Post on 06-Jul-2020
2-1
Profil Kota
Bontang
2-2
2.1 WILAYAH ADMINISTRASI
Kota Bontang merupakan salah satu kota di Provinsi Kalimantang Timur yang terletak
sekitar 120 km dari Kota Samarinda Ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kota Bontang
terletak diantara 0001’ Lintang Utara – 0012’ Lintang Utara dan 117028’ Bujur Timur
dengan luas wilayah seluas 49.757 ha yang didominasi oleh lautan, yaitu seluas 34.977
ha (70,30%) sedangkan wilayah daratannya hanya seluas 14.780 ha (29,70%). Wilayah
Kota Bontang terletak di bagian tengah wilayah Provinsi Kalimantan Timur, berada di
pesisir pantai timur. Batas wilayah Kota Bontang sebagai berikut :
Batas Utara : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur
Batas Timur : Selat Makassar
Batas Selatan : Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kertanegara
Batas Barat : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur
Wilayah administratif Kota Bontang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan
Bontang Utara, Kecamatan Bontang Selatan dan Kecamatan Bontang Barat. Kecamatan
Bontang Utara terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Guntung, Kelurahan Loktuan,
Kelurahan Gunung Elai, Kelurahan Api-api, Kelurahan Bontang Baru, dan Kelurahan
Bontang Kuala. Kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan
Satimpo, Kelurahan Tanjung Laut, Kelurahan Berbas Pantai, Kelurahan Berebas Tengah,
Kelurahan Tanjung Laut Indah dan Kelurahan Bontang Lestari. Kecamatan Bontang Barat
terdiri dari 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Belimbing, Kelurahan Gunung Telihan dan
Kelurahan Kanaan. Berdasarkan prosentasi tersebut wilayah adimistratif berdasarkan
Kecamatan bahwa Kecamatan Bontang Selatan memiliki luasan terbesar 10.440 ha di
bandingkan Kecamatan Bontang Utara 2.620 ha dan Bontang Barat 1.720 ha.
Gambar 2.1
Prosentasi Luas Wilayah Administratif Kota Bontang Berdasarkan Kecamatan
2-3
GAMBAR 2.2
2-4
2.2 POTENSI WILAYAH KOTA BONTANG
Kota Bontang memiliki banyak potensi investasi yang masih terbuka untuk terus
dikembangkan, diantaranya dalam bidang pertanian, pertambangan, industri,
perdagangan, jasa, dan pariwisata.
2.2.1 Bidang Pertanian
Bidang pertanian dapat kita bagi dalam 3 (tiga) jenis, yaitu : (1) Padi, palawija dan
hortikultura; (2) Perkebunan dan peternakan; dan (3) Perikanan.
1. Padi, Palawija dan Hortikultura
Potensi pertanian tanaman pangan di Kota Bontang tidak terlalu menonjol, mengingat
Bontang adalah daerah perkotaan. Selama ini Kota Bontang masih mengandalkan suplai
bahan-bahan makanan dari daerah lain.
Untuk tahun 2014 produksi padi di Kota Bontang mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 2.789,38 kwintal dengan luas
panen mencapai 62 Ha.
Untuk tanaman sayur-sayuran pada tahun 2014 luas panennya juga mengalami
peningkatan terutama tanaman jamur dan sawi.
Produksi buah-buahan pada tahun 2014 tertinggi adalah mangga, diikuti pisang dan
pepaya.
Tabel 2.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung
di Kota Bontang Tahun 2013-2014
2-5
Tabel 2.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah dan Kacang Hijau
di Kota Bontang Tahun 2013-2014
Tabel 2.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu dan Ubi Jalar
di Kota Bontang Tahun 2013-2014
Tabel 2.51 Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan dan jenis Sayuran
di Kota Bontang Tahun 2013-2014
2-6
Tabel 2.5 Produksi Buah-buahan di Kota Bontang Tahun 2013-2014
2. Perkebunan dan Peternakan
Populasi ternak di Kota Bontang tahun 2013 didominasi oleh hewan ternak Babi, yaitu
sebanyak 3.343 ekor, diikuti oleh populasi sapi sebanyak 712 ekor dan kambing 493.
Sedangkan populasi unggas yang paling dominan adalah ayam Kampung, yaitu sebanyak
76.673 ekor, diikuti oleh populasi itik 5.030 ekor.
Tabel 2.6 Produksi Tanaman Perkebunan di Kota Bontang Tahun 2012-2013
Tabel 2.7
Populasi Ternak di Kota Bontang Tahun 2013-2014
2-7
Tabel 2.8 Populasi Unggas di Kota Bontang Tahun 2013-2014
3. Perikanan
Wilayah laut di Kota Bontang lebih luas daripada wilayah daratan, oleh karena itu wajar
jika hasil produksi perikanan didominasi oleh perikanan laut. Hasil produksi perikanan
laut yang paling banyak adalah ikan baronang lingkis (1.690,4 ton) diikuti ikan layang
(1.505,5 ton). Sedangkan produk olahan hasil perikanan laut yang terbanyak adalah
Baronang Lingkis yang diasinkan yaitu sebanyak 845,2 ton.
Produksi perikanan budidaya tambak yang diusahakan di Kota Bontang terbanyak adalah
bandeng (6,2 ton), diikuti udang putih (4,8 ton), dan udang windu (4,2 ton). Ikan lele
merupakan produk budidaya kolam yang terbanyak yaitu 29,6 ton, dan ikan nila dengan
3,9 ton.
Tabel 2.9 Produksi Perikanan Tangkap di Kota Bontang Tahun 2013-2014
2-8
Tabel 2.10 Produksi Ikan/Tumbuhan/Hewan Laut di Kota Bontang Tahun 2013-2014
2-9
Tabel 2.11 Produksi Perikanan Budidaya Keramba dan Rumput Laut di Kota Bontang Tahun 2014
Tabel 2.12
Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kota Bontang Tahun 2013-2014
Tabel 2.13
Produksi Perikanan Budidaya Kolam di Kota Bontang Tahun 2013-2014
2.2.2 Bidang Pertambangan
Wilayah Kota Bontang tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) pertambangan yang
potensial, khususnya pertambangan skala besar. Selain karena luas wilayah daratannya
lebih kecil dari luas lautan, juga karena kondisi geologinya yang membuat Kota Bontang
tidak memiliki kandungan bahan tambang. Lokasi pertambangan skala besar ada di
sekitar Kota Bontang, yaitu Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Adapun pertambangan skala kecil yang ada di Kota Bontang hanya pada tambang galian
C, yang menghasilkan pasir (tanah urug).
