur mempunyai panjang 320 km dan memiliki daerah
tangkapan hujan seluas hampir 12.000 km2 yang mencakup kurang lebih 25% luas
Propinsi Jawa Timur. Curah hujan rerata di WS Kali Brantas sebesar 2.000 mm/tahun
yang menghasilkan potensi air permukaan sebesar 12 miliar m2 per-tahun. Penduduk
di WS Kali Brantas saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 15,3 juta orang atau
sebesar 43% dari penduduk Propinsi Jawa Timur. Kepadatan rata-rata di WS Kali
Brantas 1.290 jiwa per-km2 yang kurang lebih 1,2 kali dibandingkan rata-rata
Propinsi Jawa Timur.
Gambar 1. Peta Daerah Aliran Sungai Brantas (Perum Jasa Tirta 1,2014)
Pengembangan sumber daya air di WS Kali Brantas dilakukan dengan pendekatan
yang terencana, terpadu, menyeluruh, berkesinambungan dan berwawasan
lingkungan serta dengan sistem pengelolaan yang terpadu berlandaskan pengertian
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
3
bahwa wilayah sungai merupakan satu kesatuan hidrologis (one river, one plan, one
integrated management). Pengembangan tersebut dilaksanakan berdasar pada suatu
Rencana Induk (Master Plan) Pengembangan Wilayah Sungai yang ditinjau kembali
pada setiap jangka waktu kurang lebih 10 tahun sekali yakni:
a) Rencana Induk I (tahun 1961), dititikberatkan pada pengendalian banjir di
samping untuk penyediaan air irigasi dan pembangkit tenaga listrik dengan
membuat waduk-waduk besar sebagai penampung hujan di daerah hulu dan
meningkatkan kapasitas pengaliran sungai di hilir.
b) Rencana Induk II (tahun 1973), dititikberatkan pada penyediaan air irigasi guna
menunjang swasembada pangan di samping untuk pengendalian banjir maupun
pemanfaatan potensi air untuk tenaga listrik dan pariwisata.
c) Rencana Induk III (tahun 1985), dititikberatkan pada penyediaan air baku untuk
air minum dan industri sampai tahun 2000, terutama bagi kota Surabaya dan
sekitarnya.
d) Rencana Induk IV (tahun 1998), dititikberatkan pada manajemen dan konservasi
sumber daya air guna meningkatkan kelestarian dan optimalisasi penggunaannya.
Hasil pembangunan, berupa sejumlah prasarana pengairan antara lain
waduk/bendungan (Sengguruh, Sutami, Lahor, Wlingi, Selorejo, Bening dan
Wonorejo), bendung gerak dan bendung karet (Lodoyo, Mrican, Lengkong Baru,
Gunungsari, Gubeng, Segawe, Tiudan, Menturus dan Jatimlerek), terowongan (2
km), tanggul (540 km), dan lain sebagainya. Total investasi yang tertanam untuk
pengembangan wilayah sungai Kali Brantas sejak tahun 1960 2001, telah mencapai
Rp 10,95 triliun (nilai pada tahun 2010).
Manfaat yang diperoleh dari pengelolaan SDA di WS Brantas antara lain dapat
mengendalikan banjir 50 tahunan di sungai utama seluas 60.000 ha, mengairi sawah
seluas 121.000 ha langsung dari Sungai Kali Brantas (dari total sawah seluas 304.000
ha), menghasilkan energi listrik 1 miliar kWh per-tahun, menyediakan air baku untuk
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
4
industri 191 juta m3 dan PDAM 300 juta m3 per-tahun, pariwisata dan lain
sebagainya. Dalam hal penyediaan pangan, WS Kali Brantas sangat berperan dalam
menunjang Propinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional, dimana Propinsi
Jawa Timur telah memberi kontribusi sekitar 9 juta ton beras atau sebesar hampir
18% dari stok pangan Nasional; 5,8% diantaranya berasal dari WS Kali Brantas.
