Post on 28-Dec-2015
description
PROPOSAL METODE PENELITIAN KOMUNIKASI
JUDUL :
SIMBOL KOMUNIKASI KOPITES DALAM MENDUKUNG LIVERPOOL DI UIN SURABAYA
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata kuliah
“Metode Penelitian Komunikasi “
Dosen Pembimbing :
Ali Nurdin S.Ag.,M.Si
Disusun Oleh :
Moch Fajar Fitrahillah
(B06211066)
FAKULTAS DAKWAH
PRODI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepak bola memang sudah menjadi olahraga yang paling populer di
belahan dunia, mulai dari negara-negara Eropa, Amerika, Afrika, hingga
merambah ke Asia khususnya Indonesia. Perkembangan sepak bola yang begitu
pesat dari masa ke masa serta didukung peranan teknologi yang canggih,
menjadikan sepak bola bukan hanya menjadi olahraga semata, namun juga
sebagai ladang bisnis, politik, hiburan, bahkan agama kedua untuk memanjakan
para pecintanya.
Sepak bola semakin meningkatkan eksistensinya seiring dengan peranan
supporter di dalamnya. Keberadaan supporter memang tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan sepak bola. Banyak yang bilang kalau supporter adalah pemain ke
12 dalam suatu tim sepak bola. Hal ini memang bukan tanpa alasan, karna
supporter adalah elemen yang selalu memberikan suntikan semangat dan motivasi
bagi para pemain yang sedang berlaga. Oleh karna itu maka tak heran jika
kemenangan suatu tim biasanya lebih banyak diraih di kandang sendiri.
Para supporter sepak bola itu sangat total dalam mendukung tim
kesayangan mereka, bahkan tak jarang ada yang sampai mau berkorban nyawa
hanya untuk mendukung tim kesayanganya. hampir semua supporter di seluruh
dunia ini pasti mempunyai rasa loyalitas, totalitas, dan fanatik yang tinggi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai tingkat
kepopuleran sepak bola yang tinggi dan fanatisme yang tidak perlu diragukan lagi.
Kultur masyarakat Indonesia yang beragam dan etnis budaya yang senantiasa
dipertahankan, menjadi ciri khas tersendiri bagi warna sepak bola Indonesia.
Begitu juga dengan supporter yang ada di dalamnya. Berbagai simbol, lambang,
warna, dan julukan telah melekat pada supporter sepak bola Indonesia dalam
mendukung tim kebanggaan daerahnya. Supporter-supporter ini telah tersebar di
seluruh pelosok Nusantara dengan identitasnya masing-masing.
2
Sepak bola adalah sebuah permainan, dan hidup juga tak ubahnya sebagai
sebuah aksi tarik ulur. Kekuatan pertandingan sepak bola begitu kuat dalam
menyedot perhatian kita. Sebagai salah satu kegiatan olah raga tertua, sepak bola
tampil sebagai peralihan waktu luang yang sempurna. Banyak aspek yang bisa
dilihat yaitu menandakan identitas dan harga diri. Parade simbolik di mana
berbagai kepentingan hadir di sana melalui berbagai tanda, dari logo para sponsor
hingga bendera kesebelasan daerah atau nasional. Sepak bola sebagai bentuk
demonstrasi simbolik yang kentara dan dominan, hingga orang rela membela
mati-matian sebuah klub favoritnya sebagai suporter fanatik.
Surabaya dikenal memiliki fansbase Liverpool atau biasa disebut kopites
yang terbesar diantara wilayah indonesia.
Kopites dikenal sebagai supporter yang nekat, bernyali dan berani. Kopites
memiliki kreatifitas yang tinggi dalam mendukung Liverpool. Berbagai lagu,
gambar, maskot, simbol, lambang dan logo berhasil diciptakan oleh mereka. Hal
ini semata-mata sebagai wujud komunikasi nonverbal yang dilakukan Kopites
terhadap Liverpool. Pesan-pesan nonverbal itu bukan hanya menjadi hiasan
belaka, namun pesan-pesan nonverbal itu memiliki makna tersendiri dan
mempunyai arti yang sakral bagi filosofi Liverpool dan Kopites .
Fenomena seperti inilah yang menggambarkan betapa pentingnya arti
interaksi simbolik. Proses pertukaran pesan nonverbal yang terkandung dari
sebuah simbol dari satu pihak ke pihak lain telah memberikan ciri tersendiri dalam
melakukan aktivitas komunikasi. Dalam hal ini yang terlibat adalah Kopites dan
Liverpool. Kopites selaku supporter akan memberikan dukungan kepada
Liverpool melalui interaksi yang bersifat simbolik dengan menggunakan tanda-
tanda dengan nada persuasif agar para pemain Liverpool terlecut untuk bermain
maksimal demi mendapatkan sebuah kemenangan.
Bentuk Komunikasi yang dilakukan Kopites ini termasuk dalam jenis
komunikasi kelompok, karena yang terlibat sebagai komunikator tidak hanya
terdiri dari satu orang, namun melibatkan banyak orang dalam penyampaian
pesannya. Semua berbaur menjadi satu demi tujuan bersama, hingga pada
3
akhirnya memiliki satu jiwa, satu diri, dan satu kepribadian dan terlahir sebagai
jiwa yang satu seperti pada kajian psikologi komunikasi.
Simbol komunikasi dalam menyampaikan pesan dari Kopites kepada
Liverpool menjadi fokus kajian dalam penelitian. Dimana gaya tersebut akan
memiliki teknik-teknik tersendiri yang mampu mempengaruhi para pemain
Liverpool dalam bertanding di Lapangan, khususnya Lapangan Anfield Stadion.
Penelitian ini dilakukan untuk menela’ah dan mencari hal-hal yang unik
tentang simbol komunikasi Kopites dalam mendukung Liverpool. Hal ini
dikarenakan sebagai wujud kepedulian dan solidaritas para Kopites sebagai
supporter legendaris dalam sejarah Sepak Bola Indonesia, serta bisa meningkatkan
rasa eksistensi karena mampu menyumbangkan informasi dan pengetahuan dalam
hal keilmuan, khususnya Ilmu Komunikasi.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini memfokuskan dan
mempertanyakan pada :
1. Jenis simbol komunikasi apa saja yang dipakai oleh Kopites
dalam mendukung Liverpool?
2. Apa saja makna-makna yang terkandung dalam simbol tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah yang telah diuraikan diatas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
4
1. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis simbol komunikasi Kopites
dalam mendukung Liverpool
2. Untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam simbol
komunikasi Kopites dalam mendukung Liverpool
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini terbagi atas dua kategori, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Adapun uraian dari kedua manfaat tersebut antara
lain :
1. Manfaat Teoritis
a) Memberi sumbangan pemikiran pada bidang ilmu
komunikasi
b) Sebagai acuan dan landasan berpikir dalam kajian teori
Interaksi Simbolik
c) Dapat dijadikan sumber data dan informasi pada
pengaplikasian ilmu komunikasi.
d) Melahirkan pengetahuan baru yang bersifat ilmiah.
2. Manfaat Praktis
a) Memiliki pemahaman tentang penyusunan laporan
penelitian secara analitis, praktis, dan sistematis.
5
b) Menambah ketelitian dalam pendeskripsian data data
kualitatif
c) Memberi masukan kepada aktivis Kopites untuk terus
meningkatkan kreativitasnya.
d) Mampu menjelaskan ciri khas Kopites dalam
mendukung Liverpool dari perspektif Komunikasi.
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Sebagai panduan bagi peneliti untuk melakukan penelitian, maka peneliti
memiliki rujukan pada kajian hasil penelitian terdahulu yang bisa dijadikan
referensi. Kajian penelitian ini juga digunakan sebagai upaya untuk mengurangi
kegiatan penggandaan karya ataupun plagiat dan sejenisnya.
Peneliti menemukan penelitian terdahulu yang berjudul, “Makna pesan
dari kritik PSSI dalam karikatur ”nunk” rubrik Forum Pembaca yang
dimuat di Tabloid BOLA” dari Muhammad Ahmadi tahun 2008.
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, obyek yang
diteliti adalah tanda-tanda, simbol-simbol yang muncul dalam gambar karikatur,
yang bertujuan untuk mengetahui makna pesan yang terkandung dalam gambar
karikatur, sebagai media kritik terhadap permasalahan yang terjadi dalam
organisasi PSSI kepada khalayak penikmat gambar karikatur tersebut. Tanda dan
simbol ini merupakan hal yang dianggap sesuai dengan gambaran suatu realitas
yang terjadi dalam masyarakat. Makna pesan yang terkandung dalam gambar
karikatur tersebut akan terlihat jelas dengan sistem representasi yang dilakukan
melalui simbol-simbol yang terdapat dalam karikatur.
Disini peneliti menemukan beberapa persamaan dan perbedaan, antara
kajian hasil penelitian terdahulu dengan konsep penelitian yang akan peneliti
kerjakan Letak persamaannya terdapat pada objek penelitiannya, dimana sama-
6
sama meneliti tentang simbol dan makna pesan dalam komunikasi. Sama-sama
mendeskripsikan informasi yang tersembunyi di balik simbol komunikasi.
