Post on 02-Jan-2016
description
1. Pendahuluan
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang
merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan
merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia.
Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun
usaha meningkatkan produksi garam belum diminati,
termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain
pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik
(kandungan kalsium dan magnesium kurang) banyak di
impor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam
beryodium serta garam industri.
Kebutuhan garam nasional dari tahun ke tahun
semakin meningkat seiring dengan pertambahan
penduduk dan perkembangan industri di Indonesia
Menurut data nasional, pada tahun 2009 produksi garam
secara nasional mencapai 1.265.600 ton, masih jauh lebih
rendah dari kebutuhan garam nasional yang mencapai
sebesar 2.865.600 ton per tahun. Rendahnya
produktifitas garam nasional yang tidak sebanding antara
tingkat kebutuhan dengan konsumsi garam
mengakibatkan Indonesia masih membuka impor garam
dari luar negeri yang jumlahnya mencapai 55% dari
1
kebutuhan garam nasional. Untuk mengatasi hal
tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan
Perikanan telah mencanangkan program Swasembada
Garam Nasional pada 26 DesemberTahun 2009. Upaya-
upaya yang dilakukan untuk mencapai Swasembada
Garam Nasional adalah peningkatan produksi dan
kualitas garam rakyat salah satunya melalui program
pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) yang
rencananya berlangsung selama 4 tahun yakni tahun
2011 sampai 2014.
Program pemberdayaan usaha garam (PUGAR)
serentak dilakukan di 40 kabupaten/kota pada tahun 2011
yang salah satunya lokasinya adalah Kabupaten Takalar.
Kabupaten Takalar terpilih sebagai wilayah program
PUGAR bersama dua kabupaten lainya di Sulawesi
Selatan yakni Kabupaten Pangkep dan Jeneponto, yang
diharapkan nantinya dapat menjadi daerah penyangga
produksi garam nasional.
Pelaksanaan program PUGAR di Kabupaten Takalar
pada masa periode pertama Tahun 2011 dalam
pengelolaan programnya melibatkan 69 kelompok usaha
garam dengan jumlah anggota berkisar 607 orang
2
petambak garam serta luas lahan produksi ± 120 Ha.
Pada masa tahun pertama pengelolaan PUGAR
dialokasikan untuk kepentingan perbaikan lahan produksi
dan peningkatan sarana produksi yang diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas usaha tambak garam serta
didukung oleh beberapa kegiatan yang menunjang proses
pengelolaan program agar dapat sesuai dengan capaian
dan sasaran yang diharapkan.
Salah satu kegiatan dari pengelolaan Program
Pemberdayaan Usaha Garam tahun 2011 di Kabupaten
Takalar adalah penyusunan data dan informasi awal
mengenai usaha tambak garam rakyat yang outputnya
tertuang dalam bentuk dokumen profil usaha tambak
garam rakyat. Penyusunan profil usaha tambak garam
rakyat bertujuan untuk memberikan data dan informasi
mengenai kondisi umum usaha tambak garam rakyat
yang meliputi beberapa aspek yakni, kondisi eksisting dan
potensi pengembangan, kondisi sosial ekonomi petambak
garam, aspek produksi dan pasca produksi usaha tambak
garam rakyat.
Keberadaan profil usaha tambak garam rakyat di
Kabupaten Takalar diharapkan dapat menjadi bahan
3
representatif dalam upaya perencanaan dan pengelolaan
kegiatan program pemberdayaan usaha garam rakyat
kedepan. Selain itu, keberadaan dokumen profil ini dapat
memberikan data dan informasi bagi para pihak dalam
upaya memberikan konstribusi dalam meningkatkan
produktivitas usaha tambak garam rakyat di Kabupaten
Takalar serta lebih memberikan perhatian besar bagi
upaya mengangkat tingkat kesejahteraan petambak
garam dari kemiskinan dan marginalisasi pembangunan.
