Post on 15-Dec-2015
description
The American Heart Association (AHA) dan Palang Merah Amerika (Palang Merah)
didirikan oleh Dewan Ilmu Pertolongan Pertama Penasehat Nasional untuk meninjau dan
mengevaluasi literatur ilmiah tentang pertolongan pertama dalam persiapan untuk American
Heart Association (AHA) 2005 dan Palang Merah Amerika sebagai Pedoman untuk
Pertolongan Pertama. Dalam persiapan untuk proses evaluasi 2010 bukti, Pertolongan
Pertama Dewan Penasehat Nasional diperluas menjadi Pertolongan Pertama Ilmu Dewan
Penasehat Internasional dengan penambahan perwakilan dari sejumlah organisasi bantuan
internasional pertama (lihat Tabel).
Tujuan dari papan adalah untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat kejadian
darurat dengan membuat rekomendasi pengobatan didasarkan pada ANALISA bukti ilmiah
yang menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Apakah dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas setelah adanya intervensi
dari penyedia pertolongan pertama?
Apakah intervensi yang dilakukan oleh penyedia pertolongan pertama dapat
memberikan kondisi yang aman, efektif dan layak sesuai bukti ilmiah?
Sebuah tinjauan kritis terhadap literatur ilmiah anggota Pertolongan Pertama Ilmu
Dewan Penasehat Internasional diringkas dalam International Konsensus Pertama Ilmu Aid
2010 dengan Rekomendasi Pengobatan (ILCOR 2010 CPR Konsensus), dari mana pedoman
ini berasal.
LATAR BELAKANG
Sejarah pertolongan pertama dapat ditelusuri secara terorganisir oleh masyarakat.
sebagai contoh penduduk asli Amerika Sioux yang mana bangsa Bear untuk mengobati luka,
memperbaiki patah tulang, mengontrol perdarahan, mengobati luka tusukan panah, dan
menggunakan batu tajam untuk memotong sekitar luka dan menghilangi peradangan. Pada
zaman Modern, pertolongan pertama berevolusi dari pengalaman militer di medan perang.
ketika ahli bedah diajarkan oleh tentara dengan menggunakan belat dan membalut luka
dengan menggunakan perban.
Dua perwira Inggris, Peter Shepherd dan Francis Duncan, dikatakan pertama kali
memperluas konsep untuk warga sipil telah mengembangkan kurikulum pertama dalam
pertolongan pertama. Pelatihan pertolongan pertama yang diselenggarakan oleh warga sipil
pertama kali dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1903 ketika Clara Barton, Presiden
Palang Merah, membentuk sebuah komite untuk membangun instruksi pertolongan pertama
di antara pekerja industri nasional, di mana pada pekerja tersebut memiliki resiko berbahaya
dengan kecelakaan dan kematian yang terlalu sering.
Bukti Evaluasi
Ilmu Dewan Penasehat Internasional bantuan pertolongan pertama, pertama kali
diidentifikasi dengan 38 pertanyaan dalam praktek pertolongan pertama namun tidak
diterapkan dalam evaluasi sebelumnya atau dalam evaluasi yang terbaru.
Beberapa dari anggota dewan relawan meninjau literatur ilmiah independen dan
mengembangkan serta meringkas literatur yang relevan dengan setiap pertanyaan (lihat
Bagian 2: "Bukti Evaluasi dan Pengelolaan Potensi atau Konflik Kepentingan").
Setelah masing-masing worksheet telah disampaikan kepada, dan ditinjau oleh, penuh
papan, rancangan ringkasan dari bukti ilmiah dan rekomendasi pengobatan yang dibuat.
Setelah masing-masing worksheet telah disampaikan kepada, dan ditinjau oleh, penuh papan,
rancangan ringkasan dari bukti ilmiah dan rekomendasi pengobatan yang dibuat.
Berbasis bukti ulasan untuk setiap pertanyaan yang disajikan dan dibahas untuk kedua
kalinya pada pertemuan dewan berikutnya.
Semua lembar kerja pertolongan pertama, co-hak cipta oleh American Heart Association dan
American Red Cross, dapat dilihat melalui hyperlink di 2010 American Heart Association
dan American Red Cross International Konsensus Pertama Ilmu Aid dengan Pengobatan
Recommendations.2
Setiap pertanyaan, review berbasis bukti, rancangan ringkasan ilmu pengetahuan, dan
rekomendasi rancangan pengobatan disajikan, didiskusikan, dan diperdebatkan pada
kesempatan terpisah 2 sampai konsensus tercapai.
Pedoman ini didasarkan pada temuan konsensus ilmiah yang dilaporkan dalam 2010
International Konsensus Pertama Ilmu Aid dengan Pengobatan Recommendations.2
Definisi Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama didefinisikan sebagai penilaian dan intervensi yang dapat
dilakukan oleh pengamat (atau korban) dengan menggunakan peralatan medis atau tidak.
