Proposal PTK

39
PELAKSANAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN STUDY GROUP UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KOMPETENSI MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X TEKNIK PENGELASAN 2 SMK NEGERI 1 BENDO MAGETAN Disusun oleh: M Rizqi Awaludin 12050524009 S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2015

description

PELAKSANAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN STUDY GROUP UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KOMPETENSI MEKANIKA TEKNIK SISWA KELAS X TEKNIK PENGELASAN 2 SMK NEGERI 1 BENDO MAGETAN

Transcript of Proposal PTK

Page 1: Proposal PTK

PELAKSANAAN MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN STUDY GROUP UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KOMPETENSI MEKANIKA

TEKNIK  SISWA  KELAS X TEKNIK PENGELASAN 2 SMK NEGERI 1 BENDO

MAGETAN

Disusun oleh:

M Rizqi Awaludin

12050524009

S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2015

Page 2: Proposal PTK

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………….......................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................7

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................................................8

1.5 Ruang Lingkup.....................................................................................................................................8

BAB II Kajian Pustaka...................................................................................................................................9

2.1 Pengertian belajar.................................................................................................................................9

2.2 Kompetensi mekanika teknik.............................................................................................................10

2.3 Pengertian Keaktifan Belajar.............................................................................................................12

2.4 Pentingnya Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa.....................................13

2.5 Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa............................................14

2.6 Metode Pembelajaran Quantum Teaching.........................................................................................15

2.7 Metode Study Group atau Kerja kelompok.......................................................................................17

2.8 Kerangka Berpikir..............................................................................................................................21

2.9 Hipotesis Tindakan............................................................................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................................................24

3.1 Setting Penelitian...............................................................................................................................24

3.1.1 Tempat Penelitian.......................................................................................................................24

3.1.2 Waktu Penelitian.........................................................................................................................24

3.1.3 Subjek Penelitian........................................................................................................................24

3.2 Persiapan Penelitian...........................................................................................................................24

3.3 Rancangan Penelitian.........................................................................................................................25

3.4 Instrumen Penelitian..........................................................................................................................26

3.5 Siklus Peneitian..................................................................................................................................26

3.5.1 Observasi.....................................................................................................................................28

3.5.2 Pengambilan Data.......................................................................................................................28

3.5.3 Variabel Penelitian......................................................................................................................28

3.5.4 Indikator Kerja............................................................................................................................28

3.8 Analisis Data......................................................................................................................................29

3.9 Indikator Kinerja................................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................30

Page 3: Proposal PTK

Abstrak

rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah rendahnya prestasi  belajar dan

keaktifan pada peserta didik  kelas X Teknik Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo

Magetan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standart

kompetensi Mekanika Teknik, pada peserta didik kelas X Teknik Pengelasan 2 SMK

Negeri 1 Bendo Magetan tahun ajaran 2014/2015 nilai KKM 2,66 dengan jumlah

prosentase ketuntasan kopetensi 94,3%, pencapaian keaktifan belajar peserta didik 70,8

%, Berdasarkan hasil penelitian , maka peneliti merekomendasikan bahwa model

Quantum Teaching dengan Study Group dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan

meningkatkan kompetensi Mekanika Teknik  kelas X Teknik Pengelasan 2 SMK Negeri

1 Bendo Magetan.  Kata kunci : Model Quantum Teaching dan Study Group.

Page 4: Proposal PTK

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-

perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam

pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.

Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah

menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perl~emangan itu terjadi karena

terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru selalu

ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat belajar

bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pembaharuan

dalam sistem pendidi kan yang mencakup seluruh komponen yang ada. Pembangunan d

bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn dapat dimanfaatkan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.

Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan

timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu

komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat

penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru

dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang

mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus

dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan

pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk

mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Page 5: Proposal PTK

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu

meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,

berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil

serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa

cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan

sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-

manusia pembangunan dan rnembangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas

pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran harus mengenal dan

melaksanakan dengan baik berbagai pedoman, strategi, pendekatan, teknik, metode serta

model pembelajaran. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih

memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa

menghafal materi ajar, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di

pikiran mereka sendiri.

Menurut pandangan konstruktivisme tentang belajar, guru tidak begitu saja

memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif membangun

pengetahuan dalam pikiran mereka sendri. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah

membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui

konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia

harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, secara berkelompok

seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar.

