Post on 24-Oct-2015
PERCOBAAN II
SATURASI DAN SUSPENSI
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat sediaan saturasi dan
suspensi serta pengemasannya, dan memahami penulisan etiket yang benar
sesuai dengan resep yang ada.
II. DASAR TEORI
II.1 Saturasi
Saturasi adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam
dengan basa tetapi gas yang terjadi dalam larutan, adalah jenuh dengan
gas. Saturasi merupakan obat cair yang pada prinsipnya larutan yang
jenuh dengan CO2. CO2 berfungsi sebagai corrigens. Saturatorio tidak
dapat disimpan dalam waktu lama karena akan memperlambat CO 2
hilang, sehingga tidak memenuhi syarat saturasi lagi. Pada saturasi
larutan tersebut dijenuhkan dengan gas CO2 .Pada pembuatan larutan
secara saturasi harus dibuat dalam keadaan dingin dan tidak boleh dikocok
(Anief, 2000).
Pada obat seperti tablet effervescent, apabila dimasukkan
kedalam air akan membentuk CO2, karena reaksi kimia dari dua unsure
dalam tablet carbonat atau bicarbonate eberaksi dengan asam organik.
Bahan obat yang biasanya dicampurkan pada kedua unsure tersebut
adalah yang larut dalam air. Berikut adalah salah satu cara membuat
larutan saturasi :
1. Komponen basa dilarutkan dalam dua per tiga bagian air yang
tersedia. Misalnya NaHCO3 digerus-tuang kemudian masuk botol.
2. Komponen asam dilarutkan dalam sepertiga bagian air yang tersedia.
3. Dua per tiga bagian asam masuk kedalam botol yang sudah berisi
bagian basanya, gas yang terjadi dibuang seluruhnya.
4. Sisa bagian asam dituangkan hati-hati lewat tepi botol, segera
tutup dengan sampagne knop (berdrat) sehingga gas yang terjadi
tertahan didalam botol tersebut (Ismail, 2011)
Zat yang dilarutkan dalam bagian asam adalah :
1. Zat netral dalam jumlah kecil. Jika jumlahnya banyak , sebagian
dilarutkan ke dalam asam dan sebagian lagi dilarutkan ke dalam bagian
basa sesuai dengan perbandingan jumlah airnya.
2. Zat-zat yang mudah menguap.
3. Ekstrak dalam jumlah kecil dan alcohol.
4. Sirop
Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa :
1. Garam dari asam yang sukar larut, misalnya Na-benzoat, Na-salisilat.
2. Jika saturation mengandung asam tartrat, garam-garam kalium dan
ammonium harus ditambahkan kedalam bagian basanya, jika tidak,
akan terbentuk endapan kalium atau ammonium dari asam tartrat
(Ismail, 2011)
Dalam hal ini, sediaan saturasi dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak perlu digojok, karena penggojokan akan banyak menyebabkan gas
CO2 yang hilang, seperti:
1. Zat zat netral dilarutkan dalam larutan asam nitrat.
2. Tintura, zat yang mudah menguap, dan dalam jumlah sedikit
serta garam alkaloid dilarutkan dalam bagian yang asam.
3. Senyawa yang bereaksi alkalis meskipun dapat larut, dilarutkan
dalam bagian basa. Zat yang tidak dapat larut dalam larutan
saturasi tersebut, tidak boleh dilarutkan melainkan dipisah dan
dibuat serbuk. Zat yang larut bagian basa, tetapi pada
penambahan bagian asam daapat terjadi endapan, maka zat
tersebut tidak boleh dicaampur dalam sediaan saturasi tersebut.
Pada pembuatan larutan secara saturasi harus dibuat dalam keadaan
dingin dan tidak boleh digmpur dalam sediaan saturasi tersebut. Pada
pembuatan larutan secara saturasi harus dibuat dalam keadaan dingin
dan tidak boleh digojok (Husniati et al, 2012).
2.1 Suspensi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Suspensi adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi merupakan sistem heterogen yang
terdiri dari dua fase yaitu fase luar dan kontinue umumnya merupakan
cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat
dari partikel – partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut tapi
terdispersi seluruhnya pada fase continue. Suspensi secara umum
dapat didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. Zat
yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan
bila dikocok perlahan – lahan endapan harus segera terdispersi
kembali. Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa
faktor anatara lain sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan
partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen –
komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan
pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang
memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada
etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup
baik dan disimpan di tempat yang sejuk “(Depkes RI, 1995).
Macam-macam suspense Berdasarkan Penggunaan Menurut FI
Edisi IV :
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan
ditujukan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk
penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada
mata (Depkes RI, 1995).
A. Berdasarkan Istilah
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang
ditujukan untuk pemakaian oral.
2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur,
jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan
teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan
sifat reologi tiksotropik.