Penyedia pertolongan pertama didefinisikan sebagai seseorang yang sudah terlatih secara
formal dalam melakukan pertolongan pertama untuk menangani keadaan darurat, atau
penyediaan obat-obatan untuk pertolongan pertama. Beberapa ahli ilmiah mengatakan bahwa
penilaian dan dan intervensi umtuk pertolongan pertama dilakukan secara medis dan
berdasarkan bukti ilmiah atau tanpa bukti ilmiah. Dengan adanya Pertolongan pertama bukan
berarti pelayanan secara medis (EMS) lainnya tidak diberikan namun tetap diberikan bantuan
medis bila diperlukan. Kami sangat percaya bahwa pendidikan pertolongan pertama harus
bersifat universal sehingga semua orang bisa belajar bagimana cara melakukan pertolongan
pertama. Ruang lingkup pertolongan pertama tidak sepenuhnya ilmiah namun dipengaruhi
juga oleh pelatihan-pelatihan dan regulasi.
Memanggil Bantuan
Sebuah penyedia pertolongan pertama harus mampu mengenali kapan bantuan
dibutuhkan dan bagaimana menemukannya. Pemberi bantuan pertama harus belajar
bagaimana dan kapan untuk mengakses sistem EMS dengan cara mengaktifkan rencana di
tempat tanggap darurat (ERP) dan menghubungi Poison Control Center (lihat "Poison
Darurat").
Posisi korban
Sebagai aturan umum korban tidak dipindahkan terlebih dahulu jika kita menduga
korban mengalami cedera tulang belakang (lihat "Spine Stabilisasi" di bawah) di lihat dari
posisi korban atau sifat cedera, namun ada juga ketika korban harus segera dipindahkan.
Jika daerah tidak aman untuk penyelamat atau korban, maka memindahkan korban ke
lokasi yang aman, jika aman untuk melakukannya.
Jika posisi korban menghadap ke bawah dan tidak responsif maka putar korban
menghadap ke atas.
Jika korban mengalami kesulitan bernapas karena sekresi berlebihan atau muntah,
atau jika Anda sendiri dan harus meninggalkan korban tidak responsif untuk
mendapatkan bantuan, letakkan korban dengan posisi lengan lebih tinggi. DI Langka
Spine (HAINES) posisi pemulihan yaitu dengan meletakkan satu lengan korban di
atas kepala dan memposisikan badan menyamping sehingga kepala korban bertumpu
pada lengan, lalu tekuk kedua kaki untuk menstabilkan korban (Kelas IIb, LOE C).
Jika korban menunjukkan tanda-tanda shock posisikan badan pasien secara terlentang.
Jika tidak ada bukti trauma atau cedera, maka tinggikan kaki sekitar 6 sampai 12 inci
(sekitar 30 ° sampai 45 °) (Kelas IIb, LOE C). Jangan menaikkan kaki jika gerakan
atau posisi yang dapat membuat korban merasa sakit.
Hasil penelitian ekspansi volume menunjukkan tidak ada pengaruh mengangkat kaki
sebagai manuver pertolongan pertama untuk shock. Hasil penelitian ekspansi volume
bertentangan dengan beberapa penelitian lain, dimana dengan mngangkat kaki pada shock
menunjukkan peningkatan curah jantung atau tekanan arteri rata-rata.
Oksigen
Ada bukti yang merekomendasikan kepada penyedia pertolongan pertama untuk
penggunaan oksigen bagi korban yang mengeluh nyeri dada dan sesak napas. (Kelas IIb,
LOE C)19,20.21. Pemberian oksigen tambahan mungkin bermanfaat sebagai bagian dari
pertolongan pertama bagi para penyelam karena cedera dekompresi (Kelas IIb, LOE C)22
Kegawatdaruratan Medis
Insiden gangguan pernapasan meningkat seperti asma akut, terutama di masyarakat
perkotaan.23 Banyak korban dengan asma sehingga penyedia pertolongan pertama harus
mampu menentukan dan mengelola untuk pemberian obat bronkodilator.24.26 penyedia
pertolongan pertama tidak dituntut untuk membuat diagnosis asma, tetapi mereka dapat
membantu korban dalam menentukan penggunaan obat bronkodilator dalam kondisi (Kelas
IIa, LOE B) dengan ketentuan sebagai berikut:
Korban menyatakan bahwa ia mengalami serangan asma atau gejala yang
berhubungan dengan gangguan bernapas yang sudah didiagnosis sebelumnya, dan
korban memiliki obat yang diresepkan atau inhaler.