4
2. Kondisi Umum Lokasi
Lokasi penggaraman di Kabupaten Takalar terletak
di dua kecamatan dari enam kecamatan yang berada di
wilayah pesisir, yakni Kecamatan Mangarabombang dan
Kecamatan Mappakasunggu yang masing-masing
tersebar di lima desa. Untuk Kecamatan
Mangarabombang lokasinya berada di desa Bontomanai,
desa Cikoang dan desa Pattopakang, sedang kecamatan
Mappakasunggu terletak di dua desa/kelurahan, yakni
desa Soreang dan kelurahan Takalar Lama.
Lokasi penggaraman di kecamatan
Mangarabombang berada di sebelah timur ibukota
Kabupaten Takalar dengan jarak sekitar ± 10 km yang
kondisi jalannya sebagian besar baik (aspal), dan dari
kecamatan Mappakasunggu arah selatan berjarak ± 6 km
yang kondisinya jalan relatif sangat baik.
Geografis
Secara geografis Kabupaten Takalar terletak antara
503o sampai 5038o Lintang Selatan dan antara 199o22o
5
sampai 199o39o Bujur Timur., dengan panjang wilayah
pesisir pantai ± 74 km.
Topografi
Topologi wilayah di dua kecamatan tersebut terdiri
dari pantai, daratan dan sedikit perbukitan khususnya di
wilayah kecamatan Mangarabombang. Kondisi daerah
pantai dan dataran rendah dengan kemiringan 0-3
derajat sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-10
m, dengan batuan penyusun geomorfologi dataran
didominasi endapan alluvial, endapan rawa pantai, batu
gamping dan terumbu. Kecamatan Mangarabombang
dilewati oleh 1 buah sungai, yaitu Sungai Lengkese yang
statusnya termasuk sungai muara (periodik dan sangat
tergantung kondisi pasang surut), dan lokasi
penggaraman pada kecamatan Mappakasunggu dilewati
juga oleh sungai muara yakni Sungai Pattalassang.
Iklim
Kabupaten Takalar beriklim tropis dengan dua
musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Musim hujan
biasanya terjadi antara bulan Nopember hingga bulan
6
Mei, dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni hingga
bulan Oktober. Berdasarkan pencatatan curah hujan oleh
Stasiun Klimatologi, rata-rata curah hujan terbanyak
tahun 2001-2010 terjadi pada bulan Januari hingga
Februari dengan rata-rata curah hujan berkisar 461-805
mm, dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli-
Agustus yang berkisar 23-36 mm.
Temperatur udara terendah rata-rata 22.2 hingga
20.4 derajat celcius pada bulan Februari-Agustus dan
tertinggi 30.5 hingga 33.9 derajat celcius pada bulan
September-Januari.
Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Petambak
Garam
Sebagian besar yang bekerja sebagai petambak
garam masuk dalam konteks tenaga usia produktif, yakni
berumur 25 – 55 tahun, dengan perkiraan serapan jumlah
tenaga kerja berkisar ± 1200 orang. Umumnya tingkat
pendidikan rata-rata petambak garam di dua kecamatan
hanya sebatas tamat Sekolah Dasar. Minimnya tingkat
pendidikan pertama dan atas mengindikasikan kondisi
penghidupan petambak garam cukup memprihatinkan.
7
Selain itu, hal ini juga sangat berpengaruh pada proses
transformasi pengetahuan khususnya pengetahuan
teknologi penggaraman modern.
Tingkat pendapatan petambak garam rata-rata
perbulannya berkisar Rp.400.000,- hingga Rp.700.000.
Tingkat pendapatan yang masih tergolong rendah sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rendahnya hasil
produksi yang dikarenakan kecilnya luas lahan
penggaraman yang diusahakan, pola penggaraman yang
masih sederhana dan tradisional, sistem distribusi yang
masih didominasi oleh tengkulak, dan rendahnya nilai
jual hasil produksi utamanya pada masa panen raya.