Tugas guru dalam pembelajaran mekanika teknik di sekolah menengah kejuruan

Page 6: Proposal PTK

antara lain menyajikan materi ajar mekanika teknik yang sesuai akan mampu

memfasilitasi perkembangan potensi sikap, berfikir, berprilaku dan ketrampilan dasar

ilmiah yang terdapat pada diri siswa. Kegiatan belajar merupakan sebuah proses interaksi

yang bernilai pendidikan, didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa.

Keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang paling utama.

Dari rendahnya kemampuan belajar dan aktifitas belajar Mekanika Teknik pada peserta

didik, maka menyebabkan rendahnya kemampuan menyelesaikan soal, rendahnya

penguasaan kompetensi mata pelajaran Mekanika Teknik, sehingga nilai ulangan harian

rendah akibatnya hasil belajar Mekanika Teknik secara umum juga rendah. Salah satu

cara untuk mengatasi permasalahan tersebut guru dapat melakukan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Hopkins dalam Zainal Agib (2009 : 44) menjelaskan:  “ Actions research

combines as substantive act with a research procedure, it is action disciplined  by enquiry

a personal attempt at under standing while enyaged in a process of improvement and

reform ”.

1.2 Rumusan Masalah

1)Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group dapat

meningkatkan hasil prestasi belajar pada bidang study Mekanika Teknik siswa Teknik

Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.

2) Apakah model pembelajaran Quantum Teaching dengan teknik Study Group dapat

meningkatkan aktifitas belajar  pada bidang study Mekanika Teknik siswa Teknik

Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.

1.3 Tujuan Penelitian

1) Meningkatkan prestasi belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran

Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk kompetensi Mekanika Teknik

pada peserta didik kelas X Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.

Page 7: Proposal PTK

2) Meningkatkan aktifitas belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran

Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk kompetensi Mekanika Teknik

pada peserta didik kelas X Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi guru, memberikan informasi kepada guru pengajar tentang metode

pembelajaran yang sesuai dengan meteri ajar mekanika teknik.

2. Bagi siswa, meningkatkan keaktifan belajar dan kompentensi siswa dalam

pemebelajaran mekanika teknik.

3. Bagi sekolah, memberi masukan bagi sekolah sebagai pedoman untuk mnegambil

kebijakan di sekolah tersebut.

4. Bagi Pembaca,penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi

untuk melakukan penelitian berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan

keaktifan dan kompetensi belajar siswa.

2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas X Teknik

Pengelasan

3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 1Bendo Kabupaten

Magetan.

4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2015/2016.

5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar pada mekanika

teknik.

Page 8: Proposal PTK

BAB II

Kajian Pustaka

Penelitian  ini merujuk pada penelitian sebelumnya, beberapa penelitian yang

berhubungan dengan topik ini, yaitu  tentang dampak penerapan quantum teaching pada

siswa semasa orientasi  siswa (MOS)2007, Iyan Humas, Jurnal pendekatan quantum

teaching dalam pembelajaran IPA, (jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen /

article /view /255/143), .  Irmina, 2010, Pelaksanaan Model Quantum Teaching dengan

Study Group untuk Peningkatan Sikap Percaya Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika,

Kusumo Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk

Peningkatan Prestasi Belajar Geografi. Kajian teoritis yang digunakan sebagai kerangka

teoristis pada penelitian adalah.:

2.1 Pengertian belajar

Hakekat  belajar dan pembelajaran Menurut Sri Rumini dkk, ( 2006 : 59 ),

belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperolah

perubahan tingkah laku, yang mana perilaku hasil belajar tersebut relative

menetap, baik perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat

diamati secara langsung yang terjadi pada individu sebagai sebuah hasil latihan

dan pengalaman sebagai dampak interaksi antarindividu dengan lingkungannya.

Dengan demikian, belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan yang

diperoleh dari luar diri dengan system indra yang membawa informasi ke otak.

Menurut Sumadi  Suryabrata ( 2011 : 232 ), difinisi belajar selalu mencakup

beberapa poin penting sebagai berikut : a). Proses belajar selalu membawa

perubahan perilaku, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. b). Pada

dasarnya yang dimaksud dalam perubahan tersebut pokoknya adalah pada proses

mendapatkan kecakapan atau ketrampilan baru. c).  Adanya perubahan tersebut

karena dilakukakan secara sadar dan penuh usaha. Maka dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan, penyimpanan

informasi atau pengetahuan yang didukung factor-faktor psikomotor dan system

Page 9: Proposal PTK

indra yang berbeda antara satu individu atau siswa dengan individu atau siswa

lain dalam berinteraksi dengan lingkungan sebagai sumber belajar.