Korban mengidentifikasi obat dan tidak mengetahui cara menggunakannya jika tanpa
asisten.24
Pemberi pertolongan pertama harus mengenal baik dengan obat-obat inhaler sehingga
mereka dapat membantu korban dalam menggunakan inhaler pada serangan asma akut.
Anafilaksis
Alergi relatif umum, tetapi hanya sebagian kecil orang dengan alergi menunjukkan
reaksi anafilaksis. Reaksi anafilaksis adalah serangkaian progresif tanda dan gejala ditandai
dengan pembengkakan, kesulitan bernapas, ruam, gatal. Pada akhirnya jika tidak diobati
dapat menyebabkan kematian. Beberapa tanda dan gejala ini juga dapat hadir dalam kondisi
lain, dan pemberi pertolongan pertama tidak diharapkan untuk membuat diagnosis
anaphylaxis.27-30 Pasien yang lebih tua yang menderita reaksi anafilaksis mengetahui tanda-
tanda dan gejala dan banyak yang membawa auto injector epinephrine. Dengan pelatihan
yang tepat, orang tua dapat diajarkan secara benar bagaimana menggunakan auto-injektor
untuk mengelola epinefrin untuk anak-anak.31 Alergi sangat sering kambuh shingga baik
anggota maupun korban keluarga tahu bagaimana cara menggunakan auto-injector secara
benar.32-34 Pemberi pertolongan pertama harus harus mengenal baik dengan obat-obat
epinefrin auto-injektor sehingga mereka dapat membantu korban dengan reaksi anafilaksis.
Pemberi pertolongan pertama juga harus tahu bagaimana mengelola auto-injektor sehingga
jika korban tidak mampu melakukannya pemberi pertolongan pertama dapat mengelolanya
dengan baik dan benar dengan ketentuan obat telah diresepkan oleh dokter dan hukum negara
mengijinkannya (Kelas IIb, LOE B). Dalam studies retrospektif 18% sampai 35% dari pasien
yang memiliki tanda-tanda anafilaksis diperlukan dosis kedua epinefrin jika gejala menetap
atau semakin memberat setelah dosis pertama.35 Karena kesulitan dalam membuat diagnosis
anaphylaxis27-30,38,39 sehinnga potensi bahaya dari pemberian epinefrin jika diagnosis
tidak benar, 40-43 penyedia pertolongan pertama disarankan untuk mencari bantuan medis
jika gejala terus berlangsung dan jangan memberikan dosis kedua epinefrin. Dalam keadaan
biasa, ketika bantuan medis tidak tersedia, dosis kedua epinefrin dapat diberikan jika gejala
anafilaksis menetap (Kelas IIb, LOE C).
Kejang
Prinsip – prinsip umum manajemen pertolongan pertama kejang yaitu :
Pastikan jalan napas terbuka
Mencegah cedera
Jangan menahan korban selama kejang. Jangan mencoba untuk membuka mulut
korban atau mencoba untuk menempatkan objek apapun di antara gigi korban atau di mulut.
Menahan korban dapat menyebabkan cedera muskuloskeletal atau jaringan lunak.
Menempatkan objek dalam mulut korban dapat menyebabkan kerusakan gigi atau aspirasi
(Kelas IIa, LOE C). Hal ini tidak biasa bagi korban sehinnga menjadi tidak nyaman atau
membuat bingung setelah kejang.
Ketidaknyamanan dada
Karena itu sangat sulit, bahkan untuk profesional kesehatan, untuk membedakan nyeri
dada yang berasal dari penyakit jantung atau dari ketidaknyamanan dada lainnya, penyedia
pertolongan pertama harus mengasumsikan bahwa ketidaknyamanan dada karena penyakit
jantung sampai terbukti benar dan sebaliknya. Ketidaknyamanan dada karena penyakit
jantung sering digambarkan sebagai "menghancurkan" atau "menekan" dan sering disertai
dengan sesak napas atau keringat. Tapi ketidaknyamanan dada karena penyakit jantung
mungkin tidak memiliki gejala seperti ini, terutama pada wanita. Panggilan EMS segera bagi
siapa pun dengan ketidaknyamanan dada. Jangan menunda atau tidak langsung membawa
pasien ke fasilitas kesehatan sendiri.
