[PPT]GANGGAUAN SISTEM SARAF SENTRALfpu123.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/... ·...

Post on 02-Apr-2018

227 views 3 download

Transcript of [PPT]GANGGAUAN SISTEM SARAF SENTRALfpu123.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/... ·...

1

SESI 13a

GANGGUAN SISTEM SARAF PUSAT

Disusun olehdr Mayang Anggraini Naga

U-EU (Revisi-2014)

2

DESKRIPSI

Pembahasan materi meliput istilah bentuk gangguan-ganguan sistem saraf sentral,kesadaran, koma. “language” dan

“speech”, sensoris, otak kecil dan motoris, berserta teknik pemeriksaannya, serta pengenalan ke-12 saraf cranial dan autonomik

3

KOMPETENSI

MAMPU:Memahami bentuk gangguan-gangguan sistem saraf sentral, kesadaran, koma.“language” dan “speech”, sensoris, otak kecil dan motoris, berserta teknik pemeriksaannya, pengenalan ke-12 saraf cranial dan autonomik

4

TOPIK PEMBAHASAN

Menjelaskan:- Sistem saraf- Gangguan sistem saraf sentral- Tanda-tanda gangguan kesadaran, koma- Gangguan lobar dan cerebellum- Gangguan sensoris dan motoris- Teknik mengukur gangguan- 12 saraf cranial dan saraf automomik

5

GANGGUAN SISTEM SARAF

• SISTEM SARAFAdalah sistem yang mengumpulkan, menyimpan dan mengkontrol informasi.

Fungsi menyeluruh sistem saraf adalah:- Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan keadaan lingkungan luar dan dalam tubuh,- Menganalisis informasi terkait,

6

Fungsi (Lanjutan)

- Menginisiasi respons yang ditujukan untuk memenuhi dengan tepat kebutuhan/ keinginan tertentu.

- Merespons keinginan kuat, yang utamaadalah survival, Ada berbagai respons survival yang diinisiasi oleh sistem saraf secara otomatis tanpa disadari, di antaranya: lari menghindar bahaya, menggigil akibat suhu dingin.

7

GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -1)

Kebutuhan/keinginan lain adalah lebih komplek.

Ada yang membutuhkan pengalaman positif,di antara-nya: - kegembiraan,

- kesenangan.

Ada yang membutuhkan pengalaman negatif, ump.: - sakit,

- ansietas, dan- frustrasi.

8

GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -2)

• FUNGSI:Respons otomatis terhadap berbagai stimuli melalui alur reflex, walau ada juga yang bisa melalui inisiasi akivitas area kesadaran yang lebih tinggi di otak.

9

Gerak Reflek

Reflex: an action that occurs automatically and predictably in response to a particular

stimulus, independent of the will of the individual. Both the sensing of the stimulus andinitiation of the action are carried out by components of the nervous system.

10

GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -2)

Fungsi lain yang sangat komplek meliputi: - persepsi pengelihatan, - penyimpanan memori, - pikiran dan - memproduki bicara.

Secara menyeluruh semua aktivitas saraf didasari oleh transmisi impulse melalui jaringan neuron (network system) yang sangat komplek.

11

GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -3)

• GANGGUAN:- Kerusakan sampai disfungsi bagian

komponennya:Di antaranya:

- Gangguan di otak, - Gangguan di spinal cord,

- Neuropathy, - Cedera saraf.

12

GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -4)

- Gangguan juga bisa akibat kerusakan fungsi:

- sensoris, - analytical, ataupun

- memori (gangguan visus, tuli, rasa membeku, penciuman, agnosia, amnesia)

- Gangguan fungsi motoris:- aphasia, - dysarthria dan - ataxia.

13

GANGGUAN SISTEM SARAF SENTRAL(CNS DISORDERS)

Perubahan & Gangguan Kesadaran

• Perubahan kesadaran merupakan refleksi dari suatu penyakit penyebab atau suatu keadaan fungsi abnormal otak

Gangguan metabolik dan sistemik umumnya bisa menekan kesadaran tanpa ditemukannya suatu focus neurologik.

