Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

28
PROBLEMATIKA PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KAWASAN PERKOTAAN Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman Disusun Oleh : Kelompok 1 Nadia Dwi Larasati 20120210102 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

description

problematika rekayasa budidaya tanaman

Transcript of Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Page 1: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

PROBLEMATIKA PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN

DI KAWASAN PERKOTAAN

Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Nadia Dwi Larasati 20120210102

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

Page 2: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

I. PENDAHULUAN

Daerah perkotaan merupakan kawasan dengan tingkat mobilitas tinggi dan

ketersediaan lahan pertanian yang terbatas. Lahan pertanian yang tersedia itu pun

hanya dapat dilihat di beberapa tempat tertentu saja. Hal ini dikarenakan lahan

pertanian yang ada telah berganti fungsi menjadi kawasan perumahan atau bahkan

pusat kegiatan industri. Namun, diantara lahan pertanian yang sudah mengalami

perubahan fungsi ini masih terdapat sepersekian dari bagian lahan pertanian

tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan optimalisasi lahan

sempit yaitu pekarangan rumah.

Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di sekitar

rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu atau berbagai

jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan dan/atau fungsional

dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan di

sini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan

biofisika (Soemarwoto (1975) dalam Hidayat, 2013).

Pemanfaatan dan pengoptimalan lahan pekarangan menjadi penting

mengingat semakin sedikitnya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan pertanian dan penghijauan. Selain itu, pekarangan ini juga dapat

berfungsi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan sayuran (apabila yang ditanam

merupakan tanaman sayur), penyaluran hobi, sumber plasma nutfah dan ragam

jenis biologi, pengendali iklim sekitar rumah dan tempat untuk kenyamanan.

Fungsi lain dari pekarangan yang juga cukup penting yakni sebagai penyerap

karbondioksida dan penghasil oksigen, tempat resapan air hujan dan air limbah

keluarga ke dalam tanah serta pekarangan ini juga melindungi tanah dari

kerusakan erosi.

II. PERMASALAHAN

Seperti halnya di daerah perkotaan lainnya, masyarakat Kelurahan

Wirobrajan, Kota Yogyakarta mempunyai lahan pekarangan yang sangat terbatas

dengan rata-rata hanya berkisar 8-10 m2. Sebagian besar lahan pekarangan

tersebut hanya dimanfaatkan untuk tanaman hias atau halaman saja. Masyarakat

tersebut melalui kelompok ibu-ibu dasa wisma mempunyai keinginan agar

Page 3: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

lahannya dapat dimanfaatkan lebih produktif dengan budidaya tanaman. Sebagai

gambaran wilayah Wirobrajan berada pada ketinggian tempat 100 m dpl, dengan

jenis tanah Regosol, suhu siang hari 28-300 C, dengan intensitas radiasi matahari

cukup tinggi dan kecepatan angin relatif sedang. Bagaimana memberikan

alternatif solusi terhadap keinginan masyarakat tersebut ?

III. ANALISIS MASALAH

Berdasar pada permasalahan, maka dapat dianalisis beberapa penyebab

permasalahan yang dihadapi ibu-ibu dasa wisma di Kelurahan Wirobrajan, Kota

Yogyakarta dalam pemanfaatan lahan pekarangannya yaitu sebagai berikut :

a. Pekarangan yang ada di sana hanya ditanami tanaman hias atau tidak

digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman (hanya digunakan untuk

halaman saja).

b. Perlu adanya pemeliharaan tanaman hias secara lebih lanjut agar

tanaman hias yang ada lebih terawat dan menjadi sudut estetika bagi

pemiliknya.

c. Lahan pekarangan yang dimiliki warga di sana memiliki luasan kurang

lebih 8-10 m2. Dengan luasan yang hanya seluas itu tidak bisa

dimanfaatkan untuk penanaman tanaman yang besar, maka hanya

dimungkinkan untuk tanaman semusim atau tabulampot.

d. Ketinggian tempatnya yang hanya 100 m dpl, dengan jenis tanah

Regosol, suhu siang 28-300 C, intensitas matahari cukup tinggi dan

kecepatan angin relatif sedang, maka harus dapat memilih jenis tanaman

yang sesuai dengan kondisi mikroklimat yang ada di sana.

e. Perlu menentukan teknik atau cara penanaman yang tepat untuk lahan

sempit agar dapat memaksimalkan hasil dan juga keanekaragaman

tanaman yang dapat ditanam di pekarangan.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan Pekarangan

Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di

sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu

atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan pemilikan

Page 4: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan. Hubungan

fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan sosial

budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika (Soemarwoto (1975)

dalam Hidayat, 2013).