2.2 Kompetensi mekanika teknik

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,

keterampilan, dan sikap. Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu

membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga

bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan

sosial.

Belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Menurut Gagne (Baharuddin,2012), proses belajar, terutama belajar yang

terjadi di sekolah, melalui

tahap-tahap atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan,

menggali 1,

menggali 2,prestasi dan umpan balik.

1. Tahap motivasi

Tahap motivasi yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan

kegiatan belajar bangkit. Siswa sadar akan tujuan yang ingin dicapai dan bersedia

melibatkan diri.

2. Tahap konsentrasi

Tahap kosentrasi yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada

pada tahap motivasi, untuk menuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang

dipelajari.

3. Tahap mengolah

Siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalam ingatan jangka pendek

(Short Term Memory/STM), kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi

makna berupa sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.

Page 10: Proposal PTK

4. Tahap menyimpan

Siswa menyimpan informasi yang diolah dalam ingatan jangka panjang (Long

Term Memory/LTM). Informasi dimasukkan ke dalam ingatan. Hasil belajar sudah

diperoleh , sebagian atau keseluruhan.

5. Tahap menggali 1

Informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang digali dan dimasukkan

ke dalam ingatan jangka pendek atau dikaitkan dengan sesuatu diluar lingkup

bidang studi yang bersangkutan. Dimasukkan kembali dalam LTM.

6. Tahap menggali 2

Siswa menggali informasi yang tersimpan di LTM dan mempersiapkannya

sebagai masukan bagi fase prestasi, baik langsung atau melalui STM.

7. Tahap prestasi

Informasi yang digali digunakan untuk prestasi atau kompetensi yang

menampakkan hasil belajar.

8. Tahap umpan balik.

Siswa mendapat konfirmasi sejauh mana prestasinya tepat. Belajar ditandai

dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti bahwa hasil

dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah

laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa

mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada

tidaknya hasil belajar. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku,

maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan

mencerdaskan siswa.

Page 11: Proposal PTK

2.3 Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan

memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Ratmi, 2004).

Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat dalam

belajar.

Ciri-ciri Keaktifan Belajar

Ada empat ciri keaktifan belajar siswa yaitu

1) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,

2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik persiapan,

proses dan kelanjutan belajar,

3) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani dan

menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya, 4)

Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak

lain

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar, Nana Sudjana (dalam

Ratmi,04) menyatakan bahwa ada lima hal yang mempengaruhi keaktifan belajar, yakni:

1) stimulus belajar,

2) perhatian dan motivasi,

3) respon yang dipelajarinya,

4) penguatan,

5) pemakaian dan pemindahan (I Wayan Gde Wiradana,S.Pd)

Page 12: Proposal PTK

2.4 Pentingnya Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa

Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas.

Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para siswa belajar dengan

efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam konteks ini Nana Sudjana yang

dikutip Cece Wijaya dan A. Tabrani mengemukakan sebagai berikut:

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang

peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh

mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih

terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan

dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui

alat-alat tersebut.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting terhadap

proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu

menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan

siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Dalam

menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang

tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan

belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi

keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatya

mengemukakan bahwa “proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang

melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk

mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut.”

Selanjutnya tingkat keaktifan belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran juga

merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran itu sendiri.Mengenai hal ini E. Mulyasa

mengatakan bahwa: Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya

atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,

mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan

belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.Agar

siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru

untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka.

Sehubungan dengan pentingnya upaya guru dalam membangkitkan keaktifan siswa

dalam belajar,R. Ibrahim dan Nana Syaodih mengemukakan bahwa:

Page 13: Proposal PTK

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam

pengajaran siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa

berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka hendaknya guru merencanakan

pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak

berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa

hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya, serta bermanfaat

bagi masa depannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka  dalam pembelajaran upaya guru dalam

mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting. Sebab keaktifan belajar siswa

menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.

