Post on 22-Oct-2015
description
PROBLEMATIKA PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN
DI KAWASAN PERKOTAAN
Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Nadia Dwi Larasati 20120210102
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
Daerah perkotaan merupakan kawasan dengan tingkat mobilitas tinggi dan
ketersediaan lahan pertanian yang terbatas. Lahan pertanian yang tersedia itu pun
hanya dapat dilihat di beberapa tempat tertentu saja. Hal ini dikarenakan lahan
pertanian yang ada telah berganti fungsi menjadi kawasan perumahan atau bahkan
pusat kegiatan industri. Namun, diantara lahan pertanian yang sudah mengalami
perubahan fungsi ini masih terdapat sepersekian dari bagian lahan pertanian
tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan optimalisasi lahan
sempit yaitu pekarangan rumah.
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar
rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai
jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional
dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di
sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan
biofisika (Soemarwoto (1975) dalam Hidayat, 2013).
Pemanfaatan dan pengoptimalan lahan pekarangan menjadi penting
mengingat semakin sedikitnya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian dan penghijauan. Selain itu, pekarangan ini juga dapat
berfungsi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan sayuran (apabila yang ditanam
merupakan tanaman sayur), penyaluran hobi, sumber plasma nutfah dan ragam
jenis biologi, pengendali iklim sekitar rumah dan tempat untuk kenyamanan.
Fungsi lain dari pekarangan yang juga cukup penting yakni sebagai penyerap
karbondioksida dan penghasil oksigen, tempat resapan air hujan dan air limbah
keluarga ke dalam tanah serta pekarangan ini juga melindungi tanah dari
kerusakan erosi.
II. PERMASALAHAN
Seperti halnya di daerah perkotaan lainnya, masyarakat Kelurahan
Wirobrajan, Kota Yogyakarta mempunyai lahan pekarangan yang sangat terbatas
dengan rata-rata hanya berkisar 8-10 m2. Sebagian besar lahan pekarangan
tersebut hanya dimanfaatkan untuk tanaman hias atau halaman saja. Masyarakat
tersebut melalui kelompok ibu-ibu dasa wisma mempunyai keinginan agar
lahannya dapat dimanfaatkan lebih produktif dengan budidaya tanaman. Sebagai
gambaran wilayah Wirobrajan berada pada ketinggian tempat 100 m dpl, dengan
jenis tanah Regosol, suhu siang hari 28-300 C, dengan intensitas radiasi matahari
cukup tinggi dan kecepatan angin relatif sedang. Bagaimana memberikan
alternatif solusi terhadap keinginan masyarakat tersebut ?
III. ANALISIS MASALAH
Berdasar pada permasalahan, maka dapat dianalisis beberapa penyebab
permasalahan yang dihadapi ibu-ibu dasa wisma di Kelurahan Wirobrajan, Kota
Yogyakarta dalam pemanfaatan lahan pekarangannya yaitu sebagai berikut :
a. Pekarangan yang ada di sana hanya ditanami tanaman hias atau tidak
digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman (hanya digunakan untuk
halaman saja).
b. Perlu adanya pemeliharaan tanaman hias secara lebih lanjut agar
tanaman hias yang ada lebih terawat dan menjadi sudut estetika bagi
pemiliknya.
c. Lahan pekarangan yang dimiliki warga di sana memiliki luasan kurang
lebih 8-10 m2. Dengan luasan yang hanya seluas itu tidak bisa
dimanfaatkan untuk penanaman tanaman yang besar, maka hanya
dimungkinkan untuk tanaman semusim atau tabulampot.
d. Ketinggian tempatnya yang hanya 100 m dpl, dengan jenis tanah
Regosol, suhu siang 28-300 C, intensitas matahari cukup tinggi dan
kecepatan angin relatif sedang, maka harus dapat memilih jenis tanaman
yang sesuai dengan kondisi mikroklimat yang ada di sana.
e. Perlu menentukan teknik atau cara penanaman yang tepat untuk lahan
sempit agar dapat memaksimalkan hasil dan juga keanekaragaman
tanaman yang dapat ditanam di pekarangan.
IV. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lahan Pekarangan
Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di
sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu
atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan
dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan
fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial
budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika (Soemarwoto (1975)
dalam Hidayat, 2013).
Penataan Pekarangan
Pekarangan merupakan lahan di sekitar rumah, karena itu pemanfaatan
pekarangan bukan hanya mempertimbangkan hasil, tapi juga perlu
mempertimbangkan aspek keindahan. Sebagai acuan, penataan pekarangan
dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Halaman depan (buruan) : tanaman hias, pohon buah, tempat bermain
anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian
2. Halaman samping (pipir) : tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu
bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan
kamar mandi
3. Halaman belakang (kebon) : bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu,
kandang ternak, tanaman industri
Potensi Pengembangan
Komoditi yang diusahakan di pekarangan sebaiknya disesuaikan dengan
kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan
nilai guna meliputi :
Gambar 1. Potensi Pengembangan Pekarangan
1. Tanaman pangan: umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buah-
buahan, bumbu-bumbuan, obat
2. Tanaman bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong,
tanaman pot, tanaman taman, anggrek)
3. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pedaging
4. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dll.
Daur Ulang di Pekarangan
Usahatani di pekarangan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah
karena, limbah yang dihasilkan dapat di daur ulang untuk kepentingan
usahatani berikutnya:
1. Sampah pekarangan dan sampah rumah tangga dapat dikomposkan
dengan membuat lubang sampah atau bak-bak pengomposan.
2. Selain untuk pupuk, sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan
ternak dan ikan
3. Pupuk kandang dan endapan lumpur dari kolam digunakan untuk
pupuk bagi tanaman
Budidaya Organik
Budidaya tanaman di pekarangan sebaiknya dilakukan secara organik atau
sesedikit mungkin menggunakan bahan kimia. melalui upaya tersebut bahan
pangan yang dihasilkan lebih sehat.
1. Bahan organik berasal dari sisa tanaman, limbah ternak, libah rumah
tangga atau lumpur endapan kolam ikan.
2. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan
biodekomposer yang banyak dijual di pasaran.
B. Tanah Regosol
Tanah regosol merupakan tanah yang terbentuk dari hasil erupsi
gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya
unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi,
dan mudah tererosi. Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di
setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun
yang sudah mati dan banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian karena
tanah regosol ini mempunyai tingkat kesuburan dan kelembaban paling
baik serta memiliki sifat gembur, remah, berwarna hitam, mengandung
banyak organisme, memiliki pori-pori banyak.
V. PENYELESAIAN MASALAH
Budidaya tanaman yang dapat dilakukan di pekarangan dengan luas lahan
yang hanya 8-10 m2 dapat dilakukan dengan beberapa teknik penanaman yaitu :
a. Pemeliharaan Tanaman Hias secara Lanjut
Keberadaan tanaman hias yang ada di pekarangan tidak mungkin
dihilangkan, karena mempunyai aspek estetika untuk memperindah
pekarangan. Untuk itu dibutuhkan pengelolaan atau pemeliharaan agar
tanaman hias yang ada dapat tetap dinikmati aspek estetikanya. Langkah yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pemangkasan
Pemangkasan dimaksudkan agar tanaman memiliki bentuk sesuai
dengan yang kita inginkan. Pada beberapa tanaman, pemangkasan
ditujukan untuk menghindari penggunaan nutrisi yang berlebihan pada
pertumbuhan vegetatif (daun dan tunas), sehingga nutrisi untuk
pertumbuhan generatif (bunga dan biji) tercukupi. Pemangkasan yang
dapat dilakukan yaitu pada bagian cabang batang sekunder atau
tersiernya agar produktivitasnya tanamannya tidak terhambat.
2. Pemupukan
Tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup untuk bisa tumbuh
dan berbunga dengan indah. Untuk itu, tanaman memerlukan
pemupukan agar kebutuhan unsur haranya tercukupi. Untuk tanaman
yang baru ditanam atau dalam masa pertumbuhan vegetatif (tunas dan
daun), sebaiknya menggunakan pupuk dengan kandungan nitrogen
yang tinggi. Hal ini dipilih karena pada masa pertumbuhan vegetatif,
tanaman banyak membutuhkan nitrogen, sedangkan kebutuhan fosfor
dan kalium dalam jumlah sedikit. Sementara, bila tanaman tersebut
dalam masa pertumbuhan generatif (pembungaan), sebaiknya pupuk
yang dipilih yaitu pupuk dengan kandungan fosfor yang tinggi.
3. Penyiraman
Penyiraman pada tanaman tidak hanya dilakukan pada media
tanam (tanah) saja, melainkan juga pada bagian-bagian tanaman. Pada
dasarnya, penyiraman bertujuan agar media tanam menjadi lebih
gembur sehingga akar tanaman akan lebih mudah untuk mengambil
unsur hara di dalam media tanam. Sementara, pada tanaman itu
sendiri, penyiraman bertujuan untuk menurunkan tingkat evaporasi dan
transpirasinya. Waktu yang tepat untuk penyiraman yaitu pada pagi
atau sore hari. Hal ini didasarkan pada saat tersebut intensitas cahaya
matahari tidak tinggi, sehingga tanaman tidak terlalu stres karena
perbedaan suhu yang drastis. Penyiraman sangat dibutuhkan tanaman
pada saat musim kemarau. Sementara, alat yang umumnya digunakan
untuk penyiraman yaitu gayung dan ember, selang serta sprinkler.
4. Penyiangan
Penyiangan merupakan bentuk pemeliharaan untuk mengendalikan
pertumbuhan gulma disekitar tanaman hias. Penyiangan sebaiknya
dilakukan secara berkala, misalnya sebulan sekali. Namun, apabila
gulma disekitar tanaman hias sudah terlihat mengganggu sebaiknya
segera dilakukan penyiangan. Penyiangan dapat dilakukan secara
manual dengan tangan atau dapat juga menggunakan cangkul kecil.
b. Penggunaan Teknik Penanaman yang Lain
1. Vertikultur
Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara
vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Bercocok tanam
secara vertikultur sebenarnya tidak berbeda dengan bercocok tanam di kebun
maupun di ladang. Hanya saja, dalam bercocok tanam secara vertikultur ini
memiliki perbedaan dalam penggunaan lahannya. Teknik budidaya ini tidak
memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang tidak
memiliki halaman sekalipun.
Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun
dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Dalam perkembangan
selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam di
pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikit pun.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat model sederhana mudah
ditemukan, sehingga dapat diterapkan oleh ibu-ibu rumah tangga yang dalam
hal ini sebagai pemula. Dalam pembuatan vertikultur ini perlu memerhatikan
beberapa hal yakni pemilihan jenis tanaman, model vertikultur, media tanam,
teknik penanaman dan pemeliharaan vertikulturnya.
1. Pemilihan Jenis Tanaman
Teknik budidaya secara vertikultur tidak bisa ditanami oleh semua jenis
tanaman. Hanya tanaman-tanaman tertentu saja yang bisa ditanam di
daerah Wirobrajan, seperti seledri, selada, sawi, kangkung, bayam merah,
bawang daun. Jenis tanaman tersebut dipilih karena cocok untuk
vertikultur dengan model vertikal dan juga cocok untuk ketinggian 100m
dpl.
2. Persiapan Bahan Tanam
Bibit yang akan digunakan untuk vertikultur dapat ditanam
dengan dua cara yakni menanam benih secara langsung dalam media
tanam (benih cabai, tomat, kangkung dan terong) dan menyemaikan
benih terlebih dahulu dalam bak-bak semai (benih selada, seledri,
pakchoi, bayam, sawi dan caisim). Benih yang digunakan merupakan
benih yang bagus dengan ciri-ciri padat/bernas, segar dan warnanya
sesuai dengan aslinya.
3. Pemilihan Model Vertikultur
Model vertikultur yang dimungkinkan untuk diterapkan di daerah
Wirobrajan yaitu menggunakan model vertikultur yang berbentuk
vertikal maupun horizontal. Dapat menggunakan paralon maupun bambu
(apabila tersedia dan mudah didapatkan). Namun, untuk kawasan
perkotaan sendiri dengan luasan lahan yang sempit dimungkinkan akan
lebih mudah menerapkan vertikultur dengan bentuk vertikal dengan
bahan menggunakan paralon. Hal ini dikarenakan dengan bentuk vertikal
akan lebih menghemat luasan yang digunakan untuk satu vertikultur dan
juga mampu dibuat lebih banyak vertikultur untuk jenis tanaman yang
banyak. Dan untuk penggunaan paralonnya sendiri lebih disarankan
karena paralon akan lebih mudah didapatkan di kawasan perkotaan
dibandingkan dengan mencari bambu.
Gambar 3. Model Vertikultur Sederhana
4. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan merupakan tanah yang ada di
halaman rumah saja. Dengan jenis tanahnya yang regosol juga akan
mudah untuk menanam berbagai jenis tanaman yang memungkinkan
untuk dibuat vertikultur. Jenis tanah regosol juga tidak memerlukan
perlakuan yang terlalu sulit sebagai media tanam.
Komposisi media tanam yang dapat digunakan adalah tanah
gembur, pasir halus dan pupuk kandang atau pupuk hijau dengan
perbandingan 1:1:1. Selain dengan menggunakan komposisi tersebut,
dapat juga menggunakan komposisi berupa tanah gembur, serabut kelapa
halus dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 (Desiliyarni, dkk,
2007).
5. Teknik Penanaman
a. Menyiapkan media tanam yang sudah dicampur dengan pupuk
kandang dengan perbandingan 3 : 1
b. Menyiapkan paralon yang akan digunakan dengan membuat lubang
diempat sisi paralon dengan lebar 5-7 cm dengan jarak bagian atas
dengan bawahnya 30 cm.
c. Kemudian paralon yang sudah jadi diposisikan pada dudukannya dan
diisi dengan tanah sampai penuh
d. Memasukkan biji atau bibit ke dalam lubang tanam/lubang paralon
dan kemudian disiram sampai media tanam basah. Setiap lubang
tanam diberi 2-3 biji atau bibit.
6. Pemeliharaan Vertikultur
Pemeliharaan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar tanaman dapat
tumbuh dengan baik adalah sebagai berikut :
- Penyiraman
Untuk bentuk vertikultur sederhana, penyiraman dapat dilakukan
secara manual dengan menyiram dari bagian atas vertikultur atau
dapat juga dibuat sistem irigasi tetes atau penyiraman dengan sprinkle
(Desiliyarni, dkk, 2007). Namun, penyiraman dengan menggunakan
sistem irigasi tetes atau dengan sprinkle sedikit sulit bagi ibu-ibu dasa
wisma dalam pembuatannya sehingga lebih disarankan menggunakan
penyiraman manual yaitu dengan menyiramnya dari atas bagian
paralon. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari.
Penyiraman bisa juga dilakukan dengan cara menyemprotkannya
secara langsung ke tanaman.
- Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila disekitar tanaman sudah ditumbuhi
gulma yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan
dilakukan secara manual pada setiap lubang tanam.
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit pada sistem pertanaman vertikultur
ini dilakukan secara mekanik (pada bagian tanaman yang terkena
penyakit) atau tanaman dapat disulam apabila tanaman sudah diserang
secara menyeluruh oleh penyakit dan juga hama. Selain dilakukan
pengendalian secara mekanik dapat juga dikendalikan dengan
menggunakan pestisida. Namun, penyemprotan perlu dihentikan pada
saat 14-21 hari sebelum panen. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
residu dan efek berbahaya pada konsumen yang disebabkan oleh
pestisida.
2. Tabulampot
Tabulampot adalah menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman
lainnya: bunga) di dalam pot. Syarat agar tabulampot ini dapat berhasil adalah
sebagai berikut :
Pemilihan jenis dan bibit tanaman yang sesuai dengan ketinggian
tempat
Media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan
hara, air dan aerasi yang baik
Pemupukan yang efektif
Pengendalian hama dan penyakit
Gambar 2. Contoh Tabulampot
Pada tabulampot ini juga pemilihan pot juga merupakan hal yang perlu
diperhatikan selain hal-hal diatas karena pot harus sesuai dengan jenis
tanaman yang dipilih. Pot yang kurang baik, akan menghasilkan tata udara
yang kurang baik sehingga kurang menguntungkan untuk perkembangan
akar.
1. Persiapan Sebelum Tanam
Dalam penanaman tabulampot ini perlu memerhatikan beberapa
hal sebelum bibit ditanam di dalam pot, karena dapat menjadi faktor
penentu keberhasilan penanaman nantinya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan yakni pemilihan bibit, media tanam dan wadah untuk
menanamnya.
- Pemilihan Jenis Tanaman
Beberapa jenis tanaman buah yang dapat ditanam pada lahan
pekarangan di daerah Wirobrajan tersebut yakni mangga, kelengkeng,
jambu air, jeruk, sawo, kedondong, srikaya, sirsak dan rambutan.
- Pemilihan Bibit
Bibit yang baik tentu akan menghasilkan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dianjurkan untuk
memilih bibit tanaman buah yang berasal dari varietas dengan mutu
baik. Pemilihan bibit tanaman harus dilakukan secara hati-hati,
sehingga nantinya bibit yang digunakan merupakan bibit unggul yang
sudah benar-benar teruji. Bentuk bibit yang disarankan yaitu bibit
hasil cangkokan dengan varietas unggul yang dapat ditemukan dengan
mudah di penjual bibit tanaman. Kami lebih menyarankan ibu-ibu
dasa wisma membeli bibit cangkokan, karena bibit tersebut sudah siap
ditanam dan memiliki varietas unggul sehingga akan memudahkan
ibu-ibu di sana.
Dalam memilih bibit yang akan digunakan perlu memerhatikan
beberapa hal yaitu :
Bibit atau benih berasal dari induk tegakan yang baik, (kebun
benih, pohon induk, pohon terseleksi)
Bibit tanaman yang akan digunakan sebaiknya mempunyai tinggi
kurang lebih 25 cm.
- Pemilihan Pot
Pemilihan pot yang tepat menjadi modal awal bagi pertumbuhan
tanaman. Pot yang digunakan bisa dipilih dengan memanfaatkan
kaleng biscuit bekas, sisa galon air mineral, ember bekas, drum bekas
senyawa kimia dan lainnya. Pemilihan pot berdasar pada jenis dan
ukuran tanaman yang akan ditanam. Apabila pot yang digunakan
kecil, maka ukuran tanaman yang dapat ditanam yang berukuran kecil
begitu juga sebaliknya. Untuk menghindari kontaminasi zat,
disarankan membeli wadah yang sudah dicuci. Wadah yang paling
bagus adalah drum bekas. Wadah ini mampu menampung semua
sistem pengakaran.
- Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan untuk tanaman buah dalam pot
sebaiknya memenuhi syarat minimal, yaitu mengandung tanah sebesar
50%, pasir 20% dan bahan organik 30%. Bahan dasar untuk media
tanam terdiri atas tanah, pupuk kandang, kompos, pupuk kimiawi dan
bahan lain sebagai tambahan.
2. Penanaman Tabulampot
Cara menanam bibit dalam pot adalah sebagai berikut :
1. Bibit yang sudah siap tanam dikeluarkan dari polybag yang
sebelumnya sudah disemprot dengan air terlebih dahulu. Bibit
dikeluarkan dengan tanahnya dan memangkas beberapa bagian
tanaman yang terlihat tidak rapi.
2. Sebelum membentuk lubang tanam terlebih dahulu bahan tanam
dicampur dicampur pupuk NPK dengan perbandingan 15:15:15
sebanyak 100 gram, kemudian diaduk hingga merata. Pada pot yang
sudah disiapkan dibuat lubang tanam dengan ukuran lubang tanam
yang sesuai dengan perakaran bibit.
3. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian menekan tanah pada
bagian pangkal bibit pelan-pelan. Kemudian ditutup dengan tanah di
sekitar lubang tanam.
4. Bibit yang sudah ditanam disiram. Penyiraman dilakukan di sekitar
bibit yang sudah ditanam sampai cukup basah.
5. Untuk sementara waktu beri tutup kantung plastik transparan dan
meletakkannya di tempat yang teduh. Apabila sudah tumbuh tunas
baru tutup plastik bisa dibuang.
3. Pemeliharaan Tanaman
Dalam penanaman tabulampot perawatan sangat penting dan harus
dilakukan karena bisa menjadi kunci keberhasilan. Berikut ini perawatan
yang harus dilakukan :
1. Penyiraman
Pada musim kemarau, penyiraman sangat diperlukan. Hal ini karena
tidak ada sumber air lain selain dengan penyiraman. Jika menggunakan
air PAM sebaiknya diendapkan dulu semalam karena mengandung
kaporit. Usahakan air siraman tidak menggenang lebih dari 12 jam,
karena genangan air dapat menimbulkan penyakit busuk akar.
2. Penggemburan
Pemadatan media tanam biasanya terjadi karena penyiraman yang
berlebihan. Untuk itu perlu dilakukan penggemburan dengan
menggunakan sekop kecil secara hati-hati agar tidak merusak akar
tanaman.
3. Pemupukan
Kunci perawatan tabulampot terletak pada pemberian nutrisi atau
pupuk yang tepat. Pembeli juga harus mengenal jenis tanaman yang
dipotkan. Tabulampot tanaman semusim seperti jambu dan jeruk akan
berbuah terus menerus, sedangkan tanaman tahunan semacam lengkeng
dan mangga akan mengalami masa istirahat sebelum mulai berbuah
lagi.
Tanaman semusim misalnya, karena berbuah terus menerus, perlu
dipupuk secara kontinu. Setiap bulan pada minggu pertama, berikan
pupuk daun semprot, minggu kedua berikan pupuk kocor, lalu minggu
ketiga disemprot pestisida. Begitu seterusnya. Dua atau tiga bulan
sekali kita berikan pupuk anorganik, seperti NPK. Dosisnya tergantung
besarnya tanaman. Sekitar 300 gram sampai 1 kg per pot. Selanjutnya,
saat mulai berbunga, tanaman diberi pupuk dengan kandungan kalium
tinggi seperti KNO3.
Berbeda dengan tanaman buah semusim, tanaman tahunan
mengalami daur hidup yang lebih lama. Setelah semua buah habis
dipanen, segera masukkan pupuk organik seperti pupuk kandang yang
mengandung N tinggi. Pupuk diberikan langsung agar nutrisinya tetap
tercukupi untuk setiap bagian tanaman. Hal ini karena tanaman lebih
terkonsentrasi pada pembentukan buah.
Memasuki bulan ketiga, tanaman perlu diberikan pupuk dengan
kandungan fosfor (P) dan kalium (K) yang tinggi untuk merangsang
pembungaan. Biasanya menggunakan NPK. Untuk tanaman tahunan,
perlu dikombinasikan antara pupuk organik dan anorganik nonresidu
yang sesuai dengan dosisnya. Pengkombinasian pemberian pupuk ini
bertujuan agar tanaman bisa berbuah dengan baik.
Setelah terbentuk pentil buah, diperlukan pemberian pupuk dengan
kandungan K dan asam amino yang tinggi. Bertujuan untuk mencegah
kerontokan pentil buah dan mutu buah yang terbentuk juga akan bagus.
Memasuki masa pembesaran buah, pupuk anorganik yang mengandung
K dan asam amino tinggi tetap diberikan dengan tambahan pupuk
bermagnesium (Mg) tinggi. Kandungan Mg ini dibutuhkan untuk
pembentukan gula buah, buah tidak menjadi mengkal, dan tidak pecah-
pecah.
4. Pemangkasan
Pemangkasan pada tabulampot ini dilakukan untuk membentuk
habitus (kanopi) tanaman agar tampak pendek, bercabang dan
pertumbuhannya seimbang. Tujuannya, untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan produksi dan juga peremajaan pada tanaman.
Pemangkasan juga mampu menjaga kelembaban tanaman sehingga tak
mudah terserang hama dan penyakit.
Pemangkasan perdana dilakukan saat tanaman berumur kurang dari
setahun, atau tinggi batang sekitar 75-100 cm dari permukaan drum.
Cara pemangksan pertama yaitu dengan memilih 3 batang primer. Bila
panjang cabang primer mencapai 50 cm, pangkas ujungnya hingga
tumbuh cabang-cabang sekunder. Pilih hanya tiga cabang sekunder per
cabang primer. Selanjutnya, pangkas ujung cabang sekunder sampai
tumbuh cabang tersier, dan pilih hingga tiga cabang tersier. Dari tiga
cabang tersier inilah akan terjadi pembungaan dan pembuahan.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman juga penting untuk
diperhatikan karena dapat menyebabkan gagal panen. Pengendalian
hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara penyemprotan anti
hama atau penyakit secara teratur atau dapat juga dikendalikan dengan
menggunakan pestisida organik agar tidak menimbulkan pada hasil
panen buah nantinya.
6. Penggantian Media Tanam dan Pot
Setelah tanaman buah tumbuh besar di dalam pot dan tanaman mulai
tidak seimbang dengan potnya atau media tanam sudah tidak bagus
(tidak porous, terlalu keras, dll), maka perlu adanya penggantian pot
dan media tanam. Pada saat mengganti media tanam ataupun mengganti
pot, akar bisa dipangkas, tapi harus sangat hati-hati agar akarnya tetap
dalam kondisi yang bagus. Setelah itu siram dengan vitamin B1 atau air
cucian beras sebagai anti stress agar tanaman tidak layu. Sedang untuk
penggantian media tanamnya usahakan komposisi tanah, pupuk kandang
dan sekam padi sama seperti pada awal penanaman. Hal ini diperlukan
agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya,
mengingat semakin besar tanaman maka semakin besar pula kebutuhan
untuk pertumbuhannya. Selain itu, maksud dari penggantiaan media tanam
ini untuk meningkatkan kembali kesempatan tanaman untuk berbuah.
Selain melakukan penggantian media tanam perlu juga dilakukan
penggantian pot. Hal ini karena apabila pot masih dalam ukuran yang
sama seperti semula akan menghambat pertumbuhan tanaman.
penggantian pot sebaiknya dilakukan 2-3 tahun sekali atau paling lama
4-5 tahun sekali (Najiyati, dkk, 2009).
VI. KESIMPULAN
Pemanfaatan lahan pekarangan di Kelurahan Wirobrajan, Kota Yogyakarta
dapat dilakukan dengan cara atau solusi sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Tanaman Hias secara Lanjut
2. Penggunaan Teknik Penanaman yang Lain yaitu dengan vertikultur dan
tabulampot.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Vertikultur Seledri. http://www.saungtani.com/2013/05/vertikultur -sledri.html . Diakses tanggal 9 Desember 2013.
Anonim. 2013. Pemilihan dan Perawatan Tanaman Hias. http://tanamanhias. comze.com/tips.html . Diakses tanggal 28 Desember 2013.
Desiliyarni, T., Yuni, A., Farida, F., dan Joesi, E. H. 2007. Vertikulutur, Teknik Bertanam di Lahan Sempit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 61 hal.
Hasan. 2013. Tabulampot. http://www.sriwijayatani.com/index.php/tabulampot . Diakses tanggal 9 Desember 2013.
Herman. 2011. Tabulampot. http://tabulampotpurwokerto.blogspot.com/ . Diakses tanggal 8 Desember 2013.
Hidayat, A. M. 2013. Pertanian Pekarangan. http://www.anakagronomy.com/ 2013/01/pertanian-pekarangan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013.
Kostaman, T. 2010. Pemanfaatan Pekarangan. http://tatangkostaman. blogspot.com/2010/08/pemanfaatan-pekarangan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013.
Najiyati, S. dan Danarti. 2009. Memilih dan Merawat Tanaman Buah di Pekarangan Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta. 131 hal.
Pangerang. 2013. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan. http://budidayaagronomispertanian.blogspot.com/2013/06/optimalisasi-pemanfaatan-lahan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013.
Tato, S. 2013. Optimalisasi Pemanfataan Pekarangan. http://bbppbatu.info/ index.php?option=com_content&view=article&id=279:optimalisasi-pemanfaatan-pekarangan&catid=73:artikel-umum . Diakses tanggal 5 Desember 2013.
Sesi Tanya Jawab :
1. Fadli Aulia :
- apakah pada penanaman secara Tabulampot tidak akan menghambat
perkembangan tanaman?
secara langsung tidak karena penanaman secara Tabulampot ini sudah
dilakukan sejak lama dan sekarang ini telah banyak bibit dengan varietas
tertentu yang dapat berbuah dengan ukuran tanaman yang masih kecil.
Sehingga penanaman secara Tabulampot ini dimungkinkan tidak akan
menghambat perkembangan tanaman dengan syarat pemeliharaan tanaman
dilakukan secara tepat.
2. Boliktron Harlismoyo A :
- apakah memungkinkan penanaman secara Tabulampot untuk tanaman
mangga?
Ya mungkin, karena sudah banyak contoh penanaman secara Tabulampot
untuk tanaman mangga dan menunjukkan hasil yang baik, meskipun
beberapa ada yang gagal.
- Bagaimana cara mengatasi air yang tergenang lebih dari 12 jam pada
penanaman secara Tabulampot?
Dengan membuat lubang drainase pada bagian bawah pot dengan ukuran
lubang yang disesuaikan dengan pot yang akan digunakan. Namun, tidak
terlalu kecil ataupun terlalu besar. Pembuatan lubang ini dilakukan pada
awal yakni pada saat pemilihan pot.
3. Rian Wicaksono :
- bagaimana bentuk daur ulang di lahan pekarangan itu?
Daur ulang yang dimaksudkan disini yakni
1. Sampah pekarangan dan sampah rumah tangga dapat dikomposkan
dengan membuat lubang sampah atau bak-bak pengomposan.
2. Selain untuk pupuk, sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan
ternak dan ikan.
3. Pupuk kandang dan endapan lumpur dari kolam digunakan untuk
pupuk bagi tanaman.
Untuk poin no. 2 dan 3 dapat dilakukan apabila pemilik memiliki ternak
dan ikan.
- Apakah penggunaan air PAM pada budidaya di kawasan perkotaan tidak
membuat budidaya tanaman di pekarangan menjadi tidak organik lagi?
Menurut kami tidak, karena kemungkinan air PAM membuat budidaya
tanaman menjadi tidak organik karena kandungan kaporitnya dapat
diminimalkan dengan cara mendiamkan air yang akan digunakan untuk
menyiram tanaman dalam semalam (± 12 jam). Dengan demikian kaporit
akan mengendap pada bagian dasar.
- Bagaimana budidaya di lahan pekarangan tersebut dikatakan organik?
Untuk pengukuran organik atau tidaknya lebih mendasarkan pada
penggunaan jenis pupuk dan pestisida yang digunakan.