Sambil menunggu EMS tiba, penyedia pertolongan pertama dapat memberi aspirin
kepada korban dengan cara mengunyah untuk dewasa (tidak enterik dilapisi) atau "bayi" jika
korban tidak memiliki alergi terhadap aspirin atau kontraindikasi lain aspirin, seperti stroke
atau riwayat perdarahan dalam waktu dekat (Kelas IIa, LOE A).44-46
Cedera darurat
Pengendalian perdarahan adalah salah satu tindakan atau keterampilan dasar dari
pertolongan pertama, hal ini menunjukkan pengaruh hasil kritis dari penyedia pertolongan
pertama
Tekanan langsung
Mengendalikan perdarahan dengan memberikan tekanan sampai perdarahan berhenti
atau EMS penyelamat tiba (Kelas I, KEHILANGAN A).47-53 Jumlah dan waktu tekanan yang
diberikan adalah faktor yang paling penting dalam mempengaruhi sukses nya pengontrolan
perdarahan. Tekanan harus tegas, dan itu harus dipertahankan untuk waktu yang lama.
Metode tekanan yang diterapkan termasuk :
Tekanan manual pada kasa atau kain lainnya yang ditempatkan di atas sumber
perdarahan. Namun, jika perdarahan terus berlanjut, jangan memindahkan kain kasa
tetapi tambahkan kasa di atas nya dan memberi tekanan.
Jika tidak mungkin untuk memberikan tekanan manual terus menerus,
sebaiknya membungkus elastis perban secara kuat di atas kain kasa.54-57
Torniket
Meskipun torniket telah ditentukan efektif untuk mengontrol perdarahan dilapangan
dan selama operasi serta telah digunakan oleh paramedis dan tanpa komplikasi, tidak ada
penelitian tentang pengendalian perdarahan dengan menggunakan penyedia pertolongan
pertama dari tourniquet.61
Potensi bahaya dalam menggunakan tourniquet terlalu lama atau permanen dapat
membuat cedera pada saraf dan otot 64 dan komplikasi sistemik akibat iskemia tungkai, 65
termasuk asidemia, hiperkalemia, aritmia, shock, dan kematian. Komplikasi yang terjadi
berhubungan dengan penekanan tourniquet 66 dan durasi oklusinya, 67 tetapi ada bukti yang
cukup untuk menimbulkan komplikasi ireversibel. jika pemasangan torniket tidak tepat atau
tekanan langsung tidak efektif dapat menimbulakn efek negatif, penggunaan tourniquet untuk
mengontrol perdarahan dari ekstremitas (Kelas IIb, LOE B).64,65.67 Torniket hanya boleh
digunakan dengan pelatihan yang tepat (Kelas IIa, LOE B).
Titik-titik tekanan dan elevasi
Elevasi dan penggunaan titik-titik tekanan tidak dianjurkan untuk mengendalikan
perdarahan (Kelas III, LOE C). Rekomendasi baru ini dibuat karena ada bukti bahwa cara
lain untuk mengendalikan perdarahan yang lebih efektif. Efek hemostatik elevasi belum
diteliti. Ketika titik-titik tekanan digunakan pada relawan tidak ada efek pada puls distal
ditemukan.72Yang paling penting, prosedur atau intervensi ini belum terbukti sehingga dapat
membahayakan.
Hemostatik Agen
Di antara sejumlah besar hemostatik agen yang tersedia secara komersial, beberapa
telah terbukti efektiv.73-76 Namun, penggunaan rutin dalam pertolongan pertama tidak dapat
direkomendasikan karena variasi yang signifikan dalam efektivitas dan efek samping
termasuk kerusakan jaringan dengan induksi negara proemboli dan cedera termal potensial
(Kelas IIb, LOE B).
Perawatan Luka Lecet
Luka dangkal dan lecet harus sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan air hangat
seperti suhu kamar dengan atau tanpa sabun sampai tidak ada lagi kotoran di dalam luka
(Kelas I, LOE A).77-82air dingin sama efektiv nya dengan air hangat untuk perawatan luka
namun sedikit kurang nyaman. Jika air bersih tidak tersedia pada saat itu sebaiknya dengan
menggunakan salep atau krim antibiotika sehingga dapat mencegah infeksi. Namun pastikan
terlebih dahulu bahwa korban tidak memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik. Antibiotik ini
sebaik nya digunakan pada luka lecet atau luka dangkal.