Jika dilihat dari luas lahan produksi garam dari
masing-masing petambak garam di Kabupaten Takalar
tergolong sangat kecil jika dibandingkan dengan yang
dipersyaratkan pemerintah yakni sekitar 2-5 Ha. Dan,
rata-rata status kepemilikannya bukan milik (sewa/bagi
hasil). Kecilnya luas lahan ini berimplikasi pada
rendahnya hasil produksi per-petambak garam yang rata-
rata hanya 50-70 ton/ha/musim dengan nilai pendapatan
per-petambak garam berkisar Rp.
8.000.000/musim/tahun, yang mana nilai dari pendapatan
8
tersebut masih terhitung kotor, sehingga petambak
garam yang statusnya penggarap atau tidak memiliki
lahan akan memperoleh pendapatan yang lebih rendah.
Sebagian besar masyarakat petambak garam di
Kab. Takalar berasal dari suku Makassar yang mana
memiliki prinsip dan nilai-nilai hidup yang berpengaruh
pada fakta budaya dalam menjalankan aktivitas sosial
ekonomi. Salah satu prinsip hidup yang menjadi dasar
bagi pelaksanaan nilai-nilai budaya dalam suku Makassar
adalah siri’ na pacce. Prinsip hidup ini dipergunakan
untuk membela kehormatan terhadap orang-orang yang
mau memperkosa harga dirinya, dan dipakai untuk
membantu sesama anggota masyarakat yang berada
dalam penderitaan. Prinsip ini didalamnya terdapat
esensi yang betitik sentral pada konsepsi mengenai tau
(manusia). yang manusia dalam konteks ini, dalam
pergaulan sosial, amat dijunjung tinggi keberadaannya.
Konsep “tau” inilah sebagai esensi pokok yang mendasari
pandangan hidup orang Makassar, yang melahirkan
penghargaan atas sesama manusia. Bentuk penghargaan
itu dimanifestasikan melalui sikap budaya “sipakatau”.
Artinya, saling memahami dan menghargai secara
9
manusiawi. Dengan pendekatan sipakatau,
implementasinya pada kegiatan ekonomi, dalam
masyrakat sangat mencela adanya kegiatan yang selalu
hendak “annunggalengi” (egois), atau memonopoli
lapangan hidup yang terbuka secara kodrati bagi setiap
manusia. Azas Sipakatau akan menciptakan iklim yang
terbuka untuk saling “sikatallassi” (saling menghidupi),
tolong-menolong, dan bekerjasama membangun
kehidupan ekonomi masyarakat secara adil dan merata.
10
3. Lahan Produksi dan Potensi Pengembangan
Lahan produksi garam di Kabupaten Takalar
berada di dua kecamatan yakni Kecamatan
Mangarabombang dan Kecamatan Mappakasunggu
dengan total luas lahan produksi 156,4 Ha dan perkiraan
produksi pertahun sekitar 8.250 ton/musim/tahun.
Lokasi lahan dapat dilihat pada peta hasil
pemetaan seperti yang terlampir, sedangkan rincian luas
lahan produksi dan produksi garam permusimnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Lokasi lahan dan luas lahan produksi garam di
Kabupaten Takalar
No. Lokasi LahanLuas
Lahan (ha)
Produksi(Ton/
Musim)1. Kec. Mangarabombang
Desa Bontomanai 69.92 3700Desa Cikoang 38.65 2000Desa Pattopakang 6.5 350
Jumlah 115,07 60502. Kec. Mappakasunggu
Desa Soreang 24.47 1.300Keluarahan Takalar Lama 16.86 900
Jumlah 41,33 2200
11
Total Luas Lahan Produksi (ha)
156,4 8250
Dari luas lahan tambak produksi garam rakyat di
Kabupaten Takalar saat ini dalam kondisi menyusut
hampir seperempat dari lahan produksi yang ada,
utamanya di wilayah Kecamatan Mangarabombang.
