Post on 02-Feb-2016
description
Pneumonia (4A)
Anamnesis
Identitas: Bp. Andi, usia 55 tahun, pekerjaan: supir, alamat: Condong Catur Keluhan Utama:
o Batuk 1 minggu, terus menerus, bertambah parah saat aktivitas. Batuk berdahak,
kental, hijau-kekuningan. Agak membaik jika minum yang hangat. Pernah diobati dengan obat Komix, namun tidak berefek.
Batuk telah terjadi 1 minggu, masih ada banyak kemungkinan diagnosis penyakit respirasi. Namun, diceritakan bahwa batuknya berdahak dan dahaknya kental berwarna hijau-kekuningan mengarah ke infeksi bakteri. Karena itu, tidak mempan hanya dengan obat batuk biasa.
Keluhan Penyerta:o Nafsu makan menurun, namun belum terasa jika BB turun.
o Sesak nafas
o Terasa panas di dada
Tidak ada pilek ataupun gangguan di saluran nafas atas sebelumnya, hal ini berarti penyakit ini tidak masuk dari atas, berarti perkembangannya di bawah (paru).
Nafsu makan menurun, belum pasti mengapa terjadi namun ada yang mengatakan penurunan nafsu makan pada penyakit respirasi karena paru bekerja keras untuk bernafas, dan menggunakan banyak energi.
Sesak nafas karena bakteri Pneumonia menyempitkan saluran bronkus, sehingga membuat pasien sulit bernafas. Oleh karena hal itu, pernafasan menjadi lebih cepat (takipnea) untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan.
Terasa panas di dada karena infeksi bakteri yang ada dalam parunya.
RPD:o Pernah mengalami hal yang sama 2 tahun yang lalu, sudah sembuh namun
kambuh-kambuhan, dan tidak pernah periksa ke dokter.o Tidak ada riwayat mondok
Hal yang sama pernah terjadi 2 tahun sebelumnya, bisa saja relaps dari penyakit dahulu, dan memungkinkan juga ini adalah gejala TB paru. Namun TB paru sudah tersingkirkan karena dijelaskan bahwa penyakitnya sembuh sendiri tanpa mengkonsumsi obat TB bahkan tanpa memeriksakan diri ke dokter.
RPK: Tidak ada Alergi: Tidak ada Life style: Merokok (+) : 1 hari 1 bungkus, Alkohol (-), Olahraga (-)
Merokok juga merupakan salah satu faktor risiko penyakit pneumonia, karena merokok dapat melemahkan bronkus serta mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yaitu mempermudah bertahannya bakteri maupun virus Pneumonia, sehingga merusak jaringan paru. Ditambah dengan kurangnya olah raga, semakin menurunkan imunitas pasien.
Pemeriksaan Fisik:
Vital Sign: o TD 110/80
o Suhu 38,4oC (demam)
o Nadi 110x/menit (takikardi)
o Nafas 24x/menit (takipnea)
Tekanan darah normal; suhunya agak tinggi (demam) dikarenakan infeksi bakteri yang terjadi; takikardi naik dikarenakan kenaikan suhu yang terjadi (setiap kenaikan 1oC meningkatkan nadi sebesar 10x/menit). Takipnea terjadi karena sesak nafas yang diakibatkan penyempitan saluran bronkus akibat bakteri Pneumonia tersebut.
Keadaan Umum: Lemas, gizi cukup, compos mentis Konjungtiva tidak anemis, tidak bernafas dengan cuping hidung
Tidak tampak anemia yang bisa terjadi jika ada perdarahan jika ditemukan anemia, mengarah ke TB, hematotorax, dsb. Ini berarti tidak terjadi perdarahan masif sehingga anemia.Tidak bernafas dengan cuping hidung masih mampu bernafas dengan baik.
Pemeriksaan paru:o Inspeksi : Normal
o Palpasi : Fremitus meningkat pada regio kiri bawah
o Perkusi : Redup pada region kiri bawah
o Auskultasi : Terdengar crackles pada basal paru kiri
Inspeksi tampak normal, tidak ada ketinggalan gerakan nafas dada, tidak ada tanda penggunaan otot bantu nafas maupun retraksi sela iga yang mungkin terjadi dalam pneumonia yang lebih berat.