Dengan adanya manfaat dari pengembangan dan pengelolaan SDA SDA di WS Kali
Brantas, maka WS Kali Brantas telah menjadi salah satu pusat andalan pertumbuhan
ekonomi Jawa Timur dengan PDRB mencapai Rp 150,6 triliun atau 59% dari PDRB
Jawa Timur.
METODOLOGI
1. Upaya Pengendalian Teknis
A. Bangunan Pengendali Banjir Di WS. Kali Brantas
Dalam pengembangan Wilayah Sungai Kali Brantas telah dibangun beberapa
prasarana pengairan yang ditujukan untuk pengendalian banjir. Beberapa
bangunan tersebut antara lain :
1. Waduk/Bendungan
Waduk tersebut berfungsi untuk menampung, menahan, mengendalikan sebagian
debit banjir yang datang dari sebelah hulunya, agar sedapat mungkin debit sungai
di sebelah hilirnya tidak melebihi kapasitas aliran yang ada, sehingga tidak
terjadi pelimpasan.
Tabel 1. Waduk yang berfungsi sebagai penampung air di WS Kali Brantas
Waduk
Luas
Daerah
Tangkapan
(km2)
Fungsi
Tampungan Efektif (juta m3)
Tahun Tampungan Tahun Tampungan (%)
Selorejo 90 Irigasi, PLTA,
Pengendali Banjir 1970 50.1 2014 33.32 66.5%
Sutami 2,050
PDAM & Industri,
PLTA, Irigasi,
Pengendali Banjir
1972 253.0 2014 135.43 53.5%
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
5
Lahor 160
PDAM & Industri,
PLTA, Irigasi,
Pengendali Banjir
1977 29.4 2014 24.52 83.4%
Bening 238 Irigasi, PLTA,
Pengendali Banjir 1981 28.4 2012 25.44 89.6%
Wonorejo 126
PDAM & Industri,
PLTA, Irigasi,
Pengendali Banjir
2001 105.8 2011 97.09 91.6%
2. Bendung/Pintu Air/Terowongan
Beberapa bendung, pintu air dan terowongan telah dibangun di WS Kali Brantas
yang berfungsi dalam pengendalian banjir.
Tabel 2. Bendung/Pintu air/Terowongan yang berfungsi sebagai pengendali banjir di WS Kali Brantas
No Nama Fungsi
1 Pintu Air Tulungagung Membebaskan Tulungagung dan Trenggalek dari banjir dengan
membuang langsung ke laut melalui Terowong Tulungagung
Selatan.
2
Pintu Air Mlirip
Untuk mengatur aliran air ke Kali Surabaya, apabila debit Kali
Surabaya yang terpantau di stasiun Perning cukup besar.
3 Bendung Lengkong Baru Sebagai pintu pengatur untuk mengalirkan aliran banjir ke Kali
Porong dan melindungi daerah Surabaya dari debit besar yang
berasal dari Kali Brantas.
4 Pintu Air Wonokromo Untuk menahan banjir Kali Surabaya ke Kali Mas serta untuk
mengalirkan air dari Kali Surabaya ke Kali Mas pada waktu
musim kemarau.
5 Bendung Jagir
Untuk mengatur elevasi muka air sungai agar dapat melayani
kebutuhan air di IPAM Ngagel, mengendalikan banjir Kali
Surabaya dan Kali Wonokromo, mengalirkan air Kali Surabaya ke
Kali Mas dan menahan intrusi air laut.
3. Saluran Pengelak Banjir (Floodway)
Selain prasarana di atas, juga ada saluran pengelak banjir atau floodway yang
berfungsi mengurangi beban volume banjir sehingga suatu daerah tidak perlu
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
6
menerima resiko terkena luapan air. Debit banjir yang dialihkan itu kemudian
mengalir ke laut.