2-10
2.2.3 Bidang Industri
Banyaknya Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka industri kecil di tahun 2013
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya, dari 383 unit usaha
menjadi 400 unit usaha. Sedangkan untuk Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan
mengalami pengurangan jumlah unit usaha dari tahun sebelumnya. Di tahun 2013
tercatat ada 389 unit usaha dengan nilai investasi sebesar 13.718,824 juta rupiah.
Gas alam cair merupakan komoditi utama yang menopang perekonomian Kota Bontang
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 produksi LNG, yang dikelola oleh PT Badak NGL,
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013. Tercatat produksi total
LNG pada tahun 2014 sebesar 22.244.537 m3 dengan produksinya tertinggi sebesar
2.119.998 m3 pada bulan Januari 2014. Untuk nilai ekspor LNG tertinggi terjadi pada
bulan Juni 2014 sebesar 1.823.228 m3. Total eksporpada tahun 2014 sebesar 19.328.825
m3.
Komoditi unggulan di Kota Bontang setelah gas alam cair adalah pupuk. Pada tahun
2014 produksi ammonia (dapat dijual) PT Pupuk Kaltim tercatat sebanyak 662.823 ton,
sedangkan produksi urea (curah dan kantong) sebanyak 3.019.345 ton. Sedangkan untuk
penyaluran ammonia (dapat dijual) sebanyak 313.550 ton kedalam negeri dan 343.931
ton keluar negeri. Sedangkan urea (curah dan kantong) disalurkankan kedalam negeri
sebanyak 2.086.091 ton dan keluar negeri sebanyak 704.436 ton.
Tabel 2.14 Banyaknya Industri Logam, Mesin, Elektronik dan Aneka Industri serta Tenaga Kerja dan
Investasi di Kota Bontang Tahun 2010-2014
2-11
Tabel 2.15 Produksi Ekspor dan Pengapalan LNG Menurut Bulan Tahun 2010-2014
Tabel 2.16
Produksi dan Penyaluran Amoniak (dapat dijual) Tahun 2009-2014
2-12
Tabel 2.17 Produksi Urea Curah dan Urea Kantong Tahun 2014
Tabel 2.18
Penyaluran/Distribusi Urea Curah dan Urea Kantong Tahun 2014
2.2.4 Bidang Perdagangan
Pada tahun 2014, banyaknya perusahaan di Kota Bontang menurut bentuk Badan Hukum
adalah sejumlah 384 perusahaan. Sedangkan banyaknya usaha menurut kategori
perdagangan besar sebanyak 13, perdagangan menengah sebanyak 62 dan perdagangan
kecil sebanyak 216.
2-13
Sementara itu Kota Bontang memiliki sarana perdagangan seperti pasar umum sebanyak
3 tempat dan toko sebanyak 209 tempat.
Jumlah koperasi pada tahun 2014 sebanyak 112 unit atau bertambah dari tahun
sebelumnya, dengan volume usaha mencapai 328 Miliar rupiah lebih.
Tabel 2.19 Jumlah Perusahaan Berbadan Hukum di Kota Bontang Tahun 2008-2014
Tabel 2.20 Jumlah Usaha di Kota Bontang Tahun 2009-2014
Tabel 2.21
Jumlah Sarana Perdagangan di Kota Bontang Tahun 2007-2013
2-14
Tabel 2.22 Jumlah Koperasi di Kota Bontang Tahun 2010-2014
2.2.5 Bidang Jasa
Perkembangan dan Potensi dalam lingkup bidang jasa di Kota Bontang cukup luas dan
terus berkembang, antara lain : jasa telekomunikasi, jasa kelistrikan, jasa air bersih,
jasa transportasi dan angkutan, pos dan ekspedisi pengiriman, jasa keuangan dan bank,
jasa boga/catering, jasa konsultan dan konstruksi, jasa security (keamanan), dan lain-
lain.
2.2.6 Bidang Pariwisata dan Perhotelan
Kota Bontang memiliki potensi wisata yang beragam, antara lain Wisata Alam, Wisata
Seni dan Budaya, Wisata Kuliner, Wisata Belanja, Wisata Bahari, dan Wisata Religi.
Potensi wisata yang beragam tersebut terbentuk karena faktor letak geografis Kota
Bontang, juga dipengaruhi pula oleh faktor heterogenitas enis dari masyarakat Kota
Bontang yang berada di dalamnya.
a. Wisata Alam dan Kawasan Wisata
Wisata Pulau Beras Basah
Pulau Beras Basah merupakan pulau yang terletak di perairan selatan Kota Bontang
dengan luas ± 2 ha. Panorama pantai serta perairan di sekitarnya direncanakan menjadi
sebuah kawasan wisata antara lain menyelam/diving, snorkling, memancing, fotografi
dan bersantai.
Daya tarik lainnya adalah Pulau Kedindingan yang berpotensi untuk pengembangan daya
tarik wisata menyelam, snorkeling dan bersantai. Di sekitar pulau ini akan direncanakan
sebuah kawasan wisata anjungan dengan fasilitas antara lain : area jetski, banana boat,
water boom, diving, snorkeling, area bermain anak, ruang makan, dapur, ruang
peralatan dan area bersantai. Daya tarik lainnya yang terdapat di perairan Kedindingan
beberapa jenis aneka ragam hayati seperti terumbu karang dan ikan.
2-15
Gambar 2.3 Obyek Wisata Pulau Beras Basah
Wisata Bawah Laut
Sebagian wilayah laut Kota Bontang juga memiliki terumbu karang yang potensial untuk
dijadikan obyek wisata bawah laut. Lokasi wisata terumbu karang sebagian besar
berada di area obyek wisata pulau-pulau kecil yang perairannya dangkal seperti di
sekitar Pulau Beras Basah.
Gambar 2.4 Wisata Bawah Laut
Wisata Mangrove (Hutan Bakau)
Potensi terbesar Bontang adalah wilayah pesisir dan laut yang kaya akan sumber daya
laut. Bontang memiliki wilayah laut yang luas, yakni 70,29 persen dari luas Bontang.
