Post on 11-Dec-2015
description
Tugas Makalah Pendidikan Agama Islam
“Pandangan Islam Tentang Kebudayaan”
Untuk memenuhi tugas kuliah PAI
Dosen : Mokhamad Rohma Rozikin, M.Pd
Kelompok 8 :
Guntur Dwi Cahya (125090800111012)
Nadana Ayzah Aziz (125090800111017)
Hana Dwi Sussena (125090701111003)
M. Viqi Diaz (125090800111004)
Nova Fathur Rosid (145090307111005)
Jurusan Fisika
Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
2015
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena tanpa karunia dan
kemudahan yang diberikan maka penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah yang
pada akhirnya diberi judul “Pandangan Islam Tentang Kebudayaan” makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu
syarat kelulusannya mata kuliah tersebut. Namun, ada beberapa tujuan lain dalam pembuatan
makalah ini yaitu memberikan informasi secara tidak langsunyg kepada pembaca mengenai
informasi tentang Pandangan Islam Tentang Kebudayaan.
Juga tidak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam penulisan makalah ini. Yaitu :
Kepada Allah SWT sebagai pemberi kemudahan untuk penulis sehingga makalah ini
terselesaikan
Orang tua, keluarga dan teman – teman yang juga membantu kelancaran pembuatan
makalah ini dengan memberikan dukungan serta memberikan sumbangan pemikirannya
dalam pembuatan makalah ini.
Bapak Mokhamad Rohma Rozikin, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat sehingga membantu kami
dalam membuat makalah ini.
Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Semoga semua
pihak yang telah membantu mendapatkan ganjaran tersendiri dari Yang Maha Kuasa.
Demikian yang dapat penulis sajikan, semoga makalah ini dibaca dan dipergunakan
sebagaimana mestinya serta dapat bermanfaat pula bagi masyarakat. Sekian.
Penulis 1 Penulis 2
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 2
(Guntur Dwi Cahya) (Nadana Ayzah Azis)
Penulis 3
(Hana Dwi Sussena)
Penulis 4
(M. Viqi Diaz)
Penulis 5
(Nova Fathur Rosid)
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 3DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................3
ABSTRAK
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................................2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................3
Makalah ini disusun berdasarkan sumber – sumber yang membahas mengenai
mengenai kebudayaan Islam yang mana sorotan utamanya adalah konsep kebudayaan Islam,
prinsip – prinsip kebudayaan Islam, masjid sebagai pusat kebudayaan Islam dan nilai – nilai
islam dalam budaya Indonesia. Islam memiliki konsep dengan cara memandang kebudayaan
adalahh sebuah prose dan meletakkannya sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan
merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hati dan tubuh yang
menyatu dalam suatu perbuatan. Kebudayaan itu akan terus berkembang, tidak akan pernah
berhenti selama masih ada kehidupan manusia.
Kemudian daripada itu, masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai
tempat ibadah khusus seperti sholat, padahal masjid berfungsi lebih luas dari pada sekedar
tempat sholat. Sejak awal berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya yaitu
tempat sholat. Akan tetapi perlu diingat bahwa masjid di zaman Nabi berfungsi sebagai pusat
peradaban. Nabi SAW mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan Al – Qur’an dan Al-
Hikmah, bermusyawarah, untuk menyelesaikan berbagai persoalan kaum muslimin, membina
sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama dan ras, hingga upaya –
upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid.
Misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk memberikan bimbingan pada
umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaannya tidak melepaskan diri dari nilai –
nilai ketuhanan, sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R.Ahmad). Dalam perkembangan dakwah islam di
Indonesia, para penyiar agama mendakwahkan ajaran silam melalui bahasa budaya,
sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah jawa. Karena kehebatan pada nabi mengemas
ajaran islam tadi, membuat masyarakat terbiasa dengan nilai – nilai islam dalam kehidupan
sehari hari.
Kata Kunci : Kebudayaan, Islam, Masjid, Nabi
BAB I
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 5
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ajaran-ajaran islam yang diyakini oleh umat islam mengandung nilai-nilai islam yang
memiliki peran yang sangat penting didalam mengembangkan kebudayaan islam. Disamping
itu, ajaran-ajaran islam juga dapat membumikan ajaran utama ( yang sebagai syariah) sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia. Manusia sering dikatakan sebagai
mahluk yang paling tinggi dibandingkan dengan mahluk lainnya. Tingginya harkat dan
martabat manusia karena manusia mempunyai akal budi. Dengan adanya akal budilah,
manusia mampu menghasilkan kebudayaan yang cenderung membuat manusia menjadi lebih
baik dan lebih maju. Dengan kebudayaan tersebut manusia memperoleh banyak kemudahan
dan kesenangan hidup. Akal budi pun mampu menciptakan dan melahirkan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan keseluruhan yang dihasilkan akal budi tersebut dapat
dikelola untuk menghasilkan produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia
guna menuju peradaban yang modern.
Seiring dengan berkembangnya wawasan manusia akan lebih dapat memilah-
milah bagian-bagian yang positif dan negative untuk diri pribadi dan orang lain. Dengan
peradaban manusia yang semakin modern maka pola pikir manusia akan lebih
berkembang. Apabila dikaitkan dengan kebudayaan islam maka manusia merupakan suatu
fungsi yang di gunakan untuk meneruskan kebudayaan islam dimasa lalu untuk
menjalankan peradaban modern. Kebudayaan islam digunakan sebagai pedoman agar
manusia tidak terjerumus dalam hal-hal yang negatif dan manusia dapat memahami
betapa pentingnya mempelajari tentang kebudayaan islam agar kita sebagai umat islam
dapat tahu betul bagaimana sebenarnya kebudayaan islam yang sesungguhnya. Dan pada
makalah ini kami akan membahas tentang kebudayaan islam.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 6
1.2.1 Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam?
1.2.2 Apa yang menjadi prinsip – prinsip kebudayaan Islam?
1.2.3 Mengapa masjid sebagai pusat kebudayaan Islam ?
1.2.4 Apa yang menjadi nilai –nilai dalam budaya Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.3.1 Menjelaskan kepada masyarakat di Indonesia bahkan didunia mengenai pemahaman
bahwa Tuhan itu ada dengan segala kebesarannya.
1.3.2 Dapat menunjukkan kepada masyarakat bukti-bukti kebesaran Tuhan dimuka bumi ini
1.3.3 Dapat memahami makna Tauhid dan mempraktekannya
1.3.4 Dapat membuktikan dan menyampaikan kepada orang lain bahwa kebesaran Tuhan
itu sungguh ada.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan dan latar belakang diatas, manfaat yang didapat dari Makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.4.1 Agar memahami konsep kebudayaan dalam islam .