Sedangkan perbedaannya, terletak pada informannya. Penelitian terdahulu
menentukan informannya, atau orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini,
melalui para pembaca tabloid bola. Namun untuk penelitian ini, peneliti
menentukan informan melalui para anggota Kopites yang berada di korwil UIN
dengan menentukan kualifikasi dan kriteria dari informan itu sendiri.
Selain itu, peneliti juga menemukan penelitian terdahulu yang berjudul
“Bunga sebagai Simbol Komunikasi” dari Sindi Megah Sejati tahun 2011. Dari
hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa fokus dari penelitian ini
menitikberatkan pada makna yang terkandung dalam penyampaian bunga sesuai
dengan konteks pemberiannya, antara komunikator dengan komunikan. Dan di
penelitian ini juga dibahas tentang segala jenis bunga dan maknanya yang dipakai
oleh komunikator ketika menyampaikan pesannya kepada komunikan. Bunga
yang dimaksud dalam penelitian ini, juga dapat dilambangkan sebagai ungkapan
rasa yang mewakili hati seseorang sebagai pemberi kepada seseorang yang akan
menerimanya.
Disini peneliti menemukan beberapa persamaan dan perbedaan, antara
kajian hasil penelitian terdahulu dengan konsep penelitian yang akan peneliti
kerjakan. Letak persamaannya terdapat pada objek penelitiannya, dimana sama-
sama meneliti tentang simbol dan makna pesan dalam komunikasi. Sama-sama
mendeskripsikan informasi yang tersembunyi di balik simbol komunikasi.
Sedangkan perbedaannya, terletak pada konteks penelitiannya. Penelitian
terdahulu meletakkan konteks bunga sebagai media untuk mengungkapkan rasa
kepada seseorang yang berharga untuk dirinya. Jenis bunga yang berbeda juga
memiliki makna yang berbeda pula, tergantung individu-individu tersebut
menafsirkannya.
Tetapi untuk penelitian ini, lebih mengarah pada jenis-jenis simbol yang
digunakan oleh Kopites dalam mendukung Liverpool. Simbol-simbol
komunikasi yang dilakukan oleh Kopites ini timbul dari ide dan pemikiran dari
7
individu berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya, sehingga mempau
menciptakan lingkungan masyarakat yang baru melalui interaksi yang
mempertukarkan pesan-pesan simbolis.
F. Definisi Konsep
Simbol Komunikasi Kopites
Simbol Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian disini adalah simbol-
simbol yang biasa digunakan oleh Kopites untuk mendukung Liverpool.
Diantaranya bisa berupa logo, lambang, tulisan dalam sebuah banner atau spanduk
sebagai medianya. Lalu simbol-simbol nonverbal berupa gerakan, hingga
nyanyian-nyanyian bernada persuasif juga termasuk dalam konteks simbol
komunikasi.
Simbol-simbol ini merupakan sebuah pesan dalam suatu bangunan
komunikasi yang dilakukan oleh Kopites terhadap Liverpool. Kopites sebagai
komunikator menyampaikan isi pesannya kepada Liverpool yang bertindak
sebagai komunikan, melalui media sebagai alat bantunya. Jika para pemain
Liverpool mulai bersemangat setelah mendapat dukungan dari para Kopites , itu
berarti pemain-pemain Liverpool memberikan respons dan umpan balik terhadap
pesan yang disampaikan oleh Kopites .
Selain itu, berbagai assesoris seperti syal, topi, bendera, kaos, hingga jaket
yang dikenakan oleh Kopites , juga merupakan wujud dari simbol komunikasi.
Mereka menujukkan identitas mereka dengan memakai kaos hijau yang
bertuliskan “Kopites ”. Ada kebanggaan tersendiri jika mereka mengenakan
simbol kebesaran Kopites tersebut. Ini bukti kecintaan mereka terhadap Liverpool
yang dituangkan dalam hal fashion.
Di sisi lain, muncul jargon atau slogan yang biasa diucapkan oleh Kopites
, yaitu “You’ll Never Walk Alone” Jargon ini sebagai tanda salam atau tanda
persahabatan diantara Kopites dan ungkapan pernyataan jati diri sebagi pribadi
yang nekat dan tidak pernah sendiri. Semua Kopites pasti mengenal dengan
8
jargon ini, karena jargon ini memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi.
Mengedepankan persatuan, kesamaan rasa, sampai keberanian yang selalu
membara di kalangan Kopites dalam mendukung Liverpool.
G. Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir yang diambail dari beberapa teori untuk penelitian ini,
dapat kami gambarkan melalui skema di bawah ini :
1. Interaksi Simbolik
Perspektif interaksionisme simbolik berusaha memahami perilaku manusia
dari sudut pandang subyek, perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia
TEORI KOMUNIKASI PERSUASIF
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK
TEKNIK PENYAMPAIAN DUKUNGAN
SIMBOL KOMUNIKASI
VERBAL dan NONVERBAL
9
harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan
mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan keberadaan orang lain
yang menjadi mitra interaksi mereka.
Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, obyek dan bahkan
pada diri mereka sendiri yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak
dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya atau
tuntutan peran, manusia bertindak hanya berdasarkan pada definisi atau penafsiran
mereka atas obyek-obyek di sekeliling mereka. Dalam pandangan interaksi
simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer proses sosial dalam kehidupan
kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok, dalam
konteks ini, maka makna dikontruksikan dalam proses interaksi dan proses
tersebut bukanlah suatu medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan
sosial memainkan peranannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya
dari organisasi sosial dan kekuatan sosial.
Bagi penganut interaksi simbolik memungkinkan mereka menghindari
problem-problem struktulisme dan idealisme dan mengemudikan jalan tengah dari
problem tersebut. Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada
dasarnya adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka
tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan
apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Dan juga
pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran simbol-simbol tersebut terhadap
perilaku pihak-pihak yang terlihat dalam interaksi sosial.
Penganut interaksi simbolik berpandangan, perilaku manusia pada
dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia dari sekeliling mereka
jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan sebagaimana
dianut teori Behavioristik atau teori struktural.
2. Simbol Verbal dan Non Verbal
Simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang
dipelajari bagi manusia, dan respon manusia terhadap symbol adalah dalam
pengertian makna dan nilainya alih-alih dalam pengertian stimulus fisik dari alat-
1
alat inderanya. Suatu symbol disebut signifikan atau memiliki makna bila symbol
itu membangkitkan pada individu yang menyampaikannya respons yang sama
seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju.
Menurut Mead, hanya apabila kita memiliki simbol-simbol yang
bermakna, kita berkomunikasi dalam arti yang sesungguhnya. Akan tetapi tidak
semua isyarat vocal merupakan symbol signifikan. Komunikasi tidak hanya
melibatkan proses verbal yang berupa frase atau kalimat yang diucapkan dan
didengar, akan tetapi proses nonverbal. Proses nonverbal meliputi isyarat, ekspresi
wajah, kontak mata, postur dan gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam,
temporalitas, dan ciri paralinguistic. Pentingnya tanda dan simbol nonverbal,
meskipun tidak sepenting isyarat vocal dalam pandangan Mead, tidak boleh
diremehkan dalam komunikasi manusia. Pentingnya tanda dan simbol nonverbal
akan tampak bila, misalnya, orang dari satu budaya berbicara dengan orang
budaya lain. Meskipun mereka berbicara bahasa yang sama, mereka mungkin
mengalami kesalahpahaman ketika mereka salah menafsirkan perilaku non verbal
tertentu. Jumlah tanda atau simbol yang berfungsi sebagai sebagai “bahasa” itu
tidak terbatas. Kita memaknai perilaku orang lain ketika mereka sendiri mungkin
tidak menyadarinya, seperti lirikan mata, sikap tubuh, dan ekspresi wajah.
3. Simbol Komunikasi Kopites dalam mendukung Liverpool
Simbol komunikasi yang digunakan oleh Kopites ini merupakan produk
yang dihasilkan dari interaksi sesama Kopites dalam mendukung Liverpool.
Proses pertukaran pesan nonverbal yang terkandung dari sebuah simbol dari satu
pihak ke pihak lain telah memberikan ciri tersendiri dalam melakukan aktivitas
komunikasi. Dalam hal ini yang terlibat adalah Kopites dan Liverpool. Kopites
selaku supporter akan memberikan dukungan kepada Liverpool melalui interaksi
yang bersifat simbolik dengan menggunakan tanda-tanda dengan nada persuasif
agar para pemain Liverpool terlecut untuk bermain maksimal demi mendapatkan
sebuah kemenangan.
1
Bentuk Komunikasi yang dilakukan Kopites ini termasuk dalam jenis
komunikasi kelompok, karena yang terlibat sebagai komunikator tidak hanya
terdiri dari satu orang, namun melibatkan banyak orang dalam penyampaian
pesannya. Semua berbaur menjadi satu demi tujuan bersama, hingga pada
akhirnya memiliki satu jiwa, satu diri, dan satu kepribadian dan terlahir sebagai
jiwa yang satu seperti pada kajian psikologi komunikasi.
