Post on 28-May-2019
PRAKIRAAN KESUBURAN PERAIRAN BALI DARI CITRA SATELIT
DI BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN
KABUPATEN JEMBRANA BALI
PRAKTEK KERJA LAPANG
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh :
SONY ANGGA SATRYA
SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
PRAKIRAAN KESUBURAN PERAIRAN BALI DARI CITRA SATELIT
DI BALAI RISET DAN OBSERVASI KELAUTAN
KABUPATEN JEMBRANA BALI
Praktek Kerja Lapang Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
SONY ANGGA SATRYA
NIM. 060710150P
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. Abdul Manan, S.Pi., M.Si NIP. 19520517 1978803 2 001 NIP.19800517 200312 1 004
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan.
Tanggal Ujian : 10 November 2010
Menyetujui, Panitia Penguji,
Ketua
Abdul Manan, S.Pi., M.Si NIP. 19800517 200312 1 004
Sekretaris Anggota Sapto Andriyono, S.Pi., MT. A. Shofy Mubarak, S.Pi., M.Si. NIP. 19790925 200812 1 002 NIP. 19735501 200112 1 002
Surabaya, 10 November 2010 Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Dr. Drh. Hj. Sri Subekti B. S. DEA NIP. 19520517 1978803 2 001
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
RINGKASAN
SONY ANGGA SATRYA. Prakiraan Kesuburan Perairan Bali Dari Citra
Satelit di Balai Riset dan Observasi Kelautan desa Dangin Berawah,
Kecamatan Jembrana, Kabupaten Negara, Provinsi Bali. Dosen Pembimbing
Abdul Manan, S.Pi., M.Si.
Indonesia memiliki potensi sumber daya perikanan yang sangat besar,
salah satunya pada sektor budidaya laut. Tiram mutiara (Pinctada maxima)
merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan. Tidak semua lokasi
perairan di Indonesia dapat digunakan sebagai lokasi Keramba Jaring Apung
(KJA) budidaya tiram mutiara. Suatu perairan dapat digunakan sebagai lokasi
KJA budidaya tiram mutiara apabila memiliki suhu 25°-29°C, banyak terdapat
kandungan pakan alami (fitoplankton), terhindar dari arus yang kuat, dan dasar
berpasir karang. Dengan teknologi penginderaan jauh kita bisa mendapatkan nilai
produktifitas primer suatu perairan dengan melihat persebaran suhu permukaan
laut dan konsentrasi klorofil pada suatu perairan tanpa melakukan survei terestis.
Tujuan pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah untuk mengetahui
proses pengolahan citra satelit Aqua/Terra Modis, mengetahui proses pembuatan
peta persebaran suhu permuakaan laut dan konsentrasi klorofil-a, dan mengetahui
kelayakan area pada perairan Bali untuk KJA budidaya tiram mutiara. Praktek
kerja lapang ini dilaksanakan di Balai Riset dan Observasi Kelautan, Jembrana,
Kabupaten Negara, Bali mulai tanggal 19 Juli – 1 September 2010.
Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah
metode diskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data
sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara partisipasi aktif, observasi,
wawancara dan studi pustaka.
Area Studi yang dikerjakan adalah perairan Bali. Kegiatan pengolahan
citra satelit Aqua/Terra Modis diawali dengan pengumpulan data citra satelit dari
database NASA melalui situs OceanColor Web, pemilihan data citra yang bersih,
dan download citra. Tahapan pengolahan data citra dilakukan dengan
menggunakan software ENVI 4.7, pengolahan citra yang dilakukan berupa
pewarnaan citra, pembatasan nilai minimum dan maksimum suhu dan klorofil-a
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
permukaan laut, dan klasifikasi citra berdasarkan nilai suhu permukaan laut
sebagai parameter penentuan lokasi KJA budidaya tiram mutiara (Pinctada
maxima). Proses selanjutnya adalah pembuatan peta persebaran suhu dan
konsentrasi klorofil-a permukaan laut serta peta lokasi kesesuaian budidaya tiram
mutiara.
Dari hasil praktek ini diperoleh peta persebaran Suhu Permukaan Laut
(SPL) dan konsentrasi klorofil-a yang berbeda antara musim barat dan musim
timur pada tahun 2009. Sedangkan untuk lokasi kesesuaian lokasi budidaya tiram
mutiara di perairan Bali, lokasi yang sesuai untuk lokasi KJA budidaya tiram
mutiara berada pada koordinat 8°33’00.97”- 8°42’05.30” Lintang Selatan dan
115°18’03.40”- 115°39’03.21” Bujur Timur. Berdasarkan letak geografisnya
berada pada perairan bagian tenggara Bali bagian utara Pulau Nusa Pennida.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
SUMMARY
SONY Anga Satrya. Forecast Fertility Bali Waters From Satellite Imagery in
Institute for Marine Research and Observation, Dangin Berawah village,
Jembrana District, Negara District, Bali Province. Supervisor Abdul Manan,
S.Pi., M.Si.
Indonesia is very large the potential of fisheries resources, one in marine
aquaculture sector. Pearl oyster (Pinctada maxima) is one of the many
commodities grown. Not all locations in Indonesian waters can be used as the
location of the floating net cage pearl oyster cultivation. A water can be used as
the location for pearl oyster farming cage when the temperature of 25° - 29° C,
there are a lot of content of natural food (phytoplankton), protected from strong
currents, reefs and sandy bottom. With remote sensing technology, we can get the
value of primary productivity of waters by looking at the distribution of sea
surface temperature and chlorophyll concentration in the water without doing a
terestis survey.
The purpose of the field work practice are to identify the satellite image
processing Aqua/Terra Modis, to know the process of making a map of
temperature distribution and concentration of sea surface chlorophyll-a, and to
determine the feasibility of Bali coastal area for cage of pearl oyster culture. The
practice of field work was conducted at the Institute for Marine Research and
Observation, Jembrana, Negara, Bali from on July 19 to September 1, 2010.
Working methods used in this field work practice is active participation,
observation, interview and literature study to collecting data includes primary data
and secondary data. On the reporting field work practice used descriptive method.
Study area located is the Bali coastal. Satellite image processing activities
Aqua/Terra Modis starting with the collection of satellite image data from the
database NASA via OceanColor Web site, the selection of a clean image data, and
than download of satellite images. The first stages of image data processing are
used software ENVI 4.7, with procedures are coloring the image, limiting the
minimum and maximum temperatures and sea surface chlorophyll-a, and
classifiying of the image based on the value of sea surface temperature. Sea
surface temperature parameter determine the location of the cage of pearl oysters
(Pinctada maxima) culture. The next of image processing is compose the
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
temperature distribution and chlorophyll-a concentration map based on the
suitability of the cage of pearl oysters culture.
The result of this practice work obtained distribution Sea Surface
Temperature (SST) and chlorophyll-a concentration maps different between west
and east monsoon season in 2009. Suitability of the location of the cage of pearl
oyster culture on Bali coastal area, at coordinates 8° 33' 00.97 " - 8° 42' 05.30"
South Latitude and 115° 18' 03.40 " - 115° 39 ' 03.21" East Longitude. Based on
geographical, that the location in the southeastern Bali coastal area and on the
northern area of Nusa Pennida island.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rakhmat dan hidayah-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang tentang
Prakiraan Kesuburan Perairan Bali dari Citra Satelit ini dapat terselesaikan.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah
dilaksanakan di Balai Riset dan Observasi Kelautan, Jalan Baru Perancak,
Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal
19 Juli – 1 September 2010.
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui proses
pengolahan data citra satelit Aqua/Terra Modis sebagai media memprakirakan
kesuburan perairan Bali. Adapun kegunaannya adalah untuk memberikan
informasi tentang proses pengolahan citra Satelit Aqua/Terra Modis level 2
sehingga dapat mengetahui konsentrasi klorofil-a dan persebaran suhu permukaan
laut di perairan Bali yang terjadi pada musim timur dan musim barat. Dari hasil
pengolahan citra satelit tersebut dapat diketahui daerah perairan yang baik untuk
kegiatan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) tiram mutiara (Pinctada
maxima).
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis
ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak.
Surabaya, Oktober 2010
Penulis
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis haturkan terima kasih yang
sebesar-besarya kepada :
1. Ibunda tercinta Sulistiani, Ayahanda Moch.Pudji Laksono, dan Adikku Lanny
Rizky Arthanti yang selalu memberikan doa, kasih sayang, perhatian,
dukungan, dan pengorbanan yang tiada henti selama ini
2. Ibu Prof. Dr. Drh. Hj. Sri Subekti B. S., DEA selaku Dekan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
3. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sejak penyusunan usulan hingga
selesainya penyusunan laporan PKL ini.
4. Bapak Sapto Andriyono, S.Pi., MT, selaku dosen penguji pertama yang telah
memberikan saran kritik dalam penyempurnaan laporan PKL ini.
5. Bapak A.Shofy Mubarak, S.Pi., M.Si, selaku dosen penguji kedua yang telah
memberikan saran kritik dalam penyempurnaan laporan PKL ini.
6. Bapak Dr.rer.nat.Agus Setiawan, M.Si, selaku Kepala Balai Riset dan
Observasi Kelautan Jembrana Bali yang telah mengijinkan penulis
melaksanakan PKL.
7. Bapak Eko Susilo, S.Pi, selaku pembimbing lapang di Balai Riset dan
Observasi Kelautan Jembrana yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
selama pelaksanaan PKL.
8. Astri Reza Fauziah yang telah memberikan banyak motivasi, perhatian,
dukungan dan kasih sayangnya selama pembuatan PKL ini sehingga ai
menjadi pribadi yang sabar dan tegar.
9. Mas Faisal, Mbak Endah, Bang Jay, Mbak Sita, Mbak Yoke, Mas Tri, Mbak
Dina, Pak Awi, Pak Bambang, Mbak Nui, Mbak shofy, Mas Pur, Pak
Komang, Mas Patrik dan seluruh karyawan BROK yang telah memberikan
banyak ilmu, perhatian, motivasi, meluangkan banyak waktu, dan
kebersamaannya selama pelaksanaan PKL ini.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
10. Kawan seperjuangan PKL BROK BP’07 ( Barkah, Taufik, Bram, Iqbal ) atas
bantuan, motivasi, dan kebersamaan dalam pelaksanaan hingga penyusunan
PKL ini.
11. Teman-teman PKL UNPAD (Januar, Candra, Firman, Julius), UNHAS
(Andika, Susi), ITS (Wildan), UNIBRAW (Syiri,Arief), ITB (Adis, Manda)
atas kebersamaannya selama penulis melaksanakan PKL.