2.5 Bentuk Upaya Guru dalam Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam

pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, jadi siswalah yang menjadi pelaku kegiatan

belajar. Demikian pula dalam pembelajaran, agar siswa berperan sebagai pelaku dalam

kegiatan belajar, maka guru hendaknya mengondisikan pembelajaran yang menuntut

siswa aktif dalam melakukan kegiatan belajar.

Beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan

belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat

siswa, membangkitkan motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta

menggunakan media dalam pembelajaran.

1.Meningkatkan minat siswa

Kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan

minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya

minat seseorang tidak mungkin akan melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat

yang besar terhadap suatu pelajaran akan lebih aktif untuk mempelajarinya dan

sebaliknya, siswa akan kurang keaktifannya dalam mempelajari pelajaran yang kurang

diminatinya. Oleh karena itu, William Jams, seperti di kemukakan Moh. Uzer Usman,

yang melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat

Page 14: Proposal PTK

keaktifan belajar siswa. jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan

siswa secara aktif dalam belajar.

Selanjutnya minat siswa juga berhubungan dengan perhatian siswa.Perbedaannya adalah

minat sifatnya lebih menetap sedangkan perhatian sifatnya lebih sementara dan

adakalanya menghilang. Dalam proses belajar siswa, perhatian memegang peranan

penting.

Thomas M. Risk yang dikutip Zakiah Daradjat mengemukakan “no learning takes

place without attention.” Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa suatu pelajaran

tidak akan berlangsung tanpa adanya perhatian siswa.

Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan lancar bila siswa memiliki minat

yang besar yang menimbulkan perhatiannya dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu

membangkitkan minat siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami

sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran.

2.6 Metode Pembelajaran Quantum Teaching

Hakekat  perencanaan Pembelajaran Quantum Dalam (De Porter, Readon dan Singer

Nourie, 2001 : 5) ,Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum dikenal dengan

singkatan “ TANDUR” yaitu:1). Tumbuhkan: Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep

operasional dari prinsip “ bawalah dunia mereka kedunia kita”. Dengan usaha

menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan

kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Dari hal tersebut tersirat,

bahwa dalam pendahuluan ( persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya

menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan

sosial ( komunikasi belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan

makna pada peserta didik, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Strategi untuk

melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menulis tujuan

pembelajaran di papan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/ media yang

menarik atau lucu, isu mutakhir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. 2).

Alami :Tahap ini jika tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada

kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru

harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun peserta

Page 15: Proposal PTK

didik sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Strategi konsep

ALAMI dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan

memberikan tugas secara

individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.3). Namai:

Konsep ini berada pada kegiatan inti. Yang NAMAI mengandung maksud bahwa

penamaan memuaskan hasrat alami otak ( membuat peserta didik penasaran, penuh

pertannyaan mengenahi pengalaman) untuk memberikan identita, menguatkan dan

mendifinisikan..4). Demostrasikan:Tahap ini masih pada kegiatan ini, Inti pada tahap ini

adalah memberikan kesempatan siswa untuk menunjukan bahwa peserta didik tahu. Hal

ini sekaligus memberikan kesempatan peserta didik untuk menunjukan tingkat

pemahamanan terhadap materi yang dipelajari.Panduan guru untuk memahami tahap ini

yaitu dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan peserta didik

dengan pengetahuan yang baru? 5. Ulangi:Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana

pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk

memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku ini “  kegiatan

ini dilakukan secaa multi modalitas dan multi kecerdasan Panduan guru untuk

memasukan tahap ini yaitu cara apa yang bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? 6).

Rayakan: Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan

rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketentuan, dan kesuksesan yang  akhirnya

memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang

maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar  lebih lanjut.(http// Quantum

teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1 febuari

2013).

2.7 Metode Study Group atau Kerja kelompok

Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar

dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, dan sikap,

agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Untuk itu maka, orang

kemudian mengembangkan berbagai pengetahuan, misalnya psikologi pendidikan,

metode mengajar, pengelolaan pengajaran, dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang

proses belajar mengajar itu.

Page 16: Proposal PTK

Salah satu metode yang dewasa ini mulai banyak digunakan oleh berbagai lembaga

pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas anak didik, yaitu metode belajar

kelompok. Usaha pemahaman mengenai makna metode belajar kelompok ini, akan

diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang metode, definisi belajar serta

kelompok. Adapun beberapa definisi tentang metode, antara lain dapat diuraikan sebagai

berikut:

1.      Metode berasal dari kata meta berarti melalui, dan hodos jalan. Jadi metode adalah

jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

2.      Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

3.      Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu

maksud.

