EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,...

123
EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT (STUDI KASUS DI KABUPATEN BIMA, NUSA TENGGARA BARAT) AMRIL RACHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,...

Page 1: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT

(STUDI KASUS DI KABUPATEN BIMA, NUSA TENGGARA BARAT)

AMRIL RACHMAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya

yang berjudul :

“Evaluasi Kinerja Usaha Petani Garam Rakyat

(Studi Kasus di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat)”

merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan pembimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Laporan akhir ini belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa

kebenarannya.

Bogor, Oktober 2011

Amril Rachman

P054094175

Page 3: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

ABSTRACT

AMRIL RACHMAN. Performance Evaluation of Salt Farmers Business People (Case

Studies in Bima Distric, Nusa Tenggara Barat province). Supervised by SAPTA RAHARJA

as chief and H. DARWIN KADARISMAN as member.

Flood of salt imports from the country four season to meet consumption needs and the

needs of industry to Indonesia make the price of salt is low, people's business performance seen

from the salt farmer productivity, quality of salt and salt farmers welfare of the people

questioned nationwide. Surprisingly rich tropical sea water and sunlight with the fourth longest

coastline in the world's salt supply shortage in the country, in 2010 national production of only

30,600 tons of salt or less than 1 percent of national demand in 2010 due to harvest in a number

of production centers between 1.000 - 7.000 tons. ponds area and one of the factors that

influence the production of salt is an integral part of the performance of producing salt as salt

producers nationwide. Business performance on a salt farmer folk analyzed the influence of the

land area of salt ponds on productivity, quality and financial performance by analysis of

variance (Anova), for quality is also conducted lab tests and analysis of financial performance

using the calculation of revenue, R/C ratio and B/C ratio. The analysis indicates the diversity of

productivity F count 0.185 is smaller than the F table 3.885 with probability 0.833. Analysis of

the diversity of sea water salinity showed F count 0.339 smaller than F table 5.143 with

probability 0.725. Levels of NaCl has a score of 84.18 percent with the average color of white

salt crystals are turbid and a diameter of less than 5 millimeters. Revenue from June to August

2011 the highest value on the people producing salt flats with an area of 0.23 hectares of land,

averaging 4576666.67 while the lowest score in the group of farmers salt flats with an area of

0.85 hectares of land, the average score of 1677500.00. The analysis indicates the diversity of

income F count 0.581 smaller than F table 0.588 probabilities 5.143. R/C ratio and B/C ratio

produced from June to August 2011 the highest value in the group of people producing salt flats

with total area of 0.23 hectares, the average score of 10.1533 while lowest in the group of salt

farmers with average land area of 0.85 hectares, average score of 3.2367. The analysis indicates

the diversity of F count 1.089 is smaller than the F table 5.143 with probability 0.395. Effect

of salt pond land area of productivity, quality and financial performance analysis results show

analysis of variance (Anova) of the same namely the lack of significant differences. Based on

the above data the business performance of the people rated low salt farmers and growers need

to be enhanced by the salt of the people, particularly in the area.

Keywords: financial, land area, productivity, quality salt farmers

Page 4: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

RINGKASAN

AMRIL RACHMAN. Evaluasi Kinerja Usaha Petani Garam Rakyat (Studi kasus di

Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat). Di bawah bimbingan SAPTA RAHARJA sebagai

ketua dan H. DARWIN KADARISMAN sebagai anggota.

Kebutuhan terhadap garam tidak dapat digantikan, setiap orang mengkonsumsi lebih

kurang empat kg garam per tahun dalam bentuk aneka pangan garam yang dihasilkan dari air

laut sebagai bahan baku utama merupakan komoditas strategis yang dibutuhkan manusia dalam

bentuk garam konsumsi dan garam industri, garam konsumsi untuk konsumsi penduduk,

pengasinan ikan, pakan ternak, dan lain-lain, sedangkan garam industri untuk caustik soda,

pengeboran minyak, farmasi/kosmetika dan es, sabun, pengolahan kulit, dan lain-lain. Produksi

garam dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat kurang sejak beberapa tahun

yang lalu Indonesia mengalami defisit garam, negeri tropis yang kaya air laut dan matahari

terpaksa mengimpor garam untuk kebutuhan konsumsi dan industri. Tercatat garam dari negeri

seperti Australia, India, dan China membanjiri Indonesia. Negara Indonesia yang sebagian besar

daerahnya berada di daerah tropis yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa,

memotong Indonesia hampir menjadi dua dan luas lautnya mencapai kurang lebih tujuh puluh

persen dari luas seluruh Indonesia, memiliki ribuan pulau-pulau kecil dan salah satu negara

yang memiliki pantai terpanjang di dunia. Sangat ironis sebagai negara pengimpor garam.

Rendahnya produksi garam di Indonesia di pengaruhi oleh banyak faktor diantaranya kinerja

usaha petani garam sebagai tenaga kerjanya dilihat dari produktivitas, mutu, juga finansialnya

yang di dapat oleh petani garam tersebut dan luas lahan tambak garam yang dimiliki, secara

umum semakin luas lahan, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.

Oleh karena itu untuk meningkatkan pasokan garam dalam negeri, usaha petani garam sebagai

produsen garam nasional, perlu dilakukan evaluasi kinerja.

Kajian yang dilakukan bertujuan untuk (1) Mengetahui kinerja finansial (Pd, R/C ratio,

dan B/C ratio) usaha petani garam rakyat; (2) Mengetahui kinerja non finansial (Produktivitas

dan Mutu) usaha petani garam rakyat. Kajian dilakukan di Desa Bontokape Kecamatan Bolo

dan Desa Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat

dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap produktivitas, mutu dan kinerja

finansial dengan melakukan analisa keragaman (Anova) untuk mutu juga dilakukan uji lab dan

analisa kinerja finansial menggunakan perhitungan pendapatan, R/C rasio dan B/C rasio.

Hasil Kajian menunjukan bahwa berdasarkan Analisa keragaman produktivitas

didapatkan F hitung 0.185 lebih kecil dari F tabel 3.885 dengan probabilitas 0.833. Analisa

keragaman kadar garam air laut menunjukan F hitung 0.339 lebih kecil dari F tabel 5.143

dengan probabilitas 0.725. Kadar NaCl memiliki skor rataan 84,18 % dengan warna garam

putih keruh dan diameter kristalnya kurang dari 5 milimeter. Pendapatan bulan Juni hingga

Agustus 2011 nilai tertinggi pada kelompok petani garam rakyat dengan luas lahan rataan 0,23

hektar, skor rataan 4576666,67 sedangkan terendah pada kelompok petani garam dengan luas

lahan rataan 0,85 hektar, skor rataan 1677500,00. Analisa keragaman pendapatan menunjukan F

hitung 0.581 lebih kecil dari F tabel 5.143 probabilitas 0.588. R/C ratio dan B/C ratio yang

dihasilkan bulan Juni hingga Agustus 2011 nilai tertinggi pada kelompok petani garam rakyat

dengan luas lahan rataan 0,23 hektar, skor rataan 10.1533 sedangkan terendah pada kelompok

Page 5: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

petani garam dengan luas lahan rataan 0,85 hektar, skor rataan 3.2367. Analisa keragaman

menunjukan F hitung 1.089 lebih kecil dari F tabel 5.143 dengan probabilitas 0.395.

Hasil keseluruhan Uji Anova mengenai pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

produktivitas, mutu dan kinerja finansial menunjukan hasil analisa keragaman (Anova) yang

sama yaitu tidak adanya perbedaan yang nyata pada produktivitas, kadar garam, pendapatan

petani garam, R/C rasio dan B/C rasio pada luas lahan yang berbeda, berarti kinerja usaha

petani garam rakyat di Desa Bontokape dan Desa Donggobolo tercatat rendah dan perlu

ditingkatkan oleh petani garam, khususnya di daerah tersebut.

Page 6: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT

(Studi Kasus Di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat)

AMRIL RACHMAN

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 7: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan akhir ini dapat diselesaikan. Penulis

menyadari bahwa laporan akhir ini dapat tersusun atas bantuan moril maupun materiil, baik

secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dan Ibu, atas doa yang selalu mengiringi perjalanan penulis sampai sekarang semoga

Allah membalas kebaikan-kebaikannya.

2. Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA, selaku Ketua Program Studi Magister

Profesional Industri Kecil Menengah yang telah membantu membuka cakrawala ilmu bagi

penulis.

3. Dr. Ir. Sapta Raharja. DEA, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan dorongan, baik selama proses belajar maupun dalam penyusunan

laporan akhir.

4. Ir. H. Darwin Kadarisman, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan

waktu dan pikirannya untuk memberikan saran, masukan, arahan dan bimbingan yang sangat

berguna dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Bapak/Ibu dosen PS MPI yang telah menambahkan wawasan pengetahuan bagi penulis.

6. H. Yasin dan Bapak Akhmad selaku ketua kelompok petani garam di lokasi penelitian yang

telah sudi memberikan dukungan data dan informasi berkaitan dengan penyelesaian tugas

akhir ini. Kepada Dr.H.Iwan Setiawan,M.Si selaku Direktur Bisnis GKPN, terimakasih atas

saran dan arahannya. Kepada Kepala Dinas KP Kabupaten Bima

7. Seluruh staf administrasi PS MPI IPB, khusunya Mas Haer, Mas Haris dan Mbak Vera

terimakasih atas bantuannya.

8. Teman-teman MPI 13 atas kebersamaannya selama menimba ilmu di kampus tercinta.

9. Khusus Istriku, Sri Wahyuni, yang telah banyak berkorban dan bersabar dengan selalu

memberi perhatian dalam penulisan laporan akhir ini, dan anak-anakku yang tercinta Arkan

dan Vale sebagai penyemangat hidup.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam

kesempatan ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan pahala dan karunia atas segala amal

baiknya, amin.

Penulis menyadari kajian ini masih jauh dari sempurna akibat keterbatasan pengetahuan

dan pengalaman, namun penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi

pemikiran dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Oktober 2011

Penulis

Page 8: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 September 1981 sebagai anak pertama dari

pasangan H. Muhammad Noor dan Siti Hanafiah. Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah

Dasar di SDN 28 Pagi Jakarta pada tahun 1993, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 121

Jakarta diselesaikan pada tahun 1996 dan Sekolah Menengah Umum di SMUN 110 Jakarta

diselesaikan pada tahun 1999. Pendidikan Sarjana ditempuh di Fakultas Ekonomi Akuntansi,

Universitas Jayabaya dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun 2010, penulis

melanjutkan studi pada Program Magister Profesional Industri Kecil dan Menengah, Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Sejak tahun 2005 diterima bekerja di Kementerian Kelautan dan Perikanan di Direktorat

Pesisir dan Lautan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai staf

pelaksan pada subbag Tata Usaha.

Page 9: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

Judul Tugas Akhir : Evaluasi Kinerja Usaha Petani Garam Rakyat

(Studi Kasus di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat)

Nama Mahasiswa : Amril Rachman

Nomor Pokok : P054094175

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Sapta Raharja.DEA Ir.H. Darwin Kadarisman, MS

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc, A.gr

Tanggal Ujian : 31 Oktober 2011 Tanggal Lulus :

Page 10: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL..................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. x

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian........................................................................ 3

D. Kegunaan Hasil Penelitian........................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA

A. Petani Garam Rakyat................................................................. 4

B. Proses Produksi Garam.............................................................. 9

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi.............................. 10

D. Kinerja dan Evaluasi Kinerja...................................................... 11

E. Kinerja Keuangan...................................................................... 12

METODE KAJIAN

A. Lokasi,Waktu dan Biaya Penelitian............................................. 15

B. Metode Kerja........................................................................... 15

1. Pengumpulan Data............................................................... 15

2. Pengolahan dan Analisis Data................................................ 17

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Kabupaten Bima.............................................. 21

1. Geografi dan Iklim.............................................................. 21

2. Perhubungan dan Perbankan................................................. 26

3. Pengeluaran Penduduk dan Pendapatan Regional..................... 27

4. Penduduk dan Ketenagakerjaan.............................................. 28

5. Industri Pengolahan.............................................................. 31

B. Kondisi Wilayah Studi dan keadaan Sosial Ekonomi......................... 32

1. Lokasi.............................................................................................. 32

2. Keadaan Penduduk.......................................................................... 34

3. Keadaan Petani Garam Rakyat........................................................ 34

C. Karakteristik Responden............................................................. 37

1. Umur Responden................................................................... 37

Page 11: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

2. Pendidikan Responden........................................................ 38

3. Jumlah Anggota Keluarga Responden................................... 39

4. Pengalaman Bertani Garam Rakyat....................................... 41

5. Responden Menurut Kepemilikan Lahan................................ 42

D. Profil Usaha Garam Rakyat...................................................... 43

E. Analisis Produktivitas, Mutu, dan Kinerja Finansial Usaha Petani

Garam Rakyat.................................................................................... 58

1. Produktifitas...................................................................... 58

2. Mutu.................................................................................. 59

3. Kinerja Finansial Usaha Petani Garam Rakyat....................... 64

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan......................................................................... 71

2. Saran.................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 73

Page 12: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

DAFTAR TABEL Nomor Halaman

1. Luas Wilayah Kabupaten Bima Menurut Kecamatan

Tahun 2008 – 2009......................................................................................... 23

2. Data klimatologi Kabupaten Bima Bulan April – Juli Tahun 2011.............. 24

3. Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2010 Kabupaten Bima.................... ....... 25

4. Jumlah Penduduk Kabupaten Bima Menurut Kecamatan Tahun 2009.. ....... 29

5. Jumlah Penduduk Kecamatan Bolo dan Woha Tahun 2009.......................... 34

6. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur............................................... 38

7. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan .......................................... 39

8. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Tanggungan....................................................... 40

9. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Pengalaman Bertani Garam.... 41

10. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Lahan ................ 42

11. Kelompok Petani Garam Menurut Luas Lahan dan Produktivitas.......................................... 58

12. Konsentrasi Air Laut Dan % Kadar Garam per 10 ml Air Laut Milik

Petani Garam .................................................................................................. 60

13. Kelompok Petani Garam Menurut Luas Lahan dan Kadar Garam ........................................ 61

14. Hasil Analisa Kualitas Sampel Air Laut......................................................... 62

15. Hasil Pengujian Mutu Garam Rakyat ............................................................. 63

16. Total Perhitungan Penerimaan Usaha Petani Garam Per Hektar

Desa Donggobolo Kecamatan Woha dan Desa Bontokape Kecamatan Bolo

Per 1 Juni s/d 14 Agustus Tahun 2011........................................................... 65

17. Pengeluaran Per Hektar Usaha Petani Garam Per 1 Juni s/d14 Agustus

Tahun 2011..................................................................................................... 66

18. Hasil Perhitungan Pendapatan Per Hektar Usaha Petani Garam

Desa Donggobolo Kecamatan Woha dan Desa Bontokape Kecamatan

Bolo Per 1 Juni s/d 14 Agustus Tahun 2011................................................... 67

19. Kelompok Petani Garam Menurut Luas Lahan dan Pendapatan............................................. 68

Page 13: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

20. R/C Ratio Usaha Petani garam Per 1 Juni s/d 14 Agustus Tahun 2011.......... 69

21. Kelompok Petani Garam Menurut Luas Lahan dan R/C ratio ............................................... 70

Page 14: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Rantai Pasok Garam Nasional................................................................. 6

2. Kebijakan Harga Minimum...................................................................... 7

3. Skema Unit Pegaraman Sistem Tangga................................................... 8

4. Kerangka Pikir Kajian.............................................................................. 17

5. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Bima.......................................... 21

6. Peta Tutupan lahan Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2009.................... 22

7. Curah Hujan Bulan Tahun 2001 S/D 2010.............................................. 25

8. Grafik Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Sektor.................. 31

9. Peta Wilayah Kecamatan Bolo dan Kecamatan Woha Kabupaten Bima 32

10. Peta Wilayah Studi Secara Makro dan Usaha Garam Rakyat................. 33

11. TataNiaga Darat dan Tata Niaga Laut..................................................... 35

12. Lahan Tambak Milik H. Yasin Dengan Luas 1 Ha................................ 43

13. Lahan Tambak Milik Suhardin Dengan Luas 0.93 Ha............................ 44

14. Lahan Tambak Milik Sayful Dengan Luas 0.9 Ha.................................. 45

15. Lahan Tambak Milik H. M. Ali Dengan Luas 0.7 Ha............................. 46

16. Lahan Tambak Milik Aminah Dengan Luas 0.7 Ha. ............................. 47

17. Lahan Tambak Milik Usman Muhdar Dengan Luas 0.65 Ha................. 48

18. Lahan Tambak Milik Ahmad Dengan Luas 0.53 Ha.............................. 49

19. Lahan Tambak Milik Ismail Akhmad Dengan Luas 0.5 Ha.................... 50

20. Lahan Tambak Milik Firdaus M. Ali Dengan Luas 0.45 Ha................... 51

21. Lahan Tambak Milik Rudi Dengan Luas 0.35 Ha................................... 52

22. Lahan Tambak Milik Mansyur Dengan Luas 0.3 Ha.............................. 53

23. Lahan Tambak Milik Ismail H Masrun Dengan Luas 0.24 Ha................ 54

24. Lahan Tambak Milik H. Syamsul Dengan Luas 0.2 Ha.......................... 55

25. Lahan Tambak Milik Yusuf Dengan Luas 0.2 Ha.................................. 56

26. Lahan Tambak Milik Ridwan Dengan Luas 0.2 Ha................................ 57

Page 15: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Iklim Kabupaten Bima..................................................................... 76

2. Hasil Uji Anova........................................................................................ 82

3. Data Produksi, Penjualan dan Produktivitas............................................ 94

4. Uji Kadar NaCl.................................................................................. 102

5. Biaya Usaha Garam Rakyat................................................................. 106

6. Foto Dengan Petani Garam................................................................. 107

7. Gambar Beumemeter.......................................................................... 108

Page 16: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Garam yang dihasilkan dari air laut sebagai bahan baku utama merupakan

komoditas strategis yang dibutuhkan manusia dalam bentuk garam konsumsi dan

garam industri, Garam konsumsi untuk konsumsi penduduk, pengasinan ikan,

pakan ternak, dan bahan penolong industri, sedangkan garam industri untuk

caustik soda, pengeboran minyak, farmasi/kosmetika dan es, sabun, pengolahan

kulit, dan lain-lain. Jenis garam terbagi menjadi garam halus, garam briket dan

garam kasar.

Pembuatan garam di Indonesia umumnya menggunakan sistem penguapan

air laut dengan memanfaatkan sinar matahari (Solar Evaporation) di atas lahan

tanah yang berarti pembuatan garam harus dekat dengan pantai namun beberapa

daerah yang memproduksi garam dengan cara memasak, karena kondisi tanah

yang porus yaitu Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan Bali dimana

dilakukan dengan cara memasak.

Kebutuhan terhadap garam tidak dapat digantikan, setiap orang

mengkonsumsi lebih kurang 4 (empat) kg garam per tahun dalam bentuk aneka

pangan (KKP 2010). Masa panen garam normal di Indonesia umumnya sekitar 4 –

5 bulan yaitu dimulai sejak bulan Juli – November.

