Post on 10-Feb-2018
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
1/27
1
BAB I
PENDAHULUAN
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang/membujur
dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa
jenis letak sungsang, yakni: Presentasi bokong (frank breech), Presentasi bokong kaki
sempurna (complete breech), Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(incomplete or footling).
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi
bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya.Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada
presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi
bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia, trauma
persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada
presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
2/27
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIENNama : Ny. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 22 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Kalijaya, Kab. KarawangSuku : Sunda
No. RM : 50.58.46
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn. J
Umur : 30 thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : buruh
Agama : Islam
Alamat : Kalijaya, Kab. Karawang
II. ANAMNESISAutoanamnesis dilakukan di kamar bersalin RSUD Karawang pada tanggal 5 Agustus
2013 pukul 20.30 WIB
A.Keluhan Utama
Rujukam dari bidan dengan letak sungsang, pasien mulas sejak satu hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS)
B.Riwayat Penyakit Sekarang
G1P0A0, datang ke kamar bersalin RSUD Karawang, rujukan dari bidan dengan letak
sungsang. OS mengeluh mulas sejak 1 hari SMRS dan keluar air-air dari jalan lahir
sejak 6 jam SMRS. OS tidak merasa terdapatnya keluar lendir maupun lendir darah.
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
3/27
3
OS merasa penuh di bagian perut atas dan gerakan janin lebih banyak terasa di bagian
bawah perut. OS tidak merasa adanya pusing, pandangan kabur, maupun nyeri ulu
hati.
OS mengaku melakukan antenatal care secara teratur di bidan, dan telah dilakukan
imunisasi TT sebanyak 2 kali.
OS pernah melakukan USG sebanyak 2x di dokter. USG terakhir dilakukan 5 hari
SMRS, dikatakan sungsang.
C.Riwayat Haid
HPHT : 11 November 2012
Taksiran Partus : 18 Agustus 2013
Usia Kehamilan : 40 minggu
Menarche : 12 tahun
Siklus Haid : Teratur (antara 28-30 hari)
Lama Haid : 5-7 hari
Banyaknya : 2-3 pembalut per hari
Dismenore : (-)
D.Riwayat Perkawinan
Status : Menikah, 1x
Usia saat menikah : 20 tahun
E.Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
I. Hamil ini
F.Riwayat Penyakit Dahulu
Darah Tinggi (-)
Kencing Manis (-)
Asma (-)
Alergi (-)
Riwayat operasi (-)
G.Riwayat Keluarga Berencana
Riwayat KB pil selama satu tahun, kemudian berhenti KB.
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
4/27
4
H.Riwayat Kebiasaan
Merokok (-)
Minum Alkohol (-)
Jamu-jamuan (-)
Menggunakan narkoba ataupun konsumsi obat-obatan (-)
III.PEMERIKSAAN FISIK
A.STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36.2C
Pernapasan : 18 x/menit
Kepala : Normochepali, deformitas (-)
Mata : CA -/-, SI -/-
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar,
Tiroid tidak teraba membesar
Thoraks
Cor : BJ 1 - BJ 2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai usia kehamilan, BU (+) 2x/menit
Ekstremitas atas : Akral dingin -/-, edema -/-, capillary refill time< 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral dingin -/-, edema -/-
B.STATUS OBSTETRIK
Leopold
o I : bulat, melenting (kepala)
o II : punggung kanan
o
III : bulat, tidak melenting (bokong)
o IV : sudah masuk PAP 3/5
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
5/27
5
TFU 29 cm
TBJ = (29-12) x 155 =17 x 155= 2635 gram
His 4x/ 10/40
DJJ 145 dpm Genitalia
o Inspeksi vulva membuka, perdarahan aktif (-)
o Inspekulo: portio livid, licin, ostium uterus eksterna terbuka, fl(+), flx(-
), valsava (+)
o VT: portio lunak, anterior, pembukaan lengkap, selaput ketuban (-),
presentasi bokong di Hodge III-IV
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium tanggal 05/08/2013
a. Hematologi
Hb : 11,5 g/dl
Leukosit : 11.540 /mm3
Trombosit : 170.000 /mm3
Hematokrit : 32 %
Masa perdarahan : 2
Masa pembekuan : 12
GDS : 105 mg/dl
b. Serologi
HBSAg : nonreaktif
Golongan Darah : O (+)
c. Urin
Protein urin (-)
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
6/27
6
CTG
Interpretasi: CTG reassuring
Baseline 130 bpm, Variabilitas 5-40 bpm, Akselerasi (+), Deselerasi (-)
V.
