Post on 11-Feb-2016
description
PELAKSANAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN STUDY GROUP UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KOMPETENSI MEKANIKA
TEKNIK SISWA KELAS X TEKNIK PENGELASAN 2 SMK NEGERI 1 BENDO
MAGETAN
Disusun oleh:
M Rizqi Awaludin
12050524009
S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………….......................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................................................8
1.5 Ruang Lingkup.....................................................................................................................................8
BAB II Kajian Pustaka...................................................................................................................................9
2.1 Pengertian belajar.................................................................................................................................9
2.2 Kompetensi mekanika teknik.............................................................................................................10
2.3 Pengertian Keaktifan Belajar.............................................................................................................12
2.4 Pentingnya Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa.....................................13
2.5 Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa............................................14
2.6 Metode Pembelajaran Quantum Teaching.........................................................................................15
2.7 Metode Study Group atau Kerja kelompok.......................................................................................17
2.8 Kerangka Berpikir..............................................................................................................................21
2.9 Hipotesis Tindakan............................................................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................................................24
3.1 Setting Penelitian...............................................................................................................................24
3.1.1 Tempat Penelitian.......................................................................................................................24
3.1.2 Waktu Penelitian.........................................................................................................................24
3.1.3 Subjek Penelitian........................................................................................................................24
3.2 Persiapan Penelitian...........................................................................................................................24
3.3 Rancangan Penelitian.........................................................................................................................25
3.4 Instrumen Penelitian..........................................................................................................................26
3.5 Siklus Peneitian..................................................................................................................................26
3.5.1 Observasi.....................................................................................................................................28
3.5.2 Pengambilan Data.......................................................................................................................28
3.5.3 Variabel Penelitian......................................................................................................................28
3.5.4 Indikator Kerja............................................................................................................................28
3.8 Analisis Data......................................................................................................................................29
3.9 Indikator Kinerja................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................30
Abstrak
rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar dan
keaktifan pada peserta didik kelas X Teknik Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo
Magetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standart
kompetensi Mekanika Teknik, pada peserta didik kelas X Teknik Pengelasan 2 SMK
Negeri 1 Bendo Magetan tahun ajaran 2014/2015 nilai KKM 2,66 dengan jumlah
prosentase ketuntasan kopetensi 94,3%, pencapaian keaktifan belajar peserta didik 70,8
%, Berdasarkan hasil penelitian , maka peneliti merekomendasikan bahwa model
Quantum Teaching dengan Study Group dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan
meningkatkan kompetensi Mekanika Teknik kelas X Teknik Pengelasan 2 SMK Negeri
1 Bendo Magetan. Kata kunci : Model Quantum Teaching dan Study Group.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-
perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam
pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perl~emangan itu terjadi karena
terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu
ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar
bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan
dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan d
bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu
komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat
penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru
dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang
mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus
dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan
pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk
mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil
serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa
cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan
sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-
manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran harus mengenal dan
melaksanakan dengan baik berbagai pedoman, strategi, pendekatan, teknik, metode serta
model pembelajaran. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih
memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa
menghafal materi ajar, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di
pikiran mereka sendiri.
Menurut pandangan konstruktivisme tentang belajar, guru tidak begitu saja
memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif membangun
pengetahuan dalam pikiran mereka sendri. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah
membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, secara berkelompok
seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar.
Tugas guru dalam pembelajaran mekanika teknik di sekolah menengah kejuruan
antara lain menyajikan materi ajar mekanika teknik yang sesuai akan mampu
memfasilitasi perkembangan potensi sikap, berfikir, berprilaku dan ketrampilan dasar
ilmiah yang terdapat pada diri siswa. Kegiatan belajar merupakan sebuah proses interaksi
yang bernilai pendidikan, didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa.
Keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang paling utama.
Dari rendahnya kemampuan belajar dan aktifitas belajar Mekanika Teknik pada peserta
didik, maka menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya
penguasaan kompetensi mata pelajaran Mekanika Teknik, sehingga nilai ulangan harian
rendah akibatnya hasil belajar Mekanika Teknik secara umum juga rendah. Salah satu
cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Hopkins dalam Zainal Agib (2009 : 44) menjelaskan: “ Actions research
combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined by enquiry
a personal attempt at under standing while enyaged in a process of improvement and
reform ”.
