Post on 11-Mar-2019
RENCANA STRATEGIS
2010 – 2014
BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA
©2010 BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL JLN. DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG http://www.bgl.esdm.go.id/
KATA PENGANTAR
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM); dan Rencana Pembangunan Tahunan atau Rencana Kerja
Pemerintah (RKP). Amanat undang-undang tersebut dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang
mengatur tata cara penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga, dan pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan. Secara teknis,
selanjutnya penyusunan Renstra-KL mengacu pada Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas
Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Renstra-KL 2010-2014.
RPJMN merupakan prioritas dari Presiden terpilih yang akan dilaksanakan oleh Kementerian dan
Lembaga melalui program dan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Strategis dari
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL). Rancangan RPJMN disusun oleh Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, sedangkan rancangan Renstra-KL disusun oleh
pimpinan masing-masing Kementerian/Lembaga. Rancangan Renstra-KL ditelaah oleh Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas agar konsisten dengan sasaran
program prioritas Presiden.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
manyatakan “RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional,
kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan
dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif dan dapat berubah sesuai perkembangan
zaman”.
Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada
RPJM Nasional dan bersifat indikatif.. Badan Geologi menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada RPJM Nasional dan Renstra KESDM
serta peraturan perundangan yang terkait.
Renstra Badan Geologi 2010-2014 ini diharapkan dapat dijadikan pedoman maupun acuan bagi
perencanaan di lingkungan Badan Geologi serta menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan
terkait. Badan Geologi juga selalu terbuka untuk diberikan masukan maupun kritik dan saran yang
membangun.
Kepala Badan Geologi,
Dr. R. Sukhyar
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN 1
II. KONDISI UMUM 5
1. Latar Belakang 5 2. Pencapaian Pembangunan 2004-2009 8 3. Tantangan dan Isu Strategis Pembangunan Bidang Geologi 27
III. VISI, MISI, DAN TUJUAN BADAN GEOLOGI 32
1. Visi 32 2. Misi 32 3. Tujuan 32 4. Sasaran 33
IV. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN 34
1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 34 2. Arah Kebijakan Bidang-Bidang Pembangunan 43 3. Arah Kebijakan dan Strategi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral 44 4. Arah Kebijakan dan Strategi Badan Geologi 67
V. PENUTUP 88
Lampiran
Matriks Renstra 2010-2014
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 1
BAB I PENDAHULUAN
Rencana Strategis (Renstra) 2010-2014 Badan Geologi merupakan tahap kedua
dari pelaksanaan tahapan Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 merujuk pada
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 serta Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-
2014. Renstra 2010-2014 ini selanjutnya diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
unit kerja di lingkungan Badan Geologi dalam menyusun Rencana Strategis Satuan
Kerja maupun menyusun perencanaan kegiatan tahunan serta dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah maupun stakeholder terkait dalam
menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan/kerja masing-masing dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih
lanjut, Renstra akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja Tahunan yang akan
menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga di lingkungan Badan Geologi.
RPJMN yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden terpilih
memuat sasaran dan strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun masa
pemerintahan. Untuk menjabarkan serta mewujudkan amanat pembangunan
jangka menengah, diperlukan dokumen perencanaan pembangunan nasional yang
dapat menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga untuk mendukung pencapaian
program prioritas Presiden tersebut. Dokumen rencana tersebut adalah Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) yang memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan Kementerian/Lembaga untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya serta berpedoman pada RPJMN 2010-2014.
Gambar Bagan Alur Keterkaitan Dokumen Perencanaan di bawah ini menunjukkan
alur penyusunan Renstra-KL yang berpedoman pada RPJMN, dan kemudian
menjadi pedoman penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL).
Dokumen Renstra-KL adalah penjabaran RPJMN, terkait dengan program dan
kegiatan Kementerian/Lembaga dalam mendukung prioritas Presiden. Sementara
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 2
penetapan kebijakan baru terkait dengan dinamika pembangunan yang belum
diakomodasi dalam RPJM dapat dimutakhirkan dalam dokumen Rencana Kerja
Pemerintah (RKP).
Gambar 1.1 Bagan Alur Keterkaitan Dokumen Perencanaan
Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian/Lembaga.
Informasi baik tentang keluaran (output), maupun sumberdaya yang tercantum di
dalam dokumen rencana ini bersifat indikatif. Visi yang terdapat di dalam Renstra-
KL merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh K/L
pada akhir periode perencanaan melalui misi. Masing-masing misi memiliki tujuan
yang dilengkapi dengan sasaran strategis sebagai ukuran kinerjanya.
Dalam mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis, K/L menyusun strategi,
kebijakan, dan pendanaan berupa program dan kegiatan serta rencana sumber
pendanaannya. Selain bertanggung jawab di lingkup kewenangannya sendiri, K/L
memiliki sasaransasaran nasional yang harus dicapai sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya, dalam rangka melaksanakan prioritas, fokus prioritas, dan kegiatan
prioritas nasional sesuai dengan platform Presiden (sebagaimana diamanatkan
dalam RPJMN). Strategi kebijakan dan pendanaan K/L disusun sampai dengan
tingkat program dan/atau Lintas Program dalam K/L yang dilengkapi dilengkapi
dengan indikator-indikator kinerja outcome dari masing-masing program serta
rencana sumber pendanaannya.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 3
Sumber pendanaan program dan/atau Lintas Program dalam K/L antara lain
berasal dari Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan/atau swasta (investasi dari pihak
swasta dalam atau luar negeri melalui mekanisme PPP - Public Private
Partnership). Program disusun sesuai jenis dan jumlahnya yang terdapat di
masing-masing K/L sesuai dengan kelompok karakteristik K/L. Detail kinerja dan
rencana pendanaan program/kegiatan yang dibiayai APBN disusun dalam matriks
Kinerja K/L dan matiks Pendanaan K/L.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 4
BAB II KONDISI UMUM
2.1 Latar Belakang
Geologi (geo = bumi dan logos = ilmu) didefinisikan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan bumi, baik komposisi pembentuk bumi, struktur, dan proses
kejadiannya. Geologi berarti juga obyek (informasi) yang berhubungan dengan
bumi atau istilah yang menyatakan bumi (geo), susunan batuan, struktur geologi,
sumber daya geologi (geo-resources), geologi lingkungan (geo-environment), dan
potensi bencana (geo-hazards).
Indonesia memiliki 17.480 pulau, kurang lebih 6.000 diantaranya berpenghuni,
dengan wilayah daratan seluas 1.922.570 km2 dan wilayah lautan seluas
3.257.483 km2, serta total panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Secara
geologi, kawasan ini terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia aktif,
yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebagai
konsekwensinya, wilayah ini memiliki geologi yang kompleks dan dinamis.
Berbagai potensi, baik yang bersifat menguntungkan berupa sumber daya energi
dan mineral ataupun yang bersifat merugikan seperti gempa bumi, tsunami,
letusan gunungapi dan tanah longsor terjadi di kawasan ini. Kondisi tersebut
menjadikan pengelolaan geologi wilayah Indonesia strategis dalam pembangunan
nasional.
Kegiatan kegeologian di wilayah Indonesia telah dimulai sejak penjelajahan
Junghun pada tahun 1829. Pada awalnya kegiatan kegeologian masih terbatas
pada pencarian potensi dan eksplorasi sumber daya mineral dan energi. Kini, telah
berkembang menjadi kegiatan penyediaan data dan informasi dalam mendukung
berbagai sektor seperti geologi untuk pembangunan infrastruktur, pengembangan
wilayah, penyediaan air bersih, mitigasi bencana letusan gunung api, tanah
longsor, gempa bumi dan tsunami. Produk kegiatan kegeologian ini, selain untuk
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, banyak digunakan oleh
kementerian Pekerjaan Umum, Pertanian, Lingkungan Hidup, dan lembaga-
lembaga Pemerintah non-Kementerian serta industri.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 5
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup telah
mendorong perubahan paradigma kegeologian. Peran geologi yang pada revolusi
industri lebih pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya energi dan
mineral, kini dituntut untuk berperan lebih mendekati kepentingan masayarakat
luas secara langsung. Paradigma kegeologian untuk masa mendatang harus
berpedoman pada prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan peningkatan
perlindungan masyarakat. Masalah-masalah perlindungan jiwa, harta benda dan
lingkungan hidup kini dituntut untuk mendapat perhatian lebih besar. Maka fokus
kegiatan kegeologian dalam paradigma baru ini bergeser kepada penyediaan data
dan informasi untuk upaya-upaya seperti konservasi, kelestarian lingkungan,
peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan wisata alam dan pengurangan
resiko bencana geologi.
Perubahan iklim telah berdampak langsung terhadap kehidupan manusia seperti
kenaikan suhu permukaan bumi, perubahan pola curah hujan, peningkatan
intensitas dan frekuensi kejadian iklim ekstrim dan kenaikan muka air laut. Curah
hujan tinggi menyebabkan frekuensi dan intensitas kejadian banjir dan tanah
longsor meningkat; serta musim kemarau pada periode kering menjadi lebih
panjang yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan air. Pemanasan global
terutama disebabkan oleh peningkatan CO2 di atmosfir akibat pemakaian energi
fosil, sehingga kontribusi bidang geologi dalam hal ini antara lain upaya
pengurangan emisi CO2 melalui penyediaan data dan informasi sumber energi
panas bumi dan formasi batuan yang dapat menyimpan gas tersebut (Carbon
Capture and Storage). Kontribusi geologi untuk pengurangan dampak dan risiko
perubahan iklim berupa tanah longsor dan kekeringan merupakan antara lain
berupa identifikasi geologi kawasan rawan bencana longsor dan penyediaan data
dan informasi untuk pengembangan air tanah sebagai sumber air, terutama di
wilayah kering atau daerah sulit air
Banyaknya kejadian bencana geologi di wilayah Indonesia berdampak luas, antara
lain: (1) letusan G. Tambora pada tahun 1815 mengakibatkan gelombang hawa
dingin dan tahun tanpa musim panas yang menyebabkan gagal panen serta
kelaparan hampir di seluruh dunia, dan (2) tsunami yang disebabkan oleh gempa
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 6
bumi di Aceh tahun 2004 merupakan tsunami terbesar di dunia mengakibatkan
lebih dari 250 ribu jiwa tewas dan berdampak hingga Asia Selatan dan Afrika
Timur. Disamping itu, frekuensi kejadian bencana geologi di Indonesia merupakan
tertinggi di dunia. Fenomena ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu wilayah
yang paling rawan bencana geologi.
Sebagai konsekuensi meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup telah
mendorong semakin pentingnya peranan suatu lingkungan dan tataan geologi
dalam mendukung kelangsungan hidup umat manusia. Lokasi-lokasi seperti
tempat penimbunan karbon (CCS), tapak pembangkit listrik tenaga nuklir, tempat
pembuangan limbah, kawasan konservasi atau cagar alam, geowisata
membutuhkan lingkungan dan tataan geologi yang spesifik hanya terdapat di
tempat-tempat tertentu. Tempat tersebut secara kegeologian terdapat di wilayah
Indonesia, sehingga merupakan aset ekonomi yang sangat berharga dan strategis.
Secara geografis Indonesia terletak di kawasan rawan bencana. Bertambahnya
penduduk dan pembangunan yang pesat pada kawasan tersebut telah
meningkatkan pemanfaatan lahan rawan bencana untuk pengembangan
pemukiman dan infrastruktur. Hal tersebut meningkatkan risiko bencana alam
geologi seiring dengan meningkatnya potensi kerugian jiwa dan material. Upaya-
upaya untuk mengurangi risiko bencana alam geologi perlu terus menerus
ditingkatkan antara lain melalui pengenalan dan sosialisasi ancaman bahaya dan
bencana alam geologi serta upaya mitigasinya.
Di era teknologi digital saat ini, tuntutan akan ketersediaan informasi bidang
geologi dari berbagai sektor membutuhkan proses diseminasi yang cepat, akurat
dan tepat waktu. Untuk menjawab tuntutan tersebut, perlu membangun basis data
bidang kegeologian yang selalu up to date dan mudah di akses sebagai informasi
publik sebagai prioritas nasional pembangunan bidang geologi.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 7
2.2 Pencapaian Pembangunan 2005-2009 2.2.1 Faktor Kekuatan dan Kebijakan
Penjabaran visi dan misi kedalam tujuan strategis, sasaran strategi, program dan
kegiatan sudah semestinya memperhitungkan faktor kekuatan yang dimiliki
organisasi yang selanjutnya dijabarkan kedalam kebijakan-kebijakan. Terdapat
sejumlah faktor yang dapat diperhitungkan sebagai faktor kekuatan Badan Geologi
untuk mencapai visi dan misi tersebut di atas. Faktor kekuatan tersebut meliputi:
i) kondisi geologi Indonesia yang sangat menantang, ii) otoritas atau mandat
undang-undang tentang kegeologian, iii) sumber daya manusia yang relatif paling
besar di lingkungan KESDM, iv) sarana dan prasarana yang cukup lengkap, serta v)
hasil-hasil penting dan strategis yang telah dicapai cukup menggembirakan.
Satu faktor lagi dapat dianggap sebagai kekuatan, yaitu pengalaman organisasi
yang sudah cukup matang. Badan Geologi secara organisasi merupakan kelanjutan
dari organisasi kegeologian yang sudah ada dan berkiprah di Indonesia sejak awal
abad ke-19 M. Bahkan dalam perjalanannya, berdasarkan sejarah berdirinya
KESDM terlahir dari kandungan organisasi kegeologian di Indonesia ini.
Berdasarkan visi, misi, dan faktor kekuatan organisasi, disusun sejumlah kebijakan
yang menjadi pegangan dalam penetapan tujuan strategis, sasaran strategis,
pemilihan program dan penetapan kegiatan yang dilaksanakan dalam periode
2005-2009. Kebijakan dimaksud kurang lebihnya untuk setiap tahun berada di
seputar butir-butir kebijakan berikut:
1) Mengintensifkan pengungkapan sumber daya geologi melalui berbagai metode
dan langkah guna peningkatan ekonomi nasional dan kesejahteraan
masyarakat;
2) Memperluas dan memperdalam pengungkapan sumber daya air tanah dan
lingkungan geologi melalui berbagai metode dan langkah-langkah untuk
kepentingan pengelolaan lingkungan, tata ruang dan pengembangan wilayah,
konservasi dan perlindungan lingkungan;
3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas mitigasi bencana geologi melalui
pengamatan, observasi lapangan, tanggap darurat, dan metode serta kegiatan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 8
lainnya untuk kepentingan perlindungan manusia dan potensi ekonomi dari
bencana geologi;
4) Mengembangkan dan mengaplikasikan rancang bangun atau rekayasa
teknologi untuk pemantauan dan komunikasi data dalam rangka mitigasi
bencana geologi, khususnya mitigasi bencana letusan gunung api;
5) Meningkatkan pengembangan sains geologi dan geo-informasi untuk
percepatan pengungkapan potensi geologi bagi aplikasinya dalam
pengembangan sumber daya geologi, lingkungan geologi dan air tanah,
vulkanologi serta mitigasi bencana geologi, dan berbagai pemanfaatan lainnya
yang memerlukan kiprah bidang geologi;
6) Meningkatan pelayanan museum kegeologian sebagai bentuk dokumentasi
pengetahuan kegeologian, pelayanan informasi dan edukasi di bidang
kegeologian;
7) Membangun institusi geologi nasional yang handal dan sejajar dengan institusi
geologi di negara maju bagi penelitian dan pelayanan geologi untuk
kepentingan pembangunan nasional melalui peningkatan tatalaksana
kepemerintahan menuju tatalaksana pemerintahan yang baik.
2.2.2 Hasil-hasil Strategis yang telah dicapai
Sejumlah hasil kegiatan sejak berdirinya Badan Geologi di akhir tahun 2005
sampai 2008 telah dicapai. Pencapaian hasil-hasil kegiatan tersebut merupakan
modal dasar untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pencapaian rencana
kinerja tahun 2009. Hal tersebut menjadi modal dasar baik sebagai data dan
informasi, serta metodologi awal yang diperlukan, maupun modal kepercayaan
diri organisasi dan SDMnya karena telah berhasil mencapai sasaran kegiatan yang
direncanakan. Hasil-hasil kegiatan berdasarkan pengelompokan sub bidang atau
aspek per Badan geologi antara lain di bawah ini.
(a) Sumber Daya Geologi
Dalam sub bidang sumber daya geologi telah dicapai hasil-hasil penting berikut:
(i) Sumber daya migas:
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 9
Status potensi cadangan minyak bumi tahun 2009 sebesar 7,99 milliar barrel
dan sumber daya mencapai sebesar 84,5 milliar barrel. Kondisi ini menurun
apabila dibandingkan cadangan tahun 2008 sebesar 8,2 milliar barrel. Status
cadangan terbukti (Proven) sebesar 4,3 milliar barrel, sedangkan cadangan
potensial sebesar 3,69 milliar barrel (Ditjen Migas 2009). Dengan rata-rata
produksi minyak bumi sebesar 970 barrel perhari tiap tahun diharapkan
dapat memasok energi hingga 15 - 20 tahun kedepan.
Status cadangan gas bumi tahun 2009 sebesar 159 TSCF, sedangkan sumber
daya mencapai sebesar 385 TCF (Ditjen Migas, 2009). Potensi coal bed
methane Indonesia yang tersebar pada 11 Cekungan Batubara diperkirakan
sebesar 453 TCF. Gas bumi dengan cadangan sebesar 159 TSCF dan tingkat
produksi sebesar 3 TSCF, maka diharapkan gas bumi dapat memasok energi
hingga 52 tahun ke depan.
Tabel 2.1 Cadangan, Produksi Minyak Bumi dan Gas Bumi Tahun 2005 - 2009
Jenis Energi Satuan 2005 2006 2007 2008 2009 Cadangan Minyak
Bumi Milyar Barel
8.62 8,92 8,40 8,21 7,99
Cadangan Gas Bumi
Trilyun Kaki Kubik (TSCF)
185,8 187,09 164,99 170,07 159
Produksi Minyak Mentah
Ribu barrel/hari 1.062 1.006 954 977 949
Produksi Gas Bumi TSCF/hari 8.180 8.093 7.686 7.883 7.790
Sumber: Ditjen Migas, 2009
(ii) Sumber daya batubara, gambut, bitumen padat dan CBM:
Berdasarkan hasil penyelidikan status potensi batubara tahun 2009
menunjukkan, sumber daya sebesar 104,94 Milyar Ton dan cadangan sebesar
21,13 Milyar Ton. Peningkatan sumber daya batubara tahun 2005 – 2009
sebesar 43,593 Milyar Ton (70% ) dan cadangan sebesar 14,12 Milyar Ton
(200%).
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 10
Gambar 2.1
Peningkatan Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia 2005 – 2009
Gambut termasuk salah satu sumberdaya energi alternatif yang terdapat di
Indonesia dan sampai saat ini masih belum digunakan sebagai bahan energi.
Sumber daya gambut pada tahun 2009 tercatat sebesar 9,20 Milyar Ton,
dibandingkan dengan tahun 2005 jumlah sumber daya gambut sebesar 1,8546
Milyar Ton dimana terdapat kenaikan yang cukup signifikan (Gambar 2.2).
Lonjakan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2007, hal ini terjadi karena
dimulainya pembuatan database gambut seluruh Indonesia dimana semua
data hasil kegiatan yang dilakukan ditinjau kembali.
Gambar 2.2
Peningkatan Sumber Daya Gambut Tahun 2005 – 2009
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 11
Badan Geologi mulai melakukan penyelidikan bitumen padat pada tahun 2000.
Berdasarkan data hasil penyelidikan diketahui bahwa pada tahun 2005
sumberdaya bitumen padat sebesar 6,799 milyar ton batuan, sedangkan pada
tahun 2009, sumber daya bitumen padat meningkat menjadi sebesar 11,417
milyar ton (Gambar 2.3). Hal ini menunjukkan kenaikan sumber daya bitumen
padat sebesar 67, 92% (4,618 milyar ton batuan). Kandungan minyak yang
terdapat pada endapan bitumen padat cukup bervariasi dengan kandungan
paling tinggi mencapai 248 liter/ton.
Gambar 2.3 Peningkatan Sumber Daya Bitumen Padat 2005 – 2009
Pusat Sumber Daya Geologi – Badan Geologi mulai melakukan kegiatan
pengeboran dan pengukuran gas methane batubara (Coal Bed Methane) pada
tahun 2006, dengan melakukan pengeboran CBM didaerah Loa Lepu di
Kalimantan Timur, sedangkan tahun 2007 pengeboran CBM dilakukan di
daerah Buana Jaya Kalimantan Timur. Pada tahun 2008 dilakukan
penyelidikan CBM di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dan Tamiang,
Sumatera Selatan. Selanjutnya Tahun 2009, penyelidikan dilakukan di Tanjung
Enim, Sumatera Selatan dan daerah Sawah Lunto, Sumatera Barat.