1.4.2 Mengetahui prinsip – prinsip kebudayaan dalam islam.
1.4.3 Menyadari bahwa masjid adalah sebagai pusat kebudayaan Islam, yang tidak hanya
sekedar sebagai tempat ibadah.
1.4.4 Dapat mendalami nilai – nilai Islam dalam budaya Indonesia.
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebudayaan dalam Islam
Menurut ahli budaya, kata budaya merupakan gabungan dari dua kata, yaitu budi dan
daya. Budi mengandung makna akal, pikiran, paham, pendapat, ikhtiar, perasaan. Daya
mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Jadi kebudayaan berarti kumpulan
segala usaha dan upaya manusia yang dikerjakan dengan mempergunakan hasil pendapat
untuk memperbaiki kesempurnaan hidup (Sidi Gazalba, 1998 )
Oleh karena itu, jika kita membicarakan kebudayaan berarti kita membicarakan
kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya. Dengan melakukan berbagai kegiatan dan
aktivitasnya manusia berusaha dengan daya upaya serta dengan kemampuan yang dimilikinya
untuk mengerjakan sesuatu guna kesempurnaan hidup. Kesempurnaan hidup itu dapat dicapai
jika manusia mampu menggunakan akal budinya dengan baik.
Kebudayaan adalah alam pikiran atau mengasah budi. Usaha kebudayaan adalah
pendidikan. Kebudayaan adalah pergaulan hidup diantara manusia dengan alam semesta.
Boleh jadi kebudayaan adalah usaha manusia melakukan tugas hidup sebagai khalifah fil
ardli (wakil Tuhan di bumi).
A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhohn, telah mengumpulkan kurang lebih 161 definisi
tentang kebudayaan (Musa Asy’ari, 1992) secara garis besar definisi sebanyak itu dapat
dikelompokkan dalam enam kelompok, sesuai dengan sudut pandang mereka.
Kelompok pertama melihat dan pendekatan historis, kedua dari pendekatan normatif
oleh Ralph Linton, ketiga dari pendekatan psikologi oleh Kluckkhonh, keempat dari
pendekatan structural oleh Turrney, kelima dari pendekatan genetik oleh Bidney dan keenam
dengan pendekatan deskriptif oleh Taylor.
Dilihat dari berbagai tujuan dan sudut pandang tentang definisi kebudayaan,
menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan suatu persoalan yang sangat luas, namun
esensinya adalah bahwa kebudayaan itu melekat dengan diri manusia. Artinya, manusialah
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 8
itu pencipta kebudayaan. Kebudayaan itu hadir bersama dengan kelahiran manusia sendiri.
Dari penjelasan tersebut kebudayaan itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu kebudayaan sebagai
suatu proses dan kebudayaan sebagai sutau produk.
Al Qur’an memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan meletakkan
kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas
kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu
perbuatan. Oleh karena itu, secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal,
budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai
kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Kebudayaan Islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia yang
berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah
dan berkembang. Hasil akal, budi rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya kebudayaan perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan
yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani dan
setan, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing
manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang
beradab atau peradaban Islami.
Oleh karena itu, misi kerasulan Muhammad SAW sebagaimana dalam sabdanya:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Artinya Nabi Muhammad SAW,
mempunyai tugas pokok untuk membimbing manusia agar mengembangkan kebudayaan
sesuai dengan petunjuk Allah.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai
ketuhanan atau disebut sebagai peradaban islam, maka fungsi agama disini akan semakin
jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami
kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalan kehidupannya sendiri, disini
sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu.
Kebudayaan itu akan terus berkembang, tidak akan pernah berhenti selama masih
ada kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 9
manusia, baik dalam konteks hubungan dengan sesamanya, maupun dengan alam
lingkungannya, akan selalu terkait dengan kebudayaan orang lain. Ini menunjukan bahwa
manusia adalah mahluk budaya dan mahluk sosial yang tidak akan pernah berhenti dari
aktivitasnya dan tidak akan pernah bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Kebudayaan baru
akan berhenti apabila manusia sudah tidak sanggup lagi menggunakan akal budinya.
Allah SWT mengutus para rasul dari jenis manusia dan dari kaumnya sendiri karena
yang akan menjadi sasaran dakwahnya adalah umat manusia. Firman Allah SWT:
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa
yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Ibrahim: 4)
Oleh sebab itu, misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk memberikan
bimbingan pada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaannya tidak
melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan, sebagaimana sabdanya :
: �ار�م� م�ك �مم� �ت ال �ت� �ع�ث ب �م�ا �ن إ م ص النبي قال
ق� �خ�ال� اال
“sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan Akhlak yang mulia” (H.R.
Ahmad).
Artinya Nabi Muhammad SAW mempunyai tugas pokok untuk membimbing manusia agar
mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan petunjuk Allah. Sebelum nabi diutus, bangsa
Arab sudah cukup berbudaya tetapi budaya yang dikembangkannya terlepas dari nilai-nilai
ketauhidan yang bersifat universal. Landasan pengembangan kebudayaan mereka adalah
hawa nafsu.
Awal tugas kerasulan Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan Islam yang kemudian
berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar dan Jazirah Arab,
kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu
asimilasi budaya setempat dengan nilai-niali Islam itu sendiri, kemudian menghasilkan
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 10
kebudayaan Islam, kemudian berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui
kebenarannya secara universal.
Al-Qur’an memandang kebudayaan itu sebagai suatu proses, dan meletakan
kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas
kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu
perbuatan. Oleh karena itu secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal, budi,
cipta rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak mungkin terlepas dari nilai – nilai kemanusiaan,
namun bisa jadi lepas dari nilai – nilai Ketuhanan.
Kebudayaan Islam berlandaskan pada nilai – nilai tauhid. Islam sangat menghargai
akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil akal, budi rasa, dan karsa yang telah
terseleksi oleh nilai – nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang jadi semua
peradapan.
