Post on 25-Jul-2015
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
SISTEM BINER FENOL-AIR
I. TUJUAN PERCOBAAN
Membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu dan tekanan.
Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sestem fenol-air.
II. DASAR TEORI
Sistem dua komponen mempunyai derajat kebebasan F = 4 - P. Jika sistem ada
dalam satu fasa, maka F = 3. Hal ini berarti sistem mempunyai tiga varian atau tiga
derajat kebebasan. Keadaan sistem digambarkan dengan tiga koordinat atau tiga
dimensi (diagram ruang).
Diagram ruang sulit dibuat dan dipelajari. Untuk menyederhanakan maka slah
atu variabel ditas dibuat konstan atau tetap sehingga tingga 2 variabel bebas. Dengan
penyederhanaan ini diagram dapat digambarkan dalam dua dimensi. Ada tiga
kemungkinan bentuk diagram, yaitu:
Diagram P-konsentrasi pada T tetap
Diagram T-konsentrasi pada P tetap
Diagram P-T pada konsentrasi tetap
Penyederhanaan selanjutnya dilakukan dengan cara mempelajari berbagai
kesetimbangan yang mungkin terdapat dalam sistem secara terpisah. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengatur tekanan dan temperatur sistem.
Sistem biner fenol air merupakan sistem yang memperlihatkan sistem kelarutan
timbal balik antara fenol dan air pada suhu dan tekanan tetap. Jika komposisi campuran
fenol-air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh sebuah kurva seperti Gambar 01.
1
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Gambar 01. Diagram fasa sistem biner fenol-air
Keterangan:
L1 = fasa fenol dalam air
L2 = fasa air dalam fenol
xA = mol fraksi air mol
xF = mol fraksi fenol
xC = mol fraksi komponen pada titik kritis (TC)
Pada daerah di dalam kurva terdapat dua fasa. Titik-titik pasangan komposisi
temperatur di dalam kurva selalu menggambarkan dua fasa. Komposisi tiap fasa terletak
pada kurva. Diluar kurva hanya terdapat satu fasa. Titik maksimum kurva disebut titik
kritis maksimum atau temperatur konsulat atas. Diatas temperatur titik kritis tidak
mungkin terdapat dua fasa.
Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap yaitu suhu minimum
pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC. Pada T1 dengan
komposisi antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fasa (keruh). Sedangkan pada saat
sistem berada pada satu fasa, campuran berubah dari keruh menjadi jernih. Jika
percobaan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi akan diperoleh batas kelarutan yang
berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen komponen sati sama
lain meningkat sehingga saerah dua fasa semakin menyempit.
2
XA = 1To
T
Suhu
T2
T1
XF = 1XC
A2
A1 B1
daerah 1 fasa L1
L0
B2
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
III. ALAT DAN BAHAN
NAMA ALAT JUMLAH NAMA BAHAN JUMLAH
Tabung reaksi diameter 4 cm 1 buah Kristal fenol 5 gram
Sumbat tabung 1 buah Aquades secukupnya
Batang pengaduk 1 buah
Gelas kimia 500 ml 2 buah
Statif dan Klem 1 buah
Spatula 3 buah
Cawan petri 2 buah
Gelas kimia 100 ml 1 buah
Pemanas listrik 1 buah
Buret 50 mL 1 buah
Termometer 1 buah
IV. PROSEDUR KERJA
1. Tabung (bersih dan kering) diisi dengan fenol kemudian ditimbang sampai diperoleh
massa fenol sekitar 5 gram.
2. Selanjutnya alat disusun seperti gambar berikut ini.
Gambar 02. Susunan Peralatan untuk percobaan biner fenol-air
3. Buret diisi dengan aquades.
3
Fenol + air
Tabung reaksi berdiameter 4 cm
Penangas air
Batang Pengaduk
Termometer
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
4. Ke dalam tabung, ditambahkan aquades melalui buret dengan volume 0,1. Jika larutan
keruh, tambahkan kembali 0,1 mL aquades.
5. Panaskan campuran tersebut dalam penangas air (kira-kira suhu 90°C) sambil diaduk
perlahan dan konstan. Suhu campuran tersebut (T1) pada saat campuran mulai berubah
dari keruh menjadi bening. Biarkan suhu naik menjadi T1 + 4°C. Kemudian tabung
dikeluarkan dari penangas dan biarkan campuran mendingin di udara sambil diaduk.