12. Seluruh teman-teman BP’07 Laskar Plankton atas kebersamaannya selama ini.
13. Semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Lapang
ini bisa terselesaikan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN................................................................................... iv
SUMMARY...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR...................................................................... viii
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................. ix
DAFTAR ISI.................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR....................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xvi
I PENDAHULUAN.................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................ 4
1.3 Kegunaan.............................................................................. 4
II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 6
2.1 Kesuburan Perairan Laut..................................................... 6 2.1.1 Cahaya Matahari…………………………………… 7 2.1.2 Suhu………………………………………………... 8 2.1.3 Nutrien……………………………………………... 9 2.1.4 Upwelling…………………………………………. 10
2.2 Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima)..................... 11
2.3 Perairan Bali...................................................................... 13
2.4 Teknologi Penginderaan Jauh…...................................... 14 2.4.1 Proses Penerjemahan Citra……………………… 16 2.4.2 Citra Foto............................................................... 17 2.4.3 Citra Non Foto....................................................... 19
2.5 Satelit Aqua/Terra Modis................................................. 21
III PELAKSANAAN.................................................................. 25
3.1 Tempat dan Waktu............................................................ 25
3.2 Metode Kerja..................................................................... 25
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
3.3 Metode Pengumpulan Data............................................... 25 3.3.1 Data Primer.............................................................. 25 3.3.2 Data Sekunder.......................................................... 27
IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 28
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang................ 28 4.1.1 Sejarah Berdiri dan Perkembangan Balai Riset dan Observasi Kelautan.................................................. 28 4.1.2 Keadaan Topografi dan Geografi............................ 29
4.2 Sarana dan Prasarana…………………………………… 29 4.2.1 Bangunan…………………………………………. 29 4.2.2 Peralatan………………………………………….. 30 4.2.3 Transportasi……………………………………….. 31 4.2.4 Jaringan Listrik……………………………………. 31 4.2.5 Jalan………………………………………………. 31 4.2.6 Komunikasi……………………………………….. 32 4.3 Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi
Kelautan.................................................................. 32
4.4 Tim Peneliti di Balai Riset dan Observasi Kelautan 34 4.4.1 Tim Penelitian Penginderaan Jauh (Ocean Remote Sensing)………………………… 34 4.4.2 Tim Marine Conservation………………………… 37 4.4.3 Tim Oceanografi………………………………… 38 4.4.4 Laboratorium Riset Kelautan…………………….. 39
4.5 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang....................... 40 4.5.1 Pengumpulan Data................................................... 41 4.5.2 Pengolahan Data...................................................... 44 4.5.3 Layout Peta............................................................. 50
4.6 Pembahasan Hasil............................................................ 53 4.6.1 Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali.......................................................................... 53 4.6.2 Peta Persebaran Klorofil-a di Perairan Bali............. 55 4.6.3 Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali........................................................ 57
V KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 61
5.1 Kesimpulan....................................................................... 61
5.2 Saran................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 62
LAMPIRAN.................................................................................... 65
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai Produksi Perikanan tahun 2005-2009................................ 2 2. Perbedaan Citra Foto dan Citra Non Foto................................. 17 3. Spesifikasi Satelit Aqua Modis.................................................. 23
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Sistem Penginderaan Jauh............................................................ 15 2. Satelit Aqua Modis....................................................................... 22 3. Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan............. 33 4. Bioreef ………………………….................................................. 37 5. Laboratorium Riset Kelautan Balai Riset dan Observasi Kelautan. ....................................................................................................... 39 6. Diagram Alir Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang........................ 41 7. Tampilan Awal OceanColor Web................................................. 42 8. Tampilan Informasi Permintaan Citra........................................... 42 9. Quicklook Permintaan Data Citra.................................................. 43 10. Software ENVI 4.7........................................................................ 44 11. Tampilan Awal ENVI 4.7.............................................................. 44 12. ENVI Color Tables......................................................................... 45 13. Chlorophyll/Sea Surface Temperature Consentration.................... 46 14. Toolbar Convert Citra..................................................................... 46 15. Open File Citra SST........................................................................ 47 16. Toolbar Band Threshold to ROI Parameters.................................. 48 17. Citra Hasil Klasifikasi..................................................................... 48 18. Citra Hasil Clump........................................................................... 49 19. Raster to Vektor Parameter............................................................ 49 20. Hasil Klasfikasi.............................................................................. 50 21. Software ArcGIS 9 (ArcMap version 9.3)..................................... 51
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
22. Pemasukan Citra dan BestMap pada ArcGIS 9............................. 51 23. Cropping Pada ArcGIS 9............................................................... 52 24. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Bali Pada
Perwakilan Musim Timur (Juni) dan Musim Barat (Desember)… 53 25. Peta Persebaran Klorofil-a Perairan Bali Pada Perwakilan Musim Timur (Juni) dan Musim Barat (Desember)……………… 56 26. Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya tiram Mutiara di Perairan Bali.. 59
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Geografis Kabupaten Jembrana, Bali.......................................... 66
2. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Pada Musim Timur 2009...... 67
3. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Musim Barat 2009…………. 68
4. Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Pada Musim Timur 2009 69
5. Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Pada Musim Barat 2009.. 70
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki potensi
perairan yang besar. Luas wilayah perairan Indonesia meliputi sekitar 62% dari
luas teritorial Indonesia, serta memiliki potensi dan keanekaragaman jenis hayati
yang sangat besar, sehingga merupakan wilayah yang sangat produktif
(Supriharyono, 2000). Untuk bidang perikanan, total nilai ekonomi potensi
sumber daya perikanan Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan Rp 102,78 triliun
(DKP, 2010). Secara lebih rinci potensi ekonomi perikanan dapat dilihat pada
Tabel 1. Tingginya potensi sumberdaya perikanan Indonesia juga didukung oleh
letak geografis Indonesia yang memiliki karakteristik unik yaitu sebagai jalur
perlintasan massa air dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia, sehingga
dengan karakteristik seperti itu diperkirakan perairan Indonesia dapat digunakan
sebagai lokasi budidaya laut yang baik terutama untuk budidaya tiram mutiara
(Pinctada maxima).
Pada Tabel 1, dapat dilihat juga peningkatan produksi perikanan dalam
sektor budidaya laut mulai dari tahun 2005 – 2009. Indonesia juga memiliki pola
angin yang berubah setiap tahun terbagi atas 2 musim setiap tahunnya yaitu
musim barat dan musim timur. Pada musim barat (Desember-Maret) bertiup angin
muson timur laut di utara dan muson barat laut di selatan katulistiwa, sedangkan
pada musim timur (Juni-Agustus), bertiup angin muson barat daya di utara dan
mosun tenggara di bagian selatan katulistiwa. Pola angin yang berbeda semacam
ini dapat mempengaruhi kesuburan suatu perairan (wyrtki, 1961).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Tabel 1. Nilai Produksi Perikanan tahun 2005-2009 (jutaan rupiah)
Rincian Tahun
Kenaikan
rata-rata
(%) 2005 2006 2007 2008 2009 *)
Total Nilai 57622,78 63845,14 76360,22 89454,45 102783,05 15,61
Perikanan
Tangkap: 36171,33 40069,05 48431,93 51611,69 56077,35 11,72
1. Perikanan Laut
33255,30 37162,91 45025,65 46598,55 50863,53 11,39
2. Perikanan Umum
2916,03 2906,14 3406,28 5013,13 5213,82 17,01
Perikanan
Budidaya: 21451,44 23776,08 27928,28 37842,76 46705,70 21,81
Budidaya Laut 3141,86 1996,13 4035,58 9241,94 11678,11 55,27
1. Tambak 13201,27 15713,29 16408,28 17304,47 19404,91 10,26
2. Kolam 2929,13 3481,15 4237,90 6805,93 8736,65 32,39
3. Karamba 670,31 583,66 788,21 1620,25 2930,91 52,14
4. Jaring 645,85 1093,62 1690,27 3493,77 1996,60 34,48
5. Sawah 862,99 908,21 768,01 1376,38 1958,49 27,83
*) Angka Sementara Sumber : Kelautan dan Perikanan dalam angka, 2009
Parameter kesuburan perairan dapat diketahui dari tinggi rendahnya
kandungan klorofil, jumlah dan komposisi plankton. Dikenal empat macam
pigmen klorofil yaitu klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c, dan klorofil-d. Diantara
keempat klorofil tersebut klorofil-a merupakan bagian terpenting dalam
mengadakan fotosintesis, yang terkandung oleh sebagian besar jenis fitoplankton
yang hidup di laut (Wiadnyana, 1983). Beberapa parameter fisika-kimia yang
mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah persebaran suhu
permukaan laut, intensitas cahaya, salinitas dan nutrien (Tisch et al, 1992).
Perbedaan parameter-parameter tersebut secara langsung merupakan penyebab
bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut (Afdal dan Riyono,
2002). Perairan yang subur dan mempunyai produktivitas yang tinggi tentunya
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
akan memberikan daya dukung lingkungan yang positif bagi kehidupan biota laut.
Salah satu wilayah perairan Indonesia yang sangat berpotensi untuk kegiatan
budidaya laut adalah perairan Bali. Perairan Bali merupakan salah satu perairan
yang berpotensi di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan perairan Bali
sebagai lokasi budidaya tiram mutiara. Dalam penentuan lokasi KJA (Keramba
Jaring Apung) untuk budidaya tiram mutiara apabila dilakukan dengan survei
terestis sangat sulit.
Usaha pengumpulan data guna mengetahui potensi sumber daya suatu
perairan sering menjadi mahal dan memakan waktu. Untuk mengatasi hal tersebut
secara mudah, cepat, dan tepat, salah satu alternatifnya adalah dengan
menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing). Penginderaan jauh
adalah ilmu untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala,
dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa
kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan
Kiefer, 1990) Penerapan teknologi penginderaan jauh untuk pemantauan kondisi
lingkungan memberikan hasil guna yang optimal, karena penginderaan jauh
memberikan kemudahan dalam analisis spasial, berulang, kontinu, serta meliputi
wilayah yang relatif luas dengan biaya yang relatif murah dan cepat bila
dibandingkan dengan survei terestis (Lillesand et al, 1990). Artinya, data
penginderaan jarak jauh bisa menyediakan informasi obyektif, ekonomis dan
dapat dipercaya dalam usaha pemantauan maupun evaluasi sumberdaya suatu
perairan.
Dalam pengideraan jauh data masukan atau hasil observasi dapat berupa
citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau, agar
dapat dimanfaatkan, citra diinterpretasikan atau diterjemahkan terlebih dahulu
dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek
tersebut (Estes, 1975). Sejalan dengan berkembangnya teknologi penginderaan
jauh maka informasi tentang wilayah yang luas bukan merupakan suatu kendala.
Selanjutnya informasi tersebut dirangkum dalam Sistem Informasi Geografis
(SIG) sehingga diperoleh data spasial dan non spasial potensi sumberdaya
perairan Bali secara komprehensif.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah :
1. Mengetahui proses pengolahan data citra satelit Aqua/Terra Modis level 2
(Data Persebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) dan klorofil-a permukaan laut)
di perairan Bali pada perwakilan musim timur dan musim barat.
2. Mengetahui proses pembuatan peta sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-
a permukaan laut di perairan Bali pada perwakilan musim timur dan musim
barat.
3. Mengetahui koordinat perairan Bali yang sesuai untuk lokasi budidaya tiram
mutiara (Pinctada maxima) pada semua musim.
1.3 Kegunaan
Praktek Kerja lapang ini berguna untuk memberikan informasi tentang
penggunaan teknologi penginderaan jauh sebagai pelengkap survei lapang dan
mengetahui proses pengolahan citra Satelit Aqua/Terra Modis level 2 sehingga
dapat mengetahui konsentrasi klorofil-a dan persebaran suhu permukaan laut di
perairan Bali yang terjadi pada musim timur dan musim barat. Dari hasil
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
pengolahan citra satelit tersebut dapat diketahui koordinat lokasi perairan Bali
yang baik untuk kegiatan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) tiram mutiara
(Pinctada maxima) pada masing-masing musim.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesuburan Perairan Laut
Kesuburan suatu perairan tersusun atas berbagai unsur di dalamnya,
fitoplankton merupakan salah satu unsur dalam perairan yang merupakan
indikator kesuburan suatu perairan (Wiadnyana, 1983). Pengetahuan akan
informasi kesuburan suatu perairan mutlak diperlukan. Salah satu cara untuk
mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan adalah dengan melakukan evaluasi
wilayah perairan dalam kaitannya dengan pemanfaatan perairan laut dan teknologi
penginderaan jauh. Kesuburan suatu perairan tergantung dari ketersediaan
produsen utama di dalam ekosistem perairan. Fitoplankton merupakan produsen
utama dalam sistem mata rantai di laut. Tumbuhan laut ini bebas melayang dan
hanyut dalam laut serta mampu melakukan fotosintesis, oleh karena itu tanpa
adanya tumbuhan planktonik yang berukuran renik ini tidak mungkin adanya
kehidupan di laut (Nybakken, 1992).
Plankton adalah organisme yang berukuran kecil (mikroskopis) dan
hidupnya melayang terbawa arus di perairan bebas (Hutabarat dan Evans, 1985).
Fitoplankton merupakan organisme yang menjadi dasar atau awal dari mata rantai
makanan, terutama pada rantai makanan di perairan. Organisme ini dimakan oleh
zooplankton dan kemudian akan dimangsa oleh ikan atau predator lainnya,
dengan demikian informasi tentang komposisi atau biomassa fitoplankton
(klorofil) sangat penting sebagai dasar untuk menggambarkan aliran energi dari
jaring makanan di perairan. Fitoplankton memiliki berbagai fungsi yaitu (a)
sebagai pemasok oksigen utama bagi organisme akuatik; (b) mengubah zat
anorganik menjadi zat organik; (c) sebagai sumber makanan bagi zooplankton; (d)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
menyerap gas-gas beracun seperti NH3 dan H2S; (e) sebagai indikator tingkat
kesuburan perairan; (f) sebagai indikator pencemaran contohnya Skeletonema sp
akan melimpah di perairan dengan kadar nutrisi tinggi; (g) sebagai penyedia zat
antibiotik seperti penisilin dan streptomisin contohnya pada Asterionella japonica
dan Asterionella notata (Arinardi et al., 1997).
Klorofil di dalam tumbuhan berbentuk 4 macam yaitu klorofil-a, klorofil-
b, klorofil-c dan klorofil-d (Devlin, 1975 dalam Nontji, 2002). Klorofil-a
fitoplankton adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai
peran penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis di perairan (Prezelin,
1981). Klorofil-a merupakan salah satu pigmen fotosintesis yang paling penting
bagi tumbuhan yang ada di perairan dan pigmen yang paling umum terdapat pada
fitoplankton sehingga hasil pengukuran kandungan klorofil-a sering digunakan
untuk menduga biomassa fitoplankton suatu perairan.
Kemampuan fitoplankton untuk membentuk zat anorganik menjadi zat
organik membuat fitoplankton sebagai produsen primer merupakan pangkal rantai
makanan dan dasar pendukung kehidupan seluruh biota lainnya (Nontji, 2002).
Keberadaan fitoplankton di laut sangat tergantung pada kondisi lingkungan dari
perairan tersebut seperti cahaya matahari, suhu, nutrien dan fenomena oseanografi
(upwelling) dan beberapa faktor oseanografi lainnya.
2.1.1 Cahaya matahari
Cahaya matahari mutlak diperlukan untuk reaksi fotosintesis. Menurut
Nontji (2006), cahaya matahari yang jatuh ke permukaan laut sebenarnya berupa
radiasi gelombang elektromagnetik yang mempunyai spektrum lebar, dengan
panjang gelombang berkisar 300 – 2500 nm (1 nano meter = 10-9 m), atau
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
mencakup spektrum dari sinar ultraviolet hingga sinar infra merah. Tetapi yang
ditangkap oleh klorofil fitoplankton di laut hanyalah radiasi dalam spektrum
dengan panjang gelombang antara 400 – 720 nm, yang disebut Photosynthetically
Active Radiation (PAR).
