Post on 06-Feb-2018
PROFIL DARAH MERAH AYAM BROILER YANG DIBERI
JAMU BAGAS WARAS (JAHE, KENCUR, DAN KUNYIT)
MELALUI AIR MINUM
ZULFITRA UTAMI PUTRI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Darah Merah
Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui
Air Minum adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Zulfitra Utami Putri
NIM B04100074
ABSTRAK
ZULFITRA UTAMI PUTRI. Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu
Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum. Dibimbing oleh
ANDRIYANTO dan ABADI SUTISNA.
Jamu bagas waras terdiri atas kombinasi jahe (Zingiber officinale), kencur
(Kaempferia galanga), dan kunyit (Curcuma domestica). Penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh pemberian jamu bagas waras yang diberikan melalui
air minum terhadap profil darah merah ayam broiler. Sebanyak 20 ekor ayam
broiler dibagi menjadi 4 perlakuan yang terdiri atas 5 ulangan. Ayam tanpa
pemberian jamu bagas waras digunakan sebagai kontrol dan ayam dengan
penambahan jamu bagas waras dengan dosis 0.1, 1, dan 10 mL/L air minum
digunakan sebagai kelompok perlakuan. Pemberian jamu bagas waras dimulai
pada hari ke-7 pemeliharaan. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-7, 21,
dan 35 pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jamu bagas
waras dengan dosis 1 dan 10 mL/L pada hari ke-21 meningkatkan jumlah sel
darah merah dan kadar hemoglobin (p<0.05) dan meningkatkan nilai hematokrit
secara deskriptif. Pada hari ke-35, penambahan jamu bagas waras secara
deskriptif meningkatkan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit pada semua dosis
dan jumlah sel darah merah pada dosis 10 mL/L. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa pemberian jamu bagas waras meningkatkan jumlah sel
darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam broiler.
Kata kunci: broiler, hematokrit, hemoglobin, jamu bagas waras, sel darah merah
ABSTRACT
ZULFITRA UTAMI PUTRI. Red Blood Cell Profile of Broiler with Jamu Bagas
Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) Administration through Drinking Water.
Supervised by ANDRIYANTO and ABADI SUTISNA.
Jamu bagas waras consists of jahe (Zingiber officinale), kencur
(Kaempferia galanga), and kunyit (Curcuma domestica). This research was
conducted to study of effect jamu bagas waras administration orally through
drinking water in broiler red blood profile. Twenty broilers were divided into 4
groups and 5 replications. Experimental broilers without jamu bagas waras
administration were control group and treatment groups were experimental
broilers with administration of jamu bagas waras orally a dose of 0.1, 1, and 10
mL/L. The administration of jamu bagas waras was begun on 7th day post DOC.
Blood sampling was conducted on 7th
, 21st, 35
th day post DOC. The results of this
research showed that the administration of jamu bagas waras at a dose of 1 and
10 mL/L on 21st day post DOC increased total of red blood cell and haemoglobin
concentration (p<0.05) and enhanced hematocrit concentration descriptively. On
35th
day post DOC, the administration of jamu bagas waras increased
haemoglobin and hematocrit concentration in all a dose and total of red blood
cell only at a dose of 10 mL/L descriptively. It was concluded that the
administration of jamu bagas waras improved red blood profile in broiler.
Keywords: broiler, haemoglobin, hematocrit, jamu bagas waras, red blood cell
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
PROFIL DARAH MERAH AYAM BROILER YANG DIBERI
JAMU BAGAS WARAS (JAHE, KENCUR, DAN KUNYIT)
MELALUI AIR MINUM
ZULFITRA UTAMI PUTRI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum
Nama NIM
: Zulfitra Utami Putri : B04100074
Drh Andriyanto, MSi Pembimbing I
Tanggal Lulus: 0 1 SEP 7014'
Disetujui oleh
PhD APVet FKH IPB
----
Abadi Sutisna MSi Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul
karya ilmiah ini ialah Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas
Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drh Andriyanto, MSi
dan Bapak Drh Abadi Sutisna, MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dr Dra Hj Ietje
Wientarsih, Apt MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Drh Aulia Andi Mustika, MSi beserta staf Unit Pengelola Hewan Laboratorium
dan staf Laboratorium Bagian Fisiologi dan Farmakologi, Departemen Anatomi
Fisiologi dan Farmakologi yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Zulfiadi Ahmad, Ibunda
Yandefita, adik-adik (Rahmat Abdillah dan Zahra Zulfia Ananta), keluarga besar
Ahmad Zulkarnain, kak Diah, kak Edwin, kak Ridi, dan teman-teman atas segala
doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan untuk penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Zulfitra Utami Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Tanaman Penyusun Jamu Bagas Waras 2
Sel Darah Merah 3
METODE 4
Waktu dan Tempat 4
Alat dan Bahan 4
Tahap Persiapan 5
Tahap Perlakuan 5
Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Jumlah Sel Darah Merah 7
Nilai Hematokrit 8
Kadar Hemoglobin 9
SIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 10
RIWAYAT HIDUP 13
DAFTAR TABEL
1 Rataan jumlah sel darah merah (×10
6 /mm
3) ayam broiler yang diberi
jamu bagas waras melalui air minum 7
2 Rataan nilai hematokrit (%) ayam broiler yang diberi jamu bagas waras
melalui air minum 8 3 Rataan kadar hemoglobin (g%) ayam broiler yang diberi jamu bagas
waras melalui air minum 9
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging ayam adalah salah satu bahan pangan asal hewan yang sangat
diminati oleh masyarakat. Berdasarkan data BPS (2013), konsumsi daging ayam
masyarakat Indonesia meningkat signifikan dari tahun 2011 sampai 2013. Hal ini
disebabkan oleh daging ayam yang mudah diolah dan memiliki harga yang lebih
murah. Selain itu, daging ayam juga mengandung bahan-bahan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Akan tetapi, tidak semua daging ayam memiliki
kandungan gizi yang optimal, tergantung pada kualitas daging ayam yang
dihasilkan (Satyaningtijas et al. 2010). Daging yang berkualitas berkaitan erat
dengan manajemen pemeliharaan, kualitas pakan, dan air minum yang diberikan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya peningkatan kualitas daging melalui
peningkatan efektivitas pakan dan air minum yang diberikan.