14

Gangguan CNS bisa atau tanpa disertai focal secara bersamaan.

• Gangguan kesadaran dan perhatian bisa membentang dari tingkat koma post cedera batang otak sampai keadaan kebingungan atau kekacauan pikiran yang timbul akibat keracunan obat.

GANGGUAN SISTEM SARAF SENTRAL ... (Lanjutan-1)

15

GANGGUAN SISTEM SARAF SENTRAL ... (Lanjutan-2)

Otak manusia memiliki mekanisme yang memungkinkan orang bisa dalam keadaan

- bangun, - berjalan dan - tidur

dan juga memiliki kemampuan untuk memfocuskan kesadaran/perhatian pada rangsangan lingkungan yang relevant

16

GANGGUAN KESADARAN

Untuk mencapai status sadar, kortek serebri harus diaktifkan oleh formasi retikuler, khususnya, ARAS (ascending reticular activating system) yang ada di batang otak.

Formasi ini terdiri dari serabut yang asal dari thalamus ke medula. Thalamus memprojeksikan serabut ke kortek serebri.

17

GANGGUAN KESADARAN (Lanjutan)

Bagian atas dari sistem tersebut bekerja sebagai pembangkit/pemutus kesadarandan pengontrol siklus tidur-bangun

Bagian bawah mengontrol pernapasan.

Gangguan klinis yang terjadi bisa berwujud - keadaan hyperaroused (terjaga)- gelisah- agitasi- atau sampai delirium.

yang mungkin akibat kehilangan inhibitasi hemisphere dari fungsi batang otak.

18

GANGGUAN KESADARAN (Lanjutan)

Hypoarousal bisa dari mengantuk sampaistupor dan koma (coma).

• Stupor = status tidak dalam responsive dan memerlukan stimulasi keras untuk membuatnya sadar/bangun. (dari kata “stupa”)

• Kerusakan bisa saja suatu cedera kepala (otak) atau gangguan akibat tumor, abses otak, intracerebral haemorrhage semua bisa diperiksa dengan teknik imaging otak.

19

KOMA (COMA) (Lanjutan)

• Bisa juga akibat hasil racun yang mengakibat-kan keracunan jaringan otak, ini bisa: - overdosis obat, - gangguan hati atau ginjal yang lanjut, - intoksikasi akut - alkohol, - DM tak terkontrol, atau gangguan aliran darah otak,

hypoxia sel otak.- Ensefalitis, dan meningitis, (radang jaringan otak dan radang jaringan bantu/pelindung otak).

20

Tanda & Gejala Koma

• Simtoma:Kedalaman koma ada berbagai tingkat.Yang ringan: bisa respons terhadap stimuli ucapan beberapa kata atau menggerakan lengan.Yang berat: tidak dapat menjawab stimuli keras

yang diulang-ulang. Walau demikian pada koma yang dalam terkadang masih ada respons otomatic (bernafas biasa, batuk menguap, memandang, gerak mata) ini menunjukan bahwa bagian bawah otak masih berfungsi.

21

Tanda & Gejala Koma (Lanjutan-1)

• Pengukuran koma perlu untuk terapi. Klasifikasi diadakan atas kemampuan pasien verbal behaviour, gerak yang dihasilkan dari mata (tutup, terbuka atau roving)

• Koma bisa bertahan tahunan, disertai aktivitas sedikit atau sama sekali tidak ada akltivitas otak, namun masih hidup karena batang otak masih bekerja.

22

Tanda & Gejala Koma (Lanjutan-2)

• Sebaliknya: peluasan kerusakan batang otakbisa menghilangkan: - reflek batuk,

- reflek menelan, - napas

artificial ventilasi dan maintainence aliran darahnya.

• Kehilangan fungsi batang otak yang ireversible akan menyebabkan orang mati. (brain death).

23

GANGGUAN CNS LAIN-LAIN

• Lesi supratenctorial, bisa akibat:- perdarahan; - edema; - neoplasm;

bisa sampai koma menimbulkan kenaikkan tekanan bisa mengakibatkan hernia-tentorial sehingga menekan batang otak hemiparesis(lumpuh sesisi anggota tubuh) disertai pupil mata melebar pada lesi sesisi tubuh akibat tekanan pada saraf otak ke 3 (akibat hernia).