Hal inilah yang menjadi kajian utama dalam interaksi sesama Kopites
dengan menggunakan simbol-simbol. Dimana interaksi tersebut telah dimaknai
sebagai satu kesatuan yang dapat memberikan pengaruh kekuatan bagi Liverpool,
karena terdapat pesan-pesan persuasif yang digerakkan oleh banyak orang.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Suatu metode ilmiah dalam penelitian bidang komunikasi, tidak harus
menggunakan analisis statistik terhadap penemuan atau menganalisis data yang
dibahas dengan melalui metode penelitian yang dipergunakan secara ilmiah.
Keistimewaan bidang komunikasi adalah keanekaragaman metode yang mengkaji
fenomena komunikasi (Fisher, 1986: 101). Kini para peneliti mulai
mengembangkan bidang penelitian dengan pendekatan humanities, yang berkaitan
dengan fenomologis, interaksionis, dan kritis, oleh karena berkaitan dengan
dengan objek ilmu-ilmu sosial termasuk bidang komunikasi yang berhadapan
dengan manusia, subjektif, memiliki jiwa, tanggapan dan kemauan yang bebas.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,
pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu
yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic. (Bogdan
and Taylor, 1992:22).
Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara
holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan
1
memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya
umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut
tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis
terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik
suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan
tersebut.1
Penelitian kualitatif lebih menitikberatkan pada observasi dan suasana
alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya
membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku
observasinya. Penelitian kualitatif menggunakan teori sebagai acuan atau
pedoman dalam melakukan penelitiannya, bukan menguji teori seperti pada
penelitian kuantitatif.2
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnyakondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung,
akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala
saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak
1 Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. (Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2003) hal 212-2132 Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 1995). Hal 25.
1
ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis
sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek
penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi
yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran
akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau
hubungan, memberikan gambaran lengkap dalam bentuk verbal, menyajikan
informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau
proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek
penelitian.
2. Subyek, Objek, dan Lokasi Penelitian
a) Subjek
Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dijadikan informan
dalam penelitian, yaitu sebagian anggota Kopites dari korwil UIN Sunan Ampel
Surabaya dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :
(a) Mahasiswa UIN Sunan Ampel yang tinggal di Surabaya.
(b) Mahasiswa UIN Sunan Ampel yang telah berumur 20 tahun keatas
(c) Selalu menonton pertandingan Liverpool dalam 3 pertandingan
home terakhir
(d) Memiliki Kartu Tanda Mahasiswa.
Mereka adalah Ghozi (21 tahun), Rizal (21 tahun), Amni (22 tahun),
Dendy (23 tahun).
b) Objek
Objek dalam penelitian ini adalah simbol-simbol komunikasi Kopites
dalam mendukung Liverpool. Simbol-simbol komunikasi tersebut sangat erat
kaitannya jika dikaji dengan teori interaksi simbolik. Simbol komunikasi
1
yang dimaksud disini juga sebagai wujud komunikasi persuasif yang
dilakukan oleh sekelompok Kopites dalam mendukung Liverpool.
c) Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini difokuskan di komunitas Kopites dalam Koordinator
Wilayah (korwil) UIN Sunan Ampel Surabaya. Dimana dalam komunitas ini
memiliki nama sebagai KOPITES . Nama KOPITES diambil dari alamat
kampus UIN Sunan Ampel yang berada di Jalan Ahmad Yani Surabaya.
Base camp atau sekretariat KOPITES memang belum berdiri secara paten,
hanya saja biasanya para anggota KOPITES berkumpul di lapangan UIN
sebelah timur, depan Fakultas Syariah.
3. Jenis dan sumber data
a) Jenis data
Jenis data ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya
yang berbentuk opini subjek secara individual atau kelompok, dan hasil
observasi terhadap karakteristik benda (fisik), kejadian, kegiatan, dan hasil
suatu pengujian tertentu. Peneliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi lansung tentang Simbol komunikasi Kopites
dalam mendukung Liverpool yaitu dengan cara wawancara dengan
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya anggota komunitas Kopites
(Korwil UIN) yang telah memenuhi kriteria sebagai informan dalam
penelitian ini.
Sedangkan data sekunder adalah data-data yang didapat dari
bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat
pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-
dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga
dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi,
lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian,
hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya.
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan
1
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung
dengan dengan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya anggota
komunitas Kopites (Korwil UIN) yang telah memenuhi kriteria sebagai
informan dalam penelitian ini.
b) Sumber data
Informan adalah orang yang benar-benar tahu dan terlibat dalam subyek
penelitian tersebut, peneliti memastikan dan memutuskan siapa orang yang
dapat memberikan informasi yang relevan yang dapat membantu menjawab
pertanyaan peneliti. Disini peneliti menggunakan teknik snowball sampling
dalam menentukan siapa informan yang hendak diwawancarai agar tetap focus
dalam penelitian dan sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Tahap-tahap penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini ada empat tahap yang harus dilalui
yaitu : (1) tahap pra-lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap penulisan
laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :
a) Pra-Lapangan
Dalam kegiatan pra lapangan ini meliputi kegiatan menyiapkan proposal
penelitian, dilaksanakan pada bulan September minggu pertama; Melakukan
konsultasi fokus penelitian dilakukan pada bulan September minggu kedua
dan ketiga; Memilih dan menentukan informan, dilaksanakan pada bulan
September minggu ketiga dan keempat; Dan mulai menjajaki lapangan pada
minggu keempat bulan September.
1
b) Pekerjaan Lapangan
Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan
dari referensi buku yang berkaitan dengan Simbol komunikasi Kopites ,
dalam mendukung Liverpool, dilakukan pada minggu pertama Bulan
April; Melakukan observasi pada minggu kedua; Melakukan wawancara
dan dokumentasi dengan cara melihat perilaku, cara berpakaian, cara
berkomunikasi, cara menggunakan assesoris, cara mendukung Liverpool
yang dilakukan oleh sebagian Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
pada minggu ketiga dan keempat.
c) Tahap penulisan laporan
Penulisan Laporan Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober,
hingga bulan Desember.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu langkah dalam metode ilmiah melalui
prosedur sistematik, logis, dan proses pencarian data yang valid, baik diperoleh
secara langsung (primer) atau tidak langsung (seconder) untuk keperluan analisis
dan pelaksanaan pembahasan (process) suatu riset secara benar untuk menemukan
kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan sebagai upaya untuk memecahkan
suatu persoalan yang dihadapi oleh peneliti.3
a) Observasi
3 Rosady Ruslan. Metodologi Penelitian Public Relations dan Komunikasi.(Jakarta : RajaGrafindo Persada. 2004) hal 27
1
Karl Weick mendefinisikan observasi sebagai “pemilihan,
pengubahan, pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan
suasana yang berkenaan dengan organisme, sesuai dengan tujuan-
tujuan empiris”. Observasi berguna untuk menjelaskan, memberikan
dan merinci gejala yang terjadi.
Peneliti melakukan observasi disaat para anggota Kopites berkumpul
di lapangan UIN, ketika akan segera berangkat nobar untuk
mendukung Liverpool. Peneliti melihat simbol-simbol komunikasi
yang digunakan oleh para informan ini diantaranya dengan membawa
bendera sebagai identitas komunitas, memakai baju merah sebagai
lambang warna kebesaran, memakai assesoris sebagai pendukung aksi,
membawa spanduk yang isinya tulisan-tulisan persuasif, serta
kesolidan dan kebersamaan yang tumbuh ketika mereka berkumpul
dan berkelompok demi mendapatkan tujuan yang sama.
b) Wawancara mendalam
Wawancara, menurut Lexy J Moleong (1991:135) dijelaskan bahwa
wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada
metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung ( face to face)
untuk mendapatkan informasi secara lesan dengan tujuan mendapatkan
data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.4
Tujuan peneliti menggunakan metode ini, karena untuk memperoleh
data secara jelas dan kongkret dengan memanfaatkan pendekatan
antarpribadi agar sang informan mampu menginformasikan segala
sesuatu yang ia ketahui tentang simbol komunikasi Kopites dalam
mendukung Liverpool di Korwil UIN Surabaya.
c) Dokumentasi
4 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991)
1
Pengumpulan data dokumen merupakan metode yang digunakan
peneliti untuk menelusuri data histories yang berisi sejumlah fakta
yang berbentuk dokumen, hal ini sebagai pelengkap data penelitian,
data sebagai penunjang dari hasil wawancara dan observasi.
Dalam teknik ini, peneliti mendapatkan data-data yang berupa
dokumentasi foto, video dan dokumen-dokumen yang ada sebagai
kelengkapan penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yiatu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992). Reduksi data adalah
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan
sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka
konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan pengumpulan data
yang dipilih peneliti. Reduksi data meliputi: (1) Meringkas data (2) Mengkode (3)
Menelusur tema (4) Membuat gugus-gugus
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi
data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.
Reduksi tidak perlu diartikan sebagai kuantifikasi data. Cara reduksi data:
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif: (1) teks naratif:
berbentuk catatan lapangan (2) matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-
bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
1
padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang
terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya.melakukan analisis
kembali.
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut ditulis tidak terstruktur dan
tidak terkonsep hanya berupa catatan untuk mengingat-ingat saja, melalui alat
bantu wawancara. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil
catatan tersebut untuk diubah menjadi tulisan rapi yang terkonsep dan terstruktur
dengan baik. Lalu peneliti mengelompokan tulisan tersebut berdasarkan uraian
kategori, tema dan pola jawaban.