Tabel 3 Saluran pengelak banjir (Floodway) di WS Kali Brantas
No Floodway Lokasi/Kapasitas
Rencana Fungsi Perlindungan
1 Kali Porong Kabupaten
Sidoarjo
(1.600 m/detik)
Mengalirkan aliran banjir ke Kali Porong
untuk melindungi daerah Surabaya dari
debit besar Kali Brantas dengan
membuang/ mengalirkan langsung ke laut
lewat Bendung Lengkong Baru
2
Kali Wonokromo Kota Surabaya
(370 m/detik)
Mengelakkan Kota Surabaya dari debit
besar Kali Surabaya dengan membuang
langsung ke laut lewat Bendung Jagir
3 Kali Ulo Kabupaten
Nganjuk
(230 m/detik)
Mengelakkan Kota Nganjuk dari banjir
Kali Kuncir dengan membuang langsung
ke Sungai Widas
4 Terowong
Tulungagung Selatan
Kabupaten
Tulungagung
(1.080 m/detik)
Berfungsi membebaskan Tulungagung
dan Trenggalek dari banjir dengan
membuang langsung ke laut melalui
Terowong Tulungagung Selatan
4. Retarding Basin (daerah tampungan banjir sementara)
Pada beberapa lokasi di sepanjang sungai Kali Brantas terdapat areal yang
berfungsi sebagai tampungan banjir sementara, yang akan tergenang apabila
kapasitas sungai tidak dapat menampung aliran banjir yang terjadi.
Tabel 4. Daerah tampungan banjir sementara (Retarding basin) di WS Kali Brantas
No. Lokasi Fungsi
1 Widas (Kab.
Nganjuk)
Menerima luapan sementara air dari sungai Brantas dan
terletak di pertemuan sungai Brantas dan Widas
2 Kedungsoko (Kab.
Nganjuk)
Menerima luapan sementara air dari sungai Ulo dan sungai
Kedungsoko.
3 Ngrowo (Kab.
Tulungagung)
Menerima luapan sementara air dari sungai Ngrowo dan
terletak di pertemuan sungai Ngrowo dan Brantas.
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
7
2. Upaya Pengendalian Non Teknis
A. Jaringan/Stasiun Pemantauan
Untuk melaksanakan tugas pengendalian banjir, di wilayah kerja Perum Jasa
Tirta I di WS Kali Brantas telah terpasang jaringan pemantauan hidrologi yang
tersebar di seluruh wilayah kerja dan terdiri dari :
a. Jaringan pemantauan dengan sistim telemetri yang tergabung dalam Flood
Forecasting and Warning System (FFWS), yang terdiri dari 26 (dua puluh
enam) stasiun pemantau curah hujan, 21 (dua puluh satu) stasiun pemantau
tinggi muka air di sungai dan di waduk, 11 (sepuluh) stasiun informasi
outflow di waduk dan 5 (lima) stasiun repeater yang dapat menginformasikan
data secara real-time.
b. Jaringan pemantauan dengan sistem telemetri dengan memanfaatkan sistim
komunikasi GSM (penyampaian informasi dengan sms yang terdiri dari 44
stasiun pemantau curah hujan (ARR) dan 28 stasiun pemantau tinggi muka air
(AWLR) yang dapat menginformasikan data secara real-time.
c. Jaringan pemantauan dengan sistim konvensional yang masih melibatkan
operator dalam pembacaan dan pengiriman datanya yang terdiri dari +75
(Tujuh puluh lima) stasiun pemantau curah hujan dan +21 (dua puluh satu)
stasiun pemantau tinggi muka air di sungai. Peralatan ini digunakan sebagai
data penunjang apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.
d. Sistim peringatan dini banjir (Flood Early Warning System) yang
dioperasikan dengan melibatkan peran aktif dari masyarakat (pemantauan oleh
dan untuk masyarakat), yang terdiri dari 24 (Dua puluh empat) stasiun
pemantau tinggi muka air di sungai serta 16 (Enam belas) stasiun pemantau
curah hujan, dimana peralatan pemantau curah hujan tersebut dipasang di
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
8
salah satu rumah penduduk (atau perangkat desa) di lokasi yang diperkirakan
sebagai rawan banjir yang sekaligus ditugasi sebagai penanggungjawabnya.