2.2. Prinsip-prinsip kebudayaan Islam
Pada dasarnya manusia tidak bisa dipisahkan oleh kebudayaan, karena keduanya
merupakan suatu jalinan yang saling erat berkait. Kebudayaan tidak akan ada tanpa adanya
manusia. Secara umum kebudayaan muncul akibat adanya pemikiran manusia yang
menciptakan hasil olah akal, budi, cita rasa, karsa dan karya manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149), disebutkan bahwa: “ budaya “
adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Nostrand (1989: 51) mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara
berpikir, berperilaku dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut. Sedangkan
Croydon (1973:4), mengatakan budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian besar
berada di bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku manusia
seperti senar dimanupulasi dari kontrol boneka gerakannya
Menurut pendapat Richard Shweder (1990:11), kebudayaan sebagai mengacu pada
cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 11
kehidupan, dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar tidak sadar diterima sebagai
"benar" dan "benar" oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota
masyarakat. Pendapat lain dari Larson dan Smalley (1972:39) yang menyatakan. Kebudayaan
sebagai "blue print" yang memandu perilaku orang dalam suatu komunitas dan diinkubasi
dalam kehidupan keluarga. Ini mengatur perilaku kita dalam kelompok, membuat kita peka
terhadap masalah status, dan membantu kita mengetahui apa tanggung jawab kita adalah
untuk grup. budaya yang berbeda struktur yang mendasari yang membuat bulat bulat
masyarakat dan komunitas persegi persegi.
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah, bentuk jamak dari kata
buddhi yang berarti budi atau akal. Sehingga kebudayaan itu dapt diartikan ‘hal-hal yang
berkaitan dengan akal). Ada juga yang mengatakan bahwa kata budaya itu sebagai
perkembangan dari kata majemuk dari budi dan daya yang berarti daya atau kemampuan dari
budi atau akal (Koentjaraningrat, 1974). Karena itu mereka membedakan antara budaya dan
kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu (Djojodiguno, 1958).
Kebudayaan adalah milik khas manusia, bukan ciptaan binatang taupun tanaman yang
tidak mempunyai akal budi. Binatang memang mempunyai tingkah laku tertentu menurut
naluri bawaannya yang berguna untuk memelihara kelangsungan hidupnya, tetapi binatang
tidak mempunyai kebudayaan (Faisal Ismail, 1997).
Kebudayaan adalah manifestasi dari perwujudan segala aktivitas manusia sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia merupakan perwujudan dari ide, pemikiran,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma dalam bentuk tindakan dan karya. Oleh karena itu,
kebudayaan adalah suatu yang spesifik manusiawi (Abdul Munir Mulkhan, 1996).
Dari banyak definisi tentang kebudayaan dapat diambil kesimpulan bahwa
kebudayaan adalah seluruh gagasan, tindakan dan hasil cipta, karsa dan rasa manusia untuk
memenuhi kebutuhan kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang telah terealisasi oleh nilai-
nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam
perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak
terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 12
dirinya sendiri. Disini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan
akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam.
Islam adalah agama Allah, ia bersumber dari wahyu Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat
Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”.(Ali Imron: 19).
Kebudayaan Islam merupakan salah satu perwujudan dari fungsi manusia di dunia ini,
yakni sebagai hamba khalifah Allah. Adapun karakteristik kebudayaan Islam adalah:
1. Rabbaniyah (bernuansa ketuhanan). Ia bercampur dengan keimanan secara umum dan
ketauhidan secara umum.
2. Akhlaqiyah, yakni tidak ada pemisahan antara akhlak dengan ilmu, antara akhlak
dengan perbuatan, antara akhlak dengan ekonomi, antara akhlak dengan politik, dan antara
akhlak dengan peperangan, serta antara akhlak dengan semua segi kehidupan lainnya.
3. Insaniyah, yakni menghormati manusia, memelihara fitrah, kemuliaan dan hak-
haknya. Kebudayaan Islam tegak atas asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang
dimuliakan oleh Tuhannya.
4. Alamiyah. Selama kebudayaan Islam berlaku bagi setiap manusia, maka dengan
sendirinya ia pun bersifat ‘alamiyah (mendunia). Ia bersifat terbuka untuk semua kelompok
manusia dan tidak menutup diri. Berkembang dinamis secara alami sejalan dengan
perkembangan intelektualitas dan kreatifitas manusia.
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 13
5. Tasamuh. Islam tidak mewajibkan orang non Islam yang hidup naungan
kebudayaannya untuk menjalankan syari’at Islam. Islam tidak memaksakan orang lain untuk
masuk ke dalam lingkungan kebudayaan Islam.
6. Tanawwu’. Kebudayaan Islam bersifat tanawwu’ (beraneka warna). Ia tidak hanya
memuat masalah-masalah ketuhanan, tetapi terdapat juga masalah ilmu pengetahuan,
kemanusiaan dan kedalaman yang beraneka ragam.
7. Wasathiyah. Kebudayaan Islam mencerminkan system wasath (pertengahan).
Pertengahan antara berlebihan dan kekurangan, antara jasmani dan rohani, antar hak dan
kewajiban, antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama, antara dunia dan akhirat.
8. Takamul. Yaitu terpadu dan saling mendukung antara kebudayaan Islam yang satu
dengan dengan kebudayaan Islam yang lain.
9. Bangga terhadap diri sendiri, yaitu bangga terhadap sumber kebudayaan yang
berketuhanan, kemanusiaan dan bernuansa akhlak. Sifat bangga ini menjadikan kebudayaan
Islam enggan untuk diwarnai atau dipengaruhi dengan yang lain yang meneybabkan
hilangnya keistimewaan dan keorsinilannya (Yusuf al-Qardhawy, 2001).
Prinsip-prinsip kebudayaan Islam yang merujuk terhadap Islam, yakni pada sumber
ajaran itu sendiri, diantaranya:
1. Menghormati akal. Manusia dengan akal dapat menghasilkan suatu kebudayaan,
sehingga dalam kebudayaan Islam menempatkan akal pada posisi terhormat. Prinsip ini
diambil dari Q.S. Ali Imran: 190-191.
2. Memotivasi untuk menuntut dan meningkatkan ilmu. Dengan meningkatnya ilmua
maka akan meningkat pula kebudayaan yang semakin maju. Prinsip ini diambil dari Q.S. al-
Mujadalah: 11.
3. Menghindari taklid buta. Untuk menerima kebudayaan baru hendaknya meneliti
kebenaran kebudayaan tersebut jangan asal mengikuti budaya. Prinsip ini diambil dari Q.S.
al-Isra: 36.
4. Tidak membuat pengrusakan. Kebudayaan Islam dapat dikembangkan secara luas
namun tetap dalam aturan-aturan Islam yang telah ditentukan. Prinsip ini diambil dari Q.S. al-
Qashash: 77.