Berdasarkan data dari PT.Garam (persero) tahun 2010 bahwa Kebutuhan

garam di dalam negeri mencapai sekitar 2,872,326 ton, terdiri dari kebutuhan

garam industri CAP (Chlor Alkali Plant) 1,519,440 ton, dan garam untuk non

CAP 1,352,886 ton. Angka ini diperkirakan akan meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan

garam, namun cuaca ekstrem yang melanda Indonesia di tahun 2010 berdampak

serius terhadap produksi garam secara nasional.

Kementerian Perindustrian memastikan, produksi garam tahun 2010 hanya

30.600 ton atau sekitar 1% dari kebutuhan nasional tahun 2010 akibat panen di

sejumlah sentra produksi antara 1,000 – 7,000 ton, padahal di tahun 2009,

berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, kemampuan produksi

Page 17: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

2

garam dalam negeri yang dihasilkan dari petani/usaha kecil/menengah garam,

mencapai 1,200,000 ton atau sekitar 42 % dari kebutuhan nasional di tahun 2010.

Hal ini mengakibatkan Indonesia masih sangat membutuhkan impor garam

dari luar negeri. Pada tahun 2010, pemerintah mengimpor garam sebanyak 2,2

juta ton dari Australia (80%), India (15%), dan China (3%), dan sisanya dari

berbagai negara lain (KKP 2010).

Negara Indonesia yang sebagian besar daerahnya berada di daerah tropis

yang langsung dipengaruhi oleh garis khatulistiwa, memotong Indonesia hampir

menjadi dua dan luas lautnya mencapai 5,8 juta kilometer persegi atau 70 persen

dari luas seluruh Indonesia, memiliki ribuan pulau-pulau kecil dan salah satu

negara yang memiliki pantai terpanjang di dunia. Sangat ironis sebagai negara

pengimpor garam.

Di tengah potensi kekayaan sumber daya lautan Indonesia, garam salah satu

produk yang mempunyai kontribusi dalam proses pembangunan ekonomi ternyata

belum mampu mengangkat para petani garam dari garis kemiskinan. Meskipun di

lain sisi dipahami bahwa kemiskinan petani garam juga disebabkan oleh faktor

lain yaitu seperti kondisi alam yang tak menentu, kebijakan yang diterapkan

pemerintah dan rendahnya kinerja petani garam terutama dapat dilihat dari aspek

(1) rendahnya tingkat perhitungan keuangan usaha petani garam dalam

menentukan keuntungan dengan membandingkan antara hasil yang diharapkan

akan diterima pada waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya

(pengorbanan,cost) yang harus dikeluarkannya, walaupun tidak harus secara

tertulis. (2) rendahnya produktivitasnya usaha petani garam dan mutu produk

garam. Pengertian produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara

konsepsi efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur

banyaknya hasil produksi (out put) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan input.

Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan

tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi

bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi secara teknis

produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas (tanah).

Berdasarkan uraian diatas, maka dari satu sisi sangat dibutuhkan adanya

penguatan manajemen untuk meningkatkan kinerja dan di sisi lain pelaksanaan

Page 18: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

3

manajemen kinerja membutuhkan evaluasi kinerja yang dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat pencapaian sasaran petani garam terutama untuk mengetahui

penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga sasaran atau tujuan dapat

tercapai.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,

kinerja finansial dan non finansial bagi usaha petani garam rakyat perlu

ditingkatkan secara terus-menerus dan dipertahankan keberlanjutannya.

Secara ringkas permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kinerja finansial ( Pd dan R/C ratio) usaha petani garam

rakyat ?

2. Bagaimanakah kinerja non finansial (Produktivitas dan Mutu) usaha petani

garam rakyat ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari kajian ini adalah :

1. Mengetahui kinerja finansial (Pd dan R/C ratio) usaha petani garam rakyat.

2. Mengetahui kinerja non finansial (Produktivitas dan Mutu) usaha petani

garam rakyat.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Manfaat yang bisa diambil dari kajian ini antara lain mengembangkan

ilmu/kegunaan teoritis, hasil evaluasi kinerja usaha petani garam rakyat

menunjukan kondisi atau posisi pencapaian tujuan atau sasaran dengan melihat

sisi kinerja keuangan dan kinerja non keuangan pada saat itu, sehingga dapat

diketahui berapa besar sasaran dimaksud telah tercapai. Bila ada indikasi

penyimpangan, dapat sebagai bahan informasi agar segera dilakukan tindakan

koreksi atau perbaikan atau penyempurnaan oleh pihak-pihak terkait.

Page 19: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

4

2. TINJAUAN PUSTAKA

A.Petani Garam Rakyat

Pada umumnya, konsep kemiskinan lebih banyak dikaitkan dengan dimensi

ekonomi, karena dimensi inilah yang paling mudah diamati, diukur dan

diperbandingkan (Dewi, 2008). Dalam dimensi ekonomi, kemiskinan dapat

dilihat dan menjelma dalam bentuk tidak mampunya suatu keluarga dalam

memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti sandang, pangan dan papan. Dalam

arti luas, kemiskinan sebagai suatu fenomena multi face atau multidimensional

akibat kemiskinan tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi, tetapi juga dilihat dari

dimensi sosial, budaya dan politik.

Banyaknya persoalan yang dihadapi usaha petani garam rakyat baik yang

berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran, pemerintah, maupun

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, seperti: (1) pendapatan petani

garam hanya diterima setiap musim panen, sedangkan pengeluaran harus

diadakan setiap hari, setiap minggu, atau kadang-kadang dalam waktu yang sangat

mendesak sebelum panen, padatnya penduduk maka lahan yang dimiliki, lahan

disewa atau lahan digarap yang kemudian di bagi hasil dengan pemilik lahan,

menjadi sangat sempit sehingga hasil bersih tidak cukup untuk hidup layak

sepanjang tahun, pengeluaran yang besar kadang-kadang tidak dapat diatur dan

ditunggu sampai panen tiba, misalnya kematian dan pesta perkawinan, dalam hal

tersebut petani garam sering menjual produknya, misalnya pada saat masih dalam

proses kristalisasi partikel-partikel garam, penjualan tersebut mengakibatkan

harga yang diterima jauh lebih rendah, ketergantungan petani garam terhadap

tengkulak sehingga kemampuan tawar-menawar (bargaining) rendah dalam

penentuan harga hasil produksinya, (2) impor garam masih jauh lebih banyak

dibandingkan produksi lokal, harga garam rakyat di berbagai wilayah Indonesia

relatif rendah rata-rata dijual Rp. 325,- per kg untuk KW1 dan Rp. 250,- per kg

untuk KW2 (KKP 2010) dan pada saat musim panen garam rakyat menurun

drastis hingga Rp. 60,- per kg, dikarenakan membanjirnya produk garam impor

yang mempunyai harga yang lebih murah dengan mutu yang lebih baik

dibandingkan dengan garam buatan produsen garam nasional, merosotnya harga

Page 20: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

5

garam di tingkat petani menyebabkan petani memilih menimbun ribuan ton

garamnya di area penggaraman, sambil menunggu perkembangan harga yang ada

di pasar, karena harga jual tidak mampu menutupi biaya produksi dan distribusi.

Eksistensi SK Menperindag Nomor: 360/MPP/Kep/5/2004 yang mengatur tentang

kewajiban bagi industri untuk membeli minimal 50% kebutuhannya dari garam

rakyat sebelum melakukan impor garam, tidak berjalan efektif dan sering

dilanggar, ketentuan dalam SK yang melarang impor garam pada masa tertentu

yakni 1 bulan sebelum panen, selama panen dan 2 bulan setelah panen garam

rakyat juga tidak diindahkan oleh “sindikasi” importir garam, Sehingga pada saat

panen raya garam rakyat berlangsung, masih terdapat aktifitas bongkar muat

garam impor, hal ini disebabkan mekanisme pengawasan dan penerapan sangsi

hukum yang lemah, kondisi ini membuat petani garam semakin marjinal, (3)

minimnya infrastruktur yang menyebabkan salah satunya, ketidaklancaran

pasokan air laut ke tambak-tambak garam karena terjadinya pendangkalan pada

saluran utama, teknologi industri pergaraman di sentra-sentra garam rakyat belum

memadai, proses produksi garam sejak tahap sortasi bahan baku hingga proses

pengemasan belum mencapai kualitas yang diharapkan, umumnya garam yang

dihasilkan petani garam masih berupa garam krosok atau garam kasar yang belum

layak dikonsumsi, (4) petani garam tidak mengetahui secara pasti spesifikasi

teknis / kelas /grade mutu garam berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI),

setidaknya ada 13 (tiga belas) kriteria standar mutu yang harus dipenuhi oleh

petani garam, di antaranya adalah penampakan bersih, berwarna putih, tidak

berbau, tingkat kelembaban rendah, dan tidak terkontaminasi dengan timbal/bahan

logam lainnya, kualitas garam yang dihasilkan oleh petani garam memiliki

kandungan NaCl berkisar 92 % sedangkan ketentuan SNI kandungan NaCl-nya

tidak boleh lebih rendah dari 97 %, sehingga pabrik garam tidak bersedia membeli

sesuai dengan harga yang tercantum dalam ketentuan SK Menperindag, Nomor :

360/MPP/KEP/5/2004, hal ini seringkali membuat petani garam frustasi.

Selain dari itu petani garam dalam negeri tidak bisa menaikkan posisi tawar,

harga yang diterima petani garam, jauh lebih rendah dibandingkan harga di

tingkat konsumen, karena jalur perdagangan dan distribusi garam khususnya

garam konsumsi kurang efisien, hal ini disebabkan terlalu banyak pelaku

Page 21: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

6

pemasaran garam yang terlibat sehingga mengakibatkan panjangnya saluran

proses penyaluran produk sampai ketangan konsumen akhir seperti terlihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Rantai Pasok Garam Nasional.

Masalah garam rakyat ini semakin rumit karena adanya disharmoni

hubungan antara petani garam, pabrikan dan pemerintah. Petani garam rakyat

adalah produsen garam yang skala kecil bukan industri dan hanya berproduksi

musim kemarau saja. Pabrikan berharap agar petani garam mau meningkatkan

kualitas garamnya sehingga sama dengan kualitas garam impor, sementara petani

garam tidak mampu memenuhi kualitas karena tidak menambah harga jual secara

signifikan yang artinya harga garam yang berlaku di tingkat petani garam tidak

memberi insentif bagi petani garam untuk meningkatkan kualitasnya. Di sisi lain,

pemerintah kesulitan menetapkan kebijakan floor price ( harga dasar ) garam atau

harga minimum pada masing-masing daerah sentra produksi garam, harga dasar

tidak memperhitungkan faktor persaingan, penetapan harga dasar biasanya

dilakukan oleh suatu lembaga atau pemerintah untuk menjaga agar harga tidak

merosot di tingkat produsen.

Konsumen/Industri

Page 22: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

7

Menurut John Davis (2006) bahwa bentuk intervensi yang dilakukan dalam

mekanisme harga dasar yaitu pemerintah melakukan pembelian terhadap surplus

produksi (excess supply) yang terbentuk dari pengurangan antara jumlah yang

ditawarkan dikurangi jumlah yang diminta ( Qs – Qd ) yang mengakibatkan kurva

demand patah menjadi D’ A B. Hal ini untuk melindungi agar produsen tidak

mengalami kerugian terutama pada saat musim panen raya.

Suatu komoditas pada saat panen raya kurva penawaran garam bergeser

jauh kekanan, sehingga harga keseimbangan panen raya merosot jauh karena

kurva permintaan garam inelastis, maka Pengeluaran Konsumen turun, keadaan

tersebut membuat turun kinerja petani garam dan tidak mau lagi memproduksi

garam sehingga dapat menurunkan produksi garam nasional yang akan

berdampak pada meningkatnya impor garam sehingga membuat pemborosan

devisa negara seperti yang telihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kebijakan Harga Minimum

Petani garam dibedakan berdasarkan kepemilikan lahan garam yaitu :

pemilik, penyewa dan petani bagi hasil. Pemilik adalah petani garam yang

memiliki lahan garam sendiri, Penyewa adalah para petani yang menyewa lahan

garam dalam budidaya garam, sedangkan bagi hasil adalah petani yang

menggarap lahan garam dan melakukan perjanjian bagi hasil dengan pemilik

lahan garam.

Berdasarkan Penelitian Kementerian Perindustrian, areal petani garam

rakyat petak-petaknya kecil dan jumlahnya menyebar, waktu pungut garam 3-5

hari sudah dipungut garamnya, pungutan garamnya langsung diatas tanah.

Page 23: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

8

Pada umumnya petani garam rakyat memakai sistem tangga, pada dasarnya

sistem ini terdiri dari beberapa kolam yang mana kolam-kolam pegaraman ini

seperti tangga, makin dekat ke kolam pengkristalan letak kolam semakin rendah.

Gambar skema dari sistem tangga dapat dilihat pada Gambar 3.

7

1 2 3 4 5 6

7

7

Gambar 3. Skema unit pegaraman sistem tangga

Keterangan :

1. Tempat persediaan air laut 2. Kolam Pemekatan I

3. Kolam Pemekatan II 4. Kolam Pemekatan III

5. Kolam Pemekatan IV 6. Kolam Pemekatan V

7. Kolam Pengkristalan

Cara Kerjanya, mula-mula air laut dipompakan masuk ke kolam

penyimpanan dan selanjutnya dialirkan ke kolam pemekatan. Pada kolam ini air

laut diuapkan dengan bantuan sinar matahari dan angin sampai kepekatan tertentu.

Pada kepekatan tertentu air laut itu dialirkan lagi ke kolam pemekatan berikutnya

begitulah seterusnya sampai kepekatan mencapai 25oBe selanjutnya air laut di

alirkan ke kolam pengkristalan sampai kepekatan mencapai 29oBe yaitu

pengkristalan NaCl yang optimal. Umumnya petani garam rakyat mengkristalkan

Page 24: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

9

garam hingga seluruh air garam yang dimasukkan meja kristal menjadi kering

(total kristalisasi).

B.Proses Produksi Garam

Produksi garam adalah menguapkan air laut dalam petak-petak di pinggir

pantai baik dengan sinar matahari maupun pemanasan dengan api. Produksi

garam dengan air laut pada perinsipnya terdiri dari 2(dua) tahap yakni yang

pertama adalah proses pemekatan (dengan penguapan airnya ) dan yang kedua

adalah proses pemisahan garamnya (dengan kristalisasi), setelah dikristalkan pada

proses selanjutnya akan diperoleh garam.

Lokasi pembuatan garam harus memenuhi persyaratan antara lain lokasi

landai, kedap air, air laut dapat naik ke lahan garam (dengan atau tanpa bantuan

alat), lokasi juga bersih dari sumber air tawar, dengan curah hujan sedikit dan

banyak sinar matahari untuk optimalnya penguapan air laut. Musim kemarau yang

panjang akan memperkecil frekuensi turun hujan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pembuatan garam metode

penguapan air laut dengan enersi sinar matahari tersebut adalah :

Konsentrasi air laut, berkaitan dengan banyak sedikitnya jumlah garam

yang terlarut didalam satu satuan volume air laut

Kecepatan penguapan, berkaitan dengan banyaknya garam yang

diperoleh; makin cepat air laut menguap, maka makin cepat diperoleh air

tua (air garam jenuh) dan akan berakibat makin cepat terjadinya garam.

Curah hujan, banyaknya hujan memberikan effek negatif pada proses

pembikinan garam karena mengencerkan kembali air garam jenuh dan

merusak galengan lahan garam.

Air laut yang hilang karena Peresapan (porositas) tanah, karena

hilangnya air laut yang meresap akan mempengaruhi jumlah produksi

garam.

Beberapa tahap proses produksi garam yang perlu dijalankan, berdasarkan

data dari Kementerian Perindustrian (2006) adalah :

Persiapan dilakukan paling lambat 2 (dua) minggu sebelum musim

kemarau tiba dengan demikian produksi garam dapat dimulai tepat diawal

Page 25: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

10

musim kemarau dan pekerjaan persiapan adalah berupa memperbaiki

kembali semua saluran, tanggul-tanggul kolam pengaraman, pintu-pintu air

laut/garam dari satu kolam ke kolam lainnya, memperbaiki dasar tanah

dengan mengeraskan dasar lahan petak atau kolam garam, membersihkan

(dari lumpur dan kotoran-kotoran kolam – kolam kristalisasi) tempat

pencucian dan pengeringan garam, persiapan penempatan kembali pompa

air laut (jika diperlukan) dan kincir angin, mempersiapkan alat pengambil

kristal garam (penggarauk). Pekerjaan persiapan ini dilakukan pada demplot

yang dioperasikan sebelumnya.

Manajemen air laut untuk memperoleh air laut yang cukup sepanjang

musim kemarau, melakukan pemeliharaan saluran air.

Melaksanakan sistem penguapan dan kristalisasi.

Melakukan pengawasan atau pengecekan kadar garam (kepekaan air laut),

pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat Baumemeter (Be).

Melakukan pemanenan garam yang sudah cukup tua (kadar garam tinggi).

Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan waktu kristalisasi

(sebaiknya dibiarkan selama 5 hari di kolam pengkristalan). Selain itu di

upayakan agar garam yang dipanen tidak tercampur tanah atau lumpur.

Melakukan pembilasan atau pencucian garam setelah dipanen. Hal ini perlu

dilakukan agar garam bersih dari kotoran tanah atau lumpur. Pencucian

harus dilakukan dengan larutan garam pekat (dapat dilakukan dengan

menggunakan air laut sisa kristalisasi).

Melakukan penirisan garam di tempat pengeringan agar kadar air turun,

kadar air garam yang rendah akan meningkatkan mutu garam.

C. Faktor –faktor yang mempengaruhi produksi

Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi garam adalah sebagai

berikut : (1) lahan tambak garam yang merupakan penentu dari pengaruh faktor

produksi produk garam rakyat. Secara umum dikatakan,semakin luas lahan (yang

digarap / ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan

tersebut. Ukuran lahan tambak garam dapat dinyatakan dengan hektar (ha) atau

are; (2) tenaga kerja dalam hal ini petani garam merupakan faktor penting dalam

Page 26: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

11

proses produksi garam. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang

maju dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian produk garam yang bagus

sehingga nilai jual tinggi. Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai

curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif

yang dipakai. Usaha petani garam yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil

biasanya menggunakan tenaga kerja keluarga. Lain halnya dengan usaha petani

garam berskala besar. Selain menggunakan tenaga kerja luar keluarga, juga

memiliki tenaga kerja ahli; (3) modal, setiap kegiatan dalam mencapai tujuan

membutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi. Dalam kegiatan proses

tersebut modal dapat dibagi menjadi 2 bagian , yaitu modal tetap dan modal tidak

tetap. Modal tetap terdiri atas tanah, bangunan, mesin dan peralatan dimana biaya

yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi,

sedangkan modal tidak tetap terdiri dari upah yang dibayarkan kepada tenaga

kerja; (4) teknologi, dalam meningkatkan mutu garam, meliputi teknologi

pengelolaan lahan, teknologi kristalisasi dan peralatan lain seperti kincir dan

pompa, Teknologi pasca produksi meliputi teknologi pemurnian yaitu pencucian

garam untuk membersihkan kotoran yang terkandung dalam garam berupa pasir

dan lumpur serta untuk mengurangi kadar ion – ion seperti Ca, Mg, dan SO4.