2.1.2 Suhu
Suhu air laut merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam
pengkajian sumber daya kelautan. Suhu permukaan air laut dipengaruhi oleh
musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam
satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari badan
air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan
air. Suhu biasanya dinyatakan dalam satuan derajat Celsius (°C) atau derajat
Fahrenheit (°F). Data suhu air laut tersebut dapat dimanfaatkan untuk mempelajari
gejala - gejala fisika dan kaitannya dengan kehidupan organisme di laut
(Nontji, 2002). Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara
langsung, maupun tidak langsung. Pengaruh langsung karena reaksi kimia
enzimatik yang berperan dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu.
Peningkatan suhu sampai batas tertentu akan menaikkan laju fotosintesis.
Sedangkan pengaruh tak langsung adalah karena suhu akan menentukan struktur
hidrologis suatu perairan dimana fitoplankton itu berada, karena suhu berpengaruh
terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut
(Nontji, 2002). Daya larut oksigen berkurang apabila suhu mengalami kenaikan,
sebaliknya kandungan karbondioksida akan bertambah.
Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan
adalah sekitar 20 – 30°C (Effendi, 2000). Perairan Indonesia memiliki suhu
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
permukaan laut berkisar 28 - 31°C, sedangkan di tempat yang terjadinya
upwelling bisa turun hingga 25°C. Menurut hukum Van’t hoff yang berbunyi,
Peningkatan 10°C suhu perairan dapat meningkatan konsumsi oksigen oleh
organisme akuatik sekitar 2 - 3 kali lipat. Peningkatan suhu ini dapat
mengakibatkan menurunnya kadar oksigen terlarut di perairan, sehingga
keberadaan oksigen di perairan sering tidak mampu memenuhi peningkatan
oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik untuk metabolisme dan
respirasi.
Dekomposisi bahan organik oleh mikroba juga menunjukkan peningkatan
dengan semakin meningkatnya suhu. Suhu air laut dipermukaan sangat
berpengaruh terhadap jumlah panas yang diterima dari matahari. Data suhu
permukaan laut dapat diperolah dengan dua cara yang berbeda. Cara pertama
adalah metode pengukuran konvensional dengan menggunakan alat-alat pengukur
suhu di permukaan laut dan yang kedua metode estimasi suhu permukaan laut
dengan cara memanfaatkan potensi dan kemampuan media satelit penginderaan
jauh (Harsanugraha dan Parwati, 1996).
2.1.3 Nutrien
Fitoplankton membutuhkan berbagai unsur untuk pertumbuhannya.
Beberapa unsur ini dibutuhkan dalam jumlah relatif besar dan disebut hara makro
(macro nutrient) misalnya C (karbon), H (hydrogen), O (oksigen), N (nitrogen), P
(fosfor), Si (silikon), S (sulfur), Mg (magnesium), K (kalium) dan Ca (kalsium).
Selain itu, diperlukan juga hara mikro (micro nutrient) untuk pertumbuhan alga
fitoplankton. Hara mikro ini berupa unsur-unsur kelumit (trace element) yang
diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil seperti Fe (besi), Mn (mangan), Cu
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
(tembaga), Zn (seng), B (boron), Mo (molibdenum), V (vanadium) dan Co (kobal)
(Nontji, 2002).
Menurut Nybakken (1992), konsentrasi klorofil-a diperairan pantai dan
pesisir lebih tinggi disebabkan karena adanya pasokan suplai nutrien melalui run-
off sungai dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di perairan
lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara langsung.
Namun, sering ditemui juga konsentrasi klorofil-a tinggi walaupun jauh dari
daratan. Penyebab utamanya adalah terjadinya fenomena penaikan massa air
(upwelling) pada perairan tersebut.
2.1.4 Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari lapisan dalam ke lapisan
permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin,
salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya naik ke permukaan (Nontji, 2002).
Biasanya di daerah upwelling selalu diikuti dengan tingginya produktivitas
plankton. Sebaran suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter yang
dapat digunakan untuk mengetahui terjadinya proses upwelling di suatu perairan
(Nikyuluw, 2005). Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan
laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya. Tingginya
kadar zat hara tersebut merangsang perkembangan fitoplankton di permukaan.
Karena perkembangan fitoplankton sangat erat kaitannya dengan tingkat
kesuburan perairan, maka proses upwelling selalu dihubungkan dengan
meningkatnya produktivitas primer di suatu perairan dan selalu diikuti dengan
meningkatnya populasi ikan di perairan tersebut (Pariwono et al., 1988 dalam
Nikyuluw, 2005).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Upwelling yang berskala kecil seperti umumnya terdapat di perairan
Indonesia berkaitan erat dengan sistem arus yang ada. Penelitian upwelling telah
dilakukan di berbagai perairan Indonesia, beberapa daerah upwelling telah
diketahui dan dibuktikan dengan pasti, tetapi di beberapa daerah lain masih
merupakan dugaan yang perlu dikaji lebih lanjut. Upwelling di perairan Indonesia
dan sekitarnya ada yang berskala besar seperti di selatan Jawa dan ada yang
berskala kecil seperti di Selat Makassar dan Selat Bali (Birowo, 1979 dalam
Nikyuluw, 2005).
2.2 Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
Tiram mutiara telah lama dikenal sebagai salah satu produsen mutiara
alam yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sebelum adanya usaha budidaya
tiram mutiara baik secara buatan atau alami mutiara masih diperoleh dengan
mengandalkan hasil dari alam. Banyak negara maju seperti Taiwan dan China
sudah melakukan usaha budidaya tiram mutiara (Rachman dkk, 2007). Menurut
Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di Indonesia adalah:
Pinctada maxima, Pinctada margatirifera, Pinctada fucuta, Pinctada chemnitzi
dan Pteria penguin. Di beberapa daerah Pinctada fucuta dikenal pula sebagai
Pinctada martensii.
Klasifikasi tiram mutiara (Pinctada maxima) menurut Mulyanto (1987)
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Invertebrata Pylum : Mollusca Klass : Pellecypoda Ordo : Anysomyaria Family : Ptridae Genus : Pinctada Spesies : Pinctada maxima
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Hampir sebagian besar dari genus Pinctada menghasilkan benda keras
yang disebut dengan mutiara. Mutiara sebenarnya terbentuk akibat respon dari
tiram untuk menolak rasa sakit oleh akibat masuknya benda asing ke dalam
tubuhnya. Mutiara dari laut dapat ditemukan pada tiram, sedangkan mutiara dari
perairan tawar pada kerang atau kijing (Tarwiyah, 2001). Dalam usaha budidaya
tiram mutiara banyak faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan tiram
mutiara, salah satu faktor yang penting adalah lingkungan tempat tiram mutiara
berkembang.
Syarat lokasi budidaya tiram mutiara antara lain adalah lokasi terlindung
dari angin dan gelombang yang besar serta memiliki kandungan pakan alami
(fitoplankton) yang tinggi. Selain faktor tersebut lokasi budidaya tiram mutiara
harus memiliki kecerahan yang cukup tinggi, kedalaman air 20-30 m, kadar garam
berkisar 30-34 ppt, suhu berkisar 25°-29°C, bebas pencemaran, memiliki dasar
berpasir karang, dan jauh dari jangkauan air tawar karena spat (benih tiram
mutiara) sangat rentan terhadap air salinitas rendah. Ketersediaan induk dan benih
harus tercukupi pada lokasi tersebut. Untuk mencapai ukuran 1cm butuh waktu 1
bulan dan 7-8 bulan untuk mencapai 5-6 cm. Sementara untuk pembesaran hingga
mencapai ukuran siap produksi mutiara yang memerlukan waktu sekitar 3 tahun
(BBRPBL, 2010).
Dalam melakukan pemeliharaan tiram mutiara, tiram mutiara yang sudah
dipasang inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal
pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Lokasi dimasukkan inti pada
waktu operasi harus tetap berada pada bagian atas. Pemeriksaan inti dengan sinar-
X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2-3 bulan, dengan maksud
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada
tempatnya. Pembersihan cangkang untuk budidaya tiram mutiara dan keranjang
pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala, tergantung dari
kecepatan/kelimpahan organisme penempel. Pemanenan tiram mutiara dapat
dilakukan setelah masa pemeliharaan 1,5-2,5 tahun sejak pemasangan inti,
sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9-12 bulan (BBLL, 2000).
2.3 Perairan Bali
Kondisi geografis perairan Bali sebelah utara berhubungan langsung
dengan laut jawa, sedangkan pada bagian selatan berhubungan langsung dengan
samudera Indonesia. Hal ini yang membuat perairan Bali memiliki beberapa
daerah yang berpotensi untuk lokasi penangkapan ikan. Hal tersebut dikarenakan
pertemuan arus yang sering terjadi di perairan Bali akibat perubahan angin dan
arus pada setiap tahun. Akibat peristiwa tersebut banyak nutrien yang terbawa
oleh kedua arus sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan tersebut.
Peristiwa lain yang mempengaruhi kesuburan perairan Bali adalah upwelling.
Perairan Bali bagian barat (sekitar Selat Bali) pada musim timur terjadi
upwelling yang terjadi akibat bertiupnya angin muson tenggara yang menyusuri
pantai selatan Jawa - Bali. Upwelling mengakibatkan terjadinya peningkatan
kandungan fitoplankton. Wyrtki (1961) menyatakan daerah dimana terjadinya
upwelling umumnya memiliki zat hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah sekitarnya. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesuburan suatu perairan,
karena meningkatnya zat hara disuatu perairan akan merangsang pertumbuhan
fitoplankton di permukaan perairan. Naiknya air permukaan akibat dari upwelling
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
akan meningkatkan produktivitas primer suatu perairan, sehingga meningkatnya
produktivitas primer suatu perairan.
2.4 Teknologi Penginderaan Jauh
Teknologi penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis
data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek,
daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Di Indonesia
sejumlah institusi sejak akhir tahun 1970-an telah menggunakan teknologi ini
secara luas berdasarkan kepentingan masing-masing (Suwiyanto, 1986). Sebelum
lahirnya teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG),
inventarisasi dan pemetaan tentang sumber daya alam dilakukan dengan
pengukuran langsung di permukaan bumi. Teknik semacam ini tidak
memungkinkan untuk memetakan permukaan bumi dengan cepat (Purwati, 2004).
Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, usaha dalam menginventarisis sumber
daya alam sering menjadi beban tersendiri. Teknologi penginderaan jauh
menggunakan gelombang yang dipancarkan langsung ke bumi, mekanisme
penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 1.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Gambar 1. Sistem Penginderaan Jauh Sumber : Sutanto (1999)
Mekanisme penginderaan jauh menurut Sutanto (1999), menjelaskan
bahwa objek memiliki rona atau warna yang berbeda-beda, pada objek yang
memiliki rona atau warna yang sama ditarik garis batas atau delineasi. Energi
utama dari proses ini merupakan sinar matahari, pancaran sinar matahari terhadap
objek diterima oleh sensor yang mengenalinya berdasarkan karakteristik spasial
dan atau unsur temporalnya. Sensor akan menghasilkan dua jenis data yang dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh aneka pengguna data, bentuk data yang
dihasilkan dapat berupa data digital dan citra satelit. Sensor pasif menggunakan
sumber energi matahari dan disebut sebagai penginderaan jauh sistem pasif,
sedangkan sensor aktif menggunakan sumber energi buatan yang dihasilkan
sensor itu sendiri dan disebut sebagai penginderaan jauh sistem aktif, contoh
penginderaan jauh sistem aktif seperti RADAR (Radio Detecting and Ranging)
(Purwati, 2004).
Jenis gelombang yang digunakan dalam teknik penginderaan jauh lebih
banyak didasarkan pada panjang gelombang. Gelombang yang digunakan adalah
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
gelombang elektromagnetik, gelombang elektromaknetik yang digunakan dalam
sistem inderaja adalah spectrum sinar tampak, infrared dan gelombang mikro.
Masukan data atau hasil observasi dalam penginderaan jauh disebut dengan citra.
Citra adalah gambaran rekaman suatu objek yang didapat dengan cara optik,
elektro optik, optik mekanik atau elektrolik. Agar dapat dimanfaatkan, citra harus
diterjamahkan terlebih dahulu. Lintz dan Simonett (1975) menyatakan,
penerjemahan citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau citra dengan
maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut.
2.4.1 Proses Penerjemahan Citra
Pada proses penerjemahan citra menjadi data melalui proses analisis atau
interpretasi data. Dalam menerjemahkan citra dibagi menjadi beberapa tahap,
yaitu :
A) Deteksi
Deteksi dalam penerjamahan citra adalah pengamatan atas adanya suatu
obyek yang terdapat pada citra. Deteksi bererati penentuan ada atau
tidaknya suatu obyek, ini merupakan tahap awal dalam interpretasi citra.
Keterangan yang diperoleh pada tahap deteksi bersifat global.