Luka Bakar
Luka Bakar Thermal
Luka bakar sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu dengan air dingin (15 ° sampai 25 ° C) dan
tetap aliri air dingin sampai nyeri menghilang (Kelas I, LOE B).86,93 air dingin dapat
mengurangi rasa sakit, edema, dan kedalaman cedera. Selain itu, mempercepat penyembuhan
sehinggga tidak perlu untuk dilakukan eksisi dan grafting luka bakar yang dalam. Tetapi,
jangan meletakkan es langsung ke luka bakar karena dapat membuat jaringan iskemia (Kelas
III, Loeb). Paparan dingin yang terlalu lama terhadap luka bakar berukuran kecil atau paparan
singkat terhadap luka bakar berukuran besar dapat menyebabkan hipotermia dan cedera
jaringan lokal yang lebih besar.93-95
Luka Bakar Yang Sudah Melepuh
Luka bakar yang sudah melepuh sebaiknya ditutupi menggunakan kasa steril dengan sedikit
longgar tetapi hal tersebut dapat membuat lecet (Kelas IIa, LOE B).96-99
Luka Akibat Listrik
Tingkat keparahan cedera listrik sangat bervariasi, dari gejala kesemutan yang
disebabkan oleh intensitas rendah dan dapat menyebabkan henti jantung serta kematian. Luka
bakar thermal akibat dari kontak langsung antara kulit dengan pakaian yang terbakar atau
dari arus listrik yang melintasi bagian tubuh. Pada saat arus listrik melintasi tubuh, luka bakar
dapat hadir di pintu masuk dan keluar poin dan di sepanjang jalur internal. Henti jantung
(Cardiopulmonary arrest) adalah penyebab utama kematian langsung dari luka bakar listrik.100
Aritmia jantung, termasuk fibrilasi ventrikel, asistol ventrikel, dan ventrikel takikardia yang
berkembang menjadi ventrikel fibrilasi, mungkin akibat dari paparan dengan tegangan rendah
atau tegangan tinggi sehingga membuat gangguan pernapasan.101 Hal ini dapat
mengakibatkan kelumpuhan pusat pernapasan di otak. Setelah arus listrik dimatikan,
selanjutnya menilai korban yang mungkin memerlukan CPR, defibrilasi, dan pengobatan
untuk shock karena luka bakar. Semua korban luka bakar listrik membutuhkan pertolongan
selanjutnya dari para medis karena tingkat cedera mungkin tidak begitu jelas.
Stabilisasi Tulang Belakang
Resiko terjadinya cedera tulang belakang dan leher setelah trauma tumpul sebesar
2%,102-103 Resiko ini meningkat tiga kali lipat pada pasien dengan trauma kraniofasial.104
Persentase terbanyak cedera tulang belakang adalah laki-laki antara usia 10 dan 30 tahun.
Sekitar setengah dari semua cedera tulang belakang akibat dari kecelakaan Kendaraan
bermotor, sisanya lagi akibat terjatuh (terutama dari ketinggian atau menyelam), olahraga.105
Jika tulang belakang terluka, sumsum tulang belakang mungkin tidak terlindungi sehingga
terjadi cedera lebih lanjut (cedera tulang belakang sekunder) akibat dari tekanan yang terjadi
ketika korban yang dimanipulasi atau dipindahkan. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan
saraf permanen termasuk quadriplegia.106=107 dalam suatu studi dilaporkan, hanya satu korban
yang terkontrol karena kurang tenaga dengan beberapa masalah metodologis.108 Dalam studi
tersebut, kelompok korban luka yang dipasang imobilisasi tulang belakang oleh teknisi medis
darurat menunjukkan manfaat neurologis dibandingkan dengan kelompok korban luka yang
tidak dipasang imobilisasi tulang belakang.
Minimalkan terjadinya pergerakan pada tulang belakang, kepala dan leher untuk
mencegah terjadinya cedera sekunder, (Kelas IIb, LOE C). Pemberi bantuan pertama tidak
harus menggunakan perangkat imobilisasi (Kelas III, LOE C). Perangkat imobilisasi mungkin
diperlukan dalam keadaan khusus saat pelepasan langsung (misalnya, penyelamatan
tenggelam korban) diperlukan, tetapi penyedia pertolongan pertama tidak harus
menggunakan perangkat ini kecuali mereka telah dilatih dengan baik dalam penggunaannya.