Setelah itu peneliti akan menggali dan menggabungkan dari sumber data
yang tersedia melalui sumber referensi dari buku-buku literatur yang mendukung
objek penelitian, serta mencari data tambahan dengan melakukan observasi
lapangan untuk memperoleh data yang konkrit dan valid tentang segala sesuatu
yang ditelitii.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa
kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil
akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan
keabsahan data, yaitu:
a) Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya.
Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang
detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan
2
dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat
kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
1) Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari
kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan
untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti
dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2) Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
3) Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.
4) Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
5) Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan
dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-
pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya
pada data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
data.
b) Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada
situasi yang lain.
c) Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada
kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan
menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk
menarik kesimpulan.
d) Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan
kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang
2
dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini
dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang
tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan
agar hasil dapat lebih objektif.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pemahaman, dan memberi ketegasan dalam penjelasan, maka dalam penyusunan laporan ini, peneliti mengklarifikasikan menjadi enam bab yang terdiri dari bagian-bagian yang meliputi
1. Bab1
Berisi pendahuluan yang dipaparkan mengenai latar belekang masalah
penelitian, permasalahan yang diangkat sebagai perumusan masalah
dalam penelitian, tujuan dari penelitian dan juga kegunaan penelitian
yang berlandaskan beberapa konseptualisasi judul penelitian, kajian
hasil penelitian yang terdahulu, definisi konsep, metode penelitian,
kemudian dijelaskan uraian singkat mengenai sistematika pembahasan
penulisan laporan penelitian.
2. Bab 2
a. Dalam bab ini kajian pustakanya yang akan dibahas mengenai 3 hal
yaitu simbol, komunikasi, dan simbol komunikasi
Masing – masing akan dibahas secara mendalam dan lebih rinci
dari berbagi referensi buku literatur, sehingga mampu menjelaskan
makna simbol komunikasi yang sebenarnya.
2
b. Kajian teoritik yang digunakan untuk memperkuat hasil penelitian.
Dimana dalam kajian teoritik ini, peneliti menggunakan 3 teori
untuk memandu dan dapat dijadikan sumber acuan dalam
melaksanakan kegiatan penelitian.
3. Bab 3
Berisi mengenai metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Yang
meliputi antara lain: Deskripsi subjek dan lokasi penelitian, serta ada
paparan data hasil penelitian.
4. Bab 4
Setelah melakukan penelitian maka tahap berikutnya akan membahas
mengenai penyajian dan analisis data yang berisi, analisis data, temuan
penelitian dan konfirmasi temuan dengan teori.
5. Bab5
Bab ini Disebut pula bab penutup karena terletak di akhir dan materi
isinya tentang kesimpulan dan saran.
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Simbol
Secara etimologis, simbol berasal dari kata Yunani ”sym-ballein”
melemparkan bersama sesuatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide.
Adapula yang menyebutkan ”simbolos” yang berarti tanda atau ciri yang
memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Biasanya symbol terjadi
berdasarkan metonimi (metonimy), yakni nama untuk benda lain yang berasosiasi
atau yang menjadi atributnya (misalnya Si kacamata untuk seseorang yang
berkacamata) dan metafora (methapor), yaitu pemakaian kata atau ungkapan lain
untuk obyek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (misalnya kaki
gunung, kai meja, berdasarkan kias pada kaki manusia).5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwardaminta
disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan,
lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud
tertentu. Misalnya, warna putih merupakan lambang kesucian, lambang padi
melambangkan kemakmuran, dan kopiah merupakan salah satu tanda pengenal
bagi warga negara Republik Indonesia.
Simbol adalah sesuatu atau sebagai kata yang digunakan untuk
menyampaikan pesan. Simbol juga diartikan sebagai sesuatu (benda, dsb) yang
melambangkan sesuatu. Jadi setiap benda maupun yang ada disekitar kita
memiliki kapasitas untuk menyampaikan pesan atau maksud yang ingin
disampaikan oleh orang yang membuat simbol. Seperti yang dikatakan Dedy
Mulyana bahwa pada dasarnya komunikasi itu ada dua macam yaitu komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal meliputi komunikasi secara
lisan atau bahasa.Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi dengan
menggunakan alat - alat tubuh (mimik, raut , dan gerak) serta simbol-simbol lain.
5 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2006). Hal 155
2
Simbol tidak dapat disikapi secara isolatif, terpisah dari hubungan
asosiatifnya dengan simbol lainnya. Walaupun demikian berbeda dengan bunyi,
simbol telah memiliki kesatuan bentuk dan makna. Berbeda pula dengan tanda
(sign), simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa dianalogikan sebagai kata
yang telah terkait dengan (1) penafsiran pemakai, (2) kaidah pemakaian sesuai
dengan jenis wacananya, dan (3) kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi
pemakainya.6
Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa
karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta
dan opini, hal yang konkret dan yang abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan
kegiatan yang akan datang, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam komunikasi,
bahasa memegang peranan yang sangat penting. Tanpa penguasaan bahasa, hasil
pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan dapat dikomunikasikan kepada
orang lain secara tepat. Banyak kesalahan informasi dan kesalahan interpretasi
disebabkan oleh bahasa.7
Pada dasarnya, simbol adalah sesuatu yang berdiri atau ada untuk sesuatu
yang lain, kebanyakan dia antaranya tersembunyi atai tdaknya tidak jelas.
Kebanyakan dari apa yang paling menarik dari simbol-simbol adalah
hubungannya dengan ketidaksadaran. Simbol-simbol seperti kata kunci yang
memungkinkan orang dalam berkomunikasi dapat membuka pintu yang menutupi
perasaan-perasaan ketidaksadaran dan kepercayaan melalui penelitian yang
mendalam. Padahal simbol-simbol tersebut merupakan pesan dari ketidaksdaran
manusia.
6 Ibid. hal 1567 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek. (Bandung : Remaja rosdakarya. 2005) hal. 38
2
2. Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan
ini bersumber pada kata communis. Perkataan communis tersebut dalam
pembahasan kita ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang
sering dijumpai dalam kegiatan politik. Arti communis disini adalah sama, dalam
arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai satu hal.
Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya,
jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya,
maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka
itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak
berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-prang itu tidak
komunikatif
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu
kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.
Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau
dalam bahasa asing human communication, yang sering kali pula disebut
komunikasi sosial atau social communication.8
Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia
dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada
manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Masyarakat
terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan
komunikasi sebagai penjalinnya.
Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar
8 Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2008) hal. 3-4
2
sesama (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah
laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.9
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi
ini dikembangkan menjadi, komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang ada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.
Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan
symbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan
makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh
sang komunikator.
Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan
sebagainya, dengan menggunakan symbol-simbol dan sebagainya. Tindakan atau
proses transmisi itu lah yang biasa disebut komunikasi.
Sementara itu, Edward T Hall (1959) mengatakan bahwa budaya
merupakan bagian dari sebuah komunikasi yang merupakan bagaimna cara dan
langkah manusia untuk memahami dan mengorganisir dunianya yang terbentuk
oleh sekelompok orang yang melintasi hubungan antara mansuaia dan
generasinya. Budaya memiliki dua manifestasi material dan simbol-simbol yang
mewarnai bahasa, terdapat kebiasaan, sejarah organisasi sosial termasuk
pengetahuan dan manfestasi yang kedua, budaya diharapkan sebagai identitas
kelompok, budaya yang biasanya dalam gaya interkasi verbal dan nonverbal.10
Berdasarkan uraian diatas maka sejumlah pengertian tentang komunikasi
sebagai ilmu sosial dari sejumlah definisi, bukan komunikasi sebagai perangkat
keras dan perangkat lunak dalam teknologi komunikasi seperti televise, radio,
media online (internet) dapat dilihat dari berbagai perspektif.
9 Lukiati Komala. Ilmu Komunikasi – Perspektif, Proses, dan konteks. (Bandung : Widya Padjadjaran. 2009). Hal 7310 Alo Liliweri. Komunikasi Verbal dan Nonverbal (Bandung : Citra Aditya Bakti. 1994). Hal. 87
2
3. Kopites
Istilah Kopites, biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau
suporter kesebelasan Liverpool yang bukan berasal dari kota Liverpool
Perlu diketahui Kopites11 adalah salah satu fanbase klub bola eropa
terbesar di indonesia saat ini.
4. Simbol Komunikasi Kopites
Simbol Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian disini adalah simbol-
simbol yang biasa digunakan oleh Kopites untuk mendukung Liverpool.
Diantaranya bisa berupa logo, lambang, tulisan dalam sebuah banner atau spanduk
sebagai medianya. Lalu simbol-simbol nonverbal berupa gerakan, hingga
nyanyian-nyanyian bernada persuasif juga termasuk dalam konteks simbol
komunikasi.
Simbol-simbol ini merupakan sebuah pesan dalam suatu bangunan
komunikasi yang dilakukan oleh Kopites terhadap Liverpool. Kopites sebagai
komunikator menyampaikan isi pesannya kepada Liverpool yang bertindak
sebagai komunikan, melalui media sebagai alat bantunya. Jika para pemain
Liverpool mulai bersemangat setelah mendapat dukungan dari para Kopites , itu
berarti pemain-pemain Liverpool memberikan respons dan umpan balik terhadap
pesan yang disampaikan oleh Kopites .