Hasil kegiatan penyelidikan CBM hingga tahun 2009 yang telah dilakukan pada
beberapa lokasi tersebut diatas dengan jumlah kandungan gas metan batubara
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
2005 2006 2007 2008 2009 Sumber Daya 6,799 9,816 11,229 11,415 11,417
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 12
berkisar antara 0,2867 Cuft/ton hingga 188,31 Cuft/ton. Total Sumber daya
Hipotetik Coal Bed Methane sebesar 2,877 Billyun Cuft atau 0,002877 TSCF
(Trillyun Standar Cubic Feet) dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM Tahun 2006 – 2009
No Daerah/ Lokasi Tahun Luas (km2)
Sumber daya Hipotetik Rata-rata Methane Content (Cuft/ton)
Batubara (ton)
Methane (Cuft)
1 Loa Lepu (Kaltim) 2006 2 x 1 191.726.612 150.711.520 0,7861
2 Buana Jaya (Kaltim) 2007 2 x 1 534.261.545 606.588.270 1.1354
3 Tanah Bumbu (Kalsel) 2008 2 x 1 112.733.226 402.255.325 3.5682
4 Tamiang (Sumsel) 2008 1 x 1 31.792.000 9.114.082 0.2867
5 Tanjung Enim (Sumsel)
2009 2 x 1 7.333.777 730.479.997 99.6153
6 Ombilin (Sumbar) 2009 1 x 0.4 5.200.000 978.212.000 188.31
Total Sumber Daya Hipotetik CBM sebesar 2,877 BCF atau 0,002877 TSCF
(iii) Sumber daya panas bumi:
Berdasarkan hasil penyelidikan dalam periode tahun 2009 (status sampai
dengan Desember 2009) telah ditemukan penambahan 8 lokasi daerah panas
bumi di Maluku, Papua Barat dan Sulawesi Barat dan 4 peningkatan status
sumber daya dengan total penambahan potensi 818 MWe. Selain itu juga
telah terjadi penambahan kapasitas panas bumi sebesar 137 MWe dari PLTP
Lahendong III (20 Mwe) dan PLTP Wayang Windu II (117 MW), sehingga
status potensi panas bumi Tahun 2009, yaitu: 28.528 MWe, daerah/lapangan
panas bumi sebanyak 265 lokasi, kapasitas terpasang 1189 MWe (Tabel 2.3).
Kapasitas terpasang tersebut masih sekitar 4 % dari total potensi panas bumi
Indonesia yang sebesar 28.528 MWe dan merupakan potensi panas bumi
terbesar di dunia. Penetapan Wilayah Kerja Pertambangan panas bumi
sampai dengan tahun 2009 sebanyak 24 WKP dengan total potensi sebesar
2.831 MWe.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 13
Tabel 2.3 Status Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009
(iv) Sumber daya mineral:
Beberapa hasil penelitian yang meliputi logam-logam penting seperti emas,
timah, tembaga, besi, mangan sebagai berikut:
Indonesia memiliki potensi mineral logam strategis: emas, perak tembaga,
Nikel, timah, bijih besi, bauksit, mangan dan pasir besi. Potensi sumber daya
mineral logam strategis tahun 2009 yaitu: logam emas primer sumber daya
sebesar 6.575 Ton; cadangan 3.419 Ton; logam timah sebesar 2.028 ribu Ton;
Cadangan 436 ribu Ton ; logam tembaga sumber daya sebesar 82.511.945 Ton;
cadangan 32.251.100; bijih besi primer sumber daya sebesar 381.195.696 Ton;
cadangan 2.216.005 Ton; bijih pasir besi sumber daya sebesar 1.647.785.123
Ton dan cadangan 4.732.000 Ton; bijih bauksit sumber daya sebesar
502.748.897 Ton; cadangan 145.903.546 Ton; bijih mangan sumber daya
mangan sebesar 10.909.107 Ton; Cadangan 938.240 Ton; bijih nikel sebesar
2.057.833.658 Ton; Cadangan sebesar 363.850.000 Ton.
Perkembangan potensi sumber daya mineral logam mulai tahun 2005 – 2009
secara umum tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan, kecuali hanya pada
beberapa komoditi seperti: pasir besi, timah dan Nikel, yang dapat disajikan
dalam Gambar 2.4. Perkembangan potensi sumber daya mineral non logam
Pulau Sumber Daya Cadangan
Terpasang (MWe) Spekulatif
(MWe) Hipotetis
(MWe) Terduga
(MWe) Mungkin
(MWe) Terbukti (MWe)
Sumatra 4925 2076 5983 15 380 12 Jawa 1935 1946 34 15 885 1815 1117 Bali 70 - 226 - - -
Nusa Tenggara 340 359 747 - 15 -
Kalimantan 45 - - - - - Sulawesi 1000 9 2 992 1 50 78 60 Maluku 595 37 341 - - - Papua 75 - - - - -
Total 2 65 Lokasi
8935 4551 11 704 10 50 2288 1189 13 486 15 042
28.528
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 14
status tahun 2005 - 2009 untuk komoditi batugamping, pasir kuarsa, dolomite,
flespar, andesit, dan marmer dapat dijelaskan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.4 Perkembangan Sumberdaya dan Cadangan Mineral Logam 2005-2009
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
2005 2006 2007 2008 2009
253.696 253.586 254.157
337.083 337.745
Sumber Daya Batu Gamping
16.600
16.800
17.000
17.200
17.400
17.600
17.800
18.000
18.200
18.400
2005 2006 2007 2008 2009
17.253
17.490 17.558
18.327 18.327
Sumber Daya Pasir Kuarsa
[Juta Ton]
1.780
1.800
1.820
1.840
1.860
1.880
1.900
1.920
1.940
1.960
1.980
2005 2006 2007 2008 2009
1.854
1.904
1.959 1.959 1.967
Sumber Daya Dolomit
70.000
71.000
72.000
73.000
74.000
75.000
76.000
77.000
2005 2006 2007 2008 2009
72.831
75.244
76.772 76.489
76.876
Sumber Daya Andesit
[Juta Ton]
99.320
99.340
99.360
99.380
99.400
99.420
99.440
2005 2006 2007 2008 2009
99.366
99.436 99.436 99.436 99.436
Sumber Daya Marmer
[Juta Ton]
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 15
Gambar 2.5 Perkembangan Sumberdaya Mineral Non Logam 2005-2009
(b) Lingkungan Geologi dan Air Tanah
Dalam aspek lingkungan geologi dan air tanah telah dicapai beberapa hasil antara
lain:
(i) pemetaan hidrogeologi skala 1:250.000 telah selesai 54% (dari 100%
target di seluruh wilayah Indonesia);
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
2005 2006 2007 2008 2009
253.696 253.586 254.157
337.083 337.745
Sumber Daya Batu Gamping
16.600
16.800
17.000
17.200
17.400
17.600
17.800
18.000
18.200
18.400
2005 2006 2007 2008 2009
17.253
17.490 17.558
18.327 18.327
Sumber Daya Pasir Kuarsa
[Juta Ton]
1.780
1.800
1.820
1.840
1.860
1.880
1.900
1.920
1.940
1.960
1.980
2005 2006 2007 2008 2009
1.854
1.904
1.959 1.959 1.967
Sumber Daya Dolomit
70.000
71.000
72.000
73.000
74.000
75.000
76.000
77.000
2005 2006 2007 2008 2009
72.831
75.244
76.772 76.489
76.876
Sumber Daya Andesit
[Juta Ton]
99.320
99.340
99.360
99.380
99.400
99.420
99.440
2005 2006 2007 2008 2009
99.366
99.436 99.436 99.436 99.436
Sumber Daya Marmer
[Juta Ton]
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 16
(ii) penyusunan peta cekungan air tanah (CAT) skala 1:250.000 telah selesai
seluruhnya (100%);
(iii) penilaian awal jumlah CAT dan potensi air tanah dalam CAT telah selesai
untuk seluruh Indonesia (metode umumnya: desk study). Dari hasil
penilaian tersebut diperoleh informasi jumlah CAT seluruh Indonesia
tidak kurang dari 465 CAT tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jumlah
aliran air tanah tertekan (Q2) dari seluruh CAT tersebut adalah 18.841,37
x 106 m3/tahun dan jumlah air tanah tak tertekan yang sangat
dipengaruhi oleh curah hujan dan kondisi tutupan lahan (Q1) adalah
666.369,17 106 m3/tahun;
(iv) penyelidikan potensi CAT agak rinci (skala peta 1:100.000), selesai 20%;
(v) konservasi air tanah baru selesai dilakukan di beberapa kota besar;
(vi) penyelidikan dan pembangunan sarana air bersih di daerah sulit air telah
mencapai 429 lokasi. Sedangkan pengelolaan data dan informasi air tanah
nasional baru selesai sekitar 20%;
(vii) penyelidikan kawasan kars dan konservasi kawasan lindung geologi baru
selesai sekitar 30% (dari 100% target di seluruh Indonesia);
(viii) penyelidikan geologi lingkungan untuk penataan ruang selesai sekitar
40%;
Gambar 2.6 Status Pemetaan hidrogeologi Indonesia skala 1:250.000.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 17
(ix) penyelidikan geologi lingkungan kawasan pertambangan telah selesai
sekitar 10%; dan penyelidikan lokasi TPA sampah sekitar 20%,
(x) pemetaan geologi teknik bersistem Jawa-Bali selesai sekitar 52% dan luar
Jawa baru selesai sekitar 15%. (Gambar 2.6)
(c) Mitigasi Bencana Geologi
Dalam sub bidang mitigasi bencana geologi yang meliputi pula teknologi
kegunungapian, telah dicapai beberapa hasil, sebagai berikut:
(i) dari 77 gunung api aktif tipe A di seluruh Indonesia yang dipantau secara
instrumentasi dan visual, berjumlah 68 gunung api. Pemantauan gunung
api tersebut dilakukan dari 73 pos pengamatan gunung api (PGA)
(ii) telah dilakukan pemanfaatan teknologi VSAT pada 33 gunung api untuk
komunikasi penyampaian data dan informasi pemantuan aktivitas gunung
api secara real time ke kantor pusat;
(peta sebaran gunung api aktif di Indonesia)
(iii) pelaksanaan regional center untuk monitoring gunung api dilaksanakan
pada 10 wilayah gunung api; (Gambar 2.7)
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 18
(gambar Sistim komunikasi data gunung api)
Gambar 2.7
Skema Regional Center Pemantauan Gunung Api di Sulawesi Utara dan sekitarnya.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 19
(iv) telah dilakukan penyusunan peta-peta dalam rangka mitigasi bencana
geologi, yaitu: Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung api, Peta KRB
Gempa Bumi dan Tsunami, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Peta
Zona Risiko Bencana Gunungapi, Gempa bumi, Tsunami dan Gerakan
tanah;
(v) telah dilakukan peringatan dini sebelum terjadinya bencana untuk kasus
bencana letusan gunung api dan prakiraan potensi kejadian gerakan tanah
(tanah longsor) dan banjir bandang di beberapa Provinsi di Indonesia;
(vi) telah dilakukan pengembangan dan aplikasi teknologi pemantauan gunung
api.
(d) Geo-Sains dan Geo-Informasi
Hingga awal 2009 kondisi umum pencapaian meliputi:
(i) peta geologi bersistem dan peta geofisika skala 1:100.000 untuk Jawa dan
Madura, dan skala 1:250.000 untuk Indonesia telah selesai seluruhnya;
(ii) peta geokimia skala 1:250.000 untuk kepentingan eksplorasi telah selesai
wilayah Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara dan sebagai kecil
Kalimantan;
(iii) peta hidrogeologi skala 1:250.000 selesai sekitar 54% wilayah Indonesia;
(iv) peta seismotektonik, peta geologi kuarter, dan peta geomorfologi masing-
masing sebanyak 24 lembar, 22 lembar, dan 6 lembar;
(v) peta batas cekungan air tanah selesai 100%;
(vi) peta geologi teknik 79 lembar, dan peta geologi lingkungan 30 lembar;
(vii) peta zona kerentanan gerakan tanah, peta geologi gunung api, peta KRB
gunung api, peta KRB gempa bumi, dan peta KRB tsunami masing-masing
25 lembar, 65 lembar, 57 lembar, 5 lembar dan 4 lembar;
(viii) telah pula tersusun Atlas Sumber Daya Energi Indonesia Bagian Timur,
terdiri dari 17 peta tematis skala 1:5.000.000; Atlas Cekungan Sumatera
Selatan; Atlas Geologi dan Sumber Daya Mineral dan Energi Indonesia
skala 1:10.000.000 memuat 33 tema; dan Atlas Pengelompokan Pulau
Kecil berdasarkan Tektonogenesis untuk Perencanaan Tata Ruang Darat,
Laut, dan Dirgantara Nasional, skala 1:15.000.000 (30 peta bertema);
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 20
(ix) telah pula tersusun Peta Cekungan Sedimen Indonesia memuat 128
cekungan sedimen dan peta karakterisasi beberapa cekungan di wilayah
Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi;
(x) telah tersedia layanan informasi basis data dan sistem informasi berbasis
web (webmap) untuk substansi sumber daya mineral yang telah diakui di
tingkat Nasional dan regional (ASEAN);
(xi) masing-masing unit di lingkungan Badan Geologi telah memiliki website
dan sistem informasi. Untuk tingkat Badan Geologi sendiri telah memiliki
website dan telah rancangan database dan sistem informasi dan konsep
pengembangan sistem informasi yang teritegrasi;
(xii) telah tersedia sarana pelayanan informasi dan media penyajian
dokumentasi dan informasi hasil-hasil penelitian dalam bentuk museum,
yaitu: museum geologi yang telah dikembangkan di Bandung, museum
gunung api di 3 lokasi (Ketep, Sleman, Yogyakarta; dan Kintamani, Bali);
serta museum Kars di Wonogiri, Jawa Tengah. Semua museum tersebut
telah mendapat apresiasi masyarakat dengan sangat baik. Sebagai contoh
Museum Geologi sepanjang tahun 2009 mendapat kunjungan sebanyak
326.195 pengunjung, jumlah ini mengalami peningkatan dibanding tahun
2005 yang hanya 152.740 pengunjung.
(e) Tatalaksana Kepemerintahan
Tatalaksana kepemerintahan sebagaimana di tingkat Nasional, diarahkan untuk
mencapai reformasi birokrasi. Pencapaian di bidang ini meliputi peningkatan
kompetensi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya.
Pencapaian lainnya adalah di bidang tata kerja atau prosedur kerja menuju
pelayanan prima. Dalam hal ini Badan Geologi ikut aktif dalam merumuskan
sejumlah Standard Operating Procedure (SOP), baik yang bersifat internal maupun
eksternal di lingkungan KESDM. Hal yang sama di bidang pengembangan
peraturan perundang-undangan dan teknologi informasi untuk pelayanan publik
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 21
dan pengembangan organisasi yang efektif. Badan Geologi aktif didalam
perumusan konsep dan penataan aspek-aspek prasyarat reformasi birokrasi.
2.2.3 Kondisi Saat ini dan Potensi Permasalahan
Keadaan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dan permasalahan yang
dihadapi Badan Geologi antara 2006 sampai 2008 dijabarkan dalam bagian ini.
Tahun 2006 adalah tahun berdirinya Badan Geologi. Kondisi saat ini perlu
disampaikan guna identifikasi tantangan dan modal dasar pelaksanaan tupoksi di
Tahun 2009.
(a) Sumber Daya Geologi
Sumber daya geologi yang merupakan aspek hulu sumber daya energi dan sumber
daya mineral meliputi sumber daya energi fosil, energi panas bumi dan sumber
daya mineral. Energi fosil itu sendiri meliputi minyak dan gas bumi (migas),
batubara, gambut, coal-bed methane (CBM), dan bitumen padat. Adapun sumber
daya mineral meliputi mineral logam dan mineral non logam; mineral strategis;
dan mineral langka.
Kegiatan sumber daya geologi meliputi survei, pemetaan, inventarisasi,
penyelidikan, penelitian, eksplorasi, konservasi, analisis laboratorium,
pengembangan rancang bangun dan pemodelan, bimbingan teknis, pelayanan data
dan informasi dan rekomendasi pengelolaan kedua kelompok besar komoditi
penting tersebut. Survei, pemetaan, inventarisasi, penyelidikan dan penelitian
meliputi pula kegiatan survei dasar berupa penelitian cekungan sedimen dan
penelitian sains geologi seperti magmatisme, geofisika, dan geokimia.
Pengembangan rancang bangun dan pemodelan ditujukan untuk memperoleh
konsep-konsep mineralisasi untuk diaplikasikan di dalam survei dan eksplorasi.
Adapun eksplorasi dalam hal ini adalah eksplorasi umum. Sub bidang ini juga
menyumbang terhadap kinerja yang berkaitan dengan aspek geo-informasi (IKU:
jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah pengunjung layanan bidang
informasi geologi); disamping kinerja yang berkaitan langsung (IKU: jumlah usulan
WKP dan status wilayah keprospekan sumber daya geologi).
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 22
Permasalahan yang masih dihadapi hingga akhir tahun 2008 antara lain:
1) penurunan sumber daya dan cadangan migas, dan masih sedikitnya penemuan
cekungan baru migas Indonesia;
2) eksplorasi detil lebih intensif untuk mineral logam masih terpusat di daerah
prospek yang sudah ada dibandingkan penemuan daerah prospek baru;
3) status cadangan batubara masih rendah dibanding status sumber daya
(11,4%);
4) masih rendahnya ketersediaan data dan informasi bitumen padat dan CBM;
5) penyelidikan panas bumi umumnya masih pada tingkat survei pendahuluan;
dan kapasitas terpasang energi panas bumi juga masih rendah (4%);
6) belum optimalnya pengungkapan potensi sumber daya energi terutama di
wilayah Indonesia Timur, daerah perbatasan, dan pulau-pulau kecil dan
terluar;
7) penyiapan WKP panas bumi masih perlu ditingkatkan, khususnya percepatan
penyiapan WKP panas bumi untuk memenuhi target tersedianya energi panas
bumi dalam program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap
kedua dimana peran panas bumi diharapkan sebesar 49%;
8) perlunya peningkatan pengungkapan potensi CBM sebagai energi alternatif
yang ramah lingkungan;
9) survei dasar seperti penelitian gaya berat, geofisika, dan aspek-aspek geosains
lainnya, serta penelitian rekayasa rancang bangun dan pemodelan eksplorasi
yang berguna untuk pengembangan konsep eksplorasi masih perlu
ditingkatkan.
(b) Lingkungan Geologi dan Air Tanah
Bidang lingkungan geologi dan air tanah melaksanakan tugas penelitian dan
pelayanan aspek geologi lingkungan, geologi teknik, dan air tanah. Hasil-hasil
penelitian bidang lingkungan geologi dan air tanah digunakan, antara lain untuk
penataan ruang, pengembangan wilayah, penentuan lokasi atau penempatan
bangunan fisik yang penting, strategis, atau vital; dan pengelolaan sumber daya air
tanah.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 23
Kegiatan lingkungan geologi dan air tanah meliputi survei, pemetaan,
inventarisasi, penyelidikan, penelitian, analisis laboratorium, pengembangan
rancang bangun dan pemodelan, pelayanan data dan informasi dan rekomendasi
pengelolaan geologi lingkungan dan air tanah. Aspek sains geologi yang
mendukung lingkungan geologi adalah geologi kuarter, dinamika cekungan, dan
geomorfologi. Sub bidang ini juga menyumbang terhadap kinerja berkaitan dengan
aspek geo-informasi (IKU: jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah
pengunjung layanan bidang informasi geologi); di samping kinerja yang berkaitan
langsung (IKU: penerapan tata ruang berbasis geologi dan jumlah penyediaan
sumber air tanah di daerah sulit air).
Permasalahan yang dihadapi sub bidang geologi lingkungan dan air tanah, di
antaranya:
1) masih sedikitnya kajian, penyelidikan atau penelitian tentang kuantitas,
kualitas, konservasi air tanah, geologi lingkungan, dan geologi teknik; baik
cakupan wilayah, maupun kedalaman substansi; dibandingkan perkembangan
kasus atau pesatnya pembangunan fisik dan pengembangan wilayah;
2) masih sedikitnya pemetaan hidrogeologi atau air tanah skala yang lebih besar
dari 1:250.000, baik untuk kuantitas, maupun kualitas air tanah;
3) masih belum cukup dilibatkannya hasil-hasil penelitian geologi lingkungan,
geologi teknik, dan air tanah dalam pengelolaan lingkungan dan penataan
ruang;
4) pengembangan air tanah di desa tertinggal masih sedikit, yaitu 1% dari 28.614
desa tertinggal. Demikian pula, data air tanah dari daerah sulit belum
dianalisis sebagai informasi penting pengetahuan dan teknologi tentang air
tanah;
5) pencapaian sasaran jumlah lokasi penataan ruang dan lingkungan sektor
ESDM masih kurang (50% dari total untuk seluruh Indonesia). Peran geologi
dalam penataan ruang belum cukup memasyarakat;
6) penelitian atau kajian adaptasi perubahan iklim pada bidang geologi, yaitu
penilaian bahaya, kerentanan, dan risiko sumber daya air tanah, dan gerakan
tanah terhadap perubahan iklim berikut langkah-langkah adaptasinya yang
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 24
belum banyak dilakukan. Dalam hal ini, saat ini dan ke depan perlu
dilaksanakan.
(c) Mitigasi Bencana Geologi
Bencana geologi meliputi letusan gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, dan
tsunami, dan bencana geologi lainnya. Potensi bencana atau ancaman bahaya
geologi penting diketahui secara rinci.
Dalam mitigasi bencana geologi dilakukan penyelidikan, penelitian, pemantauan,
penetapan status, peringatan dini, tanggap darurat bencana dan, pengurangan
risiko bencana, serta pemberian rekomendasi penanggulangan bencana geologi;
sebelum, pada saat, dan sesudah terjadinya bencana. Mitigasi bencana geologi juga
meliputi penyusunan peta geologi gunung api, peta KRB Gunung api, Peta KRB
Gempa Bumi dan Tsunami, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah, Peta Zona Risiko
Bencana Gunungapi, Gempa bumi, Tsunami dan Gerakan tanah, dan
pengembangan teknologi kegunungapian.
Aspek sains geologi yang mendukung mitigasi bencana geologi, antara lain:
penelitian sesar aktif dan mikrozonasi. Sub bidang ini juga berkontribusi terhadap
kinerja aspek geo-informasi (IKU: jumlah peta geologi yang dihasilkan dan jumlah
pengunjung layanan bidang informasi geologi); di samping kinerja yang berkaitan
langsung (IKU: Jumlah informasi mitigasi bencana geologi gunung api dan bencana
geologi lainnya).