Serta Ion-ion dan senyawa tak larut lainnya; (5) manajemen, dalam usaha petani

garam, peranan manajemen menjadi sangat penting dalam mengelola produksi

garam rakyat, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan

evaluasi.

D. Kinerja dan Evaluasi Kerja.

Ada banyak definisi tentang kinerja yang dikemukakan oleh para ahli

terutama mereka yang memiliki keahlian dalam bidangnya. Karena setiap definisi

kinerja itu sendiri memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing,

menurut (Irham 2010) kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan /program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis

suatu organisasi, menurut (Simanjuntak, 2005) kinerja bermakna kemampuan

Page 27: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

12

kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.

Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan

tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam

satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang

ditetapkan lebih dahulu (Simanjuntak, 2005). Tujuan evaluasi kinerja adalah

untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan organisasi atau perusahaan.

Evaluasi kinerja merupakan bagian dari fungsi manajemen yang penting yaitu

evaluasi dan pengawasan, evaluasi kinerja dimaksudkan untuk mengetahui

pencapaian sasaran perorangan, kelompok kerja,bagian organisasi dan

perusahaan. Hasil evaluasi kinerja masing-masing individu atau perorangan

menggambarkan kondisi atau tingkat pencapaian sasaran individu yang

bersangkutan, disamping itu evaluasi kinerja individu juga memberikan gambaran

keunggulan, kelemahan dan potensi individu yang bersangkutan. Dengan

demikian hasil evaluasi kinerja individu dapat dimanfaatkan untuk banyak

penggunaan.

E. Kinerja Keuangan

Untuk memutuskan suatu usaha memiliki kualitas yang baik maka ada dua

penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat usaha

tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik. Penilaian

ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance)

dan kinerja non keuangan (non financial performance) (Fahmi 2010). Kinerja

keuangan, data yang dipakai adalah data riil yang sebenarnya dikeluarkan.

Misalnya jumlah tenaga kerja yang dipakai 3 orang dengan upah Rp. 3000/hari,

biaya tenaga kerja adalah 3xRp 3000 =Rp. 9000. Jika diantara tenaga kerja

tersebut, terdapat 1 orang dari dalam keluarga dan 2 orang yang berasal dari luar,

nilai upah yang dihitung hanya upah tenaga kerja luar saja sebesar 2 orang.

Penilaian kinerja setiap usaha adalah berbeda-beda karena itu tergantung kepada

ruang lingkup usaha yang dijalankan, kinerja keuangan petani memperhitungkan

antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan,

revenue) dengan biaya (pengorbanan,cost) yang harus dikeluarkannya, jenis biaya

Page 28: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

13

terbagi dalam biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap). Yang dimaksud

dengan biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada

besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang, yang

dimaksud biaya variabel adalah jenis biaya yang besar kecilnya berhubungan

langsung dengan besarnya produksi misalnya biaya sarana produksi Kinerja non

keuangan adalah terletak pada produktivitas usaha yang merupakan

penggabungan antara konsepsi efesiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah,

efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi fisik (out put) yang dapat

diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input), sedangkan kapasitas dari

sebidang tanah tentu menggambarkan kemampuan tanah itu untuk menyerap

tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-

besarnya pada tingkatan teknologi tertentu, jadi secara teknis produktivitas

merupakan kajian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas (tanah),

Kinerja non keuangan juga dapat dilihat melalui peningkatan mutu, kualitas

garam rakyat umumnya kadar NaCl < 90%, masih dibawah dari ketentuan SNI

garam konsumsi dengan kadar NaCl 94,7%. (DKP 2010).

Mutu merupakan dimensi persaingan yang penting sejak tahun 1980-an

hingga saat ini. Tetapi pada pertengahan tahun 1990-an , dalam arena persaingan

bisnis, mutu telah bergeser dari suatu keunggulan strategis menjadi suatu

kebutuhan. Barang yang bermutu tinggi adalah barang memiliki spesifikasi tinggi,

seperti material nomor satu atau teknologi nomor satu. Sedangkan, spesifikasi

yang tinggi dapat menyebabkan inefisiensi. Disamping pendapat tersebut para

pakar mutu telah mencoba mendefinisikan mutu, seperti dikutip oleh Darwin

(2010) sebagai berikut :

(1) Philip B. Crosby berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian terhadap

persyaratan (conformance to requirement). Seperti jam tahan air, sepatu yang

tahan lama, atau dokter yang ahli. Hal lainnya dikemukakan tentang pentingnya

melibatkan setiap orang pada proses dalam organisasi. Pendekatan Crosby

merupakan proses top down.

(2) W. Edwards Deming berpendapat bahwa mutu berarti pemecahan

masalah untuk mencapai penyempurnaan secara terus menerus. Pendekatan ini

merupakan pendekatan bottom up.

Page 29: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

14

(3) Joseph M Juran berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian dengan

penggunaan (fitnes for use), artinya suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan.

(4) K. Ishikawa berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan .

Dengan demikian setiap proses dalam organisasi memiliki pelanggan.

Page 30: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

15

3. METODE KAJIAN

A. Lokasi, Waktu dan Biaya Penelitian

Tugas akhir ini dilaksanakan di Desa Donggobolo Kecamatan Woha dan

Desa Bontokape Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Propinsi Nusa Tenggara

Barat, Kabupaten bima terletak pada 118o44” – 119

o22” Bujur Timur dan 08

o08”

– 08o57” Lintang Selatan.

Kabupaten Bima berada pada bagian paling timur Pulau Sumbawa, diapit

oleh Kabupaten Dompu disebelah Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur di

sebelah Timur, dan Laut Flores disebelah Utara serta Samudera Indonesia di

sebelah Selatan.

Curah hujan tahun 2009 yang memiliki lahan produktif terluas dan tertinggi

produksi secara rata-rata mencapai 85,5 mm per bulan dengan hari hujan 9,5 hari

perbulan. Sedangkan suhu udara rata-rata adalah 27,6 yang berkisar antara 23oC

hingga 33oC. Keadaan ini membuat suhu di wilayah Bima sangat panas.

Jumlah Bank di Kabupaten Bima, baik itu bank umum maupun bank BPR

pada tahun 2009 terdapat 4 buah Bank Cabang Pembantu, 5 BankUnit, 3 Kantor

Kas dan 14 BPR, (BPS 2010).

B. Metode Kerja

1. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Data yang

dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan

melalui beberapa tahapan berikut : (1) penetapan lokasi; (2) pengumpulan data

primer dan sekunder; (3) pentabulasian data; dan (4) pengolahan atau analisis

data.

Dalam pengumpulan data di lapangan digunakan metode studi kasus karena

daerah penelitian cukup luas. Peneliti dibatasi oleh biaya yang tersedia dan untuk

mendapatkan gambaran yang mewakili objek penelitian dengan benar. Pada

metode studi kasus tidak semua individu di dalam populasi diamati, melainkan

hanya suatu fraksi (bagian) dari populasi yang disebut sebagai contoh (sample).

Proses penetapan contoh (supaya hasil yang dicapai baik dan paling tidak

mendekati kebenaran), diatur dengan metode pengambilan (penarikan) contoh

Page 31: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

16

(sampling method) (Moehar 2005). Metode pengambilan contoh yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu metode pengambilan contoh acak distratifikasi

(stratified random sampling).

Metode acak distratifikasi ini lebih dulu untuk membedakan satuan

elementer dalam populasi menjadi dua atau lebih, artinya sebelum pengambilan

contoh dilakukan, populasi dipilah-pilah menjadi beberapa strata (kelas/lapisan).

Di dalam stratified random sampling Pengambilan sampel langsung secara

random dari objeknya hanya cocok/ tepat untuk suatu kelompok data yang

homogen atau relatif homogen. Dalam hal data yang homogen / relatif homogen

jumlah elemen yang diambil tidak perlu terlalu banyak ( Supranto 2002).

Kriteria penetapan strata pada penelitian ini berdasarkan luas lahan produksi

garam rakyat, yaitu peneliti membagi populasi menjadi tiga subpopulasi, yaitu

kelompok petani garam besar (n1), kelompok petani garam menengah (n2) dan

kelompok petani garam kecil (n3). Untuk masing-masing kelompok diambil 5

responden secara acak.

Data primer untuk mengetahui pengeluaran, penerimaan/pendapatan usaha

petani garam, faktor produksi, hasil produksi dan apakah perbedaan tipologi

petani garam rakyat yang ada di Kabupaten Bima terhadap pendapatan petani

garam rakyat berasal dari luas lahan yang dimiliki. Untuk mendapatkan data ini

melalui kegiatan wawancara, penyebaran kuesioner dan observasi. Sedangkan

data sekunder diperoleh dari berbagai literatur maupun referensi yang terkait

dengan tujuan dan sasaran penelitian. Data sekunder didapatkan dari laporan dan

penelitian terdahulu mengenai usaha petani garam rakyat, dari sejumlah dinas dan

instansi pemerintah seperti Kantor Statistik, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan

lain-lain. Kerangka berpikir kajian evaluasi kinerja usaha petani garam rakyat

secara rinci dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 32: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

17

Gambar 4. Kerangka pikir kajian

2. Pengolahan dan Analisis Data

Pengaruh luas lahan petani garam rakyat yang ada di Kabupaten Bima

terhadap produktivitas, mutu dan kinerja finansial dilakukan analisis keragaman

(ANOVA), sebelum data diolah dilakukan uji homogenitas data dengan bantuan

software SPSS. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Produktivitas

Ho : tidak terdapat perbedaan produktivitas pada luas lahan yang berbeda

Ha : terdapat perbedaan produktivitas pada luas lahan yang berbeda

b. Mutu

Ho : tidak terdapat perbedaan % Kadar Garam per 10ml air laut pada luas lahan

yang berbeda

Ha : terdapat perbedaan % Kadar Garam per 10 ml air laut pada luas lahan yang

berbeda

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Evaluasi kinerja

Pengumpulan Data

Tabulasi data

Data Primer

Kuesioner

Diskusi

Data Sekunder

Data dari BPS, BAPPEDA,

Stasiun Meteorologi Sultan

M. Salahuddin Bima, Dinas

Kelautan dan Perikanan.

Kinerja Usaha Petani Garam Rakyat

Produktivitas dan Mutu Kinerja finansial

(TC, TR, Pd, R/C ratio)

Page 33: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

18

c. Pendapatan

Ho : tidak terdapat perbedaan pendapatan pada luas lahan yang berbeda

Ha : terdapat perbedaan pendapatan pada luas lahan yang berbeda

d. R/C ratio

Ho : tidak terdapat perbedaan R/C ratio pada luas lahan yang berbeda

Ha : terdapat perbedaan R/C ratio pada luas lahan yang berbeda

3. Pengamatan dan Pengukuran

a. Pendapatan Per Ha Usaha Petani Garam Rakyat

Pendapatan usaha petani garam merupakan selisih antara total penerimaan

dan total biaya, usaha petani garam dapat dirumuskan sebagai berikut.

Pd = TR – TC

TR = Y. Py

TC = FC + VC

Di mana :

Pd : pendapatan usaha

TR : total penerimaan

TC : total biaya

FC : biaya tetap

VC : biaya variabel

Y : produksi yang diperoleh dalam suatu usaha

Py : harga Y

Page 34: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

19

b. R/C ratio

Analisis Return Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (ratio atau

nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Pernyataan tersebut dapat

dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

A = R/C

Py x Y

FC + VC

dimana :

A : R/C ratio

R : penerimaan(revenue)

C : biaya (cost)

Py : harga output

Y : output

FC : biaya tetap (fixed cost)

VC : biaya variabel (variabel cost)

Kriteria keputusan :

R/C > 1, usaha petani garam untung

R/C < 1, usaha petani garam rugi

R / C = 1, usaha petani garam impas (tidak untung / tidak rugi)

c. Pengukuran Produktivitas Usaha Petani Garam Rakyat

Ukuran produktivitas usaha petani garam rakyat dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut

Produksi

Produktivitas = Ton/Ha

Luas Lahan

Produksi dalam Ton

Luas Lahan dalan Ha

Page 35: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

20

d. Pengukuran Mutu produk Garam Rakyat

Mutu garam rakyat pada penelitian ini ditentukan oleh:

1. Kadar garam air laut

2. Kadar Nacl (%)

3. Warna butiran garam (secara visual)

4. Diameter kristal (secara visual)

Page 36: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Kabupaten Bima

1. Geografi dan Iklim

Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB). Terletak pada 118o44” – 119

o22” Bujur Timur dan 08

o08”

– 08o57” Lintang Selatan.

Kabupaten Bima berada pada bagian paling timur pulau Sumbawa, diapit

oleh Kabupaten Dompu disebelah Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur di

sebelah Timur, dan Laut Flores di sebelah Utara serta Samudera Hindia di sebelah

Selatan. Gambar peta wilayah dan batas wilayah Kabupaten Bima dapat dilihat

pada Gambar 5.

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bima

Gambar 5. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Bima.

Page 37: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

22

Kabupaten Bima terdiri dari 177 desa. Sebanyak 35 desa merupakan desa

pesisir, yaitu desa yang berada di pinggir laut. Sementara 142 desa lainnya berada

di wilayah lembah atau pegunungan.

Luas wilayah Kabupaten Bima adalah 4.374,65 km2 yang terdiri dari 7,22

persen lahan sawah dan 92,78 persen bukan lahan sawah, yang dapat dilihat pada

Gambar 6 dan Tabel 1.

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bima

Gambar 6. Peta Tutupan lahan Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2009

Page 38: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

23

Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Bima Menurut Kecamatan

Tahun 2008 – 2009

No. Kecamatan

Jenis Tanah

Lahan Sawah Lahan Bukan sawah Jumlah

2008 2009 2008 2009 2008 2009

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Monta 2.915 2.975 20.026 19.966 22.941 22.941

2 Parado 8.67 8.75 21.292 21.284 22.159 22.159

3 Bolo 1.993 1.993 8.148 8.148 10.141 10.141

4 Mada Pangga 3.764 3.764 15.145 15.145 18.909 18.909

5 Woha 2.642 2.642 4.883 4.883 7.525 7.525

6 Belo 1.437 1.447 5.369 5.359 6.806 6.806

7 Palibelo 1.903 1.903 6.521 6.521 8.424 8.424

8 Langgudu 2.021 2.059 26.377 26.339 28.398 28.398

9 Wawo 1.776 1.775 11.841 11.842 13.617 13.617

10 Lambitu 4.60 4.60 8.370 8.370 8.830 8.830

11 Sape 1.894 1.894 22.559 22.559 24.453 24.453

12 Lambu 1.958 1.958 35.454 35.454 37.412 37.412

13 Wera 1.346 1.706 37.854 37.494 39.200 39.200

14 Ambalawi 5.55 5.55 24.995 24.995 2.5550 25.550

15 Donggo 2.980 2.980 21.108 21.108 24.088 24.088

16 Soromandi 5.70 9.39 15.942 15.573 16.512 16.512

17 Sanggar 1.227 1.231 70.773 70.769 72.000 72.000

18 Tambora 4.35 4.40 50.065 50.060 50.500 50.500

Jumlah 30.743 31.596 406.722 405.869 437.465 437.465

Sumber : BPS Kabupaten Bima 2010

Page 39: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

24

Keadaan iklim Kabupaten Bima pada Bulan April - Juli di tahun 2011

secara rata-rata di tampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Data klimatologi Kabupaten Bima

Bulan April – Juli Tahun 2011

NO. BULAN TEMPERATUR oC

(Rata”)

CURAH

HUJAN

DITA -

KAR

(mm/hh)

PEN -

YINA -

RAN

MATA

HARI %

TEKAN-

AN

UDARA

(Rata”)

KELEM-

BAPAN

RELA-

TIF %

(Rata”)

KECE -

PATAN

ANGIN

(Rata”)

(Km/

jam)

ARAH

ANGIN

(Rata”)

07,00 13,00 18,00

Jam

08.00

08.00 –

16.00 13,00

1 APRIL 24,6 30,2 26,9 235,8/21 49 1009,1 72 12,96 180

2 MEI 23,7 31,4 27,0 34,9/9 81 1009,9 63 12,96 180

3 JUNI 21,3 30,2 25,5 - 92 1011,0 56 16,67 180

4 JULI 21,7 31,00 26,1 0,5/3 72 1011,2 56 16,67 180

Sumber : Stasiun Meteorologi Sultan M. Salahuddin Bima

Tabel 2 menggambarkan curah hujan di bulan April sampai dengan Juli

tahun 2011 terlihat adanya penurunan secara rata-rata dari 235,8 mm per bulan

menjadi 0,5 mm per bulan dengan hari hujan dari 21 hari per bulan turun menjadi

3 hari per bulan .Sedangkan suhu udara sampai dengan bulan juli rata – rata 25,1

yang berkisar antara 20,7 o C hingga 31,7

o C.

Prakiraan curah hujan di Kabupaten Bima pada bulan Agustus sampai

dengan bulan Oktober di tahun 2011 masih sangat rendah atau sama dengan pada

bulan Juni dan Juli 2011,di bandingkan pada tahun 2010 yang curah hujannya

diatas batas atas normal menurut data normal curah hujan bulanan yang

dikeluarkan oleh Stasiun Meteorologi M. Salahuddin Bima dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Page 40: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

25

Data curah hujan bulanan tahun 2010 terlihat pada Tabel 3 serta batasan

normal yang menunjukan curah hujan bulanan tahun 2001 sampai dengan tahun

2010 terlihat pada Gambar 7.

Tabel 3. Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2010 Kabupaten Bima

Tahun

Bulan

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEPT OCT NOV DES

2010 245.9 105.7 103.4 28 130 2.8 69,9 11 136,1 96,4 293,6 228,7

Sumber : Stasiun Meteorologi Sultan M. Salahuddin Bima

Gambar 7. Curah Hujan Bulan Tahun 2001 S/D 2010

0

50

100

150

200

250

JAN

FE

B

MA

R

AP

R

MA

Y

JUN

JUL

AU

G

SE

P

OC

T

NO

V

DE

S

CU

RA

H H

UJA

N (

mm

)

DATA NORMAL CURAH HUJAN BULANAN TAHUN 2001 S/D 2010

Rata2 Curah HujanBulanan Thn 2001 s/d

2010

Batas Bawah Normal

Batas Atas Normal

Page 41: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

26

Tabel 3 menunjukan terjadinya curah hujan di wilayah Kabupaten Bima

sejak awal Juli 2010 hingga akhir Desember 2010 di atas batas normal

berdasarkan data normal curah hujan bulanan tahun 2001 s/d 2010 yang terjadi di

Indonesia, terlihat pada Gambar 7.