Pada bagian bawah dari paru kiri, fremitus meningkat, pada perkusi terdengar redup, dan pada auskultasi terdengar crackles. Ini berarti pada lobus inferior sinistra paru terdapat inflamasi pada jaringan paru. Hal ini dikarenakan peradangan parenkim paru yang disebabkan bakteri.
Bunyi crackles merupakan bunyi abnormal paru non kontinyu yang terjadi akibat pembukaan kembali jalan napas yang menutup, dan terdengar selama inspirasi.(udara melewati cairan)
- Crackles halus: meletup, terpatah-patah. Seperti rambut yang digesekkan. Penyebabnya: udara melewati daerah lembab di alveoli atau bronkiolus.
- Creckes kasar: parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong. Penyebab: aliran udara melewati cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar.
Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang diperlukan sesuai dengan indikasi adalah: Darah rutin Kultur dahak Rontgen Toraks
Darah rutin ini untuk melihat tanda-tanda infeksi dari peningkatan leukosit Hasilnya terjadi leukositosis yang merupakan tanda dari infeksi bakteri
Kultur dahak perlu dilakukan karena pasien mengeluhkan adanya dahak berwarna hijau kekuningan, yang mengindikasikan adanya infeksi bakteri yang menghasilkan eksudat seperti itu, selain itu dari kultur dahak dokter dapat mengetahui mikroorganisme penyebab penyakit pasien.
Hasilnya ditemukan bakteri S. pneumonia, hal ini menunjukkan bahwa penyebab penyakit ini adalah bakteri S. pneumonia tersebut, menguatkan diagnosis pneumonia.
Rontgen toraks, dilakukan karena adanya keluhan sesak serta dari auskultasi suara paru ditemukan suara crakcles, sehingga terdapat kecurigaan mengarah ke pneumonia karena terdapat cairan di dalam alveolus pasien.
Hasilnya corakan bronchovaskular menebal, terlihat infiltrat pada basal paru kiri.Corakan bronchovaskular yang menebal menunjukkan adanya peningkatan aliran darah ke paru paru, sedangkan infiltrat pada basal paru kiri ini merupakan akibat dari kolonisasi bakteri pneumonia yang kemudian menyebabkan banyaknya cairan eksudat hijau kekuningan, fremitus meningkat di daerah basal paru kiri, suara redup pada perkusi dan juga auskultasi yang menunjukkan suara crackles.
Diagnosis Banding
TB Paru Bronkitis
Diagnosis Kerja:
J18.9 Pneumonia (4A)
Terapi Farmakologis
Terapi yang dapat diberikan pada pasien adalah simptomatik dan juga terapi untuk membunuh bakteri penyebab. Terapi simtomatiknya adalah antipiretik untuk menamgami demam pada pasien dan ekspektoran untuk menangani batuk berdahaknya. Antibiotik yang cocok diberikan pada pasien pneumonia sebagai firstline untuk terapinya adalah amoxicillin.
R/ tab. Amoxicillin 500 mg no. XV ∫ O.8.h. tab I p.c. (habiskan)R/ tab. Paracetamol 500 mg no. X ∫ p.r.n. tab I p.c. (demam)R/ tab. Ambroxol 30 mg no. X ∫ 3.d.d. tab I
Edukasi Menggunakan masker selama masa penyembuhan agar tidak menular pada keluarga dan
orang-orang disekitar. Karena pneumonia disebabkan oleh bakteri pneumonia. Pasien disarankan untuk tidak meludah sembarangan karena juga dapat menjadi sumber
penularan pneumonia. Pasien diharuskan untuk berhenti merokok karena merokok dapat memperlambat
penyembuhan atau menyebabkan kekambuhan. Pasien diminta untuk cukup istirahat dan makan makanan yang bergizi agar kondisi
fisiknya cukup kuat untuk melawan bakteri yang menginfeksi. Daya tahan yang kuat akan menghindari kita terserang infeksi.
Antibiotik harus dihabiskan dan diminum sesuai aturan agar tidak terjadi resistensi antibiotik.