24

GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan-1)

• Lesi langsung pada batang otak bisa akibat: - obat;

- perdarahan; - infark; - kompresi dari bagian

posterior fosa.

Gangguan gerak mata adalah tanda dini keterlibatkan batang otak. Reaksi pupil terhadap cahaya juga hilang di samping reflek cornea yang tetap baik.

25

GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan-2)

Kematian batang otak adalah destruksi

bagian atas dan bawah formasi retikuler, yang menuju

kematian.

Mungkin saja masih ada aliran listrik cortical dan reflek spinal, namun ini tidak dapat

dibangkitkan/ditimbulkan kembali.

26

GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan-3)

• Attention Deficits (acute confusion state):Bisa akibat: - intoxicants,

- gangguan metabolisme, - infeksi, - epilepsy, - gangguan aliran darah, - cedera traumatik atau - neopalsm

Semua bisa menimbulkan perubahan orientasi dan atensi.

27

GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 4)

• Gangguan Fungsi Otak yang lebih tinggi: Bisa mirip gangguan mental/jiwa.

Delusion/ fixed fals beliefs (diduga ada hubungan dengan sistem limbic)

Paranoid delusions (medial temporal atau kombinasi frontal dan lobus parietalis kanan).

Hallucination (visual) : neurologicalAuditory hallucination: gangguan jiwa.

(temporal lesi bisa menimbulkan halusinasi auditori).

28

GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan -5)

• MEMORI: dikontrol oleh berbagai area otak, ada area tertentu bertanggungjawab terhadap aspek memori yang berbeda

Working memory: kemampuan menyimpan informasi dalam waktu pendek bersamaan dengan cognitive operation (ini diurus oleh prefrontal cortex)

Amnesia: kehilangan memori

29

Memori (Lanjutan-1)

Anterograde amnesia: kekuranganmampuanmengingat yang baru. Sering dibarengi confabulation),

Retrograde amnesia: Kekuranganmampuan mengkonsolidasi memori yang baru/sudah lewat (Gangguan ada pada traumatic brain injury)

30

MEMORI (Lanjutan-2)

Confabulation: penyusunan informasi untuk menjawab pertanyaan

Desclarative memory: Retensi pengalaman atau memori tentang apa yang telah

terjadi.

Procedural memory: pembelajaran keterampilan dan kebiasaan bagaimana mengerjakan sesuatu.

31

HIPPOCAMPUS

• Formasi hippocampus berada di lobes temporalis; thalamus dan bagian basal otak depan adalah bagian kritis bagi penampilan memori terbaru.

• Informasi sensoris diproses di amygdala, di sini nilai informasi berserta nilai stimuli ditentukan untuk diproses lebih lanjut olehstruktur sentral diencephalon.

32

HIPPOCAMPUS (Lanjutan)

• Kerusakan struktur sentral otak (oleh tumor, gangguan aliran darah, cedera trauma otak) dapat mengakibatkan gangguan memori.

• Proses penyakit atau keracunan dapat menimbulkan penurunan aliran nutrisi atau O2 ke otak, ini dapat mengakibatkan defisit memori pada daerah terkena.

• Pada Alzheimer’s disease ditemukan kekurangan sel cholinergik di otak depan.

33

GANGGUAN LANGUAGE & SPEECH

• Berbahasa adalah satu di antara fungsi otakyang terpengaruh oleh berbagai gangguan di CNS. Berbicara adalah kapasitas lebih dasar dari berbahasa yang mengacu ke mekanisme aksi mengucapkan kata dengan menggunakan tanggungjawab artikulasi struktur neuromuscular.

• Anarthria adalah kekurangmampuan dalam menghasilkan ucapan kata, ini merupakan gangguan berbicara bukan gangguan bahasa.

34

GANGGUAN berbicara & berbahasa (Lanjutan-1)

• Dysathria adalah gangguan dalam artikulasi.