B. Aspek Kelembagaan
Sebagai wujud dari tugas dan fungsi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana
dan kedaruratan secara terpadu dan menyelaraskan dengan berbagai peraturan
perundang-undangan yang ada khususnya Undang-Undang No. 24 tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, maka dibentuklah Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dikepalai langsung oleh Presiden RI.
Untuk melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan di Jawa Timur, maka
dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi (BPBD Provinsi) di
tingkat provinsi yang diketuai oleh Gubernur dan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota/Kabupaten (BPBD Kota /Kabupaten) di tingkat
Kota/Kabupaten yang diketuai oleh Walikota/Bupati. Perum Jasa Tirta I dalam
hal ini merupakan salah satu anggota BPBD Provinsi Kelompok Kesiagaan
Bencana dan Bidang Mitigasi dan mempunyai tugas pokok sebagai berikut:
- Melakukan koordinasi dengan instansi dan institusi terkait khususnya yang
menyangkut masalah penegakan peraturan yang telah ditetapkan, serta
pemasangan tanda rambu-rambu bahaya/ larangan.
- Menetapkan lokasi pos-pos pengintaian/pengawasan (pemantauan).
- Menginventarisasi kebutuhan pembangunan sarana pengamanan bahaya dan
perbaikan sarana-prasarana yang kritis (tanggul, bendungan, sudetan, jalan
dan jembatan).
- Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap cara-cara mitigasi yang dapat
diterapkan dan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam program kesiapan
menghadapi bencana.
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
9
Beberapa instansi lain yang terlibat secara operasional dalam pengendalian banjir
DAS Brantas meliputi Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota, Dinas PU
Pengairan Provinsi Jawa Timur, Kabupaten dan Kota, Balai Pengelola Sumber
Daya Air Wilayah Sungai (PSAWS di DAS Brantas), Balai Besar Wilayah
Sungai (BBWS) Brantas dan Badan Pelaksana Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo (BAPEL-BPLS). Sebagai upaya untuk melaksanakan penanggulangan
banjir di WS Kali Brantas secara terencana dan sistematis, maka masing-masing
instansi teknis yang terlibat secara operasional dalam pengendalian banjir
membentuk Posko Siaga Banjir, yang secara terus menerus siaga memantau dan
menyampaikan serta menerima informasi perkembangan banjir yang terjadi di
masing-masing wilayah pelayanannya. Khusus untuk posko-posko di lingkungan
Perum Jasa Tirta I, pemantauan dilakukan oleh Petugas Piket Banjir di masing-
masing posko tersebut.
HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Siaga Pengendalian Banjir Secara Terpadu
A. Penyusunan Pedoman Siaga Banjir
Sebagai petunjuk teknis operasional pengendalian banjir setiap menjelang
musim hujan dibuatkan Buku Pedoman Siaga Banjir, yang diantaranya
memuat :
a. Pendahuluan : Berisi tentang gambaran kondisi DAS Kali Brantas, Maksud
dan Tujuan, Dasar Hukum, Kebijakan dan Strategi.
b. Perencanaan Siaga Banjir : Berisi tentang Kelembagaan, Pos Komando
Siaga Banjir, Sistem Komunikasi, Peralatan dan Bahan Banjiran, Prinsip
Pengendalian Banjir, Teknik Pengendalian Banjir, Tahapan Siaga Banjir
dan Persiapan Menghadapi Banjir.
c. Pelaksanaan Siaga Banjir di DAS Kali Brantas : Berisi tentang Prosedur
Pengendalian Banjir, Prosedur Penanganan Banjir dan Perbaikan Darurat.
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
10
d. Evaluasi dan Pelaporan : Berisi tentang evaluasi kegiatan pengendalian
banjir serta pelaporan kejadian banjir.
B. Tingkat Siaga
Bahaya banjir dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan siaga yaitu siaga hijau, kuning
dan merah, yang secara berurutan menggambarkan tingkat bahaya yang lebih
tinggi. Tingkat siaga tersebut diatas ditentukan antara lain berdasarkan :
1. Buku Manual Operasi dan Pemeliharaan bangunan yang bersangkutan.
2. Kondisi aktual bangunan/lokasi di sungai sebagai hasil inspeksi yang
dilakukan menjelang disusunnya buku Pedoman Siaga Banjir.