Ikan laut, rumput laut, padang lamun, hutan mangrove, teripang, dan biota laut lainnya
banyak terdapat di pesisir dan laut. Menurut hasil survei Marine Resources Evaluation
Project (MREP) pada 1995, diketahui bahwa sumber pesisir dan laut di Kota Bontang
meliputi: hutan mangrove sekitar 600 ha, padang lamuh 13.990.8 ha, terumbu karang
8.744 ha dan rumput laut sekitar 16 ha. Potensi tersebut dapat dikembangkan
pemberdayaan sumberdaya alam yang akan menjadi salah satu sektor unggulan di Kota
2-16
Bontang. Adapun potensi tersebut, berupa ekosistem terumbu karang di sepanjang
perairan laut, terutama terumbu karang tepi. Sedangkan eskosistem padang lamun dan
hutan mangrove berada di sekitar Pulau Melahing, Agar-agar Panjang, Karang Segajah,
Badak-badak, Tanjung Paukung, Nyerekat, Tanjung Laut, dan Teluk Sekambing.
b. Wisata Seni dan Budaya
Pesta Laut, Bontang Kuala
Pesta laut sebagai pelestarian adat budaya Bontang Kuala yang digelar setiap bulan
Desember. Pesta laut merupakan refleksi penghormatan kepada cipta karsa dan karya
leluhur, khususnya di bidang adat seni dan budaya. ”Hal ini harus terus dilestarikan,
karena adat budaya merupakan identitas dan hak masyarakat yang harus dihormati.
Pesta laut yang dilaksanakan ini bertujuan selain menjadi ajang promosi bagi daerah
Bontang juga melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya lokal, serta sebagai
wahana informasi kepada masyarakat seni dan budaya daerah.
Gambar 2.5 Pesta Laut di Bontang Kuala
Erau Pelas Benua, Guntung
Guntung merupakan satu-satunya bagian Kota Bontang yang sebagian besar warganya
masih keturunan Kutai. Letaknya pun didekat perbatasan wilayah Kutai Timur. Namun
seiring perkembangan, wilayah ini mulai bercampur dengan suku-suku lainnya, baik dari
Kalimantan maupun luar Kalimantan. Tak heran kalau di Bontang, upacara Erau hanya
diadakan di Guntung setiap tahunnya.
Erau berasal dari kata Eroh, yaitu ramai dan penuh suka cita. Pelas berarti
membersihkan wilayah mereka dari unsur-unsur negatif. Caranya dengan melakukan
2-17
penyembelihan binatang yang kemudian darahnya dipercikan ke permukaan bumi,
sebagai tanda syukur atas rejeki yang diberikan oleh Maha Pencipta. Karena itu
pelaksanaannya biasanya dilakukan setelah panen.
Gambar 2.6 Erau Pelas Benua, Guntung
2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI
2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan
Sebagai kota yang sedang berkembang terutama dengan keberadaan dua perusahaan
besar berskala nasional yakni PT Badak LNG dan PT.Pupuk Kaltim menjadi daya tarik
utama bagi para pendatang, maka setiap tahun jumlah penduduk Kota Bontang semakin
meningkat. Pertambahan tersebut tidak hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan
penduduk yakni kelahiran dan kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah
pentingnya yakni migrasi.
Jumlah penduduk Kota Bontang pada tahun 2014 adalah 159.614 jiwa, penyebaran
jumlah penduduk di tiga kecamatan tidak merata seperti tahun-tahun sebelumnya,
yakni jumlah penduduk di Kecamatan Bontang Selatan sebesar 63.348 jiwa, sedangkan
di Kecamatan Bontang Utara adalah 68.906 jiwa dan di Kecamatan Bontang Barat
27.361 jiwa. Adapun jumlah KK keseluruhan di Kota Bontang pada tahun 2014 adalah
31.923 KK, dengan penyebaran jumlah KK antara lain di Kecamatan Bontang Selatan
sebanyak 12.670 KK, sedangkan di Kecamatan Bontang Utara sebanyak 13.781 KK dan di
Kecamatan Bontang Barat sebanyak 5.472 KK. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk
2-18
dan KK keseluruhan di Kota Bontang pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.70
berikut.
Tabel 2.23 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan di Kota Bontang Tahun 2014
No Kecamatan Penduduk (jiwa) Jumlah KK
1
Kec. Bontang Selatan 63.348 12.670
Kel. Bontang Lestari 4.178 836
Kel. Satimpo 7.517 1.503
Kel. Berbas Pantai 9.175 1.835
Kel. Berbas Tengah 14.747 2.949
Kel. Tanjung Laut 14.915 2.983
Kel. Tj. Laut Indah 12.816 2.563
2
Kec. Bontang Utara 68.905 13.781
Kel. Bontang Kuala 4.380 876
Kel. Bontang Baru 10.781 2.156
Kel. Api-Api 15.406 3.081
Kel. Gunung Elai 14.587 2.917
Kel. Lok Tuan 19.195 3.839
Kel. Guntung 4.556 911
3
Kec. Bontang Barat 27.361 5.472
Kel. Kanaan 3.742 748
Kel. Gunung Telihan 11.615 2.323
Kel. Belimbing 12.004 2.401
Kota Bontang 159.614 31.923
Sumber: Kota Bontang Dalam Angka Tahun 2015, dan Hasil Analisis, 2016
2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk
Pada tahun 2014, jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam Pra Sejahtera sebesar
134 keluarga, yang terbagi dalam 50 keluarga bertempat tinggal di Bontang Selatan, 67
keluarga bertempat tinggal di Bontang Utara dan 17 keluarga yang bertempat tinggal di
Bontang Barat. Sedangkan keluarga miskin yang termasuk dalam kategori Sejahtera I
pada tahun 2014 jumlahnya 163, dengan sebaran 60 keluarga di Bontang Selatan, 83
keluarga di Bontang Utara dan 20 keluarga di Bontang Barat.
Di Kota Bontang garis kemiskinan menunjukkan perkembangan yang semakin membaik,
artinya secara relatif dapat dikatakan kemiskinan berangsur-angsur berkurang dari
tahun ketahun. Pada tahun 2007 hingga 2013 menunjukkan persentase yang terus
menurun dari kisaran 7,87 % terus menurun hingga 5,16 % penduduk miskin dari total
penduduk Kota Bontang. Sedangkan garis kemiskinan juga menunjukkan perkembangan
yang semakin positif atau terus meningkat dari tahun ketahun. Jika pada tahun 2007
berada pada kisaran 215.107 maka pada tahun 2013 angkanya sudah menjadi 422.951.