Penataan Pekarangan

Pekarangan merupakan lahan di sekitar rumah, karena itu pemanfaatan

pekarangan bukan hanya mempertimbangkan hasil, tapi juga perlu

mempertimbangkan aspek keindahan. Sebagai acuan, penataan pekarangan

dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Halaman depan (buruan) : tanaman hias, pohon buah, tempat bermain

anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian

2. Halaman samping (pipir) : tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu

bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan

kamar mandi

3. Halaman belakang (kebon) : bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu,

kandang ternak, tanaman industri

Potensi Pengembangan

Komoditi yang diusahakan di pekarangan sebaiknya disesuaikan dengan

kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan

nilai guna meliputi :

Gambar 1. Potensi Pengembangan Pekarangan

1. Tanaman pangan: umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buah-

buahan, bumbu-bumbuan, obat

2. Tanaman  bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong,

tanaman pot, tanaman taman, anggrek)

3. Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pedaging

4. Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dll.

Page 5: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Daur Ulang di Pekarangan

Usahatani di pekarangan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah

karena, limbah yang dihasilkan dapat di daur ulang untuk kepentingan

usahatani berikutnya:

1. Sampah pekarangan dan sampah rumah tangga dapat dikomposkan

dengan membuat lubang sampah atau bak-bak pengomposan.

2. Selain untuk pupuk, sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan

ternak dan ikan

3. Pupuk kandang dan endapan lumpur dari kolam digunakan untuk

pupuk bagi tanaman

Budidaya Organik

Budidaya tanaman di pekarangan sebaiknya dilakukan secara organik atau

sesedikit mungkin menggunakan bahan kimia. melalui upaya tersebut bahan

pangan yang dihasilkan lebih sehat.

1. Bahan organik berasal dari sisa tanaman, limbah ternak, libah rumah

tangga atau lumpur endapan kolam ikan.

2. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan

biodekomposer yang banyak dijual di pasaran.

B. Tanah Regosol

Tanah regosol merupakan tanah yang terbentuk dari hasil erupsi

gunung berapi, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya

unsur hara, pH 6 - 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi,

dan mudah tererosi. Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di

setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun

yang sudah mati dan banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian karena

tanah regosol ini mempunyai tingkat kesuburan dan kelembaban paling

baik serta memiliki sifat gembur, remah, berwarna hitam, mengandung

banyak organisme, memiliki pori-pori banyak.

Page 6: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

V. PENYELESAIAN MASALAH

Budidaya tanaman yang dapat dilakukan di pekarangan dengan luas lahan

yang hanya 8-10 m2 dapat dilakukan dengan beberapa teknik penanaman yaitu :

a. Pemeliharaan Tanaman Hias secara Lanjut

Keberadaan tanaman hias yang ada di pekarangan tidak mungkin

dihilangkan, karena mempunyai aspek estetika untuk memperindah

pekarangan. Untuk itu dibutuhkan pengelolaan atau pemeliharaan agar

tanaman hias yang ada dapat tetap dinikmati aspek estetikanya. Langkah yang

dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemangkasan

Pemangkasan dimaksudkan agar tanaman memiliki bentuk sesuai

dengan yang kita inginkan. Pada beberapa tanaman, pemangkasan

ditujukan untuk menghindari penggunaan nutrisi yang berlebihan pada

pertumbuhan vegetatif (daun dan tunas), sehingga nutrisi untuk

pertumbuhan generatif (bunga dan biji) tercukupi. Pemangkasan yang

dapat dilakukan yaitu pada bagian cabang batang sekunder atau

tersiernya agar produktivitasnya tanamannya tidak terhambat.