1.2 Rumusan Masalah
1)Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group dapat
meningkatkan hasil prestasi belajar pada bidang study Mekanika Teknik siswa Teknik
Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.
2) Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group dapat
meningkatkan aktifitas belajar pada bidang study Mekanika Teknik siswa Teknik
Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.
1.3 Tujuan Penelitian
1) Meningkatkan prestasi belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran
Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk kompetensi Mekanika Teknik
pada peserta didik kelas X Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.
2) Meningkatkan aktifitas belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran
Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk kompetensi Mekanika Teknik
pada peserta didik kelas X Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi guru, memberikan informasi kepada guru pengajar tentang metode
pembelajaran yang sesuai dengan meteri ajar mekanika teknik.
2. Bagi siswa, meningkatkan keaktifan belajar dan kompentensi siswa dalam
pemebelajaran mekanika teknik.
3. Bagi sekolah, memberi masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mnegambil
kebijakan di sekolah tersebut.
4. Bagi Pembaca,penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi
untuk melakukan penelitian berikutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan
keaktifan dan kompetensi belajar siswa.
2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas X Teknik
Pengelasan
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 1Bendo Kabupaten
Magetan.
4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2015/2016.
5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar pada mekanika
teknik.
BAB II
Kajian Pustaka
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya, beberapa penelitian yang
berhubungan dengan topik ini, yaitu tentang dampak penerapan quantum teaching pada
siswa semasa orientasi siswa (MOS)2007, Iyan Humas, Jurnal pendekatan quantum
teaching dalam pembelajaran IPA, (jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen /
article /view /255/143), . Irmina, 2010, Pelaksanaan Model Quantum Teaching dengan
Study Group untuk Peningkatan Sikap Percaya Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika,
Kusumo Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk
Peningkatan Prestasi Belajar Geografi. Kajian teoritis yang digunakan sebagai kerangka
teoristis pada penelitian adalah.:
2.1 Pengertian belajar
Hakekat belajar dan pembelajaran Menurut Sri Rumini dkk, ( 2006 : 59 ),
belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperolah
perubahan tingkah laku, yang mana perilaku hasil belajar tersebut relative
menetap, baik perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat
diamati secara langsung yang terjadi pada individu sebagai sebuah hasil latihan
dan pengalaman sebagai dampak interaksi antarindividu dengan lingkungannya.
Dengan demikian, belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan yang
diperoleh dari luar diri dengan system indra yang membawa informasi ke otak.
Menurut Sumadi Suryabrata ( 2011 : 232 ), difinisi belajar selalu mencakup
beberapa poin penting sebagai berikut : a). Proses belajar selalu membawa
perubahan perilaku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. b). Pada
dasarnya yang dimaksud dalam perubahan tersebut pokoknya adalah pada proses
mendapatkan kecakapan atau ketrampilan baru. c). Adanya perubahan tersebut
karena dilakukakan secara sadar dan penuh usaha. Maka dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan, penyimpanan
informasi atau pengetahuan yang didukung factor-faktor psikomotor dan system
indra yang berbeda antara satu individu atau siswa dengan individu atau siswa
lain dalam berinteraksi dengan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.2 Kompetensi mekanika teknik
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap. Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu
membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga
bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan
sosial.
Belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Menurut Gagne (Baharuddin,2012), proses belajar, terutama belajar yang
terjadi di sekolah, melalui
tahap-tahap atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan,
menggali 1,
menggali 2,prestasi dan umpan balik.
1. Tahap motivasi
Tahap motivasi yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan
kegiatan belajar bangkit. Siswa sadar akan tujuan yang ingin dicapai dan bersedia
melibatkan diri.
2. Tahap konsentrasi
Tahap kosentrasi yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada
pada tahap motivasi, untuk menuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang
dipelajari.
3. Tahap mengolah
Siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalam ingatan jangka pendek
(Short Term Memory/STM), kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi
makna berupa sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.
4. Tahap menyimpan
Siswa menyimpan informasi yang diolah dalam ingatan jangka panjang (Long
Term Memory/LTM). Informasi dimasukkan ke dalam ingatan. Hasil belajar sudah
diperoleh , sebagian atau keseluruhan.
5. Tahap menggali 1
Informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang digali dan dimasukkan
ke dalam ingatan jangka pendek atau dikaitkan dengan sesuatu diluar lingkup
bidang studi yang bersangkutan. Dimasukkan kembali dalam LTM.