Peningkatan kualitas daging ayam telah banyak dilakukan di antaranya
melalui pemberian imbuhan pakan baik bahan sintetik ataupun alami. Imbuhan
pakan tersebut digunakan untuk memacu pertumbuhan, meningkatkan efisiensi
pakan, bobot badan, dan keuntungan peternak (Daud et al. 2007; Muhammad dan
Bintang 2007; Moorthy et al. 2009). Penggunaan bahan sintetik dalam jangka
panjang biasanya dapat menimbulkan efek toksik. Oleh karena itu, beberapa tahun
terakhir banyak dilakukan eksplorasi imbuhan pakan yang berasal dari bahan
alami. Salah satu contohnya adalah penggunaan bahan alami asal tumbuhan
seperti temulawak, kunyit, kencur, dan jahe. Kunyit, kencur, dan jahe merupakan
bahan obat tradisional dan telah banyak diteliti.
Penelitian Erniasih dan Saraswati (2006) melaporkan bahwa kurkumin dan
minyak atsiri yang terkandung dalam kunyit dapat merangsang pengeluaran cairan
empedu dan mengatur sekresi asam lambung. Sementara itu, minyak atsiri yang
terkandung dalam jahe berkhasiat sebagai pembantu enzim pencernaan dalam
meningkatkan laju metabolisme pakan (Setyanto et al. 2012). Selain itu, minyak
atsiri juga terkandung dalam kencur yang bermanfaat untuk mendukung kesehatan
ayam broiler. Natta et al. (2008) melaporkan bahwa minyak atsiri dalam kencur
berperan dalam meningkatkan kerja sistem imun dan antioksidan.
Peningkatan metabolisme berpengaruh terhadap transportasi berbagai
komponen di dalam tubuh, seperti nutrisi, oksigen, karbon dioksida, hormon, dan
sistem kekebalan tubuh. Kondisi tersebut dapat dilihat melalui pemeriksaan
gambaran darah yang merupakan salah satu parameter penting dari status
kesehatan hewan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari
pengaruh pemberian jamu bagas waras (jahe, kencur, dan kunyit) terhadap profil
sel darah merah ayam broiler.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh pemberian jamu
bagas waras terhadap perubahan jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan
kadar hemoglobin pada ayam broiler.
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah tentang pemberian
jamu bagas waras melalui air minum terhadap gambaran jumlah sel darah merah,
nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam broiler sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan pada penelitian ayam broiler selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Penyusun Jamu Bagas Waras
Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis tanaman yang
banyak ditemukan di Indonesia. Chattopadhyay et al. (2004) melaporkan bahwa
kunyit mengandung protein, lemak, mineral, karbohidrat, dan air. Selain itu,
rimpang kunyit juga mengandung minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin,
desmetoksi-kurkumin, dammar, dan gom (Khumaini et al. 2012). Kurkumin
dilaporkan dapat merangsang sekresi cairan empedu dan berperan sebagai
gastroprotektan (Chattopadhyay et al. 2004). Sementara itu, minyak atsiri
dilaporkan berperan dalam mengatur keluarnya asam lambung. Sekresi cairan
empedu dan asam lambung yang teratur memengaruhi proses metabolisme nutrisi
dalam saluran pencernaan (Erniasih dan Saraswati 2006). Selain itu, kurkumin
juga berkahasiat sebagai antibakteri (Chattopadhyay et al. 2004; Sinurat et al.
2009; Wientarsih et al. 2013), imunomodulator (Widhyari et al. 2009), dan
antioksidan (Chattopadhyay et al. 2004; Sinurat et al. 2009).