Penyelamat pertolongan pertama tidak bisa meyakinkan mengidentifikasi korban dengan
cedera tulang belakang, tetapi mereka harus mencurigai cedera tulang belakang jika korban
terluka berada dalam salah satu faktor risiko berikut (ini telah dimodifikasi sedikit dari 2005
American Heart Association dan American Red Cross First Aid Guidelines103, 109 -114)
Penyedia pertolongan pertama tidak bisa mendiagnosa cedera tulang belakang, tetapi
mereka harus mencurigai cedera tulang belakang jika korban terluka dan masuk salah satu
faktor risiko sebagai berikut : (American Heart Association dan American Red Cross First
Aid Guidelines,2005). 103,109,114
Umur 65 tahun
Pengemudi, penumpang, atau pejalan kaki, pengendara sepeda motor, atau kecelakaan
sepeda
Jatuh dari ketinggian
Kesemutan pada ekstremitas
Rasa sakit atau nyeri di leher atau punggung
Defisit sensorik atau kelemahan otot serta tubuh atau
ekstremitas atas
Mabuk
Adanya luka terutama di daerah kepala dan leher
Anak-anak usia 2 tahun atau lebih tua ditemukan trauma pada kepala atau leher
Trauma Musculoskeletal
Tertarik dan Terkilir
Cedera jaringan lunak termasuk keseleo sendi dan memar. Memberikan suhu yang
dingin seperti menaruh es dapat mengurangi perdarahan, edema, nyeri, dan cacat untuk
cedera jaringan lunak.115-120 Pendinginan paling baik dilakukan dengan es yang dimasukkan
kedalam kantong plastik atau kain basah yang diisi dengan campuran es dan air, dimana
pendingin yang di campur lebih baik daripada hanya menggunakan es saja.121-123 Gel
Freezable suhu dingin nya tidak seefektif es atau air dingin.124-125 Untuk mencegah sushu yang
terlalu dingin sebaiknya di letakkan es selama 20 menit.126-128 Jika dengan waktu tersebut
sudah tidak nyaman maka sebaiknya diletakkan es selama 10 menit saja.129 letakkan handuk
tipis di antara kontainer dingin dan kulit (Kelas IIb, LOE C 126128). Tidak jelas apakah
perban kompresi sangat membantu untuk cedera sendi. Aplikasi Heat memar atau cedera
sendi tidak sebagus ukuran pertolongan pertama sebagai application.115 dingin
Fraktur
Setiap cedera ekstremitas sebaiknya segera curigai terjadinya patah tulang. Tutup
luka terbuka dengan saus. Jangan bergerak atau mencoba meluruskan ekstremitas yang
mengalami cedera (Kelas III, LOE C). Tidak ada bukti bahwa meluruskan daerah yang di
curigai fraktur tulang dapat mempersingkat waktu penyembuhan atau mengurangi rasa sakit
sebelum dilakukan fiksasi secara permanen. Pendapat ahli menunjukkan bahwa belat dapat
mengurangi rasa saki dan mencegah cedera lebih lanjut.130 Jadi, jika Anda jauh dari rumah
sakit atau tempat kesehatan lainnya, maka sebaik nya stabilkan ekstremitas dengan belat pada
lokasi korban ditemukan (Kelas IIa, LOE C). Jika ekstremitas memar atau pucat, segera
menghubungi EMS karena ini bisa menjadi keadaan darurat medis. Seorang korban dengan
cedera ekstremitas bawah tidak harus menunggu sampai disarankan untuk melakukan
pemeriksaan oleh para medis.
Gigitan Manusia dan binatang
Gigitan manusia dan binatang sebaiknya dialiri air dengan membuat irigasi (Kelas I,
LOE B). Irigasi ini telah terbukti dapat mencegah terjadinya rabies dan infeksi akibat gigitan
binatang.131,132,133
Gigitan ular
Jangan menerapkan tekhnik menghisap sebagai pertolongan pertama untuk gigitan
ular (Kelas III, LOE C). Suction belum tentu dapat menghilangkan racun dan tidak memiliki
manfaat klinis serta dapat memperburuk trauma.134,136,138 Sebaiknya menerapkan imobilisasi
dengan perban dan brikan tekanan antara 40 dan 70 mm Hg pada ekstremitas atas dan antara
55 dan 70 mm Hg pada tungkai bawah. Jika seluruh ekstremitas digigit ular sebaiknya
memperlambat aliran getah bening untuk menghambat aliran racun (Kelas IIa, LOE
C139,140). Dari teori dikatakan bahwa memperlambat aliran limfatik oleh tekanan eksternal
dapat terjadi produksi racun neurotoksik terhadap korban yang digigit ular. Tetapi di
Amerika untuk gigitan ular efektivitas dari tekanan imobilisasi dengan hasil non-
neurotoksik.140-141 Perawatan ini membutuhkan studi lebih lanjut untuk membuktikannya
angka keefekivan nya terhadap manusia. Tantangannya adalah untuk menemukan cara untuk
mengajarkan pemasangan perban secara benar karena tekanan yang tidak efektif dan terlalu
banyak dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal.142,143
Sengatan Ubur-Ubur
Pertolongan pertama untuk sengatan ubur-ubur terdiri dari dua tindakan penting: yaitu
mencegah terjadinya nematocyst dan nyeri. Untuk menghilangkan racun dan mencegah
envenomation lanjut maka sengatan ubur-ubur harus dicuci dengan cuka (Larutan asam asetat
4-6%) sesegera mungkin dalam waktu 30 detik (Kelas IIa, LOE B). Cara menghilangkan
racun ini telah ditunjukkan oleh Olindias sambaquiensisdan dan Physalia Physalis (Portugis
man-ofwar). Jika cuka tidak tersedia dapat di cuci juga dengan baking soda.144-145
Untuk menghilangkan nyeri sebaiknya setelah nematocysts dihilangkan atau
dinonaktifkan sengatan ubur-ubur harus di rendam dengan menggunakan air panas (Kelas IIa,
LOE B). Korban sebaiknya diajarkan untuk mandi dengan menggunakan air panas atau
merendam bagian yang sakit dalam air panas (pada suhu 45° C), sesegera mungkin,
setidaknya selama 20 menit.146-149 Jika air panas tidak tersedia maka pilihan kedua dengan
menggunakan alat pemanas/ pengering. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa sakit tetapi
alat pemanas ini tidak seefektif air panas (Kelas IIb, LOE B146,150,151). Obat topikal
seperti aluminium sulfat atau relaksasi otot, produk aerosol, dan enzim yang berasal dari
pepaya digunakan sebagai obat lokal dan kurang efektif dalam mengurangi rasa sakit (Kelas
IIb, LOE B147-152.