2-19
Tabel 2.24 Banyaknya Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Menurut
Kecamatan Di Kota Bontang Tahun 2014
No Kecamatan Pra Sejahtera (KK) Sejahtera I (KK)
1 Kec. Bontang Selatan 50 60
2 Kec. Bontang Utara 67 83
3 Kec. Bontang Barat 17 20
Tahun 2014 134 163 Sumber: Bontang Dalam Angka Tahun 2015
Tabel 2.25 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin Kota Bontang Tahun 2007-2013
2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk 5 Tahun Kedepan
Penduduk Kota Bontang tahun 2014 sebanyak 159.614 jiwa. Dibandingkan dengan
jumlah penduduk tahun 2011 yang mencapai 148.412 jiwa, maka laju pertumbuhan
penduduk di Kota Bontang rata-rata adalah sebesar 1,31% per tahun. Dari data
penduduk tersebut, selanjutnya akan dihitung proyeksi penduduk sampai tahun
perencanaan yaitu sampai tahun 2020 dengan rumus:
Pn = Po x (1 + r)n
Maka jumlah penduduk tahun 2019 adalah
Pn = Po x (1 + r)n
P2020 = P2015 x (1 + r)5
P2020 = 172.622 Jiwa
Berdasarkan hasil perhitungan dengan beberapa metode, maka proyeksi penduduk tiap
kecamatan di Kota Bontang dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
2-20
Tabel 2.26 Proyeksi Penduduk 5 (Lima) Tahun Kedepan
No kec Data Eksisting Jumlah Penduduk (Jiwa)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Bontang Selatan 63.348 64.181 65.024 65.879 66.745 67.622 68.510
Bontang Utara 68.906 69.812 70.729 71.659 72.601 73.555 74.521
3 Bontang Barat 27.360 27.720 28.084 28.453 28.827 29.206 29.590
Kota Bontang 159.614 161.712 163.837 165990 168.172 170.382 172.622
Sumber: Bontang dalam Angka Tahun 2015 dan Hasil Analisis, 2016
2.3.4 Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi
2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
A. Data Perkembangan PDRB
Hingga saat ini sektor industri pengolahan migas masih merupakan andalan bagi
pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bontang, dengan kontribusi
sebesar 73,67% pada tahun 2014 dan laju pertumbuhan PDRB (dengan migas) 1,99%
sedangkan tanpa migas sebesar -1,37%. Penurunan laju pertumbuhan PDRB (dengan
migas) seiring dengan penurunan produksi gas yang diolah oleh PT Badak NGL.
Sedangkan sektor ekonomi lainnya mengalami pertumbuhan diatas laju pertumbuhan
agregat. Diantaranya adalah sektor Jasa Pendidikan sebesar 13,05%, sektor Pengadaan
Listrik dan Gas 10,69%, Sektor Transportasi dan Pergudangan 3,94%, sektor Konstruksi
2,07%. Sementara itu sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami
pertumbuhan sebesar 20,28%%.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dari tahun ke tahun jika dilihat tanpa migas
ternyata cukup berfluktuasi, dengan pertumbuhan 4,85% tahun 2011, 15,62% tahun 2012,
8,64% tahun 2013 dan 3,71% tahun 2014.
Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun sejumlah 163.651 jiwa, pendapatan
perkapita atau pendapatan yang diterima penduduk Kota Bontang pada tahun 2013
sebesar Rp 350.119.768,27(dengan migas), sedangkan pendapatan perkapita tanpa
migas pada tahun 2013 sebesar Rp 69.717.485,13 atau tumbuh sebesar 10,95% dari
tahun sebelumnya.
2-21
Tabel 2.27 Perkembangan PDRB Menurut Harga Berlaku, Harga Konstan Tahun 2000, Indeks Implisit dan
Pertumbuhan Kota Bontang dengan Migas 2010-2014
Tabel 2.28 Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kota Bontang
Tabel 2.29 Perkembangan PDRB Menurut Harga Berlaku, Harga Konstan Tahun 2000, Indeks Implisit dan
Pertumbuhan Kota Bontang dengan Migas
2-22
Tabel 2.30 Perkembangan PDRB Menurut Harga Berlaku, Harga Konstan Tahun 2010, Indeks Implisit dan
Pertumbuhan Kota Bontang Tanpa Migas
2.4.2 Data Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk Miskin
A. Data Pendapatan Perkapita
B. Proporasi Penduduk Miskin
Pada tahun 2014, jumlah keluarga miskin yang termasuk dalam Pra Sejahtera sebesar
134 keluarga, yang terbagi dalam 50 keluarga bertempat tinggal di Bontang Selatan, 67
keluarga bertempat tinggal di Bontang Utara dan 17 keluarga yang bertempat tinggl di
Bontang Barat. Sedangkan keluarga miskin yang termasuk dalam kategori Sejahtera I
pada tahun 2014 jumlahnya 161, dengan sebaran 60 keluarga di Bontang Selatan, 83
keluarga di Bontang Utara dan 20 keluarga di Bontang Barat.
Di Kota Bontang garis kemiskinan menunjukkan perkembangan yang semakin membaik,
artinya secara relatif dapat dikatakan kemiskinan berangsur-angsur berkurang dari
tahun ketahun. Pada tahun 2007 hingga 2013 menunjukkan persentase yang terus
menurun dari kisaran 7,87 % terus menurun hingga 5,16 % penduduk miskin dari total
penduduk Kota Bontang. Sedangkan garis kemiskinan juga menunjukkan perkembangan
yang semakin positif atau terus meningkat dari tahun ketahun. Jika pada tahun 2007
berada pada kisaran 215.107 maka pada tahun 2013 angkanya sudah menjadi 422.951.
Berdasarkan karakteristiknya penduduk miskin Kota Bontang umumnya pendidikan yang
memadai (relatif rendah), tidak memiliki modal usaha, terkendala faktor budaya (malas
dan tidak kreatif) serta memiliki kesehatan yang rendah.
Menyadari kompleksitas masalah kemiskinan di Kota Bontang yang tidak hanya semata
berkaitan dengan rendahnya pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat, akan tetapi
berkaitan pula dengan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan, maka sebagai
wujud komitmen Pemerintah Kota Bontang dalam penanggulangan kemiskinan di daerah
ini.
2-23
Tabel 2.31 Jumlah Penduduk Miskin di Kota Bontang
2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis
A. Morfologi dan Topografi
Morfologi wilayah Kota Bontang berupa permukaan tanah yang datar, landai dan
berbukit dan bergelombang. Topografi kawasan Bontang memiliki ketinggian antara 1-
120 meter dpl dengan kemiringan lereng yang bervariasi dari Pantai Timur dan Selatan
hingga bagian Barat. Kemiringan lahan Kota Bontang dengan kemiringan 0-2% (datar)
mempunyai luasan 7.211 ha atau 48,79 %. Kemiringan lahan bergelombang (3-15%)
seluas 4.001 ha atau 27,07%. Proporsi luas lahan dengan kemiringan yang curam (16-40%)
hampir sama dengan yang bergelombang yaitu 24,14 % atau 3.568 ha.