Kencur
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu komoditas herbal
yang dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kanjanapothi et al.
(2003) menyatakan bahwa kencur banyak mengandung minyak atsiri
dibandingkan dengan kandungan lain seperti pati dan resin (Ramadhan 2006).
Kandungan minyak atsiri dalam kencur diantaranya terdiri atas, borneol, 3-carene,
camphene, cineol, etil sinnamat, kaempferol, carvone, kaempferide, eukaliptol,
cinnamaldehyde, α-pinene, asam p-metoksisinnaamic, etil p-metoksisinamat,
metilsinnamate, benzene, dan pentadecan (Kanjanapothi et al. 2003; Tewtrakul et
al. 2005; Ridtitid et al. 2008). Etil p-metoksisinamat merupakan zat paling
bermanfaat dibandingkan dengan zat lain yang terkandung dalam minyak atsiri
dari kencur. Etil p-metoksisinamat dilaporkan berkhasiat sebagai antioksidan
(Tewtrakul et al. 2005; Chan et al. 2008; Natta et al. 2008; Wan-Ibrahim et al.
2010), antimikrobial (Tewtrakul et al. 2005; Natta et al. 2008), dan meningkatkan
kerja sistem imun (Natta et al. 2008).
3
Jahe
Jahe (Zingiber officinale) juga merupakan salah satu komoditas herbal
andalan yang banyak ditemukan di Indonesia. Menurut El-Baroty et al. (2010)
jahe mengandung senyawa-senyawa bioaktif seperti fenolik (shogaol dan
gingerol) dan minyak atsiri. Minyak atsiri dalam jahe antara lain mengandung
bisapolen, gingerlicolipid, zingiberol, curcurmen, 6-dehydrogingerdion, dan
zingiber. Minyak atsiri berkhasiat sebagai pembantu enzim pencernaan dalam
meningkatkan laju metabolisme pakan. Laju metabolisme meningkat disebabkan
oleh adanya ransangan terhadap selaput lendir usus, sehingga nafsu makan
meningkat akibat lambung lebih cepat kosong (Setyanto et al. 2012). Selain itu,
kandungan minyak atsiri dalam jahe juga berkhasit sebagai antioksidan,
antibakterial (El-Baroty et al. 2010; Supriyanto dan Cahyono 2012), dan antifungi
(Gholib 2008).
Sel Darah Merah
Eritrosit
Eritrosit merupakan salah satu komponen utama penyusun darah selain
leukosit dan platelet. Dibandingkan dengan leukosit dan platelet, eritrosit atau sel
darah merah merupakan komponen penyusun darah paling banyak. Eritrosit dapat
mencapai 5 juta sel di dalam darah. Proses pembentukan eritrosit disebut dengan
eritropoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang (Guyton dan Hall 2006).
Menurut Meyer dan Harvey (2004) umur eritrosit unggas lebih pendek dari
mamalia yaitu berumur antara 28-45 hari. Selain itu, eritrosit unggas berbentuk
oval, berinti, dan berukuran lebih besar dibandingkan dengan eritrosit mamalia.
Fungsi utama eritrosit adalah sebagai pembawa oksigen dari paru-paru menuju
jaringan dan pembawa karbon dioksida dari jaringan kembali ke paru-paru.
Jumlah eritrosit dalam sirkulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
hormon eritropoietin dan hemolisis. Hormon eritropoietin berfungsi merangsang
eritropoiesis dengan cara memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik
dalam sumsum tulang.
Hematokrit
Hematokrit atau packed cell volume (PCV) merupakan persentase jumlah
eritrosit dalam 100 mL darah yang dalam perhitungannya memerlukan
sentrifugasi (Cunningham 2002). Menurut Guyton dan Hall (2006) nilai
hematokrit berbanding lurus dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada
kondisi hewan normal, sehingga meningkatnya jumlah eritrosit dapat
mengindikasikan terjadinya peningkatan nilai hematokrit. Nilai hematokrit antara
lain dipengaruhi oleh volume darah, tingkat keaktifan tubuh, anemia, dan
ketinggian tempat tinggal (tergantung spesies). Peningkatan nilai hematokrit dapat
mengindikasikan terjadinya peningkatan viskositas darah yang disebabkan oleh
adanya gangguan sirkulasi darah. Jika nilai hematokrit rendah, dapat
4
mengindikasikan terjadinya beberapa kelainan seperti anemia, kerusakan sumsum
tulang, hemoragi, kerusakan eritrosit, malnutrisi, myeloma, dan arthritis. Menurut
Kusnadi (2008) nilai hematokrit pada ayam (khususnya ayam broiler) sangat
dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah pigmen eritrosit yang terdiri atas kompleks protein
terkonjugasi dan mengandung besi. Sintesis hemoglobin di darah dimulai dalam
proeritroblas yang kemudian dilanjutkan sedikit dalam retikulosit. Hemoglobin
berfungsi sebagai pengikat dan pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin memiliki daya gabung (afinitas) terhadap oksigen yang membentuk
oksihemoglobin di dalam sel darah merah dan oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan tubuh (Evelyn dan Pearce 2009). Kadar hemoglobin bervariasi untuk
setiap spesies. Kadar hemoglobin pada unggas normal berkisar antara 7-13 g/dL
dan menempati sepertiga dari volume sel darah merah (Apsari dan Arta 2010).