B) Identifikasi
Identifikasi dalam penerjemahan citra adalah mencirikan objek dengan
menggunakan data rujukan. Data rujukan ini diperoleh dari hasil
pengukuran yang dikumpulkan dan pengamatan atas objek, daerah atau
fenomena yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Tujuan dari data
rujukan ini yaitu membantu dalam menganalisis data penginderaan jauh,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
mengkalibrasi sensor, dan untuk menguji informasi yang diperoleh dari
data penginderaan jauh (Lillesand dan Kiefer, 1990).
C) Analisis
Analisis dalam penerjemahan citra adalah proses pengumpulan data atau
keterangan lebih lanjut dan rinci. Tahap ini merupakan akhir dari suatu
interpretasi terhadap obyek yang ada pada citra. Citra dapat dibedakan
menjadi dua (Meureah, 2004), citra foto atau foto udara dan citra non foto.
Perbedaan citra foto dan citra non foto dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan Citra Foto dan Citra Non Foto
Jenis Citra
Variabel Pembeda
Citra Foto Citra Non Foto
Sensor Kamera Non kamera, mendasarkan atas penyiaman (scanning) kamera yang detektornya bukan film.
Detektor Film Pita magnetik, termistor foto konduktif, foto voltaik, dsb.
Proses Perekaman Fotografi/kimiawi Elektronik Mekanisme
Perekaman
Serentak Parsial
Spektrum
Elektromagnetik
Spektrum tampak dan perluasannya.
Spektra tampak dan perluasannya thermal, dan gelombang mikro.
Sumber : Meureah (2004)
2.4.2 Citra Foto
Citra foto merupakan gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan
sensor kamera atau dengan perekaman secara fotografi. Menurut Meureah (2004),
Citra foto dapat dibedakan berdasarkan :
A) Spektrum elektromagnetik yang digunakan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat
dibedakan atas : 1) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29
mikrometer. 2) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan
menggunakan spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau
(0,4 - 0,56 mikrometer). 3) Foto pankromatik yaitu foto yang dengan
menggunakan spektrum tampak mata. 4) Foto infra merah yang terdiri dari
foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan
spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer
hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat)
dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau
B) Sumbu kamera
Foto udara dapat dibedakan berdasarkan berdasarkan arah sumbu kamera
ke permukaan bumi terdiri atas foto vertikal atau foto tegak (orto
photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus
terhadap permukaan bumi, dan foto condong atau foto miring (oblique
photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut
terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini pada umumnya
sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut condongnya masih
berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan
sebagai foto vertikal.
C) Pewarnaan Gambar
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu foto berwarna semua (false colour) yaitu warna citra pada foto
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
tidak sama dengan warna aslinya. Misalnya pohon – pohon yang berwarna
hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak
berwarna merah. Jenis citra yang kedua adalah foto berwarna asli (true
colour) yaitu warna citra pada foto sama dengan warna aslinya, Contoh:
foto pankromatik berwarna.
D) Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yaitu foto
udara, dibuat dari pesawat udara atau balon udara dan foto satelit atau
orbital, merupakan citra yang dibuat dari satelit.
2.4.3 Citra Non Foto
Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan
kamera. Citra non foto dibedakan atas :
A) Spektrum elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam
penginderaan, citra non foto dibedakan menjadi 2 jenis citra. Jenis citra
pertama adalah citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan
spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini
mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra
tercermin dengan beda rona atau beda warnanya. Jenis citra kedua adalah
citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan
spectrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan
dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra
gelombang mikro dihasilkan dengan sistim pasif yaitu dengan
menggunakan sumber tenaga alamiah.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
B) Sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari citra
tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya
lebar dan citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak,
tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari Citra RBV (Return Beam
Vidicon ) dan Citra MSS (Multi Spektral Scanner).
C) Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas citra
dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang
beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra
radar dan citra MSS dan citra satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu
citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi
atas penggunaannya, yakni: Citra satelit untuk penginderaan planet.
Contoh: Citra satelit Viking (AS), Citra satelit untuk penginderaan cuaca.
Contoh: NOAA (AS), Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi.
Contoh: Citra Landsat (AS), dan Citra satelit untuk penginderaan laut.
Contoh: Citra Seasat (AS).
Interpretasi citra terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu perekaman dari
citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu (Sutanto, 1999). Dalam
menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting,
karena tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar
pada citra tidak dapat dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan
pada penyelidikan karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada
citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
2.5 Satelit Aqua/Terra Modis
MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) merupakan
satelit milik NASA (National Aeronautics and Space Administration) yang
merupakan turunan dari sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution
Radiometer), SeaWIFS (Sea-viewing Wide Field of View Sensor) dan HIRS (High
Resolution Imaging Spectrometer) yang dimiliki EOS yang sebelumnya telah
mengorbit. MODIS seperti terlihat pada Gambar 2. adalah salah satu instrument
utama yang dibawa Earth Observing System (EOS) Terra Satelite, yang
merupakan bagian dari program antariksa Amerika Serikat, NASA. Program ini
merupakan program jangka panjang untuk mengamati, meneliti dan menganalisa
lahan, lautan, atmosfir bumi dan interaksi diantara faktor-faktor ini (Junjunan,
2004). Satelit Terra berhasil diluncurkan pada Desember 1999 dan telah
disempurnakan dengan satelit Aqua pada tahun 2002. MODIS mengorbit bumi
secara polar (arah utara-selatan) pada ketinggian 705 km dan melewati garis
khatulistiwa pada jam 10:30 waktu lokal. Lebar cakupan lahan pada permukaan
bumi setiap putarannya sekitar 2330 km.
Gambar 2. Satelit Aqua Modis
Sumber : ntsg.umt.edu
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Pantulan gelombang elektromagnetik yang diterima sensor MODIS
sebanyak 36 bands (36 interval panjang gelombang), mulai dari 0,405 sampai
14,385 ¦Ìm (1 ¦Ìm = 1/1.000.000 meter). Spesifikasi dari satelit Aqua Modis dapat
dilihat pada (Tabel 3.). Data terkirim dari satelit dengan kecepatan 11 Mega bytes
setiap detik dengan resolusi radiometrik 12 bits. Artinya obyek dapat dideteksi
dan dibedakan sampai 212 (= 4.096) derajat keabuan (grey levels). Satu elemen
citranya (pixels, picture element) berukuran 250 m (band 1-2), 500 m (band 3-7)
dan 1.000 m (band 8-36). Di dalam dunia penginderaan jauh (remote sensing), ini
dikenal dengan resolusi spasial. MODIS dapat mengamati tempat yang sama di
permukaan bumi setiap hari, untuk kawasan di atas lintang 14°30’, dan setiap 2
hari, untuk kawasan di bawah lintang 30°, termasuk Indonesia (Thoha, 2008).
Menurut Thoha (2008), MODIS memiliki kelebihan dibanding dengan NOAA-
AVHRR, kelebihan dari MODIS adalah lebih banyaknya spektral panjang
gelombang (resolusi radiometrik) dan cakupan lahan (resolusi spasial) yang lebih
teliti serta lebih rapatnya frekuensi pengamatan (resolusi temporal).
Tabel 3. Spesifikasi Satelit Aqua Modis
Orbit
705 km, 10:30 a.m. descending node (Terra) or 1:30 p.m. ascending node (Aqua), sun-synchronous, near-polar, circular
Scan Rate 20.3 rpm, cross track
Swath Dimension 2330 km (cross track) by 10 km (analog track at nadir)
Telescope
17.78 cm diam. Off-axis, afocal (collimated), with intermediate field stop
Size 1.0 x 1.6 x 1.0 m Weight 228.7 kg Power 162.5 W (single orbit average)
Data Rate 10.6 Mbps (peak daytime); 6.1 Mbps (orbital average)
Quantization 12 bit
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Spatial Resolution
250 m (band 1-2) 500 m (band 3-7) 1000 m (band 8-36)
Design Life 6 years Sumber : modis.gsfc.nasa.gov
Data citra dari hasil satelit aqua modis terdiri dari 3 level, masing-masing
level memiliki data citra yang berbeda. Adapun format data satelit aqua modis
yaitu :
A) Format data level 1 merupakan data mentah ditambah dengan informasi
tentang kalibrasi sensor dan geolokasi. Dari data level 1 dibagi menjadi
data level 1a dan level 1b. data level 1a mengandung informasi lebih yang
dibutuhkan pada set data, level 1a digunakan sebagai input untuk
geolocation, calibration dan processing. Level 1b merupakan data yang
telah mempunyai terapanya, merupakan aplikasi sensor kalibrasi sensor
pada level 1a.
B) Format data level 2 dihasilkan dari proses penggabungan data level 1a dan
1b, data level 2 menetapkan nilai geofisik pada tiap piksel yang berasal
dari perhitungan raw radiance level 1a dengan menerapkan kalibrasi
sensor, korelasi atmosfer, dan algoritma bio-optik.
C) Level 3 merupakan data level 2 yang dikumpulkan dan dipaketkan dalam
periode 1 hari, 8 hari, 1 bulan dan 1 tahun. Keunggulan dari data level 3
adalah citra dari satelit yang dihasilkan lebih sedikit berpotensi
menghasilkan nampakan awan seperti pada data level 1 dan level 2.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
III PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Riset dan
Observasi Kelautan, Jalan Baru Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten
Jembrana, Bali. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 19 Juli – 1 September 2010.
3.2 Metode Kerja
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode
deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan keadaan atau kejadian pada suatu
daerah tertentu. Metode deskriptif adalah metode untuk membuat penggambaran
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau daerah tertentu (Suryabrata, 1993).
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan teknik
pengambilan data yang berupa observasi, wawancara, partisipasi aktif maupun
memakai instrumen pengukuran yang sesuai tujuan (Azwar, 1998).
A) Observasi
Observasi atau pengamatan secara langsung adalah pengambilan data
dengan menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut (Nazir, 1998). Pada Praktek Kerja Lapang ini kegiatan
observasi yang saya lakukan adalah memperoleh data secara langsung dari situs
NASA. Data yang saya gunakan merupakan data harian yang mewakili data pada
musim timur (Juni-September) dan musim barat (Desember-Maret) yang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
tergolong clear (bersih dari citra awan). Data yang digunakan merupakan data
citra satelit Aqua/Terra Modis level 2.
B) Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab
sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan Praktek
Kerja Lapang. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar antara
penanya (pewawancara) dengan penjawab (responden), sehingga pada akhirnya
bisa didapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan
(Nazir, 1998). Wawancara disini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan
karyawan Balai Riset dan Observasi Kelautan yang dapat membantu dan memiliki
keahlian dibidangnya. Secara umum kegiatan wawancara yang dilakukan
dilaksanakan di bagian Ocean Remote Sensing (ORS), Balai Riset dan Obesrvasi
Kelautan.
C) Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan
secara langsung di lapangan (Nazir, 1998). Kegiatan yang dilakukan adalah
penginderaan jauh kesuburan perairan Bali dengan citra satelit. Partisipasi aktif
yang saya lakukan meliputi kegiatan presentasi awal, studi pustaka, pengambilan
data, pengolahan data, layout peta, konsultasi, anilisis data, penyusunan laporan
dan presentasi akhir terhadap kegiatan praktek kerja lapang yang saya lakukan.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber tidak langsung
dan serta dilaporkan oleh orang di luar Praktek Kerja Lapang itu sendiri
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
(Azwar,1998). Data ini diperoleh dari dokumentasi, arsip, buku pustaka, dan
laporan penelitian yang berhubungan dengan sistem pengindraan jauh dan
pengolahan citra satelit dalam usaha memprakirakan kesuburan perairan Bali
dengan melihat persebaran suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a
permukaan laut.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang
4.1.1 Sejarah Berdiri dan Perkembangan Balai Riset dan Observasi Kelautan
Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) atau yang sering disebut juga
dengan SEACORM (Southeast Asia Center For Ocean Research And Monitoring)
diresmikan pada bulan Agustus 2005 oleh Freedy Numberi Menteri Kelautan dan
Perikanan pada waktu itu. Balai Riset dan Observasi Kelautan merupakan Unit
Pelayanan Teknis (UPT) yang berinduk dan bertanggung jawab pada Pusat Riset
Teknologi Kelautan (PRTK) – Balai Riset Kelautan Perikanan (BRKP)
berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10, tanggal 29
Agustus 2005.
Sejarah BROK berawal dari Raker BRKP – DKP pada Oktober 2002,
bermula dari upaya untuk merubah tata guna lahan daerah Muara Perancak yang
awalnya merupakan lahan budidaya tambak menjadi suatu kawasan riset terapan
dan observasi kelautan yang handal dan berskala global. Sejak diserahterimakan
lahan tersebut pada waktu itu dari Pusat Riset Perikanan Budidaya ke Pusat Riset
Teknologi Kelautan, setahun kemudian tepatnya pada Tahun Anggaran 2003
Bagian Proyek Inventarisasi melakukan proyek pertama yang pada saat itu diberi
nama ‘Laboratorium Alam’. Dua tahap pengembangan sarana dan infrastruktur
riset dan observasi kelautan dilaksanakan pada tahun 2003 dan 2004 menginduk
pada Pusat Riset Teknologi Kelautan. Sejak terbentuknya Instalasi Observasi
Kelautan dan Tambak Penelitian tahun 2005, BROK telah cukup aktif
melaksanakan program kerjanya yang meliputi kegiatan riset, desiminasi,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
kerjasama maupun pengembangan kelembagaan. Instalasi inilah yang menjadi
awal berkembangnya institusi penelitian ini menjadi balai.
