Post on 10-Dec-2015
description
78
MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA
POKOK BAHASAN FAKTORISASI SUKU ALJABAR MELALUI PENDEKATAN
STRUKTURAL THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VIII2 SMPN 4 KENDARI
Utu Rahim
Jurusan PMIPA/Matematika FKIP Unhalu Kampus Bumi Tridharma Kendari 93232
Abstrak: Guru sering mengalami kesulitan dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar di kelas VIII2 SMPN 4
Kendari. Kesulitan tersebut menyebabkan prestasi belajar siswa tidak meningkat. Salah
satu cara untuk memperbaiki hal ini adalah dilakukan penelitian tindakan kelas melalui
model pembelajaran kooperatif pendekatan Think Pair Share. Hasil penelitian dengan
pendekatan Think Pair Share ini disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar matematika
siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar dapat ditingkatkan melalui pendekatan
Think Pair Share. Hasil yang dicapai adalah dari tes awal ke tes siklus I meningkat dari
37,5% menjadi 55%, dari siklus I ke siklus II meningkat dari 55% menjadi 72,5% dan dari
siklus II ke siklus III meningkat dari 72,5% menjadi 87,5%; (2) dilihat dari segi proses,
hasil yang dicapai adalah 69,05% pada siklus I, 82,26% pada siklus II dan 94,33% pada
siklus III.
Kata kunci : Pendekatan Think Pair Share, prestasi dan faktorisasi suku aljabar.
PENDAHULUAN
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, salah
satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif yang dipergunakan guru dalam
mengajar, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan think
pair share. Model pembelajaran yang monoton dapat mengurangi motivasi siswa untuk
belajar, karena siswa merasa jenuh dengan model pembelajaran yang sama secara terus
menerus diberikan guru. Keluhan guru matematika SMPN 4 Kendari pada umumnya
adalah sikap siswa yang kurang aktif mengikuti penyajian materi matematika. Jika hal ini
yang terjadi maka dengan sendirinya hasil belajarnya dapat menurun.
Hasil observasi awal pada tanggal, 29 Maret 2008 yang dilakukan peneliti terhadap
siswa kelas VIII2 di SMPN 4 Kendari menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian
matematika siswa hanya mencapai nilai 55. Nilai ini belum memenuhi standar minimal
ketuntasan belajar sebesar 62 yang ditetapkan SMPN 4 Kendari.
Salah satu materi matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi
faktorisasi suku aljabar, yaitu memfaktorkan bentuk kuadrat siswa masih bingung untuk
menguraikan faktor-faktornya, begitu pula dalam menyelesaikan operasi bentuk aljabar
seperti yxx 22 24 − dengan 42 5xyx − masih siswa yang menjumlahkan suku-suku yang
sejenis tetapi pangkatnya berbeda.
79
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku
Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VIII2 SMPN 4
Kendari (Utu Rahim)
KERANGKA TEORITIK
1. Proses Pembelajaran
Istilah pembelajaran mengandung makna ada siswa yang belajar dan ada guru yang
mengajar, keduanya melalui proses dan membutuhkan waktu yang panjang. Slameto
(1988:2) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Hilgard dan Bower dalam Purwanto (2004:3) menjelaskan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Menurut Suparno (2001:64) belajar
adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman baik alami maupun
manusiawi.
Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku yang mengabitkan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap
yang diperoleh melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya, terutama dengan
guru yang mengajarkan materi pelajaran. Jadi belajar matematika menunjukkan adanya
perubahan tingkah laku siswa yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan siswa
dalam matematika.
Smith dalam Sanjaya (2006:74) mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan
pengetahuan dan keterampilan (teaching imparting knowledge or skill). Sedangkan
Usman (1993:6) mengatakan bahwa mengajar adalah merupakan usaha mengorganisasi
lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran sehingga
menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Mengajar pada dasarnya adalah pengorganisasian sejumlah konsep yang diberikan
kepada siswa, sehingga terjadi penambahan pengetahuan dan keterampilan terhadap diri
siswa setelah mendapat penyajian materi dari gurunya. Guru mengajarkan materi dengan
satu harapan agar materi yang disajikan dapat dipahami siswa, sehingga ilmu
pengetahuan tentang matematika siswa dapat meningkat atau bertambah.