Permasalahan yang dihadapi sub bidang mitigasi bencana geologi antara lain:
1) pembangunan yang berkembang pesat dan peningkatan jumlah penduduk
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan di kawasan rawan bencana geologis
dan mengakibatkan peningkatan risiko bencana;
2) kajian risiko bencana di daerah rawan bencana belum banyak dilakukan;
3) Pemerintah Daerah juga belum secara optimal memprioritaskan mitigasi
bencana dalam kegiatan pembangunan sesuai amanah undang-undang terkait;
4) paradigma baru penanggulangan bencana yang kini menjadi tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat belum dipahami secara optimal;
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 25
5) masih kurangnya penelitian, pengembangan dan aplikasi teknologi mitigasi
bencana.
(d) Geo-Sains dan Geo-Informasi
Kegeologian dalam implementasi dan pengembangannya bertumpu pada tiga
aspek bagiannya, yaitu sumber daya geologi, lingkungan geologi dan kebencanaan,
serta geo-informasi. Geo-sains yang mencakup penelitian paleontologi, petrologi,
stratigrafi, sedimentologi, geofisika, fisika-batuan, geokimia, geokronologi, dan
kemagnetan purba adalah dasar dari ketiga aspek tersebut. Adapun geo-informasi
merupakan muara berbagai kegiatan penelitian, mitigasi dan pelayanan bidang
geologi. Cakupan geo-informasi meliputi pengelolaan data dan informasi, termasuk
penghimpunan, pengolahan, penyusunan, penyajian, pengemasan, penyimpanan,
retrieval, dan penyebarluasan, serta pemutakhiran data dan informasi. Produk geo-
informasi antara lain data dan informasi dalam bentuk peta, atlas, digital, buku,
dan sistem informasi.
Hingga akhir tahun 2008 telah dilakukan penyelidikan dan studi mineralisasi
dasar pada beberapa jalur metalogen meliputi penyelidikan magmatisme 10 lokasi,
penyelidikan metalogenik, 1 lokasi, dan penyelidikan geokimia regional (skala
1:250.000), 1 lokasi.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan geo-informasi
adalah:
1) data dan informasi dan sistem pengelolaannya masih tersebar atau belum
terintegrasi
2) data dan informasi substansi kegeologian belum semuanya tersedia secara
rinci;
3) belum semua data dan informasi tersedia dalam format digital, serta belum
tersaji dalam media dan format yang mudah diakses oleh masyarakat;
4) penyebarluasan informasi geologi dan pemanfaatannya juga masih kurang;
5) penelitian sains geologi juga masih dirasakan kurang, baik cakupannya
maupun kedalaman substansinya;
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 26
6) data fisik untuk penentuan batas landas kontinen guna pengusulan batas
teritorial wilayah negara sudah cukup tersedia.
(e) Tatalaksana Kepemerintahan Bidang Geologi
Tatalaksana kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat
kinerja pembangunan yang baik di berbagai sektor. Lingkup tatalaksana
kepemerintahan meliputi: kelembagaan, budaya organisasi, tatalaksana, sarana,
prasarana dan teknologi; regulasi-deregulasi, dan sumber daya manusia aparatur.
Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan yang dihadapi dalam hal ini
adalah:
1) pengaturan hubungan pusat dan daerah di bidang data dan informasi geologi
yang belum optimal;
2) bidang kegeologian diatur dalam berbagai undang-undang dan belum memiliki
payung hukum dalam bentuk undang-undang;
3) sistem informasi yang mudah, cepat dan akurat masih perlu dikembangkan;
4) pelayanan publik dan sistem informasi geologi masih tersebar; dan
5) kompetensi sumber daya manusia, sarana dan prasarana masih perlu
ditingkatkan
2.2.4 Modal Dasar menghadapi Pelaksanaan Tupoksi
Modal dasar adalah kekuatan dan peluang yang dimiliki atau yang tersedia bagi
Badan Geologi guna melaksanakan tupoksinya dan meraih kinerja yang
direncanakannya di tahun 2009. Modal tersebut meliputi: i) kondisi geologi
Indonesia, ii) otoritas atau mandat undang-undang tentang kegeologian, iii)
sumber daya manusia, iv) sarana dan prasarana, serta v) hasil-hasil penting dan
strategis yang telah dicapai hingga 2008. Beberapa modal dasar yang dimiliki
Badan Geologi untuk menghadapi tahun 2009 tersebut disampaikan secara singkat
berikut ini.
(a) Kondisi Geologi Indonesia
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 27
Indonesia memiliki 17.480 pulau, kurang lebih 6.000 di antaranya berpenghuni,
dengan wilayah daratan 1.922.570 km2 dan wilayah lautan 3.257.483 km2, serta
total panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Secara geologi, kawasan ini
terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia aktif, yaitu Lempeng Eurasia,
Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik, sehingga memiliki geologi yang
kompleks dan dinamis. Berbagai potensi, baik yang menguntungkan berupa
sumber daya energi dan mineral ataupun merugikan seperti gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api, dan gerakan tanah terjadi di kawasan ini.
(b) Peraturan Perundangan terkait Bidang Geologi
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sejumlah UU dan peraturan
perundang-undangan di bawahnya memberikan mandat kepada Badan Geologi
guna melaksanakan penelitian dan pelayanan bidang geologi. Berdasarkan mandat
UU yang ada, modal dasar dalam hal ini adalah: (1) geologi dituntut untuk
menemukan sumber-sumber baru potensi energi dan mineral (sektor utama
ESDM) guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan penerimaan negara; (2)
kegeologian juga diperlukan untuk sektor lainnya seperti pekerjaan umum,
lingkungan hidup, dan pertanian; serta (3) fungsi Badan Geologi yang utama
adalah fungsi teknis yang khusus, yaitu penelitian dan pelayanan di bidang geologi.
Beberapa fungsi ada yang bersifat regulator, seperti fungsi yang berkaitan dengan
kebencanaan geologi pada PVMBG; serta sebagian fungsi pengelolaan air tanah di
unit PLG.
(c) Sumber Daya Manusia
Modal dasar sumber daya manusia (SDM) Badan Geologi dapat diuraikan berikut
ini:
· Hingga Desember 2008 jumlah pegawai Badan Geologi sebanyak 1.495 orang
yang tersebar terutama di Bandung, sebagian kecil di Yogyakarta, Jakarta dan di
berbagai lokasi pos Pengamatan Gunung Api (PGA) di seluruh Indonesia
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 28
dengan penyebaran: PSG sebanyak 28%; PVMBG sebanyak 27%; PLG dan PSG
masing-masing sebanyak 21%, dan SBG sebanyak 3% (Gambar 2.8).
· Dari sejumlah 1.495 orang SDM, 49% merupakan tenaga teknik, sisanya (51%)
adalah tenaga administratif (Gambar 2.9); lebih dari 35% berusia di atas 50
tahun (Gambar 2.6), dan mayoritas (>40%) adalah tenaga pendukung dan
berpendidikan SMA (Gambar 2.10).
· Jumlah SDM fungsional adalah 493 orang atau 33% dari total SDM. Dari
sejumlah tenaga fungsional tersebut, mayoritas (lebih dari 389 orang atau >
78%) adalah fungsional keteknikan, yaitu: 65 orang (13,2%) peneliti; 132
orang (26,77%) penyelidik bumi; 68 orang (13,8%) perekayasa; dan 124 orang
(25,2%) teknisi peneliti dan perekayasa (Gambar 2.12).
Gambar 2.8 Distribusi pegawai Badan Geologi per unit, 2008.
Gambar 2.9 Statistik data Pegawai Badan Geologi berdasarkan komposisi teknik dan administrasi.
Gambar 2.10 Statistik data pegawai Badan Geologi berdasarkan usia.
Gambar 2.11 Statistik data pegawai Badan Geologi berdasarkan jenjang pendidikan.
DISTRIBUSI PEGAWAI PER UNIT
PVG, 27%
PLG, 21% PSDG, 28%
PSG, 21%SBG, 3%
STATISTIK DATA PENGAWAI BERDASARKAN USIA
31-355%
46-5028%
51-5530%
>555%
<251%
26-306%
41-4515%
36-4010%
STATISTIK JENJANG PENDIDIKAN PEGAWAI
SMA, 722
S0, 53
S1, 443
SD, 74SMP, 93
S3, 25
S2, 130
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 29
(d) Sarana dan Prasarana
Sejumlah sarana dan prasana menjadi modal Badan Geologi dalam pelaksanaan
tupoksinya dan pencapaian kinerjanya di tahun 2009, antara lain: aset lancar, aset
tetap, dan aset lainnya sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.13.
Beberapa di antara sarana prasarana tersebut, selain gedung perkantoran antara
lain:
1) Sejumlah laboratorium yang tersebar di Pusat-Pusat dan UPT, yaitu:
a) Laboratorium penginderaan jauh
b) Laboratorium petrologi
Gambar 2.13 Diagram aset Badan Geologi
Keterangan: Aset Lancar : Barang Konsumsi, Bahan Baku, Suku Cadang, dan Persediaan lainnya Aset Tetap : Tanah, Bangunan Konstruksi, Pealatan Aset Lainnya : Aset Tak Berwujud, Aset Non Operasional
65
132
68
124
8 2 10
3922
12 11
0
20
40
60
80
100
120
140
Jumlah
Peneliti Penyelidik Bumi PerekayasaTeknisi Litkayasa Pranata Humas Pranata KomputerPustakawan Surveyor Pemetaan ArsiparisPengamat Gunung Api Analis Kepegawaian
Gambar 2.12 Statistik pegawai Badan Geologi berdasarkan komposisi jabatan fungsional.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 30
c) Laboratorium geokimia, kimia mineral dan air
d) Laboratorium geokronologi
e) Laboratorium fisika batuan dan mineral
f) Laboratorium geologi kuarter
g) Laboratorium biostratigrafi
h) Laboratorium mekanika tanah dan batuan
i) Laboratorium instrumentasi dan mitigasi
2) Pos pengamat gunung api (PGA) sebanyak 74 lokasi PGA tersebar di 63 lokasi
gunung api di seluruh Indonesia;
3) Peralatan penanggulangan bencana (seismometer, data logger, tiltmeter,
extensometer, dan inklinometer);
4) Peralatan pengeboran untuk air tanah, mineral, batubara, dan panas bumi;
5) Alat-alat berat lainnya;
6) Peralatan survei geofisika (gaya berat, geomagnet, seismik, geolistrik,
magnetotelluric, induce polarization, peralatan logging);
7) Gedung perpustakaan untuk setiap unit atau satuan kerja (satker);
8) Gedung bengkel alat berat dan pengeboran.
2.3 Tantangan dan Isu Strategis Pembangunan Bidang Geologi
2.3.1 Alur Pikir dan Pola Pikir
Alur Pikir: Bidang geologi memiliki peran penting dalam mencapai tujuan nasional
baik melalui sektor ESDM maupun sektor lainnya. Pengembangan potensi geologi
NKRI memberikan kontribusi terhadap platform politik Pemerintah, seperti
terlihat pada diagram alur pikir di bawah ini.
Gambar 2.14 Alur Pikir Pembangunan Bidang Geologi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 31
Pola Pikir: mandat berbagai undang-undang, pembenahan public governance baik
pusat maupun daerah, pembenahan metoda (pedoman, dll.), pembenahan program
dan standar memberikan kontribusi terhadap pengelolaan kegeologian untuk
mencapai tujuan nasional dan tujuan sektor.
2.3.2 Mandat Undang-Undang
Kelahiran berbagai peraturan dan perundangan nasional sangat mempengaruhi terhadap
pengembangan kelembagaan yang terkait dengan fungsi pemerintah di bidang geologi.
Beberapa amanat Undang-Undang yang memberikan mandat pada bidang geologi
meliputi:
a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya memberikan mandat
untuk:
• Melakukan perlindungan dan pengamanan benda alam yang dianggap mempunyai
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. (Keunikan batuan
dan fosil, bentang alam)
Gambar 2. 15 Pola Pikir Pembangunan Bidang Badan Geologi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 32
b. Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi memberikan
mandat untuk:
• Melakukan survei umum untuk memperkirakan letak dan potensi sumber daya
minyak dan gas bumi
• Melakukan pengelolaan data dan informasi hasil kegiatan survei dan pemetaan
geologi, geofisika dan geokimia
• Melakukan evaluasi joint study dalam penyiapan wilayah kerja
c. Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi memberikan mandat untuk:
• Melakukan inventarisasi, penyelidikan pendahuluan dan eksplorasi panas bumi
• Menyusun rancangan wilayah kerja pengusahaan panas bumi
d. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air memberikan mandat
untuk:
• Menyusun Peta Batas Cekungan Air Tanah (CAT)
• Menyusun pedoman terkait pengelolaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi dan
evaluasi data
• Melakukan inventarisasi dan pengelolaan air bawah tanah pada CAT lintas
propinsi dan lintas negara
• Melakukan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah lintas propinsi dan
lintas negara
• Menetapkan daerah konservasi dan daerah pemanfaatan air tanah
e. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memberikan
mandat untuk:
• Melakukan pemantauan, kajian, penetapan status aktivitas dan penyebaran
informasi
• Melakukan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana
• Melakukan mitigasi bencana
f. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan mandat:
• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan lindung geologi
• Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan rawan bencana geologi
• Menyusun rancangan Permen tentang kawasan imbuhan air tanah
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 33
• Menyusun rancangan Permen tentang kriteria teknis kawasan peruntukan
pertambangan
g. Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi memberikan mandat untuk:
• Melakukan inventarisasi sumber daya energi
• Konservasi sumber daya energi
h. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
memberikan mandat untuk:
• Melakukan inventarisasi, penyelidikan, penelitian, dan eksplorasi sumber daya
mineral dan batubara
• Menyiapkan rancangan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah Usaha
Pertambangan (WUP), Wilayah Pencadangan Nasional (WPN), dan Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR) untuk Tata Ruang Nasional.
i. Undang-Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan memberikan mandat untuk:
• Inventarisasi objek wisata alam dan pengembangan destinasi wisata
(Pengembangan Museum Geologi dan deliniasi potensi kawasan wisata alam
geologi)
j. Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup memberikan mandat untuk:
• Penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (pemanfaatan
informasi geologi)
• Penetapan wilayah ekoregion (pemanfaatan informasi geologi)
2.3.3 Isu Strategis Nasional Terkait Bidang Geologi
Kegiatan kegeologian harus mampu menjawab isu strategis nasional dan tantangan global
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia mencapai kehidupan yang
sejahtera, aman dan nyaman. Terdapat sembilan isu strategis yang membutuhkan
dukungan bidang geologi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, baik melalui
sektor ESDM maupun sektor lainnya. Isu-isu strategis tersebut antara lain:
1. Ketahanan Energi
· Kemandirian energi (pemanfaatan energi setempat)
· Penurunan produksi migas
· Diversifikasi energi (energi baru dan terbarukan)
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 34
· Konservasi sumber daya energi
· Alokasi sumber daya energi 2. Lingkungan dan Perubahan Iklim
· Degradasi lingkungan
· Perubahan iklim 3. Bencana Alam
· Bencana gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan gunung api
· Peningkatan resiko bencana alam geologi 4. Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah
· Konflik tata guna lahan (pertambangan)
· Tata ruang bawah permukaan dan bawah laut
· Penyediaan data geologi rinci
· Penataan ruang berbasis geologi 5. Industri Mineral
· Ketersediaan data sumber daya mineral
· Konservasi sumber daya mineral
· Pencarian mineral langka dan mineral strategis
· Alokasi sumber daya mineral 6. Pengembangan Informasi Geologi
· Pengelolaan data dan informasi geologi nasional
· Kebutuhan data dasar geologi rinci
· Pemasyarakatan manfaat informasi geologi 7. Air dan Lingkungan
· Pemenuhan kebutuhan air baku
· Peningkatan kebutuhan air
· Penurunan kuantitas dan kualitas sumber air
· Penilaian kerentanan air tanah 8. Pangan
· Penyediaan bahan baku pupuk
· Penyediaan lahan pertanian 9. Batas wilayah NKRI (Kawasan Perbatasan dan Pulau-pulau Terluar)
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 35
BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN BADAN GEOLOGI
3.1 Visi Badan Geologi
Visi yang ingin dicapai Badan Geologi adalah:
”Terwujudnya Geologi untuk kesejahteraan dan perlindungan masyarakat”.
3.2 Misi Badan Geologi Untuk menggapai visi tersebut diatas, Badan Geologi akan menjalankan misi atau
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi antara lain:
1. Mengungkap potensi sumber daya geologi untuk ketahanan energi,
pemenuhan bahan baku industri, dan penyediaan air bersih
2. Melakukan mitigasi bencana geologi untuk perlindungan manusia dan harta benda
3. Menyediakan data dan informasi geologi untuk pengelolaan lingkungan dan pembangunan sektor terkait
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan bidang geologi dalam rangka penyediaan informasi sumber daya, lingkungan, dan kebencanaan geologi.
3.3 Tujuan Strategis Dalam rangka mencapai visi melalui misi sebagaimana tersebut di atas, ditetapkan
5 (lima) tujuan strategis Badan Geologi untuk masa 2010-2014 yang merupakan
gambaran kondisi yang ingin dicapaai pada akhir periode 2014, yaitu:
1. Tercapainya pemahaman dan pelayanan sains geologi dan geo-informasi untuk
pengungkapan sumber daya geologi, pengembangan lingkungan geologi, dan mitigasi bencana
2. Tercapainya peningkatan status sumber daya geologi dan penyiapan wilayah
kerja pertambangan (WKP) dan wilayah pertambangan (WP) untuk mendukung pasokan energi dan mineral serta investasi sektor ESDM
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 36
3. Tersedianya data dan informasi, dan pelayanan dalam rangka mitigasi bencana gunungapi, gerakan tanah, dan bencana geologi lainnya
4. Tersedianya data dan informasi dan pelayanan lingkungan geologi dan air tanah
untuk penataan ruang, peningkatan kualitas lingkungan; dan penyediaan air bersih
5. Tercapainya kinerja dan akuntabilitas tatalaksana kepemerintahan penelitian dan pelayanan bidang geologi.
3.4 Sasaran Strategis
Guna mencapai kelima Tujuan Strategis sebagaimana tersebut di atas, maka
ditetapkan Sasaran Strategis. Dalam periode RPJM tahap kedua, 2010-2014 ini,
terdapat 7 (tujuh) Sasaran Strategis Badan Geologi, sebagai berikut:
1. Meningkatnya manajemen, dukungan teknis, dan pelayanan administrasi
kepada semua unsur di lingkungan Badan Geologi 2. Meningkatnya pemanfaatan hasil survei penelitian, penyelidikan dan
pelayanan geologi 3. Meningkatnya pemanfaatan informasi geologi (geo-information) bagi
masyarakat 4. Meningkatnya pemanfaatan wilayah keprospekaan sumber daya geologi 5. Meningkatnya usulan rekomendasi wilayah kerja pertambangan dan wilayah
pertambangan
6. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian, penyelidikan, dan pemetaan bidang lingkungan geologi dan air tanah
7. Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan penyelidikan di bidang
vulkanologi dan mitigasi bencana geologi 8. Meningkatnya pemanfaatan hasil pengembangan metoda dan teknologi dalam
mendukung upaya mitigasi bencana geologi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 37
BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI PROGRAM DAN KEGIATAN
4.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan negara
Indonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka arah
kebijakan umum RPJMN 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia
yang sejahtera. Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan
pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang
diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya
manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya
lingkungan hidup secara berkelanjutan.
2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan
penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban
umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak
asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab.I-
3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua
bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan
kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan
kesenjangan jender. Keadilan juga `hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum
berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula
kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai
rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih.
Berdasarkan keberhasilan pencapaian program pembangunan dalam lima tahun
sebelumnya (2004-2009), pemerintah akan melanjutkan pendekatan
pembangunan kelembagaan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan.
Pendekatan yang bersifat kelembagaan ini dimaksudkan sebagai pendekatan yang
menyeimbangkan antara pentingnya proses yang berlandaskan pada tatakelola
yang baik, bersih, transparan, adil, dan akuntabel, dengan hasil yang baik dan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 38
efisien. Pemerintahan tidak seharusnya hanya berorientasi pada hasil jangka
pendek, dengan tidak mengindahkan azas-azas kepatutan, keadilan, dan
keberlanjutan. Pendekatan ini dipandang akan memberikan hasil yang
berkelanjutan karena dibangun di atas fondasi yang lebih kokoh, melewati proses
yang telah disetujui bersama secara demokratis, serta dengan rasa memiliki yang
tinggi dan akuntabel.
Sebelas Prioritas Nasional di bawah ini bertujuan untuk sejumlah tantangan yang
dihadapi oleh bangsa dan negara di masa mendatang. Sebagian besar sumber daya
dan kebijakan akan diprioritaskan untuk menjamin implementasi dari 11 prioritas
nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3)
kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6)
infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup
dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik;
serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.
Dari sebelas prioritas nasional tersebut, maka setidaknya ada sembilan prioritas
yang dapat terkait langsung dengan prioritas pembangunan bidang geologi, yaitu:
I-51
Prioritas 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja
secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa,
dan transparan. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh
efisiensi struktur pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai
pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik.
Oleh karena itu, substansi inti dari reformasi birokrasi dan tata kelola adalah
sebagai berikut :
· Struktur: Konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas
kementerian/lembaga yang menangani aparatur negara yaitu Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN), Badan Kepegawaian Negara (BKN),
dan Lembaga Administrasi Negara (LAN) pada 2010; restrukturisasi lembaga
pemerintah lainnya, seperti di bidang keberdayaan UMKM, pengelolaan energi,
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 39
pemanfaatan sumber daya kelautan, restrukturisasi BUMN, hingga pemanfaatan
tanah dan penataan ruang bagi kepentingan rakyat banyak selambat-lambatnya
2014;
· Regulasi: Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan
perundangundangan di tingkat pusat dan daerah hingga tercapai keselarasan
arah dalam implementasi pembangunan, di antaranya penyelesaian kajian
12.000 peraturan daerah selambat-lambatnya 2011;
· Sinergi antara pusat dan daerah: Penetapan dan penerapan sistem Indikator
Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah;
· Penegakan Hukum: Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan
penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum.