Selain itu, berbagai assesoris seperti syal, topi, bendera, kaos, hingga jaket
yang dikenakan oleh Kopites , juga merupakan wujud dari simbol komunikasi.
Mereka menujukkan identitas mereka dengan memakai kaos merah yang
bertuliskan “Kopites”. Ada kebanggaan tersendiri jika mereka mengenakan
simbol kebesaran Kopites tersebut. Ini bukti kecintaan mereka terhadap Liverpool
yang dituangkan dalam hal fashion.
Di sisi lain, muncul jargon atau slogan yang biasa diucapkan oleh Kopites
, yaitu “You’ll Never Walk Alone” Jargon ini sebagai tanda salam atau tanda
persahabatan diantara Kopites dan ungkapan pernyataan jati diri sebagi pribadi
11 http://id.wikipedia.org/wiki/kopites
2
yang nekat dan tidak pernah sendiri. Semua Kopites pasti mengenal dengan
jargon ini, karena jargon ini memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi.
Mengedepankan persatuan, kesamaan rasa, sampai keberanian yang selalu
membara di kalangan Kopites dalam mendukung Liverpool.
Kajian Teoritis
Teori akan menuntun kita kepada suatu pengalaman dan tindakan nyata.
Teori-teori mendefinisikan pola-pola kejadian yang ada sehingga kita dapat
menjadi mengerti apa yang harus kita harapkan. Teori-teori pula yang menarik
perhatian kita kepada aspek-aspek penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya teori akan membentuk kita memusatkan mana hal yang
penting dan mana hal yang tidak penting. Dalam penelitian, dibutuhkan landasan
teori sebagai landasan berpikir dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
sehingga landasan teori akan memuat pokok-pokok pikiran dalam
menggambarkan permasalahan yang dihadapi dan memudahkan kita untuk
mencari pemecahan masalah yang dihadapi (Handaka, 2008 : 15). Adapun teori
teori yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Teori Interaksi Simbolik
Salah satu kebutuhan manusia, seperti dikatakan Susanne K. Langer,
adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-
satunya hewan yang menggunakan lambang, dan itulah yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Ernest Cassier mengatakan bahwa keunggulan
manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal
symbolicium.12
Orang bergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikan pada
orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang
digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan
dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk
12 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar. (Bandung : Remajarosdakarya. 2008.) hal. 92
2
mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang
lainnya dalam sebuah komunitas.
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Karena ide ini dapat diinterpretasikan secara
luas, akan dijelaskan secara detail tema-tema teori ini dan dalam prosesnya,
dijelaskan pula kerangka asumsi teori ini.
Dalam perspektif ini dikenal nama sosiolog George Herbert Mead (1863-
1931 yang memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan
kelompok. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi
dengan menggunakan simbol-simbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat
dan kata-kata.
Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) Interaksi simbolik
ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran
manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial,
dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di
tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap.
Pikiran (mind)
Mead mendefinisikan pikiran (mind) sebagai kemampuan untuk
menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dan
Mead percaya bahwa manusia harus mengembangkan pikiran melalui
interaksi dengan orang lain. Mead menyatakan bahwa esensi pemikiran
merupakan perbincangan pengalaman isyarat makna yang terinternalisir di
mana kita juga dapat melakukannya atas dasar eksternal, yakni pengaruh
dari orang lain.13
Kedirian (self)
13 6. Zeitlin. Irving M. 1998. Memahami Kembali Sosiologi. Kritik terhadap teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hal 340.
3
Menurut Mead, kedirian itu merupakan suatu entitas sosial yang berbeda
dengan organisme fisik, meskipun kedirian itu tidak akan muncul kecuali
melalui organisme fisik tersebut. Kedirian itu muncul dalam konteks
pengalaman dan interaksi sosial secara spesifik, dan ia akan terus
berkembang berhubungan dengan proses sosial dan berhubungan dengan
individu yang ada didalamnya. Seringkali kedirian itu menjadi objek bagi
dirinya sendiri dan juga menjadi pusat bagi seluruh bentuk-bentuk
pengalaman yang telah diorganisir.14
Masyarakat (society)
Individu-individu lahir dalam konteks sosial yang sudah ada. Mead
mendefinisikan masyarakat (society) sebagai jejaring hubungan sosial
yang diciptakan oleh manusia. Individu-individu terlibat di dalam
masyarakat keterhubungan yang mereka pilih secara aktif dan sukarela.
Jadi masyarakat menggambarkan keterhubungan beberapa perangkat
perilaku yang terus disesuaikan oleh individu-individu. Masyarakat ada
sebelum individu tetapi juga diciptakan dan dibentuk oleh individu,
dengan melakukan sejalan dengan orang lainnya (Forte, 2004).
Kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun,
memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal
bahasa dan simbol. Fokus pengamatannya tidak terhadap struktur saja, tetapi
tentang bagaimana bahasa digunakan untuk membentuk struktur sosial serta
bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihara, serta diubah
dalam penggunaannya.15
b. Teori Komunikasi Persuasif
Komunikasi memang bersifat informatif dan persuasif, tergantung kepada
tujuan komunikator. Dibandingkan dengan komunikasi informatif, komunikasi
persuasif lebih sulit. Sebab, jika komunikasi informatif bertujuan hanya untuk 14 Ibid. hal. 347.15 Bungin, H.M Burhan. Sosiologi Komunikasi. Teori paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Prenada Media Group. 2010 Hal. 250.
3
memberi tahu, komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku.
Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkaataan latin persuasio.
Kata kerjanya adalah persuadre yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu.
Para ahli komunikasi sering kali menekankan bahwa persuasi adalah kegiatan
psikologis. Penegasan ini dimaksudkan untuk mengadakan perbedaan dengan
koersi (coersion). Tujuan persuasi dan koersi adalah sama, yakni untuk mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi jika persuasi dilakukan dengan halus, luwes,
yang mengandung sifat-sifat manusiawi, koersi mengandung sanksi atau ancaman.
Perintah, instruksi, bahkan suap, pemerasan, dan boikot adalah koersi. 16
Agar komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka
perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan berdasarkan
komponen-komponen proses komunikasi sebagaimana diutarakan di muka.
Komponen komunikasi adalah komunikator, pesan, media, dan komunikan.
Apabila komunikan yang akan dijadikan sasaran sudah jelas, dan media
yang diperkirakan memadai juga telah ditetapkan, maka kini tiba gilirannya untuk
menata pesan. Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif itu berikut ini
adalah teknik-teknik yang dapat dipilih :
a) Teknik Asosiasi
Teknik asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara
menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang
menarik perhatian khalayak. Teknik ini sering dilakukan oleh kalangan
bisnis atau kalangan politik
b) Teknik integrasi
Yang dimaksudkan dengan integrasi di sini adalah kemampuan
komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan
komunikan. Ini berarti bahwa, melalui kata-kata verbal atau nirverbal,
komunikator menggambarkan bahwa ia senasib, dan karena itu
menjadi satu dengan komunikan.16 Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 2008) hal. 21
3
c) Teknik ganjaran
Teknik ganjaran (pay off technique) adalah kegiatan untuk
mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-imingi hal yang
menguntungkan atau yang menjanjikan harapan. Teknik ini sering
dipertentangkan dengan teknik pembangkitan rasa takut (fear
arousing), yakni suatu cara yang bersifat menakut-nakuti atau
menggambarkan konsekuensi yang buruk. Jadi, kalau pay-off
technique menjanjikan ganjaran (rewarding), fear arousing technique
menujukkan hukuman (punishment).
d) Teknik Tataan
Yang dimaksudkan dengan tataan disini- sebagai terjemahan dari
icing adalah upaya menysun pesan komunikasi sedemikian rupa,
sehingga enak didengar atau dibaca serta termotivasikan untuk
melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan tersebut. Teknik tataan
atau icing technique dalam kegiatan persuasi ialah senimenata pesan
dengan imbauan emosional sedemikian rupa sehingga komunikan
menjadi tertarik perhatiannya.
c. Teori Komunikasi Kelompok Groupthink
Kelompok merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi
dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya, dan dibentuk bersama berdasarkan
pada interes atau tujuan yang sama.
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap
struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Komunikasi Kelompok
tlah digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan,
memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan kesehatan jiwa
dan meningkatkan kesadaran. Perilaku kolektif merupakan tindakan seseorang
3
oleh karena pada saat yang sama berada pada tempat dan berperilaku yang sama
pula.17
a) Fungsi kelompok dalam individu
Ada dua alasan seseorang bergabung dalam kelompok. Pertama, untuk
mencapai tujuan yang bila dilakukan sendiri tujuan itu tidak tercapai. Kedua,
dalam kelompok seseorang dapat terpuaskan kebutuhannya dan mendapatkan
reward sosial seperti rasa bangga, rasa dimiliki, cinta, pertemanan, dsb. Besarnya
anggota kelompok akan mempengaruhi interaksi dan keputusan yang dibuatnya.