2. Prestasi Belajar Matematika
Winkel (1991:3) mengemukakan bahwa prestasi belajar yang dihasilkan siswa
adalah perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman, keterampilan, nilai
dan sikap. Dalam kamus Bahasa Indinesia Poerwadarminta (1983:768) prestasi diartikan
sebagai hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan dan dikerjakan.
80
MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86
Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil usaha siswa
yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa. Perubahan tersebut
mengakibatkan bertambahnya pengetahuan siswa. Jadi prestasi belajar matematika siswa
adalah usaha positif yang dilakukannya sehingga ilmu pengetahuannya mengalami
perubahan ke arah kemajuan, setelah menerima materi pelajaran dengan pendekatan
struktural think pare share.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Think Pair Share
Ismail (2002:20) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah salah
satu model pembelajaran yang yang menggunakan adanya kerja sama antara siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran dan siswa dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil serta diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Suherman (2003:260) kerja kelompok (kooperatif) artinya bekerja secara
bersama-sama untuk menacapai hasil yang lebih baik. Pembelajaran kooperatif mencakup
suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama.
Ibrahim (2001:6-7) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif yaitu: 1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya, 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, rendah, bilamana, mungkin, anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, dan 4) penghargaan lebih berorientasi
kelompok ketimbang individu.
Adapun unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1) siswa dalam
kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepasang bersama. 2) siswa
bertanggung jawab bersama atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik
mereka sendiri, 3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama, 4) siswa haruslah membagi tugas dan dan tanggung jawab
yang sama diantara anggota kelompoknya, 5) siswa akan dikenakan evaluasi atau
diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,
6) siswa berbagi kepimimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya, 7) siswa akan diminta mempertanggung jawabkan
secara individual materi yang ditngani dalam kelompok kooperatif (Ibrahim, 2001:6) lebih
lanjut (Ibrahim, 2001:7-9) mengemukakan bahwa tujuan dalam pembelajaran kooperatif
81
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku
Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VIII2 SMPN 4
Kendari (Utu Rahim)
berkaitan dengan: 1) hasil belajar akademik yaitu bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik, 2) penerimaan terhadap perbedaan individu yaitu
memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan
struktur penghargaan kooperatif belajar untuk menghargai satu sama lain, 3)
pengembangan keterampilan social yaitu untuk mengerjakan kepada siswa keterampilan
kerjasama dan kolaborasi.
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat melalui tabel
berikut:
Tabel 1. Langkah-langkah Model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
Fase-2
Menyajikan infermasi
Fase-3
Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
Fase-5
Evaluasi
Fase-6
Memberi penghargaan
� Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapaipada pelajaran tersebut
dan memotifasi siswa belajar.
� Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
� Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
� Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
� Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
� Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik berupa upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok.
(Ibrahim,2001:10)
Berdasarkan uraian tersebut di atas terlihat bahwa model pembelajaran ini sangat
memungkinkan siswa untuk bertukar pikiran atau pendapat yang tercipta di dalam suatu
kerjasama, sehingga siswa terlatih dalam menghargai pendapat orang lain.
Pendekatan khusus yang diuraikan di sini mula-mula dikembangkan oleh Frank
Lyman dkk dari Universitas Maryland pada Tahun 1985. Think-Pair-Share memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk
berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Adapun langkah-langkah
pendekatan struktual tipe TPS adalah sebagai berikut.
