Post on 15-Nov-2015
description
9
9
BAB II
PENERAPAN MEDIA PECS TERHADAP PENINGKATAN
KOMUNIKASI ANAK SINDROM ASPERGER
A. SINDROM ASPERGER
1. Pengertian Sindrom Asperger (SA)
Sindrom asperger merupakan bagian dari Pervasive Developmental
Disorder (PDD) dimana pada umumnya mereka mengalami kesulitan
berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Adapun
yang termasuk kedalam golongan PDD menurut Siegel (1996) yaitu: (1)
sindrom asperger, (2) PDD-NOS (3) fragile x sindrom, (4) rett sindrom, (5)
gangguan disintegratif masa kanak-kanak (dalam Bandi, 2009: 2).
Sindrom Asperger pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatri (ahli
kesehatan anak) dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang
dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-
laki yang tidak memiliki kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitif.
Hans Asperger menggambarkan anak-anak tersebut sebagai orang yang
memiliki interaksi sosial yang sangat minim, kegagalan berkomunikasi, dan
perkembangan pada minat-minat khusus. Adapun kriteria diagnostik
gangguan Asperger menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh
sekurangnya dua dari berikut:
10
10
(1) Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel
seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-
gerik untuk mengatur interaksi sosial.
(2) Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sesuai menurut tingkat perkembangan.
(3) Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan
orang lain.
(4) Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
b. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan
stereotipik, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:
(1) Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik
dan terbatas, yang abnormal baik dalam intensitas maupun
fokusnya.
(2) Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau
ritual yang spesifik dan non fungsional.
(3) Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya,
menjentikkan atau memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan
kompleks seluruh tubuh).
(4) Preokupasi persisten dengan bagian-bagian benda.
c. Gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lainnya.
11
11
d. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis
dalam bahasa (misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun,
frasa komunkatif digunakan pada usia 3 tahun).
e. Tidak terdapat keterlambatan yang bermakna secara klinis dalam
perkembangan kognitif atau dalam perkembangan keterampilan
menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang sesuai dengan usia
(selain dalam interaksi sosial), dan keinginan tahuan tentang
lingkungan pada masa anak-anak.
f. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perkembangan pervasif
spesifik atau skizofrenia.
2. Karakteristik Sindrom Asperger
Sindrom Asperger adalah salah satu gejala di mana individu yang
mengalaminya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya. Secara keseluruhan anak dengan SA mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang
bersosialisasi, oleh karena itu mereka akan merasa kesulitan untuk
berkomunikasi dan mengungkapkan empati kepada orang lain.
Gejala lainnya yaitu anak dengan SA memiliki interaksi sosial yang
sedikit, sering mengulang-ulang pembicaraan dan canggung dalam
melakukan gerakan serta berperilaku aneh. Namun anak dengan SA
umumnya juga memiliki kemampuan daya ingat yang cukup baik. selain itu
anak dengan sindrom Asperger cenderung lebih baik dibandingkan orang-
orang lain dalam beberapa hal seperti matematika dan hitung-hitungan,
12
12
tulisan serta pemrograman komputer. Banyak Penderita sindrom Asperger
memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara mereka
berbicara dengan orang lain. Mereka juga memiliki sebuah minat yang
khusus yang mereka tekuni dan bahkan mereka menekuninya sangat detail,
serta mereka justru menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering
melewatkannya.
Anak dengan SA menunjukkan gejala di mana individu yang
mengalaminya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran serta keinginannya kepada
orang lain sehingga cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya.
Untuk menjadikannya lebih mudah, komunikasi bagi anak non verbal seperti
pada anak SA dapat dilakukan dengan cara lain seperti dengan gerak isyarat,
menunjuk gambar dan tulisan, memakai papan komunikasi dan menulis.
Namun pada umumnya berkomunikasi melalui gambar akan terasa lebih
mudah, menyenangkan dan efektif karena mereka memiliki kemampuan
yang cukup menonjol di bidang visual. Mereka lebih mudah untuk
mengingat dan belajar bila diperlihatkan tulisan atau gambar. Selain itu,
anak dengan sindrom Asperger mungkin mengalami masalah yang
melibatkan pergerakan tubuh, seperti halnya olah raga, atau bahkan jalan
kaki, yang terkadang sering terpeleset. Mereka juga memiliki kebiasaan
grogi.