Pada suatu studi dilaporkan, tekanan imobilisasi dengan perban tidak dianjurkan
untuk pengobatan sengatan ubur-ubur karena tekanan tersebut dapat menyebabkan pelepasan
racun lebih lanjut (Kelas III, LOE C).153,154
Cedera Gigi
Cedera gigi merupakan trauma umum. Pertolongan pertama untuk gigi avulsi adalah
sebagai berikut:
Perdarahan pada luka dicuci dengan larutan garam atau air yang mengalir.
Hentikan perdarahan dengan menekan dengan kasa atau kapas.
Menangani gigi pada bagian yang di bawah gusi
Masukkan gigi kedalam susu pembersih, namun jika susu pembersih tidak tersedia .
sebaiknya masukkan kedalam air dan segera hubungi dokter gigi lalu korban langsung
dibawa ke pusat perawatan darurat (Kelas IIa, LOE C)155-158
Kegawatdaruratan Lingkungan
Kegawatdaruratan pada Hipotermia
Hipotermia disebabkan oleh paparan udara dingin. Urgensi pengobatan tergantung
pada panjang tubuh dan suhu tubuh korban. Jika terjadi hipotermia segera panaskan kembali
dengan memindahkan korban ke lingkungan yang lebih hangat, melepaskan pakaian basah,
dan membungkus seluruh permukaan tubuh yang terluka dengan mengunakan selimut atau
pakaian. Jika lokasi korban hipotermia jauh dari tempat pelayanan kesehatan, segera beri
pemanasan (Kelas IIa, LOE B).159,160 Pemanasan tidak harus menunda sampai adanya
perawatan medis. Metode pemanasan dengan menempatkan korban di dekat sumber panas
atau menempatkan kontainer hangat tetapi tidak panas.
Es Batu
Dalam kasus suhu terlalu dingin, maka lepaskan pakaian basah dan kering dan tutupi
korban untuk mencegah hipotermia. Segera memindahkan korban ke fasilitas medis yang
lebih lengkap. Jangan mencoba untuk memberi es batu jika kemungkinan dapat membuat
hipotermi.161-162 Jika hipotermia tidak terlalu berat dapat di hangatkan dengan menggunakan
kontak kulit ke kulit. Hipotermia yang berat harus segera dihangatkan dalam air hangata
dalam waktu 24 jam setelah cedera (37 ° sampai 40 ° C atau sekitar suhu tubuh) selama 20
sampai 30 menit (Kelas IIb, LOE C).161-170 Penghangat kimia tidak harus ditempatkan
langsung pada tubuh yang mengalami hipotermi karena dapat menyebabkan luka bakar
(Kelas III, LOE C171). Setelah selesai dihangatkan, segera lakukan refreezing dan segera
evakuasi pasien untuk perawatan lebih lanjut. Dalam suatu studi dilaporkan bahwa efektivitas
ibuprofen atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) untuk hipotermia belum memberi
pengaruh yang signifikan.175
Kegawatdaruratan pada Hipertermia
Hipertermia dapat disbabkan oleh olahraga berat, mungkin termasuk, kejang,
kelelahan, dan stroke. kejang dapat mempengaruhi betis, lengan, otot perut, dan punggung.
Pertolongan pertama meliputi istirahat, menenangkan, dan konsumsi jus, susu atau elektrolit
(air)176-185
Panas karena kelelahan disebabkan oleh demam, kehilangan cairan dan elektroli. Tanda dan
gejala dapat timbul secara tiba-tiba seperti: mual, pusing, kram otot, merasa lemah, sakit
kepala, kelelahan, dan keringat berlebihan. Panas akibat kelelahan dan stroke bisa berakibat
fatal. Panas akibat kelelahan harus dirawat dengan menggunakan pendingin yaitu air dingin
dan mendorong korban untuk minum air dingin serta perbanyak karbohidrat dan elektrolit.