82
MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86
a. Tahap-1: Thingking (berpikir). Pada tahap ini, guru mengajukan pertanyaan atau isu
yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
b. Tahap-2: Pairing (berpasangan). Pada tahap ini, guru meminta siswa berpasangan
dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap
pertama. Interaksi pada tahapm ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah
diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah di
identifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit berpasangan.
c. Tahap-3: Sharing (Berbagi). Pada tahap ini, guru meminta kepada pasangan untuk
berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif
dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai
sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Underwood (2000:87) berpendapat bahwa jumlah latihan melalui kerja berpasangan
dan kelompok yang didapat setiap siswa akan meningkat tajam. Bahkan para guru
seharusnya mmenggunakan kerja berpasangan sebagai bagian yang selalu ada di dalam
kelasnya. Siswa yang masih kecil cenderung berpasangan dengan teman khususnya dan
sering ini memuaskan, kerja berpasangan dapat dilakukan dengan memasangkan siswa
yang sudah bisa dengan siswa yang belum bisa jika dapat dilakukan tanpa terlalu kentara.
Berdasarkan uraian tersebut, pendekatan struktual tipe TPS ini sangatlah
sistematis sedemikian sehingga waktu yang diberikan siswa untuk berpikir cukup banyak
dan memungkinkan siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan guru. Pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII2 SMP Negeri 4
Kendari dan waktu penelitian dimulai dari Juli sampai dengan Agustus tahun ajaran
2008/2009.
2. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur penelitian ini dilakukan 3 siklus. Setiap siklus dilakukan sesuai dengan
perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang ingin diselidiki. Adapun prosedur
yang dilakukan pada ketiga siklus tersebut meliputi, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
observasi dan evaluasi serta (4) refleksi.
83
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku
Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VIII2 SMPN 4
Kendari (Utu Rahim)
3. Data dan Teknik Pengambilan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Jenis data yang
digunakan adalah jenis data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengambilan data
dalam penelitian ini digunakan lembar observasi untuk memperoleh proses pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif pendekatan TPS. Jurnal digunakan untuk memperoleh
data refleksi diri dan tes setiap siklus yang dipergunakan untuk memperoleh prestasi
belajar.
4. Indikator Kinerja
Indikator kenerja dalam penelitian ini digunakan dua kriteria, yaitu dikatakan
berhasil apabila siswa minimal memperoleh nilai 62 sebanyak 80%. Sedangkan dari segi
proses minimal 85% dapat terlaksana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Tes Awal, Tes Siklus I, Tes Siklus II dan Tes Siklus III No. Nama Siswa Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus I Tes Siklus I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
IMD
DR
SM
PD
YE
SN
LMR
MM
UL
MAS
LP
TA
VM
MF
FT
MI
MA
RN
RSS
HN
NA
SW
MS
NS
FA
HY
IN
ES
70
35
65
48
52
28
55
35
39
65
65
22
65
30
55
35
65
40
70
45
45
62
50
27
68
37
70
32
55
72
70
70
38
53
65
20
75
88
65
47
87
24
76
57
70
53
80
76
50
62
50
25
84
40
90
37
67
66
74
70
65
50
68
68
55
74
70
66
77
60
70
59
70
65
56
80
50
73
78
55
85
59
87
45
87
70
80
85
77
77
80
75
70
75
90
85
80
56
75
75
68
74
87
69
50
82
97
72
90
85
82
58
84
MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86
No. Nama Siswa Tes Awal Tes Siklus I Tes Siklus I Tes Siklus I
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
MSH
EJ
EA
WS
MU
MY
AS
TY
FP
RL
SAD
PD
67
35
59
64
30
82
54
45
62
40
70
55
72
70
78
53
49
80
70
55
65
50
72
60
75
53
88
69
65
95
70
65
62
70
75
55
80
54
90
75
80
98
80
80
65
78
98
60
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa tes awal yang diambil dari operasi bentuk
aljabar sebagai materi prasyarat dari materi pokok bahasan faktorisasi suku aljabar yang
telah diajarkan di kelas VII, diperoleh nilai siswa sebesar 37,5% atau 15 siswa dari 40
siswa yang memperoleh nilai ≥ 62. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan siswa
tentang materi operasi bentuk aljabar sebagai prasyarat faktorisasi suku aljabar masih
sangat rendah.