2. Pemupukan

Tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup untuk bisa tumbuh

dan berbunga dengan indah. Untuk itu, tanaman memerlukan

pemupukan agar kebutuhan unsur haranya tercukupi. Untuk tanaman

yang baru ditanam atau dalam masa pertumbuhan vegetatif (tunas dan

daun), sebaiknya menggunakan pupuk dengan kandungan nitrogen

yang tinggi. Hal ini dipilih karena pada masa pertumbuhan vegetatif,

tanaman banyak membutuhkan nitrogen, sedangkan kebutuhan fosfor

dan kalium dalam jumlah sedikit. Sementara, bila tanaman tersebut

dalam masa pertumbuhan generatif (pembungaan), sebaiknya pupuk

yang dipilih yaitu pupuk dengan kandungan fosfor yang tinggi.

3. Penyiraman

Penyiraman pada tanaman tidak hanya dilakukan pada media

tanam (tanah) saja, melainkan juga pada bagian-bagian tanaman. Pada

dasarnya, penyiraman bertujuan agar media tanam menjadi lebih

Page 7: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

gembur sehingga akar tanaman akan lebih mudah untuk mengambil

unsur hara di dalam media tanam. Sementara, pada tanaman itu

sendiri, penyiraman bertujuan untuk menurunkan tingkat evaporasi dan

transpirasinya. Waktu yang tepat untuk penyiraman yaitu pada pagi

atau sore hari. Hal ini didasarkan pada saat tersebut intensitas cahaya

matahari tidak tinggi, sehingga tanaman tidak terlalu stres karena

perbedaan suhu yang drastis. Penyiraman sangat dibutuhkan tanaman

pada saat musim kemarau. Sementara, alat yang umumnya digunakan

untuk penyiraman yaitu gayung dan ember, selang serta sprinkler.

4. Penyiangan

Penyiangan merupakan bentuk pemeliharaan untuk mengendalikan

pertumbuhan gulma disekitar tanaman hias. Penyiangan sebaiknya

dilakukan secara berkala, misalnya sebulan sekali. Namun, apabila

gulma disekitar tanaman hias sudah terlihat mengganggu sebaiknya

segera dilakukan penyiangan. Penyiangan dapat dilakukan secara

manual dengan tangan atau dapat juga menggunakan cangkul kecil.

b. Penggunaan Teknik Penanaman yang Lain

1. Vertikultur

Vertikultur dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara

vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Bercocok tanam

secara vertikultur sebenarnya tidak berbeda dengan bercocok tanam di kebun

maupun di ladang. Hanya saja, dalam bercocok tanam secara vertikultur ini

memiliki perbedaan dalam penggunaan lahannya. Teknik budidaya ini tidak

memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang tidak

memiliki halaman sekalipun.

Pemanfaatan teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun

dengan memanfaatkan tempat secara efisien. Dalam perkembangan

selanjutnya, teknik vertikultur juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam di

pekarangan yang sempit bahkan tidak memiliki pekarangan sedikit pun.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat model sederhana mudah

ditemukan, sehingga dapat diterapkan oleh ibu-ibu rumah tangga yang dalam

hal ini sebagai pemula. Dalam pembuatan vertikultur ini perlu memerhatikan

Page 8: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

beberapa hal yakni pemilihan jenis tanaman, model vertikultur, media tanam,

teknik penanaman dan pemeliharaan vertikulturnya.

1. Pemilihan Jenis Tanaman

Teknik budidaya secara vertikultur tidak bisa ditanami oleh semua jenis

tanaman. Hanya tanaman-tanaman tertentu saja yang bisa ditanam di

daerah Wirobrajan, seperti seledri, selada, sawi, kangkung, bayam merah,

bawang daun. Jenis tanaman tersebut dipilih karena cocok untuk

vertikultur dengan model vertikal dan juga cocok untuk ketinggian 100m

dpl.