Kondisi ini telah berjalan kurang lebih 2 tahun, yang
diakibatkan oleh faktor iklim dan cuaca yang sangat tidak
toleran dengan proses produksi penggaraman serta
faktor harga yang fluktuatif dan cenderung semakin
rendah.
Luas lahan produksi garam dari masing-masing
petambak garam di Kabupaten Takalar tergolong sangat
kecil yakni dibawah 0,2 Ha. Dan rata -rata status
kepemilikannya bukan milik (sewa/bagi hasil). Kecilnya
luas lahan ini berimplikasi pada rendahnya hasil produksi
per-petambak garam rata-rata hanya 15 ton/musim/tahun
dengan pendapatan berkisar Rp. 8.000.000
/musim/tahun, yang mana nilai dari pendapatan tersebut
masih terhitung kotor. Jika diasumsikan per-lahan
tambak garam (luas ± 0,2 Ha) dikerjakan oleh 2 orang
tenaga dan 1 pemilik, biasanya pendapatan sebesar Rp.
12
8.000.000/tahun tersebut di bagi tiga secara merata,
sehingga masing-masing petambak garam memperoleh ±
Rp. 2.600.000, nilai ini belum termasuk jika lahan
tersebut menggunakan mesin pompa air statusnya sewa,
sehingga petambak garam yang statusnya penggarap
atau tidak memiliki lahan akan memperoleh pendapatan
yang lebih rendah.
Luas lahan potensi produksi garam tersebar di tiga
kecamatan, yakni Kec. Mangarabombang, Kec.
Mappakasunggu dan Kec. Sanrobone, dengan uraian kondisi
lokasi disajikan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Luas Lahan Potensi Pengembangan Tambak Garam Rakyat di Kabupaten Takalar
No. Lokasi Luas Lahan
Potensi (Ha)
Potensi Produksi
(Ton/musim)
1. Kecamatan Mangarabombang
281,35 15.000
2. Kecamatan Mappakasunggu
79,51 4.200
3. Kecamatan Sanrobone 27,50 1.500
Total Potensi 388,36 20.700
13
Usaha produksi garam di Kab. Takalar hanya
bersentra di wilayah Kec. Mangarabombang dan Kec.
Mappakasunggu. Usaha tambak garam di dua lokasi
tersebut telah dilakukan oleh tiga generasi sehingga
kultur produksi masyarakatnya terbangun dan masih
terjaga. Namun dalam perkembangannya usaha garam
kurang meluas dan belum mampu menjadi komoditi
andalan yang diusahakan masyarakat pada umumnya di
wilayah pesisir Kabupaten Takalar. Hal ini dikarenakan
oleh beberapa faktor, yakni (1). faktor harga jual yang
masih rendah, (2) kondisi kelayakan lingkungan
khususnya tanah, dan (3) dukungan kebijakan dan
program pemerintah yang hingga saat ini belum
menyentuh usaha pengembangan tambak garam rakyat.
Lahan potensial untuk tambak garam rakyat selain
di dua kecamatan tersebut juga terdapat di Kecamatan
Sanrobone. Potensi pengembangan usaha garam di
kecamatan Sanrobone didasari oleh faktor kedekatan
kultur produksi dari masyarakat kecamatan
Mappakasunggu, karena sebagian besar tenaga kerja
usaha garam di Kecamatan Mappakasunggu berasal dari
Kecamatan Sanrobone. Usaha garam yang belum
14
berkembang di kecamatan ini dikarenakan sebagian
besar tambak masih di dominasi oleh komoditi yang
memiliki nilai jual tinggi, yakni rumput laut (Glacillaria
sp), ikan bandeng dan udang.