RESUMEOS G2P1A0 usia kehamilan 40 minggu datang ke ruang bersalin RSUD
Karawang, rujukan dari bidan dengan sungsang. OS mengeluh mulas sejak 1 hari
SMRS, keluar air-air pervaginam sejak 6 jam SMRS. Keluar lendir dan perdarahan
pervaginam negatif. OS merasa penuh di bagian perut atas dan gerakan janin lebih
banyak terasa di bagian bawah perut. Tidak ada keluhan pusing, pandangan kabur,
maupun nyeri ulu hati. 5 hari SMRS OS melakukan USG, dan didapatkan hasilnya
sungsang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tanda vital: TD: 130/80mmHg, N: 84x/menit,
P: 18x/menit, S: 36.2 oC. Status generalis didapatkan dalam batas normal. Status
obstetrik didapatkan Leopold I: bulat, melenting (kepala), II: punggung kanan, III:
bulat, tidak melenting (bokong), IV: bagian bawah janin sudah masuk PAP 3/5. TFU
29 cm, His 4x/10/40, DJJ 145 dpm. TBJ 2635 gr. Genitalia Inspeksi vulva
membuka, perdarahan aktif (-). Inspekulo: portio livid, licin, ostium uterus eksterna
terbuka, fl(+), flx(-), valsava (+). VT: portio lunak, anterior, pembukaan lengkap,
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
7/27
7
selaput ketuban (-), presentasi bokong di Hodge III-IV. Pada pemeriksaan penunjang
didapatkan Hb:11,5 g/dl, Leukosit:11.540 /mm3, dan CTG reassuring.
VI.DIAGNOSIS KERJAPK II pada G1P1A0 hamil aterm Janin presentasi Bokong Tunggal Hidup ketuban
pecah 6 jam, air ketuban berkurang.
VII.PROGNOSISAd vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
VIII. PENATALAKSANAANZA score = 5dilahirkan per vaginam
Paritas = primigravida0
Pernah letak sungsang = tidak0
TBJ = 2635 gr2
Usia kehamilan = 40 minggu0
Station= 1
Pembukaan serviks = lengkap2
SPONTAN BRACHT
Tanggal : 05 Agustus 2013, 20.50
- Ibu dibantu / didampingi meneran sesuai dengan datangnya his
- Bokong turun sesuai sumbu jalan lahir sehingga tampak di vulva
- Perineum meregang dilakukam episiotomi mediolateral
- Dengan fleksi lateral dilahirkan berturut-turut bokong, tungkai atas dan bawah
- Mengedan lagi lahir bahu depan, belakang sampai batas rambut belakang.
- Secara spontan bracht kedua kaki dipegang ke arah perut ibu (Femuro Pelvicum), dan
dengan bantuan perasat Wigan Martin Winckle lahir berturut turut dagu, mulut, dahi
dan seluruh kepala.
- Lahir spontan bayi perempuan, BB 2400 gr, PB 45 cm
-Air ketuban jernih
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
8/27
8
- Tali pusat dijepit dan dipotong, bayi dibawa ke radiant warmer dikeringkan,
diposisikan dan dilakukan rangsang taktil, bayi kemerahan, menangis kuat, AS 8/9
- Ibu disuntik oksitosin 10 IU IM
- Dilakukan peregangan tali pusat terkendali
- Lahir spontan plasenta lengkap, 400 gram
- Dilakukan masase fundus, kontraksi baik
- Pada eksplorasi selanjutnya didapatkan perineum ruptur grade II, dilakukan
perineoraphy
- Perdarahan kala III-IV 300 cc
FOLLOW-UP
6/5/2013
S : nyeri jahitan VAS II (+), mobilisasi aktif, ASI (-), BAK lancar, BAB (+)
O : T = 110/80,
N = 86x/menit
S = 36.6C
P = 18x/menit
St. Generalis:
-
KU/Kes: Tampak sakit ringan/ CM
- Mata : CA -/-, SI-/-
- Thoraks : Cor dan pulmo dbn
- Extremitas: Akral hangat, oedem -/-
St. Obstetri:
- TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
- V/U: Tenang, perdarahan aktif (-), lochia (+)
A : P2A0 post partus maturus spontan bracht + perineoraphy NH1
P : Cefadroxil 2x500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
7/5/2013
S : nyeri jahitan (-), mobilisasi aktif, ASI (+), BAK lancar, BAB (+)
O : T = 120/80,
N = 88x/menit
S = 36.3C
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
9/27
9
P = 18x/menit
St. Generalis:
- KU/Kes: Tampak sakit ringan/ CM
- Mata : CA -/-, SI-/-
- Thoraks : Cor dan pulmo dbn
- Extremitas: Akral hangat, oedem -/-
St. Obstetri:
- TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik
- V/U: Tenang, perdarahan aktif (-), lochia (+)
A : P2A0 post partus maturus spontan bracht + perineoraphy NH2
P : Cefadroxil 2x500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Pasien dinyatakan boleh pulang.