Di Indonesia terdapat kebudayaan yang masih memegang prinsip=prinsip kebudayaan
Islam salah satunya yaitu ilmu Kaligrafi. Kaligrafi adalah salah satu karya kesenian Islam
yang paling penting. Kaligrafi Islam yang muncul di dunia Arab merupakan perkembangan
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 14
seni menulis indah dalam huruf Arab yang disebut khat. Seni kaligrafi yang bernafaskan
Islam merupakan rangkaian dari ayat-ayat suci Al-qur’an. Tulisan tersebut dirangkai
sedemikian rupa sehingga membentuk gambar, misalnya binatang, daun-daunan, bunga atau
sulur, tokoh wayang dan sebagainya (Ambary. 1998). Contoh kaligrafi antara lain yaitu
kaligrafi pada batu nisan, kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon dan kaligrafi bentuk hiasan.
2.3. Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam
Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi, masjid
diartikan sebagai tepat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas (Muhaimin
dan Abd. Mujid, 1993). Masjid adalah institusi pertama yang dibangun Rasulullah SAW pada
periode Madinah. Pendirian Masjid pertama pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun pertama
Hijriah, yaitu Masjid uba di Madinah. Kemudian dilanjutkan dengan membangun masjid
Nabawi (Didin Hafidhuddin, 1988).
Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus
seperti sholat, padahal masjid berfungsi lebih luas dari pada sekedar tempat sholat. Sejak
awal berdisiny masjid belum bergeser dari fungsi utamanya yaitu tempat sholat. Akan tetapi
perlu diingat bahwa masjid di zaman Nabi berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi SAW
mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan Al – Qur’an dan Al- Hikmah,
bermusyawarah, untuk menyelesaikan berbagai persoalan kaum muslimin, membina sikap
dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama dan ras, hingga upaya – upaya
meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid. Masjid dijadikan simbol ppersatuan
umat muslim. Selama sekitar 700 tahun sejak nabi mendirikan pertama kali, fungsi masjid
masih kokoh dan orisinil sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Sekolah sekolah dan
universitas – universitas pun kemudian bermunculan, justru dari masjid. Masjid AL Azhar di
Mesir merupakan salah satu contoh yang sangat dikenal luas kaum muslimin
Indonesia.Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa. Bahkan
pengentasan kemiskinan pun merupakan program nyata masjid.
Tapi sangat disesalkan bahwa masjid kemudian mengalami penyempitan fungsi
karena adannya intervensi pihak – pihak tertentu yang mempolitisi masjid sebagai alat untuk
memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Ruh peradaban yang sarat dengan misi
ketuhanan seolah – olah telah mati. Awal kematiannya bermula dari hilangnya tradisi berpikir
integral dan komprehnsif menjadi berpikir sektoral dan sempit. Ruh dan aktivitas pendidikan
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 15
serta merta hengkang dari masjid. Masjid hanya mengajari umat tetntang belajar baca tulis al
– qur’an tanpa pengembangan wawasan dan pemikiran islami dan tempat belajar umat
tentang ilmu fiqih ibadah bahkan lebih sempit lagi yaitu ibadah praktis dari salah satu
mazhab. Lebih parah lagi masjid – masjid menjadi tempat belajar menghujat dan
menyalahkan mazhab – mazhab lain yang berbeda. Dengan menyempitkan fungsi masjid
seperti ini, bagaimana mungkin akan tumbuh sikap toleran terhadap penganut agama lain,
bila terhadap sesama umat seagama saja ditanamkan sikap permusuhan?
Di Indonesia kondisi ini terjadi sejak masa penjajahan Belanda. Saat itu kita sangat
sulit menemukan masjid yang memiliki program nyata dibidang pencerahan keberagaman
umat islam. Kita (mungkin) tidak akan menemukan masjid yang memiliki kegiatan yang
terprogram secara baik dalam pembinaan keberagaman umat. Lebih –lebih lagi masjid yang
menyediakan beasiswa dan upaya pengentasan kemiskinan.
Pada perkembangan berikutnya mencul kelompok – kelompok yang sadar untuk
mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Kesadaran kearah optimalisasi fungsi
masjid kembali tumbuh terutama dikalangan para intelektual muda, khususnya pada para
aktivis masjid. Dimulai dengan gerakan pesantren kilat dimasjid pada awal tahun 1978,
pengentasan buta huruf al – qur’an di awal tahun 1990-an, gerakan ini berhasil mengentaskan
buta huruf al – qur’an sekitar 30 % anak – nak TK-SLTP dan 40% siswa SLTA dan
mahasiswa.
Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan pentingnya petanan masjid untuk
mencerdaskan dan mensejahterakan jamaahnya. Fungsi dan peran masjid dari waktu ke
waktu terus meluas, membuktikan kesadaran dan pemahaman umat islam terhadap
pemanfaatan masjid semakin meningkat. Meluasnya fungsi dan peran masjid ini seiring
dengan laju pertumbuhan umat islam di Indonesia, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
yang tercermin dalam pertambahan jumlah penduduk muslim dan peningkatan jumlah
intelektual muslim yang sadar dan peduli terhadap peningkatan kualitas umat islam. Kondisi
inilah yang mendorong terjadinya perluasan fungsi dan tugas masjid.
Konsepsi tentang masjid sejak masa – masa awal didirikan hingga sekarang tidak
akan pernah berubah. Paradigma tentang masjid digali dari al – qur’an. Jika paradigma yang
digunakan adalah al-qur’an, maka masjid yang didirikan berdasarkan taqwa tidak akan
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 16
pernah berubah dari tujuan dan misinya. Apa yang dimaksud dengan paradigma disini adalah
cara mengetahui sesuatu melalui skema konseptualnya.
Berdasarkan paradigma inilah kita akan berfikir tentang konsep tujuan dan perlakuan
terhadap masjid itu memiliki kesamaan. Melalui paradigma inilah kita akan mampu
mengontrol kesucian masjid dari pemikiran yang dikotomis dan berbagai pelecehan lainnya.
Dari segi tujuan pendirian masjid, misalnya jika paradigma yang kita sepakati hanya
al – qur’an maka tujuan yang “sah” mendirikan masjid adalah berdasarkan takwa kepada
Allah, bukan karena yang lain- lain, sebagaimana firman Allah SWT :
“Dan (diantara orang – orang munafik itu) ada orang – orang yang mendirikan masjid untuk
menimbulkan kemudhratan (pada orang – orang mukmin) dan karena kekafirannya) dan
untuk memecah belah antara orang – orang mukmin serta menunggu kedatangan orang –
orang ysng telah memerangi Allah dan Rasul – Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya
bersumpah : “Kami tidak menghendaki selain kebaikan “. Dan Allah menjadi saksi bahwa
sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)”, (At- Taubah :107).
