Post on 21-Dec-2015
description
DISPROPORSI KEPALA PANGGUL
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Ukuran Panggul :
- Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis.Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan
tulang.Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat
sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri.Jarak
antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk
merupakan panjang konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung
dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara
bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera
dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.
Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul
- Panggul Tengah (Pelvic Cavity)
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.Pengukuran klinis panggul tengah
tidak dapat diperoleh secara langsung.Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika,
sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara
1
kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul
terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica
berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis
diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.
- Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga
dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan
kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah
jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung
sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm),
dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan
adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit
I.Janin yang Besar
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut kepustakaan
lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan jika beratnya lebih dari
4500 gram.
Penyebab anak besar yaitu:
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan
besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu
diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul.
2
II.Kelainan Posisi dan Presentasi
Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu :
a.Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu). Presentasi muka dapat
disebabkan:
Panggul sempit
Bayi besar
Multiparitas
Lilitan tali pusat di leher
Anencephal
Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari pemeriksaan
luar ditemukan:
o Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
o Ditemukan sudut fabre
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan yang cukup
besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
Gambar 2.1 Presentasi Muka
3
Pengelolaan pada presentasi muka:
Kala I: observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II: Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps. Tetapi, bila dagu tetap
di belakang, dilakukan seksio sesarea.
b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara dan sering
berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigai
keadaan tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam.
Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir
orbita, dan pangkal hidung.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai
presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin tidak mungkin lahir
pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio sesarea, kecuali bila janin sangat kecil
(TBBJ < 1800 gram).
Gambar 2.2 Presentasi Dahi
c. Letak Lintang
4
Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu
panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah, yang disebut presentasi bahu,
atau presentasi akromion. Jika pungung terdapat di depan disebut dorsoanterior, jika di
belakang disebut dorsoposterior.
Penyebab letak lintang ialah:
- Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas
- Kesempitan panggul
- Plasenta previa
- Prematuritas
- Kelainan bentuk rahim
- Mioma uteri
- Kehamilan ganda
Gambar 2.3 Letak Lintang
Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan cukup bulan,
fundus uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas pusat.
Pada palpasi, fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan bagian-bagian
besar teraba di samping kiri atau kanan fossa illiaca.
Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan. Sebaliknya, jika
teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil sehingga punggung terdapat di
sebelah belakang.
Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai susunan tulang-
tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar akan teraba scapula, dan pada pihak yang
bertentangan dengan scapula akan teraba klavikula.
5
Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang, berputar sendiri
menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, yang hanya mungkin jika
ketuban masih utuh.
Pengelolaan letak lintang diawali saat kehamilan, yaitu dengan melakukan versi luar pada
usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Bila versi luar berhasil, persalinan dilakukan pervaginam.
Bila versi luar tidak berhasil, pada janin hidup dilakukan partus pervaginam bila usia
kehamilan < 28 minggu, dan seksio sesarea bila usia kehamilan > 28 minggu. Sedangkan pada
janin mati:
- TBBJ < 1700 gr : persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan evolusi
spontan. Bisa dibantu dengan traksi beban.
- TBBJ > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus dilakukan
eksplorasi jalan lahir.
- TBBJ > 2500 gr dan bagian terendah janin masih tinggi dilakukan seksio sesarea.
- Letak lintang kasip dilakukan embriotomi.
d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)
Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil di
belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna.
Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi kepala
kurang serta inersia uteri.
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah
simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture perinei
totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum diregang oleh
sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari posisi oksipito posterior yang
memerlukan pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang. Umumnya dapat
lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum atau forceps.
III.Panggul Sempit
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan.
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
6
1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravid
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata
Gambar 3.1 Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.
Pengaruh pada persalinan :
1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya
waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi
karena ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup
pintu atas panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada
serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang
ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat
terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat
mengangkat tungkainya.
7
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga
panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus.
Pengaruh pada anak :
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal
berkurang lebih dari 0,5 cm.
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
8
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan.penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu
tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya
Klasifikasi panggul sempit :
a. Kesempitan pintu atas panggul
b. Kesempitan bidang tengah
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan
memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4
dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke
pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau
kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus
diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan
bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
9
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.
Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal,
sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung
di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.
Teknik perasat Muller:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.
Interpretasi perasat Muller:
- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
10
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul.Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea. Berdasarkan
literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir pervaginam dengan selamat jika CV
< 8,5 cm.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan
pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus percobaan.