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan April 2014 di
kandang unggas Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) dan Laboratorium
Bagian Fisiologi dan Farmakologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan
Farmakologi FKH IPB. Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam broiler.
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang ayam, tempat
pakan dan minum, timbangan, alat tulis, syringe, tabung reaksi, ice box,
mikroskop, kamar hitung, spektrofotometer, pipa kapiler, dan microcapillary
hematocrit reader. Bahan-bahan yang digunakan adalah ayam broiler berumur 1
hari atau day old chick (DOC) sebanyak 20 ekor, disinfektan yang mengandung
glutaraldehida, benzalkonium klorida, dan isopropanol (Neo Ultrades®),
multivitamin (Vitachick®), vaksin ND IB, vaksin gumboro, vaksin ND La Sota,
jamu bagas waras, pakan komersial BR-21E yang memiliki kandungan nutrisi
sebagai berikut protein kasar 20-22%, kadar air 12%, lemak kasar 4-8%, serat
kasar 4%, abu 8%, kalsium 0.9-1.2%, fosfor 0.7-1%, koksidiostat, dan antibiotika.
Selain itu, bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, sekam,
antikoagulan EDTA, larutan pengencer Rees dan Ecker, reagen kalium sianida,
dan alkohol 70%.
5
Tahap Persiapan
Persiapan Kandang dan Pembuatan Jamu Bagas Waras
Persiapan kandang dimulai dari membersihkan kandang, tempat pakan, dan
tempat minum yang digunakan. Pembersihan ini dilakukan 1 minggu sebelum
ayam masuk ke kandang. Lantai dan dinding kandang yang telah dibersihkan,
diberi kapur (CaCO3) untuk mengurangi kejadian penyakit dan penularan penyakit
yang ada sebelumnya. Lantai kandang dilapisi dengan sekam kering dan
disemprot dengan disinfektan.
Pembuatan jamu bagas waras dilakukan 1 hari sebelum dilakukan perlakuan
pada ayam. Jamu bagas waras terbuat dari campuran jahe, kencur, dan kunyit
dengan pelarut air dengan perbandingan tertentu. Jahe, kencur, dan kunyit segar
diparut sampai halus. Kemudian, parutan jahe, kencur, dan kunyit dicampur lalu
ditambahkan air dengan perbandingan tertentu. Selanjutnya, campuran tersebut
dipanaskan hingga suhu 60 °C dan diulang sebanyak 3 kali. Setelah dingin,
campuran jahe, kencur, dan kunyit (jamu bagas waras) disaring dan ditambahkan
alkohol 70% dengan dosis 0.003% (sebagai antijamur). Kemudian, jamu
dimasukkan ke dalam botol dan disimpan di dalam refrigerator bersuhu 4 °C.
Tahap Perlakuan
Pemeliharaan Ayam
Hari pertama, ayam dimasukkan ke dalam kandang, kemudian diberi air
gula dan multivitamin untuk meminimalisasi terjadinya stres. Vaksinasi dilakukan
pada hari ke-3, 11, dan 18. Adapun vaksin yang diberikan tersebut secara berturut-
turut adalah vaksin ND IB, vaksin gumboro, dan vaksin ND La Sota.
Selama pemeliharaan, ayam diberi pakan dan air minum secara ad libitum.
Pemberian pakan disesuaikan dengan standar yang telah umum diterapkan di
peternakan ayam komersial. Air minum yang diberikan dicampur dengan jamu
bagas waras sesuai dengan rancangan percobaan.
Rancangan Percobaan
Sebanyak 20 ekor ayam broiler dibagi menjadi 4 perlakuan dan masing-
masing perlakuan terdiri atas 5 ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam broiler
yang tidak diberi jamu bagas waras melalui air minum dengan dosis 0 mL/L
(kontrol), ayam broiler yang diberi jamu bagas waras melalui air minum dengan
dosis 0.1 mL/L (perlakuan 1), 1 mL/L (perlakuan 2), dan 10 mL/L (perlakuan 3).
Ayam percobaan ditempatkan dalam kandang (indoor). Ayam dipelihara
selama 35 hari. Perlakuan dimulai pada hari ke-7 pemeliharaan. Pengambilan
darah dilakukan pada awal (hari ke-7), pertengahan (hari ke-21), dan akhir
perlakuan (hari ke-35).
6
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan selama perlakuan yaitu pada hari ke-7, 21,
dan 35. Sampel darah diambil melalui vena jugularis menggunakan syringe 3 mL.