Selain itu, ciri dari anak yang mengalami SA adalah terlambatnya
kemampuan motorik, ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian yang
13
13
berlebihan terhadap kegiatan tertentu. Mereka juga kurang terkoordinasi
atau memiliki gaya berjalan aneh atau melenting, tulisan tangan buruk atau
masalah integrasi visual-motorik, keseimbangan atau jari-jari aposisi.
B. KOMUNIKASI
1. Pengertian komunikasi
Kata komunikasi di dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:585)
dapat diartikan secara harfiah yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksudkan dapat
dipahami. Sedangkan menurut Ginanjar (2008:63) komunikasi juga dapat
diartikan sebagai berikut:
proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dsb, yang dilakukan seseorang kepada orang lain baik secara langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.
Dalam komunikasi terdapat tiga hal yang sangat berkaitan erat yaitu:
pertama, komunikasi selalu melibatkan dua orang atau lebih, kedua,
komunikasi merupakan sesuatu yang bertujuan sebagai pertukaran
informasi yang bersifat dua arah, ketiga, bahwa komunikasi mengandung
pemahaman yaitu mampu mendengarkan kata-kata, memahami gerakan
tubuh, mengolah pesan dan menyimpannya dalam ingatan.
Tujuan komunikasi adalah untuk mengungkapkan keinginan,
mengekspresikan perasaan dan bertukar informasi. Dalam interaksi
tersebut masing-masing akan bergantian sebagai pengirim dan penerima
14
14
pesan. Maka agar terciptanya komunikasi yang efektif seseorang harus
memiliki dua jenis kemampuan yaitu: pertama, kemampuan memahami
pesan yaitu mampu mendengarkan kata-kata, mengolah pesan serta
menyimpannya dalam ingatan dan yang kedua, kemampuan merespon
pesan yaitu mampu memilih kata atau gerakan yang dapat dipahami oleh
lawan bicara (Ginanjar, 2008: 63-64).
2. Tahapan komunikasi
Menurut Susman (dalam Ginanjar, 2008) perkembangan komunikasi
anak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: kemampuan berinteraksi, cara
anak berkomunikasi, alasan dibalik komunikasi yang dilakukan anak dan
tingkat pemahaman anak.
Disamping itu kita perlu memahami tahapan perkembangan
komunikasi pada anak untuk kemudian mengetahui pada tahap mana anak
yang bersangkutan berada sehingga kita dapat merancang gaya
komunikasi yang sesuai. Adapun tahapan komunikasi pada anak sebagai
berikut:
a. The own agenda stage, pada tahap ini anak masih suka bermain sendiri
dan tampaknya tidak tertarik pada orang-orang di sekitarnya. Anak
belum tahu bahwa dengan komunikasi ia dapat mempengaruhi orang
lain. untuk mengetahui keinginannya kita harus memperhatikan gerak
tubuh dan ekspresi wajahnya. Seringkali anak mengambil benda-benda
yang diinginkannya. Anak mungkin belum mau berinteraksi dengan
anak-anak lainnya. Anak juga membuat suara untuk menenangkan diri,
15
15
menangis atau menjerit untuk menyatakan protes. Anak juga suka
tersenyum dan tertawa sendiri, pada tahap ini anak hampir tidak
memahami kata-kata yang kita ucapkan.
b. The requester stage, pada tahap ini anak mulai menyadari bahwa
tingkah lakunya dapat mempengaruhi orang di sekitarnya. Bila
menginginkan sesuatu biasanya anak akan menarik tangan orang lain
dan mengarahkannya pada benda yang diinginkan. Kegiatan atau
permainan yang amat disukainya bersifat fisik seperti bergulat,
digelitiki, cilukba. Sebagian anak mampu mengulangi kata-kata atau
suara namun bukan untuk berkomunikasi melainkan untuk
menenangkan dirinya. Anak mulai bisa mengikuti perintah sederhana,
namun responnya masih belum konsisten. Anak juga mulai memahami
tahapan rutin dalam kehidupannya sehari-hari.
c. The early communication stage, pada tahap ini kemampuan anak
dalam berkomunikasi lebih baik karena melibatkan penggunaan gerak
isyarat, suara dan gambar. Anak dapat berinteraksi dengan orang tua
dan orang yang dikenal, anak juga ingin mengulang permainan dan
dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama.