I-52
Prioritas 3: Kesehatan
Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif,
tidak hanya kuratif, melalui peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan di
antaranya dengan perluasan penyediaan air bersih, pengurangan wilayah kumuh
sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan angka harapan hidup dari 70,7
tahun pada 2009 menjadi 72,0 tahun pada 2014, dan pencapaian keseluruhan
sasaran Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Program kesehatan masyarakat antara lain penyediaan akses sumber air bersih
yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas
yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2014.
I-54
Prioritas 5: Ketahanan Pangan
Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk
mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian,
peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya
alam. Oleh karena itu, substansi inti program aksi ketahanan pangan adalah
sebagai berikut:I-55
· Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian: Penataan regulasi
untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian, pengembangan areal
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 40
pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan
lahan terlantar;
· Infrastruktur: Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan
angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem
informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian
demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan
pemasarannya;
· Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi: Dorongan untuk investasi pangan,
pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan
pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi yang
menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi dan
sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan
terjangkau;
· Adaptasi Perubahan Iklim: Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait
adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.
Prioritas 6: Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan daya gerak
terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dan mengutamakan
kepentingan masyarakat umum di seluruh bagian negara kepulauan Republik
Indonesia dengan mendorong partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, substansi
inti program aksi bidang infrastruktur adalah sebagai
berikut:
· Tanah dan tata ruang: Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan
tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan
pengelolaan tata ruang secara terpadu;
· Jalan: Penyelesaian pembangunan Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua sepanjang
total 19.370 km pada 2014;
· Pengendalian banjir: Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian
banjir, diantaranya Banjir Kanal Timur Jakarta sebelum 2012 dan penanganan
secara terpadu Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo sebelum 2013;
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 41
· Transportasi perkotaan: Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota
besar (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan) sesuai dengan Cetak Biru
Transportasi Perkotaan, termasuk penyelesaian pembangunan angkutan kereta
listrik di Jakarta (MRT dan Monorail) selambat-lambatnya 2014.
Prioritas 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan
prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK). Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang iklim investasi
dan iklim usaha adalah sebagai berikut:
· Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan
daerah sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak
menimbulkan ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya;
· Penyederhanaan prosedur: Penerapan sistem pelayanan informasi dan
perizinan investasi secara elektronik (SPSIE) pada Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) di beberapa kota yang dimulai di Batam, pembatalan perda
bermasalah dan pengurangan biaya untuk memulai usaha seperti Tanda Daftar
· Perusahaan (TDP) dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);I-menjamin
kelancaran arus barang dan mengurangi biaya transaksi/ekonomi biaya tinggi;
· Sistem informasi: Beroperasinya secara penuh National Single Window (NSW)
untuk impor (sebelum Januari 2010) dan ekspor. Percepatan realisasi proses
penyelesaian bea cukai di luar pelabuhan dengan implementasi tahap pertama
Custom Advanced Trade System (CATS) di dry port Cikarang;
· KEK: Pengembangan KEK di 5 (lima) lokasi melalui skema Public-Private
Partnership sebelum 2012;
· Kebijakan ketenagakerjaan: Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim
usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.
Prioritas 8: Energi
Pencapaian ketahanan energi nasional yang menjamin kelangsungan pertumbuhan
nasional melalui restrukturisasi kelembagaan dan optimalisasi pemanfaatan
energi alternatif seluas-luasnya. Oleh karena itu, substansi inti program aksi
bidang energi adalah sebagai berikut:
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 42
· Kebijakan: Pengambilan kewenangan atas kebijakan energi ke dalam Kantor
Presiden untuk memastikan penanganan energi nasional yang terintegrasi
sesuai dengan Rencana Induk Energi Nasional;
· Restrukturisasi BUMN: Transformasi dan konsolidasi BUMN bidang energi
dimulai dari PLN dan Pertamina yang selesai selambat-lambatnya 2010 dan
diikuti oleh BUMN lainnya;
· Kapasitas energi: Peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-rata
MW per tahun mulai 2010 dengan rasio elektrifikasi yang mencakup 62% pada
2010 dan 80% pada 2014; dan produksi minyak bumi sebesar lebih dari 1,01
juta barrel per hari mulai 2014;
· Energi alternatif: Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi
alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW
pada 2014 dan dimulainya produksi coal bed methane untuk membangkitkan
listrik pada 2011 disertai pemanfaatan potensi tenaga surya, microhydro, serta
nuklir secara bertahap;Iikutan/turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan
baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya;
· Konversi menuju penggunaan gas: Perluasan program konversi minyak tanah
ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010; penggunaan gas
alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya,
dan Denpasar.
Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
Konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan yang keberlanjutan, disertai penguasaan dan
pengelolaan risiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim. Oleh karena
itu, substansi inti program aksi bidang lingkungan hidup dan pengelolaan bencana
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan iklim: Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut,
peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun, dan penekanan
laju deforestasi secara sungguh-sungguh di antaranya melalui kerja sama
lintas kementerian terkait serta optimalisasi dan efisiensi sumber pendanaan
seperti dana Iuran Hak Pemanfaatan Hutan (IHPH), Provisi Sumber Daya
Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi;
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 43
2. Pengendalian Kerusakan Lingkungan: Penurunan beban pencemaran
lingkungan melalui pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air
limbah dan emisi di 680 kegiatan industri dan jasa pada 2010 dan terus
berlanjut; Penurunan jumlah hotspot kebakaran hutan sebesar 20% per tahun
dan penurunan tingkat polusi keseluruhan sebesar 50% pada 2014;
Penghentian kerusakan lingkungan di 11 Daerah Aliran Sungai yang rawan
bencana mulai 2010 dan seterusnya;
3. Sistem Peringatan Dini: Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini
Tsunami (TEWS) dan Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS) mulai 2010 dan
seterusnya, serta Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013;
4. Penanggulangan bencana: Peningkatan kemampuan penanggulangan bencana
melalui: 1) penguatan kapasitas aparatur pemerintah dan masyarakat dalam
usaha mitigasi risiko serta penanganan bencana dan bahaya kebakaran hutan
di 33 propinsi, dan 2) pembentukan tim gerak cepat (unit khusus penanganan
bencana) dengan dukungan peralatan dan alat transportasi yang memadai
dengan basis di dua lokasi strategis (Jakarta dan Malang) yang dapat
menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
I-59
Prioritas 10: Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik
Program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik
ditujukan untuk pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal,
terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pascakonflik
dengan substansi inti sebagai berikut:
1. Kebijakan: Pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan
pendukung kesejahteraan lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan di
daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik selambat-lambatnya
dimulai pada 2011;
2. Kerjasama internasional: Pembentukan kerja sama dengan negara-negara
tetangga dalam rangka pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan;
3. Keutuhan wilayah: Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan
Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010;
4. Daerah tertinggal: Pengentasan daerah tertinggal di sedikitnya 50 kabupaten
paling lambat 2014.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 44
Prioritas 11: Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi
Pengembangan dan perlindungan kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu serta
apresiasinya, untuk memperkaya khazanah artistik dan intelektual bagi
tumbuhmapannya jati diri dan kemampuan adaptif kompetitif bangsa yang
disertai pengembangan inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang dilandasi
oleh keunggulan Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan.
Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang kebudayaan, kreativitas, dan
inovasi teknologi adalah sebagai berikut:
1. Perawatan: Penetapan dan pembentukan pengelolaan terpadu untuk
pengelolaan cagar budaya, revitalisasi museum dan perpustakaan di seluruh
Indonesia ditargetkan sebelum Oktober 2011;
2. Sarana: Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman
dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten selambat-
lambatnya Oktober 2012;
3. Penciptaan: Pengembangan kapasitas nasional untuk pelaksanaan penelitian,
penciptaan dan inovasi dan memudahkan akses dan penggunaannya oleh
masyarakat luas;
4. Kebijakan: Peningkatan perhatian dan kesertaan pemerintah dalam program-
program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong
berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya;
5. Inovasi teknologi: Peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan
kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju
ketahanan energi, pangan, dan antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan
penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda.
Pada dasarnya kesebelas Prioritas Nasional di atas merupakan upaya untuk :
Pertama, Percepatan Pembangunan Infrastruktur Fisik (meliputi Prioritas 5
Ketahanan Pangan, Prioritas 6 Infrastruktur, Prioritas 8 Energi, serta Prioritas 10
Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik).
Kedua, Perbaikan Infrastruktur Lunak (Prioritas 1 Reformasi Birokrasi dan
Tata Kelola dan Prioritas 7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Ketiga, Penguatan Infrastruktur Sosial (Prioritas 2 Pendidikan, Prioritas 3
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 45
Kesehatan, Prioritas 4 Penanggulangan Kemiskinan dan Prioritas 9 Lingkungan
Hidup dan Pengelolaan Bencana)
Keempat, Pembangunan Kreativitas (Prioritas 11 Kebudayaan, Kreativitas, dan
Inovasi Teknologi).
Prioritas Lainnya
Di samping sebelas prioritas nasional tersebut di atas, upaya untuk mewujudkan
Visi dan Misi Pembangunan Nasional juga melalui pencapaian prioritas nasional
lainnya di bidang politik, hukum, dan keamanan, di bidang perekonomian, dan di
bidang kesejahteraan rakyat.
Di bidang politik, hukum, dan keamanan mencakup: (a) pelaksanaan koordinasi
terhadap mekanisme prosedur penanganan terorisme; (b) pelaksaan program
deradikalisasi untuk menangkal terorisme; (c) peningkatan peran Republik
Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia; (d) peningkatan pelayanan dan
perlindungan tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri; (e) penguatan dan
pemantapan hubungan kelembagaan pencegahan dan pemberantasan korupsi; (f)
pelaksanaan perlindungan saksi dan pelapor; (g) pengembalian aset (asset
recovery); (h) peningkatan kepastian hukum; (i) penguatan perlindungan HAM;
dan (i) pemberdayaan industri strategis pertahanan.
Di bidang perekonomian mencakup: (a) pelaksanaan pengembangan industri
sesuai dengan Peraturan Presiden No.28/2008 tentang Kebijakan Industri
Nasional; (b) peningkatan peran dan kemampuan Republik Indonesia dalam
diplomasi perdagangan internasional; (c) peningkatan pelayanan dan
perlindungan tenaga kerja indonesia (TKI) selama proses penyiapan,
pemberangkatan, dan kepulangan; serta (d) peningkatan upaya pelayanan dan
perlindungan tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri.
Di bidang kesejahteraan rakyat mencakup: (a) pelaksanaan ibadah haji yang tertib
dan lancar paling lambat pada 2010; (b) peningkatan kerukunan umat beragama
melalui pembentukan dan peningkatan efektivitas Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB); (c) peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara sebesar 20% secara bertahap dalam 5 tahun; (d) promosi 10
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 46
tujuan pariwisata Indonesia melalui saluran pemasaran dan pengiklanan yang
kreatif dan efektif; (e) perbaikan dan peningkatan kualitas jaringan prasarana dan
sarana pendukung pariwisata; (f) peningkatan kapasitas pemerintah dan
pemangku kepentingan pariwisata lokal untuk mencapai tingkat mutu pelayanan
dan hospitality management yang kompetitif di kawasan Asia; (g) perumusan
kebijakan dan pedoman bagi penerapan pengarusutamaan (mainstreaming)
Gender dan Anak (PUG & A) oleh Kementerian dan Lembaga Pemerintah
Nonkementerian lainnya; (h) pencapaian posisi papan atas pada South East Asia
(SEA) Games pada tahun 2011, peningkatan perolehan medali di Asian Games
tahun 2010 dan Olimpiade tahun 2012; (i) peningkatan character building melalui
gerakan, revitalisasi dan konsolidasi gerakan kepemudaan; serta (j) revitalisasi
gerakan pramuka.
4.2 Arah Kebijakan Bidang-Bidang Pembangunan
Pembangunan Nasional dilakukan secara menyeluruh di berbagai bidang
kehidupan masyarakat. Untuk itu, perencanaan pembangunan nasional
dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) bidang pembangunan menurut Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, yaitu:
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
2. Bidang Ekonomi
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4. Bidang Sarana dan Prasarana
5. Bidang Politik
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
7. Bidang Hukum dan Aparatur
8. Bidang Wilayah dan Tataruang
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Sinergi antar bidang pembangunan sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan
dan tercapainya berbagai sasaran dalam RPJMN 2010-2014. Pada dasarnya
pembangunan di setiap bidang untuk mencapai keberhasilan, tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi saling terkait dengan pembangunan di bidang lainnya. Dengan
pembiayaan yang terbatas, untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan hasil yang
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 47
maksimal dalam mencapai sasaran pembangunan, harus dilakukan sinkronisasi
pembangunan di setiap bidang, sehingga kegiatan di setiap bidang saling terpadu,
mendukung dan saling memperkuat.
Dalam melaksanakan pembangunan yang tertuang dalam RPJMN terdapat prinsip
pengarusutamaan yang menjadi landasan operasional bagi seluruh pelaksanaan
pembangunan. Prinsip-prinsip pengarusutamaan ini diarahkan untuk dapat
tercermin di dalam keluaran pada kebijakan pembangunan, yang mencakup: (1)
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan; (2) pengarusutamaan tata kelola
pemerintahan yang baik; dan (3) pengarusutamaan gender. Prinsip-prinsip
pengarusutamaan ini akan menjadi jiwa dan semangat yang mewarnai berbagai
kebijakan pembangunan di setiap bidang pembangunan. Dengan dijiwainya
prinsip-prinsip pengarustamaan ini, pembangunan jangka menengah ini akan
memperkuat upaya mengatasi berbagai permasalahan yang ada.
RPJMN 2010-2014 juga diarahkan menjadi sebuah rencana kerja jangka menengah
yang bersifat menyeluruh. Persoalan yang bersifat lintas bidang harus ditangani
secara holistik dan tidak terfragmentasi sehingga dapat menyelesaikan persoalan
yang sebenarnya. Pencapaian kinerja pembangunan tersebut menjadi komitmen
semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat merealisasikannya
secara sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Oleh
karena itu disusun pula rencana kerja yang bersifat lintas bidang meliputi (1)
penanggulangan kemiskinan ; (2) perubahan iklim global; (3) pembangunan
kelautan berdimensi kepulauan, dan (4) perlindungan anak. Kebijakan lintas
bidang ini akan menjadi sebuah rangkaian kebijakan antarbidang yang terpadu
meliputi prioritas, fokus prioritas serta kegiatan prioritas lintas bidang untuk
menyelesaikan permasalahan pembangunan yang semakin kompleks.
4.3 Arah Kebijakan dan Strategi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral
4.3.1 Kebijakan Prioritas Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral
Kebijakan Pengelolaan Energi dan sumber daya mineral nasional mempunyai
landasan konstitusional yaitu UUD 1945 pasal 33 ayat (2), ayat (3) dan ayat (5).
Landasan kebijakan nasional yaitu UU nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 48
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Bab III dan Bab IV), landasan operasional
UU Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi pasal 4 ayat (3), UU nomor 22 tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Undang Undang Nomor 27 Tahun 2003
tentang Panas Bumi, Undang Undang nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara dan Undang Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan. Landasan operasional dalam pengelolaan energi lainnya adalah
peraturan perundangan dibawah Undang undang antara lain peraturan
pemerintah , Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri sepanjang diamanatkan
oleh peraturan yang lebih tinggi dan atau dalam rangka melaksanakan tugas dan
fungsi penyelenggaraan negara (hak atribusi).
Beberapa Undang
Undang yang
mengatur kebijakan di
sektor energi dan
sumber daya mineral
antara lain UU N0 22
tahun 2001 tentang
Migas, UU 27 tahun
2003 tentang Panas
Bumi, UU No 30 tahun
2007 tentang Energi
dan UU No. 4 tahun
2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara dan UU No. 30 tahun 2009 tentang
Kelistrikan.
Kebijakan di sektor energi dan sumber daya mineral berdasarkan UU No. 30 tahun
2007 tentang Energi dan UU No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara
diarahkan untuk mewujudkan ketahanan energi dan mineral di Indonesia. Tujuan
ini hendak dicapai dengan merubah paradigma arah kebijakan yang selama ini
mengatur sisi penyediaan (Supply Side Management) menjadi kebijakan yang
KEBIJAKAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL(Berdasarkan UU Energi No. 30 tahun 2007 & UU Minerba No. 4 tahun 2009)
KET
AH
AN
AN
EN
ERG
ID
AN
MIN
ERA
LEKSPLORASI PRODUKSI
KONSERVASI(OPTIMASI PRODUKSI)
SUBSIDI LANGSUNG
DIVERSIFIKASI
KONSERVASI (EFISIENSI)
SUPPLY SIDE POLICY
DEMAND SIDE POLICY
JAMINAN PASOKAN
KESADARAN MASYARAKAT
HARGA ENERGIS
HIF
TIN
G PA
RA
DIG
M
Gambar 4.1 Kebijakan Energi dan Sumber Daya Mineral
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 49
arahnya tidak hanya mengatur sisi penyediaan namun juga mengatur sisi
permintaan (Demand Side Management).
Kebijakan utama sektor energi dan sumber daya mineral diarahkan kepada :
1. Menjamin keamanan pasokan energi yang dicapai melalui upaya-upaya untuk
meningkatkan kegiatan eksplorasi produksi dan optimasi produksi.
2. Melakukan pengaturan harga energi dimana subsidi energi yang selama ini
dilakukan kepada subsidi harga energi diarahkan kepada subsidi langsung.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan diversifikasi energi dan
konservasi energi
1. Menjamin keamanan pasokan energi Untuk menjamin pasokan energi, maka upaya eksplorasi dan optimasi produksi
energi nasional terus ditingkatkan sehingga mampu mengimbangi perkembangan
permintaan
energi di
dalam
negeri. Hal
ini
dilakukan
mengingat
masih
sangat
besarnya
potensi
energi yang
terkandung
di bumi
Indonesia
ini. Dalam rangka meningkatkan produksi, maka eksplorasi telah dilakukan di 107
wilayah kerja migas. Dari jumlah tersebut dilaporkan 19 lokasi temuan yang
sedang dievaluasi potensi cadangan migasnya. Diharapkan dalam waktu dekat
akan ada tambahan temuan lagi. Kegiatan eksplorasi ini disamping diharapkan
-10
100 105 110 115 120 125 130 135 140
5
0
-5
CEKUNGAN MIGAS INDONESIA
5
Cekungan telah dibor, belum ditemukan hidrokarbon (14)
Cekungan belum dieksplorasi (22)
Cekungan sudah berporduksi (16)
Cekungan telah ditemukan hidrokarbon, belum berproduksi (8)
17
8
6
318
21
5 10 4
14
3
5
Wilayah eksplorasi (119)à 20 dilaporkan menemukan cadangan migas
Gambar 4.2 cekungan migas Indonesia
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 50
dapat menambah produksi dari lapangan baru juga dimaksudkan untuk
mengkompensasi penurunan alamiah produksi lapangan existing.
Saat ini kebijakan alokasi gas lebih mengutamakan untuk pasokan domestik,
cadangan besar dapat digunakan baik untuk domestik maupun ekspor dan
cadangan kecil untuk domestik. Selain itu, kebijakan Domestic Market Obligation
(DMO) gas juga diberlakukan (25% dari bagian KKKS/PSC, sisanya dapat
dipergunakan untuk domestik maupun ekspor). Dari tahun ke tahun, ekspor gas
sudah mulai dikurangi, sebaliknya pemanfaatan domestik terus diintensifkan. Hal
ini menunjukkan bahwa pada tataran kebijakan dan perencanaan, upaya
pengutamaan pasokan gas bumi domestik sudah berjalan sangat baik. Meskipun
saat ini kebijakan alokasi gas untuk domestik sudah diprioritaskan, namun ekspor
gas juga tetap diperlukan untuk mencapai skala keekonomian dari suatu lapangan
gas bumi, mengingat harga gas bumi domestik pada umumnya lebih rendah
dibandingkan untuk ekspor. Selain potensi migas, energi fosil lainnya yang potensi
besar adalah batubara dan gas metana batubara. Saat ini 54 perusahaan telah
mengajukan permohonan Wilayah Kerja CBM melalui Penawaran Langsung di
daerah Sumatera dan Kalimantan dimana 2 perusahaan telah selesai melakukan
joint evaluation, 3 perusahaan sedang melakukan joint evaluation, 1 perusahaan
sedang melakukan joint study, 3 perusahaan telah menandatangani kontrak kerja
sama dan 45 lainnya masih dalam proses melengkapi persyaratan administrasi.
Sementara itu 3 perusahaan yang telah menandatangani kontrak, sebagai berikut:
· 1 blok yaitu Blok Sekayu (Medco, Ephindo, dan McLaren) ditandatangani
tanggal 27 Mei 2008
· 2 blok yaitu Blok Indragiri Hulu (PT. Samantaka Mineral Prima) dan Blok Bentian Besar (PT. Ridlatama Mining Utama) ditandatangani tanggal 26 Juni 2008, untuk pengembangan produksi gas metana batubara, penyempurnaan dan optimalisasi penerimaan negera telah diterbitkan Permen ESDM No. 36/2008 sebagai revisi dari Permen ESDM No. 33/2006 tentang pengusahan gas metana batubara.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 51
Upaya lainnya yang dilakukan adalah dengan melaksanakan konservasi atau
optimalisasi produksi. Hal ini dilakukan mengingat masa keemasan minyak bumi
yang sudah akan berlalu.
Dalam sejarah
perminyakan
Indonesia terjadi dua
puncak produksi.