Pada awal sejarah kebudayaan islam, masjid merupakan sentral kebudayaan islam,
pusat organisasi kemasyarakatan, pusat pendidikan dan sudah tentu sebagai tempat
melaksanakan ibadah ritual dan i’tikaf. Umat islam telah memanfaatkan masjid untuk tempat
ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan islam dan pendidikan keagamaan ,
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 17
dimana dipelajari kaidah – kaidah islam, hukum – hukum agama , sebagai tempat pengadilan,
sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin –pemimpin militer dan bahkan sebagai istana
tempat menerima duta asing. Pendek kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan
sosial politik (Athiyah Al-Abrasyi, 1984).
Namun dewasa ini, fungsi masjid mulai menyempit. Orang banyak menggunakan
masjid hanya untuk ibadah –ibadah ritual saja. Padahal,fungsi masjid dapat lebih efektif, jika
didalamnya disediakan fasilitas – fasilitas yang diperluka, seperti :
1) Perpustakaan , yang meneyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagai disiplin
ilmu.
2) Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah shalat
berjama’ah dan
3) Ruang kuliah, baik digunakan untuk pendidikan maupun pelatihan – pelatihan remaja
masjid
Dilihat darii pertumbuhannya, masjid di Indonesia sangat menggembirakan. Dari
tahun ke tahun jumlah masjid kian bertambah. Tetapi secara jujur diakui bahwa
fungsionalisasinya belum optimal. Oleh karena itu memfungsikan secara maksimal harus
terus dilakukan,. Kondisi masyarakat lingkukngan masjid harus mendapat perhatian dalamm
rangka menyusun program kegiatan. Masjid didesa mungkin berbeda penekanan kegiatannya
dengan masjid yang ada dikota. Demikian pula masjid yang ada di pesantren, dikampus, di
pasar, di pemukiman dan di kawasan industri. Untuk mengisi kegiatan masjid tersebut,
menurut Didin Hafidhuddin (1988), dapat dlakukan kegiatan –kegiatan seperti :
1) Menyelenggarakan kajian – kajian keislaman yang teratur dan terarah menuju
pembentukan pribadi muslim, keluarga muslim, dan masyarakat muslim.
2) Melaksanakan diskusi, seminar, atau lokakarya tentang masalah- masalah yang aktual.
3) Membuat data jama’ah , dilihat dari segi usia , tingkat pendidikan, tingkat pendapatan
dan lain –lain.
4) Mengefektifkan zakat, infaq, dan shadaqoh, baik mengumpulkannya maupun
membagikannya.
5) Menyelenggarakan training – training keislaman, terutama untuk kegiatan pemuda.
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 18
6) Disamping dakwah bil-lisan, dakwah bil-hal juga perlu , mendapat perhatian, seperti
memberikan santunan bagi jama’ah yang mmembutuhkan, misalnya karena sakit,
kena musibah, dan lain – lain.
7) Demikian pula berdakwah melalui buku, brosur, buletin, atau majalah dengan
mendirikan taman bacaan atatu perpustakaan masjid.
Melalui kegiatan - kegiatan tersebut, masjid diharapkan kembali seperti pada masa
Rasulullah SAW yang memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan umat islam. Dengan
demikian, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk melakukan ibadah ritual
semata, tetapi juga sebagai tempat untuk melakukan ibadah – ibadah sosial lainnya yang
memungkinkan dilaksanankan dimasjid.
2.4. Nilai – nilai Islam dalam Budaya Indonesia
Bangsa Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang sama sama
dikembangkan. Kedua sistem budaya itu adalah sistem budaya nasional dan sistem budaya
daerah ( Wardiman Djojonegoro, 1996). Dalam rangka perkembangan budaya nasional,
kebudayaan daerah/ etnik/ lokal ini seringkali berfungsi sebagai sumber atau sebagai acuan
dalam pencipaan-penciptaan baru (baik dalam bahasa. Seni, tata krama, teknologi dan
sebagainya), yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya.
Islam yang merupakan agama bagi mayoritas penduduk Indonesia memiliki peran
besar dalam perkembangan kebudayaan indonesia. Bahkan dalam perkembangan budaya
daerah terlihat betapa nilai – nilai islam telah menyatu dengan nilai- nilai budaya, tradisi
maupun peninggalan fisik. Sementara itu didalam perkembangan budaya nasional, peran
islam dalam terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan bangsa tela dibuktukan dalam
sejarah.
Salah satu yang menjadi modal dasar bagi umat islam dalam mempersiapkan budaya
adalah doktrin tentang hubungan antara agama dan ilmu, antara iman dan akal. Islam tidak
mengenal dikotomi antara ilmu dan agama. Bahkan sebaliknya ilslam menghargai dan
mengajarkan kepada umatnya bahwa kedua hal itu merupakan bekal utama bagi manusia
untuk kehidupannya didunia.
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 19
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam berasal dari
negeri arab, maka islam yang masuk ke indonesia tidak terlepas dari dari budaya arabnya.
Pada awal – awal masuknya dakwah islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan
mana jaran islam dan mana budaya arab. Masyarakat awam menyamakan perilaku yang
ditampilkan oleh orang arab dengan perilaku islam.
Di zaman modern ada satu fenomena yang menarik untuk kita simak bersama yaitu
semangat dan pemahaman sebagian generasi muda umat islam dalam rmprlajari dan
mengamalkan ajaran islam. Mereka berpandangan bahwa islam yang benar adalah segala
sesuatu yang ditampilkan oleh Nabi Muhammad SAW, secara utuh termasuk nilai – nilai
budaya Arabnya.
Dalam kajian budaya sudah barang tentu apa yang ditampilkan dalam perilaku
kehidupannaya terdapat nilai nilai budaya lokal. Sedangkan nilai – nilai islam itu bersifat
universal. Maka dari itu sangan dimungkinkan apa yang dicontojkan oleh nabi dalam hal
mu’amalah ada nuansa nuansa budaya yang dapat kita aktualisasikan dalam kehidupan
modern dan disesuaikan dengan muatan budaya lokal masing – masing. Contohnya dalam
cara berpakaian dan cara makan. Dalam ajaran islam sendiri meniru budaya satu kaum boleh
boleh saja sepanjang tidak bertentangan dengan nilai nili dasar islam.
