Presentation1 (2)

Post on 06-Feb-2016

279 views 0 download

description

hehehhe

Transcript of Presentation1 (2)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

• Hasil penelitian Journal of the American Medical Assocation, jumlah perokok di dunia ini sudah mencapai satu miliar orang

• Indonesia pun masuk dalam jajaran negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia, yaitu urutan ke empat setelah China, USA, dan Rusia serta urutan pertama di Asia Tenggara.

1995 20110%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

27%

36%

50%

67%

Perokok di Indonesia

Seluruh PendudukPria

Persentase Penduduk umur lebih dari 15 Tahun yang Merokok di Indonesia

Rokok mengandung lebih dari 4000 unsur kimia beracun (WHO)

risiko penyakit pada sistem respirasi dan penyakit kardiovaskuler.

Melihat data konsumsi rokok di Indonesia, ini akan berakibat pada tingginya prevalensi penyakit obstruksi saluran nafas yang salah satunya adalah PPOK

• urutan ke-5 penyebab kematian didunia, 2030 diperkirakan menjadi urutan ke-3 (2002)

• > 3 juta meninggal tahun 2005, dan sekitar 5% dari jumlah semua kematian secara global.

WHO

• Penduduk Indonesia 3,7% menderita PPOK

• SKRT Depkes RI 1992 PPOK menduduki urutan ke 6 dari 10 penyebab kematian tersering.

INA

• Provinsi NTT sendiri merupakan provinsi dengan prevalensi PPOK tertinggi di Indonesia dengan jumlah 10,0%. (Riskesdas 2013)

NTT

1.2 Tujuan

• Untuk mengetahui lebih jelas hubungan merokok dan penyakit PPOK.

1.3 ManfaatManfaat Praktis • Memberi pengetahuan kepada perokok tentang bahaya

mengkonsumsi rokok • Memberi pengetahuan kepada pasien PPOK agar berhenti

merokok sehingga pengobatannya lebih lancar.• Memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang bahaya

merokok untuk mencegah konsumsi rokok.Manfaat Teori• Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan di

bidang Ilmu Penyakit Dalam serta memberikan gambaran mengenai hubungan perilaku merokok dengan kejadian PPOK.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PPOK

2.1.1 Definisi

Menurut persatuan dokter paru Indonesia PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.

2.1.2 Etiologi Etiologi Bronkitis kronik :Faktor lingkungan:- Merokok- Pekerjaan- Polusi udara- InfeksiFaktor host :- usia- jenis kelamin- penyakit paru yang sudah ada

Etiologi Emphysema- Smoking- Polusi udara- Defisiensi α1-antitripsin (faktor genetik)

2.1.3 Epidemiologi • 80 % dari >1 miliar perokok di seluruh

dunia tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

WHO

• Penduduk Indonesia hampir 70% telah mulai merokok di usia anak-anak dan remaja. (Riskesdas, 2013)

INA

• Penduduk NTT sendiri 50% juga mulai merokok pada usia anak-anak dan remaja

• 50% merupakan perokok aktif (Riskesdas, 2013).

NTT

• urutan ke-5 penyebab kematian didunia, 2030 diperkirakan menjadi urutan ke-3 (2002)

• > 3 juta meninggal tahun 2005, dan sekitar 5% dari jumlah semua kematian secara global.

WHO

• Penduduk Indonesia 3,7% menderita PPOK

• SKRT Depkes RI 1992 PPOK menduduki urutan ke 6 dari 10 penyebab kematian tersering.

INA

• Provinsi NTT sendiri merupakan provinsi dengan prevalensi PPOK tertinggi di Indonesia dengan jumlah 10,0%. (Riskesdas 2013)

NTT

2.1.4 Faktor Resiko

- Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting.

- Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja

- Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang.- Hipereaktiviti bronkus

2.1.5 Patofisiologi

- Merokok meyebabkan hipertrofi kelenjar mukus bronkial dan meningkatkan produksi mukus, yang menyebabkan batuk produktif.- Terjadi destruksi jaringan paru disertai dilatasi rongga udara distal, yang menyebabkan hilangnya elastic recoil pada paru, adanya hiperinflasi, terperangkapnya udara dan peningkatan usaha untuk bernapas,sehingga terjadi sesak napas.