Puncak produksi
pertama terjadi pada
akhir tahun 1970-an
yang merupakan
hasil produksi
alamiah/primer,
terutama dari
lapangan Minas, Duri, dan Handil. Untuk mempertahankan laju produksi, upaya
optimalisasi telah dilakukan yang menghasilkan puncak produksi kedua pada
pertengahan tahun 1990-an. Mengingat minyak bumi adalah sumber daya tak
terbarukan, walaupun berbagai upaya dilakukan, penurunan produksi tidak dapat
dihindari.
Di sub sektor kelistrikan jaminan pasokan kelistrikan diwujudkan melalui
pembangunan infrastruktur kelistrikan dan optimasi pembangunan kelistrikan.
Kapasitas infrastuktur yang ada akan terus ditingkatkan, baik kapasitas
pembangkit, transmisi yang terinterkoneksi pada tegangan 500 kV, 150 KV
maupun transmisi yang belum terinterkoneksi, jaringan distribusi tegangan
menengah maupun tegangan rendah.
Peningkatan kapsitas pembangkit diatur melalui Peraturan Presiden No. 71 tahun
2006 tentang pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW thap I, program
pembangunan pembangkit listrik tahap II (prepres dalam tahap penyelesaian)
Gambar 4.3 Prediksi produksi Minyak Bumi Indonesia
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 52
serta program pembangunan pembangkit melalui IPP. Optimalisasi pasokan
dilaksanakan dengan melakukan:
· Diversifikasi penggunaan energi primer BBM ke non BBM untuk pembangkit
tenaga listrik
- Mempercepat penggantian bahan bakar solar (HSD) menjadi MFO
- Mempercepat pasokan gas
· Menurunkan susut jaringan dan meningkatkan efisiensi administrasi
· Pemanfaatan captive power
· Optimalisasi kapasitas terpasang yang ada
· Penyelesaian/peningkatan kemampuan jaringan transmisi/distribusi dan
interkoneksi.
2. Melakukan pengaturan harga energi
Kebijakan kedua yaitu dengan mengarahkan harga energi untuk mencapai nilai
keekonomiannya sehingga diharapkan subsidi tidak dilakukan dengan mekanisme
pada subsidi harga energi namun dilakukan melalui subsidi langsung kepada
masyarakat yang membutuhkan. Untuk melaksanakan itu telah dilakukan
pengurangan subsidi BBM secara bertahap melalui pengurangan volume BBM
yang disubsidi. Volume minyak tanah bersubsidi mulai dikurangi tiap tahunnya
seiring dengan diterapkannya program konversi minyak tanah ke LPG. Namun
demikian jangkauan konversi minyak tanah ke LPG yang belum sampai ke seluruh
pelosok Indonesia, maka tetap disediakan minyak tanah bersubsidi sebanyak
100.000 KL.
Diharapkan dengan dilakukan pengurangan subsidi BBM dan listrik maka akan
dapat terhindarkan pemberian subsidi yang tidak tepat sasaran, penyalahgunaaan
BBM seperti penyelundupan, pengoplosan dan penyimpangan penggunaan BBM,
pemborosan penggunaan BBM, mempercepat pengembangan energi alternatif dan
meningkatkan efisiensi energi serta yang tidak kalah pentingnya adalah
mengurangi beban subsidi pada keuangan Negara sehingga dapat menambah
alokasi untuk pengembangan sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, dan
pembangunan infrastruktur lainnya.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 53
Gambar 4.4 Program Diversifikasi Energi
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat
Kebijakan ketiga adalah
meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk melakukan
diversifikasi energi dan konservasi
energi. Diversifikasi energi
menjadi langkah penting dalam
penyediaan energi untuk
masyarakat. Diversifikasi energi
direncanakan di seluruh sektor
pemakai, baik di rumah tangga,
komersial, transportasi, industri
maupun pembangkit listrik Diharapkan dengan adanya diversifikasi energi maka
sasaran bauran energi primer nasional dapat tercapai.
Berbagai bahan bakar dari jenis LPG, gas kota, batubara, briket batubara, biofuel,
panas bumi, biomassa, solar cell, Coal bed Methane, biogenic gas akan
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Di sektor transportasi
akan dikembangkan substitusi BBM dengan LPG, BBG, coal gasification, coal
liquefaction, bioethanol, biodiesel, solar cell, CBM, Fuel Cell, dan oil Shale, demikian
juga di sektor industri dan pembangkit akan dilakukan substitusi BBM dengan
energi alternatif lain.
Untuk pengembangan Bahan Bakar Nabati diharapkan akan dapat dilaksanakan
jalur cepat pengembangan BBN melalui program Desa Mandiri Energi, Kawasan
khusus pengembangan BBN dan setiap daerah mengembangkan BBN sesuai
potensi. Dengan jalur cepat pengembangan BBN tersebut diharapkan pada jangka
pendek akan bermanfaat untuk penciptaan lapangan pekerjaan dan pengurangan
kemiskinan, sedangkan jangka panjang diharapkan BBN dapat menjadi alternatif
energi yang dapat diandalkan.
Sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008
tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel)
PROGRAM DIVERSIFIKASI ENERGIJenis Bahan Bakar Rumah Tangga Transportasi Industri Pembangkit
• GasØLPG √ √ √ –ØBBG √ √ √ √
• CoalØCoal √ – √ √ØBriket batubara √ – √ –ØCoal gasification √ √ √ √ØCoal liquefaction – √ √ √
• BiofuelØBio-ethanol √ √ – –ØBio-diesel √ √ √ √ØBio-oil √ – √ √
• Panas Bumi √ – – √• Energi lainnyaØBiomass √ – – √ØAir – – – √ØSolar cell √ √ – √ØAngin – – – √ØCBM √ √ √ √ØHydrogen / Fuel Cell – √ – √ØOil Shale – √ √ √ØBiogenic Gas √ – – √
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 54
sebagai Bahan Bakar Lain, telah diatur pentahapan kewajiban minimal
pemanfaatan biodiesel, bioetanol dan minyak nabati murni. Pentahapan untuk
biodiesel masing-masing sektor yang menggunakan solar dengan persentase
pencampuran biodiesel dimulai dari 1% sampai dengan 20%.
Pentahapan yang sama diberlakukan pada bioethanol untuk dicampurkan dengan
bensin. Kewajiban pentahapan dilakukan secara berbeda antara transportasi PSO
dengan Non PSO, dimana persentase yang lebih besar diberlakukan pada
transportasi non PSO. Hal ini dilakukan karena bensin non PSO sudah dijual dalam
harga keekonomian sehingga akan lebih mudah dalam implementasinya. Target
pada tahun 2025 adalah bensin yang dikonsumsi oleh masyarakat mengandung
15% bioethanol. Meskipun demikian, volume pencampuran ini, termasuk juga
untuk biodiesel, akan disesuaikan dengan melihat spesifikasi global dan
kepentingan domestik termasuk perkembangan teknologi.
Jenis BBN ketiga yang diatur pemanfaatannya adalah minyak nabati murni atau
yang juga dikenal dengan biooil. Pemanfaatan minyak nabati murni diarahkan
untuk menggantikan sebagian bahan bakar yang digunakan pada peralatan yang
menggunakan teknologi diesel putaran rendah dan tinggi yang umumnya berada di
sektor industri, kelautan serta pembangkit listrik. Adapun untuk rumah tangga,
saat ini pemanfaatannya tidak ditentukan; tetapi bukan berarti Pemerintah tidak
mendorong upaya pemanfaatan minyak nabati murni pada sektor ini. Pendekatan
pemanfaatan minyak nabati murni untuk rumah tangga dilakukan melalui
pengembangan Desa Mandiri Energi.
Upaya konservasi telah dilaksanakan dengan melakukan sosialisasi dan penerbitan
Instruksi Presiden nomor 2 tahun 2008 tentang Penghematan Energi dan Air
sebagai revisi Inpres nomor 10 tahun 2005 tentang Penghematan Energi. Dalam
Inpres tersebut diinstruksikan pimpinan lembaga pemerintahan baik di pusat dan
daerah untuk:
- melakukan langkah-langkah dan inovasi penghematan energi dan air meliputi
penerangan dan alat pendingin ruangan (AC), dan peralatan yang
menggunakan energi listrik, bahan bakar minyak atau gas
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 55
- Melaksanakan program dan kegiatan penghematan energi dan air sesuai
Kebijakan Penghematan Energi dan Air yang telah ditetapkan
- melakukan sosialisasi dan mendorong masyarakat untuk melaksanakan
penghematan energi dan air
- Membentuk gugus tugas di lingkungan masing-masing untuk mengawasi
pelaksanaan penghematan energi dan air.
Di sub sektor pertambangan mineral dan batubara, secara eksplisit didalam
Undang Undang nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara diamanatkan bahwa pengusahaan pertambangan mineral harus disertai
dengan peningkatan nilai tambah melalui pengolahan di dalam negeri. Ini
membuka peluang untuk lebih memanfatakan sumberdaya dan kemampuan lokal.
Dengan melaksanakan ketentuan tersebut akan dapat meningkatkan pendapatan
negara jika dibandingkan dengan hanya menjual bijih (ore) ataupun konsentrat
saja. Demikian pula pembukaan berbagai pabrik pengolahan di dalam negeri akan
memberikan peluang penggunaan tenaga dan sumberdaya lokal yang lebih besar.
Selain itu, diamanatkan pula untuk mengatur sumberdaya mineral dan batubara
sehingga kita memiliki cadangan nasional yang kelak dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan nasional. Kedua hal tersebut di atas dapat dipandang
sebagai upaya konservasi sumberdaya mineral dan batubara yang kongkrit. Upaya
ini secara langsung juga telah meletakkan fondasi dalam upaya menuju
kemandirian dalam pemanfaatan dan pengusahaan mineral dan batubara.
Pengelolaan pertambangan dilaksanakan baik oleh Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah daerah, hal ini sejalan dengan UU No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sesuai dengan PP 75 tahun 2001 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1969 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, Pemerintah Daerah dapat
mengeluarkan izin Kuasa Pertambangan sesuai dengan kewenangannya, yaitu bila
wilayah tambang yang bersangkutan masih dalam satu wilayah kabupaten/kota
maka bupati/walikota yang mengeluarkan izin, bila berbatasan lebih dari satu
kabupaten maka gubernur yang mengeluarkan izin, sedangkan bila berbatasan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 56
lebih dari satu propinsi maka KP tersebut dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat.
Selama periode 2001 s.d. 2008 terjadi peningkatan jumlah KP di daerah,
khususnya di kabupaten dan kota yang memiliki potensi pertambangan, saat ini
jumlah KP mencapai total 4.538 ijin KP yang terdiri dari : KP Penyelidikan Umum
750 ijin, KP Eksplorasi 2.440 ijin dan KP Eksploitasi 1.348 izin. Di dalam hal ini
Pemerintah Pusat terus melakukan koordinasi dan kerjasama, di antaranya dengan
Pemerintah Daerah setempat serta BPK, Ditjen Pajak dan instansi terkait lainnya
dalam rangka meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap KP-KP tersebut
sehingga dapat mengoptimalkan pengelolaan K3, lingkungan hidup, tenaga kerja
serta peningkatan penerimaan negara.
Disamping kebijakan utama, beberapa kebijakan lain adalah sebagai berikut:
1) Kebijakan Domestic Market Obligation (DMO)
Untuk mengupayakan keamanan pasokan minyak dan gas bumi serta batubara
dalam negeri telah ditetapkan kebijakan domestic market obligation (DMO). Untuk
sub sektor migas, sesuai Undang Undang nomor 22 Tahun 2001 pasal 22 ayat 1,
badan usaha atau badan usaha tetap wajib menyerahkan 25 % bagiannya dari hasil
produksi minyak bumi dan atau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Pada tahun 2008 produksi minyak sebesar 357,50 juta barel atau 62,3 %
dari produksi dipasok untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan gas bumi dari
sebesar 7,883 bscfd atau 47,8 % dipasok untuk kebutuhan dalam negeri.
Untuk mengupayakan keamanan pasokan batubara dalam negeri, pemerintah
menetapkan kebijakan DMO batubara.
Kebijakan DMO batubara merupakan kebijakan bagi produsen batubara untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang
Energi mengamanatkan terjaminnya ketahanan energi nasional melalui kewajiban
Pemerintah untuk menyediakan cadangan penyangga energi. Dari kajian yang
dilaksanakan diketahui, bahwa kebijakan DMO batubara sangat diperlukan untuk
menjamin ketahanan energi nasional. Kemudian berdasarkan UU No. 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pasal 5 ayat 2 s.d. 5,
Pemerintah untuk kepentingan nasional wajib melaksanakan pengendalian
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 57
produksi dan ekspor. Selanjutnya berwenang menetapkan produksi tiap-tiap
komoditas per tahun setiap provinsi, yang wajib ditaati oleh Pemerintah Daerah.
Pada dasarnya perusahaan pertambangan batubara harus mendukung keamanan
pasokan batubara untuk dalam negeri, dengan cara menjual batubara yang
diproduksikannya kepada pemakai batubara dalam negeri sesuai dengan yang
dibutuhkan. Sebagai contoh adalah kebutuhan DMO batubara tahun 2008 sebesar
68 juta ton lalu dibagikan secara proporsional kepada perusahaan batubara
nasional.
Perusahaan pertambangan batubara dapat menjual batubara yang
diproduksikannya ke luar negeri, apabila kebutuhan batubara dalam negeri telah
terpenuhi. Konsekuensi dari hal ini adalah:
(1) harus ditetapkan besarnya kebutuhan batubara dalam negeri, dan
(2) harus ditetapkan Persentase Minimal Penjualan Batubara Dalam Negeri
(PMPBDN) atas produksi batubara dari perusahaan pertambangan batubara.
Besarnya kebutuhan batubara dalam negeri dan PMPBDN merupakan suatu
besaran yang dinamis dan dapat berubah setiap waktu. Kedua hal ini harus
dihitung dan ditetapkan pemerintah, misalnya sekali dalam setahun. Penentuan
besarnya kebutuhan batubara ditentukan secara bersama oleh Menteri ESDM c.q.
Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi (Dirjen Minerbapabum);
Menteri Perindustrian; asosiasi industri pemakai batubara; asosiasi perusahaan
produsen batubara; dan asosiasi perusahaan niaga (trader) batubara.
Penetapan PMPBDN dilakukan oleh Menteri ESDM c.q. Dirjen Minerbapabum pada
setiap bulan Juni tahun berjalan, yang digunakan sebagai patokan penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan pertambangan batubara
pada tahun selanjutnya, dan RKAB dari perusahaan pertambangan batubara harus
memenuhi PMPBDN yang ditetapkan.
Untuk mendukung kebijakan DMO, diperlukan langkah untuk mendorong
pembangunan dan penyebaran keberadaan infrastruktur batubara. Potensi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 58
cadangan batubara yang berlimpah di Indonesia khususnya di Kalimantan dan
Sumatera harus didukung oleh keberadaan infrastruktur pendukung pemanfaatan
batubara antara lain : pelabuhan pengapalan batubara, jalur transportasi darat
kereta api dan jalur jalan, dan areal penyimpanan batubara (coal stockpile).
Pembangunan sarana infrastruktur ini akan memudahkan kepada pemegang IUP
dan konsumen batubara dalam menjalankan penyediaan energy batubara dan
akan mengurangi biaya transportasi bagi kedua belah pihak.
2) Kebijakan Untuk Peningkatan Local Content
Di sub sektor minyak dan gas bumi, sebagaimana yang diamanatkan Undang
Undang nomor 22 Tahun 2001, yaitu mendukung dan menumbuh-kembangkan
kemampuan nasional, menciptakan lapangan kerja, untuk lebih mampu bersaing
di tingkat nasional, regional dan internasional, maka telah didukung dengan
berbagai peraturan pelaksanaan dalam upaya mencapai sasaran Peningkatan
Kapasitas Migas Nasional pada tahun 2025, adalah :
1. Operatorship 50% oleh perusahaan nasional
· Permen ESDM Nomor 01/2008 tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan
Minyak Bumi pada Sumur Tua;
· Permen ESDM Nomor 03/2008 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengembalian
Bagian Wilayah Kerja yang tidak dimanfaatkan oleh Kontraktor Kontrak Kerja
Sama dalam rangka peningkatan produksi minyak dan gas bumi;
· PP No. 35/2004 ps 34: memberikan participating interest sebesar 10% kepada
perusahaan nasional untuk lapangan–lapangan yang sudah mendapatkan
persetujuan POD I;
· Secara business to business dimungkinkan untuk pengalihan working interest;
· Badan Usaha (BU) dimungkinkan untuk mengikuti sistim pelelangan dalam
pengelolaan Wilayah Kerja (WK).
2. Penggunaan barang dan jasa nasional sebesar 91%
· PP No. 35/2004 ps 79 : Pengutamaan penggunaan barang, jasa, teknologi serta
kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri telah tersedia dan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 59
memenuhi persyaratan mutu, waktu penyerahan dan harga sesuai ketentuan
dalam pengadaan barang dan jasa.
· Permen ESDM No. 037 Tahun 2006 bahwa Rencana Kebutuhan Barang Impor
(RKBI) wajib mengutamakan penggunaan barang, jasa, teknologi serta
kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri untuk kegiatan usaha
hulu minyak dan gas bumi
· ADP (Apresiasi Domestic Product) LIST: menyusun daftar kemampuan
industri barang dan jasa dalam negeri untuk dipergunakan sebagai acuan
dalam pengadaan barang dan jasa kontraktor migas
· Pemberian preferensi terhadap nilai Local Content (LC) untuk barang 15%
terhadap LC dan jasa 7.5% terhadap LC dalam pengadaan barang dan jasa
· Permen ESDM No. 027 Tahun 2008, sebagai dukungan usaha penunjang dalam
mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional dalam kegiatan
usaha migas
3. Penggunaan sumber daya manusia (SDM) Nasional sebesar 99%
· PP 35/2004 ps. 82, kewajiban BU/BUT dalam penggunaan tenaga kerja
setempat sesuai dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan;
· PP 35/2004 ps. 84, kewajiban BU/BUT dalam pengembangan kemampuan
tenaga kerja Indonesia dengan melaksanakan program pendidikan dan
pelatihan;
· Pemagangan fresh graduated di industri migas (dalam POD);
· Meningkatkan link & match antara kegiatan usaha migas dengan perguruan
tinggi;
· Peningkatan kualifikasi dan sertifikasi Tenaga Kerja Indonesia dengan
memberdayakan training center dalam negeri.
Sesuai dengan kebijakan diatas, Pembebasan Bea Masuk dapat diberikan terhadap
barang modal impor dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Barang belum dapat diproduksi di dalam negeri
2. Barang sudah diproduksi tetapi spesifikasi yang dibutuhkan belum terpenuhi,
atau
3. Barang sudah diproduksi di dalam negeri tetapi jumlahnya belum mencukupi
kebutuhan industri.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 60
Selain itu, untuk mendukung hal tersebut sedang disusun konsep petunjuk teknis
penilaian tingkat komponen dalam negeri dalam rangka pembangunan
infrastruktur ketenagalistrikan untuk kepentingan umum.
Di sub sektor kelistrikan untuk memajukan daya saing dan produksi dalam negeri
serta meningkatkan local content, pemerintah melalui Departemen Keuangan
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128 tahun 2009 tentang
Pembebasan Bea Masuk atas Impor barang Modal dalam rangka pembangunan dan
pengembangan indutri pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan umum yang
ditindaklanjuti dengan keluarnya Peraturan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi
Nomor 57-12/20/600.3/2009 tanggal 11 Februari 2009 tentang Tata Cara
Permohonan Persetujuan dan Penandasahan Rencana Impor Barang Modal untuk
Pembangunan dan Pengembangan Industri Pembangkit Listrik, hal tersebut
berkaitan dengan kebijakan Impor Barang Modal.
3) Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Pertambangan
Kebijakan peningkatan nilai tambah terbagi menjadi peningkatan local content dan
peningkatan nilai tambah pertambangan. Upaya optimalisasi dan peningkatan
pemanfaatan barang dan peralatan produk dalam negeri (local content) untuk
mendukung usaha pertambangan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius
dari semua pihak, hal ini akan sejalan dengan amanat UU No. 4 tahun 2009 dan
direktif Presiden. Pemerintah terus mendorong upaya peningkatan kandungan
lokal di dalam kegiatan pertambangan, karena hal ini akan dapat mendorong
perekonomian nasional. Di dalam kegiatan ini, khususnya di dalam sektor
pertambangan yang ditekankan adalah pembelian di dalam negeri (local
expenditure) terhadap kebutuhan pelaksanaan kegiatan pertambangan. Seiring
dengan hal tersebut diharapkan agar industri di dalam negeri juga dapat terus
tumbuh di dalam mendukung kegiatan pertambangan, sehingga kebutuhan
terhadap kegiatan pertambangan dapat dipenuhi. Untuk efektifitas terhadap
pelaksanakaan kegiatan ini, maka dilakukan perencanaan, pengawasan dan
pemantauan terus menerus. Pada tahap perencanaan, di dalam setiap pengajuan
masterlist khususnya perusahaan KK dan PKP2B ditekankan tentang ketentuan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 61
kandungan lokal tersebut serta dibahas bersama anatara pemerintah dan
pengusaha pertambangan. Setiap masterlist yang diajukan oleh subsektor
pertambangan membutuhkan rekomendasi dan persetujuan dari DESDM sebelum
diproses lebih lanjut di BKPM. Setelah tahapan ini dilaksanakan, dilakukan
pengawasan terus-menerus di dalam pelaksanannya. Salah satu kegiatan yang
penting dilaksanakan disini adalah promosi penggunaan kandungan lokal dan local
expenditure bagi industry pertambangan. Kebijakan fiskal terhadap produk dalam
negeri yang bahan bakunya masih berasal dari impor harus lebih intensif, sehingga
harga akan lebih bersaing dengan produk impor. Kebijakan tersebut harus
dilakukan secara komprehensif sehingga akan memperkokoh pertumbuhan
produsen dalam negeri dan dapat mensuplai usaha tambang secara kontinu.