Siklus I ini terdiri dari tiga kali pertemuan. Setelah selesai diberikan materi
sebanyak tiga kali pertemuan maka siswa diberikan tes yang disebut tes siklus I. Hasil tes
siklus I menunjukkan bahwa dari 40 siswa terdapat 55% atau 22 siswa yang mencapai
nilai ≥ 62. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan
sebesar 17,5% atau sebanyak 7 orang, jika dibandingkan dengan nilai siswa pada hasil tes
awal.
Siklus II ini, juga terdiri dari tiga kali pertemuan. Setelah selesai diberikan materi
sebanyak tiga kali pertemuan maka siswa diberikan tes yang disebut tes siklus II. Hasil
tes siklus II menunjukkan bahwa dari 40 siswa terdapat 72,5% atau 29 siswa yang
mencapai nilai ≥ 62. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan sebesar 17,5% atau sebanyak 7 orang, jika dibandingkan dengan nilai siswa
pada hasil tes siklus I.
Siklus III ini, terdiri dari dua kali pertemuan. Setelah selesai diberikan materi
sebanyak dua kali pertemuan maka siswa diberikan tes yang disebut tes siklus III. Hasil
tes siklus III menunjukkan bahwa dari 40 siswa terdapat 87,5% atau 35 siswa yang
mencapai nilai ≥ 62. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
85
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku
Aljabar Melalui Pendekatan Struktural Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VIII2 SMPN 4
Kendari (Utu Rahim)
peningkatan sebesar 15% atau sebanyak 6 orang, jika dibandingkan dengan nilai siswa
pada hasil tes siklus II.
Dilihat darisegi proses maka pencapaian pelaksanaannya adalah 69,05%;pada siklus
I, 82,26% pada siklus II dan 94,33% pada siklus III.
2. Pembahasan
Pengetahuan dasar siswa pada tes awal masih sangat rendah, sehingga akan
berpengaruh juga pada tes siklus I, siklus II dan siklus III. Jika ada peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diadakan penelitian pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar,
disebabkan penerapan model pembelajaran kooperatif TPS. Pada tes awal yang dicapai
siswa hanya 37,5% atau 15 siswa sebagai yang memiliki kemampuan dasar sebelum
diberikan pembelajaran.
Pada siklus I pencapaian pembelajaran adalah 55% atau 22 siswa. Hal ini
disebabkan adanya hal-hal yang belum dilaksanakan guru seperti guru tidak
menyampaikan tujuan pembelajaran, tidak memberi apersepsi, motivasi, kegiatan
kelompok belum efektif, bimbingan guru hanya pada kelompok tertentu saja.
Pada siklus II, setelah memperbaiki kekurangan pada siklus I maka terjadi
peningkatan pencapaian hasil belajar sebesar 72,5% atau 29 siswa. Juga Pencapaian ini
belum maksimal, karena tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi
hasil presentasi kelompok yang tampil dan guru tidak memberikan penghargaan pada
siswa.
Dilihat dari segi proses maka pencapaian pelaksanaannya adalah 69,05%;pada siklus
I; 82,26% pada siklus II dan 94,33% pada siklus III.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan TPS, dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan faktorisasi suku
aljabar siswa kelas VIII2 SMP Negeri 4 Kendari. Peningkatan ini dapat dilihat dari tes
awal sebesar 37,5% menjadi 55% pada hasil tes siklus I, dari siklus I sebesar 55%
menjadi 72,5% pada siklus II, dari siklus II sebesar 72,5% menjadi 87, 5% siswa yang
memperoleh nilai minimal ≥ 62.
2. Pelaksanaan proses pembelajaran yang dicapai adalah sebesar 69,05%; pada siklus I;
82,26% pada siklus II dan 94,33% pada siklus III.
86
MIPMIPA, Vol. 9, No. 1, Pebruari 2010 : 78 - 86
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-University Press.
Poerwadarminta, W.J.S. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwanto M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1988. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Underwood, Mary. 2000. Pengelolaan Kelas yang Efektif. Jakarta: Arean.
Winkel, W. S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.