6. Tahap menggali 2
Siswa menggali informasi yang tersimpan di LTM dan mempersiapkannya
sebagai masukan bagi fase prestasi, baik langsung atau melalui STM.
7. Tahap prestasi
Informasi yang digali digunakan untuk prestasi atau kompetensi yang
menampakkan hasil belajar.
8. Tahap umpan balik.
Siswa mendapat konfirmasi sejauh mana prestasinya tepat. Belajar ditandai
dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti bahwa hasil
dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah
laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa
mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada
tidaknya hasil belajar. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku,
maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan
mencerdaskan siswa.
2.3 Pengertian Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan
memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Ratmi, 2004).
Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat dalam
belajar.
Ciri-ciri Keaktifan Belajar
Ada empat ciri keaktifan belajar siswa yaitu
1) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,
2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik persiapan,
proses dan kelanjutan belajar,
3) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya, 4)
Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak
lain
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar, Nana Sudjana (dalam
Ratmi,04) menyatakan bahwa ada lima hal yang mempengaruhi keaktifan belajar, yakni:
1) stimulus belajar,
2) perhatian dan motivasi,
3) respon yang dipelajarinya,
4) penguatan,
5) pemakaian dan pemindahan (I Wayan Gde Wiradana,S.Pd)
2.4 Pentingnya Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa
Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas.
Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para siswa belajar dengan
efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam konteks ini Nana Sudjana yang
dikutip Cece Wijaya dan A. Tabrani mengemukakan sebagai berikut:
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang
peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh
mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih
terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan
dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui
alat-alat tersebut.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting terhadap
proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu
menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan
siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Dalam
menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang
tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan
belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatya
mengemukakan bahwa “proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang
melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk
mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut.”
Selanjutnya tingkat keaktifan belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran juga
merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran itu sendiri.Mengenai hal ini E. Mulyasa
mengatakan bahwa: Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya
atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan
belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.Agar
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru
untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka.
Sehubungan dengan pentingnya upaya guru dalam membangkitkan keaktifan siswa
dalam belajar,R. Ibrahim dan Nana Syaodih mengemukakan bahwa:
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam
pengajaran siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa
berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka hendaknya guru merencanakan
pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak
berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa
hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya, serta bermanfaat
bagi masa depannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam pembelajaran upaya guru dalam
mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting. Sebab keaktifan belajar siswa
menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.
2.5 Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam
pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi siswalah yang menjadi pelaku kegiatan
belajar. Demikian pula dalam pembelajaran, agar siswa berperan sebagai pelaku dalam
kegiatan belajar, maka guru hendaknya mengondisikan pembelajaran yang menuntut
siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan
belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat
siswa, membangkitkan motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta
menggunakan media dalam pembelajaran.
1.Meningkatkan minat siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan
minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya
minat seseorang tidak mungkin akan melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat
yang besar terhadap suatu pelajaran akan lebih aktif untuk mempelajarinya dan
sebaliknya, siswa akan kurang keaktifannya dalam mempelajari pelajaran yang kurang
diminatinya. Oleh karena itu, William Jams, seperti di kemukakan Moh. Uzer Usman,
yang melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat
keaktifan belajar siswa. jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar.
Selanjutnya minat siswa juga berhubungan dengan perhatian siswa.Perbedaannya adalah
minat sifatnya lebih menetap sedangkan perhatian sifatnya lebih sementara dan
adakalanya menghilang. Dalam proses belajar siswa, perhatian memegang peranan
penting.
Thomas M. Risk yang dikutip Zakiah Daradjat mengemukakan “no learning takes
place without attention.” Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa suatu pelajaran
tidak akan berlangsung tanpa adanya perhatian siswa.
Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan lancar bila siswa memiliki minat
yang besar yang menimbulkan perhatiannya dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu
membangkitkan minat siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami
sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran.
2.6 Metode Pembelajaran Quantum Teaching
Hakekat perencanaan Pembelajaran Quantum Dalam (De Porter, Readon dan Singer
Nourie, 2001 : 5) ,Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum dikenal dengan
singkatan “ TANDUR” yaitu:1). Tumbuhkan: Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep
operasional dari prinsip “ bawalah dunia mereka kedunia kita”. Dengan usaha
menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan
kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Dari hal tersebut tersirat,
bahwa dalam pendahuluan ( persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya
menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan
sosial ( komunikasi belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan
makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Strategi untuk
melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menulis tujuan
pembelajaran di papan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/ media yang
menarik atau lucu, isu mutakhir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. 2).