Corak dan potongan baju yang dikenakan Rasulullah ,merupakan budaya yang
ditampilkan oleh orang Arab. Yang menjadi ajarannya adalah menutup aurat, kesederhanaan,
kebersihan dan kenyamanannya. Esensi ajarannya adalah bahwa segala sesuatu tidaklah
berlebihan. Demikian halnya makannya Nabi dengan menggunakan jari-jemarinya
merupakan realitas sosial karena yang dimakan adalah kurma dan roti, maka boleh saja untuk
menggunakan sendok dan garpu apabila memakan makanan berkuah.
Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia, para penyiar agama mendakwahkan
ajaran silam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah jawa.
Karena kehebatan pada nabi mengemas ajaran islam tadi, membuat masyarakat terbiasa
dengan nilai – nilai islam dalam kehidupan sehari hari.
Tugas berikutnya para intelektual muslim adalah menjelaskan secara sistematis dam
melanjutkan upaya penetrasi yang sudah dilakukan oleh para pendahulunya. Dengan
penjelasan –penjelasan tersebut, perilaku yang hanya sekedar melaksanakan suatu tradisi
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 20
akan berubah menjadi bentuk ibadah dan akan bertambah pula nilai kemanfaatan yang dicatat
menjadi amal saleh karena disadari semua itu pelaksanaan sebagian dari ajaran islam.
Integrasi nilai – nilai islam ke dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia ternyata
tidak sekedar masuk pada aspek budaya semata tetap sudah masuk ke wilayah hukum.
Sebagai contoh dalam hukum keluarga adalah masalah waris, masalah pernikahan, dll.
2.5 Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa Rasulullah
2.5.1. Periode Mekkah dan Sistem sosialnya
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada tanggal 20 April 571 M. Ketetapan ini
sebagaimana dikemukakan oleh berbagai sumber berita Arab, yakni pada tahun yang dikenal
dengan sebutan tahun gajah.[1]Beliau lahir dari keluarga miskin secara materi namun
berdarah ningrat dan terhormat. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim
bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Dikisahkan, bahwa anak-anak Hasyim ini adalah
keluarga yang berkedudukan sebagai penyedia dan pemberi air minum bagi para jamaah haji
yang dikenal dengan sebutan Siqayah Al Hajj.Sedangkan ibunda Nabi Muhammad Saw
adalah Aminah binti Wahab, adalah keturunan Bani Zuhrah.Kemudian, nasab atau silsilah
ayah dan ibunda Nabi bertemu pada Kilab ibn Murrah.Pada waktu lahir Nabi Muhammad
SAW dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah meninggal dunia tiga bulan setelah dia
menikahi Aminah.Nabi Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah
Sa’diyyah. Dalam asuhannyalah Nabi Muhammad SAW dibesarkan sampai usia empat tahun.
Setelah kurang lebih dua tahun berada dalam asuhan ibu kandungnya, ketika usia enam tahun
Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu.
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tangguang jawab merawat
Nabi Muhammad SAW.Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia
karena renta.Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib.Seperti juga
Abdul Muthalib, dia juga sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk
Mekkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.
Dalam usia muda Nabi Muhammad SAW hidup sebagai penggembala kambing
keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Melalui kegiatan penggembalaan ini dia
menemukan tempat untuk berfikir dan merenung.Pemikiran dan perenungan ini membuatnya
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 21
jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga dia terhindar dari berbagai macam noda
yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda dia sudah dijuluki al-amin, orang yang
terpercaya.[2]Nabi Muhammad SAW juga seorang laki-laki yang berbakat dalam bidang
keagamaan. Dalam usianya sebelum masa turun wahyu ia suka mengasingkan diri pada
sebuah pegunungan di luar kota Makkah untuk berdoa dalam keheningan.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW ikut berdagang ke Syam, menjual barang
milik Khadijah, seorang wanita terpandang dan kaya raya. Dia biasa menyuruh orang untuk
menjualkan barang dagangannya dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka.Ketika
Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan beliau, kredibilitas dan kemuliaan
ahklak serta keuntungan dagangannya melimpah, Khadijah tertarik untuk menikahinya.yang
ikut hadir dalam acara pernikahan itu adalah Bani Hasyim dan para pemuka Bani Mudhar.
2.5.1.1. Penyiaran Islam secara Sembunyi-Sembunyi
Ketika wahyu pertama turun, Nabi belum diperintah untuk menyeru umat manusia
menyembah dan mengesakan Allah SWT.Jibril tidak lagi datang untuk beberapa waktu
lamanya.Pada saat sedang menunggu itulah kemudian turun wahyu yang kedua (QS. Al-
Mudatsir:1-7) yang menjelaskan akan tugas Rasulullah SAW yaitu menyeru ummat manusia
untuk menyembah dan mengesakan Allah SWT. Dengan perintah tersebut Rasulullah SAW
mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Islam lahir ditengah-tengah masyarakat dengan membawa undang-undang baru sebagai
pedoman dasar tentang ketauhitan dan kemasyarakatanbagi pengaturan tingkah laku manusia
dalam kehidupan dan pergaulannya.Selanjutnya pedoman dasar tersebut menjadi pijakan bagi
pengembangan sistem sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Dakwah pertama beliau adalah pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang pertama
yang beriman kepada-Nya ialah Siti Khodijah (isteri Nabi), disusul Ali bin Abi Thalib (putra
paman Nabi) dan Zaid bin Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian
diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara
berangsur-angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan
keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Sa’ad ibn
Abi Waqas, Abdurrahman Ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah Ibn Jahrah,
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 22
ArqamIbn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid dan beberapa orang lainnya, mereka
semua disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang pertama masuk Islam.
2.5.1.2.. Menyiarkan Islam secara Terang-Terangan
Langkah dakwah seterusnya yang diambil Nabi Muhammad SAW adalah menyeru
masyarakat umum.Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan
terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula Nabi menyeru
penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, Nabi juga
menyeru orang-orang yang datang ke Makkah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan
haji.Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah.Dengan usahanya yang gigih, hasil
yang diharapkan mulai terlihat.Jumlah pengikut Nabi Muhammad SAW yang tadinya hanya
belasan orang, makin hari makin bertambah.Mereka terutama terdiri dari kaum wanita,
budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya.Mekipun kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang lemah, namun semangat mereka sungguah membaja.