Diagnosis banding seperti yang disebutkan diatas karena keluhan pada awalnya adalah batuk berdahak, dan adanya riwayat batuk seperti ini sebelumnya kemungkinan TB ParuKarena batuk merupakan salah satu keluhannya, ditambah dengan infeksi bakteri yang bisa mengarah ke bronkitis.
BRONKITIS (4A)
Anamnesis :1. Identitas : Bp. Bajuri 22 tahun, pekerjaan : mahasiswa, alamat: jl. Kaliurang km 52. Keluhan utama : batuk berdahak sejak seminggu yang lalu. Dahak berwarna kuning
kental. Batuk dirasakan sepanjang hari dan hilang timbul. Tidak disertai dengan sesak nafas dan tidak mengganggu tidur. Batuk baru pertama kali dialami dan disekitarnya tidak ada yang mengalami hal serupa. Sebelumnya pasien pernah demam, bersin, pilek 2 hari pertama.
3. Kelupahan penyerta : nyeri di dada dan otot
4. Riwayat pengobatan : belum berobat hanya minum air hangat5. RPD : belum pernah mengalami kondisi seperti sekarang, mondok (-)6. RPK : -7. Alergi : -8. Life style : merokok (-), alcohol (-), pola makan (baik)
Pemeriksaan fisik :1. Vital sign :
Tekanan darah : 110/70 Nadi : 96 Suhu : 37,5Nafas : 22
Kondisi umum pasien : compos mentis, tidak bernafas dengan cuping hidung
Keluhan yang dirasakan sekarang sejak seminggu yang lalu dapat disebabkan atau diawali dengan pasien terserang influenza oleh infeksi virus yang dapat turun ke saluran pernapasan bawah yaitu bronkus yang dapat disebabkan oleh penurunan system imun dari pasien, sehingga pada dua hari pertama pasien menunjukan gejala-gejala yang mengarah ke influenza yaitu merasakan pilek, demam dan bersin-bersin, karena salah satu etiologi bronchitis adalah infeksi virus (RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno).
Riwayat alergi perlu digali, untuk menyingkirkan kemungkinanan gejala tersebut mengarah ke asma karena pasien merasakan sesak nafas, sebelum ditegakan dan dipastikan melalui pemeriksaan fisik.
Secara umum kondisi vital dalam keadaan normal, kecuali pada suhu agak sedikit terjadi peningkatan namun masih normal dan pasien juga merasakan tidak demam. Peningkatan frekuensi pernapasan juga terjadi karena pasien merasa sesak nafas akibat adanya dilatasi dinding bronkus dan otot polos bronkus akibat adanya infeksi.
2. Pemeriksaan ParuInspeksi : normalAuskultasi : ronki dan wheezing pada lapang paru sebelah kiriPalpasi : fremitus sama di kedua lapang paru Perkusi : , sonor kedua lapang paru
Kondisi umum : composmentis, tidak
Pemeriksaan Penunjang: 1. Pemeriksaan darah rutin untuk melihat ada tidaknya leukositosis yang
menandakan adanya infeksi2. Foto rontgen paru, untuk menyingkirkan diagnosis. Di dapati hasil paru - paru
tidak ada kelainan dan hanya di temukan corak bronchovascular ringan di sekitar bronkus akibat dari proses peradangan bronkus.