Kemudian, darah dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi antikoagulan
EDTA. Tabung ditutup menggunakan sumbat karet dan diberi label sesuai dengan
kode perlakuan. Sampel darah tersebut langsung dimasukkan ke dalam ice box
dan dibawa ke Laboratorium Fisiologi untuk dilakukan pemeriksaan darah merah.
Perhitungan Eritrosit
Perhitungan eritrosit dilakukan dengan menggunakan hemositometer. Darah
dihisap menggunakan pipet pengencer eritrosit yang telah dibersihkan sampai
batas tera 0.5. Ujung pipet yang telah terhubung dengan aspirator dimasukkan ke
dalam larutan pengencer Rees dan Ecker dan dihisap hingga batas tera 101. Ujung
pipet dibersihkan dengan tisu dan dihomogenkan dengan membuat gerakan
memutar menyerupai angka 8. Setelah larutan homogen, cairan yang terdapat
dalam pipet dibuang sekitar 2-3 tetes untuk mendapatkan bagian yang benar-benar
homogen. Hasil pengenceran diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara
menyentuhkan ujung pipet pada tepi kaca penutup kamar hitung. Kamar hitung
didiamkan beberapa menit agar darah mengendap sempurna. Kamar hitung
diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Perhitungan jumlah
eritrosit dilakukan dengan menghitung butir darah merah yang terdapat di dalam 5
kotak kecil yang terletak di tengah kamar hitung. Kotak-kotak tersebut yaitu 4
kotak yang terdapat di sudut dan 1 kotak yang terdapat di tengah. Penentuan
jumlah eritrosit per mm3 yaitu dengan mengalikan jumlah eritrosit dari 5 kotak
yang dihitung dengan 10 000/mm3.
Perhitungan Nilai Hematokrit
Nilai hematokrit dihitung menggunakan metode mikrohematokrit. Darah
diambil dengan cara menempelkan bagian pipa kapiler yang tidak bertanda ke
dalam darah. Darah dibiarkan mengalir hingga mengisi 4/5 bagian pipa kapiler.
Bagian ujung pipa kapiler yang bertanda merah disumbat dengan menggunakan
jari telunjuk dan bagian yang lainnya disumbat menggunakan crestaseal. Pipa
kapiler disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 12 000 rpm, dengan
bagian bertanda merah mengarah ke pusat sentrifius. Nilai hematokrit ditentukan
dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah menggunakan
microcapillary hematocrit reader.
Perhitungan Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin dihitung menggunakan metode cyanomethemoglobin.
Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan 10 μL darah ke dalam 25 mL
kalium sianida dalam tabung reaksi. Campuran tersebut didiamkan selama 5 menit.
Campuran dimasukkan ke dalam kuvet dan dibaca dengan alat spektrofotometer
7
pada panjang gelombang 540 nm. Kadar hemoglobin diperoleh dengan membaca
absorbansi yang terdapat pada alat spektrofotometer dan dikalikan dengan 36.8 g
Hb/100 mL.
Variabel yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah sel darah merah,
nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Sel Darah Merah
Ayam broiler diberi jamu bagas waras dengan dosis 0, 0.1, 1, dan 10 mL/L
air minum (dosis bertingkat). Pemeriksaan darah dilakukan pada awal (hari ke-7),
pertengahan (hari ke-21), dan akhir perlakuan (hari ke-35). Data peningkatan
jumlah sel darah merah ayam broiler disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rataan jumlah sel darah merah (×106
/mm3) ayam broiler yang diberi
jamu bagas waras melalui air minum
Pengambilan
darah pada
Dosis jamu bagas waras (mL/L air minum) p 0 0.1 1 10
Hari ke-7 1.93±0.14bc
2.05±0.06ab
1.69±0.18c
2.36±0.24a
0.001
Hari ke-21 2.19±0.23b
2.18±0.12b
2.50±0.29a
2.58±0.04a
0.021 Hari ke-35 2.60±0.31
a 2.59±0.18
a 2.32±0.08
a 2.65±0.10
a 0.144
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang
berbeda nyata (p<0.05).
Jumlah sel darah merah yang dihitung pada hari ke-21, dengan dosis 1 dan
10 mL/L air minum mengalami peningkatan (p<0.05) dibandingkan dengan ayam
kontrol dan ayam yang diberi perlakuan jamu bagas waras dengan dosis 0.1 mL/L
air minum. Sementara itu, pada hari ke-35 pemberian jamu bagas waras dengan
dosis 10 mL/L air minum menunjukkan peningkatan secara deskriptif
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Erniasih dan Saraswati (2006) yang melaporkan bahwa
8
peningkatan dosis pemberian kunyit secara linear dapat meningkatkan jumlah sel
darah merah ayam broiler.
Peningkatan jumlah sel darah merah diduga disebabkan oleh optimalisasi
kerja zat aktif yang terkandung di dalam jamu bagas waras. Zat aktif tersebut
adalah kurkumin dan minyak atsiri. Kurkumin dilaporkan berkhasiat sebagai
pelindung mukosa lambung dengan meningkatkan sekresi musin sehingga proses
pencernaan dan penyerapan nutrisi tidak terganggu (Chattopadhyay et al. 2004).