• Expressive aphasia adalah defisit mempro-duksi bicara atau berbahasa, disertai defisit komunikasi, yakni kata yang keluar terputar-balik, tidak tepat dan merusak isi keterangan.

• Lokalisasi produk bicara ada di lobus frontalis kiri, sedangkan gangguan komprehensif bahasa ada di lobus temporalis. Ini menggambarkan betapa tinggi fungsi dikaitkan regio-regio di otak

35

Gangguan berbicara dan berbahasa (lanjutan -2)

• Walau demikian, kontrol bahasa bisa berada di berbeda area yang berbeda pada orang yang berbeda, oleh karenanya kerusakan pada area yang sama dapat menimbulkan aphasia pada seseorang sedang pada orang lain hanya gangguan ringan-ringan saja.

Pada orang kidal pusat bahasanya bisa dominant di hemisphere kanan

36

Gangguan berbicara dan berbahasa (lanjutan -3)

• Alexia: gejala disfungsi otak lebih tinggi. Orang tidak bisa membaca.

Lesi ada di lobus occipitalis kiri dan splenium corpus callosum yang mencegah informasi visual yang masuk untuk mencapai gyrus angularis pusat interpretasi linguistik.

37

GANGGUAN berbicara & berbahasa (Lanjutan-4)

• Kombinasi alexia dan agraphia (tida mampu menulis) menunjukkan ada gangguan di regio parietal inferior dan posterolateral temporal dari hemisphere kiri (utamanya di gyrus angular) ini adalah lokasi yang bertanggung-jawab untuk menggabungkan sistem visual dengan auditory sehingga memungkinkan orang belajar membaca.

Agraphia bisa disebabkan lesi di mana saja di cerebrum.

38

Gangguan berbicara dan berbahasa (lanjutan 5)

• Menulis adalah keterampilan motoris lesi:- cortical spinal tract, - basal gangglia, - cerebelum; - myopathies; dan - cedera saraf tepi

bisa menimbulkan tulisan yang jelek dan abnormal. Gangguan ini bisa dijumpai bersamaan dengan sindrome neurobehavior.Penampilan agraphia cenderung sejajar dengan karakter aphasia.

39

Gangguan berbicara dan berbahasa (lanjutan 6)

• Apraxia: gangguan acquired keterampilan gerak yang bertujuan khusus bukan akibat

- paresis, - akinesia, - ataxia, - kehilangan sensoris, atau gabungannya.

Idiomotor apraxia: ketidakmampuan menjalan-kan perintah aksi motoris verbal (lesi pada lobus parietal kiri dan area premotor kiri)

40

Gangguan berbicara dan berbahasa (lanjutan 7)

Ideational apraxia: ketidakberhasilan untuk menampilkan keruntunan aksi, walau setiap indivual aksi berhasil ditampilkan.(lesi pada lobus parietal kiri dan juga lobus frontalis, kerusakan difuse cortical)

• Agnosia: ketidakmampuan mengenal objek (gangguan pada pusat sensori cortices untuk melihat, mendengar dan merasa). Ini berhubungan dengan kehilangan modalitas sensoris. (sulit dikenal karena mudah dikompensasi sendiri oleh pasien)

41

LOBAR DISORDERS

Lesi hemisphere/lobus akan menimbulkan kehilangan fungsi yang dikontrol oleh masing hemisphere.

• Sindroma hemisphere kanan: Ketidakmampuan orientasi tubuh di ruang luar dan menghasilkan respons motoris yang salah (Hemineglect = lesi ada di hemisphere kanan) Individu tidak respons terhadap rangsangan sebelah kiri tubuh, dan tidak respons terhadap lingkungan luar yang ada di sebelah kiri tubuh.

42

LOBAR DISORDERS (Lanjuutan-1)

• Spatial disorientation: Bisa akibat kehilangan familiaritas dengan lingkungan dan rasa kebingungan di area yang sudah dikenal baik. Tidak bisa membaca dan mengikuti gambar peta, sering menunjukkan adanya defisit hemisphere kanan.

Tidak bisa membaca dan mengikuti gambar peta, sering menunjukkan adanya defisit hemisphere kanan.