3. Pemeriksaan sputum (BTA) untuk menyingkirkan TBC
Hasil inspeksi, auskultasi dan perkusi pada kedua lapang paru normal hanya saja pada auskultasi yang tidak normal hal ini menandakan bagian parunya normal dan yang bermasalah adalah dibagian saluran napasnya. Tujuan pemeriksaan auskultasi paru adalah untuk menentukan adanya perubahan dalam saluran napas dan pengembangan paru. Dengan auskultasi dapat didengarkan suara napas, suara tambahan, suara bisik dan suara percakapan. Suara tambahan dari paru adalah suara yang tidak terdengar pada keadaan paru sehat. Suara ini timbul akibat dari adanya secret didalam saluran napas, penyempitan dari lumen saluran napas dan terbukanya acinus/ alveoli yang sebelumnya kolap. Karena banyaknya istilah suara tambahan, kita pakai saja istilah “ Ronki” yang dibagi menjadi 2 macam yaitu ronki basah dengan suara terputus- putus dan ronki kering dengan suara tidak terputus.Ronki basah kasar seperti suara gelembung udara besar yang pecah, terdengar pada saluran napas besar bila terisi banyak secret. Ronki basah sedang seperti suara gelembung kecil yang pecah, terdengar bila adanya secret pada saluaran napas kecil dan sedang, biasanya pada bronkiektasis dan bronkopneumonia. Ronki basah halus tidak mempunyai sifat gelembung lagi, terdengar seperti gesekan rambut, biasanya pada pneumonia dini.Ronki kering lebih mudah didengar pada fase ekspirasi, karena saluran napasnya menyempit. Ronki kering bernada tinggi disebut sibilan, terdengar mencicit/squacking, ronki kering akibat ada sumbatan saluran napas kecil disebut wheeze. Ronki kering bernada rendah akibat sumbatan sebagaian saluran napas besar disebut sonourous, terdengar seperti orang mengerang/ grouning.
Terapi:
1. Beta agonis inhaler (Salbutamol inhaler) sebagai bronkodilator untuk mengurangi bronkospasm. S.P.R.N (sesak nafas) s.u.c
2. cortico steroid inhaler (budesonide) sebagai anti inflamasi untuk mengurangi udem pada bronkus. S.P.R.N (sesak nafas) s.u.c
3. Antibiotik untuk pengobatan causatifBudesonide Salbutamol
Diagnosis banding : 1. Asma bronchial (karena ada ditemukan wheezing dan sesak nafas)2. influenza (karena, ada demam,nyeri otot, batu dan pilek)
Edukasi
1. Menggunakan masker selama masa penyembuhan agar tidak menular pada keluarga dan orang-orang disekitar. Karena bronchitis yang disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri dapat menular.
2. Pasien disarankan untuk tidak meludah sembarangan karena juga dapat menjadi sumber penularan.
3. Pasien diminta untuk cukup istirahat dan makan makanan yang bergizi agar kondisi fisiknya cukup kuat untuk melawan bakteri yang menginfeksi. Daya tahan yang kuat akan menghindari kita terserang infeksi.
4. Antibiotik harus dihabiskan dan diminum sesuai aturan agar tidak terjadi resistensi antibiotik.
ASMA BRONKIAL (4A)
1. Anamnesis
Bapak Bambang (40th) datang dengan keluhan utama, sesak napas. Keluhan mulai sejak tadi
malam. Pasien bercerita sesak sering dirasakan ketika malam hari dan pagi hari ketika cuaca
dingin dan ketika pasien kelelahan. Pada saat sesak pasien sering disertai dengan suara nafas
berbunyi “ngik-ngik” , merasa nafas jadi lebih berat. Dalam seminggu, dapat mengalami
sesak > 1 kali dan dalam sebulan dapat mengalami 3 kali sesak pada malam hari. Keluhan
penyerta, pasien mengalami batuk berdahak warna putih yang timbul bersamaan dengan
sesak napasnya. Untuk memepringan gejala, pasien merasa lebih baikan pada saat istirahat
dengan posisi duduk daripada berbaring, dengan tanpa minum obat atau tanpa diterapi.
Sebelumnya belum pernah pergi ke dokter untuk diperiksa sesaknya. Riwayat penyakit
dahulu, pasien bercerita sering mengalami hal serupa sejak pasien masih muda dan dirasa
bertambah berat akhir- akhir ini. Riwayat penyakit keluarga, tidak ada yang mengalami
gejala yang serupa. Gejala ini membuat pasien merasa terganggu apabila dengan aktivitas
berat, sesak mulai muncul. Tentang gaya hidup, pasien tidak merokok maupun minum
minuman beralkohol,jarang berolahraga. Riwayat alegi, pasien mengalami alergi dingin.
Dan pasien tidak sedang mengalami penyakit yang terkait jantung.
2. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : sedang, tampak sesak, tidak anemis
Kesdaran: Compos mentis
Tanda-tanda vital
TD: 120/80
Frek.denyut nadi: 124x/menit, regular
Frek. Napas: 28x/ menit
Suhu: 37,1 C
Pemriksaan Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, bentuk normochest, tidak ada pelebaran sela ig,
penggunan otot-otot bantu pernapasan (+)
Perkusi: fremitus kiri=kanan
Seharusnya melihat bats normal paru (katanya dokternya)
Batas paru-hepar : SIC VI anterior dekstra
Batas paru belakang kanan : Vertebra torakal X
Batas paru belakang kiri: vertebra thorakal XI
Palpasi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi: bronkovesikuler, rhonki (-/-), wheezing (+/+)
3. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : Foto Thoraks (untuk melihat keadaan paru)
Kondisi saat tidak terjadi serangan :
Corakan bronchovaskuler pada kedua paru dalam batas normal
Tidak tampak proses spesifik pada kedua paru
Cor dalam batas normal, diagfragma kesan baik
Tulang-tulang intak
Kesan: normal
Kondisi saat terjadi serangan :
Hiperinflasi paru tampak adanya radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis
diagfragma yang menurun
Laboratorium
Lab darah rutin
Hasil terilhat eosinofil meningkat
Pemeriksaan sputum
Adanya cristal-cristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal
eosinofil
Pemeriksaan tes kulit : mencari faktor alergi
4. Diagnosis Kerja
Asma bronchial persisten serangan sedang
5. Different diagnosis
PPOK
Bronkitis akut
6. Terapi
Terapi gawat darurat
O2 2L/menit via nasal canul
Nebulisasi dengan ©Combivent (agonis ß2 ipatropium bromide) selama 60menit
dengan penilaian ulangsetelah 1-2 jam.
Terapi rawat jalan
Salbutamol tab 3x2 mg
Ambroxol tab 3x30 mg
Prednison tab 3x5 mg atau dexamethason 3x1 mg
7. Edukasi
Menghindari faktor pencetus
Merencanakan pengobatan jangka panjang dengan pemberian obat-obatan pengontrol
dan pelega serta meminum obat-obatan tersebut secara teratur.
Mengatasi serangan asma dengan tepat dengan mengenal tanda serangan akut
bertambahnya gejala batuk, sesak, dan mengi. Dan tanda perburukan asma
peningkatan asma di malam hari, kebutuhan obat meningkat, aktivitas menurun
Memeriksakan diri dengan teratur guna monitoring perkembangan penyakit
Menjaga kebugaran dan olahraga
Makan makanan yang bergizi.
PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) ----- (3B)
Keluhan utama : Batuk
Sejak kapan ? Apakah batuk berlangsung terus menerus ataukah ada pada waktu waktu khusus
seperti malam hari atau pagi hari ? Apakah batuknya berdahak ? Jika ada dahak bagaimana karakteristik dahaknya ? Baik dari segi warna,
banyaknya dahak, kekentalan Apakah batuk berdarah ? Apakah nyeri saat batuk ? Apakah batuknya sudah pernah di obati ? Jika sudah pernah diobati, diobati dengan apa ? Apakah membaik ? Apakah ada hal yang bisa mengurangi atau meringankan batuknya ? Apakah ada hal yang bisa memperberat batuknya batuknya ? Apakah batuknya mengganggu aktifitas ?
Apakah nyeri saat batuk ?
Keluhan penyerta: sesak nafas
Sejak kapan ? apakah mulainya bersamaaan dengan batuk ? Apakah sesak nafas berlangsung terus menerus ? Sekali sesak nafas berapa lama onsetnya ? Sesak nafasnya lebih sering terjadi saat kapan ? Saat serangan sesak nafas terjadi, apa yang di lakukan ? Apakah sudah di obati ? Jika ia menggunakan obat apa ? Apakah membaik setelah di beri obat ? Adakah hal hal yang dapat memperberat sesak nafasnya ? Adalah hal hal yang dapat meringankan sesak nafasnya ?
Riwayat penyakit terdahulu
Apakah dulunya sudah pernah mengalami hal seperti ini? Jika ia dulu di obati dengan apa ? Apa diagnosisnya ? Bagimana pengobatannya ? Apakah ada riwayat mondok di rumah sakit ? Berapa lama ? Apakah punya riwayat asma / sesak nafas ?
Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga atau orang orang sekitar yang mengalami hal serupa ?
Life style
Apakah merokok ? Jika ia , sejak kapan ? Berapa batang rokok sehari ? Apakah sudah pernah berusaha menghentikanya ? Apakah semenjak sakit ada usaha berhenti merokok? Apakah sering berolohraga ? Berapa kali seminggu ? Olahraga apa yang sering di lakukan ? Sekali olahraga berapa lama ? Apakah makan 3 kali sehari ? Makanan apa yang sering di konsumsi? Apakah sering makan buah dan sayur ?
Pemeriksaan fisik
Vital sign ( pada kasus PPOK biasanya suhu dan tekanan darah normal tapi nandi dan pernafasan meningkat :
Pemeriksaan head to toe ( lihat keadaan umum pasien, lihat apakah ada konjungtiva anemis ?
Pemeriksaan fisik paru Inspeksi : bentuk dada barrel chest (bentuk dada seperti tong ), hipertrofi
otot otot bantu nafas Palpasi : sela iga melebar . Fremitus melemah Auskultasi : suara paru vesikuler melemah atau normal Perkusi : hipersonor
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan faal paru contohnya dengan sirometri Pemeriksaan daah rutin : biasanya dalam batas normal Pemeriksaan radiologi foto toraks
Diagnosis banding
Asma Pneumotoraks Bronkiektasis
Pengobatan
Kurangi gejala Obat batuk berdahak : R/ ambroksol 30 mg no XV
S3dd tab 1 pc
Obar asma : R/ nebulizer salbutamol
SIMM
Edukasi :
Berhenti / kurangi merokok Makan makanan bernutrisi Olahraga yang cukup Hindari udara yang berbahaya
TUBERKULOSIS PARUKompetensi : 4A
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.Indonesia merupakan negara yang termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia dengan beban TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar 5,8%. Saat ini timbul kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB Resisten Obat (Multi Drug Resistance/ MDR).
Hasil Anamnesis Keluhan Pasien datang dengan batuk berdahak ≥ 2 minggu.Batuk disertai dahak, dapat
bercampur darah atau batuk darah. Keluhan dapat disertai sesak napas, nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila disertai peradangan pleura), badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari 1 bulan.
Pemeriksaan Fisik Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi sekali), respirasi
meningkat, berat badan menurun (BMI pada umumnya <18,5). Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah, fremitus meningkat di apex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien. Pemeriksaan Penunjang a. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun. b. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/ BTA) atau kultur kuman dari specimen sputum/ dahak sewaktu-pagi-sewaktu. c. Tes tuberkulin (Mantoux test). Pemeriksaan ini merupakan penunjang utama untuk membantu menegakkan Diagnosis TB pada anak. d. Pembacaan hasil uji tuberkulin yang dilakukan dengan cara Mantoux (intrakutan) dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dengan mengukur diameter transversal. Uji tuberkulin dinyatakan positif yaitu: 1. Pada kelompok anak dengan imunokompeten termasuk anak dengan riwayat imunisasi BCG diameter indurasinya > 10 mm. 2. Pada kelompok anak dengan imunokompromais (HIV, gizi buruk, keganasan dan lainnya) diameter indurasinya > 5mm. e. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik. Pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran bercak-bercak awan dengan batas yang tidak jelas atau bila dengan batas jelas membentuk tuberkuloma. Gambaran lain yang dapat menyertai yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin berdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura), efusi pleura (sudut kostrofrenikus tumpul).Contoh gambaran TB paru dilihat dari gambaran radiologi :
Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis pasti TB Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (sputum untuk dewasa, tes tuberkulin pada anak). Kriteria Diagnosis Berdasarkan International Standards for Tuberculosis Care (ISTC) Standar Diagnosis a. Semua pasien dengan batuk produktif yang yang berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB. b. Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan anak yang mampu mengeluarkan dahak) yang diduga menderita TB, harus diperiksa mikroskopis spesimen sputum/ dahak 3 kali salah satu diantaranya adalah spesimen pagi. c. Semua pasien dengan gambaran foto toraks tersangka TB, harus diperiksa mikrobiologi dahak. d. Diagnosis dapat ditegakkan walaupun apus dahak negatif berdasarkan kriteria berikut: 1. Minimal 3 kali hasil pemeriksaan dahak negatif (termasuk pemeriksaan sputum pagi hari), sementara gambaran foto toraks sesuai TB. 2. Kurangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum luas (periksa kultur sputum jika memungkinkan), atau pasien diduga terinfeksi HIV (evaluasi Diagnosis tuberkulosis harus dipercepat). e. Diagnosis TB intratorasik (seperti TB paru, pleura, dan kelenjar limfe mediastinal atau hilar) pada anak: 1. Keadaan klinis (+), walaupun apus sputum (-). 2. Foto toraks sesuai gambaran TB. 3. Riwayat paparan terhadap kasus infeksi TB. 4. Bukti adanya infeksi TB (tes tuberkulin positif > 10 mm setelah 48-72 jam).