2. Persiapan Bahan Tanam

Bibit yang akan digunakan untuk vertikultur dapat ditanam

dengan dua cara yakni menanam benih secara langsung dalam media

tanam (benih cabai, tomat, kangkung dan terong) dan menyemaikan

benih terlebih dahulu dalam bak-bak semai (benih selada, seledri,

pakchoi, bayam, sawi dan caisim). Benih yang digunakan merupakan

benih yang bagus dengan ciri-ciri padat/bernas, segar dan warnanya

sesuai dengan aslinya.

3. Pemilihan Model Vertikultur

Model vertikultur yang dimungkinkan untuk diterapkan di daerah

Wirobrajan yaitu menggunakan model vertikultur yang berbentuk

vertikal maupun horizontal. Dapat menggunakan paralon maupun bambu

(apabila tersedia dan mudah didapatkan). Namun, untuk kawasan

perkotaan sendiri dengan luasan lahan yang sempit dimungkinkan akan

lebih mudah menerapkan vertikultur dengan bentuk vertikal dengan

bahan menggunakan paralon. Hal ini dikarenakan dengan bentuk vertikal

akan lebih menghemat luasan yang digunakan untuk satu vertikultur dan

juga mampu dibuat lebih banyak vertikultur untuk jenis tanaman yang

banyak. Dan untuk penggunaan paralonnya sendiri lebih disarankan

karena paralon akan lebih mudah didapatkan di kawasan perkotaan

dibandingkan dengan mencari bambu.

Page 9: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Gambar 3. Model Vertikultur Sederhana

4. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan merupakan tanah yang ada di

halaman rumah saja. Dengan jenis tanahnya yang regosol juga akan

mudah untuk menanam berbagai jenis tanaman yang memungkinkan

untuk dibuat vertikultur. Jenis tanah regosol juga tidak memerlukan

perlakuan yang terlalu sulit sebagai media tanam.

Komposisi media tanam yang dapat digunakan adalah tanah

gembur, pasir halus dan pupuk kandang atau pupuk hijau dengan

perbandingan 1:1:1. Selain dengan menggunakan komposisi tersebut,

dapat juga menggunakan komposisi berupa tanah gembur, serabut kelapa

halus dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 (Desiliyarni, dkk,

2007).

5. Teknik Penanaman

a. Menyiapkan media tanam yang sudah dicampur dengan pupuk

kandang dengan perbandingan 3 : 1

b. Menyiapkan paralon yang akan digunakan dengan membuat lubang

diempat sisi paralon dengan lebar 5-7 cm dengan jarak bagian atas

dengan bawahnya 30 cm.

c. Kemudian paralon yang sudah jadi diposisikan pada dudukannya dan

diisi dengan tanah sampai penuh

d. Memasukkan biji atau bibit ke dalam lubang tanam/lubang paralon

dan kemudian disiram sampai media tanam basah. Setiap lubang

tanam diberi 2-3 biji atau bibit.

Page 10: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

6. Pemeliharaan Vertikultur

Pemeliharaan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar tanaman dapat

tumbuh dengan baik adalah sebagai berikut :

- Penyiraman

Untuk bentuk vertikultur sederhana, penyiraman dapat dilakukan

secara manual dengan menyiram dari bagian atas vertikultur atau

dapat juga dibuat sistem irigasi tetes atau penyiraman dengan sprinkle

(Desiliyarni, dkk, 2007). Namun, penyiraman dengan menggunakan

sistem irigasi tetes atau dengan sprinkle sedikit sulit bagi ibu-ibu dasa

wisma dalam pembuatannya sehingga lebih disarankan menggunakan

penyiraman manual yaitu dengan menyiramnya dari atas bagian

paralon. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari.

Penyiraman bisa juga dilakukan dengan cara menyemprotkannya

secara langsung ke tanaman.

- Penyiangan

Penyiangan dilakukan apabila disekitar tanaman sudah ditumbuhi

gulma yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan

dilakukan secara manual pada setiap lubang tanam.

- Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada sistem pertanaman vertikultur

ini dilakukan secara mekanik (pada bagian tanaman yang terkena

penyakit) atau tanaman dapat disulam apabila tanaman sudah diserang

secara menyeluruh oleh penyakit dan juga hama. Selain dilakukan

pengendalian secara mekanik dapat juga dikendalikan dengan

menggunakan pestisida. Namun, penyemprotan perlu dihentikan pada

saat 14-21 hari sebelum panen. Hal ini dilakukan untuk mengurangi

residu dan efek berbahaya pada konsumen yang disebabkan oleh

pestisida.

2. Tabulampot

Tabulampot adalah menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman

lainnya: bunga) di dalam pot. Syarat agar tabulampot ini dapat berhasil adalah

sebagai berikut :

Page 11: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Pemilihan jenis dan bibit tanaman yang sesuai dengan ketinggian

tempat

Media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan

hara, air dan aerasi yang baik

Pemupukan yang efektif

Pengendalian hama dan penyakit

Gambar 2. Contoh Tabulampot

Pada tabulampot ini juga pemilihan pot juga merupakan hal yang perlu

diperhatikan selain hal-hal diatas karena pot harus sesuai dengan jenis

tanaman yang dipilih. Pot yang kurang baik, akan menghasilkan tata udara

yang kurang baik sehingga kurang menguntungkan untuk perkembangan

akar.

1. Persiapan Sebelum Tanam

Dalam penanaman tabulampot ini perlu memerhatikan beberapa

hal sebelum bibit ditanam di dalam pot, karena dapat menjadi faktor

penentu keberhasilan penanaman nantinya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan yakni pemilihan bibit, media tanam dan wadah untuk

menanamnya.

- Pemilihan Jenis Tanaman

Beberapa jenis tanaman buah yang dapat ditanam pada lahan

pekarangan di daerah Wirobrajan tersebut yakni mangga, kelengkeng,

jambu air, jeruk, sawo, kedondong, srikaya, sirsak dan rambutan.

- Pemilihan Bibit

Bibit yang baik tentu akan menghasilkan kualitas dan kuantitas

pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dianjurkan untuk

memilih bibit tanaman buah yang berasal dari varietas dengan mutu

Page 12: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

baik. Pemilihan bibit tanaman harus dilakukan secara hati-hati,

sehingga nantinya bibit yang digunakan merupakan bibit unggul yang

sudah benar-benar teruji. Bentuk bibit yang disarankan yaitu bibit

hasil cangkokan dengan varietas unggul yang dapat ditemukan dengan

mudah di penjual bibit tanaman. Kami lebih menyarankan ibu-ibu

dasa wisma membeli bibit cangkokan, karena bibit tersebut sudah siap

ditanam dan memiliki varietas unggul sehingga akan memudahkan

ibu-ibu di sana.

Dalam memilih bibit yang akan digunakan perlu memerhatikan

beberapa hal yaitu :

Bibit atau benih berasal dari induk tegakan yang baik, (kebun

benih, pohon induk, pohon terseleksi)

Bibit tanaman yang akan digunakan sebaiknya mempunyai tinggi

kurang lebih 25 cm.

- Pemilihan Pot

Pemilihan pot yang tepat menjadi modal awal bagi pertumbuhan

tanaman. Pot yang digunakan bisa dipilih dengan memanfaatkan

kaleng biscuit bekas, sisa galon air mineral, ember bekas, drum bekas

senyawa kimia dan lainnya. Pemilihan pot berdasar pada jenis dan

ukuran tanaman yang akan ditanam. Apabila pot yang digunakan

kecil, maka ukuran tanaman yang dapat ditanam yang berukuran kecil

begitu juga sebaliknya. Untuk menghindari kontaminasi zat,

disarankan membeli wadah yang sudah dicuci. Wadah yang paling

bagus adalah drum bekas. Wadah ini mampu menampung semua

sistem pengakaran.

- Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk tanaman buah dalam pot

sebaiknya memenuhi syarat minimal, yaitu mengandung tanah sebesar

50%, pasir 20%  dan bahan organik 30%. Bahan dasar untuk media

tanam terdiri atas tanah, pupuk kandang, kompos, pupuk kimiawi dan

bahan lain sebagai tambahan.