Hipertermia pada pasien Stroke mencakup semua gejala kelelahan panas ditambah
tanda-tanda keterlibatan gangguan sistem saraf pusat, termasuk pusing, sinkop, kebingungan,
atau kejang. Tindakan yang harus dilakukan oleh penyedia pertolongan pertama untuk korban
stroke yang hipertermia adalah segera memberi pendinginan langsung dan sebaiknya korban
direndam kedalam air dingin hingga dagu.186-189 lalu mengaktifkan sistem EMS. Pertolongan
Pertama pada hipertermia pasien stroke dengan memberikan cairan intravena dan jangan
mencoba memberikan minuman pada korban.
Tenggelam
Tenggelam merupakan penyebab utama kematian yang tidak disengaja. Metode
pencegahan tenggelam termasuk isolasi pagar di sekitar kolam renang, memakai perangkat
pengapungan pribadi (jaket pelampung) saat berada di sekitar atau di air, jangan berenang
sendirian, dan menghindari berenang atau mengoperasi kapal sambil mabuk.
Pindahkan korban dengan cepat dan aman dari air, tetapi tidak menempatkan diri
dalam bahaya. Jika Anda memiliki pelatihan khusus, Anda dapat memulai bantuan
pernapasan sementara korban masih dalam air dan itu tidak menunda mengeluarkan korban
dari air. Mulai lakukan CPR dan jika Anda sendirian lanjutkan sekitar 5 siklus (sekitar 2
menit) dari kompresi dada dan ventilasi sebelum mengaktifkan EMS. Jika 2 penyelamat
hadir, 1 penyelamat lagi segera mengaktifkan EMS.
Kegawatdaruratan akibat paparan racun
Jika pasien menunjukkan tanda-tanda atau gejala dari kondisi yang mengancam
kehidupan (misalnya, mengantuk, kejang, kesulitan bernapas, muntah) setelah terpapar racun,
maka segera mengaktifkan EMS.
Pusat Pengendalian racun
Ada banyak zat beracun di rumah dan tempat kerja. Hal ini penting untuk memahami
sifat racun dari bahan kimia di lingkungan dan peralatan pelindung yang tepat dan prosedur
darurat dalam kasus paparan racun. The Poison Bantuan hotline dari American Association of
Poison (800-222-1222) adalah pusat pengendalian bagus di Amerika Serikat untuk informasi
tentang mengobati konsumsi, atau paparan, racun potensial. Ketika menelepon pusat
pengendali racun atau pelayanan medis darurat lainnya sebaiknya mengetahui sifat dan waktu
paparan dan nama produk atau zat paparan racun.
Luka bakar kimia
Sbersihkan zat kimia pada kulit dengan menggunakan sarung tangan atau sepotong kain.
Lepaskan semua pakaian korban yang terkontaminasi dan pastikan Anda tidak
terkontaminsasi diri Anda saat membersihgkan. Pada kasus paparan asam atau alkali pada
kulit atau mata segera bersihkan dengan mengairi daerah yang terkena dengan air yang
banyak(Kelas I, LOE B).
Cedera Mata Akibat Zat Beracun
Segera bilas mata yang terkena zat beracun dengan air yang cukup (Kelas I, LOE
C203,209,210), kecuali obat penawar khusus tersedia.203,209,210,211
Tertelan racun
Pengobatan dengan Susu atau Air
Jangan melibatkan mulut untuk menelan racun kecuali disarankan untuk
melakukannya dengan pusat kendali racun atau tenaga medis darurat karena dapat
membahayakan (Kelas III, LOE C). Sudah terbukti bahwa pertolongan pertama yang tertelan
racun dengan menggunakan air atau susu untuk pengencean racun. Penelitian pada hewan
212-216 menunjukkan bahwa pengenceran atau netralisasi agen dengan air atau susu dapat
mengurangi cedera jaringan, tetapi belum ada penelitian pada manusia yang menunjukkan
manfaat klinis. Efek samping yang mungkin terjadi akibat pemberian air atau susu yaitu
muntah dan aspirasi.
Pemberian bahan aktif charcoal
Jangan berikan bahan aktif charcoal ke korban yang telah menelan zat beracun kecuali
Anda disarankan untuk melakukannya dengan pusat kendali racun atau tenaga medis darurat
(Kelas IIb, LOE C). Tidak ada bukti bahwa bahan aktif charcoal efektif sebagai komponen
pertolongan pertama..219-221,222
Ipecac
Jangan mmberi sirup ipecac untuk mengobati racun yang tertelan (Kelas III, LOE B).
Beberapa studi. menemukan bahwa tidak ada keuntungan secara klinis dengan pemberian
sirup ipecac. 226 efek samping dari ipecac termasuk muntah