4.      Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode

merupakan jalan atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Sebelum membahas tentang belajar kelompok, perlu kiranya dipahami

pengertiannya terlebih dahulu, sehingga dapat dilihat inti dan pokok yang sekiranya

mungkin dilaksanakan secara efektif dalam berbagai kegiatan belajar mengajar pada

pendidikan.

Rumusan tentang belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk

menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,

rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono berpendapat mengenai pengertian belajar secara

psikologis, ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Kemudian Nana Sudjana mengemukakan,

bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditentukan dalam berbagai

bentuk, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

Page 17: Proposal PTK

keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya menerimanya,

dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Sedangkan Muhibbin Syah berpendapat, bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah

laku yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Dari beberapa perumusan belajar yang telah disebutkan di atas, walaupun terdapat

perbedaan-perbedaan tetapi secara prinsip mempunyai arti dan tujuan yang sama, yaitu

bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk

memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil

dari pengalaman-pengalaman itu sendiri.

Adapun pengertian kelompok mengacu kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa

kata kelompok adalah kata sifat yang artinya kumpulan orang; yang tidak mengerjakan

sendiri-sendiri. Konotasi lain dari kata kelompok adalah berkumpul, kata kumpul ialah

sebuah kata sifat yang artinya bersama-sama menjadi satu kesatuan atau kelompok (tidak

terpisah-pisah).

Dalam bahasa Inggris, kata kelompok dan golongan disebut group. Kata ini, berfungsi

sebagai adjektif (kata sifat), adapun noun (kata bendanya) adalah in group, yang berarti

berkelompok atau berkumpul. Dari definisi-definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan

bahwa kelompok berarti bersama-sama atau berkumpul.

Setelah kita membahas tentang ketiga istilah di atas, yaitu metode, belajar, dan kelompok,

selanjutnya penulis akan mengungkapkan pengertian belajar kelompok menurut para ahli,

bahwa istilah belajar kelompok sepadan dengan arti study group atau study club. Jadi,

belajar kelompok tertumpu pada kegiatan siswa dan diskusi siswa untuk mencapai

keberhasilan belajarnya. Artinya, belajar kelompok adalah kelompok individu dalam

kelas yang mengadakan kerjasama untuk melaksanakan tugas-tugas belajar untuk

terciptanya tujuan belajar.

Pelaksanaan belajarnya dapat dilakukan secara berkelompok kecil (± 5 orang), bahkan

dapat dilengkapi dengan belajar secara klasikal tetapi yang menitikberatkan pada tanya

jawab dan diskusi.

Page 18: Proposal PTK

Metode belajar kelompok mempunyai peranan yang amat penting dalam menumbuhkan

kedewasaan dan meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai materi apa pun yang

mereka kehendaki secara belajar bersama-sama. Metode ini, memberikan kesempatan

yang lebih besar kepada anak untuk mengeksplor bakat yang mereka miliki, serta

memilih teman yang mereka anggap baik dan tepat untuk belajar secara bersama-sama,

sehingga mereka dapat dengan mudah menguasai semua pengetahuan yang mereka

harapkan. Di samping itu, metode ini pun dapat melatih anak untuk berpikir dan bekerja

berkelompok, sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan akan lebih banyak dan lebih

luas dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan pengetahuan sendiri.

Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

metode belajar kelompok adalah suatu metode yang diterapkan oleh guru dalam rangka

menciptakan situasi belajar yang di dalamnya para pelajar dapat belajar bersama-sama,

sehingga mereka dapat mencapai hasil yang maksimal.

Macam-macam Belajar Kelompok

Pengelompokkan anak didik bermacam-macam, dari yang sederhana sampai yang

kompleks. Menurut Roestiyah, N.K membagi pengelompokkan belajar menjadi tiga,

antara lain:

1)      Waktu

a.       Waktu jangka pendek

b.      Waktu jangka panjang

2)      Kecepatan

a.       Kelompok anak dengan perkembangan cepat

b.      Kelompok anak dengan perkembangan lambat

3)      Sifat

a.       Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran

b.      Kelompok atas dasar intelegensi individu

Page 19: Proposal PTK

c.       Kelompok atas dasar minat individual

d.      Kelompok untuk memperbesar partisipasi

e.       Kelompok untuk pembagian pekerjaan

f.       Kelompok untuk belajar secara efisien menuju tujuan.