Page 13: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

2. Penanaman Tabulampot

Cara menanam bibit dalam pot adalah sebagai berikut :

1. Bibit yang sudah siap tanam dikeluarkan dari polybag yang

sebelumnya sudah disemprot dengan air terlebih dahulu. Bibit

dikeluarkan dengan tanahnya dan memangkas beberapa bagian

tanaman yang terlihat tidak rapi.

2. Sebelum membentuk lubang tanam terlebih dahulu bahan tanam

dicampur dicampur pupuk NPK dengan perbandingan 15:15:15

sebanyak 100 gram, kemudian diaduk hingga merata. Pada pot yang

sudah disiapkan dibuat lubang tanam dengan ukuran lubang tanam

yang sesuai dengan perakaran bibit.

3. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam, kemudian menekan tanah pada

bagian pangkal bibit pelan-pelan. Kemudian ditutup dengan tanah di

sekitar lubang tanam.

4. Bibit yang sudah ditanam disiram. Penyiraman dilakukan di sekitar

bibit yang sudah ditanam sampai cukup basah.

5. Untuk sementara waktu beri tutup kantung plastik transparan dan

meletakkannya di tempat yang teduh. Apabila sudah tumbuh tunas

baru tutup plastik bisa dibuang.

3. Pemeliharaan Tanaman

Dalam penanaman tabulampot perawatan sangat penting dan harus

dilakukan karena bisa menjadi kunci keberhasilan. Berikut ini perawatan

yang harus dilakukan :

1. Penyiraman

Pada musim kemarau, penyiraman sangat diperlukan. Hal ini karena

tidak ada sumber air lain selain dengan penyiraman. Jika menggunakan

air PAM sebaiknya diendapkan dulu semalam karena mengandung

kaporit. Usahakan air siraman tidak menggenang lebih dari 12 jam,

karena genangan air dapat menimbulkan penyakit busuk akar.

2. Penggemburan

Pemadatan media tanam biasanya terjadi karena penyiraman yang

berlebihan. Untuk itu perlu dilakukan penggemburan dengan

Page 14: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

menggunakan sekop kecil secara hati-hati agar tidak merusak akar

tanaman.

3. Pemupukan

Kunci perawatan tabulampot terletak pada pemberian nutrisi atau

pupuk yang tepat. Pembeli juga harus mengenal jenis tanaman yang

dipotkan. Tabulampot tanaman semusim seperti jambu dan jeruk akan

berbuah terus menerus, sedangkan tanaman tahunan semacam lengkeng

dan mangga akan mengalami masa istirahat sebelum mulai berbuah

lagi.

Tanaman semusim misalnya, karena berbuah terus menerus, perlu

dipupuk secara kontinu. Setiap bulan pada minggu pertama, berikan

pupuk daun semprot, minggu kedua berikan pupuk kocor, lalu minggu

ketiga disemprot pestisida. Begitu seterusnya. Dua atau tiga bulan

sekali kita berikan pupuk anorganik, seperti NPK. Dosisnya tergantung

besarnya tanaman. Sekitar 300 gram sampai 1 kg per pot. Selanjutnya,

saat mulai berbunga, tanaman diberi pupuk dengan kandungan kalium

tinggi seperti KNO3.

Berbeda dengan tanaman buah semusim, tanaman tahunan

mengalami daur hidup yang lebih lama. Setelah semua buah habis

dipanen, segera masukkan pupuk organik seperti pupuk kandang yang

mengandung N tinggi. Pupuk diberikan langsung agar nutrisinya tetap

tercukupi untuk setiap bagian tanaman. Hal ini karena tanaman lebih

terkonsentrasi pada pembentukan buah.

Memasuki bulan ketiga, tanaman perlu diberikan pupuk dengan

kandungan fosfor (P) dan kalium (K) yang tinggi untuk merangsang

pembungaan. Biasanya menggunakan NPK. Untuk tanaman tahunan,

perlu dikombinasikan antara pupuk organik dan anorganik nonresidu

yang sesuai dengan dosisnya. Pengkombinasian pemberian pupuk ini

bertujuan agar tanaman bisa berbuah dengan baik.