Batas atas normal curah hujan di Indonesia bulan Juli 10 mm per hari,

bulan Agustus 5 mm per hari, bulan september 20 mm per hari, bulan Oktober

15 mm per hari, bulan November 90 mm per hari dan bulan Desember 165 mm

per hari.

Curah hujan di Kabupaten Bima bulan Juli yaitu 69,9 mm per hari, bulan

Agustus 11 mm per hari, bulan September 136,1 mm per hari, bulan Oktober 96,4

mm per hari, bulan November 293,6 mm per hari dan bulan Desember 228,7 mm

per hari. Ini berarti bila dibandingkan dengan data normal curah hujan di

Indonesia maka hampir sebagian besar wilayah Kabupaten Bima di bulan Juli

sampai dengan bulan Desember curah hujannya di atas batas normal atau

mengalami curah hujan dengan frekuensi yang tinggi.

2. Perhubungan dan Perbankan

Sektor transportasi berperan penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi

melalui kegiatan pengangkutan orang dan barang. Produktivitas sektor ini sangat

tergantung pada infrastruktur jalan, pelabuhan dan kapasitas bandara.

Panjang jalan negara di Kabupaten Bima tahun 2009 adalah 78,70 km, jalan

propinsi 412,73 km, dan jalan kabupaten 827,70 km.

Kondisi jalan di Kabupaten Bima masih sangat memprihatinkan. Hanya 57

persen yang berkondisi baik dan rusak ringan, sedangkan sisanya rusak serta tidak

terinci. Berdasarkan jenis permukaan, hanya 44,63 persen jalan beraspal,

sedangkan sisanya adalah jalan krikil dan tanah.

Selain sarana transportasi darat, di Kabupaten Bima juga terdapat sarana

transportasi udara, yaitu Bandara Sultan Muhammad Salahuddin yang berada di

Kecamatan Palibelo. Pesawat yang mendarat di Bandara ini melayani rute

penerbangan Denpasar, Mataram serta Labuhan Bajo.

Page 42: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

27

Peran perbankan dalam mendorong peningkatan pembangunan sangatlah

penting. Perbankan dituntut untuk mampu menyediakan modal usaha bagi

masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perbankan

juga memiliki peran yang sangat penting dalam kontrol laju inflasi melalui

berbagai program penghimpunan dana masyarakat.

Jumlah Bank di Kabupaten Bima, baik itu bank umum maupun bank BPR

pada tahun 2009 terdapat 4 buah Bank Cabang Pembantu, 5 Bank Unit, 3 Kantor

Kas dan 14 BPR(BPS Kabupaten Bima 2010).

Disamping mengumpulkan dana yang ada di masyarakat dalam bentuk

simpanan, perbankan juga dituntut untuk dapat menyalurkan dana tersebut

kembali kepada masyarakat melalui skema kredit. Masyarakat dapat

menggunakan dana tersebut untuk berbagai keperluan, seperti untuk modal kerja,

investasi maupun untuk konsumsi.

Setiap tahunnya, total pinjaman yang disalurkan oleh Bank Umum maupun

BPR terus mengalami peningkatan. Besarnya pinjaman yang disalurkan ini pada

tahun 2009 mencapai Rp. 1.214 Milyar, jauh meningkat dibandingkan tahun 2007

yang besarnya Rp. 783,7 Milyar. (BPS Kabupaten Bima 2010).

3. Pengeluaran Penduduk dan Pendapatan Regional

Pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita Kabupaten Bima adalah

yang terendah, jika dibandingkan dengan kabupaten – kabupaten lain yang ada di

Provinsi NTB.

Meskipun demikian, perkembangan pengeluaran konsumsi rumah tangga

perkapita Kabupaten Bima cenderung meningkat dari tahun 2005 hingga tahun

2009.

Secara teori, meningkatnya peningkatan pengeluaran rumah tangga

disebabkan oleh meningkatnya pendapatan dalam rumah tangga tersebut.

Selain oleh faktor pendapatan, keadaan ini juga disebabkan oleh faktor-

faktor lainnya seperti tingkat harga barang- barang dipasar umum, jumlah barang-

barang konsumsi tahan lama, tingkat bunga bank, perkiraan tentang masa depan,

dan kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.

Page 43: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

28

Pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Bima tahun 2009 Rp.

342.855,- , meningkat 12,21 persen dibandingkan tahun 2008 Rp. 305.536,-,

pengeluaran terbesar penduduk Kabupaten Bima tahun 2009 adalah untuk

konsumsi makanan yaitu 65,76 persen, sedangkan untuk konsumsi non makanan

34,24 persen.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

ekonomi yang mencerminkan produktivitas perekonomian suatu daerah. PDRB

mencerminkan pendapatan dari faktor – faktor produksi (tanah, tenaga kerja,

modal dan kewirausahaan).

Sebagai salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan

ekonomi masyarakat secara makro. PDRB per kapita merupakan gambaran dari

rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun.

Tingginya PDRB per kapita mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat

yang lebih baik, dan sebaliknya PDRB per kapita yang rendah mencerminkan

keadaan ekonomi masyarakat yang kurang berkembang.

Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bima dari tahun ke tahun terus

meningkat. Pada tahun 2009, pendapatan perkapita penduduk mencapai

Rp. 3.373.653, meningkat 5,38 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang

besarnya Rp. 3.201.262(BPS Kabupaten Bima 2010).

4. Penduduk dan Ketenagakerjaan

Penduduk merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Jumlah

penduduk Kabupaten Bima pada tahun 2009 adalah 420.207 jiwa, yang dapat

dilihat pada Tabel 4.

Page 44: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

29

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Bima Menurut Kecamatan

Tahun 2009

No. Kecamatan

Penduduk

Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Monta 16.036 17.194 33.230

2 Parado 4.274 4.587 8.861

3 Bolo 20.892 21.008 41.900

4 Mada Pangga 13.707 14.273 27.980

5 Woha 20.125 20.383 40.508

6 Belo 9.510 10.007 19.517

7 Palibelo 11.787 12.142 23.929

8 Langgudu 14.948 15.107 30.055

9 Wawo 8.594 9.259 17.853

10 Lambitu 1.580 1.607 3.187

11 Sape 25.143 25.206 50.349

12 Lambu 15.783 15.975 31.758

13 Wera 13.558 14.267 27.825

14 Ambalawi 8.998 8.949 17.947

15 Donggo 8.124 8.462 16.586

16 Soromandi 6.533 6.727 13.260

17 Sanggar 5.800 5.832 11.632

18 Tambora 1.958 1.872 3.830

Jumlah 207.350 212.857 420.207

Sumber : BPS Kabupaten Bima 2010

Persebaran penduduk disetiap kecamatan tidak merata. Kecamatan Sape

memiliki jumlah penduduk paling banyak sekitar 11,98 persen dari total jumlah

penduduk Kabupaten Bima.

Page 45: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

30

Kecamatan berikutnya yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah

Kecamatan Bolo dan Woha, masing-masing 9,97 persen dan 9,64 persen.

Sementara itu, Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah

Kecamatan Lambitu yang diikuti oleh Kecamatan Tambora dimana masing-

masing kurang dari 1 persen.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah indikator yang

menggambarkan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau

berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan

jasa.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Bima tahun 2009

adalah 59,12 persen dari total seluruh penduduk usia kerja. Dari jumlah tersebut

95,42 persen bekerja dan sisanya 4,58 persen adalah pengangguran.

Jumlah angkatan kerja yang bekerja pada tahun 2009 adalah 181.327

jiwa.Proporsi tenaga kerja terbesar berada di sektor Pertanian, Perkebunan,

Kehutanan, Perburuan dan Perikanan yaitu sebesar 67,30 persen dari total seluruh

penduduk yang bekerja, sedangkan yang terkecil berada di sektor Lembaga

Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan & Jasa Perusahaan yaitu sebesar 0,11

persen.

Dibandingkan tahun 2008, sektor yang mengalami pertumbuhan tenaga

kerja terbesar adalah sektor listrik, gas dan air minum yang naik 110,71 persen,

sektor pertambangan dan penggalian 51,55 persen, dan sektor Pertanian,

Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 8,45 persen. Proporsi

ketenagakerjaan di Kabupaten Bima di tahun 2009 secara rinci dapat dilihat pada

Gambar 8.

Page 46: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

31

67,301,8

1,27

6,84

0,201,51

10,47

3,340,117,18

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

Penggaraman

Pertambangan dan Penggalian

Industri

Listrik, Gas dan Air Minum

Konstruksi

Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi

Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi

Lembaga Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

Gambar 8. Grafik persentase penduduk yang bekerja menurut sektor,2009

Sumber : BPS Kabupaten Bima dan DKP Kabupaten Bima 2010

5. Industri Pengolahan

Proses Industrialisasi merupakan kelanjutan dari tahapan pembangunan

ekonomi setelah sektor pertanian berkembang. Sektor industri memegang peranan

penting sebagai sektor produktif dalam memaksimumkan pembangunan.

Pada tahun 2009 terdapat sebanyak 519 industri kecil dan kerajinan rumah

tangga (IKKR) di wilayah Kabupaten Bima. Jumlah ini terdiri dari 39,11 persen

industri formal (memiliki ijin usaha) dan 60,89 persen industri non formal (belum

memiliki ijin usaha).Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Bima usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga ini telah mampu

menampung tenaga kerja sebanyak 1.181 orang, yang berarti sekitar 2 orang

untuk 1 usaha industri. Dari jumlah ini, industri formal menggunakan tenaga kerja

lebih banyak dibandingkan industri non formal.

Usaha garam rakyat merupakan salah satu usaha industri kecil yang ada di

Kabupaten Bima, usaha ini sangat potensial di daerah Kabupaten Bima dan

menyerap banyak tenaga kerja.

Page 47: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

32

B. Kondisi Wilayah Studi dan keadaan Sosial Ekonomi

1. Lokasi

Ribuan hektar lahan garam yang bergandengan dengan tambak-tambak

bandeng adalah pemandangan yang menarik ketika melewati wilayah yang berada

disekitar teluk Bima. Lahan-lahan ini sejak tahun 1950-an sudah dimanfaatkan

untuk usaha garam rakyat dan bandeng. Usaha garam rakyat paling produktif

yang ada di Kabupaten Bima meliputi dua kecamatan, yakni Kecamatan Bolo

dan Kecamatan Woha, Kecamatan Bolo dan Kecamatan Woha memiliki lahan

dengan tingkat kemiringan terdiri dari 0-2%, 3-15%, 16-40%, dan lebih besar dari

40%. Tingkat kemiringan > 40 % dari luas wilayahnya terbanyak di Kecamatan

Bolo yaitu 9.557 sedangkan di Kecamatan Woha hanya 2.716. Wilayah

Kecamatan Bolo dan Kecamatan Woha dapat dilihat pada Gambar 8.

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bima dan Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Gambar 9. Peta Wilayah Kecamatan Bolo dan Kecamatan Woha

Kabupaten Bima

Page 48: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

33

Desa Bontokape berada di Kecamatan Bolo dan Desa Donggobolo berada di

Kecamatan Woha, kedua desa ini adalah lokasi studi, gambaran peta lokasi dan

usaha garam kedua desa ini secara rinci dapat dilihat pada Gambar 10.

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bima dan Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Gambar 10. Peta Wilayah Studi Secara Makro dan Usaha Garam Rakyat

Batas Desa

Air Danau

Air Empang

Air Laut

Air Penggaraman

Air Rawa

Air Tawar Sungai

Budaya Lainnya

Hutan Bakau

Hutan Rimba

Padan Rumput

Pasir/Bukit Pasir Darat

Pasir/Bukit Pasir Laut

Perkebunan

Perumahan

Sawah

Sawah Tadah Hujan

Semak Belukar

Tegalan/Ladang

Vegetasi Non Budaya Lainnya

Legend

"/ Ibukota Kecamatan

!. Desa

!( Dusun

®q Bandara

Batas Propinsi

Batas Kabupaten

Batas Kecamatan

Batas Desa

Garis Pantai

Jalan Arteri

Jalan Kolektor

Jalan Lokal

Sungai

Hutan Konservasi

Hutan Lindung

Hutan Produksi Terbatas

Hutan Produksi Tetap

Budidaya Perikanan

Hutan Bakau

Perdagangan dan Jasa

Perkebunan

Permukiman

Pertanian Lahan Basah

Pertanian Lahan Kering

Peternakan

Pusat Pemerintahan Kabupaten

Suaka Alam Laut dan Perairan

Tubuh Air

Kawasan

Air Penggaraman

Tubuh Air

Batas Desa

Air Danau

Air Empang

Air Laut

Air Penggaraman

Air Rawa

Air Tawar Sungai

Budaya Lainnya

Hutan Bakau

Hutan Rimba

Padan Rumput

Pasir/Bukit Pasir Darat

Pasir/Bukit Pasir Laut

Perkebunan

Perumahan

Sawah

Sawah Tadah Hujan

Semak Belukar

Tegalan/Ladang

Vegetasi Non Budaya Lainnya

Batas Desa

Air Danau

Air Empang

Air Laut

Air Penggaraman

Air Rawa

Air Tawar Sungai

Budaya Lainnya

Hutan Bakau

Hutan Rimba

Padan Rumput

Pasir/Bukit Pasir Darat

Pasir/Bukit Pasir Laut

Perkebunan

Perumahan

Sawah

Sawah Tadah Hujan

Semak Belukar

Tegalan/Ladang

Vegetasi Non Budaya Lainnya

PENGERJAAN LAHAN KRISTALISASI

BURUH GARAM RAKYAT PANEN

MEMASUKKAN AIR LAUT

MESIN YODIUM

BERJALAN

Page 49: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

34

2. Keadaan Penduduk

Kecamatan Bolo dan Kecamatan Woha memiliki jumlah penduduk

terbanyak kedua dan ketiga yang ada di Kabupaten Bima, dapat dilihat kembali

pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kecamatan Bolo dan Woha Tahun 2009

No. Kecamatan Penduduk

Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Bolo 20.892 21.008 41.900

2 Woha 20.125 20.383 40.508

Sumber : BPS Kabupaten Bima 2010

Proporsi pemanfaatan potensi tenaga kerja terbesar di Desa Bontokape dan

Desa Donggobolo berada disektor pertanian, sektor jasa, sektor perdagangan,

sektor perikanan dan sektor industri kecil, di sektor industri kecil salah satunya

pada usaha garam rakyat.

3. Keadaan Petani Garam Rakyat

Luas kepemilikan lahan garam di dua desa ini rata-rata per orangnya 0,20

hektar sampai dengan 1,00 hektar dengan pemilik lahan terdiri dari para pegawai

negeri, warga sekitar dan juga pengusaha. Dalam satu musim panen bila iklim

mendukung, rata-rata para petani garam bisa mendapatkan kurang lebih 10 sampai

dengan 15 ton garam kasar.

Teknologi yang diterapkan oleh petani garam di Desa Bontokape dan Desa

Donggobolo dalam memproduksi garam, masih sangat sederhana yaitu

menggunakannya petak – petak kecil maupun berukuran sedang secara

berhubungan dengan sistem air mengalir dari petak pertama ke petak berikutnya.

Pembuatan petak-petak kecil dimaksudkan agar terjadi evaporasi/penguapan

secara berulang kali. Air laut di alirkan ke kolam pengumpul/pengendapan

dengan menggunakan kincir angin dan bila tidak ada angin menggunakan gajo

(ember).

Istilah tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau

distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau

Page 50: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

35

menyampaikan barang dari produsen ke konsumen (Mubyarto 1995). Tata niaga

di Desa Bontokape dan Desa Donggobolo terdapat dua jenis tataniaga yaitu

tataniaga darat dan tataniaga laut, yang dapat dilihat pada Gambar 11.

Tata Niaga Darat Tata Niaga Laut

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Gambar 11. Tata niaga Darat dan Tata Niaga Laut

Harga garam di Kabupaten Bima cenderung bervariasi dipengaruhi oleh

cuaca dan musim garam. Di tahun 2011 harga garam tertinggi Rp. 120.000,-

sampai dengan Rp. 150.000,- per karung isi 50 kg sampai dengan, Rp. 70.000,-

sampai dengan Rp. 90.000,- per karung isi 50 kg, yang terjadi di awal musim

yaitu satu atau dua bulan pertama pada saat para petani garam hanya memiliki

sedikit garam hasil panen awal, kemudian harga merangka turun menuju harga

terendah yaitu Rp. 3.000,- sampai dengan Rp. 5.000,- per karung isi 50 kg atau

Rp. 60,- sampai dengan Rp. 100,-per kilogramnya, terjadi di pertengahan hingga

akhir musim pada saat garam sudah sangat banyak ditingkat petani garam atau

pada saat panen raya.

Industri / Konsumen

Pedagang Garam

Pedagang Pengumpul

Petani Garam

Pemesan

Juragan Kapal

Pedagang Pengumpul

Petani Garam

Page 51: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

36

Harga yang tinggi di awal musim hanya bisa dinikmati sesaat oleh sebagian

petani garam yang sudah sangat siap dalam menyiapkan lahan produksinya

sebelum musim kemarau tiba berupa diantaranya memperbaiki kembali semua

saluran, membentuk kembali kolam-kolam pemekatan, pengkristalan, tanggul-

tanggul, memperbaiki dasar tanah, membersihkan lahan dari lumpur dan kotoran –

kotoran kolam- kolam kristalisasi, persiapan penempatan kembali mesin pompa

air (jika diperlukan), kincir angin, dan lain sebagainya.

Harga yang tinggi di awal musim tidak bisa dinikmati oleh petani garam

yang belum siap menghadapi musim kemarau, salah satu penyebabnya adalah

kondisi lahan garam yang masih dijadikan lahan tambak ikan bandeng (uta londe)

, dikarenakan petani garam di Desa Bontokape dan Desa Donggo ada yang

menggunakan sistim polikultur pada lahan tambaknya berupa pada saat musim

penghujan lahan yang ada dijadikan tambak ikan bandeng (uta londe) dan pada

saat kemarau lahan dijadikan tambak garam dalam upaya peningkatan

pendapatan.

Saat panen raya, harga garam yang berlaku ditingkat petani tidak memberi

insentif bagi petani garam. Dari kenyataan tersebut mengakibatkan tingkat

pendapatan petani garam senantiasa masih rendah.

Konsekuensi dari pendapatan yang rendah, para petani garam rakyat

tersebut tidak memiliki cadangan dana untuk dapat melakukan investasi terhadap

lahan garam yang dimiliki guna meningkatkan produktivitas maupun kualitas

garam, dapat dikatakan bahwa harga bagi petani garam merupakan sebagai

perwujudan produktivitas dan kualitas.

Konsekuensi yang lebih jauh lagi adalah pertambahan penduduk yang

menyebabkan lahan garam semakin menyempit dan perkembangan ekonomi,

semakin lama semakin besar tingkat kebutuhan hidup untuk tahun – tahun

mendatang.