Suhunya dicatat (T2) pada saat kekeruhan muncul kembali, kemudian dihitung suhu
rata-rata (T).
6. Selanjutnya ditambahkan aquades untuk mendapatkan T1 dan T2 sesuai dengan
langkah 5.
V. HASIL PENGAMATAN
1. Suhu kamar : 26oC
Kadar fenol yag digunakan : 99,5%
Massa fenol yang ditimbang : 5,0098 gram
Massa jenis aquades : 1 gram/mL
2. Penambahan aquades sebelum terjadi kekeruhan
No. Aquades (mL) Pengamatan
1. 0,1 Fenol mencair
2. 0,2 Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan
larutan berwarna orange.
3. 0,3 Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan
larutan berwarna orange.
4. 0,4 Terdapat kristal fenol yang belum mencair dan
larutan berwarna orange.
5. 0,5 Semua kristal fenol mencair dan terbentuk larutan
orange bening.
6. 0,6 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
7. 0,7 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
8. 0,8 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
4
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
9. 0,9 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
10. 1,0 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
11. 1,1 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
12. 1,2 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
13. 1,3 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
14. 1,4 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
15. 1,5 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
16. 1,6 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
17. 1,7 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
18. 1,8 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
19. 1,9 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
20. 2,0 Setelah penambahan aquades, timbul kekeruhan
namun setelah diaduk kekeruhan tersebut hilang.
Suhu pada saat terjadinya kekeruhan = 35oC
3. Penambahan aquades setelah terjadi kekeruhan
No. Aquades(mL)
Massa (gram) Suhu % molFenol Air T1 T2 T Fenol Air
1. 0,0 5,0098 2 37 35 36 32,32 67,68
2. 0,1 5,0098 2,1 40 40 40,5 31,18 68,82
3. 0,1 5,0098 2,2 41 40 40,2 30,29 69,71
4. 0,1 5,0098 2,3 45 44 44.5 29,28 70,72
5
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
5. 0,1 5,0098 2,4 49 47 48 28,49 71,51
6. 0,1 5,0098 2,5 49,5 49,5 49,5 27,60 72,40
7. 0,1 5,0098 2,6 53 51 52 26,90 73,10
8. 0,1 5,0098 2,7 53 52 52,5 26,12 73,88
9. 0,2 5,0098 2,9 54,5 54 54,25 24,77 75,23
10. 0,1 5,0098 3,0 57,5 57 57,25 24,09 75,91
11. 0,2 5,0098 3,2 59 58 58,5 22,94 77,06
12. 0,1 5,0098 3,3 59 59 59 22,46 77,54
13. 0,1 5,0098 3,4 62 61 61,5 21,90 78,10
14. 0,2 5,0098 3,6 64 64 54 20,95 79,05
15. 0,4 5,0098 4,0 64,5 64,5 64,5 19,27 80,73
16. 0,5 5,0098 4,5 65 65 65 17,49 82,51
17. 0,5 5,0098 5,0 67 66 66,5 16,01 83,99
18. 1,3 5,0098 6,3 65 65 65 13,15 86,85
19. 1,5 5,0098 7,8 65 65 65 10,90 89,10
20. 0,2 5,0098 8,0 65 65 65 10,66 89,34
21. 2,0 5,0098 10,0 66 66 65 8,72 91,28
22. 1,0 5,0098 11,0 67 66 66,5 7,98 92,02
23. 3,0 5,0098 14,0 67 66 66,5 6,38 93,62
24. 3,0 5,0098 17,0 65 65 65 5,32 94,68
25. 3,0 5,0098 20,0 64 64 64 4,55 95,45
26. 3,0 5,0098 23,0 62 62 62 3,98 96,02
27. 3,0 5,0098 26,0 59 59 59 3,54 96,46
28. 3,0 5,0098 27,0 56 56 56 3,41 96,59
29. 3,0 5,0098 30,0 54 53 53,3 3,08 96,92
30. 0,5 5,0098 30,5 51 50 50,3 3,03 96,97
31. 0,5 5,0098 31,0 49 49 49 2,99 97,01
32. 0,5 5,0098 31,5 48 48 48 2,94 97,06
33. 0,5 5,0098 32,0 47 47 47 2,89 97,11
34. 0,5 5,0098 32,5 46 46 46 2,85 97,15
35. 0,5 5,0098 33,0 45 45 45 2,81 97,19
36. 0,5 5,0098 33,5 45 45 45 2,77 97,23
37. 0,5 5,0098 34,0 45 44 44,5 2,73 97,27
6
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
38. 0,5 5,0098 34,5 45 43 44 2,69 97,31
39. 0,5 5,0098 35 44 42 43 2,65 97,35
40. 0,5 5,0098 35,5 43 41 42 2,62 97,38
41. 0,5 5,0098 36 41 40 40,5 2,58 97,42
42. 0,5 5,0098 36,5 40 39,5 39,75 2,55 97,45
43. 0,5 5,0098 37 39 39 39 2,51 97,49
44. 0,5 5,0098 37,5 38 38 38 2,48 97,52
VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan kurva komposisi pada sistem fenol-air
pada tekanan tetap dan penentuan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air. Hal
pertama yang dilakukan adalah menimbang fenol. Fenol yang digunakan pada
percobaan ini berwujud kristal yang tak berwarna dengan kadar 99,5%.