Pendapat lain mengatakan, pengelompokkan belajar dapat dilakukan berdasarkan:

a.       Pengelompokkan atas dasar kesenangan berkawan,

b.      Pengelompokkan atas dasar kemampuan, dan

c.       Pengelompokkan menurut minat.

Langkah pertama untuk melaksanakan pengelompokkan belajar, yaitu pembentukan

kelompok dilakukan oleh siswa. Cara ini, dilakukan berdasarkan pemilihan anggota

kelompok atas dasar rasa simpatik satu sama lain. Minat yang sama didorong kemauan

yang sama untuk memperoleh hasil yang baik dengan cara bekerja sama.

Kedua, pembentukan kelompok yang dibentuk oleh guru. Cara ini, biasanya didasarkan

pada perbedaan heterogen anak, sebagai contoh tempat duduk yang berdekatan, urutan

presensi anak, taraf prestasi anak, dan sebagainya.

Ketiga, pembentukan kelompok diatur oleh guru atas dasar usulan dari anak didik. Siswa

mengusulkan nama-nama dalam keanggotaan kelompok belajar, berdasarkan

pertimbangan tertentu guru dapat menetapkan keanggotaan tersebut. Anak didik mengisi

angket dengan menuliskan nama teman yang dipilih, kemudian hasil diberikan kepada

guru.

2.8 Kerangka Berpikir

Adapun pelaksanaan model Quantum teaching dengan study group ini adalah sebagai

berikut : a).Pembentukan kelompok :Dalam pembentukan kelompok ini dilakukan

dengan strategi yang dianggap baik dalam proses pembelajaran. Dalam setiap kelompok

dimasukkan peserta didik yang memiliki prestasi baik, sehingga dapat mendukung

perumusan konsep yang baik dalam kelompok..

Page 20: Proposal PTK

Hal ini dilakukan dengan cara yang sama untuk siklus I dan siklus II.

b).Pemberian nama kelompok: Pemberian nama kelompok ini, guru menganut konsep

pemaksimalan memori belajar, dimana nama-nama kelompok adalah nama konsep yang

harus difahami oleh peserta didik, seperti kelompok profsor, cindekiawan, insinyur,

kontraktor, konsultan, pelaksana.

Fasilitasi study group

1) Menumbuhkan minat belajar dalam kelompok Di dalam menumbuhkan minat belajar

dalam kelompok perlu ditumbuhkan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut: a)

Memberikan motivasi atau dorongan secara langsung. Dorongan secara langsung

dilakukan melalui penumbuhan keyakinan setiap kelompok pasti memiliki ciri khas

keunggulan masing-masing. Guru menunggu keunggulan apa yang akan ditunjukkan oleh

setiap kelompok. b) Motivasi untuk meraih penghargaan. Motivasi ini ditumbuhkan

melalui perbandingan kelompok. Perbandingan dilakukan dengan mengadu setiap

kelompok untuk meraih penghargaan setinggi-tingginya, hal ini dimaksudkan untuk

mendorong siswa menempuh resiko keluar dari zona berfikir aktif dan berpikir positip.

2) Merangsang kegiatan berfikir produktif Untuk kegiatan berfikir produktif kelompok

ditumbuhkan melalui pemberian pertanyaan kelompok baik dalam bentuk pertanyaan

kelompok ditumbuhkan melalui pemberian pertanyaan kelompok baik dalam bentuk

pertanyaan langsung maupun pertanyaan cerita.

3) Menumbuhkan keriangan belajar Untuk memberikan keriangan pada pserta didik lebih

mudah dengan ditumbuhkan melalui study group . keriangan ditumbuhkan melalui adu

pendapat antar kelompok, saling memberi semangat antar kelompok dengan tepuk

tangan, saling memberikan komentar, dan dengan perdebatan kecil. Fasilitator

menjembatani agar perdebatan bersifat terarah dan tidak mengarah pada perdebatan

negatif. Dalam siklus II  guru menggunakan musik mozart saat proses diskusi dilakukan

guna merangsang kecerdasan peserta didik dalam menemukan jawaban.