Secara umum petani garam rakyat di dua desa ini sangat mengharapkan

adanya pabrik-pabrik baru yang menangani garam tumbuh di Kabupaten Bima

khususnya berada di Kecamatan Woha maupun Kecamatan Bolo sehingga para

petani garam bisa langsung menjual hasil garamnya ke pabrik garam tanpa harus

melalui pedagang pengumpul maupun pedagang garam yang membeli dengan

Page 52: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

37

harga rendah karena sampai saat ini perusahaan yang membeli garam dari petani

garam di Kabupaten Bima hanya satu perusahaan saja yaitu PD Budiono Madura,

sehingga peluang untuk memonopoli harga garam sangat terbuka lebar.

PD Budiono Madura datang membeli garam hanya pada waktu panen raya

terjadi, pada saat harga garam di tingkat petani garam rendah sehingga petani

garam terpaksa menjualnya karena takut garamnya kembali mencair, tetapi ada

juga petani garam di Desa Bontokape maupun Desa Donggobolo yang bertahan

menyimpan garamnya, berharap harga garam di tingkat petani garam membaik.

C. Karakteristik Responden

Untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan responden yang diteliti,

maka perlu dikemukakan analisis karakteristik responden yang meliputi umur

responden, pendidikan responden, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan

pengalaman kerja sebagai petani garam rakyat.

Dalam penelitian ini respondennya adalah para petani garam rakyat yang

bekerja sebagai petani garam di Desa Bontokape Kecamatan Bolo dan petani

garam di Desa Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima.

Jumlah responden yang diambil adalah 15 petani garam rakyat, 5 dari Desa

Bontokape dan 10 dari Desa Donggobolo. Dari 15 petani garam di bagi

3 kelompok berdasarkan luas lahan tambak garam yang dimiliki. Masing-masing

kelompok berjumlah 5 orang.

1. Umur Responden

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 15 responden petani garam rakyat di

Desa Bontokape dan Desa Donggobolo diketahui bahwa tingkat persentase umur

masing-masing responden sampai tahun 2011 adalah berkisar antara 30 - 60 tahun

keatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 53: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

38

Tabel 6. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur

Umur Responden

(Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

25 – 35

36 – 46

47 – 57

58 - 68

4

7

3

1

26,67

46,67

20

6,66

Jumlah 15 100

Tabel 6 diatas menunjukan lebih dari 50 persen responden berada pada usia

produktif dan dari rata-rata umur responden umur rata-ratanya adalah pada usia 45

tahun. Kelompok umur tertinggi adalah pada kelompok responden 36-46 yaitu

sebanyak 7 reponden atau 46,66 persen dan kelompok umur terkecil adalah pada

kelompok umur 58-68 yaitu sebanyak 1 responden atau 6,66 persen.

Ini menunjukan bahwa dari 15 responden sebagian besar berada pada usia

produktif, dimana pada usia ini seseorang mempunyai kemampuan yang lebih

baik dalam bertindak maupun bekerja.

Pada usia produktif ini seseorang dianggap memiliki kondisi fisik yang

prima dan mempunyai tenaga yang yang luar biasa bila dibandingkan dengan

dibawah atau diatas usia produktif. Selain ini seseorang mempunyai kemampuan

yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak untuk mengambil satu rencana atau

keputusan. Sehingga dimungkinkan seseorang bekerja secara optimal untuk

mendapatkan hasil kerja yang maksimal.

2. Pendidikan Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 15 responden, dapat

dilihat tingkat pendidikan masing-masing responden. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 7.

Page 54: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

39

Tabel 7. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Tamat SD

Tamat SMP

Tamat SLTA

Diploma/PT

9

1

5

0

60

6,67

33,33

0

Jumlah 15 100

Tabel 7 ini menggambarkan bahwa tingkat pendidikan responden masih

sangat rendah karena lebih dari 60 % responden berpendidikan SD dan SMP.

Rendahnya pendidikan ini disebabkan kondisi ekonomi masa lalu yang tidak

mendukung untuk mendapatkan pendidikan yang lama, selain itu adanya

anggapan bahwa hanya dengan tamat SD saja sudah bisa mencari uang atau

mendapatkan uang.

Seharusnya tingkat pendidikan yang rendah ini dapat diimbangi dengan

pelatihan terhadap suatu inovasi baru dan adanya penyuluhan produksi dan

manajemen yang diberikan kepada petani garam rakyat.

3. Jumlah Anggota Keluarga Responden

Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir semua petani garam rakyat

sudah berkeluarga. Jumlah anggota keluarga berkisar antara 1-10 orang,

tanggungan tersebut terdiri dari istri dan anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Tabel 8.

Page 55: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

40

Tabel 8. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Tanggungan

Jumlah anggota

keluarga Jumlah(orang) Persentase (%)

0 - 2

3 - 4

5 - 6

7 - 8

9 - 10

1

6

5

2

1

6,67

40

33,33

13,33

6,67

Jumlah 15 100

Tabel 8 menunjukan bahwa responden memiliki tanggungan yang cukup

banyak. Dari rata-rata jumlah tanggungan responden Desa Bontokape dan Desa

Donggobolo jumlah tanggungan mereka adalah memiliki 5 orang tanggungan

dalam keluarga.

Tabel 8 menunjukan kelompok tanggungan terbanyak adalah pada

kelompok tanggungan 3 - 4 yaitu 6 responden atau 40 persen dan 5 - 6 yaitu

5 responden atau 33,33 persen hal ini menunjukan banyaknya jumlah tanggungan

yang dimiliki mengandung indikasi bahwa jumlah pengeluaran untuk memenuhi

kebutuhan mereka menjadi lebih besar dibandingkan dengan mereka yang

memiliki lebih sedik tanggungan, jumlah terkecil adalah pada kelompok

tanggungan 0 - 2 dan 9 - 10 yaitu masing-masing 1 reponden atau 6,67 persen dari

keseluruhan responden.

Namun begitu tidak semua dari tanggungan tersebut menjadi tanggungan

penuh, artinya bahwa tidak semua anggota keluarga itu memiliki usia produktif,

tapi sebagian dari anggota keluarga tersbut sudah bisa bekerja atau mendapatkan

penghasilan. Dengan adanya anggota keluarga pada usia produktif ini, tenaga

kerja menjadi tersedia dari dalam keluarga tersebut. Secara tidak langsung

memiliki nilai tambah dari banyaknya anggota keluarga sehingga dapat membantu

dalam kegiatan usaha garam keluarga, baik mulai dari penyiapan lahan,

pengelolaan sampai panen dan pemasaran. Seperti yang banyak dilakukan oleh

Page 56: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

41

responden dimana mereka banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.

Namun pada umumnya, tidak semua anggota keluarga yang produktif ini dapat

membantu secara penuh kegiatan usaha pegaraman dalam keluarganya. Baik itu

yang masih melanjutkan sekolah, mendapatkan pekerjaan dalam bidang lain,

maupun yang tidak bekerja (pengangguran tersembunyi). Sehingga hal ini

menunjukan bahwa banyaknya anggota keluarga yang dimiliki responden tidak

memberikan nilai tambah dalam usaha pengaraman. Adanya kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan hidup ini berdampak besar bagi kesejateraan keluarga

responden didaerah penelitian

4. Pengalaman Bertani Garam Rakyat

Pengalaman kerja adalah salah satu faktor yang memungkinkan seseorang

untuk mencapai keberhasilan, dalam hal ini yang dimaksud adalah pengalaman

bekerja sebagai petani garam. Pengalaman kerja petani garam menunjukan berapa

lama petani bekerja pada bidang usaha pegaraman ini.

Berdasarkan hasil penelitian pengalaman responden di Desa Bontokape dan

Desa Donggobolo berkisar antara 10 - 40 tahun, untuk lebih jelas dapat dilihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Dan Persentase Responden

Menurut Pengalaman Bertani Garam

Pengalaman Bertani

Garam (tahun) Jumlah(orang) Persentase (%)

0 – 9

10 - 19

20 - 29

30 - 39

40 – 49

0

7

4

2

2

0

46,67

26,67

13,33

13,33

Jumlah 15 100

Tabel 9 memberikan informasi bahwa adanya keanekaragaman pengalaman

bertani garam yang dimiliki oleh responden sedikit banyaknya sangat dipengaruhi

oleh faktor lama atau tidaknya seseorang itu bertani garam selain itu juga

Page 57: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

42

dipengaruhi oleh adanya kefokusan pekerjaan dimana responden hanya memiliki

satu-satunya pekerjaan yaitu bertani garam rakyat.

Dari jumlah rata-rata pengalaman responden dalam bertani garam rakyat

diperoleh pengalaman bertani masyarakat Desa Bontokape yang diwakili 5

responden dan Desa Donggobolo yang diwakili 10 responden adalah selama 20

tahun bekerja. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan bertani garam ini sudah lama

mereka lakukan.

Dengan hanya fokus terhadap satu pekerjaan , secara tidak langsung seorang

petani garam akan memiliki keuletan dan ketelatenan dalam pekerjaannya yang

kemudian membentuk keahlian yang dimilikinya.

5. Responden Menurut Kepemilikan Lahan

Petani garam rakyat yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah petani

garam yang sebagian besar mengelola lahan sendiri dan sebagian kecil sebagai

petani garam bagi hasil, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Dan Persentase Responden

Menurut Kepemilikan Lahan

Pengusahaan Jumlah(orang) Persentase (%)

Petani Pemilik

Petani Bagi Hasil

12

3

80

20

Jumlah 15 100

Tabel 10 ini menggambarkan bahwa tingkat kepemilikan lahan responden

masih sangat tinggi. tingginya kepemilikan lahan ini disebabkan warisan masa

lalu.

Page 58: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

43

D. Profil Usaha Garam Rakyat

Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang dilakukan terhadap 15 petani

garam diketahui gambaran luas lahan dan bentuk petak-petak kolam penyimpanan

air, pemekatan atau penguapan hingga pengkristalan yang dikerjakan masing-

masing petani garam dan juga produksi yang dihasilkan, yang dapat dilihat pada

contoh petakan Lahan Petani Garam di Desa Bontokape dan di Desa Donggobolo

Berikut ini.

1. Petani Garam (H. Yasin).

Gambar 12. Lahan Tambak Milik H. Yasin Dengan Luas 1 Ha.

Pada Lahan tambak milik H Yasin di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan H Yasin sebagai petani garam yang telah berumur 65 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 40 tahun di Desa Donggo Bolo Kecamatan

Woha.

Page 59: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

44

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

H Yasin dilahan tambak garamnya memproduksi garam hingga 127 karung isi 50

kg atau 6,35 ton garam, hal ini disebabkan kondisi iklim yang bersahabat,waktu

persiapan lahan yang disiapkan lebih awal sebelum musim garam yaitu bulan Mei

dan kualitas air laut yang baik pada lahan tambak garam H. Yasin.

2. Petani Garam (Suhardin).

Gambar 13. Lahan Tambak Milik Suhardin Dengan Luas 0,93Ha.

Pada Lahan tambak milik Suhardin di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Suhardin sebagai petani garam yang telah berumur 42 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 15 tahun di Desa Donggo Bolo Kecamatan

Woha Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Suhardin dilahan tambak garamnya belum bisa memproduksi garam, hal ini

disebabkan waktu persiapan lahan yang sangat terlambat karena kurangnya modal

dan kurang tepat dalam mengukur kosentrasi air laut sebagai bahan baku

pembuatan garam di tiap-tiap petak dari waduk hingga ke meja kristalisasi.

Page 60: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

45

3. Petani Garam (Sayful).

Gambar 14. Lahan Tambak Milik Sayful Dengan Luas 0.9 Ha.

Pada Lahan tambak milik Sayful di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Sayful sebagai petani garam yang telah berumur 32 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 10 tahun di Desa Donggo Bolo Kecamatan

Woha Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Sayful baru menghasilkan garam 49 karung isi 50 kg atau 2,45 ton garam, hal ini

disebabkan waktu persiapan lahan yang terlambat dan sebagian luas lahan tambak

yang dimiliki Sayful kurang di maksimalkan artinya ada lahan tidur yang tidak

digunakan sebagai tempat produksi yang luasnya kurang lebih 30 are sehingga

garam yang dihasilkan tidak sebanding dengan luas lahan yang dimiliki Sayful.

Page 61: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

46

4. Petani Garam (H. M. Ali).

Gambar 15. Lahan Tambak Milik H. M. Ali Dengan Luas 0.7 Ha.

Pada Lahan tambak milik H. M. Ali di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan H. Ali sebagai petani garam yang telah berumur 53 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 35 tahun di Desa Donggo Bolo Kecamatan

Woha Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

H. M. Ali telah menghasilkan garam 214 karung isi 50 kg atau 10,7 ton garam, hal

ini disebabkan waktu persiapan lahan yang dilaksanakan sebelum musim panas

dimana curah hujan sudah mulai berkurang dan tepat dalam mengatur volume air

dan kosentrasi air laut pada masing-masing kolam dari waduk hingga ke meja

pengkristalan.

Page 62: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

47

5. Petani Garam (Aminah).

Gambar 16. Lahan Tambak Milik Aminah Dengan Luas 0.7 Ha.

Pada Lahan tambak milik Aminah di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Aminah sebagai petani garam yang telah berumur 45 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 20 tahun di Desa Donggo Bolo Kecamatan

Woha Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Aminah pada lahan tambak garam yang dimilikinya belum menghasilkan garam,

hal ini disebabkan pekerjaan dalam menyiapkan lahan tambak garamnya sampai

dengan pertengahan bulan Juli belum selesai karena kendala pendanaan untuk

membayar buruh dan baru selesai pada awal bulan Agustus tapi tidak semua luas

lahan yang dimiliki disiapkan dengan baik, Dari luas lahan 70 are yang dimiliki

Aminah, 15 are nya masih berupa kolam penyimpanan air laut dan juga sebagai

kolam ikan bandeng.

Hal lain disebabkan kondisi fisik Aminah sebagai seorang petani garam

berjenis kelamin Perempuan, karena dalam bertani garam dibutuhkan kondisi fisik

yang prima.

Page 63: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

48

6. Petani Garam (Usman Muhdar).

Gambar 17. Lahan Tambak Milik Usman Muhdar Dengan Luas 0.65 Ha.

Pada Lahan tambak milik Usman Muhdar di tahun 2011 menurut hasil

wawancara langsung dengan Usman Muhdar sebagai petani garam yang telah

berumur 46 tahun dan bekerja sebagai petani garam sekitar 20 tahun di Desa

Donggo Bolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Usman Muhdar telah memproduksi garam sebanyak 73 karung isi 50 kg atau 3,65

ton garam, hal ini disebabkan waktu persiapan lahan yang dilaksanakan sebelum

musim panas dimana curah hujan sudah mulai berkurang dan banyaknya petak

kolam pengkristalan yang dimiliki dan juga bagus dalam memprediksikan volume

air dan kosentrasi air laut pada masing-masing kolam dari waduk hingga ke meja

pengkristalan.

Page 64: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

49

7. Petani Garam (Ahmad).

Gambar 18. Lahan Tambak Milik Ahmad Dengan Luas 0.53 Ha.

Pada Lahan tambak milik Ahmad di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Ahmad sebagai petani garam yang telah berumur 45 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 18 tahun di Desa Bontokape Kecamatan

Bolo Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Ahmad dapat memproduksi garam sebanyak 280 karung isi 50 kg atau 14 ton

garam, hal ini disebabkan waktu persiapan lahan yang dilaksanakan sebelum

musim panas dimana curah hujan sudah mulai berkurang dan tepat dalam

mengatur volume air dan kosentrasi air laut pada masing-masing kolam dari

waduk hingga ke meja pengkristalan.

Dan pengaturan kolam sangat baik sehingga bahan baku terus terpenuhi

menyebabkan waktu panen yang tidak terputus .

Page 65: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

50

8. Petani Garam (Ismail Akhmad).

Gambar 19. Lahan Tambak Milik Ismail A. Dengan Luas 0.5 Ha.

Pada Lahan tambak milik Ismail Ahmad di tahun 2011 menurut hasil

wawancara langsung dengan Ismail Ahmad sebagai petani garam yang telah

berumur 40 tahun dan bekerja sebagai petani garam sekitar 20 tahun di Desa

Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Ismail Ahmad hanya dapat memproduksi garam sebanyak 7 karung isi 50 kg atau

0,35 ton garam, hal ini disebabkan perhitungan waktu persiapan lahan yang belum

tepat karena kondisi keuangan dan kurang baik dalam mengatur volume air pada

kolam pemekatan dan menetukan kosentrasi air laut pada masing-masing kolam

dari waduk hingga ke meja pengkristalan.

Page 66: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

51

9. Petani Garam (Firdaus M. Ali).

Gambar 20. Lahan Tambak Milik Firdaus M. Ali Dengan

Luas 0.45 Ha.

Pada Lahan tambak milik Firdaus di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Firdaus sebagai petani garam yang telah berumur 36 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 19 tahun di Desa Donggobolo Kecamatan

Woha Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Ismail Ahmad belum dapat memproduksi garam, hal ini disebabkan perhitungan

waktu persiapan lahan yang belum tepat karena kondisi keuangan dan kurang baik

dalam mengatur volume air pada kolam pemekatan maupun kolam pengkristalan

dan menetukan kosentrasi air laut pada masing-masing kolam dari waduk hingga

ke meja pengkristalan.

Page 67: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

52

10. Petani Garam ( Rudi).

Gambar 21. Lahan Tambak Milik Rudi Dengan Luas 0.35 Ha.

Pada Lahan tambak milik Rudi di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Rudi sebagai petani garam yang telah berumur 35 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 5 tahun di Desa Bontokape Kecamatan Bolo

Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Rudi dapat memproduksi garam sebanyak 133 karung isi 50 kg atau 6,65 ton

garam, hal ini disebabkan waktu persiapan lahan yang dilaksanakan sebelum

musim panas dimana curah hujan sudah mulai berkurang dan tepat dalam

mengatur volume air dan menetukan kosentrasi air laut pada masing-masing

kolam dari waduk hingga ke meja pengkristalan.

Page 68: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

53

11. Petani Garam (Mansyur)

.

Gambar 22. Lahan Tambak Milik Mansyur Dengan Luas 0.3 Ha.

Pada Lahan tambak milik Mansyur di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Mansyur sebagai petani garam yang telah berumur 45 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 10 tahun di Desa Bontokape Kecamatan

Bolo Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Mansyur dapat memproduksi garam sebanyak 179 karung isi 50 kg atau 8,95 ton

garam, hal ini disebabkan waktu persiapan lahan yang dilaksanakan sebelum

musim panas dimana curah hujan sudah mulai berkurang dan tepat dalam

mengatur volume air dan menetukan kosentrasi air laut pada masing-masing

kolam dari waduk hingga ke meja pengkristalan. Dan waktu panen yang cepat

karena penyimpanan bahan baku garam yang baik.

Page 69: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

54

12. Petani Garam (H. Masrun).

Gambar 23. Lahan Tambak Milik Ismail H Masrun Dengan Luas 0.24 Ha.