Kebijakan peningkatan nilai tambah pertambangan menjadi salah satu butir
penting dalam UU Minerba yang pelaksanaannnya membutuhkan komitmen besar
serta kerjasama dari semua pihak. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk
mendorong manfaat optimal produk pertambangan, sehingga produk
pertambangan tidak di ekspor semata dalam bentuk barang mentah (raw material)
seperti selama ini terjadi. Selaku pemilik komoditas tersebut kita memang berhak
mendapatkan manfaat yang lebih besar melalui integrasi industri hulu dan hilir,
yaitu mulai dari proses pertambangan, pengolahan dan pemanfaatannya.
Kebijakan tentang nilai tambah akan berdampak kepada mengoptimalkan nilai
tambah dari produk, tersedianya bahan baku industri, peningkatan pendapatan
negara, kesempatan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.
4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara telah mewajibkan
pemurnian, pengolahan serta pemanfaatan mineral dan batubara di dalam negeri.
Pasal-pasal yang mengatur tentang nilai tambah, antara lain :
1. Pasal 102 : “Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber
daya mineral dan/atau batubara dalam pelaksanaan penambangan,
pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara”
2. Pasal 103 ayat 1 : “Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan
pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri”.
3. Pasal 170 : “Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam pasal 169
yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 62
dalam pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-
Undang ini diundangkan”.
Pasal-pasal di atas ini pada dasarnya mendorong nilai tambah dari produk
pertambangan, termasuk diantaranya adalah persyaratan tersedianya bahan baku
industri, terjadinya penyerapan tenaga kerja, dan terjadinya peningkatan
penerimaan negara. Sesuai dengan pasal 103 ayat 3 UU No.4/2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara dijelaskan bahwa “Ketentuan lebih lanjut
mengenai peningkatan nilai tambah sebagaimana dimaksud dalam pasal 102 serta
pengolahan dan pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Oleh karena itu, kewajiban tentang nilai tambah
dimasukkan dalam RPP Tentang Kegiatan usaha Mineral dan Batubara. Kewajiban
peningkatan nilai tambah, pengolahan dan pemurnian mineral dan batubara di
dalam RPP ini antara lain menyebutkan:
1. Pemegang IUP/IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan di dalam
negeri
2. Pemegang IUP/IUPK Operasi Produksi dilarang melakukan ekspor mineral
yang diproduksi sebelum diolah
3. Pengolahan dapat dilakukan secara kerja sama dengan pihak lain.
4) Kebijakan Untuk Peningkatan Investasi
Beberapa kebijakan untuk peningkatan daya saing investasi di sub sektor migas
antara lain:
1. Geological Prospek, untuk peningkatan investasi migas
· Meningkatkan kegiatan survei G&G dan survei umum di wilayah terbuka
untuk mendorong pembukaan wilayah kerja baru
· Peningkatan kualitas dan transparansi di dalam mengakses data dan
informasi pada kegiatan usaha migas untuk mendukung penawaran Wilayah
Kerja Migas.
· Penerbitan Permen ESDM No. 03 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pengembalian Wilayah Kerja Yang Tidak Dimanfaatkan Oleh KKKS
Dalam Rangka Peningkatan Produksi Migas
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 63
· Menerbitkan Permen ESDM No. 036 Tahun 2008 tentang Pengusahaan Gas
Metana Batubara
2. Infrastruktur migas
· UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, memberikan peluang
yang terbuka bagi swasta untuk melakukan kegiatan usaha hilir migas.
· Menerbitkan PP No. 62 Tahun 2008 tentang Insentif Fasilitas Perpajakan, yang
meliputi:
a. Penyusunan dan amortisasi dipercepat
b. Pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak LN
sebesar 10% atau tarif tax treaty.
c. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 tahun dan tidak lebih dari 10
tahun dengan persyaratan tertentu.
· Menyusun Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional
· Menerbitkan peraturan-peraturan percepatan penyediaan infrastruktur seperti
Perpres No. 42 Tahun 2005 dan Perpres No. 67 Tahun 2005.
3. Regulatory Framework
· Untuk mengatasi perbedaan penafsiran Pasal 31 UU 22 tahun 2001 tersebut
dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 177,178, dan 179.
Sehingga sejalan dengan investasi di kegiatan Hulu Migas yang memerlukan
kepastian investasi jangka panjang
· Menerbitkan Permen ESDM No. 008 Tahun 2005 tentang Insentif
Pengembangan Lapangan Minyak Bumi Marginal
· Menerbitkan Permen ESDM No. 01 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan
Minyak Bumi pada Sumur Tua.
· Menerbitkan Permen ESDM No 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan,
Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar
Lain.
Di sub sektor kelistrikan, kebijakan investasi diprioritaskan untuk mendorong
peningkatan peran swasta, peningkatan dan pemanfaatan teknologi dalam negeri,
serta pemanfatan renewable energy dan energi setempat. Untuk itu Pemerintah
terus berusaha menyempurnakan produk-produk regulasi yang mendorong
investasi.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 64
Pemerintah menyadari keterbatasan finansial untuk pendanaan di sektor
ketenagalistrikan sehingga peran swasta sangat diharapkan untuk memperkokoh
penyediaan tenaga listrik nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2006 sebagai perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989, dimungkinkan pembelian tenaga
listrik oleh PT PLN (Persero) dari koperasi, BUMD, swasta, dan swadaya
masyarakat setelah mendapat persetujuan Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 09 Tahun
2005 Tentang Prosedur Pembelian tenaga Listrik Dan/Atau Sewa Menyewa
Jaringan Dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum jis
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01 Tahun 2006 dan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 04 Tahun 2007,
mekanisme pembelian tenaga listrik oleh PT PLN (Persero) dari pihak lain dapat
dilakukan melalui pelelangan umum, penunjukan langsung atau pemilihan
langsung.
Pada bulan September 2009, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
melalui sidang paripurna telah menyetujui Undang Undang tentang
Ketenagalistrikan yang baru. Pada Undang Undang ini pelaku usaha penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan umum dapat dilaksanakan oleh BUMN, BUMD,
swasta, koperasi dan swadaya masyarakat. Dalam usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan umum tersebut, BUMN diberi prioritas pertama. Untuk wilayah
yang belum mendapatkan pelayanan tenaga listrik, pemerintah atau pemerintah
daerah sesuai kewenangannya memberi kesempatan kepada BUMD, badan usaha
swasta atau koperasi sebagai penyelenggara usaha penyediaan tenaga listrik
terintegrasi. Dalam hal tidak ada BUMD, swasta, atau koperasi yang dapat
menyediakan tenaga listrik di wilayah tersebut, pemerintah wajib menugaskan
BUMN untuk menyediakan tenaga listrik.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 65
Sedangkan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri dapat
dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, badan usaha
swasta, koperasi, perseorangan, dan lembaga/badan usaha lainnya. Usaha
penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri meliputi jenis usaha:
pembangkitan tenaga listrik; pembangkitan tenaga listrik dan distribusi tenaga
listrik; atau pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik dan distribusi
tenaga listrik.
Undang Undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
mengamanatkan untuk memprioritaskan kepentingan bangsa (pasal 2) , namun
juga mendukung pembangunan nasional melalui pengembangan mineral dan
batubara. Pada intinya UU Minerba mendorong partisipasi pemerintah dan swasta
untuk tercapainya peningkatan investasi baik di sisi hulu maupun hilir. Beberapa
peluang investasi dalam UU Minerba diantaranya:
1. Peningkatan investasi terhadap existing KK, PKP2B dan IUP (dulu KP) baik
dari sisi proses penambangan ataupun terhadap adanya kewajiban
pengolahan
2. Peningkatan investasi terhadap IUP baru (melalui pelelangan) ataupun IUPK
3. Peningkatan investasi terhadap upaya nilai tambah pertambangan (local
content, local expenditure, dan pengolahan)
4. Peningkatan investasi terhadap berkembangnya usaha jasa.
5. Pengembangan Infrastruktur pertambangan (terutama Kalimantan dan
Sumatra)
6. Pengembangan Panas Bumi
7. Pengembangan Crash Program 10.000 MW Tahap I (Batubara) dan Tahap II
(30 % batubara dan 70 % non-renewable energy terutama panas bumi )
8. Penggunaan Batubara mutu rendah (LRC) (Coal liquafaction, Coal gasification,
Pembangunan pembangkit listrik mulut tambang)
4.3.2 Strategi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral
Untuk pemenuhan kebutuhan migas dan mencapai sasaran yang diinginkan,
beberapa strategi di sub sektor migas antara lain:
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 66
1. Mempertahankan produksi migas
Untuk peningkatan keamanan pasokan migas dan untuk mempertahankan
penerimaan negara dari sub sektor migas maka produksi migas harus tetap
dipertahankan dengan melakukan upaya upaya :
· Meningkatkan pemboran pengembangan
· Memproduksi lapangan baru (optimalisasi lapangan baru)
· pengusahaan sumur sumur tua
· membuka dan menawarkan wilayah kerja migas
· meningkatkan kegiatan eksplorasi untuk meningkatkan cadangan
2. Pengaturan penggunaan Domestic Market Obligation (DMO) Minyak Bumi
3. Pengembangan cadangan strategis minyak bumi
Pemerintah akan melakukan pengaturan mengenai cadangan strategis minyak
bumi yang meliputi lokasi, pembiayaan, pengelolaan, jumlah dan sumber minyak
bumi. Cadangan strategis ini meliputi cadangan minyak mentah untuk pasokan
kilang dan cadangan penyangga BBM yang akan memanfaatkan tangki minyak
yang ada sesuai dengan rencana pengembangan infrastruktur migas dan
mendorong peran swasta untuk berpartisipasi.
4. Insentif untuk peningkatan investasi
5. Pembangunan kilang BBM dan Peningkatan pembangunan jaringan gas
Untuk mengatasi kendala keterbatasan infrastruktur migas diperlukan langkah
langkah untuk mendorong pembangunan kilang BBM dan peningkatan
pembangunan jaringan gas
6. Peningkatan rasio gasifikasi (jumlah rumah tangga berbahan bakar gas)
Untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap bahan bakar gas yang
bersih dilakukan pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga melalui
dana APBN. Diharapkan dengan adanya pembangunan jaringan gas bumi untuk
rumah tangga maka akan meningkatkan jumlah rumah tangga yang menggunakan
bahan bakar berbahan bakar gas
7. Peningkatan penggunaan barang dan jasa nasional
Pemerintah berkewajiban untuk membina dan mengembangkan kegiatan usaha
penunjang migas sebagai pilar pertumbuhan perekonomian nasional. Untuk itu
langkah utama yang harus dilakukan adalah:
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 67
· Keberpihakan kepada perusahaan nasional dengan memberikan preferensi,
insentif, aliansi strategis (kemitraan), serta proteksi
· Mengendalikan impor barang operasi migas yang bertujuan untuk
pemberdayaan produksi dalam negeri, disamping untuk mendapatkan fasilitas
bebas bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PDRI)
· Menyusun dan menerbitkan ADP (Apreciation of Domestic Product) List, yang
memuat perusahaan/pabrikan yang sudah mampu memproduksi barang dan
jasa dalam negeri sebagai acuan dalam pengadaan barang dan jasa di Kegiatan
Usaha Migas.
· Kewajiban minimum TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dalam setiap
pengadaan barang dan jasa
· Menetapkan kebijakan penyiapan Perusahaan Migas Nasional yang
mendominasi pada industri migas.
8. Peningkatan SDM Nasional dalam Kegiatan Usaha Migas
Penggunaan teknologi tinggi dalam kegiatan pengusahaan migas menuntut
penyediaan Sumber Daya Manusia yang profesional di bidang migas. Oleh karena
itu dilakukan pendidikan dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM dalam
negeri untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kerja migas dalam negeri. Selain itu
masih terbuka kesempatan bagi tenaga profesional migas untuk dapat bekerja di
luar negeri.
9. Peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan bidang migas
Untuk menunjang kegiatan pengusahaan migas yang memerlukan teknologi tinggi
diperlukan penelitian dan pengembangan teknologi untuk menunjang
perkembangan industri migas dalam negeri.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan mencapai sasaran yang diinginkan,
maka Pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memastikan kecukupan penyediaan tenaga listrik untuk jangka menengah
dengan mendorong pelaku usaha untuk menambah kapasitas pasokan listrik
2. Mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk pemanfaatan
biofuel untuk pembangkitan tenaga listrik
3. Meningkatkan kemampuan sistem penyaluran tenaga listrik akibat adanya
pertumbuhan beban dan pembangunan pembangkit baru
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 68
4. Fasilitasi penyelenggaraan investasi dan pendanaan infrastruktur tenaga
listrik.
5. Pemerintah terus mendorong tarif dasar listrik mencapai nilai ekonominya
dengan tujuan agar dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan dan memperoleh keuntungan yang wajar dalam rangka investasi
penyediaan tenaga listrik. Menaikkan tarif listrik menuju nilai
keekonomiannya merupakan salah satu langkah yang penting di dalam
menyehatkan keuangan PLN sehingga perusahaan mendapatkan return yang
wajar dan penyediaan tenaga listrik dapat berlangsung secara
berkesinambungan. Tarif listrik pada nilai keekonomiannya juga merupakan
sinyal yang positif bagi investor untuk menanamkan investasinya di sektor
ketenagalistrikan.
Selain itu dalam pengaturan harga tenaga listrik, Pemerintah akan
menerapkan tarif regional. Skema regionalisasi tarif akan diterapkan dengan
standar mutu layanan listrik. Sehingga tarif listrik per daerah akan disesuaikan
dengan kualitas pasokan listrik di daerah tersebut. Semakin baik kualitas
pasokannya (jarang padam), maka tarifnya akan lebih mahal dibandingkan
wilayah lain yang sering mengalami pemadaman. Karena itu, jika
diberlakukan, maka tarif listrik di Jawa-Madura-Bali relatif akan lebih mahal
dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang masih sering
mengalami pemadaman.
6. peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan diversifikasi energi
7. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan konservasi energi
dengan:
· Meningkatkan budaya hemat energi bagi masyarakat dan kantor-kantor
pemerintah
· Mendorong implementasi dan penerapan efisiensi energi melalui
kebijakan insentif dan disinsentif
· Mendorong penggunaan peralatan pemanfaat energi yang efisien melalui
standard dan label
· Mendorong industri dan bangunan komersial untuk meningkatkan
pelaksanaan efisiensi energi.
8. Mendorong pelaksanaan diversifikasi energi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 69
· Menugaskan PT PLN (Persero) untuk melakukan diversifikasi energi
primer untuk pembangkitan tenaga listrik (10.000 MW Tahap I dan Tahap
II).
· Mendorong pengembangan infrastruktur energi terbarukan yang
bertumpu kepada masyarakat
· Mengambil langkah untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel
dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan untuk memenuhi
kebutuhan listrik di perdesaan
· Memfasilitasi interkoneksi pembangkit listrik tenaga energi baru
terbarukan skala kecil dan menengah ke jaringan PLN
· Pengembangan Desa Mandiri Energi, untuk meningkatkan penyediaan
energi di perdesaan berbasis BBN dan non-BBN yang tersedia setempat
untuk memenuhi kebutuhan energi dan mendukung usaha produktif
masyarakat
9. Peningkatan SDM nasional dalam kegiatan usaha ketenagalistrikan
10. Peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan di bidang
ketenagalistrikan untuk memberi kemudahan aksesibilitas masyarakat
terhadap energi listrik diperlukan pengembangan teknologi tepat guna,
sehingga dapat meningkatkan rasio elektrifikasi.
Untuk menjamin keamanan pasokan mineral, batubara dan panas bumi serta
mencapai sasaran yang diinginkan maka diambil langkah-langkah antara lain
sebagai berikut:
1. Menjamin keamanan pasokan batubara melalui Pengendalian Produksi dan
Ekspor.
Berdasarkan ketentuan di dalam Undang Undang nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah dapat melakukan
pengendalian produksi mineral atau batubara yang dilakukan oleh Pemegang
IUP dan IUPK Operasi Produksi Mineral atau Pemegang IUP dan IUPK Operasi
Produksi Batubara. Pengendalian produksi mineral dan batubara sebagaimana
disebutkan pada ayat (1) selain untuk memenuhi ketentuan aspek lingkungan
dan melakukan konservasi sumberdaya mineral atau batubara juga dilakukan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 70
untuk menjamin kebutuhan di dalam negeri dan mengendalikan harga mineral
dan batubara. Pengendalian ekspor dapat digunakan sebagai salah satu
mekanisme di dalam upaya mengutamakan pasokan kebutuhan mineral atau
batubara dalam negeri. Langkah ini meliputi berbagai kegiatan, diantaranya
adalah perencanaan produksi, penyusunan kebutuhan di dalam negeri,
penyusunan harga patokan batubara bulanan, pengembangan infrastruktur dan
peningkatan pengawasan dan pembinaan.
2. Meningkatkan nilai tambah pertambangan dengan :
· mewajibkan ekspor produk tambang dalam bentuk produk akhir
· memberikan kemudahan bagi investor
· Penyusunan kajian master plan pendirian fasilitas pengolahan mineral utama
· Peningkatan Kualitas Dan Kontinuitas Peralatan Produksi Dalam Negeri
3. Meningkatkan investasi pertambangan
· Menyelesaikan regulasi pendukung UU No 4 Tahun 2009
· Promosi Investasi
4. Pengembangan Panas Bumi
5. Peningkatan kualitas penelitian dan pengembangan di bidang mineral dan
batubara
4.4 Arah Kebijakan dan Strategi Badan Geologi
4.4.1 Kebijakan
Guna pencapaian tujuan strategis dan sasaran strategis diambil kebijakan-
kebijakan sebagai berikut:
1. Percepatan pengungkapan potensi sumber daya geologi 2. Peningkatan manajemen sumber daya geologi yang menekankan pada alokasi
dan konservasi sumber daya 3. Pengungkapan potensi geologi lingkungan untuk penataan ruang dan
pengelolaan lingkungan 4. Pemenuhan kebutuhan air bersih dari pemanfaatan air tanah 5. Peningkatan kemampuan mitigasi bencana geologi 6. Peningkatan ketersediaan data dasar geologi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 71
7. Pengembangan konsep geologi untuk pengungkapan potensi geologi. 8. Peningkatan pelayanan publik melalui pengelolaan, penyediaan serta
penyebarluasan data dan informasi geologi 9. Pemberdayaan kerja sama internasional dalam rangka peningkatan hubungan
diplomatik dan pencarian sumber-sumber potensi geologi Sebagai tindak lanjut dari kebijakan strategis pembangunan bidang geologi, telah
diidentifikasi sebanyak 7 (tujuh) agenda pembangunan bidang geologi 2010-2014.
Masing-masing agenda tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi sub agenda atau
induk dari rencana aksi. Ketujuh agenda dan penjabarannya masing-masing adalah
berikut ini:
1. Agenda Pengembangan Sumber Daya Energi
2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Mineral
3. Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah
4. Agenda Mitigasi Bencana Geologi
5. Agenda Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang
6. Agenda Pengembangan Geo-Informasi
7. Agenda Public Governance (Tata Laksana Kepemerintahan)
4.4.2 Strategi
· Sumber Daya Energi
Peran dan tantangan pembangunan bidang sumber daya geologi ke depan
diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan sektor ESDM masa depan.
Peran bidang sumber daya geologi untuk 15 tahun kedepan diharapkan dapat
menjawab beberapa isu strategis terkait ketahanan energi, isu lingkungan, isu
terkait pangan dan perubahan iklim.
Tantangan yang dihadapi dalam sub sektor sumber daya geologi ke depan salah
satunya dituntut untuk menjadi tulang punggung dalam penguatan ekonomi
pembangunan Nasional. Adapun peran dan tantangan sub sektor bidang sumber
daya geologi ke depan antara lain:
1. Peran Penguatan Fungsi Keekonomian, khususnya Pembangunan sumber daya
geologi yang telah terbukti menjadi tulang punggung dalam pendapatan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 72
negara, sehingga dituntut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
penyerapan tenaga kerja.
2. Menjadi tulang punggung dalam meningkatkan keamanan pasokan energi,
untuk itu aspek eksplorasi energi dan mineral perlu ditingkatkan dalam
menambah cadangan dan sumber dayanya.
3. Menjadi tulang punggung dalam kontribusi untuk penyiapan wilayah
pertambangan Batubara dan WKP panas bumi, CBM dan Migas.