Pada tahap ini pula anak mulai mengulangi hal-hal yang didengar,
meminta sesuatu, memprotes atau menolak sesuatu dengan
menggunakan gambar, gerak tubuh atau kata. Anak juga telah dapat
mengerti kalimat sederhana atau kalimat yang sering digunakan,
mengerti nama benda atau nama orang yang sehari-hari ditemui, dapat
16
16
mengatakan hai, dadah dan dapat menjawab pertanyaan dengan
mengatakan ya atau tidak dan dapat menjawab pertanyaan apa
ini/apa itu?.
d. The partner stage, pada tahap ini anak dapat berinteraksi lebih lama
dengan orang lain dan dapat bermain dengan orang lain dan dapat
bermain dengan anak lain. Anak juga sudah dapat menggunakan kata-
kata atau metode lain dalam berkomunikasi untuk meminta, protes,
setuju, menarik perhatian sesuatu, bertanya dan menjawab sesuatu.
Anak juga dapat mulai menggunakan kata-kata atau metode lain untuk
berbicara mengenai waktu lampau dan yang akan datang, menyatakan
keinginannya dan meminta sesuatu.
Anak pada tahap ini sudah dapat membuat kalimat sendiri dan
melakukan percakapan pendek dan lebih banyak mengerti
perbendaharaan kata-kata.
C. MEDIA PECS
1. Pengertian PECS
PECS (Picture Exchange Communication System) adalah suatu
pendekatan untuk melatih komunikasi dengan menggunakan simbol-
simbol verbal (Bondy dan Frost, 1994:2). PECS dirancang oleh Andrew
Bondy dan Lori Frost pada tahun 1985 dan mulai dipublikasikan pada
tahun 1994 di Amerika Serikat. PECS digunakan untuk anak yang
17
17
perkembangan bahasanya terhambat dan tidak memiliki kemauan untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Penggunaan media PECS tidak akan membuat anak tergantung pada
gambar-gambar, tetapi dengan adanya bantuan gambar-gambar atau
simbol-simbol maka pemahaman terhadap bahasa yang disampaikan
secara verbal dapat dipahami secara jelas. Memang, pada tahap awal anak
diperkenalkan dengan simbol-simbol non verbal, namun pada fase akhir
dalam penggunaan media PECS ini anak dimotivasi untuk berbicara.
Berdasarkan pengalaman Wallin (2007:1) ada beberapa keunggulan
yang dimiliki oleh PECS yaitu:
a. Setiap pertukaran menunjukkan tujuan yang jelas dan mudah
dipahami. Pada saat tangan anak menunjuk gambar atau kalimat maka
dapat dengan cepat dan mudah permintaan atau pendapatnya itu mudah
dipahami. Melalui PECS anak telah diberikan jalan yang lancar dan
mudah untuk menemukan kebutuhannya.
b. Sejak dari awal tujuan komunikasi ditentukan oleh anak. Anak-anak
tidak diarahkan untuk merespon kata-kata tertentu atau pengajaran
yang ditentukan oleh orang dewasa, akan tetapi anak-anak didorong
untuk secara mandiri memperoleh jalan untuk komunikasi secara
alamiah. Guru atau pembimbing mencari apa yang anak inginkan
untuk dijadikan penguatan dan jembatan komunikasi dengan anak.
18
18
c. Material (bahan-bahan) yang digunakan cukup mudah disiapkan dan
bisa digunakan kapan saja dan dimana saja. Simbol PECS juga dapat
dibuat dengan gambar sendiri atau dengan foto.
d. PECS tidak membatasi anak untuk berkomunikasi dengan siapapun.
Setiap orang dapat dengan mudah memahami simbol PECS sehingga
anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya dengan
keluarga atau guru di sekolah (dalam Depdikbud, 2008: 24).