3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk
pemakaian pada kulit (Syamsuni, 2006)
B. Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi
Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila
kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit,
maka kecepatannya akan lambat. Gaya tolak-menolak di antara 2
partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara
sesamanya pada waktu mengendap. Supernatan system deflokulasi
keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang
halus sangat lambat.
2. Suspensi Flokulasi
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat
mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap
unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang
agregat relatif besar. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi
cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat
sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam. Contoh :
Suspensi Antibiotik ( serbuk yang dilarutkan dengan penambahan air )
(Ismail, 2011).
C. Jenis Suspensi Lainnya
Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk
penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikelpartikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang
ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam
medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau
kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan
bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai (Ismail, 2011)
Dalam pembuatan suspensi ada beberapa metode diantaranya
metode dispersi dan metode pengendapan.
a. Metoda Dispersi
Pembuatan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
ke dalam muchilago yang telah terbentuk, kemudian baru
diencerkan. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara
sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi
tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan
medium. Bila sudut kontak ± 90o serbuk akan mengambang di atas
cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob karena
serbuk tersebut sulit dibasahi oleh air. Sedangkan serbuk yang
mengambang di bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih
kecil dan bila tenggelam, menunjukkan tidak adanya sudut kontak.
b. Metode Pengendapan (Presipitasi)
Metode ini dibagi lagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Presipitasi dengan pelarut organic
Obat – obat yang tidak larut air dapat diendapkan dengan
melarutkannya dalam pelarut – pelarut organik yang
bercampur dengan air, dan kemudian menambahkan fase
organik ke air murni di bawah kondisi standar. Contoh pelarut
yang digunakan adalah etanol, metanol, propilen glikol, dan
polietilen glikol serta gliserin. Yang perlu dengan metode ini
adalah kontrol ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf
atau hidrat dari kristal.
2. Presipitasi dengan perubahan pH dari media
Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu
dan tidak menimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan
pelarut organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan ke obat –
obat yang kelarutannya tergantung pada harga pH. Sebagai
contoh, suspensi estradiol dapat dibuat dengan mengubah pH
larutan airnya, estradiol lebih mudah larut dalam alkaki seperti
larutan kalium dan natrium hidroksida. Presipitasi dengan
dokomposisi (penguraian) rangkapMelibatkan proses kimia yang
sederhana, walaupun beberapa faktor fisika yang disebutkan
sebelumnya juga berperan (Ismail, 2011).
III. METODE KERJA
5.1 Saturasi
A. Alat dan Bahan
1) Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a) Botol
b) Gelas beaker
c) Lap atau tisu
d) Neraca analitik
e) Mortir
f) Sendok porselin
g) Sendok tanduk
h) Stamper
2) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a) Aquadest
b) Acid Citric
c) Natrii Subcarbon
d) Syr. Simplex
B. Cara Kerja
1) Menimbang acid citric (5 g). Aqua (30 g), Natrii subcarbon (6 g),
Syr. Simplex (20 g), dan aqua (110 g).
2) Memasukkan acid citric ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
dengan 30 mL aquadest.
3) Memasukkan syr. Simplex ke dalam botol.
4) Memasukkan natrii subcarbon ke dalam mortar dan dilarutkan
dengan aqua 110 mL dengan cara gerus sedikit demi sedikit.
5) Memasukkan 2/3 bagian larutan asam kedalam larutan basa dan
dibiarkan hingga gas CO2 nya hilang dan masukkan ke dalam
botol.
6) Memasukkan 1/3 bagian larutan asam kedalam botol dan ditutup
sehingga gas CO2 nya tertahan.
7) Member etiket berwarna putih dengan tanda untuk satu kali minum
hingga habis dan jangan dikocok.
5.2 Suspensi
A. Alat dan Bahan
1) Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a) Botol
b) Lap atau tisu
c) Mortir
d) Neraca analitik
e) Pipet tetes
f) Sendok tanduk
g) Stamper
2) Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a) Aquadest
b) Parasetamol
c) PGA
d) Syr. Simplex
B. Cara Kerja
1) Menimbang semua bahan dan mengkalibrasi botol.
2) Memasukkan PGA kedalam mortar ditambahkan dengan aquadest
gerus sampai terbentuk Muchillago.
3) Ditambahkan parasetamol gerus hingga homogen.
4) Diencerkan dengan Syr. Simplex 6,5 mL.
5) Memasukkan dalam botol, kemudian ditambahkan dengan aquadest
sampai tanda batas.
6) Beri etiket dan tandai pemakaian 3 kali sehari 1 sendok teh dan
tanda kocok dahulu sebelum diminum.
VI. PEMBAHASAN
VI.1 Saturasi
Saturasi adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam
dengan basa tetapi gas yang terjadi dalam larutan, adalah jenuh dengan gas.
Saturasi merupakan obat cair yang pada prinsipnya larutan yang jenuh
dengan CO2. CO2 berfungsi sebagai corrigens. Saturatorio tidak dapat
disimpan dalam waktu lama karena akan memperlambat CO2 hilang,
sehingga tidak memenuhi syarat saturasi lagi. Pada saturasi larutan
tersebut dijenuhkan dengan gas CO2 .Pada pembuatan larutan secara saturasi
harus dibuat dalam keadaan dingin dan tidak boleh dikocok.