4. Menjadi tulang pungung untuk pengembangan energi alternatif yang ramah
lingkungan
5. Peran dalam kontribusi untuk perencanaan Tata Ruang berbasis geologi
6. Memberikan kontribusi dalam penyusun peraturan/kebijakan nasional Bidang
sumber daya geologi sebagai acuan bagi pemerintah daerah
7. Peran dalam pengelolaan basis data terintregasi antara pusat dan daerah (E-
Gov)
8. Dalam aspek lainnya, pengungkapan sumber daya geologi menjadi penunjang
terutama untuk penyediaan lahan pertanian
9. Data dan informasi Sumber daya Geologi ke depan mampu untuk kontribusi
dalam kebijakan penataan ruang di wilayah perbatasan/pulau terluar
10. Peran dalam kontribusi aspek mitigasi perubahan Iklim global akibat emisi
CO2
Adapun kaitan isu dan tantangan ke depan dapat digambarkan dalam tabel
dibawah ini: Tabel 4.1 Matrik Kaitan Isu Stategis dan Tantangan ke Depan
ISU STRATEGIS
TANTANGAN LIMA TAHUN KEDEPAN
Ketahanan Energi
• Peningkatan investasi pertambangan • Percepatan penyiapan wilayah pertambangan Batubara, WKP CBM,
Migas dan Panas bumi • Ketahanan pasokan energi • Peningkatan nilai tambah keekonomian pemanfaatan sumber daya
energi yang keberlanjutan
Lingkungan dan Perubahan
• Peningkatan penelitian Cekungan Sedimen sebagai Carbon Capture Storage
• Peningkatan pencarian energi alternatif yang ramah lingkungan (CBM
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 73
Iklim & Panasbumi)
Pangan • Penyediaan lahan gambut untuk pertanian
Wilayah Perbatasan dan Pulau terluar
• Peningkatan pencarian potensi sumber daya geologi baru di wilayah perbatasan dan pulau terluar
Tantangan ke depan terkait pengembangan sumber daya energi dalam rangka
mencapai ketahanan dan kemandirian energi, antara lain :
a. Berkontribusi dalam kegiatan Hulu Usaha Migas
Peran dan tantangan pengungkapan sumber daya energi dalam kegiatan
usaha Migas ke depan diharapkan dapat berkontribusi dalam kegiatan
usaha hulu mulai dari survei umum dan eksplorasi, dapat dijelaskan dalam
gambar dibawah ini.
b. Berkontribusi dalam kegiatan Hulu Usaha Pertambangan Panas Bumi
Peran dan tantangan pengungkapan sumber daya energi dalam kegiatan
usaha pertambangan panas bumi ke depan diharapkan dapat berkontribusi
dalam kegiatan survei pendahuluan dan atau eksplorasi untuk penyiapan
WKP panas bumi, dapat dijelaskan dalam gambar dibawah ini.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 74
c. Berkontribusi dalam kegiatan usaha pertambangan Batubara
Peran dan tantangan pengungkapan sumber daya energi dalam kegiatan
usaha pertambangan batubara ke depan diharapkan dapat berkontribusi
dalam kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi untuk penyiapan WP
batubara, dapat dijelaskan dalam gambar dibawah ini.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 75
Gambar.. Peran dan Tantangan dalam Usaha Pertambagan Batubara dan WP
· Sumber Daya Mineral
Peran dan tantangan pembangunan pengembangan sumber daya mineral ke depan
diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan sektor ESDM. Peran bidang
sumber daya mineral untuk 15 tahun ke depan diharapkan dapat menjawab
beberapa isu strategis yang terkait dengan industri mineral, isu lingkungan dan
perubahan iklim serta isu pangan.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam sub sektor sumber daya mineral adalah
menjadi tulang punggung dalam penguatan ekonomi Pembangunan Nasional.
Adapun peran dan tantangan sub sektor bidang sumber daya mineral masa depan
adalah:
1. Penguatan fungsi keekonomian, khususnya dalam pembangunan
pengembangan sumber daya mineral. Peran ini telah terbukti dapat
meningkatkan investasi pertambangan sehingga menjadi tulang punggung
dalam pendapatan negara dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
penyerapan tenaga kerja;
2. Menjadi tulang punggung dalam meningkatkan keamanan pasokan sumber
daya mineral, untuk itu aspek eksplorasi mineral perlu ditingkatkan dalam
menambah cadangan dan sumber dayanya;
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 76
3. Menjadi tulang punggung dalam kontribusi penyiapan wilayah pertambangan
Mineral;
4. Peran dalam kontribusi untuk perencanaan tata ruang berbasis geologi;
5. Memberikan kontribusi dalam penyusunan peraturan/kebijakan nasional
bidang sumber daya geologi untuk acuan pemerintah daerah;
6. Peran dalam pengelolaan basis data terintregasi antara pusat dan daerah (E-
Gov);
7. Dalam aspek lainnya, pengungkapan sumber daya mineral menjadi penunjang
terutama untuk penyediaan bahan baku pupuk (agromineral, pospat) serta
penyediaan bahan baku industri (semen, keramik, dsb);
8. Data dan informasi sumber daya geologi ke depan akan mampu untuk
berkontribusi dalam kebijakan penataan ruang di wilayah perbatasan/pulau
terluar;
9. Peran dalam kontribusi aspek mitigasi perubahan Iklim global akibat emisi
CO2
Tantangan ke depan terkait pengembangan sumber daya mineral dalam rangka
mencapai keamanan pasokan mineral dan pengelolaan sumber daya mineral dan
pertambangan, adalah:
a. Berkontribusi dalam kegiatan Hulu Usaha Pertambangan Mineral
Peran dan tantangan pengungkapan sumber daya mineral dalam kegiatan usaha
pertambangan ke depan diharapkan dapat berkontribusi dalam kegiatan
penyelidikan umum dan eksplorasi, serta untuk penyiapan WP mineral seperti
dapat dijelaskan dalam gambar berikut:
Tahap Eksplorasi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 77
Diharapkan dengan berperan dalam kegiatan usaha pertambangan mineral
tersebut pengembangan sumber daya mineral akan dapat mendukung kebutuhan
industri mineral sebagai penyediaan komoditi sebagai bahan baku industri.
b. Berkontribusi dalam penyimpanan WP
c. Berkontribusi dalam penyusunan strategis keamanan produksi mineral dalam
negeri
· Sumber Daya Air Tanah
Beberapa isu strategis di bidang air tanah yang saat ini terjadi di Indonesia
diperlukan beberapa langkah antisipasi sebagai tantangan yang harus dihadapi.
Isu strategis sumber daya air tanah saat ini antara lan:
▫ Keterbatasan data dan informasi air tanah/hidrogeologi sehingga diperlukan
peningkatan ketersediaan dan pengelolaan data dan informasi air tanah secara
nasional.
▫ Peningkatan kebutuhan air bersih sehingga diperlukan perencanaan
peningkatan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat terutama di
daerah tertinggal dan sulit air.
▫ Penurunan kuantitas dan kualitas air tanah sehingga diperlukan upaya
peningkatan upaya konservasi air tanah.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 78
▫ Terjadinya dampak akibat pengambilan air tanah yang tidak terkendali antara
lain berupa penurunan muka tanah (land subsidence) dan intrusi air laut
sehingga diperlukan upaya peningkatan pengendalian pengambilan air tanah
dan upaya perbaikan degradasi air tanah.
▫ Penurunan fungsi daerah imbuhan air tanah sehingga diperlukan optimalisasi
informasi hidrogeologi untuk menunjang penataan ruang.
▫ Perubahan iklim global yang berdampak terhadap berbagai sektor, salah
satunya adalah air tanah.
▫ Konflik pengelolaan air tanah sehingga perlu uapaya peningkatan fasilitas
penyelesaian konflik dan sosialisasi peraturan perundang-undangan air tanah.
Strategi yang akan dilaksanakan terkait dengan bidang sumber daya air tanah
terdiri dari:
a. Pengelolaan data dan informasi air tanah
b. Pengungkapan sumber daya air tanah
c. Peningkatan pemenuhan kebutuhan air bersih bersumber dari air tanah
d. Peningkatan pelaksanaan konservasi air tanah
e. Peningkatan pengendalian pengambilan air tanah
f. Peningkatan fasilitas penyelesaian konflik pengelolaan air tanah
· Mitigasi Bencana Geologi
1. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana
Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (RENNAS-PB) ditetapkan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya untuk
jangka waktu lima tahun, yang merupakan bagian dari perencanaan
pembangunan. Penyusunan RENNAS-PB dikoordinasikan oleh BNPB untuk
tingkat nasional serta oleh BPBD untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Perencanaan pengurangan risiko bencana merupakan unsur utama dalam
penanggulangan bencana, meliputi:
- Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 79
- Pemahaman tentang kerentanan masyarakat;
- Analisis kemungkinan dampak bencana;
- Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;
- Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan
- Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
2. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) 2010 – 2012
Rencana aksi pengurangan risiko bencana merupakan penjabaran rinci dari
kebijakan dan strategi rencana penanggulangan bencana untuk aspek
pengurangan risiko bencana. Penyusunan RAN-PRB periode 2010-2012
dilakukan secara paralel dengan penyusunan rencana penanggulangan bencana
nasional (Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010-2014). Namun,
kebijakan dan strategi yang dituangkan dalam RAN-PRB tetap mengacu pada
prinsip-prinsip kebijakan yang digariskan dalam penyusunan rencana nasional
penanggulangan bencana.
3. Program aksi prioritas 100 hari pertama Kabinet Indonesia Bersatu II:
Peningkatan kesiapsiagaan penanggulangan bencana dengan membentuk
satuan khusus dengan segala fasilitas yang dibutuhkan dan siap setiap saat
diterjunkan ke berbagai lokasi bencana.
4. Perkembangan teknologi yang pesat memungkinkan penyampaian secara cepat
hasil kajian kebencanaan dalam bentuk diseminasi informasi sebagai wujud
peringatan dini.
5. Pengenalan kondisi tataan geologi Indonesia dan aspek kebencanaan secara
dini perlu dimasyarakatkan.
6. Mitigasi bencana geologi diutamakan di wilayah padat pemukiman dan aktivitas
penduduk, keberadaan bangunan vital serta strategis yang berpotensi
terancam.
7. Percepatan pembuatan dan penerbitan Peta Kawasan Rawan Bencana Geologi
dan Peta Zona Risiko Bencana Geologi.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 80
· Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang
Dalam rangka melaksanakan pembangunan berkelanjutan, Pemerintah telah
menetapkan suatu kebijakan dan strategi yang salah satunya melalui penataan
ruang wilayah nasional. Kebijakan dan strategi tersebut meliputi pengembangan
rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Rencana struktur ruang
wilayah nasional meliputi sistem perkotaan, sistem jaringan transportasi, sistem
jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya
air. Adapun rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas kawasan lindung dan
kawasan budi daya.
Pembangunan berbagai macam infra struktur maupun pemanfaatan lahan pada
kawasan-kawasan tersebut tentu akan menimbulkan isu-isu penting, karena setiap
sektor yang terlibat masing-masing mempunyai kepentingan. Isu-isu strategis
yang berkaitan dengan Bidang Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang adalah
sebagai berikut:
§ Konflik pemanfaatan lahan antara kawasan lindung dan kawasan
pertambangan
§ Kesesuaian peruntukan lahan antara kawasan rawan bencana dan kawasan
pengembangan perkotaan/perdesaan
§ Peningkatan Kegiatan perkotaan dengan keterbatasan lahan pada daerah
perkotaan
§ Perlunya pedoman pemanfaatan ruang berbasis geologi (Peraturan Menteri)
§ Fenomena geologi teknik (penurunan muka tanah, likuifaksi, kemantapan
lereng)
§ Pengembangan dan pembangunan tapak pembangkit tenaga listrik (PLTP,
PLTU, PLTD, PLTN, dll)
§ Pengaruh perubahan iklim global terhadap kondisi geologi (hilangnya pulau-
pulau kecil akibat kenaikan permukaan air laut)
§ Pengembangan Kawasan Andalan, Kawasan Strategis Nasional, kawasan
perbatasan NKRI dan pulau-pulau kecil terluar.
§ Pengembangan sistem infrastruktur (pengembangan Jalan Provinsi, Rel Kereta
Api, Jalan Bebas Hambatan, Pelabuhan, Bandara, dll)
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 81
§ Ancaman degradasi lingkungan akibat pemanfaatan sumber daya geologi
(Penurunan muka air tanah, berkurangnya daerah resapan, kegiatan
penambangan, dll)
§ Kebutuhan Lokasi TPA Sampah (limbah domestik dan limbah B3)
§ Permasalahan pembangunan fisik pada tanah lunak dan endapan gambut
§ Degradasi kualitas dan kuantitas air tanah dan air permukaan di daerah industri
§ Penyakit karena faktor geologi (gondok/kekurangan yodium, ginjal/kesadahan,
dll)
§ Ancaman Kerusakan Bangunan waduk dan bendaungan
Adapun tantangan 5 tahun kedepan adalah:
§ Masih terdapat sekitar 500 revisi Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW
Provinsi, Kabupaten dan Kota yang akan dibahas dan sudah barang tentu
memerlukan data dan informasi lingkungan geolgi.
§ Belum/tidak ada institusi lain yang melakukan kegiatan seperti yang dilakukan
oleh Bidang Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang
Strategi yang akan dilaksanakan bidang Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang
terdiri dari:
a. Optimalisasi penataan ruang berbasis geologi
b. Peningkatan ketersediaan data geologi untuk pembangunan infrastruktur vital
dan strategis
c. Pengendalian degradasi lingkungan akibat pemanfaatan ruang bawah tanah
dan sumber daya geologi
d. Pengkajian geologi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global
e. Peningkatan pengelolaan lahan gambut untuk pembangunan infrastruktur
f. Geo-Informasi § Pengelolaan data dan informasi geologi nasional (Pusat-Daerah)
Sistem informasi yang sudah dikembangkan berbagai instansi baik pusat
maupun daerah umumnya masih bersifat sektoral. Sehingga, pertukaran data
sangatlah penting dalam iklim otonomi daerah. Dengan cara itu semua pihak
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 82
diuntungkan. Daerah terbantu dalam percepatan pengumpulan dan
penyusunan data serta pemenuhan kewajibannya kepada Pemerintah
berkenaan dengan informasi geologi. Pemerintah pun tertolong dalam
penyusunan dan pemutakhiran basis data terkait sehingga diperoleh basis data
yang lebih baik dan terkini untuk perencanaan dan penetapan kebijakan
pengelolaan geologi. Untuk itu perlu dibuat sistem informasi terpadu dimana
sistem informasi yang ada di tiap-tiap instansi pemerintah baik pusat maupun
daerah merupakan bagian (sub sistem) dari sistem informasi tersebut.
Data dan informasi geologi dapat dipakai sebagai landasan bagi penetapan
kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Contohnya adalah data
geologi mengenai air tanah dan cekungan air tanah, sistem hidrologi panas
bumi, sistem hidrologi cekungan air tanah, peta daerah bencana geologi dan
sebagainya yang akan sangat menentukan pembagian kewenangan antar setiap
daerah. Oleh karena itu data tersebut adalah merupakan data strategis yang
harus siap sebelum terjadi ketidakjelasan atau bahkan konflik antar daerah.
§ Kebutuhan data dasar geologi rinci
Penyediaan informasi dasar bagi kepentingan pembangunan nasional berupa
peta-peta geologi dan analisis geologi (peta bertema) yang dapat dipakai
sebagai landasan untuk pencarian dan peningkatan cadangan mineral,
pencarian lahan bagi pembangunan pertanian, transmigrasi, pembangunan
infrastruktur (jalan, bendungan, dll).
Aktivitas eksplorasi pertambangan dan perminyakan baik masa lalu maupun
saat ini telah membuktikan bahwa Indonesia mempunyai sumber daya alam
yang besar, untuk itu pemerintah berusaha meningkatkan pertumbuhan pada
sektor energi dan sumber daya mineral. Hal yang paling penting dalam
eksplorasi sumber daya energi dan mineral adalah informasi geologi. Sumber
daya energi dan mineral adalah hasil dari proses geologi, dan strategi
eksplorasi ditentukan oleh faktor – faktor geologi dan lingkungan keterdapatan
cebakan – cebakan mineral dan energi tersebut. Informasi awal geologi yang
paling penting adalah peta geologi. Tanpa peta geologi keberadaan sumber
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 83
daya mineral dan energi tidak diketahui, dan program eksplorasi tidak dapat
berjalan dengan lancar.
Oleh karena itu, pemetaan geologi adalah aktivitas utama yang tidak hanya
untuk pencarian sumber daya air, energi (minyak dan gas bumi, batubara,
panas bumi) dan mineral, tetapi juga dapat berfungsi sebagai dasar dalam
penyelidikan geoteknik, pemetaan kebencanaan geologi, perencanaan
pengembangan wilayah dan lain-lainnya. Tantangan lain yang dihadapi semua
negara pada abad ke 21 termasuk di dalamnya kenaikan muka air laut,
manajemen sampah dan mekanisme penyimpanan gas CO2. Pengetahuan
tentang batuan yang pada saat ini telah menjadi sesuatu yang sangat penting
terutama terkait dengan era perubahan lingkungan global.
Peta geologi skala kecil (skala 1: 250.000 dan skala 1: 100.000) yang terdiri dari
237 lembar telah selesai dipetakan pada tahun 1995. Peta geologi ini dijadikan
peta dasar dalam identifikasi dan penilaian sumber daya alam di Indonesia,
namun peta-peta tersebut belum memberikan informasi geologi secara
maksimal. Dalam rangka menentukan strategi untuk penggunaan sumber daya
alam negara secara optimal, Indonesia memiliki kebutuhan dan permintaan
untuk menghasilkan informasi geologi dalam bentuk peta geologi berskala
menengah hingga skala rinci. Dalam konteks ini, maka Badan Geologi akan
melakukan kegiatan pemetaan geologi skala 1:50.000 mulai tahun 2010.
§ Pemasyarakatan manfaat informasi geologi
Saat ini sudah waktunya bagi Badan Geologi menyampaikan kepada masyarakat
tentang kondisi geologi Indonesia yang sebenarnya. Sudah menjadi kenyataan
bahwa Indonesia selain memiliki kekayaan yang berlimpah juga berada dalam
“ring of fire”. Kedua kombinasi kekayaan serta bahaya ini harus disadari betul.
Bahwa alam ini selalu berjalan-jalan dari satu kesetimbangan menuju ke
kesetimbangan yang lain. Di sela-sela saat-saat perubahan kesetimbangan alam
ini masyarakat harus pandai-pandai memanfaatkan peluangnya.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 84
Bencana gempa bumi yang disertai tsunami di Aceh 26 Desember 2004 telah
“membangunkan” masyarakat untuk sadar akan kondisi tanah-airnya.
Kepanikan oleh sebagian besar masyarakat yang sering muncul saat ini lebih
disebabkan karena ketidak-tahuan. Masyarakat perlu diberikan informasi
tentang mitigasi seperti apa yg diperlukan dan informasi kalau memang ada
bahaya, serta informasi kalau memang ada sumber daya alam, karena
masyarakat sudah mulai menyadari manfaat informasi geologi saat ini.
Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan fenomena atau
gejala alam tersebut sangat diperlukan agar masyarakat, di satu sisi dapat
memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki secara efektif, efisien
dan berkelanjutan, namun di lain sisi juga memiliki wawasan untuk melakukan
mitigasi bencana yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Semua itu merupakan
kekuatan masyarakat yang dapat diandalkan untuk melanjutkan pembangunan
nasional yang berkelanjutan.
g. Tata Laksana Kepemerintahan
Platform politik Presiden RI 2010-2014, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
meliputi tiga hal besar, yaitu: 1) Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai, 2)
Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis, dan 3) Mewujudkan Indonesia
yang sejahtera. Tatalaksana kepemerintahan pembangunan bidang geologi (TKBG)
terkait secara langsung sedikitnya pada dua dari tiga plaform tersebut, yaitu
platform kedua dan ketiga. Isu TKBG terkait isu strategis sektor ESDM
mengandung muatan isu berupa dukungan administrasi, manajemen, dan teknis
lainnya untuk pencapaian kinerja sektor ESDM dari sub sektor geologi. Adapun isu
TKPBG terkait isu strategis sektor lain yang utama adalah isu-isu berkenaan atau
berasal dari sektor pendayagunaan aparatur negara (PAN), perencanaan
pembangunan Nasional (PPN), pengelolaan keuangan, dan pengawasan.
Selain itu, TKBG juga menerima mandat dari sejumlah UU atau peraturan
perundang-undangan (PUU) lainnya dibawah UU yang relevan. Dalam hal PUU
yang dimaksud terutama adalah: UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 25 Tahun
2004, UU Nomor 14 Tahun 2008, UU Nomor 43 Tahun 1999, UU Nomor 25 Tahun
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 85
2009, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2004, PP Nomor 21 Tahun
2004, dan PP Nomor 60 Tahun 2008.
Dalam hal subyek, ditambahkan sektor lainnya, yaitu: pendayagunaan aparatur
negara (PAN), perencanaan Pembangunan Nasional, ekonomi (pengelolaan
perbendaharaan, akuntansi, dan barang milik kekayaan negara). Lebih jelasnya
lagi, obyek dari TKBG adalah: peraturan perundang-undangan (PUU), kelembagaan
atau organisasi dan tatalaksana, pelayanan publik (sistem dan prosedur kerja,
pelayanan prima, dst), sarana dan prasarana, serta teknologi, dan pengelolaan
sumber daya manusia.
Adapun aspek metode dalam pola pikir rencana aksi TKBG ini diringkaskan
menjadi: pengembangan kebijakan, pengaturan, penyusunan norma, pedoman,
standar, dan kriteria (standard operasional prosedure atau SOP, standar pelayanan
minimal, kode etik, dll); dan penyusunan rekomendasi teknis.
