Proses persalinan normal

Post on 15-Apr-2017

141 views 7 download

Transcript of Proses persalinan normal

PROSES PERSALINAN NORMAL

Persalinan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yg terjadi pada kehamilan aterm, lahir spontan dgn presentasi belakang kepala yg berlangsung ± 18 jam, tanpa menggunakan alat serta tidak melukai ibu ataupun bayi

Abnormal persalinan pervaginam dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea

Pendahuluan: Faktor yg mempengaruhi proses persalinan

No. Faktor Keterangan1, Power (Tenaga) His (kontraksi uterus).

Tenaga mengedan.2. Passangger

(Buah kehamilan)

- Janin.- Plasenta- Tali pusat- Air ketuban.- Kantong ketuban (selaput amnion)

3. Passage (jalan lahir) Pelvis minor

Jalan lahir Keras (tulang panggul)Jalan lahir lunak (yg terutama dibentuk oleh jaringan otot.

Persalinan (Partus)4 kala pada persalinan:

Kala I pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap (10cm)

Kala II pengeluaran janin Kala III waktu untuk pelepasan dan pengeluaran

plasenta Kala IV mulai dari pengeluaran uri selama 1-2jam

KALA I (KALA PEMBUKAAN)

Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show)

Dibagi 2 fase:Fase laten: sampai 3cm, berlangsung 7-8

jamFase aktif: 6jam, dibagi 3 subfase:

Periode akselerasi: 2 jamPeriode dilatasi maksimal: 2jamPeriode deselerasi: 2jam

KALA II (KALA PENGELUARAN JANIN)

His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama. Dimulai dengan pembukaan serviks dengan lengkap

dan berakhir dengan saat bayi telah lahir lengkap. Pada kala ini, ibu ingin mengedan makin kuat sehingga

perineum meregang dan anusnya membuka. Bagian terbawah janin turun hingga dasar panggul. Sedangkan kepala dilahirkan lebih dahulu, dengan suboksiput di bawah simfisis, badan dan anggota badan janin

Pada primi: 1,5 – 2 jam Pada multi : 0,5 – 1 jam

MEKANISME PERSALINAN

NORMAL Selama proses

persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul [ “seven cardinal movements of labor” ] yang terdiri dari :

1. Engagemen

2. Fleksi

3. Desensus

4. Putar paksi dalam

5. Ekstensi

6. Putar paksi luar

7. Ekspulsi

ENGAGEMENT

Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul.

Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu dengan oksiput melintang (tranversal)

Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normal sinklitismus , asinklitismus anterior atau asinklitismus posterior

Arah sumbu kepala janin tegak lurus dgn bidang pinta atas panggul

Sutura sagitalis berada diantara promontorium dan simfisis

Arah sumbu kepala janin membuat sudut lancip ke depan dgn pintu atas panggul

Parietalis anterior sebagai bagian terendah

FLEKSI

Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul.

Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus.

Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi (presentasi dahi, presentasi muka).

DESENSUS

NULIPARA : engagemen terjadi sebelum inpartu dan berlanjut sampai awal kala II;

MULTIPARA : desensus dan engagemen berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.

Penyebab terjadinya desensus : 1. Tekanan cairan amnion 2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong 3. Usaha meneran ibu 4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi

lurus)

PUTAR PAKSI DALAM

Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).

Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah posterior).

Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

EKSTENSI

Aksis jalan lahir mengarah kedepan atas, maka agar kepala dapat melewati pintu bawah panggul harus terjadi gerakan ekstensi kepala janin lebih dulu.

Akibat proses desensus lebih lanjut, terjadi regangan perineum dan diikuti dengan “crowning”

A. Fleksi dan desensus ; B dan C Desensus berlanjut dan akan masuk kedalam putar paksi dalam ; D putar paksi dalam sudah sempurna dan kepala akan lahir dengan

gerakan ekstensi

Setelah kepala lahir, muka janin dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion.

Mulut dibersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan hidung.

Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher dengan jari telunjuk

PUTAR PAKSI LUAR

Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi kepala kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir.