Setelah terbentuk pentil buah, diperlukan pemberian pupuk dengan

kandungan K dan asam amino yang tinggi. Bertujuan untuk mencegah

kerontokan pentil buah dan mutu buah yang terbentuk juga akan bagus.

Page 15: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Memasuki masa pembesaran buah, pupuk anorganik yang mengandung

K dan asam amino tinggi tetap diberikan dengan tambahan pupuk

bermagnesium (Mg) tinggi. Kandungan Mg ini dibutuhkan untuk

pembentukan gula buah, buah tidak menjadi mengkal, dan tidak pecah-

pecah.

4. Pemangkasan

Pemangkasan pada tabulampot ini dilakukan untuk membentuk

habitus (kanopi) tanaman agar tampak pendek, bercabang dan

pertumbuhannya seimbang. Tujuannya, untuk menjaga kesehatan dan

meningkatkan produksi dan juga peremajaan pada tanaman.

Pemangkasan juga mampu menjaga kelembaban tanaman sehingga tak

mudah terserang hama dan penyakit.

Pemangkasan perdana dilakukan saat tanaman berumur kurang dari

setahun, atau tinggi batang sekitar 75-100 cm dari permukaan drum.

Cara pemangksan pertama yaitu dengan memilih 3 batang primer. Bila

panjang cabang primer mencapai 50 cm, pangkas ujungnya hingga

tumbuh cabang-cabang sekunder. Pilih hanya tiga cabang sekunder per

cabang primer. Selanjutnya, pangkas ujung cabang sekunder sampai

tumbuh cabang tersier, dan pilih hingga tiga cabang tersier. Dari tiga

cabang tersier inilah akan terjadi pembungaan dan pembuahan.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman juga penting untuk

diperhatikan karena dapat menyebabkan gagal panen. Pengendalian

hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara penyemprotan anti

hama atau penyakit secara teratur atau dapat juga dikendalikan dengan

menggunakan pestisida organik agar tidak menimbulkan pada hasil

panen buah nantinya.

6. Penggantian Media Tanam dan Pot

Setelah tanaman buah tumbuh besar di dalam pot dan tanaman mulai

tidak seimbang dengan potnya atau media tanam sudah tidak bagus

(tidak porous, terlalu keras, dll), maka perlu adanya penggantian pot

dan media tanam. Pada saat mengganti media tanam ataupun mengganti

Page 16: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

pot, akar bisa dipangkas, tapi harus sangat hati-hati agar akarnya tetap

dalam kondisi yang bagus. Setelah itu siram dengan vitamin B1 atau air

cucian beras sebagai anti stress agar tanaman tidak layu. Sedang untuk

penggantian media tanamnya usahakan komposisi tanah, pupuk kandang

dan sekam padi sama seperti pada awal penanaman. Hal ini diperlukan

agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya,

mengingat semakin besar tanaman maka semakin besar pula kebutuhan

untuk pertumbuhannya. Selain itu, maksud dari penggantiaan media tanam

ini untuk meningkatkan kembali kesempatan tanaman untuk berbuah.

Selain melakukan penggantian media tanam perlu juga dilakukan

penggantian pot. Hal ini karena apabila pot masih dalam ukuran yang

sama seperti semula akan menghambat pertumbuhan tanaman.

penggantian pot sebaiknya dilakukan 2-3 tahun sekali atau paling lama

4-5 tahun sekali (Najiyati, dkk, 2009).

VI. KESIMPULAN

Pemanfaatan lahan pekarangan di Kelurahan Wirobrajan, Kota Yogyakarta

dapat dilakukan dengan cara atau solusi sebagai berikut :

1. Pemeliharaan Tanaman Hias secara Lanjut

2. Penggunaan Teknik Penanaman yang Lain yaitu dengan vertikultur dan

tabulampot.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Vertikultur Seledri. http://www.saungtani.com/2013/05/vertikultur -sledri.html . Diakses tanggal 9 Desember 2013.

Anonim. 2013. Pemilihan dan Perawatan Tanaman Hias. http://tanamanhias. comze.com/tips.html . Diakses tanggal 28 Desember 2013.