43

LOBAR DISORDERS (Lanjutan-2)

• Gangguan penyesuaian emosi kadang akibat lesi di hemisphre kanan. (affective domain: hubungan interpersonal dan sosialisasi).

Gangguan ada di sistem limbik (diakui bahwa hemisphere kanan adalah dominant sebagai pengontrol emosi)

44

Limbic System

Sindroma limbic lobe dan temporal melibatkan emosi, yakni yang terkait dengan rasa sakit, senang, marah dan rasa takut.Sistem limbic kadang disebut sebagai limbic lobe, ada di bawah batang otak.

• Limbic system terdiri dari: hippocampusamygdala, dan cingulate gyrus. Hippocampus berperan utama dalam memori, sedangkan amygdala dan cingulate gyrusterlibat dalam emosi.

45

Limbic System (Lanjutan-1)

Bentuk memori emosional terbentuk di sini, ini bisa jadi area menghasilkan anxietas dan panic, yang di luar kesadaran berhubungan dengan pengalaman emotional yang bisa atau tidak teringat.Diduga bahwa pemrosesan sistem limbic bertangung-jawab bahwa pengalaman emosional akan lebih mudah diingat dari pada yang kurang emosional. (rangsangan penciuman lebih kuat dari yang lain)

46

Lobar Disorders (Lanjutan -3)

Lobus frontalis: adalah yang terbesar ukurannya. (1/3 bagian permukaan cortical otak).Secara phylogenik adalah bagian yang termuda, dan memiliki hubungan dengan semua areal di otak.

• Bagian frontal ini bertanggung-jawab terhadap - pemprosesan cognitif peringkat tertinggi; - kontrol emosi; - prilaku.

47

Lobar Disorders (Lanjutan -4)

• Kerusakan frontal akan mengubah kepribadian premorbid seseorang.

• Karakter dan temperamen seseorang bisa berubah oleh karena lobus frontalis cedera.

• Disinhibitasi dan apatis adalah gejala klinis disfungsi lobus frontalis.Seseorang dengan gangguan lobus frontalis akan mengalami kekurangan prilaku dan sulit dikontrol.

48

Lobar Disorders (Lanjutan -4)

- Pemrosesan informasi lambat, - Kekurangan pertimbangan/keputusan

terhadap konsekuensi yang telah diketahui, - Penarikan diri, dan - Sangat perasa/mudah tersinggung, ini semua sering akibat lobus frontalis yang terganggu.

49

CELEBELLAR DISORDERS

Cerebelum (otak kecil) adalah pusat koordinasi gerak skeletal.

• Gangguan yang berpengaruh terhadap otak kecil menghasilkan diskoordinasi gerak. Walaupun fungsi cerebelum dalam gerak diketahui jelas, gangguan gerak akibat lesi cerebelum tetap sulit diobati. (Urbscheit & Oremland, 1995).

50

CELEBELLAR DISORDERS (Lanjutan-1)

• Melalui proyeksi asenden dan desenden regio medialis cerebelum mengonkrol komponen cortex dan batang otak dari sistem desendens bagian medial. Bagian ini mengontrol regio cerebelum pengontrol gerak otot axial dan proximal.

• Cerebelum mempunyai pengaruh terhadap gerak melalui tractus vestibulospinal dan reticulospinal.

51

CELEBELLAR DISORDERS (Lanjutan-2)

• Hipotonus: bisa timbul sesisi lesi atau bilateral, bila lesi ada di sentral dan terlihat di grup otot bagian proximal inkoordinasi gerak

• Asthenia: juga bisa akibat lesi cerebellar• Hipotonus dan asthenia tidak selalu

berbarengan.

Penyebab kedua gangguan adalah kehilangan input dari cerebelum ke cortex, namun bisa juga menunjukkan adanya kehilangn input ke berbagai area cortex.

52

Cerebellar Disorders (Lanjutan-2)

• Cerebellar ataxia: Inkoordinasi gerak adalah tanda cardinal lesi cerebellar dan dapat menunjukkan berbagai manifestasi.