Brainstorming dalam mengambil keputusan kelompok akan efektif bila anggota
kelompoknya 5-10 orang. Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana
anggota kelompok saling menyukai, memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu
mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan
dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk kohesivitas
kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu
conform terhadap norma kelompok.
b) Perilaku dalam Kelompok
“Dua kepala lebih baik daripada yang dikerjakan oleh seorang individu”.
Adagium itu ada benarnya dalam beberapa kasus, karena kelompok
memungkinkan orang saling tukar informasi dan pendapat. Interaksi dalam
kelompok bisa menghasilkan ide dan solusi baru. Kelompok memiliki
pengetahuan yang luas dan probabilitas yang lebih besar bahwa seseorang dalam
kelompok akan memiliki pengetahuan khusus yang relevan dengan persoalan
kelompok.
17 Sendjaja, 1994, Teori-Teori Komunikasi. Jakarta :Universitas Terbuka
3
Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal) dan
melibatkan interaksi diantara anggota-anggotanya. Dengan kata lain, kelompok
mempunyai dua tanda psikologis. Pertama anggota kelompok merasa terikat
dengan kelompok – ada sense of belonging yang tidak dimiliki orang yang bukan
anggota. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga
hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.18
c) Model Teori komunikasi kelompok
GROUPTHINK, Merupakan proses ketika kelompok menghadapi
keputusan yang penuh stres, mereka menjadi lebih memperhatikan adanya
kesepatan daripada mengevaluasi fakta-fakta yang muncul dalam situasi yang
dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena kelompok melakukan devensive
avoidance, yaitu mencoba menghindari informasi yang mungkin menyebabkan
kecemasan.
Janis (1982) menulis bahwa group tkinking terjadi karena pembuat
keputusan itu adalah kelompok yang kohesif, ada kesalahan struktural dalam
organisasi (pimpinan yang dominan), adanya situasi yang provokatif. Gejala
Groupthink dapat digambarkan dari 3 tipe: yaitu: over-estimasi terhadap
kelompoknya, kedekatan berpikir, dan tekanan untuk menjadi sama(seragam).
Kelompok dapat menghindari Groupthink dengan dua tahap: discouraging
leader bias, dan menghindari isolasi kelompok. Kelompok jangan sampai
dominan, dan memberikan kepada anggota untuk mengkritik. Untuk menghindari
isolasi kelompok, rencana kebijakan kelompok dapat dibagi ke dalam sub grup
dan dan sub grup ini bertemu untuk membahas tujuan kelompok secara terpisah,
dengan pemimpin masing-masing sub group yang berbeda dengan pemimpin
semula.19
18 Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya. 1991). Hal 140-14119 Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGrraw-Hill
3
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek
Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dijadikan informan
dalam penelitian, yaitu sebagian anggota Kopites dari korwil UIN Sunan Ampel
3
Surabaya. Informan ini kita ambil berdasarkan kualifikasi yang telah kita tetapkan
sebelumnya. Kualifikasi ini bertujuan untuk memfokuskan informan agar tidak
melebar dari fokus penelitian, sehingga informan ini mampu memberikan data-
data penting yang dapat peneliti analisis. Adapun kualifikasi yang peneliti maksud
adalah sebagai berikut :
(a) Mahasiswa UIN Sunan Ampel yang tinggal di
Surabaya.
(b) Mahasiswa UIN Sunan Ampel yang telah berumur 20 tahun keatas
(c) Selalu aktif datang ke stadion di setiap pertandingan Liverpool
dalam 3 pertandingan home terakhir
(d) Memiliki Kartu Tanda Mahasiswa.
Berikut akan kami tampilkan data subjek penelitian ini.
No. Nama Fakultas Jurusan Usia
1. Saihul Ghozi Dakwah Ilmu Komunikasi 21 Tahun
2. Rizal Haqiqi Ushulludin Tafsir Hadis 21 Tahun
3. Amnidya Yaumul Adab Sastra Arab 22 Tahun
4. M. Ageng Dendy Dakwah Ilmu Komunikasi 23 Tahun
Informan dalam penelitian ini juga bisa dikatakan sebagai Mahasiswa yang
sedang aktif dan menempuh pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Meskipun mereka berbeda jurusan, namun mereka memiliki hobi yang sama,
yaitu sama-sama suka mendukung Liverpool dan menjadi Kopites .
Oleh karena itu, mereka berkumpul dan bertemu di Komunitas Kopites
untuk menyatukan visi yang sama pula. Sehingga terbentuklah jiwa kesatuan
yang telah melekat pada diri mereka semua dan telah menjadi saudara.
3
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi disekitar lingkungan kampus UIN Sunan
Ampel Surabaya yang beralamatkan di Jl. Jend. Ahmad Yani no 117 Surabaya.
UIN Sunan Ampel (Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel) merupakan salah
satu perguruan tinggi negeri di Indonesia yang mengkhususkan kajiannya dalam
bidang studi Islam. UIN Sunan Ampel Surabaya memiliki 5 fakultas: Fakultas
Dakwah (Ilmu Dakwah dan Ilmu Sosial) yang terdiri dari enpat jurusan
(Bimbingan dan Konseling Islam, Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Pengembangan Masyarakat Islam dan Manajemen Dakwah) dan tiga program
studi (Sosiologi, Psikologi dan Ilmu Komunikasi). Fakultas Syariah (Ilmu Hukum
Islam), Fakultas Adab (Ilmu Budaya), Fakultas Ushuluddin (Studi Agama dan
Filsafat), Fakultas Tarbiyah (Ilmu Pendidikan).
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya. Kampus ini
merupakan perguruan tinggi Islam negeri tertua nomor tiga di Indonesia, dan
bereputasi dunia (world class university).
UIN Sunan Ampel Surabaya adalah satu-satunya Perguruan Tinggi Islam
Negeri di Indonesia yang dikatagorisasikan sebagai world class university versi
Webometrics, Lembaga Pemeringkat Perguruan Tinggi se-dunia dalam katagori
website. Pada level dunia, kampus ini pada 10 Februari 2010 terdaftar dalam 8000
deretan universitas terbaik di dunia.
Sejak didirikan 44 tahun lalu, UIN Sunan Ampel telah cukup berhasil
mencapai banyak kemajuan dalam hal administrasi akademik dan program. UIN
Sunan Ampel akan terus mengelola program-program yang telah menjadi bagian
dari agenda pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat, dan jaminan kualitas
lulusan. Semua program ini akan diorganisir secara professional dan terstruktur,
sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik dengan demikian visi lembaga
pun dapat dicapai secara optimal.Selain mempertahankan karakteristik studi-studi
Islam yang sudah ada, UIN Sunan Ampel juga memiliki program studi umum
3
dengan basis dan perspektif Islam yang memadai, seperti Prodi Komunikasi,
Sosiologi, Psikologi, Perpustakaan, Sastra Inggris, Matematika, dan sebagainya.20
Visi UIN adalah menjadi pusat pengambangan ilmu-ilmu keislaman
multidisipliner yang unggul dan kompetitif. Misi UIN yakni menyelenggarakan
pendidikan ilmu-ilmu keislaman, sosial, humaniora yang memiliki keunggulan
dan daya saing, mengembangkan riset ilmu-ilmu keislaman, sosial dan humaniora
yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, mengembangkan pola pemberdayaan
masyarakat berbasis religisitas, menghasilkan lulusan yang memiliki standar
kompetensi akademik dan professional.
Namun, agar lebih fokus dalam pendeskripsian lokasi penelitian,
peneliti lebih mengarahkan lokasi penelitian di komunitas Kopites dalam
Koordinator Wilayah (korwil) UIN Sunan Ampel Surabaya. Dimana dalam
komunitas ini memiliki nama sebagai KOPITES. Base camp atau sekretariat
KOPITES memang belum berdiri secara paten, hanya saja biasanya para anggota
KOPITES berkumpul di lapangan UIN sebelah timur, depan Fakultas Syariah.
Dilihat dari segi geografis lokasi ini sangat strategis, karena lokasi ini
merupakan jalur utama tempat keluar-masuk Mahasiswa UIN yang telah dan akan
melaksanakan kuliah. Lokasi ini biasanya dipakai Mahasiswa UIN untuk tempat
berdiskusi dan tempat nongkrong bareng.
Selain itu, di lokasi ini juga sangat sejuk udaranya, karena di sekitar
lokasi di kelilingi pohon-pohon yang rindang. Sehingga lokasi ini menjadi tempat
favorit bagi komunitas KOPITES berkumpul dan menjalankan aksinya sebelum
mereka berangkat ke Stadion untuk mendukung Liverpool secara bersama-sama.
Peneliti juga merasa nyaman ketika berada di lokasi ini, karena
suasananya tidak panas, sehingga peneliti dapat berinteraksi dengan anggota
KOPITES dengan baik.
B. Deskripsi Data Penelitian
20 http://www.sunan-ampel.ac.id/profil-singkat/selamat-datang.html
3
Setelah melalui tahap pra lapangan dan pekerjaan lapangan maka peneliti
sampai pada tahap penyajian data, selama melakukan penelitian peneliti
mendapatkan data mengenai proses symbol komunikasi Kopites dalam
mendukung Liverpool di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya
Penelitian ini mengfokuskan pada macam-macam simbol yang digunakan
oleh Kopites dalam mendukung Liverpool, serta penjelasan makna di balik
simbol komunikasi Kopites .