Desiliyarni, T., Yuni, A., Farida, F., dan Joesi, E. H. 2007. Vertikulutur, Teknik Bertanam di Lahan Sempit. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 61 hal.

Hasan. 2013. Tabulampot. http://www.sriwijayatani.com/index.php/tabulampot . Diakses tanggal 9 Desember 2013.

Page 17: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Herman. 2011. Tabulampot. http://tabulampotpurwokerto.blogspot.com/ . Diakses tanggal 8 Desember 2013.

Hidayat, A. M. 2013. Pertanian Pekarangan. http://www.anakagronomy.com/ 2013/01/pertanian-pekarangan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013.

Kostaman, T. 2010. Pemanfaatan Pekarangan. http://tatangkostaman. blogspot.com/2010/08/pemanfaatan-pekarangan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013.

Najiyati, S. dan Danarti. 2009. Memilih dan Merawat Tanaman Buah di Pekarangan Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta. 131 hal.

Pangerang. 2013. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan. http://budidayaagronomispertanian.blogspot.com/2013/06/optimalisasi-pemanfaatan-lahan.html . Diakses tanggal 5 Desember 2013.

Tato, S. 2013. Optimalisasi Pemanfataan Pekarangan. http://bbppbatu.info/ index.php?option=com_content&view=article&id=279:optimalisasi-pemanfaatan-pekarangan&catid=73:artikel-umum . Diakses tanggal 5 Desember 2013.

Sesi Tanya Jawab :

1. Fadli Aulia :

- apakah pada penanaman secara Tabulampot tidak akan menghambat

perkembangan tanaman?

secara langsung tidak karena penanaman secara Tabulampot ini sudah

dilakukan sejak lama dan sekarang ini telah banyak bibit dengan varietas

tertentu yang dapat berbuah dengan ukuran tanaman yang masih kecil.

Sehingga penanaman secara Tabulampot ini dimungkinkan tidak akan

menghambat perkembangan tanaman dengan syarat pemeliharaan tanaman

dilakukan secara tepat.

2. Boliktron Harlismoyo A :

- apakah memungkinkan penanaman secara Tabulampot untuk tanaman

mangga?

Ya mungkin, karena sudah banyak contoh penanaman secara Tabulampot

untuk tanaman mangga dan menunjukkan hasil yang baik, meskipun

beberapa ada yang gagal.

Page 18: Problematika Pemanfaatan Lahan Pekarangan

- Bagaimana cara mengatasi air yang tergenang lebih dari 12 jam pada

penanaman secara Tabulampot?

Dengan membuat lubang drainase pada bagian bawah pot dengan ukuran

lubang yang disesuaikan dengan pot yang akan digunakan. Namun, tidak

terlalu kecil ataupun terlalu besar. Pembuatan lubang ini dilakukan pada

awal yakni pada saat pemilihan pot.

3. Rian Wicaksono :

- bagaimana bentuk daur ulang di lahan pekarangan itu?

Daur ulang yang dimaksudkan disini yakni

1. Sampah pekarangan dan sampah rumah tangga dapat dikomposkan

dengan membuat lubang sampah atau bak-bak pengomposan.

2. Selain untuk pupuk, sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan

ternak dan ikan.

3. Pupuk kandang dan endapan lumpur dari kolam digunakan untuk

pupuk bagi tanaman.

Untuk poin no. 2 dan 3 dapat dilakukan apabila pemilik memiliki ternak

dan ikan.

- Apakah penggunaan air PAM pada budidaya di kawasan perkotaan tidak

membuat budidaya tanaman di pekarangan menjadi tidak organik lagi?

Menurut kami tidak, karena kemungkinan air PAM membuat budidaya

tanaman menjadi tidak organik karena kandungan kaporitnya dapat

diminimalkan dengan cara mendiamkan air yang akan digunakan untuk

menyiram tanaman dalam semalam (± 12 jam). Dengan demikian kaporit

akan mengendap pada bagian dasar.

- Bagaimana budidaya di lahan pekarangan tersebut dikatakan organik?

Untuk pengukuran organik atau tidaknya lebih mendasarkan pada

penggunaan jenis pupuk dan pestisida yang digunakan.