Alami :Tahap ini jika tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada
kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru
harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun peserta
didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep
ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan
memberikan tugas secara
individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.3). Namai:
Konsep ini berada pada kegiatan inti. Yang NAMAI mengandung maksud bahwa
penamaan memuaskan hasrat alami otak ( membuat peserta didik penasaran, penuh
pertannyaan mengenahi pengalaman) untuk memberikan identita, menguatkan dan
mendifinisikan..4). Demostrasikan:Tahap ini masih pada kegiatan ini, Inti pada tahap ini
adalah memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan bahwa peserta didik tahu. Hal
ini sekaligus memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukan tingkat
pemahamanan terhadap materi yang dipelajari.Panduan guru untuk memahami tahap ini
yaitu dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan peserta didik
dengan pengetahuan yang baru? 5. Ulangi:Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku ini “ kegiatan
ini dilakukan secaa multi modalitas dan multi kecerdasan Panduan guru untuk
memasukan tahap ini yaitu cara apa yang bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? 6).
Rayakan: Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan
rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketentuan, dan kesuksesan yang akhirnya
memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang
maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut.(http// Quantum
teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari
2013).
2.7 Metode Study Group atau Kerja kelompok
Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar
dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, dan sikap,
agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Untuk itu maka, orang
kemudian mengembangkan berbagai pengetahuan, misalnya psikologi pendidikan,
metode mengajar, pengelolaan pengajaran, dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang
proses belajar mengajar itu.
Salah satu metode yang dewasa ini mulai banyak digunakan oleh berbagai lembaga
pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas anak didik, yaitu metode belajar
kelompok. Usaha pemahaman mengenai makna metode belajar kelompok ini, akan
diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang metode, definisi belajar serta
kelompok. Adapun beberapa definisi tentang metode, antara lain dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Metode berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
2. Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
3. Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud.
4. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode
merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Sebelum membahas tentang belajar kelompok, perlu kiranya dipahami
pengertiannya terlebih dahulu, sehingga dapat dilihat inti dan pokok yang sekiranya
mungkin dilaksanakan secara efektif dalam berbagai kegiatan belajar mengajar pada
pendidikan.
Rumusan tentang belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk
menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,
rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono berpendapat mengenai pengertian belajar secara
psikologis, ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Kemudian Nana Sudjana mengemukakan,
bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditentukan dalam berbagai
bentuk, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya menerimanya,
dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Sedangkan Muhibbin Syah berpendapat, bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah
laku yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Dari beberapa perumusan belajar yang telah disebutkan di atas, walaupun terdapat
perbedaan-perbedaan tetapi secara prinsip mempunyai arti dan tujuan yang sama, yaitu
bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk
memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman-pengalaman itu sendiri.
Adapun pengertian kelompok mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa
kata kelompok adalah kata sifat yang artinya kumpulan orang; yang tidak mengerjakan
sendiri-sendiri. Konotasi lain dari kata kelompok adalah berkumpul, kata kumpul ialah
sebuah kata sifat yang artinya bersama-sama menjadi satu kesatuan atau kelompok (tidak
terpisah-pisah).
Dalam bahasa Inggris, kata kelompok dan golongan disebut group. Kata ini, berfungsi
sebagai adjektif (kata sifat), adapun noun (kata bendanya) adalah in group, yang berarti
berkelompok atau berkumpul. Dari definisi-definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan
bahwa kelompok berarti bersama-sama atau berkumpul.
Setelah kita membahas tentang ketiga istilah di atas, yaitu metode, belajar, dan kelompok,
selanjutnya penulis akan mengungkapkan pengertian belajar kelompok menurut para ahli,
bahwa istilah belajar kelompok sepadan dengan arti study group atau study club. Jadi,
belajar kelompok tertumpu pada kegiatan siswa dan diskusi siswa untuk mencapai
keberhasilan belajarnya. Artinya, belajar kelompok adalah kelompok individu dalam
kelas yang mengadakan kerjasama untuk melaksanakan tugas-tugas belajar untuk
terciptanya tujuan belajar.
Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara berkelompok kecil (± 5 orang), bahkan
dapat dilengkapi dengan belajar secara klasikal tetapi yang menitikberatkan pada tanya
jawab dan diskusi.
Metode belajar kelompok mempunyai peranan yang amat penting dalam menumbuhkan
kedewasaan dan meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai materi apa pun yang
mereka kehendaki secara belajar bersama-sama. Metode ini, memberikan kesempatan
yang lebih besar kepada anak untuk mengeksplor bakat yang mereka miliki, serta
memilih teman yang mereka anggap baik dan tepat untuk belajar secara bersama-sama,
sehingga mereka dapat dengan mudah menguasai semua pengetahuan yang mereka
harapkan. Di samping itu, metode ini pun dapat melatih anak untuk berpikir dan bekerja
berkelompok, sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan akan lebih banyak dan lebih
luas dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan pengetahuan sendiri.
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
metode belajar kelompok adalah suatu metode yang diterapkan oleh guru dalam rangka
menciptakan situasi belajar yang di dalamnya para pelajar dapat belajar bersama-sama,
sehingga mereka dapat mencapai hasil yang maksimal.
Macam-macam Belajar Kelompok
Pengelompokkan anak didik bermacam-macam, dari yang sederhana sampai yang
kompleks. Menurut Roestiyah, N.K membagi pengelompokkan belajar menjadi tiga,
antara lain:
1) Waktu
a. Waktu jangka pendek
b. Waktu jangka panjang
2) Kecepatan
a. Kelompok anak dengan perkembangan cepat
b. Kelompok anak dengan perkembangan lambat
3) Sifat
a. Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran
b. Kelompok atas dasar intelegensi individu
c. Kelompok atas dasar minat individual
d. Kelompok untuk memperbesar partisipasi
e. Kelompok untuk pembagian pekerjaan
f. Kelompok untuk belajar secara efisien menuju tujuan.
Pendapat lain mengatakan, pengelompokkan belajar dapat dilakukan berdasarkan:
a. Pengelompokkan atas dasar kesenangan berkawan,
b. Pengelompokkan atas dasar kemampuan, dan
c. Pengelompokkan menurut minat.
Langkah pertama untuk melaksanakan pengelompokkan belajar, yaitu pembentukan
kelompok dilakukan oleh siswa. Cara ini, dilakukan berdasarkan pemilihan anggota
kelompok atas dasar rasa simpatik satu sama lain. Minat yang sama didorong kemauan
yang sama untuk memperoleh hasil yang baik dengan cara bekerja sama.
Kedua, pembentukan kelompok yang dibentuk oleh guru. Cara ini, biasanya didasarkan
pada perbedaan heterogen anak, sebagai contoh tempat duduk yang berdekatan, urutan
presensi anak, taraf prestasi anak, dan sebagainya.
Ketiga, pembentukan kelompok diatur oleh guru atas dasar usulan dari anak didik. Siswa
mengusulkan nama-nama dalam keanggotaan kelompok belajar, berdasarkan
pertimbangan tertentu guru dapat menetapkan keanggotaan tersebut. Anak didik mengisi
angket dengan menuliskan nama teman yang dipilih, kemudian hasil diberikan kepada
guru.
2.8 Kerangka Berpikir
Adapun pelaksanaan model Quantum teaching dengan study group ini adalah sebagai
berikut : a).Pembentukan kelompok :Dalam pembentukan kelompok ini dilakukan
dengan strategi yang dianggap baik dalam proses pembelajaran. Dalam setiap kelompok
dimasukkan peserta didik yang memiliki prestasi baik, sehingga dapat mendukung
perumusan konsep yang baik dalam kelompok..
Hal ini dilakukan dengan cara yang sama untuk siklus I dan siklus II.
b).Pemberian nama kelompok: Pemberian nama kelompok ini, guru menganut konsep
pemaksimalan memori belajar, dimana nama-nama kelompok adalah nama konsep yang
harus difahami oleh peserta didik, seperti kelompok profsor, cindekiawan, insinyur,
kontraktor, konsultan, pelaksana.