Material yang digunakan dalam PECS cukup mudah. Simbol atau
gambar dapat diperoleh dengan cara menggambar sendiri, majalah atau
Koran, atau gambar dari komputer (clip art). Gambar-gambar tersebut
dibentuk kartu kemudian dilaminating agar awet dan dibelakang gambar
itu dipasang pengait atau double tape agar bisa dipasang atua digantung
pada berbagai media. Mengenai ukuran gambar atau simbol yang
digunakan oleh setiap anak akan berbeda tergantung kepada kemampuan
menggenggam, visual dan kognitif anak.
2. Penerapan PECS
Adapun dalam pelaksanaan PECS ini anak dibimbing oleh dua orang
guru atau pembimbing. Salah satunya sebagai pembimbing atau guru
utama dan satunya lagi sebagai asisten. Posisi guru utama berhadapan
dengan anak, sedangkan asisten berada tepat di belakang anak.
Guru utama bertugas sebagai pembimbing untuk mengajarkan dan
melakukan pertukaran gambar atau berkomunikasi dengan anak. Asisten
bertugas untuk memberikan bantuan (prompting) kepada anak dan
19
19
membantu guru utama menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Adapun prosedur latihan dalam PECS adalah sebagai berikut:
Fase 1
Tujuan:
Anak mampu mengamati item/objek yang disajikan, anak memilih salah
satu gambar dari item itu, mengambil gambar itu dan menyerahkannya pada
guru atau pembimbing
Catatan:
Pada fase ini tidak ada prompting verbal (misalnya: apa yang kamu
inginkan? atau berikan gambar itu!). Anak boleh belajar berbagai macam
gambar. Gambar yang berbeda boleh diajarkan jika gambar sebelumnya
sudah dikuasai.
Prosedur latihan:
1. Simpanlah di depan anak dua atau tiga objek yang disukai, sering
digunakannya dan sudah dikenal oleh anak.
2. Pada saat anak memilih objek tersebut biarkanlah ia memainkannya
untuk beberapa saat, kemudian guru utama mengambil objek itu.
Simpanlah objek itu, jangan sampai terlihat oleh anak
3. Gantilah objek itu dengan gambarnya dan simpan gambar itu di depan
anak. Sementara salah satu tangan guru memegang objek yang
diinginkan oleh anak dan tangan satu lagi sebagai prompting posisinya
terbuka (posisi tangan meminta sesuatu). Diharapkan anak memberikan
gambar objek itu kepada guru. Reaksi anak mungkin berusaha untuk
20
20
merebut objek yang diinginkan, oleh karena itu asisten harus menjaga
agar anak tetap duduk. Reaksi seperti itu adalah reaksi yang tidak
diinginkan.
4. Jika anak bereaksi tidak sesuai yang diharapkan maka asisten dapat
memberikan bantuan/prompting dengan cara memegang tangan untuk
meraih gambar objek dan memberikannya pada tangan guru. Mintalah
anak untuk melepas gambar itu sambil melabel perbuatan anak dengan
mengatakan misalnya:oh, kamu ingin main mobil-mobilan ya!.
Kemudian segera berikannlah objek yang diinginkannya.
5. Biarkanlah anak beberapa saat memainkan objek itu. Kemudian ambil
lagi objek itu dan lakukan langkah 3 dan 4. Langkah-langkah itu terus
diulang sambil coba dihilangkan bantuan/promting dari asisten dan guru.
6. Latihan dapat dilanjutkan pada fase kedua jika respon anak benar dan
tidak membutuhkan promting dari guru ataupun asisten.
Fase II
Tujuan:
Anak berkomunikasi menggunakan buku/papan komunikasi,
menempel/menyimpan gambar, mampu berganti partner komunikasi dan
menyerahkan gambar pada tangan partner komunikasinya.
Persiapan:
Siapkanlah papan komunikasi untuk menempelkan atau mengaitkan kartu
gambar. Siapkanlah gambar yang mudah dijangkau guru.
21
21
Prosedur latihan:
1. Tempelkan pada papan komunikasi gambar tertentu yang mewakili
keinginan anak.
2. Anak harus mengambil gambar dari papan itu dan memberikannya
kepada guru, kemudian guru memberikan apa yang diinginkan anak.