Gerakan ini mengikuti masuknya bahu kedalam panggul

PERSALINAN BAHU

Setelah putar paksi luar kepala, bahu mengalami desensus kedalam panggul dengan cara seperti yang terjadi pada desensus kepala.

Bahu anterior akan mengalami putar paksi dalam sejauh 45o menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simfisis.

EKSPULSI

Setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

PERSALINAN TUBUH ANAK

Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin.

Setelah kelahiran janin, terjadi pengaliran darah plasenta pada neonatus bila tubuh anak diletakkan dibawah introitus vagina.

Sebaiknya neonatus diletakkan diatas perut ibu dan pemasangan dua buah klem talipusat dilakukan dalam waktu sekitar 15 – 20 detik setelah bayi lahir dan kemudian baru dilakukan pemotongan talipusat diantara kedua klem

KALA III (KALA PENGELUARAN URI)

Biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahirSegera setelah bayi lahir, tinggi fundus uteri dan

konsistensi dipastikan sampai terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta

Dilakukan manajemen aktif kala III untuk menghasilkan kontraksi uterus yang leibih efektif sehingga mengurangi kehilangan darah : Pemberian uterotonik profilaksis Melakukan peregangan tali pusat terkendali Masase fundus uteri

PERSALINAN KALA III

Periode persalinan antara lahirnya janin sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Akibat kontraksi uterus, ukuran plasenta dan “plasental site” mengecil sampai tersisa 25% hematoma retroplasenta terjadi separasi plasenta.

Separasi plasenta umumnya terjadi 5 menit setelah anak lahir.

Penatalaksanaan kala III 1. Penatalaksanaan klasik atau tradisional 2. Penatalaksanaan aktif

PENATALAKSANAAN KALA III AKTIF

Setelah talipusat dipotong Pastikan ini persalinan kehamilan tunggal Setelah plasenta lahir lakukan inspeksi

plasenta dan selaput ketuban

Kala IV

Hal-hal yang perlu dipantau selama 2 jam setelah post partum :Tekanan darah, nadi, TFU, perdarahan

setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua.

Masase uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua.

Kala IV

Hal-hal lain yang harus diperhatikan :Kontraksi uterus baikTidak ada perdarahan dari vagina dan alat

genital lainnyaPlasenta lahir lengkapLuka perineum terawat baik dan tidak ada

hematoma Ibu dalam keadaan baikBayi dalam keadaan baik

PENATALAKSANAAN PASCA PERSALINAN

Sebelum dirawat di ruang perawatan nifas, pasien pasca persalinan harus Keadaan umum baik . Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat

perdarahan pervaginam. Cedera perineum sudah diperbaiki.

Terima kasih

SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN

1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.

2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin merangsang terjadinya kontraksi.

4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan akfifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan

Dua teori onset dari parturisi manusia

A.Corticotropin-releasing hormone yang diproduksi oleh plasenta disekresikan kedalam sirkulasi janin yang menstimulasi sekresi kortikotropin dari hipofisis anterior janin. CRH plasenta, melalui ACTH janin menstimulasi adrenal janin untuk memproduksi kortisol, yang berikatan dengan reseptor glukokortikoid plasenta untuk memblokade efek inhibisi dari progesteron mengakibatkan stimulasi produksi CRH dengan cara stimulasi.

B.Aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal janin diam selama paruh pertama kehamilan karena supresi dari influx kortisol maternal, tetapi pada paruh kedua kehamilan, peningkatan kadar estrogen meningkatkan enzim plasenta 11b-hydroxisteroid dehydrogenase, menyebabkan kortisol dikonversikan menjadi metabolit tidak aktif yaitu kortison. Hasil negatif feedback glukokortikoud pada kelenjar hipofisis janin (berkurangnya aliran kortisol dari ibu ke janin) akan mengakibatkan peningkatan sekresi ACTH janin, kortisol dan DHEA sulfat, menyebabkan maturitas janin dan stimulasi parturisi.

11 HOD Cortisol Positif Cortison Feedback Kortisol maternal pada janin

Negatif feedback pada kelenjar hipofise

Cortison janin DHEAS adrenal janin Persalinan Estrogen

prostaglandin, oksitosin, reseptor oksitosin, gap junction