Pada Lahan tambak milik Ismail H. Masrun di tahun 2011 menurut hasil

wawancara langsung dengan Ismail H. Masrun sebagai petani garam yang telah

berumur 50 tahun dan bekerja sebagai petani garam sekitar 30 tahun di Desa

Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Ismail H. Masrun belum dapat memproduksi garam, hal ini disebabkan

perhitungan waktu persiapan lahan yang belum tepat karena kondisi keuangan dan

kurang baik dalam mengatur volume air dan kosentrasi air laut pada masing-

masing kolam dari waduk hingga ke meja pengkristalan dan tidak mengandalkan

pengalaman yang dimiliki.

Page 70: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

55

13. Petani Garam (H. Syamsul).

Gambar 24. Lahan Tambak Milik H. Syamsul Dengan Luas 0.2 Ha.

Pada Lahan tambak milik H. Syamsul di tahun 2011 menurut hasil

wawancara langsung dengan H. Syamsul sebagai petani garam yang telah

berumur 50 tahun dan bekerja sebagai petani garam sekitar 25 tahun di Desa

Bontokape Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

H, Syamsul dapat memproduksi garam sebanyak 228 karung isi 50 kg atau 11,4

ton garam, hal ini disebabkan waktu persiapan lahan yang dilaksanakan sebelum

musim panas dimana curah hujan sudah mulai berkurang dan tepat dalam

mengatur volume air dan kosentrasi air laut pada masing-masing kolam dari

waduk hingga ke meja pengkristalan. Dan waktu panen yang cepat karena

penyimpanan bahan baku garam yang baik.

Page 71: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

56

14. Petani Garam (Yusuf).

Gambar 25. Lahan Tambak Milik Yusuf Dengan Luas 0.2 Ha.

Pada Lahan tambak milik Yusuf di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Yusuf sebagai petani garam yang telah berumur 35 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 17 tahun di Desa Bontokape Kecamatan

Bolo Kabupaten Bima.

Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus.

Yusuf dapat memproduksi garam sebanyak 182 karung isi 50 kg atau 9,1 ton

garam, hal ini disebabkan waktu persiapan lahan yang dilaksanakan sebelum

musim panas dimana curah hujan sudah mulai berkurang dan tepat dalam

mengatur volume air dan kosentrasi air laut pada masing-masing kolam dari

waduk hingga ke meja pengkristalan. Dan waktu panen yang cepat karena

penyimpanan bahan baku garam yang baik dan optimal dalam menggunakan

lahan.

Page 72: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

57

15. Petani Garam (Ridwan).

Gambar 26. Lahan Tambak Milik Ridwan Dengan Luas 0.2 Ha.

Pada Lahan tambak milik Ridwan di tahun 2011 menurut hasil wawancara

langsung dengan Ridwan sebagai petani garam yang telah berumur 35 tahun dan

bekerja sebagai petani garam sekitar 10 tahun di Desa Donggobolo Kecamatan

Woha Kabupaten Bima.

Sedangkan di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua

bulan Agustus. Ridwan hanya dapat memproduksi garam sebanyak 4 karung isi

50 kg atau 0,2 ton garam , hal ini disebabkan perhitungan waktu persiapan lahan

yang belum tepat karena kondisi keuangan dan kurang baik dalam mengatur

volume air dan kosentrasi air laut pada masing-masing kolam dari waduk hingga

ke meja pengkristalan dan sedikitnya petak kolam pengkristalan yang dimiliki

Ridwan.

Page 73: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

58

Berdasarkan perhitungan produktivitas yang dilakukan terhadap 15 petani

garam di Desa Bontokape dan di Desa Donggobolo diketahui contoh petakan

Lahan yang terbaik yaitu lahan tambak milik H. Syamsul dengan luas 0,2 hektar

yang dapat memproduksi garam 57 ton/hektar. Hasil ini melebihi hasil produksi

dari 14 petani garam lainnya.

E. Analisis Produktivitas, Mutu, dan Kinerja Finansial Usaha Petani

Garam Rakyat.

1. Produktivitas

Data produksi petani garam pada penelitian ini secara lengkap dapat dilihat

pada lampiran 3.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap petani garam

diketahui bahwa produktivitas rata-rata berdasarkan data pada lampiran 3 adalah

seperti terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kelompok Petani Garam Menurut Luas Lahan dan Produktivitas

K elompok Luas

Lahan (Ha)

Rata-rata Luas

Lahan (Ha)

Produktivitas Rata-

rata Ton/Ha.

≥ 0,70

0,31 - 0,69

0,20 - 0,30

0,85

0,50

0,23

8.12

12.93

33.33

Dari Tabel 11 terlihat bahwa luas lahan tidak di ikuti dengan tingginya

produktivitas justru produktivitas yang rendah, dihasilkan oleh lahan yang lebih

luas

Hasil analisis keragaman (Anova) yang terdapat pada Lampiran 2.

menunjukan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap produktivitas. Hal ini

berarti Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan produktivitas pada luas lahan

yang berbeda.

Page 74: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

59

Dari pengamatan di lokasi ternyata yang lebih berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya produktivitas usaha petani garam di Desa Bontokape Kecamatan Bolo

dan Desa Donggobolo Kecamatan Woha adalah mutu bahan baku air laut dan

kesiapan lahan petani garam dalam memproduksi garam yang tepat waktu yaitu

pada saat di awal musim garam di Kabupaten Bima.

Pada umumnya petani garam yang tidak siap pada waktu musim garam

datang disebabkan mereka terlalu memaksakan panen ikan bandeng sesuai waktu

panen. Pada umumnya petani garam di Desa Bontokape Kecamatan Bolo dan

Desa Donggobolo Kecamatan Woha menganut sistem Polikultur. Produktivitas

rata-rata di Desa Bontokape Kecamatan Bolo adalah 35,55 Ton/Hektar.

Produktivitas rata-rata di Desa Donggobolo Kecamatan Woha adalah

5,28 Ton/Hektar.

2. Mutu

Mutu garam rakyat yang baik banyak ditentukan oleh kualitas air laut

karena berpengaruh terhadap proses penguapan larutan garam dan kristalisasi

partikel-partikel garam.

Air laut yang rata – rata sudah dua hari didiamkan dari tanggal 25 Juli 2011

sampai dengan tanggal 27 Juli 2011, pada 10 (sepuluh) kolam pemekatan milik 10

(sepuluh) petani garam dari 15 (lima belas) petani garam yang menjadi sampel

penelitian, diamati dengan menggunakan dua cara pengamatan, yaitu secara

secara teknis dan secara analisis.

a. Konsentrasi dan kadar garam air laut

Pengamatan secara teknis dilakukan pada air laut yang telah didiamkan di

kolam pemekatan selama 2 (dua) hari dengan menggunakan alat pengukur yang

telah ditentukan yaitu dengan Baume meter. Gambar alat pengukur Baume meter

dapat dilihat pada Lampiran 7.

Dalam hal ini yang diukur adalah konsentrasi air laut, standar derajat

kepekatan air laut yang baik untuk pengkristalan menurut survei adalah 25o Be

sampai dengan 29o Be dan persentase kadar garam. Hasilnya selengkapnya pada

Tabel 12

Page 75: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

60

Tabel 12. Konsentrasi Air Laut Dan

% Kadar Garam per 10 ml Air Laut Milik Petani Garam

No Petani Garam Konsentrasi

Air Laut

Luas

Lahan

Ha.

oBe

(Derajat

kepekatan

suatu

larutan)

% Kadar

Garam Total

per 10 ml Air

Sampel

1. H.Yasin - Kec.Woha 1.00 27 35.71

2. Saiful - Kec.Woha 0.90 25 35.40

3. H.M Ali - Kec.Woha 0.70 26 35.54

4. Usman - Kec.Woha 0.65 25 36.08

5. Ahmad - Kec.Bolo 0.53 27 39.48

6. Ismail – Kec. Woha 0.50 16 19.47

7. Rudi - Kec.Bolo 0.35 25 27.18

8. Mansur - Kec.Bolo 0.30 24 35.86

9. Yusuf - Kec.Bolo 0.20 27 35.41

10. H.Samsul - Kec.Bolo 0.20 27 39.27

Sumber : Hasil survei, dan Lab.Uji Stasiun Karantina Ikan Kelas II M Salahudin Bima 2011

Page 76: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

61

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden diketahui

bahwa kadar garam rata-rata berdasarkan data 9 petani garam pada tabel 12 adalah

seperti terlihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Kelompok Petani Garam Menurut Luas Lahan dan Kadar Garam

Kelompok Luas Lahan

(Ha)

Rata-rata Luas

Lahan (Ha)

Kadar Garam

Rata-rata (%)

1

2

3

≥ 0,70

0,31 - 0,69

0,20 - 0,30

0,85

0,50

0,23

35.55

34.24

36.84

Dari Tabel 13 terlihat bahwa tinggi atau rendahnya luas lahan tidak di ikuti

dengan perbedaan yang nyata terhadap kandungan kadar garamnya.

Hasil analisis keragaman (Anova) yang terdapat pada Lampiran 2,

menunjukan bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap kadar garam. Hal ini

berarti Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan kadar garam per 10 ml air laut

pada luas lahan yang berbeda.

Dari pengamatan di lokasi diketahui bahwa hal ini disebabkan pada

kenyataannya sumber bahan baku diambil dari tempat yang sama yaitu Teluk

Bima dan ternyata yang lebih berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kadar

garam petani garam di Desa Bontokape Kecamatan Bolo dan Desa Donggobolo

Kecamatan Woha adalah cara mengolah lahan tambak garam dengan baik.

Misalnya lahan tambak garam yang sebelumya digunakan sebagai lahan tambak

ikan bandeng harus benar benar dibersihkan dari lumut, galengan-galengan pada

lahan tambak harus baik sehingga air laut yang kosentrasi 0Be sudah baik dan

siap untuk di kristalkan tidak rusak karena bocoran air tawar melalui galengan

dari tambak disebelah yang mungkin masih bertambak ikan bandeng.

Page 77: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

62

b. Analisis fisika dan kimia air laut

Pengamatan secara analisis dengan fisika dan kimia sebagai parameter

ujinya di laboratorium uji Stasiun Karantina Ikan Kelas II M. Salahudin Bima

hasilnya selengkapnya pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Analisa Kualitas Sampel Air Laut

Nama Petani Garam

LokasiDesa, Keca

matan

FISIKA KIMIA

Suhu TDS DO

pH

Salinitas Fe Na2SO3 Cl

(oC) (ppm) (mg/I) (ppt) (ppm) (ppm) (ppm)

1. Ahmad

Bonto kape, Bolo

28.75 60 0.43 7.23 70 0 4 0

2. Yusuf

Bonto kape, Bolo

28.02 60 0.45 7.39 70 0 8 0

3. Mansur

Bonto kape, Bolo

28.19 60 0.43 7.31 70 3.75 10 0

4. H.Samsul

Bonto kape, Bolo

28.01 60 0.46 7.28 70 3.75 10 0

5. Rudi

Bonto kape, Bolo

28.52 60 0.43 7.47 70 0 2 0.5

6. H.Yasin

Donggobolo, Woha

28.44 60 0.40 7.48 70 0 8 0.5

7. Saiful

Donggobolo, Woha

28.34 60 0.46 7.56 70 0 6 1.0

8. Ismail

Donggobolo, Woha

28.04 60 0.41 8.03 70 0 6 2.5

9. Usman

Donggobolo, Woha

28.55 60 0.41 7.55 70 0 6 0.5

10.H.M Ali

Donggobolo, Woha

28.59 60 0.43 7.47 70 0 6 0.5

Sumber : Lab.Uji Stasiun Karantina Ikan Kelas II M Salahudin Bima

Page 78: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

63

Keterangan :

1. Suhu menunjukkan derajat panas benda. temperatur yang diukur dengan

termometer Celsius

2. TDS (Total Dissolve Solid) yaitu jumlah zat padat yang terlarut dalam air/

ukuran tingkat kekeruhan air. dalam Part Per Million (PPM) DO

(Dissolved Oxygen) yaitu kadar oksigen terlarut dalam milligram per

Oksigen (mg/I)

3. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.

4. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air,

dinyatakan dalam “bagian perseribu” (parts per thousand , ppt).

5. Fe (Ferrum) adalah unsur besi

6. Na2SO3 adalah Natrium sulfit adalah natrium yang dapat larut dalam air

7. Cl (Klorin) adalah unsur pembentuk garam

Gambaran Mutu garam rakyat yang dihasilkan oleh petani garam rakyat, di

ambil dari 3 petani garam yang memiliki luas lahan tambak yang berbeda,

1 petani garam di Desa Bontokape Kecamatan Bolo dan 2 petani garam di Desa

Donggobolo Kecamatan Woha dengan pengujian secara visual dan analisis dapat

dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Pengujian Mutu Garam Rakyat

Nama Petani Garam

Luas Lahan

Ha.

Lokasi Desa,

Kecamatan

Kadar NaCl (%)

Warna Diameter Kristal

Ridwan

0,20 Ha.

Donggobolo,

Woha 91,35% Putih Keruh < 5 mm

H. Yasin

1,00 Ha.

Donggobolo,

Woha

82,48%

Putih Keruh < 5 mm

Ahmad

0,53 Ha.

Bontokape,

Bolo 78,71 % Putih Keruh < 5 mm

Sumber : Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Jakarta.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Page 79: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

64

Dari Tabel 15, dapat dilihat bahwa hasil uji lab kadar NaCl garam tiga

petani dari lima belas petani garam adalah 78,71% - 91,35%. Dari tabel 15 juga

terlihat bahwa kadar garam yang dihasilkan petani di Desa Donggobolo

Kecamatan Woha lebih tinggi dibandingkan kadar garam yang dihasilkan petani

di Desa Bontokape Kecamatan Bolo. Dengan demikian pada saat ini petani garam

di Desa Bontokape dan Desa Donggobolo belum mampu menghasilkan kualitas

garam yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tidak dapat bersaing

dengan garam impor. Kualitas garam yang dihasilkan oleh petani garam di Desa

Bontokape dan Desa Donggobolo memiliki kadar NaCl di bawah 94%,

sedangkan garam konsumsi harus memenuhi kadar NaCl tidak kurang dari 94 %

untuk garam kelas dua, tidak boleh rendah dari 97% untuk garam kelas satu dan

garam industri diatas 99%.

3. Kinerja Finansial Usaha Petani Garam Rakyat

1. Pendapatan

Harga produksi garam di Kabupaten Bima berbeda-beda dipengaruhi oleh

cuaca dan musim garam. Padahal garam bukan merupakan komoditas yang

mudah busuk, tetapi dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama, sehingga

seharusnya harga garam relatif lebih stabil dibanding harga komoditas pertanian.

Selain dari itu petani garam di Kabupaten Bima khususnya di Desa

Bontokape dan Desa Donggobolo tidak bisa menaikkan posisi tawar harga karena

ketidaktahuannya mengenai mutu garam dan tidak banyaknya pembeli tetap.

Masalah lain yang mempengaruhi harga garam rendah yaitu para petani garam di

Desa Bontokape maupun Desa Donggobolo sebagian besar tidak memiliki tempat

penyimpanan garam yang layak. Penerimaan usaha petani garam adalah perkalian

antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Dalam penelitian ini peneliti menghitung penerimaan usaha garam rakyat

dengan memperhatikan yaitu 1. proses produksi usaha garam yang dapat dipanen

beberapa kali sehingga tidak semua produksi garam antar responden dapat

dipanen secara serentak.artinya dalam satu bulan produksi tiap responden

berbeda-beda kemudian 2. Produksi mungkin dijual dalam beberapa kali dengan

harga jual yang berbeda-beda.

Page 80: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

65

Sehingga untuk mempermudah perhitungan dibuat data frekuensi produksi

dan data frekuensi penjualan terhadap 15 responden yang ada di Desa

Donggobolo dan Desa Bontokape per 1 Juni sampai dengan 14 Agustus 2011,

yang ditampilkan pada beberapa tabel yang dapat dilihat pada lampiran 3.

Pada kenyataannya 4 dari 15 petani garam sampai dengan pertengahan

bulan Agustus pada lahan tambaknya hasil produksinya sangat sedikit kurang dari

10 Kg. Hal ini disebabkan keterlambatan petani garam dalam penyiapan lahan

tambak garam serta mutu bahan baku yang kurang baik dan 1 petani garam pada

lahan tambaknya hasil produksi 350 Kg tapi hingga pertengahan bulan Agustus

hasil produksinya belum terjual, sehingga perhitungan penerimaan hanya 10

petani garam yang dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 .Total Perhitungan Penerimaan Usaha Petani garam Per Hektar

Desa Donggobolo Kecamatan Woha dan Desa Bontokape Kecamatan Bolo

Per 1 Juni s/d 14 Agustus Tahun 2011

Petani Garam Lokasi Desa, Kecamatan

Luas Lahan (Ha)

TR/Ha.

Kelompok 1

1. H.Yasin Donggobolo, Woha 1,00 2.695.000,-

2. Saiful Donggobolo, Woha 0,90 1.390.000,-

3. H.M Ali Donggobolo, Woha 0,70 5.664.286,-

Kelompok 2

1. Usman Donggobolo, Woha 0,65 81,538,-

2. Ahmad

Bontokape, Bolo 0,53 15.924.528,-

3. Rudi

Bontokape, Bolo 0,35 8.485.714,-

Kelompok 3 1. Mansur

Bontokape, Bolo 0,30 8.400.000,-

2. H.Samsul

Bontokape, Bolo 0,20 43.300.000,-

3. Yusuf

Bontokape, Bolo 0,20 20.250.000,-

4. Ridwan

Donggobolo, Woha 0,20 265.000,-

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Perhektar usaha petani garam dari Tabel 16 terlihat bahwa penerimaan

tertinggi berturut – turut diperoleh oleh H. Samsul (Rp. 43.300.000,-), Yusuf (Rp.

Page 81: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

66

20.250.000,-) dan Ahmad (Rp. 15.924.528,-). Kesemua petani garam dengan

penerimaan tertinggi tersebut terdapat di Desa Bontokape Kecamatan Bolo. Hal

ini mungkin disebabkan faktor kesiapan lahan petani garam di Desa Bontokape

dalam memproduksi garam tepat waktu yaitu pada saat bulan Juni di awal musim

kemarau tahun 2011 di Kabupaten Bima dan faktor lokasi bahan baku (air laut) di

Desa Bontokape yang berada di pertengahan Teluk Bima di bandingkan lokasi

bahan baku di Desa Donggobolo yang berada tepat di bawah Teluk Bima.

Perhitungan pengeluaran usaha petani garam rakyat menurut responden di

Desa Bontokape Kecamatan Bolo dan Desa Donggobolo Kecamatan Woha,

secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5.

Pengeluaran usaha petani garam berdasarkan luas lahan per hektar sampai

dengan pertengahan bulan Agustus dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 . Pengeluaran Per Hektar Usaha Petani garam

Per 1 Juni s/d 14 Agustus Tahun 2011

Petani Garam Luas Lahan

(Ha) TC /Ha.