Anak dinyatakan probable TB jika skoring mencapai nilai 6 atau lebih. Namun demikian, jika anak yang kontak dengan pasien BTA positif dan uji tuberkulinnya positif namun tidak didapatkan gejala, maka anak cukup diberikan profilaksis INH terutama anak balita Catatan: a. Bila BB kurang, diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama 1 bulan. b. Demam (> 2 minggu) dan batuk (> 3 minggu) yang tidak membaik setelah diberikan pengobatan sesuai baku terapi di Puskesmas c. Gambaran foto toraks mengarah ke TB berupa: pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat, atelektasis, konsolidasi segmental/lobar, milier, kalsifikasi dengan infiltrat, tuberkuloma. d. Semua bayi dengan reaksi cepat (< 2 minggu) saat imunisasi BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.
Differential Diagnosis- Pneumonia- Abses Paru- Bronkitis Kronis
Komplikasi a. Komplikasi paru: atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis, pneumotoraks, gagal napas. b. TB ekstraparu: pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritonitis, TB kelenjar limfe. c. Kor Pulmonal
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)Prinsip-prinsip terapi a. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan sampai terapi selesai.
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB (OAT) lini pertama sesuai ISTC (Tabel 2). 1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol. 2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin 3. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA, EMB).
Tabel 2. Dosis Obat TB Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB
Obat Harian 3x seminggu
INH* 5(4-6) max 300mg/hr 10(8-12) max 900 mg/dosis
RIF 10 (8-12) max 600 mg/hr 10 (8-12) max 600 mg/dosis
PZA 25 (20-30) max 1600 mg/hr 35 (30-40) max 2400 mg/dosis
EMB 15 (15-20) max 1600 mg/hr 30 (25-35) max 2400 mg/dosis
Atau dapat menggunakan kombinasi dosis FDC untuk TB kategori 1 berdasar berat badan :
R/ FDC no XXX
S 1 dd tab III
Untuk pasien dewasa :
< 38 kg = 2 tab/hari
38-54 kg = 3 tab/hari
55-70 kg = 4 tab/hari
> 70 kg = 5 tab/hari
Untuk pasien anak :
5-9 kg = 1 tab/hari
10-14 kg = 2 tab/hari
15-19 kg = 3 tab/hari
20-32 = 4 tab/hari
c. Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip pengobatan dengan: 1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara pemberian cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai dengan cara yang paling mampu laksana bagi pasien.
2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy)
d. Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah follow-up mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat: 1. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi), 2. 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi. 3. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan harus meneruskan terapi modifikasi yang sesuai. 4. Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan prioritas dalam follow up TB paru. e. Catatan tertulis harus ada mengenai: 1. Semua pengobatan yang telah diberikan, 2. Respon hasil mikrobiologi 3. Kondisi fisik pasien 4. Efek samping obat
Rujuk pada keadaan :- TB dengan komplikasi, seperti pada ODHA, TB dengan komorbid penyakit metabolik,
TB anak dengan BB ≥ 33 kg, bayi dengan BB < 5 kg.- Suspek MDR.