Dalam pembuatan kurva komposisi pada sistem fenol-air pada tekanan tetap dan
menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air, terlebih dahulu harus
dihitung hal-hal sebagai berikut.
1. Menghitung jumlah mol fenol yang digunakan
Diketahui
Massa fenol = 5,0098 gram
Mr fenol (C6H5OH) = 94
Kadar fenol = 99,5%
Penyelesaian
% berat = %
berat zat = berat campuran x % berat
= 5,0098 gram x 0,995
= 4,985 gram
Mol fenol =
7
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Mol fenol =
Mol fenol = 0,053 mol
Jadi jumlah mol fenol yang digunakan adalah 0,053 mol.
2. Menghitung massa dan mol air yang digunakan
Untuk menentukan jumlah mol air yang digunakan, terlebih dahulu volume air
dikonversi menjadi massa air dengan mengalikan massa jenis dari air.
Penentuan massa air
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
ρ =
ρair = 1 gram/L
Sehingga : m = ρ x V
m = 1 g/L x V
m = V
Pada suhu 36oC
Diketahui : Vair = 2 mL
Sehingga massa air dapat dihitung sebagai berikut:
mair = Vair
mair = 2 gram
Langkah yang sama dapat digunakan untuk menentukan massa air pada suhu
berikutnya.
Penentuan mol air
Pada suhu 360C
Diketahui : mair = 2 gram
Mr air = 18
Penyelesaian
Mol air =
=
8
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
= 0,111 mol
Langkah yang sama dapat digunakan untuk menentukan mol air pada suhu berikutnya.
Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Jumlah Mol Air yang Digunakan
No. Volume Air
Massa Air
Mol Air No. Volume Air
Massa Air
Mol Air
1 0,1 0,1 0,006 33 3,6 3,6 0,2002 0,2 0,2 0,011 34 4 4 0,2223 0,3 0,3 0,017 35 4,5 4,5 0,2504 0,4 0,4 0,022 36 5 5 0,2785 0,5 0,5 0,028 37 6,3 6,3 0,3506 0,6 0,6 0,033 38 7,8 7,8 0,4337 0,7 0,7 0,039 39 8 8 0,4448 0,8 0,8 0,044 40 10 10 0,5569 0,9 0,9 0,050 41 11 11 0,61110 1 1 0,056 42 14 14 0,77811 1,1 1,1 0,061 43 17 17 0,94412 1,2 1,2 0,067 44 20 20 1,11113 1,3 1,3 0,072 45 23 23 1,27814 1,4 1,4 0,078 46 26 26 1,44415 1,5 1,5 0,083 47 27 27 1,50016 1,6 1,6 0,089 48 30 30 1,66717 1,7 1,7 0,094 49 30,5 30,5 1,69418 1,8 1,8 0,100 50 31 31 1,72219 1,9 1,9 0,106 51 31,5 31,5 1,75020 2 2 0,111 52 32 32 1,77821 2,1 2,1 0,117 53 32,5 32,5 1,80622 2,2 2,2 0,122 54 33 33 1,83323 2,3 2,3 0,128 55 33,5 33,5 1,86124 2,4 2,4 0,133 56 34 34 1,88925 2,5 2,5 0,139 57 34,5 34,5 1,91726 2,6 2,6 0,144 58 35 35 1,94427 2,7 2,7 0,150 59 35,5 35,5 1,97228 2,9 2,9 0,161 60 36 36 2,00029 3 3 0,167 61 36,5 36,5 2,02830 3,2 3,2 0,178 62 37 37 2,05631 3,2 3,3 0,183 63 37,5 37,5 2,08332 3,4 3,4 0,189
9
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Untuk membuat kurva komposisi pada sistem fenol-air terhadap suhu pada
tekanan yang tetap terlebih dahulu dihitung % mol dari fenol dan air. Dimana % mol air
dan 5 mol fenol dapat dihitung sebagai berikut:
Adapun perhitungan untuk mencari % mol fenol dan % mol air yaitu sebagai berikut:
Pada suhu 360C
% mol fenol =
= 32,32 %
% mol air = 100% - 32,32%
= 67,68%
Langkah yang sama dapat digunakan untuk menghitung % mol fenol dan % mol air
pada suhu berikutnya.