Tabel 2.32
Luas Kemiringan Lahan (Rata-rata) Kota Bontang
2-24
Gambar 2.37 Peta Topografi Kota Bontang
2-25
Gambar 2.8 Peta Kemiringan Lereng Kota Bontang
B. Geologi
Ditinjau dari aspek geologi, Kota Bontang termasuk dalam sub bagian cekungan Kutai
dengan batas fisik di sebelah Timur Selat Makasar, sebelah Selatan Sungai Santan,
sebelah Barat Gunung Lobang Batik dan sebelah Utara Sungai Temputuk. Dari aspek
litologi, formasi batuan di Kota Bontang terdiri dari :
- Endapan Alluvium, yang tersusun oleh kerakal, kerikil, lempung, dan lumpur sebagai
endapan sungai, rawa, pantai dan delta.
- Formasi Kampung baru, yang tersusun atas batu pasir kuarsa dengan sisipan lempung,
lanau dan serpih dengan sifat lunak dan mudah hancur. Formasi ini memiliki aquifer
potensial di daerah Bontang dengan jenis batuan yang bertindak sebagai aquifer
berupa kerikil, pasir kuarsa yang bersifat lepas, batu pasir dan pasir lempung.
- Formasi Balikpapan, yang terdiri atas perselingan batu pasir kuarsa, batu lempung
lanauan dan serpih dengan sisipan napal, batu gamping dan batu bara. Formasi
Balikpapan merupakan formasi terbesar di Kawasan Pesisir Bontang dengan arah
Utara Selatan.
- Formasi Pulau balang, merupakan perselingan batu pasir kuarsa, batu pasir dan batu
lempung dengan sisipan batu bara.
2-26
- Formasi Bebulu, merupakan formasi batuan kecil-kecil di Kawasan Pesisir Bontang
yang tersusun atas batu gamping dengan sisipan lempung, lanauan dan sedikit napal.
- Formasi Pamaluan, tersusun atas batu lempung dan serpih dengan sedikit napal,
batu pasir dan batu gamping.
Jenis tanah didominasi oleh podsolid merah kuning, aluvial dan komplek latosol. Jenis
tanah ini memiliki lapisan kuning (top soid) yang tipis, peka erosi dan miskin unsur hara.
Untuk pemanfaatan lahan pertanian dan perkebunan dibutuhkan pengolahan awal
berupa perbaikan tanah (soil stabilization) dan pengamanan hutan, sehingga kestabilan
tanah dan ketersediaan air tanah tetap terjaga.
Gambar 2.9 Jenis Tanah Padsolik Merah Kuning di Kota Bontang
Gambar 2.10 Peta Geologi Kota Bontang
2-27
Gambar 2.11 Peta Jenis Tanah Kota Bontang
C. Geohidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menempati wilayah Kota Bontang merupakan bagian
dari Sub DAS Santan Ilir. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah adalah Sungai Guntung,
Sungai Bontang, Sungai Busuh, Sungai Nyerakat Kanan dan Sungai Nyerakat Kiri yang
semuanya bermuara di Selat Makasar. Sungai-sungai tersebut berhulu di bagian barat
wilayah Kota Bontang atau di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Sungai-sungai tersebut
juga mengalirkan air yang berasal dari mata air, terutama air yang keluar dari batuan
pasir halus, pasir kasar dan lempung pasiran yang berasal dari formasi Balikpapan.
Secara administratif DAS Bontang terletak di Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai
Timur (DAS Bontang hulu), Kecamatan Bontang Barat (DAS Bontang Tengah), Kecamatan
Bontang Selatan (DAS Bontang Tengah), Kecamatan Bontang Utara (DAS Bontang Tengah)
dan Kecamatan Bontang Baru (DAS Bontang Hilir). DAS Bontang memiliki luas 59,710
km2 dan panjang sungai utama 41,173 km dengan alur berkelok-kelok (meandering).
DAS Bontang yang melintasi Kota Bontang memiliki luas kurang lebih 300 Km2 dan
panjang sungai utama 17 km.
2-28
Tabel 2.33 Sistem Hidrologi (DAS) di Kota Bontang
Wilayah Kota Bontang terletak di daerah khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis
basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi disepanjang tahun dengan suhu rata-rata 240 -
330C. Oleh karena itu, di wilayah ini hampir tidak memiliki perbedaan pergantian
musim hujan dan kemarau.
Gambar 2.12 Kondisi DAS Bontang
Gambar 2.13 Kondisi Hidrologi (DAS)
di Kota Bontang
2-29
Gambar 2.14 Peta DAS Kota Bontang
2-30
Gambar 2.15 Peta Hidrologi Kota Bontang
2-31
D. Klimatologi
Secara klimatologi, Kota Bontang memiliki iklim tropis yang sama dengan wilayah
lainnya di Indonesia pada umumnya. Wilayah Kota Bontang termasuk daerah
khatulistiwa dan dipengaruhi iklim tropis basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi di
sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 24°-33°C. Oleh karena itu, hampir tidak
memiliki perbedaan pergantian musim hujan dan kemarau. Angin musim Barat pada
umumnya terjadi pada bulan November-April dan musim angin timur terjadi pada bulan
Mei-Oktober.
Curah hujan dipengaruhi oleh bertiupnya angin muson barat yang basah pada bulan
Desember-Februari yang menyebabkan hujan, sedangkan pada bulan Juni-September
bertiup angin muson timur yang menyebabkan terjadinya kemarau. Pada bulan Maret-
Mei dan September-Nopember merupakan bulan-bulan peralihan. Pada bulan-bulan
peralihan terjadi cuaca yang sama yaitu adanya arus angin konveksi yang memungkinkan
hujan walaupun pada saat musim kemarau. Curah hujan selama tahun 2013 sangat
beragam, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (curah hujan 306,0
mm dan 16 hari hujan), terendah pada bulan Maret (curah hujan 89,3 mm dengan 19
hari hujan). Sedangkan rata-rata curah hujan dan hari hujan pada tahun 2013 lebih
tinggi dibandingkan dengan tahun 2012.
