REFARAT MISETOMA RISNAWATI

Post on 08-Jul-2016

225 views 3 download

description

nnj

Transcript of REFARAT MISETOMA RISNAWATI

R I S N AWAT I1 1 1 2 0 1 5 0 1 3 0

P E M B I M B I N G : D R . A . M . A D A M , S P. K K ( K ) , F I N S D V

B A G I A N I L M U KU L I T D A N K E L A M I NFA KU LTA S K E D O K T E R A N

U N I V E R S I TA S M U S L I M I N D O N E I S A2 0 1 6

MISETOMA

Definisi

Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang dapat disebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardia, yang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen

Epidemiologi

Penyakit ini biasanya muncul pada para pekerja yang berada di daerah pertanian.Misetoma biasanya terjadi pada usia dewasa (20-40 tahun) dengan laki-laki lebih dominan (3,7:1).

Etiologi

Bacterial misetoma (Actinomisetoma )Jenis-jenis bakteri penyebab misetoma

fungal misetoma (Eumisetoma)Jenis-jenis fungi penyebab misetoma

Actinomadura madurae Eumycotic misetoma (granule color)

Actinomadura pelletieri Acremonium falciforme (white)

Streptomyces somaliensis‘ Acremonium recifei (white)

Aspergillus nidulans (white)

Neotestudina rosatii (white)

Madurella grisea (black)

Leptosphaeria senegalensis (black)Neotestudina rosatii (white)Pseudallesheria boydii (white to yellow)

PATOMEKANISME

Organisme masuk melalui trauma lokal (misalnya, luka di tangan dan kaki, trauma lokal terkait dengan tanah yang terkontaminasi). Respon neutrophilic awalnya terjadi oleh reaksi granulomatosa. Penyebaran terjadi melalui kulit wajah dan dapat melibatkan tulang. Penyebaran jarang melalui hematogen atau limfatik

Manifestasi Klinis

Pembengkakan, abses, sinus dan fistel multiple. Di dalam sinus ditemukan butir ± butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Gejala klinis biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan sepertitumor jinak

LESI KULIT MISETOMA

Misetoma yang disertai pembengkakan kelenjar limfe regional.

Diagnosis

Pemeriksaan kulit: Lokalisasi : terutama kaki, tangan, dada dan bokong.Pemeriksaan Histopatogi :

Tampak granuloma dengan serbukan sel – sel radang berupa Polimorfonuklear, Eosinofil dan makrofag. Pada bagian tengah infiltrate terlihat sel – sel epiteloid dan sel datia Lagerhans.

Isolasi

Diagnosis Banding

Skofuloderma: Lokasi biasanya di leher atau ketiak.

Timbul ulkus dengan pinggir livide dan ada jembatan – jembatan kulit.Osteomielitis :

Biasanya berupa benjolan akut berwarna merah, sekresinya pustulosa.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secret secara langsung dengan KOH 10% sulit menemukan elemen jamur.

Biakan granula sulfur dalam agar Sabauraud ; sesudah 1 -2 minggu tampak pertumbuhan koloni berwarna krem sampai coklat.

Pemeriksaan Radiologi untuk menilai derajat kerusakan.

Penatalaksanaan

1. Penisilin prokain 2,4 – 4,8 juta unit selama 2 – 4 minggu. Preparat sulfa seperti sulfadiazin 3 – 8 g / hari selama 2 – 4 minggu.

2. kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan – 1 tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat – obat baru antifungal, misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik

Prognosis

Prognosis quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo ad sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan dengan aktinomikosis / botriomikosis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5 ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.p.130-33

 2. Usatine RP, Riojas M. Diagnosis and management of contact dermatitis.

American family physician, Augst 2010;82(3):249-55 3. Cohen DE. Irritant contact dermatitis. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini

RP ed. Bolognia: dermatology. 2nd ed. USA: elsevier; 2008.chap.16 4. Wilkinson SM, Beck MH. Contact dermatitis: irritant. In: Burns T,

Breathnach S, Cox N, Griffiths C, eds. Rook’s Textbook of Dermatology.8th ed. UK: Wiley-Blackwell; 2010.p.25.1

 5. Amado A, Taylor JS, Sood A. Irritant contact dermatitis. In: Wolff K,

Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. USA: McGraw-Hill Company; 2008.p.396-401

6. Nosbaum A, Vocanson M, Rozieres A, Hennino A, Nicolas JF, eds. Allergic and irritant contact dermatitis. EJD 2009;19:325-31

 7. Bourke J, Coulson I, English J, eds. Guidelines for the management of

contact dermatitis: an update. British journal of dermatology 2009;160:946-54

 8. James W.Contact Dermatitis and Drug Eruptions.James W, editor.Andrew’s

Disease of The Skin; Clinical Dermatology.10th Edition.Philadelphia; Pa; Mosby Elsavier;2009.p91-4

 9. Habif TP.Irritant Contact Dermatitis.Habif TP, editor.Clical Dermatology: A

Color Guide to Diagnosis and Therapy.4th Edition.USA: Mosby;2003.p.85-6 10. Maibach, Howard I.Irritant Contac Dermatitis Versus Allergic Contact

Dermatitis. Maibach, Howard I, editor.Irritant Dermatitis.Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg;2006.p11-8

THANK YOU