4.1.2 Keadaan Topografi dan Geografi
Balai Riset dan Observasi (BROK) terletak di Jalan Baru Perancak,
Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Berjarak 2 km dari pusat kota
Negara atau sekitar 5 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor.
BROK berada pada koordinat 8°23'36,52" Lintang Selatan - 114°37'42.32" Bujur
Timur. Letak Balai juga sangat strategis sebagai balai riset kelautan karena
berjarak 1 km dari Pantai Perancak dan berdekatan dengan Muara Perancak yang
berhubungan langsung dengan Samudera Hindia, disekitar balai juga terdapat
kawasan konservasi mangrove yang luas sehingga dapat mendukung dalam proses
penelitian yang dilakukan di balai.
4.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan. Sarana adalah seluruh komponen
yang berhubungan langsung dengan aspek teknis kegiatan riset dan obesrvasi
kelautan dan harus selalu ada. Prasarana merupakan faktor pelengkap atau
pendukung faktor teknis yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu
kegiatan sehingga kegiatan riset dan observasi kelautan dapat berjalan dengan
lancar.
4.2.1 Bangunan
Bagunan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
berlangsungnya suatu kegiatan riset dan obsevasi. Karena kegiatan di Balai Riset
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
dan Observasi Kelautan sebagian besar bergantung pada peralatan komputer
sehingga konstruksi bangunan sangat penting, bangunan harus dapat melindungi
perangkat dari berbagai faktor yang dapat mengganggu kegiatan yang
berlangsung. Di Balai Riset dan Observasi Kelautan Jembrana-Bali, memiliki 2
buah bangunan kantor yaitu gedung kantor pertama yang di gunakan untuk kantor
kepala balai, tim Ocean remote sensing, tim marine concervation, tata usaha, IT,
mushola, dan hall/ruang rapat. Sedangkan pada kantor kedua digunakan untuk
perpustakaan, tim oceanografi, ruang TV, dan asrama. Di Balai Riset dan
Observasi Kelautan juga memiliki 1 buah laboratorium penelitian, 2 pos
keamanan, 1 pura, 1 guest house, 12 rumah dinas dan lapangan olahraga.
4.2.2 Peralatan
Peralatan yang dimiliki oleh Balai Riset dan Observasi Kelautan tergolong
lengkap dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan riset dan observasi
kelautan. Salah satu peralatan yang dimiliki adalah stasiun bumi penerima data
satelit, antena penerima data dengan auto track dan auto receiver untuk data
Satelit NOAA 12, 14, 15, 16, 17 dan 18 serta Satelit Fengyun. Komputer data
storage, adalah komputer yang mempunyai kapasitas besar untuk penyimpanan
data. Komputer pengolahan data, komputer yang mempunyai spesifikasi tertentu
untuk pengelolahan data citra satelit dengan kualifikasi memori dan VGA display
yang tinggi. Software pengolahaan data satelit yang terdiri dari ERMapper, ENVI,
ERDAS, Seadas, ArcGIS, ArcView, Mapinfo. Peralatan untuk analisis fisika,
kimia dan biologi pada laboratorium riset kelautan tergolong lengkap dan
menggunakan alat-alat yang dikalibrasi setiap tahunnya.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
4.2.3 Transportasi
Alat transportasi yang dimiliki olah Balai Riset dan Observasi Kelautan
adalah 2 Unit kendaraan bermotor roda dua, 3 unit kendaraan bermotor roda 4,
dan 1 unit speed boat. Alat transportasi tersebut digunakan sebagai salah satu
sarana yang mendukung kegiatan Balai dalam melakukan riset dan observasi
kelautan.
4.2.4 Jaringan Listrik
Jaringan listrik merupakan salah satu sarana fital dalam kegiatan Di Balai
Riset dan Observasi Kelautan. Di Balai Riset dan Observasi Kelautan memiliki 2
jaringan listrik berbeda, 1 jaringan meliputi kantor pertama, dan pos keamanan.
Sedangkan jaringan ke 2 meliputi kantor kedua, laboratorium, dan asrama. Di
Balai Riset dan Observasi Kelautan juga memiliki 6 unit solar cell (sumber listrik
tenaga matahari) sebagai antisipasi jaringan listrik yang berpotensi terputus.
4.2.5 Jalan
Akses jalan untuk menuju Balai Riset dan Observasi Kelautan sudah sangat
baik. Meski kondisi balai yang berada di sekitar hutan mangrove, dan memiliki
tanah yang tergolong berlempung, namun kondisi jalan sebagai akses menuju
lokasi tergolong baik dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat hingga bus.
Untuk mempermudah akses menuju balai, pada setiap persimpangan jalan mulai
dari jalan Ngurah Rai diberi tanda petunjuk arah untuk menuju Balai Riset dan
Observasi Kelautan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
4.2.6 Komunikasi
Untuk menunjang kegiatan yang berlangsung, Di Balai Riset dan
Observasi Kelautan menggunakan jaringan internet tanpa terputus, telefon, wifi
area, dan mesin fax. Sehingga segala bentuk komunikasi akan selalu dapat
berlangsung, sehingga akan meningkatkan kinerja dari Balai Riset dan Observasi
Kelautan. Sistem Fax on Demand (FOD) dan Interactive Voice Response (IVR)
perangkat untuk distribusi Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) via
fax secara otomatis
4.3 Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan
Balai Riset dan Observasi Kelautan memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi : Menjadi pusat unggulan dalam penguasaan dan pengembangan riset terapan
dan aplikasi teknologi observasi kelautan.
Misi :
1. Pencapaian kapasitas sumberdaya riset dan observasi sumberdaya kelautan
yang handal dan mandiri.
2. Penguasaan riset terapan dan IPTEK observasi sumberdaya kelautan yang
didukung oleh sistem dan dan informasi yang baik.
3. Peningkatan pemanfaatan riset dan observasi kelautan untuk kemaslahatan
masyarakat.
Balai Riset dan Observasi Kelautan mempunyai tugas dan fungsi sebagai
berikut : Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
10/MEN/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Observasi
Kelautan, BROK bertugas melaksanakan riset strategis dan aplikasi teknologi
observasi kelautan yang meliputi riset dasar, pengembangan dan aplikasi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Kepala Balai
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kelompok Jabatan Fungsional
Kasie Tata Operasional
Kasie Pelayanan Teknis
teknologi yang relevan berdasarkan arahan teknis Kepala Pusat Riset Teknologi
Kelautan. Sedangkan fungsi dari BROK adalah perencanaan dan perumusan
bahan kebijakan teknis dan penyerasian program serta kegiatan riset strategis,
observasi dan pengelolaan sumberdaya kelautan, Pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi program serta kegiatan riset strategis, observasi dan pengelolaan
sumberdaya kelautan, Pelayanan jasa dan kerjasama riset strategis, observasi dan
pengelolaan sumberdaya kelautan, Pelaksanaan dokumnetasi, publikasi dan
komunikasi hasil riset, Pembinaan dan pengembangan sumberdaya riset.
Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.10/MEN/2005, struktur organisasi dan tata kerja BROK dapat dilihat pada
Gambar 3, serta tugas dan fungsi masing-masing bagian seperti berikut :
Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Riset dan Observasi Kelautan
A) Kepala Balai
Mempunyai tugas melakukan koordinasi dan memberikan arahan seluruh
kegitan riset dan non riset serta membina bawahan di lingkungan BROK
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
sesuai tata kerja dan peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan
tugas.
B) Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian dan
jabatan fungsional, administrasi keuangan, persuratan, kearsipan, rumah
tangga dan perlengkapan serta pengelolaan sarana riset.
C) Seksi Tata Operasional
Mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan dan perumusan
bahan kebijakan teknis, penyusutan program, pemantauan, serta evaluasi
pelaksanaan riset strategis dan aplikasi observasi kelautan.
D) Seksi Pelayanan Teknis
Mempunyai tugas melakukan pelaksanaan kerjasama riset, diseminasi,
komunikasi, publikasi dan dokumentasi hasil riset strategis dan aplikasi
observasi kelautan.
E) Kelompok Jabatan fungsional
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.4 Tim Peneliti di Balai Riset dan Observasi Kelautan
4.4.1 Tim penelitian Penginderaan Jauh (Ocean Remote Sensing)
Tim peneliti penginderaan jauh kelautan merupakan tim pionir sudah ada
sejak BROK masih berstatus Stasiun Bumi (November 2002). Tugas dan produk
awal pada saat itu adalah pengolahan data satelit NOAA untuk mendukung
pembuatan PPDPI (Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan). Dengan diawali
oleh 2 peneliti muda, keberadaan tim saat ini sudah cukup berkembang baik dari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
personil, kegiatan maupun produknya. Sesuai dengan rencana penelitian yang
telah disusun hingga tahun 2010, tim peneliti ini mempunyai beberapa sasaran :
Sistem informasi data satelit oseanografi terpadu yang mendukung “Operational
Oceanography”, dikuasainya teknologi pengembangan algoritma untuk wilayah
perairan Indonesia, meningkatnya validitas dan akurasi PPDPI, dan tersusunnya
PPDPI untuk ikan pelagis tertentu.
Produk dari tim penginderaan jauh merupakan Peta Prakiraan Daerah
Penangkapan Ikan (PPDPI) yang disusun berdasarkan :
A. Suhu permukaan laut
Merupakan parameter fisik yang digunakan sebagai pemantau terjadinya front
dan upwelling dengan ditandai perbedaan suhu yang ekstrim pada tempat -
tempat tertentu.
B. Konsentasi klorofil-a permukaan laut
Merupakan parameter yang sangat penting untuk keberadan ikan sesuai
dengan teori rantai makanan, dimana fitoplankton dimakan oleh zooplankton
kemudian zooplankton akan dimakan ikan kecil, dan ikan kecil akan dimakan
ikan yang lebih besar.
C. Anomali tinggi muka laut (altimetry data)
Digunakan untuk mencari daerah front, yang ditandai dengan pertemuan dua
massa air yang memiliki pebedaan anomali, dan daerah upwelling dengan
anomali massa air yang lebih tinggi dari sekitarnya.
D. Data Pendukung
1. Angin dan Gelombang
Merupakan informasi yang diberikan kepada para nelayan dengan tujuan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
untuk memberikan peringatan akan bahaya di wilayah perairan jika
gelombang tinggi dan angin bertiup kencang.
2. Arus
Digunakan untuk melhat pergerakan massa air yang membawa kandungan
klorofil, sehingga bisa menentukan pergerakan ikan.
PPDPI yang dihasilkan secara umum telah mewakili seluruh perairan yang
terdapat di Indonesia, kawasan yang meliputi adalah sebagai berikut : Perairan
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Perairan Sumatera, Perairan Sulawesi, Perairan
Kalimantan, Perairan Maluku dan Papua, Perairan PPN Kendar, Perairan PPN
Ternate, Perairan PPN Prigi, dan Perairan Selat Bali.
Tim penginderaan jauh juga melakukan kegiatan pemantauan bencana
laut. Pemantauan yang dilakukan berupa pemantauan badai siklon tropis secara
visual dengan citra Satelit NOAA – AVHRR yang diperoleh dari Ground
Receiving Station secara real time dari hasil pemantauan pergerakan awan dapat
diprediksi arah dan proses terbentuknya badai sampai menghilang, sehingga dapat
dijadikan sebagai informasi peringatan dini bagi nelayan akan bahaya di laut yang
disebabkan oleh badai siklon tropis. Sejak tahun 2007 telah dilakukan
pengambangan yaitu program “downscaling” data satelit oseanografi. Dengan
program ini dapat dibuat data distribusi suhu dan klorifil – a permukaan laut di
wilayah pesisir. Sebagai wilayah uji coba adalah perairan sekitar Selat Bali.
Dengan adanya program pengembangan ini diharapkan implementasi PPDPI
untuk wilayah pesisir dapat dicapai
Keahlian tim penginderaan jauh adalah pembuatan peta distribusi suhu
permukaan laut dari data satelit NOAA-AVHRR, pembuatan peta distribusi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
konsentrasi klorofil – a dari data Satelit MODIS Aqua, melakukan pengolahan
dan analisis data satelit oseanografi, pembuatan peta daerah penangkapan ikan
pelagis dari data satelit oseanografi, pembuatan peta potensi wilayah pesisir
dengan teknologi penginderaa jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG).
4.4.2 Tim Marine Conservation
Tim peneliti marine conservation merupakan tim di Balai Riset dan
Observasi Kelautan yang khusus bergerak dalam berbagai kegiatan yang berbasis
ecological quality dan biological monitoring. Bentuk dari kegiatan yang meliputi
kedua aspek tersebut antara lain : Tanggap kasus kematian masal ikan diperairan
Tabanan, monitoring kualitas perairan estuari Perancak, monitoring dampak
lumpur lapindo Sidoarjo terhadap kwalitas perairan dan ekosistem pesisir Porong,
dan coastal protection, merupakan kegiatan monitoring dinamika laut dan
ekosistem pesisir dalam mendukung riset pengembangan struktur pelindung
pantai yang ramah lingkungan. Struktur yang digunakan antara lain material
geosintetik, bioreef, mangrove, terumbu karang dan struktur alam lainnya.