• Postural tremor: Terjadi pada 10% kasus disfungsi

cerebellar. (timbul saat tungkai atau tubuh diletakkan

dalam posisi tertentu)

53

• Dysmetria: Kurang atau estimasi berlebih dari gerak yang diperlukan menuju kearah target, banyak dijumpai pada gangguan

cerebellar. (nampak sebagai eror untuk menghasil- kan kekuatan untuk menampilkan gerak yang diinginkan). Inisiasi gerak lambat dibanding normal, namun gagal mengubah arah secara cepat (ini menimbulkan tremor)

Cerebellar Disorders (Lanjutan-3)

54

Cerebellar Disorders (4)

• Dysdiadochokinesis: Tidak mampu menampilkan pengubahan

gerak dengan cepat. Gerak lambat tanpa ritme atau konsistensi.

• Scanning speech: Pronunciation (lafal) kata sangat lambat,datar tanpa melodi dan ritme. (pada ini terjadi hipotonus dan inkoordinasi otot larynx yang mengontrol suara).

55

Cerebellar Disorders (5)

• Gerak mata bisa terganggu oleh disfungsi cerebellar.

Gaze evoked nystagmus: Tidak mampu mengfokuskan tatapan pandangan pada satu benda (fungsi vestibulocular terputus).Pasien tidak mampu menyelesaikan gerak seketika harus bergerak ke berbagai arah baru tiba ke gerak yang diperlukan.

Cara berjalan: gerak melebar dan limbung.Merupakan satu bentuk gangguan cerebellar.Kerusakan bagian lobus anterior.

56

Cerebellar Disorders (lanjutan -6)

Gangguan proprioseptik akibat aliran stimuicerebellar terputus. Adaptasi lengkung reflex panjang hilang adapti-bilitasnya, sehingga tidak mampu menimbulkan respons yang tepat agar kedua tungkai bisa mempertahankan keseimbangan tubuh bila bergerak.Ada orang yang bisa dengan mudah menghin-dari jatuh, walau berdiri dengan keseimbangan yang tidak normal. Apabila orang tersebut bisa melakukan gerak kompensasi tubuh bagian atas dan tungkai, akan dapat menghindari jatuh.

57

GANGGUAN SENSORISKulit, otot dan persendian mengandung banyak jenis reseptor yang mampu membangkitan aktivitas muatan listrik akibat stimuli.

Input rangsangan disalurkan axon afferent ke CNS. Cell bodies ada di ganglion dorsal root dan terletak berseberangan dengan columna spinalis .

Serabut afferent berkombinasi somatotopically di columna spinalis dan naik ke batang otak dan ke cortex.

58

GANGGUAN SENSORIS (Lanjutan-1)

Karateristik serabut yang berjalan melalui bagian dorsal corda spinalis bersynapsis setinggi nuclei batang otak, di lokasi ini ia menyeberang hemisphere otak secara contralateral.

Apabila ada gangguan otak yang menyerang sistem afferent di atas peringkat ini, gejala timbul di bagian contralateral dari lesinya.

59

GANGGUAN SENSORIS (Lanjutan-2)

Gangguan saraf afferent, columnadorsalisspinal cord dan batang otak adalah akibatinput sensoris yang ada. Tanda timbul:

- kekurangan tacktil (rabaan), - sensasi kulit, - baal, - tingling, - paresthesia, dan - dysesthesia di tempat yang diinervasi saraf yang terkena.

60

GANGGUAN SENSORIS (Lanjutan-2)

• Apabila lesi menyerang area otak tengah yang memodulasi dan intepretasi input sensoris menghasilkan gejala exaggeration stimuli sensoris.

• Input sensori dari sendi dan otot disebut: - somatosensation atau proprioception. Apabila fungsi sensori hilang/terputus, pasien akan merasa sulit untuk mempertahankan tubuh dalam posisi benar untuk gerak volunter atau involunter yang diperlukan aktivitas fungsional, khususnya yang untuk mengontrol posture.

61

GANGGUAN SENSORIS (Lanjutan-3)

• Disrupsi input sensori saraf optic merupakan bukti gangguan otak dan akan menimbulkan kebutaan di seluruh atau sebagian medan pengelihatan.