PANGGUL SEMPIT
1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis
(hasil mengecewakan)
11
Kesempitan pintu Kesempitan Kesempitan pintu
atas panggul panggul tengah bawah panggul
Relatif Absolut
(konjugata vera (Konjugata vera < 8,5 cm)
8,5-10 cm)
Partus percobaan Seksio sesarea
Primer
Berhasil Gagal
Seksio sesarea
Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer
Pada pasien ini, ditemukan persangkaan panggul sempit, karena terdapat kelainan bentuk
badan ibu yang dapat dilihat dari tinggi badan ibu, 140 cm. Selain itu, pada pasien ini, kepala
janin belum turun walaupun usia kehamilan sudah lebih dari 36 minggu.
Diagnosis panggul sempit absolut diperoleh dari pemeriksaan panggul ibu, yaitu konjugata
vera 7 cm.
Pengelolaan pada pasien ini yaitu rencana seksio sesarea karena panggul sempit absolute
pada usia kehamilan aterm tidak dapat lahir pervaginam.
Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :
1. Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per vaginam pada
wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus percobaan hanya dilakukan pada
letak belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau
12
setelah anak lahir per vaginam.Partus percobaan dikatakan berhasil jika anak lahir per
vaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak
serta ibu dalam keadaan baik
Kita hentikan partus percobaan jika:
o Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
o Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
o Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
o Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his cukup baik dan
dilakukan pimpinan persalinan dengan baik, bagian kepala dengan diameter
terbesar dalam 1 jam tetap tidak mau melewati pintu atas panggul.
o Forseps atau vakum gagal.
Dalam keadaan –keadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio sesarea
dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi sebab-sebab yang
menetap(patus percobaan lengkap dan gagal), pada persalinan berikutnya tidak ada
gunanya untuk melakukan persalinan percobaan lagi.
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan
panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat
dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur
keamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit
persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga
sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam
melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian
hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan
tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran
badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya
merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum
berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin
dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan
13
tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari
panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of
labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah
fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam
kemudian. Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap
pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau
dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam
2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio
sesarea.
2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida
tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan
karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan
persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap atas indikasi
ibu atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum lengkap/gagal), persalinan
percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi pada persalinan berikutnya. Dalam hal
ini, pimpinan persalinan berikutnya mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan
pada bekas seksio sesarea.
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan putaran paksi
jika diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-kadang diperlukan seksio
sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, baiknya
dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan
jalan lahir.Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak
bolah dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii < 8 cm.
Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis meruncing.Oleh karena itu,
14
biasanya arkus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah
panggul.
Menurut Thoms, distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar kedua tuber
ischii dan diameter sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul juga
sempit.Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan seksio
sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan dengan forceps dan dengan episiotomy yang
cukup luas.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul
sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio
sesarea
Kraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengancara
melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapatdengan mudah
lahir pervaginam.
Sedangkan kleidotomi adalah tindakan yang dilakukan setelah janin pada presentasi
kepala dilahirkan, akan tetapi kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah
janin meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada
satu atau kedua klavikula
Penanganan:
a. Kesempitan PAP dan PTP: SC
b. Kesempitan PBP: episiotomy
Penilaian kapasitas panggul terhadap berat janin lebih tepat disebut sebagai daya akomodasi
panggul, yaitu volume bayi terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan dan normal melalui
panggul tersebut, dalam konversinya terhadap gram berat badan.
15
Normal BB bayi yang dilahirkan seorang ibu adalah antara 2500-4000 gr. >4000 disebut
makrosomia dan <2500 disebut BBLR.
Tinggi ibu juga menentukan (kalo <145 cmkemungkinan bisa terjadi CPD menurut dr Handi.
Jadi kemungkinan diagnosis yang dibuat:
1. Imbang fetopelvik baik: rencana partus pervaginam
2. CPD: SC
3. Suspect CPD: lakukan pendekatan lain misal dengan pemeriksaan radiologic (foto PAP
dan foto lateral) atau dengan partus percobaan.
A. PROGNOSIS
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan berlangsung sendiri tanpa
pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.
Bahaya pada ibu.
a. Partus yang lama seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum.
b. Dengan his yang kuat, sedang kamajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul
regangan segmen bawah rahim dan pembentukan lingkaran retraksi patologik (bandl)
c. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada suatu
tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal itu
menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemiadan kemudian
nekrosis pada tempat tersebut.
Bahaya pada janin.
a. Partus lama dapat mengakibatkan kematian parinatal, apabila jika ditambah dengan
infeksi intrapartum
b. Prolapsus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan
memerlukan kelahirannya dengan segera apabila ia masih hidup.
c. Apabila ada disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan pada
panggul dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa
akibat yang jelek sampai batas- batas tertentu, akan tetapi apabila batas- batas tersebut
dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan perdarahan intrakarnial.
d. Perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin dan fraktur pada os parietalis oleh
tekanan promontorium atau kadang- kadang oleh simfisis pada panggul
16