Kelompok 1

1. H.Yasin Kec.Woha 1.00 763.000

2. Saiful Kec.Woha 0.90 1.512.778

3. H.M Ali Kec.Woha 0.70 1.077.143

Kelompok 2

1. Usman Kec.Woha 0.65 1.173.077

2. Ahmad Kec.Bolo 0.53 1.132.075

3. Rudi Kec.Bolo 0.35 5.957.143

Kelompok 3

1. Mansur Kec.Bolo 0.30 1.666.667

2. H.Samsul Kec.Bolo 0.20 2.500.000

3. Yusuf Kec.Bolo 0.20 2.500.000

4. Ridwan Kec.Woha 0.20 2.590.000

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 201

Page 82: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

67

Hasil perhitungan pendapatan 10 responden yang ada di Desa Donggobolo

Kecamatan Woha dan Desa Bontokape Kecamatan Bolo per 1 Juni sampai dengan

14 Agustus 2011, ditampilkan pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Perhitungan Pendapatan Per Hektar Usaha Petani garam

Desa Donggobolo Kecamatan Woha dan Desa Bontokape Kecamatan Bolo

Per 1 Juni s/d 14 Agustus Tahun 2011

Petani Garam

Luas

Lahan

(Hektar)

Penerimaan/

Hektar Biaya/Hektar

Pendapatan/

Hektar

Kelompok 1

1. H.Yasin

Kec.Woha 1,00 2.695.000,- 763.000,- 1.932.000,-

2. Saiful

Kec.Woha 0,90 1.390.000,- 1.512.778,- (122.778,-)

3. H.M Ali

Kec.Woha 0,70 5.664.286,- 1.077.143,- 4.587.143,-

Kelompok 2

1. Usman

Kec.Woha 0,65 81,538,- 1.173.077,- (1.091.538,-)

2. Ahmad

Kec.Bolo 0,53 15.924.528,- 1.132.075,- 14.792.453,-

3. Rudi

Kec.Bolo 0,35 8.485.714,- 5.957.143,- 2.528.571,-

Kelompok 3

1. Mansur

Kec.Bolo 0,30 8.400.000,- 1.666.667,- 6.733.333,-

2. H.Samsul

Kec.Bolo 0,20 43.300.000,- 2.500.000,- 40.800.000,-

3. Yusuf

Kec.Bolo 0,20 20.250.000,- 2.500.000,- 17.750.000,-

4. Ridwan

Kec.Woha 0,20 265.000,- 2.590,000,- (2.325.000,-)

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Dari tabel 18, terlihat bahwa petani garam dengan perolehan pendapatan

tertinggi per Ha. adalah H. Samsul (Rp. 40.800.000,-), Yusuf (Rp. 17.750.000,-)

dan Ahmad (Rp. 14.792.453,-) yang kesemuanya berlokasi di Desa Bontokape

Kecamatan Bolo. Kecenderungan ini sama dengan data penerimaan. Beberapa

petani garam di Desa Donggobolo Kecamatan Woha bahkan merugi. Fakta ini

menguatkan bahwa faktor lokasi dan kesiapan petani mengusahakan garam sangat

Page 83: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

68

penting. Pendapatan rata-rata petani garam menurut kelompok luas lahan adalah

seperti terlihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Kelompok Petani Garam Menurut Luas Lahan dan Pendapatan

Kelompok Luas Lahan (Ha) Rata-rata Luas

Lahan (Ha)

Pendapatan

Rata-rata (Rp).

1

2

3

≥ 0,70

0,31 - 0,69

0,20 - 0,30

0,85

0,50

0,23

2.132.121,-

5.409.828,-

15.738.583,-

Dari Tabel 19 terlihat bahwa peningkatan luas lahan tidak di ikuti dengan

tingginya pendapatan. Data bahkan menunjukan bahwa petani garam dengan

lahan yang semakin luas memperoleh pendapatan lebih rendah.

Hasil analisis keragaman (Anova) yang terdapat pada Lampiran 2, dapat

diketahui bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap pendapatan. Hal ini berarti

Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan pendapatan pada luas lahan yang

berbeda. Dari pengamatan di lokasi ternyata yang lebih berpengaruh terhadap

tinggi rendahnya pendapatan usaha petani garam di Desa Bontokape dan Desa

Donggobolo adalah mutu bahan bakunya yaitu air laut di lihat dari cepatnya air

laut tersebut menjadi kristal garam dan kesiapan lahan petani garam dalam

memproduksi garam tepat waktu yaitu. Dalam hal ini, petani garam di Desa

Bontokape, Kecamatan Bolo, kesiapan lahan pada waktu yang tepat yaitu pada

bulan juni (awal musim kemarau). Pendapatan rata-rata per hektar petani garam

dari 5 petani garam di Desa Donggobolo Kecamatan Woha adalah Rp. 595,965,-

sedangkan pendapatan rata-rata per hektar petani garam di Desa Bontokape

Kecamatan Bolo dari 5 petani garam adalah Rp. 16.520.871,-. Perbedaan

pendapatan rata-rata per hektar petani garam di kedua lokasi tersebut sangat jauh.

Page 84: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

69

2. R/C ratio Usaha Garam Rakyat

Analisis Return Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan (ratio atau

nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost) dengan kriteria keputusan :

1. R / C > 1, Usaha petani garam rakyat untung

2. R / C < 1, Usaha petani garam rakyat rugi

3. R / C = 1, Usaha petani garam rakyat impas (tidak untung/tidak rugi)

Hasil perhitungan R/C ratio 10 responden ditampilkan pada Tabel 20.

Tabel 20 .R/C Ratio Usaha Petani garam

Per 1 Juni s/d 14 Agustus Tahun 2011

Petani Garam Luas Lahan

Ha. Penerimaan Biaya

Hasil Analisis

Kesimpulan

1. H.Yasin 1,00 2.695.000,- 763.000,- 3,53 Untung

2. Saiful 0,90 1.390.000,- 1.512.778,- 0,92 Rugi

3. H.M Ali 0,70 5.664.286,- 1.077.143,- 5,26 Untung

4. Usman 0,65 81,538,- 1.173.077,- 0,07 Rugi

5. Ahmad

0,53 15.924.528,- 1.132.075,- 14,07 Untung

6. Rudi

0,35 8.485.714,- 5.957.143,- 1,42 Untung

7. Mansur

0,30 8.400.000,- 1.666.667,- 5,04 Untung

8. H.Samsul

0,20 43.300.000,- 2.500.000,- 17,32 Untung

9. Yusuf

0,20 20.250.000,- 2.500.000,- 8,10 Untung

10. Ridwan

0,20 265.000,- 2.590,000,- 0,10 Rugi

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Dari Tabel 20, terlihat bahwa dari 10 petani garam, 7 petani garam yang

R/C ratio usaha diatas angka 1 sehingga telah meraih untung. Petani garam yang

R/C ratio usahanya dibawah angka 1 sebanyak 3 orang yang kesemuanya

berlokasi di Desa Donggobolo Kecamatan Woha. R/C ratio rata-rata petani

garam menurut kelompok luas lahan adalah seperti terlihat pada Tabel 21.

Page 85: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

70

Tabel 21. Kelompok Petani Garam Menurut Luas Lahan dan R/C ratio

Kelompok Luas Lahan (Ha)

Rata-rata

Luas Lahan

(Ha)

R/C ratio

Rata-rata (%)

1

2

3

≥ 0,70

0,31 - 0,69

0,20 - 0,30

0,85

0,50

0,23

3.2367

5.2333

10.1533

Dari Tabel 21 terlihat bahwa tingginya luas lahan tidak di ikuti dengan

tingginya R/C ratio.

Dari hasil analisis keragaman (Anova) pada Lampiran 2, dapat diketahui

bahwa luas lahan tidak berpengaruh terhadap R/C ratio. Hal ini berarti Ho

diterima yaitu tidak terdapat perbedaan R/C ratio pada luas lahan yang berbeda.

Dari pengamatan di lokasi pada umumnya (7 petani garam) menunjukan bahwa

R/C ratio yang diperoleh lebih besar dari 1 dan hanya 3 petani garam yang R/C

ratio kurang dari 1. Ketiga petani garam yang R/C usahanya kurang dari 1

berlokasi di Desa Donggobolo Kecamatan Woha.

Page 86: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

71

5. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis kinerja non finansial (produktivitas dan mutu) dan kinerja

finansial usaha petani garam rakyat dapat disimpulkan bahwa :

1. Produktivitas rata-rata petani garam di Desa Bontokape Kecamatan Bolo

dan Desa Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima Nusa Tenggara

Barat pada penelitian ini 8,12 – 33,33 ton/hektar. Produktivitas petani

garam ini tidak terpengaruh oleh luas lahan.

2. Mutu garam rakyat dilihat dari aspek kadar garam berkisar antara

35,55 – 36,48 %. Kadar garam air laut dengan besaran tersebut

menghasilkan garam dengan kadar NaCl 84,14%, warna putih keruh dan

diameter kristalnya < 5 mm. Mutu garam dengan karakteristik tersebut

masih belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

3. Pendapatan per hektar petani garam di Desa Bontokape Kecamatan Bolo

dan Desa Donggobolo Kecamatan Woha berkisar antara - Rp. 2.325.000,-

sampai dengan Rp. 40.800.000,-. Luas lahan tidak berpengaruh terhadap

besarnya pendapatan. Pendapatan per hektar petani garam di Desa

Bontokape Kecamatan Bolo pada umumnya jauh lebih tinggi

dibandingkan petani garam di Desa Donggobolo Kecamatan Woha.

4. Dari 10 petani garam yang diteliti di kedua lokasi, ada 7 petani garam

yang R/C ratio usahanya di atas 1 (untung) dan 3 lainnya di bawah 1

(rugi).

Page 87: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

72

B. Saran

1. Petani garam rakyat di Desa Bontokape Kecamatan Bolo dan Desa

Donggobolo Kecamatan woha perlu di bina oleh instansi terkait agar :

a. Dapat menyiapkan lahan tambak garam lebih baik sebelum musim

kemarau tiba.

b. Melakukan intensifikasi pengusahaan lahan tambak garam antara lain

dengan membuat galengan yang lebih baik, pemadatan dasar kolam

serta memperbaiki cara pemekatan dan pengkristalan.

2. Perlu diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan kinerja

finansial pengusahaan garam rakyat di luar luas lahan seperti lokasi, cara

pengolahan mutu bahan baku (air laut) dan sebagainya.

Page 88: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

73

DAFTAR PUSTAKA

Agusyana, Yus. 2011. Olah Data dengan SPSS 19. Jakarta: Alex Media

Komputindo.

Bloom, Paul dan Louise Boone. 2006. Strategi Pemasaran Produk. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Daniel, Moehar. 1996. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara

Davis, John. 2006. Alat Ukur Kuantitatif dan Kualitatif UntukMengevaluasi

Kesuksesan Pemasaran. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Ed ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2004. Pengembangan Model

Percontohan Dan Pembinaan IKM Garam Rakyat Dan Garam Konsumsi.

Jakarta: Dirjen IDKM.

Departemen Perindustrian, Penyuluh Perindustrian. 2006. Pedoman Produksi

Dalam Rangka Penerapan Manajemen Mutu Lahan Garam. Jakarta:

Direktorat Industri Kimia Hilir.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 1999. Pengembangan Usaha

Pegaraman Rakyat Di Indonesia. Jakarta: Dirjen IKAH.

Fahmi, Irham. 2010. Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Kadarisman, Darwin. 2010. Konsep dan Prinsip Mutu. Bogor: PS MPI.

Kadarisman, Darwin. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor: IPB

Press.

Kementerian Kelautan dan Perikanan,Dirjen KP3K. 2010. Pedoman

Pengembangan Jasa Kelautan. Jakarta: Direktorat Pesisir dan Lautan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dirjen KP3K. 2011. Pemberdayaan Usaha

Garam Rakyat. Jakarta: Direktorat PMP.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Ed ke-3. Jakarta: LP3ES.

Partanto, Pius dan Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arkola.

Purwanto, Agus. 2007. Panduan Laboratorium Statistik Inferensial. Jakarta:

PT. Gasindo.

Rahim, Abd dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2008. Pengantar Teori dan Kasus

Ekonomi Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya.

Simanjuntak, Payaman. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sinungan, Muchdarsyah. 2009. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi

Aksara.

Page 89: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

74

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

ALFABETA.

Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: ANDI.

Supranto. 2002. Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2011. Dasar – Dasar Manajemen Mutu. Jakarta:

Harvarindo.

Page 90: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

75

LAMPIRAN

Page 91: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

76

Lampiran 1. Data Iklim Kabupaten Bima

Page 92: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

77

Lanjutan Lampiran 1

Page 93: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

78

Lanjutan Lampiran 1

Page 94: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

79

Lanjutan Lampiran 1

Page 95: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

80

Lanjutan Lampiran 1

Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus – Oktober Tahun 2011

Page 96: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

81

Lanjutan Lampiran 1

Sumber : Stasiun Meteorologi Sultan M. Salahuddin Bima

Page 97: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

82

Lampiran 2 Hasil Uji Anova

Oneway (Produktivitas)

Between-Subjects Factors

Value Label N

Luas Lahan Per Hektar 0.2 3

0.3 1

0.35 1

0.5 1

0.53 1

0.65 1

0.7 1

0.9 1

1 1

Kelompok 1 Kelompok 1 3

2 Kelompok 2 4

3 Kelompok 3 4

Page 98: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

83

Lanjutan Lampiran 2

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Hasil Produksi (Ton/Ha)

Luas

Lahan

Per

Hektar Kelompok Mean Std. Deviation N

0.2 Kelompok 3 34.5000 29.57617 3

Total 34.5000 29.57617 3

0.3 Kelompok 3 29.8300 . 1

Total 29.8300 . 1

0.35 Kelompok 2 19.0000 . 1

Total 19.0000 . 1

0.5 Kelompok 2 .7000 . 1

Total .7000 . 1

0.53 Kelompok 2 26.4200 . 1

Total 26.4200 . 1

0.65 Kelompok 2 5.6200 . 1

Total 5.6200 . 1

0.7 Kelompok 1 15.2900 . 1

Total 15.2900 . 1

0.9 Kelompok 1 2.7200 . 1

Total 2.7200 . 1

1 Kelompok 1 6.3500 . 1

Total 6.3500 . 1

Total Kelompok 1 8.1200 6.46923 3

Kelompok 2 12.9350 11.85796 4

Kelompok 3 33.3325 24.26147 4

Total 19.0391 18.96132 11

Page 99: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

84

Lanjutan Lampiran 2

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Hasil Produksi (Ton/Ha)

F df1 df2 Sig.

1.075 8 2 .567

Tests the null hypothesis that the error variance of

the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Luas_lahan + Kelompok

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Hasil Produksi (Ton/Ha)

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1845.818a 8 230.727 .264 .931

Intercept 2895.190 1 2895.190 3.310 .210

Luas_lahan 521.892 6 86.982 .099 .988

Kelompok .000 0 . . .

Error 1749.500 2 874.750

Total 7582.675 11

Corrected Total 3595.318 10

a. R Squared = .513 (Adjusted R Squared = -1.433)

Page 100: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

85

Lanjutan Lampiran 2

Post Hoc Tests

Kelompok Multiple Comparisons

Dependent Variable:Hasil Produksi (Ton/Ha)

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD Kelompok 1 Kelompok 2 -4.8150 22.58918 .976 -137.8823 128.2523

Kelompok 3 -25.2125 22.58918 .594 -158.2798 107.8548

Kelompok 2 Kelompok 1 4.8150 22.58918 .976 -128.2523 137.8823

Kelompok 3 -20.3975 20.91351 .657 -143.5939 102.7989

Kelompok 3 Kelompok 1 25.2125 22.58918 .594 -107.8548 158.2798

Kelompok 2 20.3975 20.91351 .657 -102.7989 143.5939

Bonferroni Kelompok 1 Kelompok 2 -4.8150 22.58918 1.000 -177.5952 167.9652

Kelompok 3 -25.2125 22.58918 1.000 -197.9927 147.5677

Kelompok 2 Kelompok 1 4.8150 22.58918 1.000 -167.9652 177.5952

Kelompok 3 -20.3975 20.91351 1.000 -180.3609 139.5659

Kelompok 3 Kelompok 1 25.2125 22.58918 1.000 -147.5677 197.9927

Kelompok 2 20.3975 20.91351 1.000 -139.5659 180.3609

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 874.750.

Homogeneous Subsets

Hasil Produksi (Ton/Ha)

Kelompok N

Subset

1

Tukey HSDa Kelompok 1 3 8.1200

Kelompok 2 4 12.9350

Kelompok 3 4 33.3325

Sig. .582

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 874.750. a. Uses

Harmonic Mean Sample Size = 3.600.

Page 101: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

86

Lanjutan Lampiran 2

Oneway (Kadar Garam)

Descriptives

% Kadar Garam per 10ml air laut

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Min. Max. Lower Bound Upper Bound

Kelompok 1 3 35.5500 .15524 .08963 35.1644 35.9356 35.40 35.71

Kelompok 2 3 34.2467 6.35164 3.66712 18.4683 50.0250 27.18 39.48

Kelompok 3 3 36.8467 2.11069 1.21861 31.6034 42.0899 35.41 39.27

Total 9 35.5478 3.53173 1.17724 32.8330 38.2625 27.18 39.48

Test of Homogeneity of Variances

% Kadar Garam per 10ml air laut

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.526 2 6 .031

ANOVA

% Kadar Garam per 10ml air laut

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 10.140 2 5.070 .339 .725

Within Groups 89.645 6 14.941

Total 99.785 8

Page 102: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

87

Lanjutan Lampiran 2

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable:% Kadar Garam per 10ml air laut

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD Kelompok 1 Kelompok 2 1.30333 3.15603 .912 -8.3802 10.9869

Kelompok 3 -1.29667 3.15603 .912 -10.9802 8.3869

Kelompok 2 Kelompok 1 -1.30333 3.15603 .912 -10.9869 8.3802

Kelompok 3 -2.60000 3.15603 .703 -12.2836 7.0836

Kelompok 3 Kelompok 1 1.29667 3.15603 .912 -8.3869 10.9802

Kelompok 2 2.60000 3.15603 .703 -7.0836 12.2836

Bonferroni Kelompok 1 Kelompok 2 1.30333 3.15603 1.000 -9.0720 11.6787

Kelompok 3 -1.29667 3.15603 1.000 -11.6720 9.0787

Kelompok 2 Kelompok 1 -1.30333 3.15603 1.000 -11.6787 9.0720

Kelompok 3 -2.60000 3.15603 1.000 -12.9753 7.7753

Kelompok 3 Kelompok 1 1.29667 3.15603 1.000 -9.0787 11.6720

Kelompok 2 2.60000 3.15603 1.000 -7.7753 12.9753

Homogeneous Subsets

% Kadar Garam per 10ml air laut

Kelompok N

Subset for alpha

= 0.05

1

Tukey HSDa Kelompok 2 3 34.2467

Kelompok 1 3 35.5500

Kelompok 3 3 36.8467

Sig. .703

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Page 103: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

88

Lanjutan Lampiran 2

Oneway (Pendapatan) Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Luas Lahan Per Hektar 0.2 3

0.3 1

0.35 1

0.53 1

0.65 1

0.7 1

0.9 1

1 1

Kelompok 1 Kelompok 1 3

2 Kelompok 2 3

3 Kelompok 3 4

Page 104: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

89

Lanjutan Lampiran 2 Descriptive Statistics

Dependent Variable:Pendapatan

Luas

Lahan

Per

Hektar Kelompok Mean Std. Deviation N

0.2 Kelompok 3 1.8742E7 2.15796E7 3

Total 1.8742E7 2.15796E7 3

0.3 Kelompok 3 6.7333E6 . 1

Total 6.7333E6 . 1

0.35 Kelompok 2 2.5286E6 . 1

Total 2.5286E6 . 1

0.53 Kelompok 2 1.4792E7 . 1

Total 1.4792E7 . 1

0.65 Kelompok 2 -1.0915E6 . 1

Total -1.0915E6 . 1

0.7 Kelompok 1 4.5871E6 . 1

Total 4.5871E6 . 1

0.9 Kelompok 1 -122778.0000 . 1

Total -122778.0000 . 1

1 Kelompok 1 1.9320E6 . 1

Total 1.9320E6 . 1

Total Kelompok 1 2.1321E6 2.36133E6 3

Kelompok 2 5.4098E6 8.32475E6 3

Kelompok 3 1.5740E7 1.86146E7 4

Total 8.5584E6 1.31198E7 10

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:Pendapatan

F df1 df2 Sig.