Pengurangan medan pengelihatan banyak terjadi pada pasien stroke.

• Halusinasi visual bisa merupakan sebagian gangguan CNS, yang bisa juga akibat stroke atau penyakit degeneratif (MS)

62

GANGGUAN GERAK MOTORIS

• Kontrol motoris adalah hasil kooperasi dari berbagai struktur otak. (Shumway-Cook & Molllacott, 1995, kandel, 1985; Burt, 1993).

• Ada hirarkhi organisasi yang menggambarkan interaksi antara lower motor neuron dengan interneuron yang meregulasi activitas initiasi cortex cerebri.

63

• Di dalam struktur, rencana dan strategi gerak terjadi oleh adanya pusat yang lebih tinggi; pusat bawah (yakni batang otak dan corda spinalis) bertanggungjawab terhadap eksekusi upaya membuat modifikasi yang diperlukan untuk mengatasi pengaruh lingkungan.

Signal bisa datang dari berbagai area otak.

GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan-1)

64

GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan-1)

• Bagian parietal dan premotor area cortex cerebri: Terlibat untuk mengidentifikasi target di ruang, menentukan jalannya aktivitas dan membangun program motoris.

• Diencephalon (thalamus) mengintergrasi informasi hubungan langsung dari spinal cords, batang otak dan cerebellar dan mengirimnya ke cortex cerebri.

65

GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan-2)

• Batang otak mengandung nuclei yang menerimainformasi yang terkait dengan kontrol postur dan locomotion.

• Di dalam batang otak ada formasi recticular yang meregulasi bangun dan tidur.

• Corda spinalis atau spinal common pathway adalah prosesing akhir sebelum upaya gerak motor dijalankan oleh otot yang teraktivasi.

66

GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan 3)

• Lesi pada CNS yang akan menghasilkan gangguan gerak yang paling umum adalah akibat:

- penyakt vaskular, - tumor, - trauma atau - degenerasi myriad

yang memotong jalur yang bertanggungjawab bagi gerak motoris.

67

GANGGUAN GERAK MOTORIS (Lanjutan 4)

KETERLIBATAN SARAF CRANIAL

Saraf cranial dan tepi yang berhubungan dengan sensasi dan motoris mengontrol leher dan kepala.

Gangguan CNS mencetuskan gangguan sensori dan motoris.

Neuclei ada di dalam otak dan batang otak.

68

TEKNIK MENGUKUR AKTIVITAS & EVALUASI STRUKTUR OTAK• Ada beberapa metode untuk mengukur

aktivitas listrik dan mengamati malformasi, cedera atau neoplasm.

1. EEG (elektroencephalography)Elektrode di pasang di kulit kepala menghasilkan gambar langsung aktivitas

otak, tidak mampu secara akurat megidenti-fikasi daerah mana di otak yang mengeluarkansinyal listrik, khususnya sewaktu daerah yang ingin dievaluasi terletak di bagian dalam.

69

Teknik Mengukur Aktivitas & Evaluasi Struktur Otak (Lanjutan-1)

2. Positron-Emersion TomographyDengan bantuan suntikan zat radioaktif diikuti pemeriksaan X-ray berulang-ulang meme- takan secara anatomik pola aliran darah. Diperiksa keadaan saat istirahat dan saatmengadakan aktivitasKelemahan: sifat invasif inherens zat radioaktifdan neuron bereaksi lebih cepat dari perubahan aliran darahnya, maka sebagian aktivitas otak bisa tidak terdeteksi.

70

3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Gambar yang menangkap perubahan fisiologis otak sebelum dan selama seseorang melalukan tugas. MRI berprinsip bahwa setiap atom di tubuh akan bekerja sebagai suatu jarum kompas, dan berja-jar dalam suatu arah yang dapat diperkirakan apabila terpajan ke suatu medah magnit.Dengan komputer khusus dapat direkam panca-ran sinyal-sinyal yang khas masing-masing atom, disajikan sebagai citra dan informasi dengan detail anatomis yang lebih baik diban-dingkan dengan hasil foto X-ray.