Tabel 6.2. Hasil Perhitungan % Mol Fenol dan % Mol Air
Mol Fenol Mol Air % Mol Fenol % Mol Air
0,053 0,111 32,307 67,6930,053 0,117 31,250 68,7500,053 0,122 30,259 69,7410,053 0,128 29,329 70,6710,053 0,133 28,455 71,5450,053 0,139 27,631 72,3690,053 0,144 26,854 73,1460,053 0,150 26,119 73,8810,053 0,161 24,764 75,2360,053 0,167 24,138 75,8620,053 0,178 22,976 77,0240,053 0,183 22,436 77,5640,053 0,189 21,920 78,0800,053 0,200 20,958 79,0420,053 0,222 19,266 80,7340,053 0,250 17,500 82,5000,053 0,278 16,030 83,9700,053 0,350 13,158 86,8420,053 0,433 10,903 89,097
10
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
0,053 0,444 10,660 89,3400,053 0,556 8,714 91,2860,053 0,611 7,985 92,0150,053 0,778 6,383 93,6170,053 0,944 5,316 94,6840,053 1,111 4,555 95,4450,053 1,278 3,985 96,0150,053 1,444 3,541 96,4590,053 1,500 3,415 96,5850,053 1,667 3,084 96,9160,053 1,694 3,035 96,9650,053 1,722 2,987 97,0130,053 1,750 2,941 97,0590,053 1,778 2,896 97,1040,053 1,806 2,853 97,1470,053 1,833 2,811 97,1890,053 1,861 2,770 97,2300,053 1,889 2,731 97,2690,053 1,917 2,692 97,3080,053 1,944 2,655 97,3450,053 1,972 2,618 97,3820,053 2,000 2,583 97,4170,053 2,028 2,548 97,4520,053 2,056 2,515 97,4850,053 2,083 2,482 97,518
Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan perhitungan, maka dapat
dibuat kurva komposisi pada sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap
adalah sebagai berikut:
11
Kurva Komposisi Sistem Biner Fenol-Air
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
%Mol
Su
hu
KURVA KOMPOSISI SISTEM BINER FENOL-AIR
% Mol
SU
HU
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
Kristal fenol ditimbang sebanyak 5,0098 gram dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang berdiameter 4 cm. Kemudian ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,1 mL
aquades secara terus menerus sampai terbentuk kekeruhan. Pada penambahan 0,1 mL-
0,5 mL aquades menyebabkan fenol melarut, dimana larutan fenol berwarna merah
kekuningan yang merupakan sistem satu fasa. Pada penambahan aquades 0,6 mL-1,9
mL terbentuk dua lapisan dan kekeruhan, namun setelah dikocok kekeruhan yang
timbul hilang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem fenol-air mulai memasuki keadaan
dua fase. Pada penambahan 0,1 mL yang ke 20, terbentuk kekeruhan yang setelah
dikocok kekeruhan terebut tidak hilang. Hal ini menunjukkan bahwa sistem fenol air
sudah memasuki keadaan dua fase. Keadaan ini sesuai dengan diagram berikut ini.
.