15
4. Pola Produksi Usaha Garam Rakyat
Umumnya tingkat teknologi yang digunakan
masyarakat penggaram di Kabupaten Takalar masih
tradisional dan sederhana. Pola unit penggaraman
dilakukan dengan sistem bertingkat di lahan yang
luasnya rata-rata 0,2 Ha. Skema pola penggaraman yang
umumnya di gunakan disajikan pada gambar berikut :
Skema Unit Penggaraman Masyarakat di Kab. Takalar
16
Adapun pola produksi garam yang dilakukan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Praproduksi
Tahapan pra produksi di awali dengan melakukan
pembenahan saluran air dan lokasi tambak dengan
membuat pematang (tingkasa) dan pembentukan
ulang dasar waduk, media peminihan (air dingin,
hangat dan panas) dan meja. Hal ini bertujuan untuk
mengembalikan bentuk profil dasar waduk,
peminihan dan meja-meja yang mengalami
perubahan pada musim hujan yang mengakibatkan
luapan lumpur/tanah yang dibawa masuk oleh air laut
sehingga dasar waduk lebih tinggi dari sebelumnya.
Adapun peralatan yang digunakan pada tahapan ini
adalah cangkul, skop, linggis dan lain-lain.
Umumnya, pada tahapan ini jumlah pengelola tambak
garam bertambah karena pembuatan pematang
(tingkasa) memerlukan tenaga yang lebih besar
sehingga terkadang melibatkan sanak keluarga
seperti anak/menantu dan tetangga.
b. Produksi,
17
Penampungan air pada waduk. Waduk yang telah
diperbaiki mulai diisi air yang dialirkan dari saluran
air yang dibuat langsung untuk membuat daerah
aliran dari laut ke waduk penampungan. Hal ini
dibuat agar dapat menjaga suplai air. Alat untuk
memindahkan air laut tersebut yang biasanya
digunakan para petambak garam umumnya adalah
timba’ (seperti yang terlihat pada gambar 1.), atau
dengan mesin pompa yang umumnya dipersewakan.
Gambar 1. Alat Timba’ Untuk Memindahkan Air Laut
Peminihan air muda (dingin). Setelah air laut di
tampung pada waduk, selanjutnya dilakukan 18
pemindahan air ke tempat peminihan air muda (air
dingin) dengan menggunakan alat yang sederhana
(biasanya menggunakan timba’), ada juga sebagian
yang menggunakan pompa, dan atau langsung
dialirkan ke tempat peminihan air muda (hangat),
dan kemudian di diamkan selama 2 hari. Hal ini
bertujuan untuk memulai proses kristalisasi dengan
melakukan proses pemanasan awal .
Peminihan air muda (hangat). Air laut pada
tempat peminihan air muda (dingin) selanjutnya
ditampung di tempat peminihan air muda (hangat)
dan didiamkan selama 2 hari dengan tujuan yang
sama sebelumnya.
Peminihan air tua (Panas). Setelah di tempat
peminihan air tua (panas) barulah dialirkan ke meja-
meja pembuatan garam kemudian didiamkan selama
3-4 hari sambil melakukan aflak (perataan
permukaan dasar garam) dengan menggunakan alat
panratai’ (alat untuk meratakan endapan dan lantai
garam) seperti yang terlihat pada gambar 2 berikut :
19
Gambar 2. Alat Untuk Meratakan Endapan dan
Lantai Garam
Pungutan. Setelah umur kristal garam sekitar 3-4
hari kemudian dilakukan pengaisan yang dilakukan
secara berhati-hati dengan ketebalan air meja cukup
3-5 cm. Angkutan garam dari meja ke timbunan
membentuk profil (ditiriskan) kemudian diangkut ke
gudang. Rata-rata produksi per-meja garam (luas 5 x
10m) berkisar 2-3 karung (1 krg = 50 kg) per
panennya. Dan masa panen dalam sebulan berkisar
8-10 kali panen, tergantung waktu pemungutan.