Dalam sebuah komunitas Mahasiswa, memang banyak sekali simbol yang
digunakan untuk menujukkan identitas dan tujuan dari komunitasnya. Hal yang
sama juga digunakan oleh komunitas supporter Liverpool yang menanamakan
dirinya sebagai Kopites . Simbol-simbol yang digunakan dalam komunitas ini bisa
berupa verbal dan non-verbal. Simbol-simbol ini hanya dipahami oleh
sekelompok orang yang telah bergabung di komunitas Kopites dan tidak akan
diketahui oleh orang lain, kecuali ada yang memberitahukannya tentang makna
dari simbol-simbol itu sendiri.
Berikut ini akan kami paparkan hasil data penelitian yang telah kami
peroleh dari lapangan :
1. Jenis Simbol Komunikasi Kopites dalam mendukung Liverpool
Simbol merupakan bahasa komunikasi yang digunakan oleh
manusia dalam berinteraksi pada kehidupan sosial. Simbol komunikasi
menentukan efektif tidaknya proses berkomunikasi ketika kita
berhubungan dengan orang lain. Dibutuhkan seutu pemahaman dari
seseorang untuk memahami makna yang terdapat di balik simbol
komunikasi. Termasuk simbol komunikasi Kopites dalam mendukung
Liverpool, diantaranya adalah :
4
a. Simbol Identitas
merupakan angka yang menujukkan identitas dari nama
Kopites , angka diambil dari nama tempat komunitas ini
berdiri yaitu di Jalan Ahmad Yani no 177 Surabaya. Hal ini
disampaikan oleh Dendy “Iya mas, memang sengaja kita
memakai nama Kopites , karena komunitas ini berdiri di
kampus UIN yang alamatnya di Jalan Ahmad Yani no 177
Surabaya. Kami menggunakan nama Kopites agar mudah
diingat oleh kalangan Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
dan mampu memberikan ciri yang berbeda.”21
Suatu simbol tidak hanya digunakan pada antar individu
saja, tetapi simbol tersebut juga dapat dijadikan sebagai budaya
pada setiap individu yang melakukannya.
b. Simbol Warna
Sebagaimana tlah kita bersama, simbol kebesaran kota
Surabaya dan Kopites adalah warna Merah. Simbol warna
merah merupakan implementasi dari Kopites dalam
menujukkan kredibilitas dan kapasitasnya sebagai supporter
yang legendaris di blantika sepak bola dunia. Pernyataan ini
juga dipertegas oleh salah satu anggota Kopites yang bernama
Amnidya “merah itu berani dan berani itu tertanam di jiwa
kami dan semangat kami di setiap menonton pertandingan
bola”22
21 Hasil wawancara dengan M Ageng Dendy pada 4 oktober 201322 Hasil wawancara dengan Amnidya Yaumul pada 11 oktober 2013
4
Memang sudah diakui, warna merah selalu melekat dalam
diri arek-arek Suroboyo dan telah dikenal oleh masyarakat
secara luas. Warna merah akan selalu melekat dalam
kepribadian arek-arek Suroboyo sebagai warisan dari budaya
daerah.
c. Simbol tulisan
Berkomunikasi menggunakan tulisan, memang sudah dipakai
oleh Manusia sejak lama. Komunikasi melalui tulisan ini
mewakili simbol komunikasi verbal karena ada gangguan atau
sebagai alternatif ketika manusia tersebut tidak bisa
menyampaikan informasinya melalui perkataan. Seperti apa
yang sudah dilontarkan oleh Saihul Ghozi berikut ini :
“kami punya banner, biasanya banner ini dipasang waktu
nobar di tempat nobar. Kami pasang banner biar bisa di lihat
teman teman sesama kopites di internet, karena biasanya
nobar ini di liput media elektronik seperti internet. Tulisan di
bannernya KOPITES UIN SUNAN AMPEL SURABAYA” 23
d. Simbol Persahabatan
Manusia digerakkan oleh manusia yang lain demi mendapatkan
tujuan bersama. Rasa kebersamaan inilah yang muncul ketika
ada persamaan rasa, nasib, kemauan, dan cita-cita. Salah
satunya bisa diungkapkan melalui perkataan dan perbuatan. Hal
yang senada juga disampaikan oleh Rizal pada pendapatnya
yang isinya. “You’ll never walk alone. Itu simbol persahabatan
untuk anak-anak Kopites dimana aja.karena dari fans base
kopites ini kami jadi memiliki rasa kedekatan seperti saudara
sendiri”24
23 Hasil wawancara dengan Saihul Ghozi pada 15 oktober 201324 Hasil wawancara dengan Rizal haqiqi pada 1 November 2013
4
2. Makna simbol komunikasi Kopites dalam mendukung
Liverpool.
Sepak bola bukan hanya sebatas olahraga yang mempertemukan
dua kesebelasan yang saling mencetak gol. Tapi sepak bola bisa
memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi para pecintanya.
Diantaranya adalah sebagai simbol komunikasi. Simbol komunikasi
bisa diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan. Simbol komunikasi
memiliki makna di dalamnya, dan makna-makna tersebut hanya bisa
dipahami oleh orang-orang tertentu berdasarkan pengalaman dan
pengetahuannya.
Untuk itu, peneliti akan menjelaskan makna-makna yang terdapat
dalam simbol komunikasi Kopites dalam mendukung Liverpool,
diantaranya adalah :
a) Simbol Identitas
Simbol identitas disini merupakan makna yang menujukkan sebuah
data diri dari masing-masing individu, maupun kelompok dalam
kehidupannya di masyarakat. Identitas ini sangat penting
dibutuhkan seseorang atau sekelompok orang agar bisa dikenali
keberadaannya oleh orang lain.
b) Simbol Warna
Warna merupakan simbol komunikasi yang sering digunakan oleh
manusia dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu. Warna
merah menujukkan makna yang artinya semangat dan berani.
4
Kopites memakai warna kebesaran merah karena keberadaan
Kopites yang terletak di Kota Surabaya yang dikenal atas
keberaniannya. Warna merah pada Kopites juga dikenal dengan
penuh semangat untuk mendukung Liverpool
c) Simbol Tulisan
Tulisan-tulisan yang dipakai oleh manusia untuk berkomunikasi,
merupakan wujud simbol yang gunanya untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain agar orang lain bisa mengerti dan
memahami maksud dari apa yang kita inginkan.
Tulisan-tulisan yang digunakan oleh Kopites diaplikasikan dari
berbagai media, diantaranya melalui dunia maya dengan facebook,
spanduk atau banner yang dipasang di stadion, dan berbagai media
yang lainnya.
d) Simbol Persahabatan
Persahabatan yang abadi ialah persahabatan yang mampu
memberikan kesamaan rasa dan kasih sayang pada setiap individu
yang merasakannya. Simbol persahabatan bisa berbentuk perkataan
dan perbuatan. Dalam komunitas Kopites , simbol
persahabatannya yaitu mengucap salam yang bunyinya, “You’ll
never walk alone” Salam ini memiliki makna yang mendalam,
karena disini menujukkan adanya kesamaan rasa dalam satu
keberanian yang dimiliki oleh Kopites .
4
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Hasil Temuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya dengan judul Simbol Komunikasi Kopites dalam mendukung
Liverpool pada Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang
memfokuskan pada makna dan simbol komunikasi yang digunakan sebagai
ungkapan dan dukungan terhadap kecintaan pada Liverpool secara simbolis.
4
Ada beberapa temuan yang akan peneliti sajikan dalam laporan ini,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Angka yang tercantum pada banner Kopites ternyata , tidak hanya
menujukkan alamat atau lokasi komunitas Kopites ini berada,
namun angka ini memiliki makna yang begitu dalam, yakni 1 nyali
1 7an (satu nyali, satu tujuan). Makna seperti ini menujukkan
adanya kesatuan dan kesamaan rasa yang berani demi mencapai
tujuan untuk mendukung Liverpool bertanding di Liga Primer
Inggris.
2. Simbol Komunikasi yang digunakan oleh Kopites ini telah mampu
mendekatkan dan mengeratkan tali persaudaraan di antara
Mahasiswa UIN Sunan Ampel yang selama ini dibatasi oleh
jurusan dan fakultas yang berbeda. Melalui Kopites ini, perbedaan
jurusan dan fakultas Mahasiswa mulai bisa diantisipasi dengan
adanya kesamaan rasa dan kesamaan keberanian dalam mendukung
Liverpool.
3. Untuk mengintensitaskan komunikasi diantara para anggota
Kopites , maka dibuatlah jadwal dan agenda untuk pertemuan
rutin. Pertemuan rutin ini dilaksanakan setiap hari Rabu jam 07.30
WIB di lapangan UIN Sunan Ampel Surabaya. Intensitas
komunikasi menentukan maju tidaknya suatu komunitas atau
organisasi. Dalam hal ini juga dibutuhkan suatu pendekatan
persuasif agar para anggota Kopites bisa menyadari akan
pentingnya rasa memiliki. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
kesadaran dan kemauan dari para anggotanya untuk lebih peduli
dengan komunitas Kopites ini.