Tabel 2.34 Curah Hujan di Kota Bontang
2-32
Tabel 2.35 Kelembaban dan Suhu Udara di Kota Bontang Tahun 2013
Tabel 2.36 Tekanan Udara dan Kecepatan Angin di Kota Bontang Tahun 2013
2-33
2.4.4 Data Risiko Bencana Alam
A. Ancaman Angin Puting Beliung
Ancaman angin puting beliung dapat terjadi di Kota Bontang. berasarkan Gambar 3.2,
luas daerah yang potensi tinggi adalah 42% sedangkan sisanya merupakan potensi sedang
hingga rendah. Bencana angin puting beliung disebabkan adanya perbedaan tekanan
udara yang ekstrim akibat adanya perbedaan karakteristik jenis material permukaan
bumi. Jenis material akan mempengaruhi daya hantar dan daya simpan panas. Apabila
dibandingkan antara tanah dengan aspal maka daya simpan panas aspal lebih besar
daripada tanah apalagi tanahnya adalah tanah yang lembab. Selain karakteristik jenis
material permukaan bumi juga disebabkan adanya kegiatan manusia. Kegiatan manusia
yang berupa transportasi, pertambangan, dan sejenisnya akan menimbulkan panas.
Ditambah lagi apabila mengeluarkan polusi udara baik yang berupa debu maupun zat
kimia lain akan semakin meningkatkan potensi adanya angin puting beliung. Hal ini
disebabkan adanya partikel debu dan zat pencemar udara juga dapat menyimpan panas.
Gambar 2.16 Peta Ancaman Bencana Angin Puting Beliung
2-34
B. Ancaman Banjir
Secara umum, permasalahan banjir di Kota Bontang disebabkan oleh faktor alam dan
faktor manusia. Faktor alam dipengaruhi oleh curah hujan dan topografi. Wilayah
Bontang mengalami banjir karena curah hujan tinggi sekitar 2.200-2.700 mm/tahun. Di
samping itu, banjir juga disebabkan oleh topografi Kota Bontang yang berbentuk
(seperti) distribusi poisson, yakni tinggi di Barat dan Selatan lalu rendah di Timur dan
Utara. Faktor manusia yang menyebabkan banjir antara lain perilaku membuang
sampah/limbah padat ke sungai, membangun permukiman di bantaran sungai, dan
merusak hutan yang menjadi daerah tangkapan air.
Air limpasan dari daerah tinggi di Bontang Selatan dan Barat potensial membanjiri
kawasan dataran rendah di Bontang Utara. Limpasan ini kurang efektif dilayani oleh
Sungai Bontang karena secara morfologis sudah tidak ideal. Saluran pengelak banjir
(kanal banjir) dibutuhkan untuk mengalirkan limpasan air hujan ke laut secepat
mungkin ketika sudah melebihi kapasitas sungai dan tampungan yang ada. Kanal buatan
juga perlu dibangun untuk menghubungkan kawasan-kawasan rendah dan cekungan atau
lembah ke Sungai Guntung.
Gambar 2.17 Kenampakan Bekas Banjir
Daerah yang terkena ancaman banjir terletak di sekitar sempadan sungai. Sungai yang
terdapat di Kota Bontang kondisi fisiknya sangat buruk. Banyak sungai yang telah
mengalami pendangkalan ditambah adanya permukiman yang tinggal di sekitarnya.
Pembuatan rumah yang terletak di sempadan sungai akan meningkatkan pendangkalan.
Pendangkalan sungai disebabkan oleh adanya pembuangan limbah rumah tangga baik
yang berupa limbah organik maupun limbah non organic. Adanya kondisi fisik sungai
2-35
yang bersifat meandering (pembelokkan sungai) yang cukup tinggi menyebabkan waktu
yang dibutuhkan untuk sampai ke muara akan semakin lama. Semakin lama run off
menuju muara maka potensi banjirnya akan semakin besar. Pendangkalan sungai juga
disebabkan karena adanya erosi yang terjadi di dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).
Adanya pembukaan lahan akan menyebabkan peningkatan erosi. Semakin besar erosi
maka pendangkalan juga akan semakin banyak sehingga menyebabkan akan semakin
luas daerah yang akan terkena banjir.
Banjir rob juga terjadi di Kota Bontang. Banjir rob terjadi pada saat air laut sedang
pasang dan ketika itu terjadi hujan. Run off yang seharusnya menuju ke laut akan
terhalang karena adanya kenaikan muka air laut. Terdapat beberapa wilayah di Kota
Bontang yang berpotensi rawan banjir rob, seperti Kelurahan Bontang Kuala, Guntung
(Gusung), Gunung Elai (Tanjung Limau), dan Loktuan.
Gambar 2.18 Peta Ancaman Bencana Banjir
2-36
C. Ancaman Epidemi Penyakit
Peta ancaman bencana epidemi penyakit dalam hal ini terkait dengan adanya penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), demam berdarah, malaria dan sejenisnya.
Kejadian bencana epidemic penyakit ini walaupun belum dapat dikatakan terjadi
Kejadian Luar biasa (KLB) tetapi berdasarkan data di Bontang dalam angka tahun 2012
jumlahnya cukup banyak.
Tabel 2.37 Jumlah Penduduk yang Terkena Penyakit
Adanya penyakit seperti Tabel 3.1 dapat disebabkan oleh banyaknya industri,
transportasi ditambah oleh adanya sanitasi lingkungan yang kurang bagus yang dapat
menyebabkan kualitas kesehatan menurun. Kondisi ini merupakan efek samping dari
adanya pembangunan daerah industri. Walaupun industri tidak secara langsung
mempengaruhi akan tetapi keberadaan industri menyebabkan semakin banyak orang
yang akan datang pada suatu daerah. Pembangunan yang tidak memperhatikan factor
lingkungan akan semakin menyeabkan tingginya potensi ancaman bencana epidemic
penyakit. Kuman dan virus akan semakin berkembang pesat pada daerah yang memiliki
sanitasi yang buruk.
2-37
Gambar 2.19 Peta Ancaman Bencana Epidemi Penyakit
D. Ancaman Gempabumi
Ancaman gempabumi ditentukan berdasarkan perhitungan Peak Ground acceleration
(PGA) yang biasa disebut percepatan tanah apabila terkena goncangan. Berdasarkan
sejarah terjadinya gempabumi, Kota Bontang belum pernah terjadi. Akan tetapi
gempabumi terjadi di daerah utara Kota Bontang pada tahun 1921, 1923, 1926, dan
1975. Adanya gempabumi yang terjadi di daerah utara mungkin dapat berpengaruh pada
Kota Bontang walaupun secara kekuatan relatif akan berbeda jauh.