2.1.6 Gejala Klinis PPOK

1) Dispnue / sesak napas kronis dan progresif2) Batuk kronis3) Produksi Sputum4) Weezing (Gejala tambahan, Fatigue, Anoreksia,

Penurunan BB)

2.1.7 Komplikasi

1. Gagal napas2. Infeksi berulang3. Kor pulmonal

2.1.8 PENCEGAHANSTOP MEROKOK Strategi yang dianjurkan oleh Public Health service Report USA adalah:•Ask: lakukan identifikasi peroko pada setiap kunjungan•Advice: terangkan tentang keburukan/dampak merokok sehingga pasien didesak mau berhenti merokok•Assess: yakinkan pasien untuk berhenti merokok•Assist: bantu pasien dalam program berhenti merokok•Arrange: jadwalkan usaha berikutnya yang lebih intensif, bila usaha pertama masih belum memuaskan

2.1.9 penatalaksanaan• Prinsip terapi COPD : Berhenti merokok Mencegah eksaserbasi dengan antibiotik Memperbaiki faal paru Rehabilitasi• Farmakologik: Ekspektoran dan bronkodilator(beta agonis/antikolinergik)

untuk meredakan spasme otot polos Suplemen o2 selama > 16jam Hidrasi: untuk mengencerkan sekret bronkus

2.1.10 PROGNOSISPasien yang datang dengan penyakit PPOK prognosisnya:• tergantung pada tingkat keparahan penyakit paru-paru dan

apakah pasien terus merokok atau tidak• Kita melihat FEV1 (volume ekspirasi paksa setelah 1 detik)-nya

lebih besar dari 50% prognosis sangat baik• Pasien dengan FEV1 kurang dari 0,75 L

Obstruksi sangat parah, kurang dari 30% prediksi• Tingkat mortalitas 1-tahun 30%• Mortalitas 10-tahun 95%• Prognosis baik meningkat ketika pasien berhenti merokok.

2.2 Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah suatu kebiasaan yang merugikan bagi kesehatan karena suatu proses pembakaran massal tembakau yang menimbulkan polusi udara dan terkonsentrasi yang secara sadar langsung dihirup dan diserap oleh tubuh bersama udara pernapasan.

• Kebiasaan merokok merupakan masalah kesehatan yang ada sejak dulu, perilaku merokok menimbulkan kerugian dari segi kesehatan dan ekonomi.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) menyatakan bahwa 90% dari jumlah kasus kanker mulut, kanker kerokongan,bronkitis,dan gangguan paru; 75% dari jumlah PPOK, 40% cerebrovaskular, disebabkan oleh rokok. Setiap satu batang rokok yang di hisap akan mengambil 7 nyawa tiap menit.

- Menurut penelitian para perokok pasif mengalami resiko 14 kali menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan, 4 kali menderita kanker esofagus, 2 kali menderita kanker kandung kemih dan 2 kali serangan jantung bila dibandingkan dengan perokok aktif (saleh,2008).

Indonesia merupakan negara yang jumlahnya perokoknya paling banyak di wilayah Asia Tenggara yakni mencapai 62.800.000 jiwa selama 30 tahun terakhir, konsumsi rokok Indonesia meningkat dari 33 miliar batang pada tahun 1970 menjadi 230 miliar batang pada tahun 2006. Tinggi dan meningkatnya jumlah konsumsi rokok di Indonesi menyebabkan angka kesakitan dan kematian makin meninggi. Tahun 2005, Depkes melaporkan bahwa jumlah kematian akibat penyakit yang terkait dengan tembakau di perkirakan mencapai 399.800 jiwa.

Pemerintah Indonesia, sejak tahun 1999 telah menetapkan peraturan guna menanggulangi masalah rokok, yakni dikeluarkan PP No.81/1999.

2.2.1 Bahan Yang Terkandung dalam Rokok

Adalah bahan aerosol heterogen yang terdiri dari komponen gas yakni CO, CO2, O2, hidrogen sianida, amoniak, nitrogen, senyawa hidrokarbon.Dan ada juga komponen partikel antara lain tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan cadmium.

2.3 Hubungan Merokok dan PPOK - Merokok merupakan faktor yang paling

berkontribusi terhadap berkembangnya PPOK. Separuh dari semua orang yang merokok berpeluang terjadi kerusakan atau obstruksi saluran nafas dan 10-20 persen nya berkembang secara signifikan menjadi PPOK

- Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan pada saluran nafas, antara lain berupa penyempitan yang dalam hal ini dikaitkan dengan kejadian PPOK.

BAB III

DISKUSI

Provinsi NTT penduduknya 50% mulai merokok pada usia anak-anak dan remaja, dan 50% merupakan perokok aktif oleh sebab itu wajar bila provinsi NTT merupakan provinsi dengan prevalensi PPOK tertinggal di Indonesia dengan jumlah 10%.

Merokok merupakan faktor resiko dari penyakit PPOK. Semakin lama kebiasaan merokok, maka resiko untuk terkena penyakit PPOK akan semakin besar

Hal yang memprihatinkan adalah usia mulai merokok setiap tahun semakin muda (usia remaja). Perokok usia muda di Indonesia semakin meningkat laporan Global Youth Tobacco Survey 2007, jumlah perokok anak usia 13-18 tahun di Indonesia menduduki peringkat pertama di Asia.

Perilaku merokok pada remaja disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang rokok oleh sebab itu kita harus melakukan tindakan preventif berupa sosaialisasi untuk menambah pengetahuan, sehingga dapat berpengaruh pada perilakunya.