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
10/27
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, jika dilihat dari definisi merupakan kehamilan dengan letak
sungsang, di mana keadaan janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong di bagian bawah kavum uteri. Sesuai dengan teori yang ada bahwa diagnosis pada
pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan ibu hamil merasakan perut terasa penuh di bagian atas dan
gerakan janin lebih banyak di bagian bawah rahim. OS juga pernah melakukan USG 5
hari SMRS, dan hasilnya dikatakan janin letak sungsang. Pada pemeriksaan luar
berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I di fundus teraba bagianyang bulat dan melenting yakni kepala. Leopold II teraba punggung di sisi kanan dan
bagian kecil disisi kiri. Leopold III-IV teraba bulat dan tidak melenting yakni bokong,
sudah masuk PAP 3/5. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut
jantung janin (DJJ) 145x/menit ditemukan setinggi umbilikus. Dalam hal ini, setelah
pemeriksaan abdomen dilakukan ternyata hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai
dengan teori yang ada pada kehamilan letak sungsang. Pada pemeriksaan vaginal toucher,
didapatkan portio lunak, tipis, anterior, pembukaan lengkap, selaput ketuban (-), dan
teraba bokong di Hodge III.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan evaluasi awal pada penderita ini didapatkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Persentasi bokong murni
2. Perkiraan berat janin yang masih dalam batas normal (2635 g)
3. Tidak ada kelainan letak pada tali pusat
4. Tidak ada riwayat seksio sesaria
5. Dari pengukuran dengan ZA skor didapatkan skor = 5
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
11/27
11
Skor Zachtuchni Andros
Parameter Nilai
0 1 2
Paritas Primi Multi -Pernah letak sungsang Tidak 1 kali 2 kali
TBJ > 3650 g 3649-3176 g < 3176 g
Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Station < -3 -2 -1 atau >
Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm
6. Penderita tidak ada riwayat obstetrik yang buruk
7. His yang adekuat yaitu 4x/10 menit dengan durasi selama 40 detik
8. Denyut jantung janin yang baik yaitu 145 x/menit (regular)
9. Kemajuan persalinan yang baik yaitu hingga mencapai pembukaan lengkap.
Dengan adanya tanda-tanda diatas penderita ini diusahakan lahir dengan cara
pervaginam, karena dengan lahirnya pervaginam dapat dihindari risiko-risiko pada ibu
dan janinnya.
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
12/27
12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada
posisi aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri 2,3,4,7,9
Gambar IV.1 Letak Sungsang
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:
1. Presentasi bokong (frank breech) (50-70%).
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat
ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan
demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong (1,4).
2. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) ( 5-10%).
Pada presentasi bokong kaki sempurna, disamping bokong dapat diraba kaki
(1,4).
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or
footling) (10-30%).Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di
samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki
bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki (1,4).
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
13/27
13
Gambar IV.2 Jenis-jenis letak Sungsang
PREVALENSIKejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal.(1,3) Insiden terbanyak terdapat pada usia kehamilan 28 minggu, dan seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan, insidens semakin berkurang.(2,9) Biasanya terjadi
koreksi spontan pada usia kehamilan 34 minggu menjadi presentasi kepala.(2)
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian
perinatal pada presentasi kepala. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong
: hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital (1,2,4).
PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang
(6).
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala (6).
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
14/27
14
ETIOLOGI
Faktorfaktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah :
1. Prematuritas
2. Multiparitas
Rahim ibu yang telah melahirkan banyak anak sudah sangat elastis dan akan membuat
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
3. Kehamilan kembar
Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat.
Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan
bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
4. Polihidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak
walau sudah memasuki trimester ketiga.
5. Hidrosefalus
Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin
mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim (fundus uteri).
6. Panggul sempit
Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang
(kepala bayi akan sulit berputar kea rah bawah)
7. Kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus, uterus berseptum, kelemahan
dinding uterus akibat multiparitas, dan adanya tumor uterus.