Gambar 04. Diagram fasa sistem biner fenol-air
Setelah campuran menjadi keruh akibat penambahan aquades berikutnya,
kemudian dilakukan pemanasan dan diukur suhunya saat sistem menjadi bening
kembali. Hal ini bertujuan untuk untuk mengamati suhu pada saat sistem memasuki 1
fase dan suhu pada saat sistem memasuki keadaan 2 fase kembali. Kegiatan ini
dilakukan secara berualang-ulang dengan komposisi aquades yang terus bertambah dan
komposisi fenol yang tetap agar dapat dibuat kurva komposisi sistem biner fenol-air
terhadap suhu pada tekanan tetap.
Berdasarkan kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan
tetap di atas, diperoleh suhu kritis air adalah pada suhu 68°C. Selain itu dapat dilihat
pula bahwa bila suhu dinaikkan melewati kurva kesetimbangan sistem fenol-air maka
sistem akan berada pada keadaan satu fase. Sebaliknya jika suhu diturunkan, maka
12
XA = 1To
T
Suhu
T2
T1
XF = 1XC
A2
A1 B1
daerah 1 fasa L1
L0
B2
Gambar 03. Kurva komposisi sistem biner fenol-air
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
sistem akan berada pada keadaan dua fase. Pada sistem biner fenol-air, suhu memegang
peranan yang penting karena kedua komponen yaitu fenol dan air dapat bercampur
secara sempurna apabila suhu campuran dinaikkan dari temperatur mula-mula.
Pada percobaan ini, kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada
tekanan tetap lebih condong ke arah komposisi air, hal ini dapat terjadi akibat dari
beberapa faktor yaitu:
1. Kesulitan dalam melakukan pengadukan sehingga ada kemungkinan suhu yang
terukur adalah suhu saat sistem fenol-air belum tercampur sempurna.
2. Sangat sulit untuk mangamati suhu pada saat sistem berubah dari keruh ke
bening atau sebaliknya dari bening ke keruh sehingga kemungkinan terjadinya
kesalahan dapat melakukan pengamatan cukup besar. Kelompok kami kurang
mengetahui sejauh mana kekeruhan yang dimaksud sehingga pengukuran suhu saat
pemanasan menjadi kurang teliti. Hal ini berdampak pada perolehan titik kritis dari
sistem fenol-air yang dilakukan.
3. Komposisi air yang ditambahkan tidak konstan dimana mula-mula 0,1 mL dan
setelah terjadinya kekeruhan ditambahkan 0,5 mL-3 mL aquades.
4. Ketelitian dalam menambahkan aquades dengan menggunakan buret, dimana
kelompok kami kemungkinan kurang terampil dalam membuka dan menutup keran
buret sehingga akan sangat mempengaruhi ketelitian dalam penambahan jumlah
aquades ke dalam larutan fenol.
KESALAHAN RELATIF
Berdasarkan data hasil percobaan, suhu kritis kelarutan timbal balik sestem biner
fenol-air adalah 68°C sedangkan secara teoritis suhu kritisnya adalah 65,85oC. Untuk
mengetahui kesalahan relatif yang terjadi dalam praktikum ini dapat diketahui dengan
persamaan berikut:
%
= x100 %
= 3,265 %
Nilai KR yang didapat di bawah 10% sehingga masih dapat diterima.
13
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
VII. SIMPULAN
Berdasarkan data hasil percobaan dan setelah dilakukan analisis data maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kurva komposisi sistem biner fenol-air terhadap suhu pada tekanan tetap adalah
sebagai berikut:
2. Suhu kritis dari sistem biner fenol-air dapat ditentukan dari pertemuan titik pada
suhu konsulat atas yaitu 68 °C.
14
Kurva Komposisi Sistem Biner Fenol-Air
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0
%Mol
Su
hu
KURVA KOMPOSISI SISTEM BINER FENOL-AIR
% Mol
SU
HU
Laporan Praktikum Kimia Fisika “Sistem Biner Fenol-Air
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta:
Gramedia.
Barrow, Gardon M. 1996. Physical Chemistry. USA: Mc Graw-Hill.
Retug, I Nyoman dkk. 2002. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja.
Sienko, Michel J. 1985. Eksperimental Chemistry. United States: Mc Graw-Hill.
Suardana, I Nyoman. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja: Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja.
Tony, Bird. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia.
15