Gambar 4. Bioreef Sebagai Salah Satu Kegiatan yang Dilakukan di BROK Sumber : www.brok.com
Dalam pelaksanaan tugas dari tim marine conservation terdapat program
yang mendukung kegiatan tersebut, yaitu : pemantauan ekosistem laut, kajian
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
dampak climate change terhadap terumbu karang dan mangrove, design
pengelolaan dan monitoring ekosistem di kawasan konservasi laut.
4.4.3 Tim Oceanografi
Tim Oceanografi melakukan analisis data untuk mengetahui fenomena
yang terjadi dilautan dan mendapatkan informasi data yang valid, agar bisa
dimanfaaatkan oleh masyarakat. Tim oceanografi memiliki tujuan memahami
fenomena dan proses yang terjadi di laut dan pesisir melalui implementasi
operasional oceanografi secara regional. Bidang-bidang penelitian yang dilakukan
meliputi studi tentang laut dalam, dinamikan pantai, masalah lingkungan, pesisir
dan laut, sumber daya alam hayati, mitigasi bencana laut, dan sumber daya energy
terbarukan. Lingkup pekerjaan yang dilakukan Tim Oceanografi meliputi
teknologi observasi, analisis dan asimilasi data oceanografi, serta survey
oceanografi.
Data yang dimiliki oleh Tim Oceaanografi adalah stasiun pasang surut,
stasiun Buoy, data sekunder NOAA, pemasangan ADCP, observasi terhadap
pulau-pulau kecil, survey kualitas air, data angin, mawar angin, frekuensi angin,
aliran arus, data pasang surut, dan data bathimetri. Sarana operasional yang
dimiliki oleh Tim Oceanografi adalah ruang assimilasi data merupakan ruang
penerimaan data dari stasiun observasi dan pengolahan data insitu. Kemampuan
sumber daya manusia terdiri dari penelitian dan teknisi yang masing-masing
memiliki latar belakang pendidikan yang saling mendukung dalam setiap kegiatan
yang dilaksanakan. Sarana operasional lapangan yang dimiliki tim oceanografi
dapat digunakan untuk pengukuran data lapangan berupa bathimetri (dengan
kedalaman sampai 500 m).
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
4.4.4 Laboratorium Riset Kelautan
Laboratorium Riset Kelautan (LRK) didirikan dalam upaya tercapainya
pelaksanaan riset strategis dan aplikasi teknologi kelautan secara optimal yang
meliputi riset dasar, pengembangan dan aplikasi teknologi kelautan di Indonesia.
Selain itu untuk memfasilitasi berbagai kepentingan yang membutuhkan
pelayanan jasa laboratorium. LRK ini juga sedang dalam tahap proses menuju
Akreditasi ISO 17025 : 2005. Laboratorium Riset Kelautan memiliki sarana untuk
dapat menunjang tugas dan fungsinya, laboratorium riset kelautan dilengkapi
berbagai fasilitas yang dapat mendukunh setiap pengujian yang terdiri dari
Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi Kelautan.
Gambar 5. Laboratorium Riset Kelautan Balai riset dan observasi Kelautan
Jenis analisa yang dapat dilakukan di Laboratorium Riset Kelautan Balai
Riset dan Observasi Kelautan antara lain :
a. Analisa Kimia : Analisa Nitrat, Analisa Nitrit, Analisa Phosfat, Analisa
Amonia, Analisa BOD, Analisa COD,Analisa DO, Analisa Total Solid (TS),
Analisa Padatan Terlarut (TDS), Analisa Padatan Tersuspensi (TSS), Analisa
Alkalinitas, Analisa Salinitas, Analisa Karbon Dioksida (CO2), Analisa
Khlorin, Analisa Sulfida, Analisa Silika, Analisa Khlorofil.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
b. Analisa Biologi antara lain : Analisa Bakteri Total, Analisa Bakteri Vibrio
Cholera, Analisa Bakteri E. Coli, Analisa Fitoplankton, Analisa Zooplankton.
c. Identifikasi Terumbu Karang
d. Analisa In Situ (dengan alat portable) berupa : DO, Nitrit, Nitrat, pH tanah, pH
air, Kecerahan, Phosfat, Turbidity.
4.5 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilakukan dengan menggunakan
metode partisipasi langsung dalam melakukan pengenalan tentang lokasi PKL dan
pelaksanaan tugas mandiri dengan mengikuti mekanisme kerja yang dilakukan
pada lokasi PKL. Tugas mandiri yang dilakukan adalah pengumpulan data,
pengolahan data, layout peta dan analisis data. Kegiatan-kegiatan tersebut
bertujuan untuk menghasilkan data nilai persebaran suhu permukaan laut dan
klorofil-a dari data citra satelit Aqua/Terra Modis, serta menghasilkan layout peta
persebaran Suhu Permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a.
Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung,
maupun tak langsung. Pengaruh langsung karena reaksi kimia enzimatik yang
berperan dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Peningkatan suhu
sampai batas tertentu akan menaikkan laju fotosintesis. Sedangkan pengaruh tak
langsung adalah karena suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan
dimana fitoplankton (klorofil-a) itu berada, karena suhu berpengaruh terhadap
daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut (Nontji, 2002). Daya
larut oksigen berkurang apabila suhu mengalami kenaikan, sebaliknya kandungan
karbondioksida akan bertambah. Secara umum rangkaian kegiatan PKL ini dapat
dilihat pada Gambar 6.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Gambar 6. Diagram Alir Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
4.5.1 Pengumpulan Data
Tahap pertama dalam melakukan pengolahan citra satelit adalah dengan
melakukan pengumpulan data. Data citra yang digunakan merupakan data citra
satelit Aqua/Terra Modis level 2, karena data tersebut dapat menghasilkan data
persebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) dan klorofil-a dalam periode harian. Data
citra satelit didapatkan dengan mendownload langsung pada OceanColor Web
milik NASA pada link http://oceancolor.gsfc.nasa.gov. Setelah masuk ke dalam
link tersebut akan terlihat tampilan awal dari OceanColor web seperti terlihat pada
Gambar 7.
Pengumpulan Data Citra
Pemilihan Data Citra
Download Data Citra
Pengolahan Citra Dengan ENVI 4.7
Analisis Data
Pembuatan Layout dengan ArcGIS 9
Peta Persebaran Suhu dan Klorofil-a Permukaan Laut
Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya
Tiram Mutiara (Pinctada maxima)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Gambar 7. Tampilan Awal OceanColor Web
Kemudian pilih “Level 1 and 2 Browser” pada Data Access, akan muncul
tampilan informasi untuk permintaan data citra satelit seperti pada Gambar 8.
Pilih waktu data yang akan didownload, dalam PKL ini saya menggunakan data
citra pada bulan Juni 2009 untuk mewakili musim timur dan Desember 2009
untuk mewakili musim barat, serta menggunakan model pencarian “SST”.
Gambar 8. Tampilan Informasi Permintaan Citra
Kemudian tandai satelit yang akan digunakan yaitu satelit Modis (aqua)
dan Modis (terra), kemudian tulis koordinat lokasi perairan Bali 8° - 9° LS dan
114° -115° BT dilanjutkan dengan klik “Find Swaths”. Setelah melakukan proses
permintaan data, akan muncul tampilan quicklook tampilan citra yang akan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
didownload (Gambar 9). Pada tahap ini pilih data citra yang bebas dari awan
karena hasil citra yang tertutup awan tidak dapat diketahui nilai SPL dan
konsentrasi klorofil-a. Citra awan akan terlihat berwarna hitam sama seperti
warna daratan.
Data yang saya gunakan untuk mewakili musim timur pada bulan Juni
2009 adalah tanggal 12, 14, 21, 23, 27, 28, 30 dan yang mewakili pada musim
barat adalah bulan Desember 2009 tanggal 1, 3, 4, 7, 10, 11. Tanggal-tanggal
tersebut dipilih karena merupakan data yang paling bersih dari citra awan diantara
tanggal yang lain. Tandai data yang telah dipilih pada bagian atas citra, setelah itu
klik “Order Data”. Setelah melakukan permintaan data akan muncul tampilan
persetujuan penyimpanan data citra tersebut, data akan disimpan pada pengguna
melalui media email, isi email yang akan dituju untuk mengirimkan hasil citra
tersebut, kemudian klik “Submit Data” secara otomatis data akan dikirim ke email
tujuan yang telah dituliskan.
Gambar 9. Quicklook Permintaan Data Citra
Setalah data didapat, data dapat didownload dan disimpan langsung pada
komputer. Data yang dihasilkan terdiri dari 2 data per tanggal yang didownload,
yaitu data untuk citra klorofil (.L2_LAC.x.hdf) dan citra SST
(.L2_LAC_SST.x.hdf ). Data citra hasil download berformat .zip dan perlu
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
diektrak dengan menggunakan software WINRAR untuk menghasilkan data citra
dengan format .hdf.
4.5.2 Pengolahan Data
Pengolahan data citra satelit dilakukan dengan menggunakan software
ENVI 4.7 (Gambar 10), perangkat lunak ini dapat mengolah berbagai macam citra
satelit secara umum. Pengolahan yang dapat dilakukan dengan ENVI 4.7 adalah
georifikasi citra satelit, pewarnaan citra, pembatasan nilai, masking, klasifikasi
nilai citra, hingga menghasilkan data untuk pembuatan peta. Tahap awal
pengolahan data adalah dengan mengekstrak data citra hingga menghasilkan file
citra berformat .hdr. Untuk tahap input data hal pertama yang dilakukan adalah
dengan membuka ENVI 4.7, akan muncul tampilan awal seperti pada Gambar 11.
Gambar 10. Software ENVI 4.7
Gambar 11. Tampilan Awal ENVI 4.7
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Setelah tampilan awal ENVI 4.7 muncul, Klik file, open eksternal file,
Ocean Color, MODIS aqua/terra, lalu pilih Level 2. Kemudian pilih data yang
akan diolah pada tampilan input data, kemudian klik open. Setelah muncul
toolbar Available Band List, load Band data yang akan diolah. Data awal citra
akan berwarna hitam putih, untuk memberikan warna klik tools, color mapping,
ENVI color tables sehingga muncul “#1 ENVI Color Tables” (Gambar 12). Pada
Color Tables, pilih warna RAINBOW.
Gambar 12. ENVI Color Tables
Pemberian warna pada citra berguna dalam pembuatan layout peta SPL
dan klorofil, dengan warna tersebut akan dihasilkan warna-warna yang berbeda
untuk setiap nilai pada citra. Sehingga persebaran dari SPL dan klorofil-a dapat
terlihat. Untuk membatasi gradien warna citra menurut kandungan minimum dan
maksimum suhu atau klorofil dapat dilakukan dengan memilih menu Enhance lalu
klik Interactive Stretching, akan muncul tampilan Chlorophyll/Sea Surface
Temperature Consentration (Gambar 13). Pembatasan nilai dilakukan agar citra
yang nampak merupakan citra yang memiliki nilai tidak lebih dari batasan
minimum dan maksimum yang telah ditentukan.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Gambar 13. Chlorophyll/Sea Surface Temperature Consentration
Untuk nilai minimum maksimum suhu permukaan laut Bali yang diisikan
pada kolom stretch di tulis 23 : 32, hal ini dikarenakan suhu optimum perairan
laut berkisar antara 23°-32°C. Sedangkan untuk nilai minimum maksimum
klorofil-a pada kolom stretch di tulis 0 : 2. Setelah data di stretching, data dapat
disimpan dalam format Geograpic Lat/Lon sehingga dapat digunakan untuk
layouting peta pada ArcGIS. Proses perubahan (convert) citra dilakukan dengan
memiliki menu map, pilih convert map projection, akan muncul toolbar seperti
pada Gambar 14.
Gambar 14. Toolbar Convert Citra
Setelah data di convert, data dapat disimpan dan data tersebut yang
digunakan dalam pengolahan layout peta persebaran suhu permukaan laut dan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
konsentrasi klorofil-a pada software ArcGIS 9. Untuk menghasilkan peta lokasi
kesesuaian budidaya tiram mutiara tahapan pertama yang dilakukan adalah
dengan mengklasifikasikan citra sesuai dengan parameter yang sesuai dengan
studi pustaka yang didapatkan. Parameter untuk penentuan lokasi kesesuaian
budidaya tiram mutiara yang digunakan adalah suhu dengan kisaran 25°-29°C.
Langkah awal yang dilakukan adalah input data citra pada software ENVI 4.7,
buka citra yang akan diklasifikasikan. Seperti pada Gambar 15, Citra tidak harus
diwarnai dalam proses klasifikasi ini.
Gambar 15. Open File Citra SST
Setelah citra dibuka klik Basic Tools, pilih Region Of Interest, lalu pilih
ROI Tool. Akan muncul toolbar ROI Tool, tandai off pada window. Untuk proses
klasifikasi tahap pertama pilih Options, Band Threshold To ROI, Pilih data yang
akan diklasifikasikan, klik Ok. Setelah itu akan muncul toolbar Band Threshold
To ROI Parameters seperti pada Gambar 16. Tuliskan nilai Minimum dan
maksimum suhu sesuai dengan literatur yang didapatkan seperti pada Gambar 16,
beri nama pada ROI Name untuk menandai area yang sesuai, pilih warna sesuai
dengan keinginan kemudian klik OK. Kemudian akan muncul citra area-area yang
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
sesuai menurut nilai minimum dan maksimum yang dimasukkan seperti terlihat
pada Gambar 17.