Guru memasang kembali gambar tersebut.
3. Jika anak tidak mengambil gambar di papan atau responnya salah maka
perlu promting/bantuan dari asisten dengan cara memegang tangan anak
untuk meraih gambar dan menyerahkannya pada tangan guru.
4. Apabila respon anak sudah benar maka perlebarlah sedikit-sedikit jarak
guru dengan anak. Sehingga anak akan bergerak/berjalan keluar dari
kursi menuju guru untuk menyerahkan gambar. Segeralah guru
memberikan objek yang diinginkannya. Guru memasang kembali
gambar.
5. Apabila anak sudah konsisten dan mandiri bisa mengambil gambar dan
menyerahkannya kepada guru maka lanjutkan pada fase III.
Fase III
Tujuan:
Anak mampu meminta objek yang diinginkannya dengan cara bergerak
menuju papan komunikasi kemudian memilih gambar tertentu yang
mewakili keinginannya dan menyerahkan gambar itu ke guru atau partner
komunikasinya
Persiapan:
22
22
Tempelah dua gambar pada papan komunikasi, termasuk gambar objek yang
diinginkan anak. Gambar yang tidak mewakili keinginan anak harus benar-
benar bertolak belakang dengan keinginannya (misalnya anak ingin kue
dipasang pula gambar sepatu, baju dll).
Catatan:
Tidak ada prompting verbal. Anak boleh belajar berbagai gambar, gambar
yang berbeda boleh diajarkan jika gambar yang sebelumnya bisa dikuasai.
Posisi sebagai guru dan asisten bergantian, boleh juga diganti oleh guru
yang lain. Lokasi gambar yang diinginkan pada papan komunikasi harus
berubah-ubah, sehingga mendorong anak untuk mengidentifikasi dan
mengamati.
Prosedur latihan:
1. Pasanglah pada papan komunikasi satu gambar objek yang diinginkan
dan gambar objek lain yang tidak diinginkannya.
2. Awalnya pasangkan gambar objek yang diinginkan dengan objek
kongkritnya (dengan cara menempatkan gambar diantara objek dan
anak.
3. Kemudian secepatnya ambil/pindahkan objek kongkrit dan hanya
gambar objek yang ada di hadapan anak.
4. Kembali ke papan komunikasi. Jika anak memilih gambar objek yang
tidak diinginkannya, bantulah ia untuk mengambil gambar yang sesuai
dengan yang diinginkan, sambil mengatakan kalau kamu mau kue,
kamu minta kue.
23
23
5. Untuk meyakinkan hubungan antara gambar objek dengan objek yang
diinginkan, melalui cara memberikan langsung objek yang diinginkan
ketika anak menyerahkan gambar objek yang diinginkan. Cara seperti
itu, dapat pula untuk melihat apakah anak sudah memiliki atau belum
konsep hubungan antara gambar dengan objek yang diinginkannya.
Fase IV
Tujuan:
Siswa mampu meminta objek yang diinginkan dengan atau tanpa ada
gambar objeknya disertai penggunaan kata saya ingin atau saya mau
lalu gambar diletakkan pada papan kalimat, selanjutnya anak mengambil
gambar objek yang diinginkan dan diletakkan disebelah kanan simbol saya
ingin. Susunan gambar tersebut diserahkan kepada guru atau pasangan
komunikasinya.
Persiapan:
Sediakan papan kalimat dan siapkan gambar atau simbol saya ingin atau
saya mau.
Catatan:
Tidak ada prompting verbal. Teruskan menguji pemahaman anak tentang
hubungan antar gambar dengan yang diinginkannya. Lanjutkan pula dengan
berbagai aktivitas dengan berbagai partner komunikasi.
Prosedur latihan:
1. Simpanlah simbol saya ingin pada papan kalimat.
24
24
2. Bimbinglah anak untuk menempatkan objek yang diinginkan disebelah
kanan simbol saya ingin
3. Mintalah anak untuk menyerahkan susunan gambar itu kepada guru,
sambil guru membacakan keinginan anak saya ingin. (ada jeda
diharapkan anak mengulangi ucapan guru atau mengisi jeda itu).
4. Apabila siswa sudah konsisten mampu untuk melakukan ini, pasanglah
terus simbol saya ingin, pada papan kalimat.
5. Pada saat siswa menginginkan sesuatu, bimbinglah ia menempatkan
simbol saya ingin, kemudian bimbinglah anak untuk menempatkan
gambar objek yang diinginkannya di sebelah kanan simbol saya ingin.
6. Lanjutkan terus latihan ini hingga anak mampu melengkapi langkah-
langkah latihan secara mandiri.
Fase V
Tujuan:
Anak mampu secara spontan meminta objek yang diinginkan melalui
gambar dan dapat menjawab dengan gambar pertanyaan apa yang kamu
inginkan? atau kamu mau apa?
Prosedur latihan:
1. Pada fase ini, anak secara mandiri menggunakan simbol saya ingin
atau saya mau diikuti gambar objek yang diinginkan.
2. Idealnya, untuk mengungkapkan apa yang anak inginkan, ia tidak perlu
dibantu dengan pertanyaan apa yang kamu inginkan?. Tetapi hal
25
25
tersebut tidak dapat dielakkan lagi. Oleh karena itu fase ini mengajarkan
anak untuk merespon pertanyaan tersebut.
3. Hal yang paling penting adalah anak mampu mengungkapkan
keinginannya secara spontan tanpa harus dibantu dengan pertanyaan
lagi.
Fase VI
Tujuan:
Anak mampu berkomentar, mengekspresikan perasaan suka dan tidak suka
dll.
Persiapan:
Membuat simbol menurut saya, saya suka, saya rasa dll.
Catatan:
Guru juga menggunakan kartu gambar untuk berkomunikasi dengan anak.
Hal itu akan menjadi model untuk penggunaan fungsi-fungsi komunikasi.
Prosedur latihan:
1. Ciptakan kesempatan agar anak berkomentar dalam aktivitas secara
alami, misalnya saat jam istirahat, guru dapat membuat komentar
mmm, saya suka kue (menggunakan kartu gambar milik anak), apa
yang kamu sukai?.
2. Contoh lain saya bahagia, bagaimana perasaan mu?.
3. Akhir dari fase ini, diharapkan siswa siap menggunakan gambar untuk
mengungkapkan komentar dan perasaannya kepada siapa pun, meskipun
harus membawa buku/papan komunikasi kemana-mana.
26
26
Demikianlah cara penerapan PECS, mulai dari fase I sampai VI selalu
diawali dengan apa yang anak inginkan. Jika pembelajaran dimulai dari
apa yang anak suka atau inginkan maka tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pun akan mudah dikuasai anak.
D. Kerangka Berfikir
Sindrom Asperger (SA) merupakan salah satu bagian dari gangguan
perkembangan pervasif dimana individu yang mengalaminya memiliki
kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Anak dengan SA
umumnya kesulitan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan pikiran serta
keinginannya kepada orang lain, sehingga mereka menggunakan cara-cara lain
untuk berkomunikasi dengan orang lain seperti dengan gerak isyarat, menulis,
menggunakan papan komunikasi atau menunjuk gambar. anak dengan SA
pada umumnya memiliki kemampuan yang cukup menonjol di bidang visual
sehingga mereka akan mudah berkomunikasi dengan orang lain apabila
menggunakan gambar.
Media PECS merupakan suatu media pembelajaran visual yang digunakan
untuk melatih dan mendorong anak agar dapat berkomunikasi dengan orang
lain dengan menggunakan gambar-gambar. Dalam proses penerapannya setiap
anak menunjuk, mengambil gambar atau kalimat maka dapat dengan cepat dan
mudah permintaan tersebut dipahami oleh orang lain. Hal itu dikarenakan
gambar-gambar yang digunakan cukup menarik dan mudah dipahami oleh
setiap orang sehingga anak dapat berkomunikasi dengan siapapun. Arah
27
27
komunikasi juga ditentukan sendiri oleh anak, sehingga anak bebas
mengutarakan pikiran dan keinginannya melalui gambar-gambar kepada orang
lain. Dengan demikian diduga melalui penggunaan media PECS ini dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi anak Sindrom Asperger.