Kandungan lain yang juga diduga berpengaruh terhadap pencernaan dan
penyerapan nutrisi adalah minyak atsiri. Minyak atsiri dilaporkan oleh Widhyari
et al. (2009) berfungsi dalam memperbaiki proses pencernaan dengan mengurangi
gerak peristaltik usus sehingga waktu transit intestinal bahan makanan menjadi
lebih lama. Oleh karena itu, penyerapan dan ketersediaan bahan pembentuk sel
darah merah dalam tubuh akan terpenuhi secara optimal.
Secara langsung, senyawa kurkumin dan minyak atsiri juga dilaporkan
berfungsi sebagai antioksidan sel darah merah (Sinurat et al. 2009; Wan-Ibrahim
et al. 2010; Supriyanto dan Cahyono 2012). Kurkumin dapat melindungi eritrosit
dari reaksi oksidasi dengan bertindak sebagai scavenger radikal bebas
(Chattopadhyay et al. 2004). Hal ini menyebabkan sel dan jaringan menerima
cukup oksigen dari darah. Kondisi ini menyebabkan penurunan konsentrasi
eritropoietin dan memperlambat produksi eritrosit sehingga eritrosit akan berada
dalam sirkulasi lebih lama (Campbell et al. 2004).
Nilai Hematokrit
Pemberian jamu bagas waras tidak menunjukkan terjadinya perubahan nilai
hematokrit pada ayam (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian jamu
bagas waras melalui air minum belum mampu meningkatkan nilai hematokrit
ayam broiler. Data nilai hematokrit ayam broiler disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan nilai hematokrit (%) ayam broiler yang diberi jamu bagas waras
melalui air minum
Pengambilan
darah pada
Dosis jamu bagas waras (mL/Liter air minum) p 0 0.1 1 10
Hari ke-7 18.99±2.43a
19.75±1.27a
20.06±2.19a
21.52±1.20a
0.291
Hari ke-21 24.28±0.08a
25.39±1.83a
26.39±1.96a
25.91±0.62a
0.277 Hari ke-35 24.77±1.54
a 26.00±0.35
a 26.59±2.42
a 26.40±2.16
a 0.343
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang
berbeda nyata (p<0.05).
Nilai hematokrit pada ayam yang diberi jamu bagas waras dengan dosis 1
mL/L air minum meningkat secara deskriptif dibandingkan dengan kelompok
ayam kontrol dan ayam yang diberi jamu bagas waras dengan dosis 0.1 dan 10
mL/L air minum. Peningkatan tersebut terjadi pada pengambilan darah hari ke-21
dan hari ke-35. Peningkatan nilai hematokrit pada pengambilan darah hari ke-21
9
pada dosis 1 dan 10 mL/L air minum sebanding dengan peningkatan jumlah sel
darah merah dari kedua kelompok tersebut. Akan tetapi, peningkatan nilai
hematokrit pada pengambilan darah hari ke-35 tidak sebanding dengan
peningkatan jumlah sel darah merah pada pengambilan darah hari yang sama.
Perbedaan tersebut diduga disebabkan oleh adanya perubahan pada ukuran sel
darah merah dan volume darah (Wientarsih et al. 2013). Perubahan pada ukuran
sel darah merah memengaruhi persentase jumlah sel darah merah dan konsentrasi
plasma darah.
Pemberian jamu bagas waras tidak mengubah nilai hematokrit ayam broiler
secara signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian jamu bagas waras
dengan dosis yang berbeda aman bagi ayam broiler. Hasil yang sama juga
dilaporkan oleh Satyaningtijas et al. (2010) yang melaporkan bahwa pemberian
suplemen kunyit tidak memengaruhi nilai hematokrit ayam broiler. Hal tersebut
dilihat dari rata-rata nilai hematokrit ayam broiler yang secara keseluruhan masih
berada dalam kisaran normal yaitu 19.93-25.33% (Widhyari et al. 2009).
Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin menunjukkan kandungan oksigen dalam darah. Kadar
hemoglobin berkaitan erat dengan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit.
Kadar hemoglobin menempati sepertiga dari volume sel darah merah. Data kadar
hemoglobin ayam broiler disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Rataan kadar hemoglobin (g%) ayam broiler yang diberi jamu bagas
waras melalui air minum
Pengambilan
darah pada
Dosis jamu bagas waras (mL/Liter air minum) p 0 0.1 1 10
Hari ke-7 6.59±0.40a
6.41±0.65a
5.89±0.23a
6.62±0.30a
0.305
Hari ke-21 8.39±0.99b
8.38±1.12b
9.34±0.02a
8.81±1.04a
0.014
Hari ke-35 9.37±1.52a 9.66±0.71
a 10.22±0.85
a 9.93±0.66
a 0.956
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0.05).