Tatalaksana kepemerintahan bidang geologi (TKBG) akan mengalami sejumlah
tantangan pada periode 2010-2014. Tantangan tersebut bersumber dari tiga hal
utama, yaitu: 1) ketersediaan sumber daya energi yang semakin menurun, 2)
perubahan paradigma kegeologian di masa mendatang; dan 2) tuntutan reformasi
birokrasi yang kini semakin kuat, telah mulai berjalan di semua instansi
Pemerintah, dan dicanangkan oleh Pemerintah berlaku untuk seluruh instansi di
seluruh wilayah pemerintahan NKRI mulai tahun 2010.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut diatas, berapa tantangan yang dihadapi
dalam lima tahun ke depan aspek TKBG adalah:
1) Dukungan administratif, manajemen, dan non teknis lainnya atau dukungan
ke-P3D-an untuk peningkatan peran geologi selama ini dalam penyediaan
data dan informasi sumber daya energi, sumber daya mineral, dan mitigasi
bencana geologi (penemuan cekungan minyak yang baru, eksplorasi di
daerah frontier, peningkatan mitigasi bencana; akselerasi penyediaan data
dan peta-peta terkait);
2) Dukungan administratif, manajemen, dan non teknis lainnya atau dukungan
ke-P3D-an untuk mewujudkan peran geologi yang lebih mendekati
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 86
kepentingan masyarakat luas secara langsung. Dalam hal ini, tantangan
tersebut antara lain berupa penyesuaian dalam struktur organisasi, tugas
dan fungsi, penyiapan PUU, rekomendasi, data dan informasi; sinkronisasi
dan koordinasi dalam penelitian dan pelayanan bidang geologi, khususnya
pengurangan risiko bencana geologi, peningkatan kesehatan masyarakat
(medical geology), penyediaan pangan (geologi untuk penyediaan pupuk
dan pemetaan jenis tanah), pengembangan wisata, perubahan iklim,
penataan ruang dan pengelolaan lingkungan (ekoregion, pengelolaan lahan
gambut, dan lainnya). Dalam konteks ini, TKBG ditantang untuk mampu
memberikan dukungan administratif guna mewujudkan pembangunan
berdasarkan konsep biogeoregion yang dimiliki masing-masing daerah;
3) Penataan kembali kelembagaan, budaya organisasi, ketatalaksanaan,
regulasi-deregulasi, dan sumber daya manusia (SDM) aparatur mengacu
pada kerangka reformasi birokrasi. Dalam hal ini aspek TKBG ditantang
untuk mewujudkan struktur organisasi dan sistem manajemen yang
mampu mendukung peningkatan kinerja lembaga; budaya organisasi yang
berorientasi pada peningkatan kinerja dan pelayanan prima; sistem,
proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan sesuai dengan
prinsip-prinsip good governance; legislasi, regulasi dan deregulasi bidang
kegeologian yang tertib, terhindar dari tumpang tindih, dan kondusif bagi
pengelolaan energi dan sumber daya mineral serta sektor terkait lainnya;
dan SDM yang professional, berintegritas tinggi, produktif, bertanggung-
jawab, dan bebas KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
Terdapat dua kebijakan strategis pembangunan bidang geologi terkait secara
langsung dengan tatalaksana kepemerintahan bidang geologi (TKBD), yaitu: (1)
peningkatan pelayanan publik melalui pengelolaan, penyediaan serta
penyebarluasan data dan informasi geologi; dan (2) pemberdayaan kerja sama
internasional dalam rangka peningkatan hubungan diplomatik dan pencarian
sumber-sumber potensi geologi. Berkaitan dengan TKBG, kebijakan strategis
tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kebijakan sebagai berikut:
1) Peningkatan jumlah pegawai yang kompeten
2) Peningkatan pelayanan publik
3) Penataan organisasi Badan Geologi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 87
4) Pengembangan teknologi sarana dan prasarana teknik
5) Pengembangan peraturan perundang-undangan bidang geologi
6) Perlindungan hak cipta produk Badan Geologi
7) Optimalisasi kerjasama nasional dan internasional
4.4.3 Program dan Kegiatan
Tema program dan kegiatan bidang geologi 2010-2014 adalah “Terwujudnya
pengungkapan potensi geologi Indonesia untuk kesejahteraan dan perlindungan
masyarakat”
DESDM mempunyai tugas antara lain melaksanakan penelitian dan pelayanan
bidang geologi yang dilaksanakan oleh Badan Geologi. Identifikasi, survei,
penyelidikan, penelitian, serta eksplorasi potensi aspek geologi yaitu aspek sains
geologi (geo-science), sumber daya geologi (geo-resources), lingkungan geologi
(geo-environment), dan kebencanaan atau bahaya geologi (geo-hazards)
merupakan kegiatan hulu dan dasar dari pengelolaan sumber daya energi dan
mineral, pengelolaan lingkungan, serta sebagian besar dari mitigasi bencana alam.
Pengungkapan potensi geologi untuk kesejahteraan dan perlindungan masyarakat
mengandung arti bahwa potensi sumber daya alam Indonesia yang berada di
permukaan dan bawah permukaan tanah perlu diungkapkan dalam bentuk data
dan informasi sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan investasi, penataan
ruang berbasis geologi, dan mitigasi bencana geologi.
Terwujudnya pengungkapan potensi geologi antara lain terwujudnya peningkatan
status potensi sumber daya geologi menjadi cadangan, penataan ruang berbasis
geologi, pemenuhan kebutuhan air bersih, mitigasi bencana geologi, pelayanan
informasi geologi.
Adapun tujuan, indikator dan target pada tahun 2014 adalah:
Program dan Kegiatan Badan Geologi mengacu kepada Program Pembangunan
Nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) disusun guna pencapaian
sasaran strategis, tujuan strategis, misi dan visi. Dalam hal ini, terdapat dua jenis
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 88
kelompok program. Pertama, program yang diturunkan berdasarkan perencanaan
strategis murni, tanpa melibatkan program yang dialokasikan oleh Bappenas
untuk setiap instansi Pemerintah. Kelompok program ini disebut ”Agenda
Pembangunan bidang Geologi 2010-2014” Kedua, kelompok program yang
memang given atau pemberian secara topdown dari Bappenas berdasarkan
masukan-masukan dari berbagai kementerian atau sektor di seluruh Indonesia.
Tabel 4.2 Agenda Pembangunan bidang Geologi dan Program Nasional terkait
No Agenda Pembangunan
bidang Geologi 2010-2014
Program dari Bappenas (given) Tahun 2010
Program given dari Bappenas
2011-2014 1. Peningkatan
Tatalaksana Kepemerintahan
ü Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (1)
ü Pembinaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara (2)
PENELITIAN,
MITIGASI, DAN
PELAYANAN GEOLOGI
2. Pengembangan Sumber Daya Energi
ü Pembinaan Usaha Pertambangan Migas (3)
ü Pembinaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara (2)
3. Pengembangan Sumber Daya Mineral
ü Pembinaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (2)
4. Pengembangan Sumber Daya Air Tanah
ü Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumeber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (4)
5. Peningkatan Mitigasi Bencana Geologi
ü Peningkatan Kualitas dan Akses Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (5)
ü Penelitian dan Pengembangan Iptek (6) 6. Pengembangan
Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang
ü Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumeber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (4)
7. Pengembangan Geo-Informasi
ü Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (1)
ü Pembinaan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara (2)
ü Pembinaan Usaha Pertambangan Migas (3)
ü Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (4)
ü Peningkatan Kualitas dan Akses Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (5)
ü Penelitian dan Pengembangan Iptek (6)
Pertama-tama disampaikan kelompok program yang pertama disertai padanan
programnya masing-masing dari kelompok kedua. Selanjutnya ditetapkan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 89
program yang digunakan dalam LAKIP seterusnya adalah program-program dari
kelompok kedua.
Terdapat 6 (enam) program given yang berasal dari Pemerintah melalui Bappenas
yang menjadi sumber pendanaan dalam pelaksanaan program atau agenda
pembanungan bidang geologi yang telah ditetapkan oleh badan Geologi untuk
periode 2010-2014 (RPJMN tahap 2). Beberapa program ditujukan guna
pencapaian lebih dari satu sasaran strategis; sebagaimana terdapat beberapa
sasaran strategis yang dicapai oleh lebih dari 1 (satu) program. Keenam program
given dari Bappenas tersebut yang akan dipertanggung-jawabkan akuntabilitas
pelaksanaannya dalam LAKIP Badan Geologi 2010. Keenam program tersebut
berikut kegiatannya untuk Tahun 2010 adalah:
1. Program: Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
2. Program: Pembinaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
3. Program: Pembinaan Usaha Pertambangan MIGAS
4. Program: Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
5. Program: Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
6. Program: Penelitian dan Pengembangan IPTEK
Adapun program hasil restrukturisasi yang akan dipertanggung-jawabkan
akuntabitas pelaksanaannya dalam LAKIP Badan Geologi 2011-2014 direncanakan
hanya ada satu program, yaitu: Program Penelitian, Mitigasi, dan Pelayanan
Geologi. Kegiatan pokok untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis dari
program tersebut ada sebanyak tujuh kegiatan, sebagai berikut:
1. Manajemen, Dukungan Teknis, dan Pelayanan Sekretariat Badan Geologi
Dengan indikator output meliputi: Terpenuhinya kebutuhan pegawai, pemeliharaan, sarana prasarana dan lancarnya kegiatan sehari-hari perkantoran; Tersusunnya program, rencana kerja dan anggaran, laporan dan evaluasi Badan Geologi; Terkelolanya data dan informasi Geologi; Terlaksananya pembinaan aparatur, pola karier dan administrasi kepegawaian; PNS Badan Geologi yang dikembangkan potensinya; Publikasi dan Diseminasi Informasi; Administrasi dan Akuntansi keuangan Badan Geologi menuju kesesuaian dengan standar yang ditetapkan; Terlaksananya pengembangan
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 90
hukum dan kehumasan Badan Geologi; Administrasi perlengkapan, sarana prasarana, kearsipan, tata usaha dan rumah tangga Badan Geologi menuju kesesuaian dengan standar yang ditetapkan; Terwujudnya sarana dan prasarana kantor yang memadai
2. Survei dan Pelayanan Geologi
Dengan indikator output meliputi: Terpenuhinya kebutuhan pegawai, sarana parasarana dan lancarnya kegiatan sehari hari perkantoran; Jumlah lembar pemetaan geologi bersistem dan bertema; Jumlah peta geofisika bersistem dan bertema yang dihasilkan; Jumlah peta geokimia yang dihasilkan; Jumlah peta tektonik yang dihasilkan; Jumlah peta geomorfologi yang dihasilkan; Jumlah peta geologi kuarter yang dihasilkan; Jumlah hasil survei dinamika Cekungan; Jumlah hasil Survei dinamika Kuarter; Jumlah hasil Survei Magmatisme; Jumlah hasil Pengembangan konsep Geosain; Jumlah perolehan / pendaftaran sistim mutu; Jumlah hasil Pengembangan dan Pemeliharaan Museum Tsunami NAD
3. Dokumentasi Koleksi dan Pelayanan Museum Geologi
Dengan indikator output meliputi: Terpenuhinya kebutuhan pegawai, pemeliharaan dan lancarnya kegiatan sehari-hari perkantoran; Terselenggaranya administrasi umum, perencanaan, laporan dan evaluasi serta sarana prasarana Museum Geologi; Tersedianya informasi dan publikasi bidang Museum Geologi; Jumlah survei, kajian dan penelitian bidang Museum Geologi, serta pengembangan dokumentasi koleksi Museum Geologi; Jumlah koleksi geologi yang dipelihara, ditata dan didata; Jumlah sarana dan prasarana peragaan Museum Geologi
4. Penyelidikan dan Pelayanan Sumber Daya Geologi
Dengan indikator output meliputi: Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya panas bumi; Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya batubara, CBM dan gambut; Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya bitumen padat dan migas; Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya mineral; Jumlah wilayah/rekomendasi optimasi pemanfaatan nilai tambah dan keekonomian sumber daya geologi; Jumlah usulan rekomendasi Wilayah Kerja pertambangan (WKP) dan Wilayah Pertambangan (WP);Jumlah pemutakhiran data dan informasi sumber daya geologi; Terpenuhinya kebutuhan pegawai, sarana-prasarana dan lancarnya kegiatan sehari-hari perkantoran
5. Penelitian dan Pelayanan Geologi Lingkungan dan Air Tanah
Dengan indikator output meliputi: Terpenuhinya kebutuhan pegawai dan lancarnya kegiatan sehari-hari perkantoran; Terselenggaranya administrasi umum, pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana serta perencanaan, evaluasi, pelaporan, dan kerja sama; Tersedianya informasi dan publikasi bidang Geologi Teknik, Geologi Lingkungan, dan Air Tanah; Tersedianya sarana air bersih bersumber dari air tanah (pemboran air); Tersedianya data, peta, dan rekomendasi teknis bidang geologi teknik, geologi lingkungan dan air tanah
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 91
untuk penataan ruang; Tersedianya data atau model dan rekomendasi teknis bidang geologi teknik, geologi lingkungan dan air tanah untuk penataan ruang
6. Mitigasi dan Pelayanan Kebencanaan Geologi
Dengan indikator output meliputi: Terpenuhinya kebutuhan pegawai, sarana parasarana dan lancarnya kegiatan sehari hari perkantoran; Jumlah lokasi Penelitian, Penyelidikan, dan Pemetaan geologi gunungapi, kawasan rawan bencana gunungapi, gempa bumi, tsunami, Zona Kerentanan gerakan tanah, dan analisis risiko bencana gunungapi, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah, serta rancang bangun kegunungapian dan kebencanaan geologi; Jumlah lokasi Pengamatan dan penetapan status kegiatan gunungapi, mitigasi bencana geologi, evaluasi potensi bencana geologi dan pemantauan gerakan tanah; Jumlah rekomendasi penanggulangan bencana gunungapi, gempabumi, tsunami, dan gerakan tanah; Jumlah peningkatan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana geologi dan memperkecil risiko bencana geologi; Tersedianya rumusan kebijakan teknis mitigasi, pedoman, dan prosedur kerja bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi
7. Riset dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi
Dengan indikator output meliputi: Terlaksananya pelayanan perkantoran; Tersedianya dokumen rencana kerja,anggaran dan BMN; Terselenggaranya kegiatan pemahaman masyarakat tentang informasi geologi; Terselenggaranya kegiatan mitigasi di kawasan rawan bencana geologi; Tersedianya perangkat sistem monitoring hasil rancang bangun sendiri; Tersedianya data dasar geokimia gunungapi
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 92
BAB V PENUTUP
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Geologi 2010-2014 merupakan suatu
dokumen yang disusun oleh Badan Geologi, sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Rencana Strategis ini dibangun berdasarkan visi yang merupakan
kristalisasi cita-cita dan komitmen bersama tentang kondisi ideal masa depan yang
ingin dicapai dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki, permasalahan
yang dihadapi dan berbagai kecenderungan (perubahan lingkungan) yang sedang
dan akan berlangsung. Berdasarkan visi tersebut, selanjutnya dirumuskan
berbagai tujuan dan sasaran yang akan dicapai lima tahun kedepan.
Rencana Strategis Badan Geologi tahun 2010-2014 merupakan dasar
pengembangan perencanaan program kegiatan dan anggaran tahunan seluruh unit
kerja di Badan Geologi. Rencana Strategis ini selanjutnya dapat dijabarkan ke
dalam rencana kerja yang disusun setiap tahun anggaran dapat dijadikan rujukan
dalam penyusunan kegiatan setiap unit kerja di lingkungan Badan Geologi yang
dilengkapi dengan indikator kinerja utama/prioritas sebagai dasar untuk
mengevaluasi keberhasilan dan/atau ketidakberhasilan pelaksanaan program dan
kegiatan, terutama yang mendukung prioritas pembangunan nasional.
Kebijakan dan strategi yang tertuang dalam renstra ini mengacu pada pokok-
pokok rumusan kebijakan yang telah di olah oleh segenap pimpinan dan tim teknis
Badan Geologi. Pokok-pokok rumusan kebijakan tersebut pada prinsipnya telah
mengakomodir kewenangan dan tugas Pemerintah di bidang kegeologian.
Renstra tidak bersifat statis/mutlak, namun merupakan sebuah perencanaan yang
dinamis dan dapat dievaluasi secara periodik. Dalam hal terjadi perubahan
lingkungan strategis yang tidak terduga, sehingga kebijakan dan program yang
telah dirumuskan dalam rencana strategis menghadapi kendala untuk
dilaksanakan, maka pimpinan dan pemegang kebijakan dapat melakukan
perubahan atau penyesuaian sesuai peraturan yang berlaku.
RENCANA STRATEGIS BADAN GEOLOGI 2010 - 2014 93
Berhasilnya implementasi Renstra ini sangat tergantung pada pemahaman,
kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguh-sungguh dari segenap unsur dalam
lingkungan Badan Geologi, serta dukungan stakeholder dan masyarakat.
Keberhasilan pelaksanaan Renstra ini juga menjadi harapan nyata bagi
pembangunan penelitian, pelayanan dan pembangunan masa depan generasi
bangsa.
Kami berharap dokumen Rencana Strategis ini bermanfaat bagi semua pihak dan
pemangku kepentingan yang terkait. Bagi segenap aparatur Badan Geologi hanya
tersedia satu jalan lurus untuk mencapai cita-cita luhur yang digariskan dalam
Renstra ini, yaitu bekerja keras dan sungguh-sungguh seraya berdoa kepada Allah
SWT, mudah-mudahan sukses selalu.
Visi Badan Geologi: "Terwujudnya geologi untuk kesejahteraan dan perlindungan masyarakat"
Misi Badan Geologi:1. Mengungkap kekayaan sumber daya geologi untuk ketahanan energi, pemenuhan bahan baku industri, dan penyediaan air bersih2. Melakukan mitigasi bencana geologi untuk perlindungan manusia dan harta benda3. Menyediakan data dan informasi geologi untuk pengelolaan lingkungan dan pembangunan sektor terkait4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terapan bidang geologi dalam rangka penyediaan informasi sumber daya, lingkungan, dan kebencanaan geologi
Agenda:1. Agenda Pengembangan Sumber Daya Energi2. Agenda Pengembangan Sumber Daya Mineral3. Agenda Pengembangan Sumber Daya Air Tanah4. Agenda Mitigasi Bencana Geologi5. Agenda Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang 6. Agenda Pengembangan Geo-Informasi7. Agenda Public Governance (Tata Laksana Kepemerintahan)
SASARAN/INDIKATOR UTAMA INDIKASI ANGGARAN/YANG INGIN DICAPAI RESOURCE ENVELOPE
Tersedianya data geosains potensi cekungan sedimen
14 Cekungan
Tersedianya peta geologi skala 1:50.000
3.700 area/lembar (100%)
Tersedianya peta geomagnet bersistem
Seluruh wilayah Papua dan Kalimantan selesai
Terwujudnya jaringan basis data geologi nasional (termasuk kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil)
100%
Tersedianya basis data batuan dan fosil
150.000 koleksi
Tercapainya jumlah pengunjung museum geologi
3 juta orang
Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya panas bumi
100 wilayah penyelidikan
Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya batubara, CBM dan gambut
45 wilayah batubara; 20 wilayah CBM dan 15 wil gambut
Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya bitumen padat dan migas
15 wilayah bitumen padat dan 10 lokasi migas
Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan
Geologi
Dokumentasi Koleksi dan Pelayanan
Museum Geologi
MUSEUM GEOLOGI
1,327,000,000,000
Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan
Geologi
Survei dan Pelayanan Geologi PSG
122,000,000,000
Tercapainya peningkatan status sumber daya
geologi dan penyiapan
Penelitian,
Penyelidikan dan
MATRIKS PENJABARAN RENCANA STRATEGIS 2010-2014
BADAN GEOLOGI, KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TARGET 2014TUJUAN PENANGGUNG JAWABPROGRAM KEGIATAN
Tercapainya pemahaman dan pelayanan geo-sains dan geo-informasi untuk pengungkapan sumber
daya geologi, pengembangan
lingkungan geologi, dan mitigasi bencana
SASARAN/INDIKATOR UTAMA INDIKASI ANGGARAN/YANG INGIN DICAPAI RESOURCE ENVELOPE
TARGET 2014TUJUAN PENANGGUNG JAWABPROGRAM KEGIATAN
Jumlah wilayah keprospekan, potensi, status sumber daya mineral
55 wilayah mineral logam; 40 wilayah mineral non logam
Jumlah wilayah/rekomendasi optimasi pemanfaatan nilai tambah dan keekonomian sumber
50 wilayah rekomendasi
Jumlah usulan rekomendasi Wilayah Kerja pertambangan (WKP) dan Wilayah Pertambangan ( )
36 WKP panas bumi; 100 WUP batubara; 20 WKP CBM; 100
Jumlah pemutakhiran data dan informasi sumber daya geologi;
40 paket data
Tersedianya peta potensi bencana geologi
70 wilayah
Tersedianya pedoman risiko kebencanaan geologi
100%
Tersedianya peta-peta KRB geologi terutama di wilayah-wilayah rawan bencana di Indonesia
90%
Terwujudnya regional center di bidang kebencanaan geologi
4 lokasi (kantor RC)
Terlaksananya perekayasaan peralatan dan pengembangan metode pemantauan kebencanaan geologi
20 paket
127,000,000,000
Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan
Geologi
Riset dan Pengembangan
Teknologi Kebencanaan
Geologi
BPPTK
Tersedianya data potensi cekungan air tanah
54 wilayah
Tersedianya sumber air baku di daerah sulit air
500 lokasi
Tersedianya pedoman di bidang pengelolaan air tanah
12 pedoman
Tersedianya rekomendasi teknis pemanfaatan ruang sektor ESDM dan geologi
85 wilayah
Tersedianya peta kawasan peruntukan pertambangan (skala nasional)
35 wilayah
Tersedianya sistem pelayanan informasi geologi yang terintegrasi
80%
Tersedianya perangkat untuk peningkatan manajemen proses
80%
Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan
Geologi
650,000,000,000
Tersedianya data dan informasi dan pelayanan lingkungan geologi dan
air tanah untuk penataan ruang, peningkatan
kualitas lingkungan; dan penyediaan air bersih
PLG
Penelitian dan Pelayanan Geologi Lingkungan dan Air
Tanah
Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan
Geologi
816,000,000,000
PVMBG
Mitigasi dan Pelayanan
Kebencanaan Geologi
Tercapainya kinerja dan akuntabilitas tatalaksana
kepemerintahan penelitian dan pelayanan
bidang geologi
345,000,000,000
Penelitian, Mitigasi dan Pelayanan
Geologi
Manajemen, Dukungan Teknis,
dan Pelayanan Sekretariat Badan
Geologi
SBG
geologi dan penyiapan WKP dan WP untuk mendukung pasokan
energi dan mineral serta investasi sektor ESDM
Mitigasi dan Pelayanan
Geologi
Penyelidikan dan Pelayanan Sumber
Daya GeologiPSDG1,117,000,000,000
Tersedianya data dan informasi, dan pelayanan
dalam rangka mitigasi bencana gunungapi, gerakan tanah, dan
bencana geologi lainnya