B. Konfirmasi Temuan dengan Teori
4
Sebagai lanjutan dalam penulisan teori ini adalah konfirmasi temuan di
lapangan yang mempunyai kesesuain dengan analisis data yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini. Teori yang peneliti gunakan ini berkaitan dengan fokus
permasalahan mengenai jenis simbol komunikasi beserta makna yang terkandung
di dalamnya. Berikut ini akan kami jelaskan konfirmasi temuan dengan teori :
a. Simbol Identitas dalam Interaksi Simbolik.
Interaksi antara individu dan kelompok sangat kental dengan teori
interaksi simbolik. Teori ini mengatakan bahwa individu-individu
berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol, yang di dalamnya berisi
tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Sama halnya dengan interaksi yang
dilakukan oleh anggota Kopites , dalam kehidupannya di tengah-tengah
masyarakat kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. Mereka menggunakan
simbol-simbol komunikasi yang didalamnya menyimpan makna yang
begitu dalam. Interaksi ini dilakukan secara bertahap dan intensif. Agar-
agar pesan-pesan simbolis yang disampaikan bisa diterima dengan baik
oleh khalayak.
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk
makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind), mengenai diri (Self), dan
hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk
memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society)
dimana individu tersebut menetap. Disini, sebuah ide dan gagasan untuk
membentuk suatu komunitas supporter Liverpool di lingkungan kampus,
menjadi sebuah inovasi baru dalam menciptakan interaksi di tengah
kehidupan masyarakat yang sudah ada. Individu-individu yang memiliki
kesamaan rasa akan berkumpul menjadi satu, dengan mengacu pada
pengalaman yang telah diorganisir, sehingga timbul ikatan emosional dan
saling keterhubungan diantara individu dengan individu yang lainnya
dalam lingkungan masyarakat yang baru.
4
Masyarakat yang baru dalam konteks komunitas Kopites ini, akan
memiliki identitas sosial,struktur sosial, pranata sosial, dan budaya-budaya
yang baru serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol yang lainnya bisa
direproduksi, dipelihara, serta diubah dalam penggunaannya.
b. Timbulnya persaudaraan melalui komunikasi kelompok
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok
terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya.
Komunikasi Kelompok tlah digunakan untuk saling bertukar informasi,
menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku,
mengembangkan kesehatan jiwa dan meningkatkan kesadaran. Perilaku
kolektif merupakan tindakan seseorang oleh karena pada saat yang sama
berada pada tempat dan berperilaku yang sama pula.
Setelah masyarakat baru dalam komunitas Kopites terbentuk, dan
menciptakan pesan-pesan persuasif dalam melaksanakan interaksinya,
maka hal selanjutnya yang patut kita analisis yakni tindakan-tindakan
individu yang didasarkan pada perilaku kelompok. Invidu yang berada
dalam komunitas Kopites ini bergerak dan bertindak atas instruksi dari
individu yang lain. Hal ini diakibatkan karena adanya kesamaan tujuan
yang harus dicapai bilamana tujuan tersebut tidak bisa diraih oleh individu
dengan melakukan caranya sendiri.
Individu dalam komunitas Kopites saling berkumpul dan bertemu
demi mencapai tujuan yang diinginkan. Intensitas pertemuan dan interaksi
yang melibatkan elemen di dalamnya menentukan kelangsungan hidup
dari masyarakat itu sendiri. Semakin sering anggota Kopites berkumpul
dan bertindak, maka semakin kuat ikatan yang terjadi di masyarakat
Kopites . Namun sebaliknya, jika intensitas pertemuan semakin berkurang,
maka ikatan yang terjadi semakin lemah. Sehingga terjadi perpecahan
diantara kelompok dalam suatu kehidupan sosial.
4
Untuk itu, peranan individu dalam kelompok juga sangat penting
untuk menjaga stabilitas sosial demi tercapainya hubungan yang saling
menguntungkan dan adanya keterikatan yang mendalam diantara para
anggota Kopites dalam masyarakatnya.
c. Efektifnya pesan melalui Komunikasi Persuasif
Gaya-gaya komunikasi yang dipraktekan oleh Kopites dalam
menyampaikan pesannya kepada Liverpool, mengarah kepada teori
Komunikasi Persuasif, hal ini terlihat jelas pada pesan-pesan atau tulisan-
tulisan yang bernada membujuk, merayu, dan mempersuasi Liverpool
agar bisa tampil maksimal dan bisa meraih kemenangan.
Agar komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan sasarannya,
maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan dilakukan
berdasarkan komponen-komponen proses komunikasi sebagaimana
diutarakan di muka. Perencanaan yang matang membutuhkan kerjasama
dan koordinasi diantara para elemen yang terlibat di dalamnya. Elemen-
elemen dalam komunikasi meliputi adalah komunikator, pesan, media, dan
komunikan.
Setiap kata dan setiap kalimat yang terkandung dalam
penyampaian pesan komunikasi, memiliki tingkat kepersuasifan yang
berbeda-beda. Tergantung bagaimana kita memaknainya pesan itu tadi.
Kesuksesan berkomunikasi secara persuasif, diukur dengan perubahan dan
cara pandang orang lain setelah menerima pesan dari apa yang kita
sampaikan. Termasuk juga untuk Kopites , kesukesan Kopites dalam
mendukung Liverpool, juga dipengaruhi oleh jumlah pendukung dan
semangat para pendukungnya untuk bisa memberikan effect dan dampak
yang positif bagi tim Liverpool.
4
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian data yang telah diuraikan, serta didasarkan pada
analisis data-data yang kami peroleh dari penelitian tentang Simbol Komunikasi
Kopites dalam mendukung Liverpool, maka dapat disimpulkan secara
keseluruhan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan.
Diantaranya adalah :
5
1. Jenis Simbol
Komunikasi Kopite dalam mendukung Liverpool :
a. Simbol Identitas
b. Simbol Warna
c. Simbol Tulisan
d. Simbol Persahabatan
2. Makna Simbol Komunikasi Kopites dalam mendukung Liverpool
a. Simbol Identitas
merupakan angka yang selalu ada di banner identitas dari
nama Kopites , angka diambil dari nama tempat komunitas ini
berdiri yaitu di Jalan Ahmad Yani 117 Surabaya. Angka juga
menujukkan visi dari komunitas Kopites yakni 1 nyali, 1 7an (1
nyali, 1 tujuan).
b Simbol Warna.
Warna merah merupakan wujud rasa penghormatan kepada
kota Surabaya, dan warna merah juga menjadi lambang dalam
memelihara semangat diantara para supporter di seluruh Indonesia.
c. Simbol Tulisan
Tulisan-tulisan yang digunakan oleh Kopites diaplikasikan
dari berbagai media, diantaranya melalui dunia maya dengan
facebook, spanduk atau banner yang dipasang di stadion, dan
berbagai media yang lainnya dengan tulisan yang bernada
persuasif.
5
d. Simbol Persahabatan
“You’ll Never Walk Alone” Salam ini memiliki makna
yang mendalam, karena disini menujukkan adanya kesamaan rasa
dalam satu keberanian yang dimiliki oleh Kopites .
B. Rekomendasi
Setelah mendapatkan hasil dari penelitian ini, maka saya sebagai peneliti
juga memiliki beberapa saran untuk memajukan pendidikan di ilmu komunikasi,
dalam kajiannya tentang simbol komunikasi, serta seluruh elemen yang terlibat
dalam penelitian ini, khususnya untuk mendukung penelitian tentang Simbol
Komunikasi Kopites dalam mendukung Liverpool.
1. Diri Sendiri
a) Meningkatkan keaktifan dalam kegiatan penelitian
5
b) Menambah pengalaman melalui observasi lapangan.
c) Sering mengunjungi perpustakaan untuk mendapatkan referensi bacaan
tentang kajian ilmu komunikasi.
d) Menyadarkan diri akan pentingnya kebutuhan informasi dan
pemaknaan dalam simbol komunikasi.
2. Lembaga
a) Menyediakan fasilitas yang mendukung untuk kegiatan hobi dan
tempat untuk berorganisasi dalam komunitas Kopites
b) Melengkapi koleksi buku-buku bacaan untuk penelitian di bidang ilmu
komunikasi
c) Selalu mengupdate berita-berita yang teraktual pada media massa
terutama informasi untuk perkembangan Kota Surabaya dan Kopites .
3. Kajian
a) Memandu para peneliti untuk melakukan penelitian
b) Membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh para peneliti
c) Sebagai konsultan atau pelayan bagi seluruh elemen yang terlibat
dalam penelitian
d) Serta bersedia mengoreksi dan mengevaluasi setiap hasil penelitian.
5
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2010. Sosiologi Komunikasi. Teori paradigma, dan diskursus
teknologi komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Prenada Media Group.
Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi – Perspektif, Proses, dan konteks. Bandung : Widya Padjadjaran.
5
Liliweri, Alo. 1994. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi – Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexi J. 1991. Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rakhmat, Jalaluddin.1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 1991. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rosady Ruslan, Rosady.2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Sendjaja, 1994, Teori-Teori Komunikasi. Jakarta :Universitas Terbuka
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Zeitlin. Irving M. 1998. Memahami Kembali Sosiologi. Kritik terhadap teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kopites
5