Tahapan pembuatan sediaan saturasi pada resep ini yaitu
Menimbang acid citric (5 g) yang berfungsi sebagai zat tambahan. Aqua (30
g) yang berfungsi sebagai pelarut dan zat tambahan, Natrii subcarbon (6 g)
yang berfungsi sebagai alkalinisasi urin, dispepsia, Syr. Simplex (20 g) yang
berfungsi sebagai penambah rasa manis, dan aqua (110 g). Memasukkan
acid citric ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan dengan 30 mL aquadest
agar dia larut. Memasukkan syr. Simplex ke dalam botol. Memasukkan
natrii subcarbon ke dalam mortar dan dilarutkan dengan aqua 110 mL
dengan cara gerus sedikit demi sedikit. Memasukkan 2/3 bagian larutan
asam kedalam larutan basa dan dibiarkan hingga gas CO2 nya hilang dan
masukkan ke dalam botol ini dilakukan agar tidak terjadi benturan didinding
botol maka pada awal hanya dimasukkan 2/3 nya saja. Setelah CO2 hilang
sisanya 1/3 larutan tersebut baru dimasukkan kedalam botol dan langsung
ditutup agar CO2 tertahan didalam botol. Kemudian member etiket dengan
tanda pemakaian diminum sekali habis. Berdasarkan fungsi dari tiap bahan
dapat disimpulakn sediaan saturasi yang dibuat berfungsi sebagai larutan
penyegar.
VI.2 Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi merupakan sistem
heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase luar dan kontinue umumnya
merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam
terbuat dari partikel – partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut tapi
terdispersi seluruhnya pada fase continue.
Tahapan pembuatan sediaan suspense yaitu Menimbang semua
bahan dan mengkalibrasi botol. PGA yang berfungsi sebagai suspending
agent dimasukkan kedalam mortar ditambahkan dengan aquadest gerus
sampai terbentuk Muchillago. Parasetamol yang berfungsi sebagai
analgetik/ antipireutik dimasukkan dan gerus hingga homogen. Diencerkan
dengan Syr. Simplex 6,5 mL yang berfungsi sebagai penambah rasa manis.
Memasukkan dalam botol, kemudian ditambahkan dengan aquadest sampai
tanda batas. Beri etiket dan tandai pemakaian 3 kali sehari 1 sendok teh dan
tanda kocok dahulu sebelum diminum. Sediaan suspense yang dibuat
berkhasiat sebagai penurun demam. Berdasarkan cara pembuatan tersebut
dapat diketahuai dengan metode dispersi dimana dengan cara
menambahkan serbuk bahan obat ke dalam muchilago yang telah
terbentuk, kemudian baru diencerkan. Serbuk yang sangat halus mudah
kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk
terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan
medium. Bila sudut kontak ± 90o serbuk akan mengambang di atas cairan.
Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob karena serbuk
tersebut sulit dibasahi oleh air. Sedangkan serbuk yang mengambang di
bawah cairan mempunyai sudut kontak yang lebih kecil dan bila
tenggelam, menunjukkan tidak adanya sudut kontak. Dan menurut hasil
pembuatan diketahui system pada suspense tersebut yaitu system flokulasi
yaitu Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat
mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit
partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat
relatif besar. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali
bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali
mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
Factor-faktor yang mempengaruhi suspense yaitu diantaranya
1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel
tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan
antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas
penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan
keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel
maka semakin kecil luas penampangnya.
2. Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin
turun (kecil).
3. Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar,
maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas
karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu
akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh
karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan
terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan
demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat
bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat
mempengruhi.Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan
pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan
viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat
pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan
pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air
(hidrokoloid).
5. Laju sedimentasi
Merupakan kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspense.
Adapun factor-faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan
mengendap partikel-partikel suspense tercakup dalam persamaan hokum
srokes.
6. Volume Sedimentasi
Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari volume endapan
yang terjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense sebelum
mengendap (V0) setelah suspense didiamkan.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Saturasi adalah obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam
dengan basa tetapi gas yang terjadi dalam larutan, adalah jenuh
dengan gas.
2. Sediaan saturasi yang dibuat ini berfungsi sebagai larutan
penyegar.
3. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat
tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
4. Sediaan suspensi yang dibuat berfungsi atau berkhasiat sebagai
penurun demam.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. UGM Press. Yogyakarta.
Anief M. 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. UGM Press. Yogyakarta.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen KesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen KesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.
Husniati et al. 2012. Saturationes. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto
Ismail, Isriany. 2011. Desain bentuk Sediaan Farmasi Larutan, Suspensi, danEmulsi. Alauddin University Press. Samata-Gowa.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC. Jakarta.