2-38
Gambar 2.20 Peta Ancaman Bencana Gempabumi
E. Ancaman Kebakaran
Ancaman kebakaran terutama di Kota Bontang potensinya sangat besar. Ancaman
kebakaran potensinya sangat besar karena sebagian besar rumah yang padat
penduduknya terbuat dari kayu. Kayu merupakan barang yang mudah terbakar. Apabila
terbakar pada daerah yang padat penduduk dan rumahnya sangat berdekatan maka
kejadian kebakarannya pun akan semakin besar.
Kebakaran yang terjadi di Kota Bontang bukan hanya di daerah permukiman. Kebakaran
juga terjadi pada kawasan hutan ketika pembukaan lahan. Pembakaran sisa-sisa pohon
dan tanaman yang telah di tebang merupakan metode yang sangat murah dan cepat.
Akan tetapi metode pembakaran tidak memperhatikan factor lingkungan. Adanya
pembakaran hutan selain akan menyebabkan polusi udara juga akan mengganggu
keseimbangan ekosistem. Keseimbangan ekosistem apabila terganggu juga akan
berdampak pada manusia. Ketika tempat tinggal terusik maka populasi suatu tingkatan
ekosistem akan mengalami peningkatan atau penurunan yang signifikan. Sebagai contoh
2-39
apabila ekosistem terganggu menyebabkan hewan pemangsa pindah ke ekosistem yang
lain. Pindahnya hewan pemangsa ini mengakibatkan hewan atau konsumen tingkat II
akan semakin bertambah banyak. Pertambahan jumlah populasi konsumen tingkat II
akan menyebabkan gangguan terhadap manusia.
Gambar 2.21 Peta Ancaman Bencana Kebakaran
F. Ancaman Longsor
Bencana tanah longsor yang terdapat di Kota Bontang terjadi akibat adanya pembukaan
lahan dari hutan menjadi jalan atau pengguaan lainnya. Semakin tingginya potensi
longsor dapat ditandai dengan semakin banyaknya erosi yang terjadi di Kota Bontang.
Adanya erosi merupakan indikasi yang sangat kuat bahwa potensi longsornya juga akan
semakin tinggi. Erosi mencerminkan bahwa kekuatan daya tarik antar agregat-agregat
tanah sudah mulai berkurang. Ketika kekuatan gaya tarik antar agregat sudah berkurang
2-40
maka kemungkinan longsor akan semakin besar. Kemungkinan ini dapat terjadi apabila
tanah sudah mengalami kejenuhan air dan ketika mengalami pembebanan.
Pembebanan tanah merupakan efek dari adanya pembangunan suatu daerah. adanya
pembangunan akan mengakibatkan adanya perubahan penggunaan lahan yang dari
penggunaan lahan alami atau non terbangun menjadi penggunaan lahan terbangun.
Adanya perubahan penggunaan Gambar 3.8 merupakan salah satu bukti bahwa
pembukaan lahan dari lahan hutan menjadi lahan yang terbangun. Lahan yang
terbangun seharusnya perlu dilakukan upaya agar ketika pembangunan tidak berdampak
pada degradasi lahan dan lingkungan.
Gambar 2.22 Kenampakan Gully Erosion Akibat Pembukaan Lahan
2-41
Gambar 2.23 Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor
G. Ancaman Tsunami
Potensi bencana tsunami yang ada di Kota Bontang sebenarnya merupakan efek
kenaikan gelombang air laut. Adanya gelombang air laut disebabkan terjadinya tsunami
di daerah dekat dengan Selat Makasar. Selat Makasar merupakan daerah yang tingkat
kerawanan tsunaminya relatif tinggi karena terletak di jalur sesar. Semakin dekat
dengan jalur sesar yang memisahkan antara Pulau Kalimantan dengan Pulau Sulawesi
maka potensi gempabumi dan tsunami juga akan semakin besar. Apabila terjadi tsunami
di dekat selat makasar maka akan terjadi pantulan gelombang. Pantulan gelombang ini
disebabkan bentuk dan ketinggian morfometri pantai atau batimetri Pulau Sulawesi
lebih tinggi atau dalam dan curam jika dibandingkan dengan pantai Pulau Kalimantan
seperti pada Gambar 3.10. Pantulan gelombang ini walaupun hanya sekedar pantulan
gelombang tetapi tetap harus diwaspadai mengingat letak industri badak dan pupuk
kaltim letaknya tidak jauh dari pantai.
2-42
Gambar 2.24 Ilustrasi Kenampakan Batimetri Perairan Laut
Daerah yang memiliki ancaman tinggi terhadap tsunami terletak di pinggir pantai.
Apabila dilihat Gambar 3.11 daerah yang termasuk ancamannya tinggi mempunyai luas
hanya 4,12% dari total wilayah. berbeda pada daerah selatan Kota Bontang yang
pantainya memiliki tingkat ancaman yang rendah. Bentuk pantai di daerah Bontang
Lestari relatif curam sehingga aman apabila terjadi efek samping tsunami di Selat
Makasar.
2-43
Gambar 2.25 Peta Ancaman Bencana Tsunami
H. Ancaman Kegagalan Teknologi
Kota Bontang sebenarnya memiliki beberapa perusahaan yang termasuk dalam
perusahaan yang berisiko tinggi untuk terjadi kegagalan teknologi. Akan tetapi dalam
hal ini pengamatan risiko bencana kegagalan teknologi fokusnya pada 2 perusahaan
besar yakni PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) dan PT Badak. Kedua perusahaan ini
mempunyai potensi kegagalan teknologi yang tinggi disebabkan bahan yang digunakan
dalam proses aktivitasnya mengandung unsur kimia yang mudah mengalami ledakan.
Ledakan ini dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor alami. Wilayah yang
memiliki potensi ancaman kegagalan teknologi adalah wilayah di sekitar Pabrik yang
meliputi Kecamatan Bontang Utara, Bontang Barat dan Kecamatan Bontang Selatan
bagian utara. Wilayah kecamata tersebut merupakan konsentrasi utama aktivitas Pabrik
baik PT. Pupuk Kaltim Maupun PT Badak. Selain itu, jalur-jalur pipa Gas yang melewati
beberbagai wlayah hutan dan permukiman juga berpotensi mengalami ancaman
2-44
kegagalan teknologi. Jalur-jalur pipa tersebut perlu diamankan dan dijauhan dari
aktivitas penduuduk. Selain itu, wilayah-wilayah yang berpotensi mengalami kebakaran
hutan dan merupakan jalur pipa, perlu dilakukan pengamanan, hal ini penting
mengingat suhu lingkungan yang tinggi akibat kebakaran hutan dapat memicu terjadinya
ledakan pipa. Wilayah-wilayah Pabrik dan jalur pipa yang berpotensi mengalami
kegagalan teknologi disajikan pada Gambar 3.12.