Dengan adanya dakwah Nabi secara terang-terangan kepada seluruh penduduk
Mekkah, maka banyak penduduk Mekkah yang mengetahui isi dan kandungan Al-Qur’an
yang sangat hebat, memiliki bahasa yang terang (fasihat) serta menarik.Sehingga lambat laun
banyak orang Arab yang masuk Agama Islam. Dengan usaha yang serius pengikut Nabi
SAW bertambah sehingga pemimpin kafir Quraisy yang tidak suka bila Agama Islam
menjadi besar dan kuat berusaha keras untuk menghalangi dakwah Nabi dengan melakukan
penyiksaan-penyiksaan terhadap orang mukmin. Banyak hal yang dilakukan para pemimpin
Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi.Mereka menyuruh orang yang masuk Islam meskipun
anggota keluarga sendiri atau hamba sahaya untuk disiksa supaya kembali kepada agama
sebelumnya (murtad).Kekejaman yang dilakukan oleh peduduk Mekkah terhadap kaum
muslimin mendorong Nabi SAW untuk mengungsikan sahabat–sahabatnya keluar Mekkah.
Ditengah-tengah sengitnya kekejaman itu dua orang kuat Quraisy masuk Islam yaitu Hamzah
dan Umar bin khattab sehingga memperkuat posisi umat Islam.
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 23
Dengan lancarnya kegiatan dakwah Rasulullah, kaum kafir Quraisy melakukan
pemboikotan terhadap pengikut Islam.Pemboikotan ini berhenti setelah para pemimpin
Quraisy sadar terhadap tindakan mereka yang terlalu.Namun selang beberapa waktu Abu
Thalib meninggal dunia, tiga hari kemudian istrinya, Siti Khodijah pun wafat.Tahun itu
merupakan tahun kesedihan bagi Nabi (Ammul Huzni).
Untuk menghibur Nabi, maka pada tahun ke-10 ke-Nabian, Nabi Muhammad SAW
diperintahkan Allah untuk melakukan perjalanan malam dari Masjid al-Haram di Mekah ke
Bait al-Maqdis di Palestina, kemudian ke sidrah al-Muntaha. Di situlah Nabi Muhammad
SAW menerima syariat kewajiban mengerjakan shalat lima waktu. Peristiwa ini dikenal
dengan Isra’ dan Mi’raj yang terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 sesudah kenabian.Isra
dan Mi’raj di samping memperkuat iman dan memperkokoh batin Nabi Muhammad SAW
menghadapi ujian berat berkaitan dengan misi risalahnya, juga sebagai batu ujian bagi kaum
muslimin apakah mereka mempercayai atau mengingkarinya. Bagi kaun musyrikin Quraisy ,
peristiwa itu dijadikan bahan untuk mengolok-olok Nabi muhammad SAW bahkan
menuduhnya sebagai manusia yang berotak tidak waras.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi perkembangan
dakwah Islam muncul, perkembangan datang dari penduduk Yatsrib yang berhaji ke
Mekkah.Mereka yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj masuk Islam. Atas nama penduduk
Yatsrib, mereka meminta Nabi Muhammad SAW agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka
berjanji akan membela Nabi Muhammad SAW dari berbagai ancaman. Nabi pun menyetujui
usul yang mereka ajukan.Perjanjian ini disebut perjanjian “Aqobah”.Dan kemudian Nabi
Muhammad SAW pindah ke Yatsrib.
2.5.2. Periode Madinah dan Sistem sosialnya
Tahun Islam dimulai dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah
di tahun 622 M. Umat Islam di waktu itu masih dalam kedudukan lemah, tidak sanggup
menentang kekuasaan yang dipegang kaum pedagang Quraisy yang ada di Mekkah. Akhirnya
Nabi bersama sahabat dan umat Islam lainnya meninggalkan kota dan pindah ke Yasrib, yang
kemudian terkenal dengan nama Madinah, yaitu kota Nabi. Bukan hanya sekedar berpindah
dan menghindarkan diri dari ancaman dan tekanan orang kafir Quraisy dan penduduk
Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 24
juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun srategi dalam menghadapi
tantangan lebih lanjut, sehingga nanti terbentuk masyarakat baru yang di dalamnya bersinar
kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Nabi Muhammad
SAW melalui wahyu Allah SWT, di kota ini keadaan Nabi dan umat Islam mengalami
perubahan yang besar. Islam mendapat lingkungan baru di kota Madinah. Lingkungan yang
memungkinkan bagi Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan dakwahnya, menyampaikan
ajaran Islam dan menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau di Mekkah mereka sebelumnya merupakan umat lemah yang tertindas, di
Madinah mereka mempunyai kedudukan yang baik dan menjadi umat yang kuat dan dapat
berdiri sendiri.Nabi sendiri menjadi kepala dalam masyarakat yang baru dibentuk itu dan
yang akhirnya menjadi sebuah Negara.
Dengan beradanya kekuasaan di tanggan Nabi, Islam pun lebih mudah disebarkan dan
sehingga akhirnya Islam dapat menguasai daerah-daerah yang dimulai dari Spanyol di
sebelah barat sampai ke Filipina di sebelah timur dan Afrika Tengah di sebelah selatan
sampai Danau Aral di sebelah utara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru, Nabi Muhammad SAW
segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat.Adapun dasar-dasar tersebut adalah:
2.5.2.1. Mendirikan Masjid
Dengan jalan mendirikan tempat peribadatan dan pertemuan yang berupa masjid dan
diberi nama masjid “Nabawi”, Selain untuk tempat salat, juga sebagi sarana penting untuk
mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat
bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi
bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
2.5.2.2. Mempersaudarakan antara Anshor dan Muhajirin
Persaudaraan sesama Muslim. Nabi mempersaudarakan antara Muhajirin, orang-orang
yang hijrah dari Makkah ke Madinah , dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk
Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut. Dengan demikian diharapkan, setiap
Muslim merasa terikat dalam satu persaudaraan dan kekeluargaan.Apa yang dilakukan
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 25
Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
2.5.2.3. Perjanjian bantu membantu antara sesama kaum Muslim dan non Muslim.
Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak memeluk agama Islam. Di
Madinah, di samping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi
dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas
masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan
mereka.Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai
suatu komunitas dikeluarkan.Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang
politik dan keagamaan.Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat
berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar.Dalam perjanjian itu
jelas disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala pemerintah karena sejauh menyangkut
peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau.Dalam bidang sosial,
dia juga meletakkan dasar persamaan antara sesama manusia.Perjanjian ini dalam pandangan
ketatanegaraan sekarang sering disebut dengan Konstitusi Madinah.