Adanya kelainan letak implantasi plasenta ( plasenta previa ) juga menyebabkan
terjadinya letak sungsang. Ini dikarenakan adanya plasenta yang menutupi jalan lahir
sehingga mengurangi luas ruangan dalam rahim dan akibatnya, janin berusaha mencari
tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim. Panjang tali pusat yang terlalu pendek
juga akan menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang.2,14
DIAGNOSIS
Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.2 Dari anamnesis, kehamilan letak
sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari
kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh di bagian atas dan gerakan janin lebih
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
15/27
15
banyak di bagian bawah. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada
yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I
di fundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba
punggung di satu sisi dan bagian kecil di sisi lain. Leopold III-IV teraba bokong di bagian
bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus (1,4).
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,
misalnya karena dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air
ketuban, maka diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan dalam.2,5Setelah ketuban pecah
dapat lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas
iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat
tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-
jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong, sedangkan
pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya teraba satu kaki di samping bokong.
Pemeriksaan penunjang dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan
luar dan dalam. Sebagai pemeriksaan penunjang, penggunaan USG dan MRI dapat
dipertimbangkan. USG dapat menentukan ukuran kepala, diameter biparietal, derajat
fleksi janin, adanya anomali janin, jumlah air ketuban, letak plasenta, adanya kehamilan
ganda, abnormalitas uterus, serta taksiran berat janin dan usia gestasi.5 Selain itu USG
juga dapat untuk mencari kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
Sedangkan MRI merupakan jenis pemeriksaan radiologis yang relatif tidak
membahayakan untuk janin maupun ibu.5
Gambar IV.3 Foto pemeriksaan penunjang pada letak lintang
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
16/27
16
DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan dengan letak
muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih ditemukan kemiripan. Ini
dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan jari yang
dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii
sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan
dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan (1,4).
PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa dari letak sungsang yakni
dengan USG: seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan
uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position
atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi) (1).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya
versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar
janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit
dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
Gambar IV.4 Versi luar pada letak sungsang
Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut
jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar;
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
17/27
17
panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta
previa(1,2,4). Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan
keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan,frank breech, letak lintang.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis
harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya
tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada versi luar (4).
Versi luar dihentikan bila dijumpai keadaan adanya hambatan, nyeri, dan gangguan
denyut jantung janin, baik berupa peningkatan atau penurunan yang nyata maupun
berupa iregularitas.2,3,4
2. Dalam Persalinan
Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau
perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada
pembukaan dan penurunan bokong (1,4). Syarat persalinan pervaginam pada letak
sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech),pelvimetri,
klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan
indikasi CPD, kepala fleksi.
Jenis-jenis persalinan sungsang:
1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin
dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong.
c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).(9)
Prosedur pertolongan persalinan spontan (spontaneous breech)
Tahapan :
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
18/27
18
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat
(skapula depan).
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali
lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran .janin
harus selalu disediakan cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika
timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat
bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin
intramuskuler.
3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis
pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat
badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiperlordossis, seorang asisten
melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul.
Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan,
dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat
tali pusat.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong
tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati
persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang
dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi pada keadaan panggul sempit,
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
19/27
19
janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit
atau menunjuk. (9)
Prosedur Manual Aid
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan,
misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal
sudah direncanakan untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Persalinan secara bracht sampai pusat lahir.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a) Klasik (Deventer)
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan
lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas
(sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawaah
simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut
janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk
menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Keuntunga cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua
persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi
didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir
yang dapat manimbulkan infeksi.
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
20/27
20
Gambar IV.5. Cara Klasik/Deventer
b) Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan
bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik
yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari
telunjuk pada krista iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke
atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam
jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.
Gambar IV.6. Cara Mueller
c) Lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam
setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah
sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah
simpisis dan lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan
jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahay
infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan
primigravida, janin besar, panggul sempit.
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
21/27
21
Gambar IV.7. Cara Loevset
d) Bickenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala (after coming head),dapat dengan cara:
a) Mauriceau (Veit-Smellie)
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari
keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik
kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi
kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang
mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak
dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
Gambar IV.8. Cara Mauriceau
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
22/27
22
b) Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang
mencengkeram leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan
dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini
tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
c) Wigand Martin-Winckel
d) Prague terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang
dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan
kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin
sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion,
kepala janin dapat dilahirkan.
Gambar IV.9. Perasat Prague Terbalik
e) Cunam piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan
janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper
sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja
cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang.
Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi
dan akhirnya seluruh kepala lahir. (9),
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
23/27
23
Gambar IV.10. Perasat Mauriceau dengan cunam piper
Prosedur Ekstraksi Sungsang
1. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan
fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang di luar
mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi, pergelangan kaki
dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas
lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai
pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter
depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas
sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah bokong lahir maka
untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan
janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan
janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.
2. Teknik ekstraksi bokong
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada
di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang
searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan
paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam kebawah,
sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain
segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir. Setelah
bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks kemudian janin dapat
dilahirkan dengan cara manual aid.(9)
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
24/27
24
Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria merupakan yang terbaik ditinjau
dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam
memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak
baik pada waktu persalinan maupun baru di kemudian hari.
Beberapa kriteria yang dapat menentukan bahwa letak sungsang harus dilahirkan
perabdominam, misalnya : primigravida tua, nilai sosial janin tinggi, riwayat
persalinan yang buruk, janin besar (lebih dari 3,5kg-4kg), dicurigai adanya
kesempitan panggul, dan prematuritas. Zatuchni dan Andros telah membuat suatu
indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan
pervaginam atau per-abdominam, sebagai berikut:
Skor Zachtuchni Andros
Parameter Nilai
0 1 2
Paritas Primi Multi -
Pernah letak sungsang Tidak 1 kali 2 kali
TBJ > 3650 g 3649-3176 g < 3176 g
Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu
Station < -3 -2 -1 atau >
Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm
Arti nilai:
3 : Persalinan perabdominam
4 : Evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam.
>5 : Dilahirkan pervaginam.(9)
KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Faktor ibu:
- Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
- Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
- Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
2.
Faktor bayi:
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
25/27
25
- Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-
alat vital intra-abdominal.
- Infeksi karena manipulasi
- Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, rupture
alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan
pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga,
mulut), asfiksisa sampai lahir mati (1,3,4).
PROGNOSIS
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali
pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta
akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir.
Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan
membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut
lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas.
Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai
pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna, tetapi jarang
dijumpai pada presentasi bokong (1, 7).
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
26/27
26
BAB IV
KESIMPULAN
Disebut letak sungsang apabila janin membujur dalam rahim dengan
bokong/kaki pada bagian bawah. Tergantung dari bagian terendah dapat dibedakan
menjadi: presentasi bokng murni, bokong kaki, kaki. Diagnosis berdasarkan
pemeriksaan fisik yaitu palpasi Leopold I didapatkan kepala, Leopold II teraba
punggung di satu sisi dan bagian kecil di sisi lain, Leopold III-IV bokong terba
dibagian bawah rahim dan dilakukan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan penunjang
dengan ultrasonografi dan MRI.
Penanggulangan letak sungsang yakni:
1. Waktu hamil (antenatal) yaitu untuk kehamilan 28-30 minggu dilakukan untuk
mencari kausa dengan USG. Jika tidak ada kelainan dapat dilakukan knee chest
positionatau dengan versi luar.
2. Waktu persalinan yaitu dapat pervaginam dengan cara spontan Bracht, Manual
Aid/Lovset-Mauriceau, total ekstraksi. Persalinan perabdominal (seksio sesaria)
dipilih jika persalinan pervaginam sukar dan berbahaya (ZA skor 3), tali pusat
menumbung pada primi/multigravida, distosia, premature/postmatur, riwayat
obstetrik buruk, nilai janin tinggi dan terdapat komplikasi kehamilan dan
persalinan seperti hipertensi dalam kehamilan, ketuban pecah dini.
7/22/2019 Ria SUNGSANG (Autosaved)
27/27
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22stedition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-
536.
2. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available from:http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html.(Accessed: 2013, August 3th).
3. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal and
problem pregnancies. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone. Ltd. 2000:478-
90.
4. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome
of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol
2002;187:1694-8.
5. Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan Kandungan
dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 174-201.
6. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian
patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang, 1983;15-
33.
7. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi
keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 606-622.
8. Jeremy Oats and Suzanne Abraham. 2005. Llewellyn-Jones Fundamentals of
Obstetrics and Gynaecology 8th Edition. Elsevier Mosby, Edinburgh: 168-171.
9.
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2005. Persalinan Sungsang, dalam Ilmu Bedah
Kebidanan, edisi pertama cetakan keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 104-122.
http://geocities.com/abudims/cklobpt9.htmlhttp://geocities.com/abudims/cklobpt9.html