Kadar hemoglobin pada pengambilan darah hari ke-21 menunjukkan
peningkatan yang signifikan (p<0.05). Kadar hemoglobin yang menunjukkan
peningkatan paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain adalah ayam yang
diberi jamu bagas waras dengan dosis 1 mL/L air minum. Sementara itu, pada
pengambilan darah hari ke-35 pemberian jamu bagas waras dengan dosis 1 mL/ L
air minum juga menunjukkan peningkatan secara deskriptif dibandingkan dengan
kelompok lain.
Kadar hemoglobin yang meningkat tersebut diduga disebabkan oleh adanya
kurkumin dan minyak atsiri yang terkandung dalam jamu bagas waras. Kurkumin
dilaporkan oleh Setyanto et al. (2012) mampu meningkatkan nafsu makan. Nafsu
makan meningkat karena adanya ransangan terhadap selaput lendir usus sehingga
10
terjadi peningkatan penyerapan nutrisi. Nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
diserap dengan baik di usus, termasuk asam amino yang sangat berperan penting
dalam proses pembentukan hemoglobin (Erniasih dan Saraswati 2006). Selain itu,
kukumin dan minyak atsiri juga dilaporkan dapat melindungi hemoglobin dari
oksidasi (Sinurat et al. 2009; Wan-Ibrahim et al. 2010; Supriyanto dan Cahyono
2012). Kurkumin dan minyak atsiri dilaporkan berfungsi sebagai pengikat radikal
bebas (Chan et al. 2008).
Peningkatan metabolisme menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan
nutrisi dalam tubuh. Protein dan mineral (khususnya Fe) merupakan nutrisi yang
penting diperlukan tubuh untuk sintesis hemoglobin dan eritropoiesis. Protein
dirombak menjadi asam amino seperti glisin dan globulin. Glisin berperan dalam
proses pembentukan hemoglobin dan penyusunan plasma darah. Sementara itu,
globulin berperan dalam pembuatan hormon eritropoietin yang berguna untuk
merangsang proses eritropoiesis. Oleh sebab itu, kadar hemoglobin sangat
berhubungan dengan jumlah sel darah merah (Erniasih dan Saraswati 2006).
Hemoglobin merupakan pigmen penyebab warna merah pada darah (heme) yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen. Hemoglobin berikatan dengan oksigen dan
membentuk oksihemoglobin yang nantinya melepaskan oksigen pada sel dan
jaringan (Ali et al. 2013). Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah sel darah merah berbanding lurus
dengan peningkatan kadar hemoglobin.
SIMPULAN
Jamu bagas waras terbukti dapat meningkatkan jumlah sel darah merah,
nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Peningkatan parameter sel darah merah
tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Pemberian jamu bagas waras dengan dosis 1 dan 10 mL/L air minum dinyatakan
mampu memperbaiki profil darah merah dengan tidak mengubah status fisiologis
ayam broiler.
DAFTAR PUSTAKA
Ali AS, Ismoyowati, Indrasanti D. 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan
hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan probiotik
dalam ransum. JIP. 1(3):1001-1013.
Apsari IAP, Arta IMS. 2010. Gambaran darah merah ayam buras yang terinfeksi
leucocytozoon. J Vet. 11 (2):114-118.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Konsumsi rata-rata per kapita setahun
beberapa bahan makanan di Indonesia 2009-2013. Jakarta (ID): BPS.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi Jilid 3. Edi Ke-5. Jakarta
(ID): Erlangga.
11
Chan EWC, Lim YY, Wong LF, Lianto FS, Wong SK, Lim KK, Joe CE, Lim TY.
2008. Antioxidant and tyrosinase inhibition properties of leaves and
rhizomes of ginger species. Sci Direct Food Chem. 109(2008):477–483.
Chattopadhyay I, Biswas K, Bandyopadhyay U, Banerjee RK. 2004. Turmeric
and curcumin: biological actions and medicinal applications. Current Sci.
87(1):44-53.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Missouri (US):
Saunders Company.
Daud M, Piliang WG, Kompiang IP. 2007. Persentase dan kualitas karkas ayam
pedaging yang diberi probiotik dan prebiotik dalam ransum. JITV.
12(3):167-174.
El-Baroty GS, El-Baky HHA, Farag RS, Saleh MA. 2010. Characterization of
antioxidant and antimicrobial compounds of cinnamon and ginger essential
oils. Afr J Biochem Res. 4(6):167-174.
Erniasih I, Saraswati TR. 2006. Penambahan limbah padat kunyit (Curcuma
domestica) pada ransum ayam dan pengaruhnya terhadap status darah dan
hepar ayam (Gallus sp). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 14(2):1-6.
Evelyn C, Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama.
Gholib D. 2008. Uji daya hambat ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale
var. Rubrum) dan jahe putih (Zingiber officinale var. Amarum) terhadap
Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans. Di dalam:
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2008; Bogor,
Indonesia. Bogor (ID): hlm 827-830.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Texbook of Medical Physiology. Ed Ke-11.