Perang pertama yang sangat menentukan menentukan masa depan Islam ini adalah:
a. Perang Badar
b. Perang Uhud
c. Perang Khandaq
d. Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyaratkan, Nabi memimpin sekitar seribu
kaum muslimin berangkat ke makkah, bukan untuk berperang, melainkan untuk ,melakukan
ibadah umrah, karena itu, mereka mengenakan pakaian ihram tanpa membawa senjata.
Sebelum tiba di makkah, mereka berkemah di hudaibiyah, beberapa kilometer dari mekkah.
Namun penduduk mekah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan
perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah yang isinya diantaranya:
1. Kaum Muslimin belom boleh mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai
tahun depan.
2. Lama kunjungan dibatasi sampai tiga hari saja.
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 26
3. Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah yang melarikan diri ke
Madinah, sedangkan sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah
yang kembali ke Makkah.
4. Selama sepuluh tahun diberlakukan genjatan senjata antara masyarakat Madinah dan Makkah
5. Tiap Kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum Muslimin,
bebas melakukannya tanpa mendapat rintanga.
Setelah Perjanjian Hudaibiyah, situasi jauh lebih tenang dibandingkan dengan
sebelumnya, maka Nabi Muhammad SAW, menyurat kepada sekian penguasa di luar Jazirah
Arab untuk mengajak mereka untuk mengajak mereka memeluk agama Islam. Ini
menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW, diutus bukan saja untuk penduduk Jazirah
Arab, tetapi juga untuk seluruh manusia di persada bumi ini.
Pada tahun ke-9 dan 10 H (630-632) setelah penaklukkan Mekkah/Fath Mekkah,
banyak suku dari berbagai pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad
menyatakan ketundukan mereka.
Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir (haji wada’) tahun 10 H
(631M), Nabi Muhammad menyampaikan Kotbahnya yang sangat bersejarah. Isi kotbah itu
antara lain:
1) Larangan menumpahkan darah kecuali denga haq
2) Larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa dan harta benda adalah
suci
3) Larangan riba dan menganiaya
4) Perintah untuk memperlakukan istri dengan baik dan lemah lembut dan menjauhi dosa
5) Semua pertengkaran di zaman jahiliyah harus dimaafkan
6) Balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana berlaku di zaman jahiliyah tidak lagi
dibenarkan
7) Persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan
8) Hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik
9) Umat Islam selalu berpegang dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 27
Setelah itu, Nabi Muhammad segera kembali ke Madinah.Dua bulan setelah itu, Nabi
menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang..pada hari senin, tanggal 12
Rabi’ul awal 11 H/7 juni 632 M, Nabi Muhammad SAW wafat di rumah istrinya Aisyah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan Islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia yang
berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah
dan berkembang. Hasil akal, budi rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.Sejarah Islam
mencatat bahwa perkembangan kebudayaan dalam Islam diawali dari periode klasik dan
mencapai masa kejayaan pada dinasti Abbassiyah dan kemudian mengalami masa
kemunduran pada abad pertengahan, diantara penyebabnya adalah pada saat itu umat Islam
terlena oleh kemewahan yang bersifat material dan tidak mau melanjutkan tradisi
keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar masa klasik dan pertengahan.
Masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam mempunyai dua fungsi pokok, yaitu :
(1) sebagai pusat ibadah ritual dan (2) sebagai pusat ibadah sosial. Sebagai pusat ibadah ritual
berarti menyangkut hubungan vertikal (dengan Allah) dan sebagai pusat ibadah sosial artinya
hubungan manusia dengan manusia yang lainnya, hidup saling tolong menolong dan
bergotong royong memajukan agama dan bangsa.
Kata “agama dan kebudayaan” merupakan dua kata yang seringkali bertumpang
tindih, sehingga mengaburkan pemahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang
menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang
menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali
membingungkan ketika kita harus meletakkan agama (islam) dalam konteks kehidupan kita
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 28
sehari-hari.Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan islam
dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan islam dengan
landasan konsep yang berasal dari islam pula.
3.2 Saran
Sebagai umat islam seharusnya mengetahui bahwa didalam Al- Qur’an dan Hadits
telah diatur mengenai kebudayaan Islam. Dan juga menyadari bahwa masjid merupakan pusat
kebudayaan Islam yang tidak hanya sebagai tempat untuk beribadah, namun juga sebagai
tempat untuk menimba ilmu, untuk musyawarah, untuk menjalankan program pengentasan
kemiskinan dan lain- lain.
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 29
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Munir Mulkhan. Ideologi Gerakan Dakwah : Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir (Yogyakarta: Sipress, 1996).
Al-Buthy. Muhammad Sa’id Ramadhan, Sirah Nabawiyah Analisis Ilmiah Manhajiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW, (Jakarta: Robbani Press, 2010)
Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Asyari, Musa. 1992.” Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Quran”. LESFI :Yogyakarta
Athiyah Al-Abrasyi, Dasar –Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1984).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta :Gema Insani Press , 1988).
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Rekfleksi Historis (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1997).
Gazalba, Sidi.1975. “Masjid (Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam)”. Penerbit Pustaka Antara :Jakarta.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan (Jakarta : Gramedia, 1976).
Larson, Donald N. and William A. Smalley. 1984. Becoming bilingual: A guide to language learning. Lanham, MD: University Press of America, Inc.
M.M.Djojodiguno, Asas – Asas Sosiologi (1958).
Muhaimin dan Abd. Mujid, Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofik dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya (Bandung: Trigenda Karya, 1993).
Nostrand, Howard. 1989. Authentic texts and cultural authenticity: An editorial. Modern Language Journal.
Shweder, Richard A . 1991. Thinking through Cultures: Expeditions in Cultural Psychology. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Thohir. Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009)
Tim Dosen PAI. 2012. Buku Daras Pendidikan Agama Islam di Universitas Brawijaya. Malang: PPA Universitas Brawijaya.
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 30
Wardiman Djojonegoro, “Pembinaan Nilai Islam dalam Pengembangan Budaya Nasional” dalam Aswab Mahasin dkk.,Ruh Islam dalam Budaya Bangsa : Wacana Antar Agama dan Bangsa (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1996).
Yatim. Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011)
Yusuf Al- Qardhawy, Islam Inklusif dan Ekslusif, terjemahan Nabhani Idris (Jakarta : Pustaka Al – Kautsar , 2001).
Pendidikan Agama Islam |Pandangan Islam Tentang Kebudayaan|Kelas B 31