.459 7 2 .816

Tests the null hypothesis that the error variance of

the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Luas_lahan + Kelompok

Page 105: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

90

Lanjutan Lampiran 2 Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Pendapatan

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 6.178E14 7 8.826E13 .190 .960

Intercept 3.826E14 1 3.826E14 .822 .460

Luas_lahan 2.579E14 5 5.158E13 .111 .978

Kelompok .000 0 . . .

Error 9.314E14 2 4.657E14

Total 2.282E15 10

Corrected Total 1.549E15 9

a. R Squared = .399 (Adjusted R Squared = -1.705)

Post Hoc Tests Kelompok Multiple Comparisons

Dependent Variable:Pendapatan

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference

(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Tukey HSD Kelompok 1 Kelompok 2 -3.2777E6 1.76197E7 .981 -1.0707E8 1.0052E8

Kelompok 3 -1.3607E7 1.64817E7 .727 -1.1070E8 8.3482E7

Kelompok 2 Kelompok 1 3.2777E6 1.76197E7 .981 -1.0052E8 1.0707E8

Kelompok 3 -1.0330E7 1.64817E7 .822 -1.0742E8 8.6760E7

Kelompok 3 Kelompok 1 1.3607E7 1.64817E7 .727 -8.3482E7 1.1070E8

Kelompok 2 1.0330E7 1.64817E7 .822 -8.6760E7 1.0742E8

Bonferroni Kelompok 1 Kelompok 2 -3.2777E6 1.76197E7 1.000 -1.3805E8 1.3149E8

Kelompok 3 -1.3607E7 1.64817E7 1.000 -1.3967E8 1.1246E8

Kelompok 2 Kelompok 1 3.2777E6 1.76197E7 1.000 -1.3149E8 1.3805E8

Kelompok 3 -1.0330E7 1.64817E7 1.000 -1.3639E8 1.1574E8

Kelompok 3 Kelompok 1 1.3607E7 1.64817E7 1.000 -1.1246E8 1.3967E8

Kelompok 2 1.0330E7 1.64817E7 1.000 -1.1574E8 1.3639E8

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 465678958333333.000.

Page 106: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

91

Lanjutan Lampiran 2 Profile Plots Homogeneous Subsets

Pendapatan

Kelompok N

Subset

1

Tukey HSDa Kelompok 1 3 2.1321E6

Kelompok 2 3 5.4098E6

Kelompok 3 4 1.5740E7

Sig. .736

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) =

465678958333333.000.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.273.

Page 107: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

92

Lanjutan Lampiran 2

Oneway (R/C ratio)

Descriptives

R/C Ratio

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Min. Max.

Lower Bound

Upper

Bound

Kelompok 1 3 3.2367 2.18482 1.26141 -2.1907 8.6641 .92 5.26

Kelompok 2 3 5.2333 7.68896 4.43922 -13.8671 24.3338 .07 14.07

Kelompok 3 3 10.1533 6.39232 3.69061 -5.7261 26.0327 5.04 17.32

Total 9 6.2078 5.97436 1.99145 1.6155 10.8001 .07 17.32

ANOVA

R/C Ratio

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 76.033 2 38.017 1.089 .395

Within Groups 209.510 6 34.918

Total 285.544 8

Test of Homogeneity of Variances

R/C Ratio

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.084 2 6 .120

Page 108: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

93

Lanjutan Lampiran 2

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable:R/C Ratio

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Tukey HSD Kelompok 1 Kelompok 2 -1.99667 4.82482 .911 -16.8006 12.8072

Kelompok 3 -6.91667 4.82482 .384 -21.7206 7.8872

Kelompok 2 Kelompok 1 1.99667 4.82482 .911 -12.8072 16.8006

Kelompok 3 -4.92000 4.82482 .592 -19.7239 9.8839

Kelompok 3 Kelompok 1 6.91667 4.82482 .384 -7.8872 21.7206

Kelompok 2 4.92000 4.82482 .592 -9.8839 19.7239

Bonferroni Kelompok 1 Kelompok 2 -1.99667 4.82482 1.000 -17.8581 13.8647

Kelompok 3 -6.91667 4.82482 .605 -22.7781 8.9447

Kelompok 2 Kelompok 1 1.99667 4.82482 1.000 -13.8647 17.8581

Kelompok 3 -4.92000 4.82482 1.000 -20.7814 10.9414

Kelompok 3 Kelompok 1 6.91667 4.82482 .605 -8.9447 22.7781

Kelompok 2 4.92000 4.82482 1.000 -10.9414 20.7814

Homogeneous Subsets

R/C Ratio

Kelompok N

Subset for alpha

= 0.05

1

Tukey HSDa Kelompok 1 3 3.2367

Kelompok 2 3 5.2333

Kelompok 3 3 10.1533

Sig. .384

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

Page 109: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

94

Lampiran 3 Produksi, Penjualan dan Produktivitas

Data Produksi dan Produktivitas Petani Garam

No Nama

Petani

Lokasi Desa,

Kecamatan

Luas

Lahan(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

1 H. Yasin Donggobolo,

Woha

1,00 6,35 6,35

2 Saiful Donggobolo,

Woha

0,90 2,45 2,72

3 H. M. Ali Donggobolo,

Woha

0,70 10,7 15,29

4 Usman Donggobolo,

Woha

0,65 3,65 5,62

5 Ahmad Bontokape,

Bolo

0,53 14 26,42

6 Ismail A. Donggobolo,

Woha

0,50 0,35 0,70

7 Rudi Bontokape,

Bolo

0,35 6,65 19,00

8 Mansur Bontokape,

Bolo

0,30 8,95 29,83

9 H. Samsul Bontokape,

Bolo

0,20 11,4 57,00

10 Yusuf Bontokape,

Bolo

0,20 9,1 45,50

11 Ridwan Donggobolo,

Woha

0,20 0,2 1,00

Page 110: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

95

Data Frekuensi Hasil Produksi Garam Rakyat Bulan Juni Tahun 2011

DATA FREKUENSI HASIL PRODUKSI BULAN JUNI 2011

No. Sampel

HASIL PRODUKSI

Jumlah (Karung/kg) Minggu 1

(Karung/kg)

Minggu 2

(Karung/kg)

Minggu 3

(Karung/kg)

Minggu 4

(Karung/kg)

1. Ahmad Kec.Bolo

4 / 50 7/50 10/50 17/50 38/50

2. Yusuf Kec.Bolo

- - 5/50 7/50 12/50

3. Mansur Kec.Bolo

- - - 8/50 8/50

4. H.Samsul Kec.Bolo

6/50 10/50 12/50 16/50 44/50

5. Rudi Kec.Bolo

- - - 7/50 7/50

6. H.Yasin Kec.Woha

2/50 10/50 15/50 20/50 47/50

7. Saiful Kec.Woha

2/50 3/50 7/50 10/50 22/50

8. Ismail Ahmad Kec.Woha

- - - - -

9. Usman Kec.Woha

- - - 1/50 1/50

10. H.M Ali Kec.Woha

5/50 10/50 15/50 40/50 70/50

11. Aminah Kec. Woha

- - - - -

12. Suhardin Kec.Woha

- - - - -

13. Ridwan Kec.Woha

- - - 1/50 1/50

14. Ismail Kec.Woha

- - - - -

15. Firdaus Kec.Woha

- - - - -

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Page 111: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

96

Lanjutan Lampiran 3

Data Frekuensi Hasil Produksi Garam Rakyat Bulan Juli Tahun 2011

DATA FREKUENSI HASIL PRODUKSI BULAN JULI 2011

No. Sampel

HASIL PRODUKSI

Jumlah (Karung/kg) Minggu 1

(Karung/kg)

Minggu 2

(Karung/kg)

Minggu 3

(Karung/kg)

Minggu 4

(Karung/kg)

1. Ahmad Kec.Bolo

28/50 35/50 54/50 60/50 177/50

2. Yusuf Kec.Bolo

15/50 29/50 43/50 58/50 145/50

3. Mansur Kec.Bolo

10/50 27/50 46/50 53/50 136/50

4. H.Samsul Kec.Bolo

20/50 32/50 39/50 53/50 144/50

5. Rudi Kec.Bolo

8/50 16/50 24/50 48/50 96/50

6. H.Yasin Kec.Woha

25/50 25/50 - 30/50 80/50

7. Saiful Kec.Woha

5/50 5/50 - 17/50 27/50

8. Ismail Ahmad Kec.Woha

- - 2/50 5/50 7/50

9. Usman Kec.Woha

10/50 12/50 20/50 30/50 72/50

10. H.M Ali Kec.Woha

14/50 30/50 40/50 60/50 144/50

11. Aminah Kec. Woha

- - - - -

12. Suhardin Kec.Woha

- - - - -

13. Ridwan Kec.Woha

- - - 3/50 3/50

14. Ismail Kec.Woha

- - - - -

15. Firdaus Kec.Woha

- - - - -

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Page 112: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

97

Lanjutan Lampiran 3

Data Frekuensi Hasil Produksi Garam Rakyat Bulan Agustus Tahun 2011

DATA FREKUENSI HASIL PRODUKSI BULAN AGUSTUS 2011

No. Sampel

HASIL PRODUKSI

Jumlah (Karung/kg) Minggu 1

(Karung/kg)

Minggu 2

(Karung/kg) - -

1. Ahmad Kec.Bolo

- 65/50 65/50

2. Yusuf Kec.Bolo

- 25/50 25/50

3. Mansur Kec.Bolo

- 35/50 35/50

4. H.Samsul Kec.Bolo

- 40/50 40/50

5. Rudi Kec.Bolo

- 30/50 30/50

6. H.Yasin Kec.Woha

- - -

7. Saiful Kec.Woha

- - -

8. Ismail Ahmad Kec.Woha

- - -

9. Usman Kec.Woha

- - -

10. H.M Ali Kec.Woha

- - -

11. Aminah Kec. Woha

- - -

12. Suhardin Kec.Woha

- - -

13. Ridwan Kec.Woha

- - -

14. Ismail Kec.Woha

- - -

15. Firdaus Kec.Woha

- - -

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Page 113: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

98

Lanjutan Lampiran 3

Data Frekuensi Penjualan Garam Rakyat Bulan Juni Tahun 2011

DATA FREKUENSI PENJUALAN BULAN JUNI 2011

NO. SAMPEL

MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

KARUNG

HARGA KARUNG

HARGA KARUNG

HARGA KARUNG

HARGA

1. Ahmad Kec.Bolo

4 150.000,- - - 17 95.000,- - -

2. Yusuf Kec.Bolo

- - - - 5 90.000,- - -

3. Mansur Kec.Bolo

- - - - - - 2 90.000,-

4. H.Samsul Kec.Bolo

2 100.000,- - - 6 90.000 - -

5. Rudi Kec.Bolo

- - - - - - 4 90.000,-

6. H.Yasin Kec.Woha

2 70.000,- 10 70.000,- 15 53.000,- 20 53.000,-

7. Saiful Kec.Woha

2 70.000,- 3 70.000,- 7 53.000,- 10 53.000,-

8. Ismail A Kec.Woha

- - - - - - - -

9. Usman Kec.Woha

- - - - - - 1 53.000,-

10. H.M Ali Kec.Woha

5 70.000,- 10 70.000,- 15 53.000,- 40 53.000,-

11. Aminah Kec. Woha

- - - - - - - -

12. Suhardin Kec.Woha

- - - - - - - -

13. Ridwan Kec.Woha

- - - - - - 1 53.000,-

14. Ismail Kec.Woha

- - - - - - - -

15. Firdaus Kec.Woha

- - - - - - - -

JUMLAH 12 930.000,- 26 1.880.000,- 65 4.566.000,- 87 5.203.000,-

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Page 114: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

99

Lanjutan Lampiran 3

Data Frekuensi Penjualan Garam Rakyat Bulan Juli Tahun 2011

DATA FREKUENSI PENJUALAN BULAN JULI 2011

NO. SAMPEL

MINGGU 1 MINGGU 2 MINGGU 3 MINGGU 4

KARUNG

HARGA KARUN

G HARGA

KARUNG

HARGA KARUN

G HARGA

1. Ahmad Kec.Bolo

37 95.000,- 20 85.000,- - - 25 60.000,-

2. Yusuf Kec.Bolo

6 90.000,- - - 14 90.000,- 20 90.000,-

3. Mansur Kec.Bolo

5 90.000,- - - 8 90.000,- 13 90.000,-

4. H.Samsul Kec.Bolo

25 90.000,- - - 28 90.000,- 35 90.000,-

5. Rudi Kec.Bolo

10 90.000,- - - 15 90.000,- 4 90.000,-

6. H.Yasin Kec.Woha

- - - - - - - -

7. Saiful Kec.Woha

- - - - - - - -

8. Ismail A Kec.Woha

- - - - - - - -

9. Usman Kec.Woha

- - - - - - - -

10. H.M Ali Kec.Woha

- - - - - - - -

11. Aminah Kec. Woha

- - - - - - - -

12. Suhardin Kec.Woha

- - - - - - - -

13. Ridwan Kec.Woha

- - - - - - - -

14. Ismail Kec.Woha

- - - - - - - -

15. Firdaus Kec.Woha

- - - - - - - -

JUMLAH

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Page 115: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

100

Lanjutan Lampiran 3

Data Frekuensi Penjualan Garam Rakyat Bulan Agustus Tahun 2011

DATA FREKUENSI PENJUALAN BULAN AGUSTUS 2011

NO. SAMPEL

MINGGU 1 MINGGU 2

KARUNG HARGA KARUNG HARGA

1. Ahmad Kec.Bolo

- - - -

2. Yusuf Kec.Bolo

- - - -

3. Mansur Kec.Bolo

- - - -

4. H.Samsul Kec.Bolo

- - - -

5. Rudi Kec.Bolo

- - - -

6. H.Yasin Kec.Woha

- - - -

7. Saiful Kec.Woha

- - - -

8. Ismail A Kec.Woha

- - - -

9. Usman Kec.Woha

- - - -

10. H.M Ali Kec.Woha

- - - -

11. Aminah Kec. Woha

- - - -

12. Suhardin Kec.Woha

- - - -

13. Ridwan Kec.Woha

- - - -

14. Ismail Kec.Woha

- - - -

15. Firdaus Kec.Woha

- - - -

JUMLAH

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Page 116: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

101

Lanjutan Lampiran 3

Data Luas Lahan dan Hasil Produksi Garam Rakyat

Petani Garam Luas Lahan

(ha) Ton/ha

Kelompok 1

1. H.Yasin Kec.Woha

1,00 6,35

2. Saiful Kec.Woha

0,90 2,72

3. H.M Ali Kec.Woha

0,70 15,29

Kelompok 2

4. Usman Kec.Woha

0,65 5,62

5. Ahmad Kec.Bolo

0,53 26,42

6. Ismail Ahmad Kec.Woha

0,50 0,70

7. Rudi Kec.Bolo

0,35 19,00

Kelompok 3

1. Mansur Kec.Bolo

0,30 29,83

2. H.Samsul Kec.Bolo

0,20 57,00

3. Yusuf Kec.Bolo

0,20 45,50

4. Ridwan Kec.Woha

0,20 1,00

Sumber : Hasil survei, dianalisis penyusun 2011

Page 117: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

102

Lampiran 4. Uji Kadar NaCl

Page 118: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

103

Lanjutan Lampiran 4

Page 119: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

104

Lanjutan Lampiran 4

Page 120: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

105

Lanjutan Lampiran 4

Page 121: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

106

Lampiran 5 Biaya Usaha Garam Rakyat

Jenis dan Biaya Usaha Garam Rakyat Per Hektar

Desa Bontokape dan Desa Donggobolo

Per 1 Juni s/d 14 Agustus Tahun 2011

Petani Garam

Luas

Lahan

(Ha)

Biaya Variabel Biaya

Tetap Total TKL

Rp

BB

Rp

BH

Rp

1. Ahmad

Kec.Bolo 0,53 1.132.075 -

1.132.075

2. Yusuf

Kec.Bolo 0,20 2.500.000 -

2.500.000

3. Mansur

Kec.Bolo 0,30 1.666.667 -

1.666.667

4. H.Samsul

Kec.Bolo 0,20 2.500.000 -

2.500.000

5. Rudi

Kec.Bolo 0,35 1.714.286 4.242.857 -

5.957.143

6. H.Yasin

Kec.Woha 1,00 700.000 63.000 -

763.000

7. Saiful

Kec.Woha 0,90 777.778 40.000 695.000 -

1.512.778

8. Ismail Ahmad

Kec.Woha 0,50 1.200.000 36.000 -

1.236.000

9. Usman

Kec.Woha 0,65 1.076.923 55.385 40.769 -

1.173.077

10. H.M Ali

Kec.Woha 0,70 1.000.000 77.143 -

1.077.143

11. Aminah

Kec. Woha 0,70 1.000.000 25.714 -

1.025.714

12. Suhardin

Kec.Woha 0,93 752.688 19.355 -

772.043

13. Ridwan

Kec.Woha 0,20 2.500.000 90.000 -

2.590.000

14. Ismail

Kec.Woha 0,24 2.083.333 75.000 -

2.158.333

15. Firdaus

Kec.Woha 0,45 1.333.333 40.000 - 1.373.333

Keterangan :

TKL = Tenaga Kerja Langsung

BB = Bahan Bakar

BH = Bagi Hasil

Page 122: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

107

Lampiran 6 Foto Dengan Petani Garam

DISKUSI DENGAN PETANI GARAM DESA BONTOKAPE

DISKUSI DENGAN PETANI GARAM DESA DONGGOBOLO

Page 123: EVALUASI KINERJA USAHA PETANI GARAM RAKYAT · Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, kinerja usaha petani garam rakyat dianalisa pada pengaruh luas lahan tambak garam terhadap

108

Lampiran 7 Gambar Baume meter