Fasilitasi study group
1) Menumbuhkan minat belajar dalam kelompok Di dalam menumbuhkan minat belajar
dalam kelompok perlu ditumbuhkan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut: a)
Memberikan motivasi atau dorongan secara langsung. Dorongan secara langsung
dilakukan melalui penumbuhan keyakinan setiap kelompok pasti memiliki ciri khas
keunggulan masing-masing. Guru menunggu keunggulan apa yang akan ditunjukkan oleh
setiap kelompok. b) Motivasi untuk meraih penghargaan. Motivasi ini ditumbuhkan
melalui perbandingan kelompok. Perbandingan dilakukan dengan mengadu setiap
kelompok untuk meraih penghargaan setinggi-tingginya, hal ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa menempuh resiko keluar dari zona berfikir aktif dan berpikir positip.
2) Merangsang kegiatan berfikir produktif Untuk kegiatan berfikir produktif kelompok
ditumbuhkan melalui pemberian pertanyaan kelompok baik dalam bentuk pertanyaan
kelompok ditumbuhkan melalui pemberian pertanyaan kelompok baik dalam bentuk
pertanyaan langsung maupun pertanyaan cerita.
3) Menumbuhkan keriangan belajar Untuk memberikan keriangan pada pserta didik lebih
mudah dengan ditumbuhkan melalui study group . keriangan ditumbuhkan melalui adu
pendapat antar kelompok, saling memberi semangat antar kelompok dengan tepuk
tangan, saling memberikan komentar, dan dengan perdebatan kecil. Fasilitator
menjembatani agar perdebatan bersifat terarah dan tidak mengarah pada perdebatan
negatif. Dalam siklus II guru menggunakan musik mozart saat proses diskusi dilakukan
guna merangsang kecerdasan peserta didik dalam menemukan jawaban.
4) Memberi kesempatan berdemostrasi Proses pembelajaran dilakukan seluruhnya secara
individu, maka sangat sulit dilakukan pemberian kesempatan berdemostrasi secara merata
melalui presentasi.
5) Perayaan kelompok Untuk perayaan kelompok ini, merupakan pemberian penghargaan
atas apa yang dipelajari kelompok.
6) Penutupan kegiatan study group Yang dimaksudkan kegiatan penutupan pada study
group ini adalah untuk memperjelas hasil kgiatan study gruop yang telah dilakukan
secara bersama-sama. Guru menyimpulkan konsep-konsep yang dibuat peserta didik, dan
melakukan pelurusan – pelurusan konsep yang kurang benar, sehingga disamping
memahami konsep yang benar peserta didik juga menjadi faham dengan konsep yang
salah dan menjebak.
Kerangka pikir Pelaksanaan Quantum Teaching akan mampu memberikan suasana
pembelajaran yang menyenangkan serta mewujudkan transformasi pengalaman dan
penguatan yang efektif olek karena siswa melaksanakan pembelajaran tidak dalam
kondisi terpaksa atau tidak dalam kondisi tidak senang, akan tetapi dalam suasana penuh
motivasi dan tidak tegang. Sementara itu, melalui study group, siswa dilatih untuk
memecahkan masalah secara mandiri sehingga akan terbentuk kemampuan problem
solving. Study group juga dilakukan untuk memperdalam pengetahuan yang telah
diperoleh dari guru, dan pendalaman tersebut dilakukan bersama-sama dengan rekan
lainnya, sehingga akan terjadi proses transformasi pengetahuan antar siswa.
2.9 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1). Meningkatan prestasi belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran
Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk bidang study Mekanika Teknik
siswa kelas X Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan. ?
2). Meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen setelah
melaksanakan pembelajaran Mekanika Teknik melalui metode Quantum Teaching
dengan Study Group ?
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1
Bendo Magetan yang berlokasi di jalan raya kecamatan Bendo kabupaten Magetan,
pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.
3.1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dimulai bulan Oktober 2015.
3.1.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran Mekanika Teknik pada
kelas X Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.
3.2 Persiapan Penelitian
Persiapan ini merupakan tindakan kelas ( Action Research Classroom ) karena
penelitian ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalh yang nyata dalam
pendidikan. Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penelitian adalah
memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Dalam hal ini penelititan memilih metode pembelajaran Quantum teaching dengan Study
Group yang kemudian membuat satuan pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat
pembelajaran dll.