20
c. Pengemasan dan Pemasaran
Setelah garam diangkut ke gudang penyimpanan
maka selanjutnya dilakukan pengemasan dengan
menggunakan karung putih. Biasanya, para
petambak garam memasarkan hasilnya ke pedagang-
pedagang pengumpul disekitar lokasi, terdapat juga
pedagang pengumpul yang berasal dari daerah lain
seperti pedagang dari Kab. Jeneponto dan Kota
Makassar. Setelah itu, produk garam kemudian di
distribusikan ke pabrik garam beryodium yang
berlokasi di Makassar atau yang berada di sekitar
wilayah penggaraman (lingkup usaha masih industri
kecil). Dari industri garam beryodium tersebut,
produk garam kemudian di pasarkan ke pasar-pasar
tradisional di wilayah Sulawesi Selatan.
Selain potensi pasar untuk konsumsi, juga terdapat
potensi pasar industri yang cukup besar seperti
industri penyemakan kulit, industri kecap, industri
pakan, dan pengolahan hasil laut. Namun serapannya
masih sangat terbatas dikarenakan kualitas produk
garam yang tersedia masih belum memenuhi standar
kualitas untuk kebutuhan industri.
21
5. Kondisi sarana dan prasarana Tambak
Garam
Adapun kondisi sarana dan prasarana yang ada
dalam usaha tambak garam rakyat disajikan pada
tabel 3 berikut :
Tabel 3. Kondisi Sarana dan Prasarana Usaha Tambak Garam Rakyat di Kab. Takalar
No Sarana dan
Prasarana
KecamatanMangarabombang Mappakasunggu
Bontomanai
Cikoang
Pattopakang
Tak. Lama
Soreang
1.Jalan Tani Belum ada Jalan
TanahBelum
adaJalan Tanah
Jalan Tanah
2.Jalan Desa Ada Ada Ada Ada Ada
3.Saluran Standart Teknis
Belum ada Belum ada
Belum ada
Belum ada Ada, Sebagian
4.Saluran Tersier & Sekunder
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
5.Gudang Penyimpanan Utama
Belum ada Belum ada
Belum ada
Belum ada Belum ada
6.Gudang Penyimpanan Sementara
Belum ada Ada, sebagian
Belum ada
Ada, sebagian
Ada, sebagian
22
7.Pompanisasi Belum ada Belum
adaBelum
adaBelum ada Belum
ada
8.Peralatan Produksi
Kurang, Tradisional
Kurang, Tradision
al
Kurang, Tradision
al
Kurang, Tradisional
Kurang, Tradision
al
9.Peralatan Pasca Produksi
Belum ada Belum ada
Belum ada
Belum ada Belum ada
Kondisi sarana dan prasarana tambak garam
rakyat di Kab. Takalar seperti yang tertuang pada
tabel tersebut terlihat relatif masih minim dan belum
memadai untuk pengembangan usaha ke arah yang
lebih baik. Kondisi ini dimungkinkan karena usaha
tambak garam belum sepenuhnya dapat menjadi
sektor andalan dalam memberikan konstribusi
penting seperti halnya pada sektor pertanian.
Kedepan, jika melihat potensi usaha garam
rakyat dan konstribusinya terhadap swasembada
garam nasional, kondisi sarana dan prasarana
penggaraman di Kabupaten Takalar perlu
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak,
khususnya pemerintah daerah dalam bentuk bantuan
modal teknis untuk peningkatan produksi dan
perbaikan kualitas hasil produksi.
23
24
6. Kelembagaan Petambak Garam
Kelembagaan petambak garam yang berbasis
kelompok usaha kecil secara formal belum teroganisir
dengan baik, dan kapasitas kelembagaan masih perlu
penguatan.
Teridentifikasi hanya dua kelompok usaha garam
yang berjalan di Kabupaten Takalar. Dua kelompok
usaha tersebut berada di desa Bontomanai Kecamatan
Mangarabombang dan desa Soreang Kecamatan
Mappakasunggu, dengan masing-masing jumlah anggota
± 30 orang. Status kelompoknya masih aktif dan modal
awalnya melalui bantuan dan binaan dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi
Kabupaten Takalar. Penguatan di dua kelompok tersebut
lebih menguat pada sektor industri olahan garam
(pembuatan garam beryodium) dan permodalan usaha
(mikrofinance).