Gambar 2.26 Peta Kawasan Industri Kota Bontang
Adapun penyebab terjadinya kegagalan teknologi sebagai berikut:
Faktor Internal
a. Faktor Kegagalan Operasi
Adanya kegagalan dalam proses pengoperasian dapat diakibatkan oleh adanya
penyimpangan kondisi yang terjadi pada tangki, seperti adanya kelebihan tekanan atau
sebaliknya berupa kekurangan tekanan (rendah/vakum) dan kelebihan volume yang
melebihi batas setting yang ditetapkan. Variasi penyebab penyimpangan-penyimpangan
ini dapat disebabkan oleh adanya kegagalan kerja kompresor, kegagalan sistem
2-45
instrumentasi atau disebabkan adanya perubahan kondisi temperatur lingkungan yang
cukup signifikan yang dapat mempengaruhi sistem tekanan dalam tangki. Kegagalan
operasi juga dapat disebabkan oleh kesalahan prosedur. Kejadian kesalahan internal
sebagai contoh kejadian yang terjadi pada tahun 1985 yang terjadi di Bhopal India.
Kejadian Bhopal merupakan ledakan pabrik pupuk yang terletak di daerah permukiman
pada sehingga pada saat itu mengakibatkan banyak korban baik manusia maupun hewan
ternak. Ledakan ini terjadi akibat adanya air yang digunakan untuk proses pendinginan
pada saat itu kurang padahal proses produksi pembuatan pupuk sedang berlangsung. Hal
ini mengakibatkan kondisi tanki sangat panas sehingga ketika mencapai titik panas
tertentu. Ledakan ini mengingat bahan yang digunakan sebagai bahan baku mengalami
reaksi yang eksplosif sehingga peristiwa ledakan tidak dapat dihindari.
b. Faktor Kerusakan Konstruksi
Kerusakan konstruksi tangki menyebabkan adanya kebocoran tanki. Kebocoran tanki ini
dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti adanya kesalahan dalam mendesign,
kesalahan dalam pengerjaan saat konstruksi atau kesalahan dalam pemilihan spesifikasi
material yang digunakan yang kemudian berakibat pada turunnya kualitas yang
berpengaruh terhadap faktor fatique dan kemudahan korosi. Ketika terjadi kebocoran
pada zat kimia tertentu yang mudah mengalami kebakaran maka ledakan dapat lebih
mudah terjadi. Adanya manajemen proses dalam proses cek kondisi mesin dan kalibrasi
alat sangat diperlukan secara rutin agar apabila terjadi kebocoran dapat diantisipasi
sejak dini.
c. Faktor Kegiatan Khusus
Kegiatan khusus yang dapat menimbulkan kebocoran atau paparan amoniak ke
lingkungan adalah kegiatan pemindahan amoniak ke tangki lain atau kegiatan loading ke
kapal, atau saat adanya program pengosongan tangki yang harus membuang sisa cairan
amoniak ke chemical pond, termasuk saat pemindahan amonia water ketangki WWT
(waste water tank) di pabrik urea.
Faktor Eksternal
a. Faktor Alam
Faktor alam seperti gempabumi atau tsunami atau mungkin adanya sambaran petir
dapat menimbulkan kerusakan tangki yang mengakibatkan bocornya amoniak ke
lingkungan. Faktor alam ini berdasarkan kejadian masa lalu atau sejarahnya belum
pernah terjadi di Provinsi Kalimantan Timur. Faktor ini dapat dianggap tidak ada,
2-46
sedang untuk kasus sambaran petir daerah Bontang tidak masuk dalam daerah/peta
petir, tidak seperti didaerah Cilacap Jawa Tengah.
b. Faktor Keamanan
Faktor keamanan yang dapat mengancam keselamatan sistim tangki adalah situasi
keamanan yaitu adanya perang atau sabotase. Faktor keamanan seperti halnya diatas
dimasukkan dalam prediksi tidak ada.
2.4.5 Isu-isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur
Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur di Kota Bontang antara lain dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.38 Isu-isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur di Kota Bontang
SEKTOR ISU STRATEGIS
Perumahan dan Permukiman
Ditetapkan 24 titik lokasi kawasan permukiman kumuh di Kota Bontang, dengan luas 123,21 Ha.
Air Minum Cakupan pelayanan air minum di Kota Bontang dirasa masih belum optimal, baik dari sisi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas (66,% oleh perpipaan PDAM).
Air Limbah Kepemilikan jamban di Kota Bontang adalah 97.44% dengan rincian kepemilikan jamban pribadi sebesar 96.11% dan MCK/WC Umum sebesar 1,33%. Sedangkan sisanya sebesar 3,27% masyarakat BAB ditempat lainnya yaitu WC helikopter, sungai/pantai/laut, kebun/pekarangan, selokan/parit/got, lubang galian dan lain-lain. (Data EHRA 2015).
Persampahan Pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan Data EHRA 2015 :Sebelum membuang sampah sebagian besar 84,15% rumah tangga tidak pernah melakukan pemilahan sampah dan hanya sebesar 15,85% rumah tangga yang selalu melakukan pemilahan sampah sebelum dibuang. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah yaitu sebagian besar masyarakat melakukan dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 82,79%, sedang lainnya dikumpulkan oleh kolektor informal 3,69%, dibakar 8,20%, dibuang ke sungai/laut/danau 2,97%, dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan 0,72% dan 1,02% ditempat lainnya.
Drainase Drainase: 7,99% Rumah Tangga pernah mengalami kebanjiran sekali dalam setahun, 5,23% mengalami beberapa kali dalam satu tahun, 1,13% pernah mengalami banjir sekali / beberapa kali dalam sebulan dan 1.02% tidak tahu. Lama air banjir/genangan mengering yaitu Kurang dari 1 jam sebesar 24,62%, antara 1-3 jam 23,08%, setengah hari 24,62%, selama satu hari 12,31%, lebih dari 1 hari 10,77% dan selebihnya 4,62% tidak tahu.
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2016