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (class action
research). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Aqib,
2009:22), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap
siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi
permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Alur PTK menurut Model Kemmis & Taggart
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, dan penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang
digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa, yaitu lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk
membantu proses pengumpulan data.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
3.5 Siklus Peneitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 bertujuan mengetahui prestasi belajar kompetensi
mekanika teknik dan keaktifan belajar peserta didik , dalam tindakan awal penelitian dan
sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus 2. Siklus 2 bertujuan untuk
mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang
didasarkan pada refleksi siklus 1.
Siklus I
Pada siklus 1 perencanaan berupa kegiatan-kegiatan menentukan langkah yang
akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran Mekanika
Teknik selama ini menggunakan model konvensional. Tahap ini bermanfaat agar
pelaksanaan pada tahap tindakan lebih mudah, terarah dan sistematis. Tindakan yang
dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus 1 sesuai dengan
perencanaan yang disusun. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses
pembelajaran Mekanika Teknik menggunakan model Quantum teaching dengan Study
Group. Observasi dilakuan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan dengan
pembelajaran maupun respons terhadap teknik model pembelajaran yang digunakan guru.
Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian siswa,
lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala
apa yang ditemui dalam meningkatkan prestasi belajar Mekanika Teknik peserta didik .
Siklus II
Pada siklus 2, perencanaan adalah penyempurnaan dari perencanaan siklus. Hasil refleksi
siklus 1 dikoordinasikan dengan guru mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X
Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan, untuk melakukan perencanaakan ulang.
Tindakan yang dilakuan adalah dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan
perbaikan pada siklus 1. Materi pembelajaran sama seperti materi pelajaran siklus 1,
yaitu
1) menganalisis konstruksi kekuatan pengelasan ,
2) menghitung konstruksi kekuatan pengelasan.
Materi pembelajaran siklus II
1) konstruksi kekuatan pengelasan dengan posisi 2G,
2) konstruksi kekuatan pengelasan dengan posisi 3G,
3). konstruksi kekuatan pengelasan dengan posisi overhead.
Tahap tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap yiatu persiapan, tahap pelaksanaan, dan
tahap tindak lanjut.
3.5.1 Observasi
Observasi dilakuan untuk mengmpulkan data tentang keaktifan belajar siswa dan
respons siswa terhadap proses pembelajaraan dengan model Quantum teaching
dengan study group.
3.5.2 Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes . refleksi dilakukan
dengan menganalisis hasil non tes yang dilakukan pada siklus 2.
3.5.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah model Quantum teaching dengan study group , dan
prestasi belajar Mekanika Teknik, keaktifan belajar peserta didik.
3.5.4 Indikator Kerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan
kualitatif Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik
tes dan teknik non tes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tes
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tes a. siklus 1 dan tes b. siklus 2. Skor
penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menganalisis
konstruksi kekuatan pengelasan, menghitung konstruksi kekuatan
pengelasan.Dalam melakukan tes ini diperlukan instrumen atau alat bantu yang
berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus menunjukan
pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan teknik nontes yang
digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal,lembar
wawancara, lembar dokumemtasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan
perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran Mekanika
Teknik dengan model quantum teaching dengan stady group.
3.8 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajran mekanika
teknik dengan model quantum teaching dengan study group adalah teknik kualitatif dan
kuantitatif. Indikator penelitian ini, penilaian dilakukan berdasarkan tes unjuk kerja.
3.9 Indikator Kinerja
Indikator data kuantitatif penelitian ini adalah ketercapaian target kriteria
ketuntasan minimal siswa sebesar 2,66 dengan jumlah peserta didik minimal 94,3% dari
jumlah peserta didik keseluruhan. Indikator data kualitatif Pencapaian peningkatan
keaktifan peerta didik dengan frekuensi pengamatan nilai prosentase 70,8 % siswa aktif
dalam pembelajaran model quantum teaching dengan study group,
DAFTAR PUSTAKA.
jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143 De Porter , Bobbi ,
Mark Reardon, dan Sarah Singer – Nourie. 2001. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum
Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung : KAIFA.
http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1
febuari 2013
Irmina Titik P. 2010. Pelaksanaan Model Quantum Teaching dengan Study Group untuk
Peningkatan Sikap Percaya Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika.
Kusumo Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan
Prestasi Belajar Geografi
Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya
Iyan Humas,2007, Dampak penerapan Quantum Teaching pada siswa semasa Orientasi siswa
(MOS) di SMA negeri 6 Bogor . jurnal diunduh 1maret 2013.
Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya .