Rancang Bangun Agroekosistem Pekarangan

15
BAB IV ANALISIS DAN PENGEMBANGAN SPB BERBASIS EKOSISTEM 4.1 Lahan Agroekosistem Pekarangan (Hafshah Mahfudhah_A- 159) 4.1.1 Hasil Wawancara Responden Responden yang berhasil diwawamcarai yaitu Pak Iyep yang juga ketua kelompok tani di desa Nanggerang. Pak Iyep memanfaatkan perakarangan rumahnya untuk ditanami beberapa komoditas tanaman. Pak Iyep memiliki luas lahan sebesar 10 tumbak dihalaman belakang rumahnya. Lahan tersebut terpisah menjadi dua bagian dengannluasan 5 tumbak setiap lahannya. Tanaman yang dibudidayakan di pekarangan belakang rumah pak Iyep, yaitu tanaman hortikultura seperti bayam, saosin, buncis, kangkung, cabai rawit, kacang panjang. Untuk tanaman perkebunan, yaitu kopi dan jeruk purut. Tanaman kopi yang dimiliki sebanyak 25 pohon dan tanaman jeruk purut sebanyak 20 pohon. Untuk hasil panen tanaman hortikultura, biasanya dikonsumsi sendiri tetapi jika hasilnya banyak akan dijual ke warga sekitar. Sedangkan hasil kopi dan jeruk purut di jual ke tengkulak. Konfigurasi lahan yang dimiliki pak Iyep terpisah-pisah dan berbentuk terasering. Pak Iyep dan keluarga mengurus sendiri lahan tersebut dengan biaya sendiri.

description

Sistem Pertanian Berkelanjutan

Transcript of Rancang Bangun Agroekosistem Pekarangan

BAB IV

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN SPB BERBASIS EKOSISTEM

4.1 Lahan Agroekosistem Pekarangan (Hafshah Mahfudhah_A-159)

4.1.1 Hasil Wawancara Responden

Responden yang berhasil diwawamcarai yaitu Pak Iyep yang juga ketua

kelompok tani di desa Nanggerang. Pak Iyep memanfaatkan perakarangan rumahnya

untuk ditanami beberapa komoditas tanaman. Pak Iyep memiliki luas lahan sebesar

10 tumbak dihalaman belakang rumahnya. Lahan tersebut terpisah menjadi dua

bagian dengannluasan 5 tumbak setiap lahannya. Tanaman yang dibudidayakan di

pekarangan belakang rumah pak Iyep, yaitu tanaman hortikultura seperti bayam,

saosin, buncis, kangkung, cabai rawit, kacang panjang. Untuk tanaman perkebunan,

yaitu kopi dan jeruk purut. Tanaman kopi yang dimiliki sebanyak 25 pohon dan

tanaman jeruk purut sebanyak 20 pohon. Untuk hasil panen tanaman hortikultura,

biasanya dikonsumsi sendiri tetapi jika hasilnya banyak akan dijual ke warga sekitar.

Sedangkan hasil kopi dan jeruk purut di jual ke tengkulak. Konfigurasi lahan yang

dimiliki pak Iyep terpisah-pisah dan berbentuk terasering. Pak Iyep dan keluarga

mengurus sendiri lahan tersebut dengan biaya sendiri.

Untuk teknologi budidaya yang diterapkan, benih tanaman hortikultura

sayuran daun diperoleh dari pemberian kelompok tani, sedangkat bibit pohon

tanaman tahunan diperoleh dengan cara membelinya. Untuk pertanaman hortikultura

dan tanaman tahunan di tanam di lahan yang terpisah. Tanaman hortikultura biasanya

dilakukan rotasi setiap selesai satu musim tanam. Pola tanam pada lahan hortikultura

adalah tumpang sari. Dan lahan dibuat guludan Pemupukan dilakukan 3 hari sekali

untuk sayuran dan 1 kali setahun sebelum panen untuk tanaman kopi dan jeruk purut.

Sumber pengairan selama musim hujan dieproleh dari air hujan dan saat musim

kemarau dari irigasi. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, urea dan

NPK. OPT yang menyerang biasanya terdapat pada tanaman kopi, yaitu hama

wereng. Pengendaliannya dilakukan dengan penyemprotan pestisida Buprosida

sesuai dosis yang dianjurkan. Untuk panen, tanaman kopi dan jeruk purut dapat 2-3

kali panen dalam sekali musim panen dan langsung dijual ke tengkulak.

Sedangkangkan untuk sayuran satu kali panen untuk satu musim tanam, kecuali

sayuran kangkung yang bisa mencapai 6x panen dalam satu musim dengan interval 3

hari sekali. Hasil panen kangkung, dijual ke warga yang akan menjualnya kembali ke

pasar.

Hasil produksi dari kopi sekali panen yaitu 75 kg dari 25 pohon dan hasil

produksi jeruk purut sebesar 30 kg dari 20 pohon. Satu pohon kopi menghasilkan 3

kg biji kopi dan 1 pohon jeruk putut menghasilkan 1.5 kg buah jeruk. Untuk hasil

produksi kangkung sekitar 50 kg untuk satu musim tanam. Untuk produktvitas kopi

sebesar 10.7 ton//ha dan produktivitas jeruk purut sebesar 4.3 ton/ha. Sedangkan

produktivitas kangkung sebesar 7.1 ton/ha. Pendapatan kotor yang diperoleh dari

pertanaman kopi, jeruk purut, dan kangkung sebesar Rp 965.000. Biaya produksi

tanaman kopi dan jeruk sebesar Rp 39.000 untuk pembelian pupuk dan pestisida dan

biaya produksi kangkung sebesar Rp 22.500 untuk pembelian urea 15 kg. B/C Ratio

dari tanaman jeruk purut dan kopi yaitu 14.7 dan B/C Ratio kangkung yaitu 14.5.

4.1.2 Potensi Pengembangan LEISA

Pak Iyep sebagai ketua kelompok tani Desa Nanggerang, memahami tentang

pentingnya input bahan organik dan memimalkan penggunaan input kimia. Beliau

mengetahui dampak apa yang ditimbulkan jika menggunakan input bahan kimia

yang berlebihan. Oleh sebab itu, pak Iyep menerapkan penggunaan pupuk sintetis

dan pestisida sintetis sesuai dosis atau anjuran yang ada. Informasi mengenai

penggunaan input kimia yang rendah didapatkan dari penyuluh Desa Nanggerang

dan internet. Beliau cukup aktif dalam mencari tahu informasi mengenai pertanian

lainnya.

Sebagai ketua kelompok tani, beliau juga mengetahui tentang manfaat dan

cara serta bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan pestisida nabati. Beberapa

pestisida nabati yang pernah dibuat yaitu pestisida nabati daun sirsak, daun alpukat,

dsb. Kelompok tani juga pernah mengajarkan cara pembuatan kompos. Kelompok

tani desa Nanggerang sendiri memiliki alat pencacah daun untuk kompos tetapi

belum memiliki lokasi untuk pengomposannya.

4.1.3 Analisis Agroekosistem Terpilih

Sebagian bessar warga desa Nanggerang memiliki halaman pekarangan

rumah yang cukup luas baik di depan maupun dibagian belakangnya. Hal ini pula

yang menyebabkan banyak warga yang memanfaatkan lahan tersebut untuk ditanami

beberapa tanaman budidaya seperti kopi dan sayuran. Banyak warga yang menanam

kopi karena harga jual yang lumayan baik dan perawatan yang tidak terlalu sulit.

Sedangkan untuk tanaman sayuran yang umumnya ditanam di dalam polybag, hasil

produksinya biasanya untuk dikonsumsi sendiri. Lahan pekarangan yang menjadi

agroekosistem yang dianalisis berada dibelakang rumah pemilik. Lokasi pekarangan

bersebelahan dengan agroekosistem sawah irigasi. Akan tetapi, pekarangan ini tidak

mendapat pengairan dari irigasi desa. Luas lahan pekarangan mencapai 10 tumbak

yang terbagi menjadi dua bagian. Setiap bagian pekarangan memiliki luas 5 tumbak.

Lahan ini terpisah cukup jauh satu sama lain karena dibatasi oleh sawah. Pengairan

untuk kedua lahan pekarangan ini didapatkan dari lahan sawah yang membatasi

kedua lahan pekarangan

4.1.4 Potensi Sumberdaya untuk SPT

- Jenis Ternak : Sapi dan Domba

- Berapa jumlah peternak yang ada di lokasi terpilih (dusun atau desa)

: 8 orang

- Rata-rata jumlah ternak yang diusahakan per orang

: 4 sapi

- Cara pemeliharaan (kandang, digembala, dsb)

  Kandang

- Pemanfaatan kotoran

 

  Pupuk

- Kendala yang sering ditemui

 

  Harga pakan mahal

4.1.5 Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu

Rancangan atau rekomendasi cropping system untuk pekerangan responden,

yiatu Agrisilvikultur atau sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen

kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-

kayu). Tanaman berkayu yang dimaksud ialah tanaman berdaur panjang (tree crops)

dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Menurut

Silitonga dkk (2014) bahwa Praktek budidaya tanaman yang cocok untuk

memaksimalkan produksi dengan input luar yang lebih rendah dan sekaligus

meminimalkan resiko adalah sistem budidaya ganda. Manfaat budidaya ganda bagi

petani berlahan sempit antara lain meningkatkan produktivitas persatuan luas yang

dapat dipanen dari pada budidaya tanaman tunggal dengan tingkat pengelolaan yang

sama, dan kegagalan salah satu tanaman dapat dikompensasikan oleh tanaman yang

lain, sedangkan budidaya ganda dengan tanaman tahunan dapat mengurangi tingkat

erosi tanah (Reijntjes et al.,1999 dalam Silitonga dkk, 2014).

Masih dari jurnal yang sama, menurut Silitonga dkk (2014) bahwa selain

dapat meningkatkan kualitas dan produktifitas kopi, tumpangsari juga dapat

meningkatkan pendapatan petani yang berasal dari tanaman tumpangsari.

Tumpangsari yang paling banyak dilakukan yaitu tumpangsari dengan tanaman

semusim karena penanaman yang mudah, resiko penanaman rendah dan juga dapat

dengan segera menikmati hasil. Tanaman semusim yang banyak dilakukan pada

tanaman kopi antara lain tomat, cabai rawit, cabai merah, jagung bahkan tanaman

hortikultura seperti sawi dan kol.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Silitonga dkk (2014) diperoleh

produktivitas rata – rata budidaya kopi Arabika yang ditanami secara monokultur

yaitu 20,4% lebih rendah dari produktivitas rata – rata budidaya kopi Arabika yang

ditanami secara tumpangsari. Perbedaan produktivitas kopi Arabika yang diusahakan

secara tumpangsari lebih tinggi dikarenakan kopi Arabika yang ditanam secara

tumpangsari buah kopinya lebih besar dan lebih banyak dibandingkan yang ditanam

secara monokultur sehingga kualitas buah kopi secara tumpangsari lebih baik.

Gambar Layout Pertanaman pada Pekarangan

Gambar tata letak pertanaman untuk pekarangan dengan luas 10 tumbak yang

terbagi menjadi dua lahan dengan setiap lahan memiliki luas 5 tumbak atau 70 meter

persegi. Untuk setiap satu lahan pekarangan, jumlah tanaman kopi yang ditanam

sebanyak 14 pohon, sehingga total tanaman kopi yang ditanam di pekarangan seluas

10 tumbak ialah 28 pohon. Untuk budidaya kangkung, dilakukan dengan pembuatan

bedengan di dalam area pekarangan dengan ukuran panjang dan lebar bedengan 5m x

0,9m dan tinggi bedengan 30 cm. Setiap bedengan berisi 72 lubang tanam kangkung.

Kopi merupakan tanaman yang butuh pohon pelindung yang dapat meneruskan

cahaya. Pohon pelindunng yang dapat digunakan tidak boleh pohon yang terlalu

rimbun dan batangnya tegak lurus agar cahaya tetap dapat diteruskan ke tanaman

kopi. Pohon pisang merupakan salah satu pohon pelindung sementara yang dapat

digunakan untyk pertanaman agrisilvikutrura ini karena tidak membutuhkan

perawatan yang khusus.

Berikut adalah analisis ITG dan IITG dari cropping system yang

direkomendasikan :

Keterangan :

Luas lahan = 70 m2

Luas lahan kopi = 60 m2 ; Umur tanaman = 8 tahun

Luas laha kangkung = 9 m2 ; Umur tanaman = 1 bulan

ITG=0,0009×0,0060,007

×100 %=137 %

IITG=( 0,0009×1 )+(0,006×96)

(0,007×12)×100 %=696 %

Cara budidaya untuk pertanaman kopi-kangkung berdasarkan rekomendasi sebagai berikut :

Kopi KangkungPengolahan - Sebelum tanam bibit kopi, - Tiga minggu sebelum

tanah Penanaman penaung sementara maupun penaung tetap dilakukan 1 tahun sebelum tanam

- Sebelum tanam, tanah diolah dengan di gemburkan

melakukan penanaman kangkung, sebaiknya tanah diolah terlebih dahulu.

- Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur,

- setelah itu dibuat bedengan dengan Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan.

- Jarak antar bedengan 20cm.- 3 hari sebelum tanam

diberikan pupuk kandang dengan dosis 10kg/m2

Penanaman - Buat jarak tanam kopi 2,5m x 2,5m - Biji kangkung ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan.- Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 - 5 biji kangkung. - Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system garitan (baris).

Pemupukan - Pupuk diberikan setahun 2 kali, pada awal dan akhir musim hujan.

- pupuk berimbang NPK dan pupuk kandang dengan takaran sesuai umur tanaman

- Pupuk diletakkan/ditaburkan di sekeliling batang kopi, pada jarak 30–50 cm dari batang.

- Sebelum pemupukan, rumput di sekeliling batang dibersihkan dulu. Setelah ditabur, pupuk ditutup dengan tanah.

- Dosis pupuk / pohon : pupuk kandang 10 kg, urea 75gram, SP36 50gram, KCl 50gram, Dolomit 40gram

- Note :1 SDM = 20 gram

- Pemupukan dilakukan lanjutan dilakukan saat tanaman berumur 10 HST dan 20 HST

- Pupuk yang diberikan adalah Urea dengan dosis 15 gr/m2

- Aplikasi pupuk dilakukan dengan melarutkannya ke dalam air kemudian disiramkan ke bedebgan

Pemeliharaan - Pemangkasan : bentuk, produksi, rejupinasi

- Pembuatan rorak : Untuk memperlancar aliran udara akar dan memberikan nutrisi pada akar dengan memasukkan bahan

- Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan gulma 2 hari sekali

- Penyiraman dilakukan setiap hari saat pagi atau sore hari

organik ke dalam rorak.- Pengairan- Penyiangan gulma 1 minggu

sekaliPengendalian OPT

- Hama utama : werengJika saat pemeliharaan terlihat ada

wereng di pertanaman kopi, segera aplikasikan pesnab bawang putih. Berikut cara pembuatannya :

1. 100 gram bawang putih 2 sendok makan minyak sayur. Hancurkan bawang putih. Rendam dalam minyak sayur selama 24 jam.

2. 950 ml air 1 ml deterjen/sabun. Tambahkan sabun ke dalam minyak bawang putih. Aduk hingga rata. Tambahkan air. Aduk

3. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

- Penyakit : Karat kopiJika saat pemeliharaan terlihat satu

pohon terkena gejala karat kopi, segera aplikasi pesnab daun pepaya. Berikut cara pembuatannya :

1. Sebanyak 1 kg daun pepaya dipotong kecil-kecil,

2. kemudian ditumbuk dan diberi 1 liter air dan dibiarkan selama sekitar 6 jam.

3. Selanjutnya, air disaring dan dicampur dengan sabun cair sebanyak kira-kira 30 gr.

4. Cairan tersebut diencerkan dengan air dengan perbandingan 1 : 4.

5. Disarankan, penyemprotan dilakukan pada waktu pagi-pagi benar atau pada waktu sore hari setiap 3 hari

- Karena umur tanaman kangkung pendek, keungkinan OPT yang menyerang kecil, sehingga cukup dilakukan monitoring dan pengendalian mekanis dengan membuang hama yang ditemukan

Panen - Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas.

- Panen dilakukan setelah berumur + 30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman

- Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak

sampai akarnya

Pasca Panen - Buah yang dipungut adalah yang masak, kemudian dipilih yang baik, tidak cacat dan yang besarnya normal. Jika biji ini tidak memenuhi syarat harus disingkirkan.

- Menempatkan kangkung yang baru dipanen di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan pengiriman produk secepat mungkin.

Analisis Usaha Tani

a. Komoditas kangkung/tahun

Biaya Pengeluaran :

- Benih = Rp 130.000 - Pupuk Urea = Rp 2.916- Pupuk Kandang = Rp 43.200

Total Biaya = Rp 176.116

Pendapatan :

- Produksi = 108kg/musim x 6= 648kg/tahun

- Hasil = 648 x Rp2500/kg

= Rp 1.620.000

B/C Ratio = 8,2

b. Komoditas kopi/tahun

Biaya Pengeluaran :

- Pupuk Kandang = Rp 112.000- Pupuk Kimia = Rp 23.760

Total Biaya = Rp 135.760

Pendapatan :

- Produksi = 3kg/pohon= 3kg x 28 = 84kg/tahun

- Hasil = 84 x Rp 5.000= Rp 420.000

B/C Ratio = 2,09

Daftar Pustaka :

Kustantini, D. 2012. Pembangunan Kebun Induk Kopi Dan Teknik Produksi Biji Kopi Dalam Peningkatan Produksi Dan Mutu Biji Kopi (Coffea Spp L.). Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya.

Sardjono, M. A.Et Al. 2003. Bahan Ajar 2 : Klasifikasi Dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. Word Agroforestry Centre (Icraf). Southeast Asia Research Office. Diakses Melalui Http://Www.Worldagroforestry.Org/Sea/Publications/Files/Lecturenote/Ln0002-04.Pdf

Silitonga, M., Salmiah, Dan Sihominhg, L. 2014. Analisis Komparasi Tingkat Pendapatan Usahatani Kopi Dengan Berbagai Pola Tanam (Monokultur Dan Polikultur) Di Kabupaten Dairi Kecamatan Sumbul Desa Tanjung Beringin. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara

Prastowo, B. Et Al. 2012. Budidaya Dan Pasca Panen Kopi.Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perkebunan . Diakses Melalui Http://Perkebunan.Litbang.Pertanian.Go.Id/Wp Content/Uploads/2012/08/Perkebunan_Budidaya_Kopi.Pdf

Hulupi R, Martini E. 2013. Pedoman Budi Daya Dan Pemeliharaan Tanaman Kopi Di Kebun Campur. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (Icraf)

Southeast Asia Regional Program.Diakses Melalui Http://Worldagroforestry.Org/Sea/Publications/Files/Booklet/Bl0048-13.Pdf

Mahfud, M. C. 2012. Teknologi Dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat Daun Untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 5(1), 2012: 44-57.

Astuti, P. A. Et Al. 2014. Petujuk Teknis Pembuatan Pestisida Nabti.Bengkulu : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Anonim. 2009. Budidaya Kangkung Darat Semi Organik. Balai Pngkajian Teknologi Pertanian Jambi. diakses melalui http://jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/leafletkangkung09.pdf

Fanish, S. 2013. Kangkung. diakses melalui http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/02/KANGKUNG.pdf