Page 21: Proposal PTK

4) Memberi kesempatan berdemostrasi Proses pembelajaran dilakukan seluruhnya secara

individu, maka sangat sulit dilakukan pemberian kesempatan berdemostrasi secara merata

melalui presentasi.

5) Perayaan kelompok Untuk perayaan kelompok ini, merupakan pemberian penghargaan

atas apa yang dipelajari kelompok.

6) Penutupan kegiatan study group Yang dimaksudkan kegiatan penutupan pada study

group ini adalah untuk memperjelas hasil kgiatan study gruop yang telah dilakukan

secara bersama-sama. Guru menyimpulkan konsep-konsep yang dibuat peserta didik, dan

melakukan pelurusan – pelurusan konsep yang kurang benar, sehingga disamping

memahami konsep yang benar peserta didik juga menjadi faham dengan konsep yang

salah dan menjebak.

Kerangka pikir Pelaksanaan Quantum Teaching akan mampu memberikan suasana

pembelajaran yang menyenangkan serta mewujudkan transformasi pengalaman dan

penguatan yang efektif olek karena siswa melaksanakan pembelajaran tidak dalam

kondisi terpaksa atau tidak dalam kondisi tidak senang, akan tetapi dalam suasana penuh

motivasi dan tidak tegang. Sementara itu, melalui study group, siswa dilatih untuk

memecahkan masalah secara mandiri sehingga akan terbentuk kemampuan problem

solving. Study group juga dilakukan untuk memperdalam pengetahuan yang telah

diperoleh dari guru, dan pendalaman tersebut dilakukan bersama-sama dengan rekan

lainnya, sehingga akan terjadi proses transformasi pengetahuan  antar siswa.

2.9 Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1). Meningkatan prestasi belajar siswa setelah penyelenggaraan model pembelajaran

Quantum Teaching dengan teknik Study Group untuk bidang study Mekanika Teknik

siswa kelas X Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan. ?

2). Meningkatkan  aktifitas belajar siswa kelas X TKK 2 SMK Negeri 2 Sragen setelah

melaksanakan pembelajaran Mekanika Teknik melalui metode Quantum Teaching

dengan Study Group ?

Page 22: Proposal PTK

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian

untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1

Bendo Magetan yang berlokasi di jalan raya kecamatan Bendo kabupaten Magetan,

pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dimulai bulan Oktober 2015.

3.1.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah mata pelajaran Mekanika Teknik  pada

kelas X Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan.

3.2 Persiapan Penelitian

Persiapan ini merupakan tindakan kelas ( Action Research Classroom ) karena

penelitian ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalh yang nyata dalam

pendidikan. Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penelitian adalah

memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Dalam hal ini penelititan memilih metode pembelajaran Quantum teaching dengan Study

Group yang kemudian membuat satuan pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat

pembelajaran dll.

Page 23: Proposal PTK

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (class action

research). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Aqib,

2009:22), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap

siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi

permasalahan.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1. Alur PTK menurut Model Kemmis & Taggart

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran

Page 24: Proposal PTK

pengelolahan kelas, dan penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang

digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.

Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,

tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Lembar Kegiatan Siswa, yaitu lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk

membantu proses pengumpulan data.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

3.5 Siklus Peneitian

Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 bertujuan mengetahui prestasi belajar kompetensi

mekanika teknik dan keaktifan belajar  peserta didik , dalam tindakan awal penelitian dan

sekaligus digunakan sebagai refleksi untuk melakukan siklus 2. Siklus 2 bertujuan untuk

mengetahui peningkatan perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang

didasarkan pada refleksi siklus 1.

Siklus I

Pada siklus 1 perencanaan berupa kegiatan-kegiatan menentukan langkah yang

akan dilakukan untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran Mekanika

Teknik selama ini menggunakan model konvensional. Tahap ini bermanfaat agar

pelaksanaan pada tahap tindakan lebih mudah, terarah dan sistematis. Tindakan yang

dilakukan yaitu melaksanakan proses pembelajaran pada siklus 1 sesuai dengan

perencanaan yang disusun. Tindakan yang dilakukan yaitu melaksanakan proses

pembelajaran Mekanika Teknik menggunakan model Quantum teaching dengan Study

Group. Observasi dilakuan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan dengan

pembelajaran maupun respons terhadap teknik model pembelajaran yang digunakan guru.

Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian siswa,

lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala

apa yang ditemui dalam meningkatkan prestasi belajar Mekanika Teknik peserta didik .

Page 25: Proposal PTK

Siklus II

Pada siklus 2, perencanaan adalah penyempurnaan dari perencanaan siklus. Hasil refleksi

siklus 1 dikoordinasikan dengan guru mata pelajaran Mekanika Teknik kelas X

Pengelasan 2 SMK Negeri 1 Bendo Magetan, untuk melakukan perencanaakan ulang.

Tindakan yang dilakuan adalah dengan perencanaan yang telah disusun berdasarkan

perbaikan pada siklus 1.  Materi pembelajaran sama seperti materi pelajaran siklus 1,

yaitu

1) menganalisis konstruksi kekuatan pengelasan ,

2) menghitung konstruksi kekuatan pengelasan.  

Materi pembelajaran siklus II

1) konstruksi kekuatan pengelasan dengan posisi 2G,

2) konstruksi kekuatan pengelasan dengan posisi 3G,

3). konstruksi kekuatan pengelasan dengan posisi overhead.

Tahap tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap yiatu persiapan, tahap pelaksanaan, dan

tahap tindak lanjut.

3.5.1 Observasi

Observasi dilakuan untuk mengmpulkan data tentang keaktifan belajar siswa dan

respons siswa terhadap proses pembelajaraan dengan model Quantum teaching

dengan study group.

3.5.2 Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan teknik tes dan non tes . refleksi dilakukan

dengan menganalisis hasil non tes yang dilakukan pada siklus 2.

Page 26: Proposal PTK

3.5.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah model Quantum teaching dengan study group , dan

prestasi belajar Mekanika Teknik, keaktifan belajar peserta didik.

3.5.4 Indikator Kerja

Indikator kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu kuantitatif dan

kualitatif Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik

tes dan teknik non tes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal-soal. Tes

dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tes a. siklus 1 dan tes b. siklus 2. Skor

penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menganalisis

konstruksi kekuatan pengelasan, menghitung konstruksi kekuatan

pengelasan.Dalam melakukan tes ini diperlukan instrumen atau alat bantu yang

berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus menunjukan

pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan teknik nontes yang

digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal,lembar

wawancara, lembar dokumemtasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan

perubahan tingkah laku peserta didik selama mengikuti pembelajaran Mekanika

Teknik  dengan model quantum  teaching dengan stady group.

3.8 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajran mekanika

teknik dengan model quantum teaching dengan study group adalah teknik kualitatif dan

kuantitatif. Indikator penelitian ini,  penilaian  dilakukan  berdasarkan  tes  unjuk  kerja.

3.9 Indikator Kinerja

Indikator  data   kuantitatif  penelitian  ini  adalah  ketercapaian  target  kriteria

ketuntasan minimal siswa  sebesar 2,66 dengan jumlah peserta didik minimal 94,3% dari

jumlah peserta didik keseluruhan. Indikator data kualitatif Pencapaian peningkatan

keaktifan peerta didik dengan frekuensi pengamatan nilai prosentase 70,8 % siswa aktif

dalam pembelajaran model quantum teaching dengan study group,

Page 27: Proposal PTK

DAFTAR PUSTAKA.

jurnal.fkip.uns.ac.id/ index .phpl / pgsdkebumen / article /view /255/143 De Porter , Bobbi ,

Mark Reardon, dan Sarah Singer – Nourie. 2001. Quantum  Teaching: Mempraktekkan Quantum

Learning di ruang-ruang Kelas. Bandung : KAIFA.

http// Quantum teaching, 2009, Quantum teaching , mengajar yang menyenangkan. Com , 1

febuari 2013

Irmina Titik P. 2010. Pelaksanaan Model Quantum Teaching dengan Study Group untuk

Peningkatan Sikap Percaya Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika.

 Kusumo Wardani . 2008. Metode Quantum Teaching Dengan Study Group Untuk Peningkatan

Prestasi Belajar Geografi

Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya

Iyan Humas,2007, Dampak penerapan Quantum Teaching pada siswa semasa Orientasi siswa

(MOS) di SMA negeri 6 Bogor . jurnal diunduh 1maret 2013.

Zainal Aqib.2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya .

Page 28: Proposal PTK