Gambar 16. Toolbar Band Threshold to ROI Parameters
Gambar 17. Citra Hasil Klasifikasi
Setelah didapatkan area yang sesuai, buat kelas baru untuk area tersebut,
hal ini bertujuan untuk menampakkan citra yang benar-benar sesuai saja. Pilih
Options, Creat Class Image from ROI, pilih klasifikasi yang telah dibuat tadi, beri
nama class dengan memilih Choose, lalu klik Ok.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Gambar 18. Citra Hasil Clump
Citra hasil class akan terlihat kasar pada sekitar area yang terbentuk, untuk
memperhalus bentuk klasifikasi area pilih Classification pada menu ENVI, Post
Classification, Pilih Clump Classes, Pilih Citra yang akan di Clump, klik Ok. citra
akan berubah seperti pada Gambar 18. Tahap Kedua adalah pembuatan vektor
klasifikasi dengan memilih Vektor pada menu ENVI, Raster to Vektor, Pilih data
clump terbaru, akan muncul Toolbar Raster to Vektor Parameter (Gambar 19).
Gambar 19. Toolbar Raster to Vektor Parameter
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Pilih semua items, ubah Output menjadi One Layer per Class, berikan
nama, klik Ok. Tahap selanjutnya adalah penyimpanan vektor klasifikasi, setelah
muncul Available Vectors List, Load pada klasifikasi sesuai, pilih New Vector
Window hingga muncul tampilan klasifikasi seperti pada Gambar 20. Tahap
penyimpanan dilakukan dengan memilih menu File, Export Active Layer to
ShapeFile, beri nama klasifikasi sesuai tanggal dan akan disimpan dalam format
.shp sehingga dapat digunakan pada software ArcGIS 9.
Gambar 20. Hasil Klasfikasi
4.5.3 Layout Peta
Untuk menghasilkan layout peta persebaran suhu permukaan laut, klorofil-
a dan kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara digunakan software ArcGIS 9
(ArcMap 9.3) (Gambar 21). Software ArcGIs merupakan perangkat lunak yang
khusus digunakan dalam pengolahan data SIG untuk menghasilkan bentuk
keluaran berupa peta sehingga data SIG dapat dibaca dengan mudah.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Gambar 21. Software ArcGIS 9 (ArcMap version 9.3)
Langkah pertama untuk pembuatan peta persebaran suhu permukaan laut
dan klorofil-a adalah dengan membuka software tersebut hingga muncul tampilan
awal software tersebut. Kemudian Load data Layer BestMap Bali dengan
menekan icon [ ], kemudian masukkan citra hasil olahan dengan ENVI 4.7
yang berformat .tif. seperti pada Gambar 22 dibawah ini.
Gambar 22. Pemasukan Citra dan BestMap pada ArcGIS 9
Setelah data BestMap dan citra wilayah Bali digabungkan, pembuatan
layout peta persebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a tinggal menambahkan
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu peta seperti arah mata angin, skala,
legenda, dan sistem koordinat dengan meggunakan menu Insert. Hasil dari
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
pengolahan layout peta persebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a dapat
dilihat pada Gambar 24. Untuk pembuatan peta lokasi kesesuaian budidaya tiram
mutiara tahap pertama adalah dengan membuka BestMap wilayah Bali seperti
pada pembuatan peta persebaran SPL dan klorofil-a. Kemudian add data,
masukkan hasil klasifikasi kesesuaian data citra dari seluruh tanggal dalam
masing-masing musim.
Data yang nampak akan saling bertindihan karena berada pada satu layer.
Lokasi yang sesuai merupakan lokasi yang paling banyak terdapat klasifikasi yang
bertindihan dari 1 musim. Setelah mengetahui lokasi yang sesuai maka dilakukan
cropping area sehingga didapatkan suatu area utuh lokasi yang sesuai untuk
budidaya tiram mutiara. proses cropping dilakukan dengan memilih menu Editor
pada menu ArcGIS, klik Start Editor, pilih Sketch Tool, kemudian cropping area
yang tergolong dalam lokasi yang sesuai (Gambar 23). Setelah selesai dan
membentuk suatu area, klik kanan kemudian pilih Finish Sketch, kemudian
simpan hasil crooping dengan memili menu Save Edits. Hasil dari cropping area
tersebut akan membentuk suatu layer tersendiri sehingga dapat digabungkan
dengan BestMap wilayah Bali untuk pembuatan peta lokasi kesesuaian budidaya
tiram mutiara (Gambar 34).
Gambar 23. Proses Cropping Pada ArcGIS 9
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
4.6 Pembahasan Hasil
4.6.1 Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali
Persebaran suhu permukaan laut pada suatu perairan sangat mempengaruhi
kehidupan dan produktifitas organisme pada perairan tersebut. Dari hasil praktek
yang dilakukan, didapatkan peta persebaran suhu permukaan laut di Perairan Bali
pada perwakilan musim barat dan musim timur. Untuk peta persebaran suhu
permukaan laut pada masing-masing musim dapat dilihat pada Gambar 24.
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 24. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Perairan Bali Pada
Perwakilan Musim Timur (Juni) dan Musim Barat (Desember)
Keterangan : (A) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Tanggal 27 Juni 2009, (B) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Tanggal 28 Juni 2009, (C) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Tanggal 10 Desember 2009, dan (D) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Bali Tanggal 11 Desember 2009.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Pada musim barat peta persebaran suhu permukaan laut yang dihasilkan
berjumlah 6 data dalam 1 bulan sedangkan pada musim timur didapatkan 7 data
dalam 1 bulan. Data-data tersebut diperoleh berdasarkan kenampakan citra yang
paling bersih diantara citra-citra yang lain dalam 1 bulan yang sama. Persebaran
suhu permukaan laut pada bulan Juni realatif tidak mengalami peningkatan pada
keseluruhan area. Namun persebaran SPL yang terjadi relatif tinggi, dapat dilihat
pada Gambar 24 (A) pada perairan Bali bagian utara hingga tenggara Bali yang
berwarna kuning-merah suhu tinggi mengumpul pada bagian utara Bali. Hal ini
diperkirakan akibat dari angin muson timur yang membawa angin panas dari arah
tenggara Bali menuju Laut Jawa sehingga pola persebaran seperti itulah yang
terbentuk. Sedangkan pada perairan Bali bagian timur di sekitar Selat Bali hingga
selatan justru mengalami penurunan dari warna yang nampak hijau pekat pada
tanggal 27 Juni (Gambar 24 (A)), menjadi hijau kebiruan pada tanggal 28 Juni
(Gambar 24 (B)).
Penurunan suhu yang terjadi pada bulan Juni untuk area perairan Bali
sekitar Laut Bali tersebut mengindikasikan terjadinya fenomena upwelling
(Nikyuluw, 2005). Apabila digabungkan dengan data persebaran konsentrasi
klorofil-a , hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa karakteristik
fenomena upwelling adalah dimana suhu mengalami penurunan secara umum dan
kenaikan konsentrasi klorofil-a (fitoplankton) secara umum (Wiadnyana, 1999).
Peta persebaran suhu permukaan laut (SPL) pada tanggal 11 Desember (Gambar
24 (D)) terlihat area perairan Bali bagian utara mengalami sedikit penurunan pada
beberapa area. Terlihat pada peta SPL tanggal 10 Desember (Gambar 24 (C))
menyebar secara luas pada seluruh bagian, tetapi pada tanggal 11 Desember pada
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
beberapa area mengalami penurunan nilai SPL. Hal ini dapat kita lihat dari
perubahan warna pada peta yang awalnya berwarna merah berubah menjadi
kuning bahkan pada koordinat 8° 0’ 0” Lintang Selatan - 115° 0’ 0” Bujur Timur
muncul warna biru, berarti pada area tersebut suhu menurun hingga 7°C.
Pada perairan Bali bagian timur tanggal 11 Desember mengalami
peningkatan suhu dari 24° menjadi 27°C. hal ini dapat dilihat pada perubahan
warna yang terjadi (Gambar 24 (D)) menjadi hijau, dari yang berwarna biru pada
Gambar 24 (C). Pada perairan Bali bagian timur persebaran SPL juga terjadi pada
koordinat 8° 30’ 0” Lintang Selatan - 114° 45’ 0” Bujur Timur dari yang memiliki
suhu tinggi, pada tanggal 11 Desember (Gambar 24 (D)) menyebar ke perairan
Selat Bali.
4.6.2 Peta Persebaran Klorofil-a di Perairan Bali
Peta persebaran klorofil-a yang dihasilkan merupakan peta persebaran
klorofil-a permukaan laut yang berada pada area perairan Bali. Waktu yang
diambil untuk data pengamatan merupakan perwakilan antara musim barat dan
musim timur. Pemilihan kedua musim tersebut didasarkan karena pada kedua
musim tersebut memiliki pola bertiupnya angin yang berbeda sehingga akan
mempengaruhi persebaran kandungan klorofil-a pada suatu perairan. Hasil peta
persebaran klorofil-a permukaan laut pada perwakilan masing-masing musim
dapat dilihat pada Gamabr 25.
Pada Gambar 25, dapat kita lihat peta hasil pengolahan citra Aqua/Terra
Modis level 2 yang berasal dari perwakilan data pada musim barat dan musim
timur. Gambar 25 (A) dan (B) merupakan peta persebaran klorofil-a pada bulan
Juni yang mewakili musim timur, sedangkan pada Gambar 25 (C) dan (D)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
merupakan peta persebaran klorofil-a pada bulan Desember yang mewakili musim
barat. Dari Gambar 25, dapat dilihat persebaran klorofil-a yang selalu berubah
pada setiap harinya dan perbedaan area persebaran konsentrasi klorofil-a pada
musim timur dan musim barat.
( A ) ( B )
( C ) ( D )
Gambar 25. Peta Persebaran Klorofil-a Perairan Bali Pada Perwakilan Musim
Timur (Juni) dan Musim Barat (Desember)
Keterangan : (A) Peta Klorofil-a di Perairan Bali Tanggal 27 Juni 2009, (B) Peta Klorofil-a di Perairan Bali Tanggal 28 Juni 2009, (C) Peta Klorofil-a di Perairan Bali Tanggal 3 Desember 2009, dan (D) Peta Klorofil-a di Perairan Bali Tanggal 4 Desember 2009.
Pada area perairan Bali pada bulan Juni sebagai perwakilan musim timur,
persebaran klorofil-a pada tanggal 28 Juni (Gambar 25 (B)) cenderung menurun
dari tanggal 27 Juni (Gambar 25 (A)). Hal ini terlihat dari pola persebaran warna
yang berbeda disekitar perairan utara Bali mengarah ke timur hingga pada
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
perairan Bali bagian tenggara. Pada perairan Bali bagian timur disekitar selat Laut
Bali, kosentrasi klorofil-a cenderung tinggi baik pada tanggal 27 dan 28 Juni
2009.
Pada peta persebaran klorofil-a tanggal 4 Desember (Gambar 25 (D))
cenderung lebih tinggi pada area perairan Bali bagian utara dan selatan
dibandingkan dengan persebaran klorofil-a tanggal 3 Desember (Gambar 25 (C))
pada area yang sama. Hal tersebut dapat dilihat pada kenampakan citra yang
mengalami perubahan warna pada perairan Bali bagian utara dan selatan, dari
yang berwarna biru menjadi hijau. Berdasarkan indikator yang tersedia, kisaran
konsentasi klorofil-a pada perairan Bali Utara pada tanggal 3 Desember yang
memiliki nilai 0,6 mg/m3 mengalami peningkatan konsentrasi hingga nilai
1,3 mg/m3. Pada area perairan Bali bagian timur tanggal 4 Desember
(Gambar 25 (D)), persebaran konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi terjadi pada
daerah tersebut dilihat dari persebaran warna merah yang menandakan nilai
konsentrasi klorofil-a yang berkisar 1,7-2 mg/m3.
Persebaran konsentrasi klorofil-a yang terjadi pada perairan Bali dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mendukung adalah arus,
suhu dan pola angin yang terjadi pada masing-masing musim, karena pada
masing-masing musim memiliki karakteristik yang berbeda. Dari Gambar 24,
dapat kita lihat konsentrasi klorofil-a tinggi di beberapa area merupakan area
pesisir yang berbatasan dengan daratan. Hal tersebut dapat disebabkan dari
persebaran nutrien yang tinggi akibat run-off aliran sungai yang bermuara pada
laut disekitar area tersebut, sehingga dari aliran sungai tersebut akan membawa
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
berbagai macam nutrien dari daratan sehingga mengakibatkan konsentrasi bahan
terlarut diperairan semakin tinggi.
4.6.3 Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali
Penentuan lokasi budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) di perairan
Bali didapatkan dengan meyesuaikan kriteria lingkungan lokasi budidaya tiram
mutiara dengan hasil anaisis citra satelit Aqua/Terra Modis pada waku musim
barat dan musim timur. Berdasarkan data dari penelitian BBRPBL (2010), kriteria
lokasi budidaya tiram mutiara terutama untuk Keramba Jaring Apung (KJA)
adalah lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar, perairan subur
kaya akan makanan alami (fitoplankton), kecerahan cukup tinggi, jauh dari
jangkauan air tawar karena spat (benih tiram mutiara) sangat rentan terhadap air
salinitas rendah, cukup tersedia induk/benih tiram mutiara, dasar perairan pasir
karang, kedalaman air 20-30 m, kadar garam 30-34 ppt dan suhu berkisar 25°-
29°C, dan bebas pencemaran.