Philadelphia (US): Elsevier Inc.
Kanjanapothi D, Panthong A, Lertprasertsuke N, Taesotikul T, Rujjanawate C,
Kaewpinit D, Sudthayakorn R, Choochote W, Chaithong U, Jitpakdi A et al.
2003. Toxicity of crude rhizome extract of Kaempferia galanga L. (Proh
Hom). J Ethnophar. 90(2004):359–365.
Khumaini A, Mudawaroch RE, Hanung DA. 2012. Pengaruh penambahan sari
kunyit (Curcuma domestica Val) dalam air minum terhadap konsumsi
pakan dan konsumsi air minum ayam broiler. Surya Agritama. 1(2):85-93.
Kusnadi E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan
komponen darah ayam broiler. J Indones Trop Anim Agric. 33(3):197-202.
Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation and
Diagnosis. Ed Ke-3. St. Louis (US): WB Saunders.
Moorthy M, Ravi S, Ravikumar M, Viswanathan K, Edwin SC. 2009. Ginger,
pepper and curry leaf powder as feed additives in broiler diet. Int J Poult
Sci. 8(8):779-782.
Muhammad Z, Bintang IAK. 2007. Mencapai bobot badan siap pasar melalui
penggunaan bawang putih (Allium sativum L.) pada ransum komersial
untuk ayam broiler. J Indones Trop Anim Agric. 32(3):167-172.
Natta L, Orapin K, Krittika N, Pantip B. 2008. Essential oil from five
Zingiberaceae for anti food-borne bacteria. J Int Food Research. 15(3):1-10.
Ramadhan A. 2006. Motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) jantan
setelah perlakuan dengan infusa rimpang kencur (Kaempferia galangal L.).
Media Eksakta. 2(2):67-70.
12
Ridtitid W, Sae-wonga C, Reanmongkol W, Wongnawa M. 2008. Antinociceptive
activity of the methanolic extract of Kaempferia galanga Linn. in
experimental animals. J Ethnophar. 118(2008):225–230.
Satyaningtijas AS, Widhyari SD, Natalia RD. 2010. Jumlah eritrosit, nilai
hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam pedaging umur 6 minggu dengan
pakan tambahan. JKH. 4(2):69-73.
Setyanto A, Atmomarsono U, Muryani R. 2012. Pengaruh penggunaan tepung
jahe emprit (Zingiber officinale var amarum) dalam ransum terhadap laju
pakan dan kecernaan pakan ayam kampung umur 12 minggu. J Anim Agric.
1(1):711 – 720.
Sinurat AP, Purwadaria T, Bintang IAK, Ketaren PP, Bermawie N, Raharjo M,
Rizal M. 2009. Pemanfatan kunyit dan temulawak sebagai imbuhan pakan
untuk ayam broiler. JITV. 14(2):90-96.
Supriyanto, Cahyono B. 2012. Perbandingan kandungan minyak atsiri antara jahe
segar dan jahe kering. Chem Prog. 5(2):81-85.
Tewtrakul S, Yuenyongsawad S, Kummee S, Atsawajaruwan L. 2005. Chemical
components and biological activities of volatile oil of Kaempferia galanga
Linn. Songklanakarin J Sci Techno. 27(2):503-507.
Wan-Ibrahim WI, Sidik K, Kuppusamy UR. 2010. A high antioxidant level in
edible plants is associated with genotoxic properties. Sci Direct Food Chem.
122(2010):1139–1144.
Widhyari SD, Wientarsih I, Soehartono H, Kompiang IP, Winarsih W. 2009.
Efektivitas pemberian kombinasi mineral zinc dan herbal sebagai
imunomodulator. JIPI. 14(1):30-40.
Wientarsih I, Widhyari SD, Aryanti T. 2013. Kombinasi imbuhan herbal kunyit
dan zink dalam pakan sebagai alternatif pengobatan kolibasilosis pada
ayam pedaging. J Vet. 14(3):327-334.
13
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Zulfitra Utami Putri. Penulis dilahirkan di Suliki
pada tanggal 14 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara
dari pasangan Bapak Zulfiadi Ahmad dan Ibu Yandefita. Penulis dibesarkan di
Kanagarian Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat
bersama Rahmat Abdillah, Rifky Jum’atul Sya’ban (Alm), dan Zahra Zulfia
Ananta.
Penulis telah menjalani jenjang pendidikan formal yaitu lulus dari SD
Negeri 2 Pandam Gadang pada tahun 2004, lulus dari MTs Negeri Dangung-
dangung pada tahun 2007, dan lulus dari SMA Negeri 1 Kecamatan Suliki pada
tahun 2010. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selain mengikuti
kegiatan akademik penulis juga aktif sebagai sekretaris di Komunitas Seni Steril
FKH IPB (2011-2013) dan staf divisi pendidikan Himpunan Profesi Ruminansia
(2011-2013).