Program PUGAR yang telah dimulai sejak awal
tahun 2011 telah mengindentifikasi dan menfasilitasi
beberapa petambak garam dalam melakukan aktivitas
25
usahanya, yang penguatannya ditekankan pada aspek
produksi dan mutu hasil.
Hasil proses fasilitas pembentukan kelompok
usaha garam rakyat dalam rangka pengelolaan PUGAR
2011 terbentuk kelompok usaha garam yang berjumlah
69 Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGR) dengan total
jumlah anggota yang terlibat 607 petambak. Jumlah
petambak garam yang terlibat ini telah mencover 70%
dari jumlah petambak garam yang ada di Kabupaten
Takalar. Untuk rincian jumlah KUGR dan jumlah masing-
masing anggota KUGR sesuai lokasinya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4. Jumlah Kelompok Usaha Garam Rakyat yang Terbentuk Dalam Rangka PUGAR di Kabupaten Takalar
No. Lokasi Sasaran
Jumlah Kelompo
k
JumlahAnggota
1. Kecamatan Mangarabombang- Desa Bontomanai 26 237 orang- Desa Cikoang 15 130 orang- Desa Pattopakang 4 33 orang
Jumlah 45 400 orang2. Kecamatan
Mappakasunggu- Desa Soreang 20 168 orang- Keluarahan Takalar
Lama4 39 orang
26
Jumlah 24 207 orang
Total Jumlah 69 607 orang
Berdasarkan data pada tabel diatas jumlah
anggota kelompok usaha garam rakyat dapat
memberikan gambaran kebutuhan tenaga kerja dalam
aktivitas penggaraman. Jika diasumsikan anggota dalam
kelompok usaha garam adalah tenaga inti dalam
kegiatan penggaraman dan dipresentasikan berdasarkan
jumlah lahan produksi yakni tiap luasan sebesar 0,2 Ha
yang dapat dikerjakan maka kebutuhan tenaga kerja
untuk menunjang kegiatan penggaraman utamanya pada
masa awal produksi dan pasca produksi maksimal
sebanyak 2 orang tenaga kerja sehingga total
penyerapan tenaga kerja yang mampu disediakan pada
masa tersebut berkisar 1.200 orang. Jumlah tersebut
belum termasuk jika potensi lahan penggaraman yang
ada di optimalkan. Kondisi tersebut dapat di artikan
bahwa kegiatan penggaraman di Kab.Takalar mampu
memberikan konstribusi yang cukup besar dalam
penyerapan tenaga kerja dan proses peningkatan
kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di
27
wilayah pesisir yang tergolong masih sangat rentan
dengan kemiskinan.
28
PENUTUP
Demikian profil usaha tambak garam rakyat di Kabupaten
Takalar ini disusun. Semoga dokumen profil ini dapat
menyajikan informasi mengenai kondisi usaha garam di
Kab. Takalar serta dapat menjadi bahan representatif
dalam upaya mengoptimalkan pengelolan Program
Pemberdayaan Usaha Garam (PUGAR), serta perumusan
kebijakan dan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir
Kabupaten Takalar.
29
Lampiran 1. Peta Administrasi Kabupaten Takalar
30
Lampiran 2. Peta Lahan Produksi dan Potensi di Kecamatan Mangarabombang Kab. Takalar
31
32
Lampiran 3. Peta Lahan Produksi dan Potensi di Kecamatan Mappakasunggu Kab. Takalar
33
Lampiran 4. Peta Lahan Potensi di Kecamatan Sanrobone Kab. Takalar
Lampiran 5. Dokumentasi Visual Kondisi Sarana dan Prasarana Tambak Garam Rakyat di Kab. Takalar.
Kondisi Lahan Tambak Garam
34
Kondisi Lahan Tambak Garam
35
Kondisi Lahan Tambak Garam
36
Gudang Penampungan Hasil di Desa Cikoang, Kec. Mangarabombang
37
38