Dari keseluruhan data kriteria lokasi budidaya tiram mutiara yang dapat
dilihat dengan Satelit Aqua/Terra Modis dan dapat digunakan sebagai penentuan
lokasi KJA tiram mutiara adalah Suhu, untuk klorofil-a tidak dapat digunakan.
Hal ini dikarenakan klorofil-a masih merupakan parameter tersier dari budidaya
tiram mutiara sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tiram mutiara.
Citra Satelit Aqua/Terra Modis tidak dapat membedakan jenis plankton yang
terkandung dalam perairan secara spesifik dan tidak dapat membedakan antara
fitoplankton dengan partikel mengapung lainnya.
Dari hasil analisis berdasarkan data persebaran suhu permukaan laut yang
disesuaikan dengan kisaran suhu optimum pertumbuhan tiram mutiara didapatkan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
peta lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara pada Gambar 26. Peta tersebut di
dapatkan dengan mengaplikasikan metode penginderaan jauh sebagai pengganti
survei terestis. Dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh tersebut,
penentuan lokasi yang sesuai khususnya untuk lokasi KJA tiram mutiara tidak
harus dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dilapangan. Lokasi yang sesuai
tersebut dihasilkan dari pengklasifikasian daerah yang memiliki suhu permukaan
laut antara 25°-29°C.
(A) (B)
(C)
Gambar 26. Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya tiram Mutiara di Perairan Bali
Keterangan : (A) Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali Pada Musim Timur 2009, (B) Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali Pada Musim Barat 2009, dan (C) Peta Lokasi Kesesuaian Budidaya Tiram Mutiara di Perairan Bali Musim Barat dan Musim Timur 2009
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Pada Gambar 26 diatas dapat kita lihat lokasi kesesuaian berdasarkan data
persebaran suhu permukaan laut untuk masing-masing musim. Pada bulan Juni
yang mewakili musim timur (Gambar 26 (A)), diperoleh area kesesuaian yang
lebih luas dibandingkan dengan hasil pada musim barat. Mulai dari koordinat 8°
9’ 23.56”- 8° 45’ 57.96” Lintang Selatan dan 114° 20’ 0”- 115° 45’ 0” Bujur
Timur. Untuk letak geografisnya lokasi kesesuaian lokasi budidaya tiram mutiara
menyebar luas mulai dari selat Bali mengarah ke selatan laut Bali hingga ke
bagian perairan Bali bagian tenggara. Hasil tersebut diperoleh dari hasil
klasifikasi dan penumpukan 7 data dalam 1 musim, yaitu data bulan Juni. Lokasi
tersebt merupakan yang paling stabil untuk nilai persebaran suhu permukaan laut
dibanding dengan rea perairan Bali yang lain.
Pada musim barat (Gambar 26 (B)) didapatkan lokasi yang sesuai untuk
budidaya tiram mutiara adalah pada koordinat 8° 33’ 00.97”- 8° 42’ 05.30”
Lintang Selatan dan 115° 15’ 0” - 116° 0’ 0” Bujur Timur. Untuk letak
geografisnya perairan pada koordinat tersebut berada pada bagian timur Bali
hingga tenggara Bali meliputi perairan sebelah utara Pulau Nusa Pennida. Hasil
tersebut diperoleh dari 6 data yang diklasifikasikan berdasarkan suhu optimum
lokasi hidup tiram mutiara yang bertumpukan dalam 6 data yang dianalisis pada
bulan Desember. Pada perairan Bali yang lain yang berwarna putih merupakan
daerah yang tidak stabil untuk persebaran suhu permukaan laut dalam 1 bulan,
sehingga tidak dipergunakan dalam penentuan lokasi kesesuaian budidaya tiram
mutiara pada bulan Desember.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Untuk mengetahui lokasi yang paling sesuai pada semua musim,
diperoleh lokasi seperti pada Gambar 26 (C), lokasi tersebut berada pada
koordinat 8° 33’ 00.97”- 8° 42’ 05.30” Lintang Selatan dan 115° 18’ 03.40” -
115° 39’ 03.21” Bujur Timur. Berdasarkan kondisi geografisnya perairan tersebut
berada disebelah tenggara Bali, dan di sebelah utara Pulau Nusa pennida.
Penentuan lokasi pada Gambar 26 (C) merupakan hasil perpotongan dari musim
barat dan musim timur, sehingga lokasi tersebut merupakan yang paling sesuai
dan stabil baik musim barat dan musim timur.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Riset dan Observasi
Kelautan, setelah melaksanakan analisis data menegenai prakiraan kesuburan
perairan Selat Bali dari citra satelit dapat disimpulkan beberapa hal :
a. Proses pengolahan citra satelit Aqua/Terra Modis dapat menggunakan
software ENVI 4.7 yang terdiri dari Input Data, georifikasi citra satelit,
pewarnaan citra, pembatasan nilai, masking, klasifikasi nilai citra, dan
penyimpanan.
b. Proses pembuatan peta persebaran suhu permukaan laut dan konsentrasi
klorofil-a dapat menggunakan software ArcGIS 9 dengan proses input
data, pemasukan best map dan citra, cropping, dan penambahan syarat-
syarat-syarat suatu peta.
c. Dengan menggunakan media citra satelit Aqua/Terra Modis dapat
mengetahui kesuburan perairan Bali dan dapat menentukan koordinat
lokasi kesesuaian budidaya tiram mutiara pada 8°33’00.97”- 8°42’05.30”
Lintang Selatan dan 115°18’03.40”- 115°39’03.21” Bujur Timur.
5.2 Saran
a. Teknologi penginderaan jauh dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
survei lokasi untuk KJA tiram mutiara dibandingkan harus melakukan
survei terestis.
b. Diperlukan data yang lebih banyak lagi, khususnya untuk mewakili data
pada masing-masing musim, sehingga pola persebaran yang terbentuk
akan lebih jelas.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
DAFTAR PUSTAKA
Afdal dan H . R Sumijo. 2003. Sebaran klorofil-a Kaitannya Dengan Kondisi Hidrologi di Selat Makassar. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia.
Arinardi, O.H., Sutomo A.B., Yusuf S.A., Trimaningsih, Asnaryanti, dan Riyono
S.H. 1997. Kisaran kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan Di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian :Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 146 hal.
Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. 2010. Tiram Mutiara. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali. (http://brena24.student.umm. ac.id/2010/07/29/tiram-mutiara/), diakses 14 Agustus 2010
Balai Budidaya Laut Lampung. 2000. Teknik Budidaya Tiram Mutiara. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategis Kementrian kelautan dan
Perikanan 2010-2014. Jakarta : DKP Dwiponggo, A. 1976. Mutiara. Lembaga Penelitian Perikanan laut. Jakarta Effendi, H. 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Disertasi. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Estes, J.E. 1974. Imaging with Photographic and Nonphotographic Sensor
System, In :Remote Sensing Tehciques for Environtmental Analysis, California: Hamilton Publishing Compagny. (online) (http://agusnurul. blogspot. com/ 2010/03/penginderaan-jauh.html), diakses 16 Mei 2010
Harsanugraha, W.K., dan E. Parwati, 1996. Aplikasi Model-model Estimasi Suhu
Permukaan Laut Berdasarkan Data NOAA-AVHRR. Warta Inderaja (VII), 23 – 35.
Hutabarat, S and S.M. Evans. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Junjunan, A. 2004. Bidang Teknologi informasi dan komunikasi. (Online),
(http://www.Iptek.go.id), diakses 14 Agustus 2010 Lillesand, T. M. and R. W. Kiefer, 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra. Diterjemahkan oleh Dulbahri, P. Suharsono, Hartono dan Suharyadi. Yogjakarta : Gajah Mada University Press
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Lintz Jr, and Simonett, 1976, Remote Sensing of Envoronment, Addison-Wesley Publishing Company, London. (online) (http://www.google.com /books?hl=id&lr=&id=O02MW3rhPAC&oi=fnd&pg=PR13&dq=Remote+Sensing+of+Environment,+lintz&ots=DRFwkQT_2N&sig=VvLiVe37UjS64LZ861I_AZ_RDKM#v=onepage&q=Remote%20Sensing%20of%20Environment%2C%20lintz&f=false), diakses 20 Mei 2010
Meurah R. C. 2004. Penginderaan jauh. Modul Geografi. Mulyanto, 1987. Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara di Indonesia. Diktat
Akademi Usaha Perikanan. INFIS Manual Seri No.45. Jakarta Nazir. M. 1998. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal. Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Nikyuluw, L. L. U. 2005. Kajian Variasi Musiman Suhu Permukaan Laut dan
Klorofil-a dalam Hubungannya dengan Penangkapan Lemuru di Perairan
Selat Bali. Tesis. Bogor : Program Pascasarjana IPB Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa
oleh M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo. Jakarta : Gramedia
Parwati, E. 2004. Inventarisasi dan Prediksi Dinamika kawasan Pesisir Segara
Anakan Menggunakan Teknologi penginderaan Jauh. Disertasi. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Prasetio, H. 2010. Keterkaitan Suhu Permukaan Laut dan Kandungan
Fitoplankton Di perairan Malang Selatan (Studi Kasus 2008). (Online). Prezelin, B. B. 1985. Observations of diel patterns of photosynthesis in
cyanobacteria and nanoplankton in the Santa Barbara Channel during ‘el
Nino’. Journal of Plankton Research Vol.7 No.6. USA. 779 – 790 Rachman, B. T. Yuniarti., a.Dimyati. 2007. Pembudidayaan kerang Mutiara Air
Tawar (Margaritifera sp) di Kolam Terkontrol. Jurnal Budidaya Air Tawar Vol.4 No.2 november 2007 (67-75)
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2007. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Djambatan. Jakarta Silalahi, Juliana. 2010. Analisis kualitas air dan Hubungannya deengan
Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Tesis. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Suriadi, AB. Arsjad,M. Siswantoro, Yudi, dan Dewi, Ratna Sari. 2004. Inventarisasi SDA dan Lingkungan Hidup : Sea Surfase Temperature. Bogor : BAKOSURTANAL
Suryabrata, S. 1993. Metodologi Penelitian. Rajawali. Jakarta. 115 hal Sutanto. 1998. Penginderaan jauh, Jilid I, Fakultas Geografi, Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. Suwiyanto, 1986. Tinjauan Perkembangan Pemanfaatan Citra Satelit di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi LIPI 1972-1986. Jurnal RISET, Jilid 7 no.1,Puslitbang Geoteknologi LIPI. Bandung. Hal 1-16.
Tarwiyah. 2001. Teknik Budidaya laut Tiram Mutiara di Indonesia. Jakarta Thoha, A. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Karya Tulis . Medan : Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Tisch, T. D., S. R. Ramp, and C. A. Collins. 1997. Observations and modeling of
the 1991-1992 El Nino signal off central California. Journal of Geophysical Research Vol.102 No C3. California. 5553 - 5582
Wiadnyana, N. 1983. Kesuburan Perairan dan Hubungannya Dengan Kehidupan
Biota Laut. Tesis . Bogor : Institut Pertanian Bogor. Wiadnyana, N. 1999. Variasi Kelimpahan Zooplankton Dalam Kaitannya Dengan
Produktivitas Perairan Laut Banda. Jurnal Oceanologi dan Limnologi di Indonesia. No.31 : 57 - 68
Wyrkti, K. 1961. Physical Oceanography of South East Asian Water. Naga
Report. Vol 2. Scripps Institution of Oceanography. The University of California. La Jolla. California. ( online ), (http://www.docstoc.com/docs/21215214/Journal-of-Physical-Oceanography), diakses 29 April 2010
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Geografis Kabupaten Jembrana, Bali
Sumber : www.googlemaps.com (2010)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Lampiran 2. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Pada Musim Timur 2009
(A) (B)
(C) (D)
(E)
Keterangan : (A) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 12 Juni 2009, (B) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 14 Juni 2009, (C) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 21 Juni 2009, (D) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 23 Juni 2009, dan (E) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 30 Juni 2009.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Lampiran 3. Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Musim Barat 2009
(A) (B)
(C) (D) Keterangan : (A) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 1 Desember 2009 , (B) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 3 Desember 2009, (C) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 4 Desember 2009, dan (D) Peta Persebaran Suhu Permukaan Laut Tanggal 7 Desember 2009.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Lampiran 4. Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Pada Musim Timur
2009
(A) (B)
(C) (D)
(E) Keterangan : (A) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 12 Juni 2009, (B) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 14 Juni 2009, (C) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 21 Juni 2009, (D) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 23 Juni 2009, dan (E) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 30 Juni 2009.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA
Lampiran 5. Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Pada Musim Barat 2009
(A) (B)
(C) (D) Keterangan : (A) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 1 Desember 2009, (B) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 3 Desember 2009, (C) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 4 Desember 2009, dan (D) Peta Konsentrasi Klorofil-a Permukaan Laut Tanggal 7 Desember 2009.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PKL Prakiraan kesuburan.... SONY ANGGA SATRYA