3. Distribusi debit banjir di DAS Kali Brantas yang disusun berdasar
perencanaan dan debit yang pernah terjadi.
4. Beberapa kegiatan konstruksi yang sedang dalam pelaksanaan di sepanjang
sungai.
B. Pemantauan dan Pelaporan
Pemantauan dan pelaporan banjir di lingkungan Perum Jasa Tirta I dilakukan
oleh Petugas Piket Banjir di masing-masing posko. Sistim komunikasi banjir
di WS Kali Brantas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana,
misalnya radio, telepon, telepon seluler, faksimil maupun internet sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
11
Gambar 2. Sistem Komunikasi Pengendalian Banjir di DAS Brantas
C. Pelaksanaan Pengendalian Banjir
Pelaksanaan pengendalian banjir di lingkungan Perum Jasa Tirta I dilakukan
secara terpadu oleh semua unit terkait dengan ketentuan dalam Prosedur
QP/PJT/31 tentang Prosedur Umum Pengendalian Banjir serta metode
perbaikan darurat tanggul sungai.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
1. Pengendalian banjir pada sistem sungai di DAS Brantas telah dilakukan melalui
upaya struktur dengan membangun bangunan pengendali banjir dan bangunan
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
12
infrastruktur lainnya yang didukung oleh upaya non struktur seperti
pengoperasian Sistem Peramalan Banjir dan Peringatan Dini (Flood Forecasting
and Warning System) serta aspek kelembagaan dan peran serta masyarakat di
DAS Kali Brantas.
2. Komunikasi dan pertukaran informasi antar institusi terkait, termasuk informasi
kepada masyarakat sangat diperlukan agar banjir dapat dikendalikan dan
kerugian banjir dapat ditekan.
3. Aspek kelembagaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam upaya
pengendalian banjir. Di DAS Brantas aspek kelembagaan dalam upaya
pengendalian banjir telah menunjukkan kondisi yang memadai, namun
kedepannya masih perlu ditingkatkan baik pada bidang koordinasi maupun
penyampaian informasi.
Rekomendasi
Mengingat bencana banjir masih mungkin terjadi karena bangunan pengendali banjir
yang ada hanya mampu menampung debit sesuai rencana, kedepannya perlu terus
dikembangkan upaya pengendalian banjir dengan menerapkan upaya
menyeluruh berupa gabungan upaya struktur dan nonstruktur yang didukung oleh
berbagai disiplin di bidang sosial, lingkungan, teknis, ekonomis dan hokum. Selain
itu dalam menangani masalah banjir sangat perlu menerapkan prinsip -prinsip good
governance yang melibatkan masyarakat, swasta dan pemerintah.
REFERENSI
JICA, 1998: Development of the Brantas River Basin, Second Development Study
Div.
JICA, 1998: The Study on Comprehensive Management Plan for the Water Resources
of the Brantas River Basin in the Republic of Indonesia. DGWRD, Ministry of Public
Works, Indonesia
Machbub, B. 2000. Pengelolaan Sumber daya Air Berwawasan Lingkungan pada
Pengembangan Wilayah. Puslitbang Teknologi Sumber daya Air, Badan Penelitian
-
Seminar Nasional Bendungan Besar 2015
13
dan Pengembangan Wilayah. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Republik Indonesia. Jakarta, hlm. 4-5.
Nippon Koei, 1961: Comprehensive Report on the Kali Brantas Overall Project,
Ministry of Public Works and Power, GOI
Nippon Koei, 1972: Report on Brantas River Basin Development (Technical Studies),
Ministry of Public Works and Power, GOI
Perum Jasa Tirta I. 2013. Pedoman Siaga Banjir
Siswoko, 2002. Banjir, Masalah Banjir dan Upaya Mengatasinya
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1989. Bendungan Type Urugan. PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Trie MS, Tjoek WS dan Aris Harnanto. 2005. Pengeloaan Sumber Daya Air,
Bayumedia Malang.