71

3. MRI (Lanjutan)

Dengan melihat bagian otak yang memiliki kadar O2 tinggi dapat mengidentifikasi daerah yang aktif.

Jaringan dengan kadar tinggi hidrogen (Contoh: lemak) akan menghasilkan gambar lebih terang daripada jaringan yang kurang atau tanpa mengandung hidrogen (tulang)lebih hitam.

72

4. CT-Scan

Menghasilkan gambar potongan-potongan, dengan detail gambar bisa diperjelas dengan suntikan zat kontras.

Kelemahan: perlu foto ulang-ulang dan detail gambar tidak sejelas MRI.

73

CRANIAL NERVES (SARAF CRANIAL)

Ada 12 pasang yang keluar langsung dari otak.

• 2 di antaranya tidak connect dengan nuclei di batang otak, yakni saraf olfactus dan saraf opticus yang langsung dari cerebrum (masautama otak). Semua saraf cranial keluar dari cranium dan terbagi menjadi cabang-cabangnya.

74

CRANIAL NERVES (Lanjutan)

• Sebagian saraf cranial bertanggungjawab atas penghantaran informasi sensoris organ-organ:

- telinga, - hidung, - mata

ke otak, yang lain membawa perintah yang bergerak dari lidah, mata dan otot facial, atau menstimulasi kelenjar (kelenjar ludah),

75

CRANIAL NERVES (SARAF CRANIAL) (Lanjutan)

• Sebagian memiliki fungsi motoris dan sensoris

• Saraf ke X (nervus vagus) merupakan komponen sistem parasimpatis yang terpenting, mempertahankan ritme fungsi automatic organ dalam, ia bercabang menuju ke semua organ

- pencernaan, - jantung dan - paru.

(Lihat bagan Function Of Cranial Nerves)

76

AUTONOMIC NERVUS SYSTEM

• Sistem saraf otonomik adalah bagian sistem saraf yang mengontrol gerak involunter otonomik, aktivitas

- organ-organ, - pembuluh darah, - kelenjar dan - lain-lain jaringan tubuh.

77

Autonomik Nervous System (Lanjutan)

• Sistem terdiri dari network saraf yang terbagi menjadi 2:1. Sistem saraf simpatis

(Sympathetic nervus system)2. Sistem saraf parasimpatis

(Parasympathetic n. s.)

Secara umum sist. S. simpatis meningkatkan aktivitas tubuh: mempercepat detak jantung dan pernapasan seperti pada saat akan menghindari bahaya, lari atau berhantam.

78

AUTONOMIC NERVUS SYSTEM (Lanjutan-1)

Sedangkan parasimpatis adalah sebaliknya.

Kedua sistem bekerja harus seimbang.

Pada saat stress atau takut nampak aktivitas simpatis lebih nyata.

Pada saat tidur kontrol ada pada parasimpatis.

79

AUTONOMIC NERVUS SYSTEM (Lanjutan-2)

Pengaruh obat anticholinergic memblokir efek acetylcholine, ini bisa mengurangi spasm usus, sedangkan beta-blocker memblokir aksi epinephrine dan norepinephrine pada jantung menurunkan frekuensi denyut jantung dan menguatkan detaknya.

(Lihat bagan Function of The Autonomic Nervous System)

80

SESI 13b

GANGGUANSUSUNAN SARAF PERIFER

Disusun olehDr. Mayang Anggraini Naga

U-IEU (Revisi-2009)

81

DESKRIPSI

Pembahasan meliput gangguan sistem saraf perifer (tepi), saraf otonom,

simpatis dan parasimpatis, klasifikasi cedera

saraf tepi, teknik pengukuran aktivitas otak &

evaluasi struktur otak, klasifikasi neuropathy.

82

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Mampu memahami tentang berbagai gangguan saraf tepi, klasifikasi cedera saraf tepi, klasifkasi neuropati, teknikpengukuran aktivitas otak & evaluasi struktur otak.

83

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS& POKOK BAHASAN

Menjelaskan:- Sistem saraf tepi dan berbagai gangguannya- Sistem saraf otonom, simpatis dan parasimpatis- Klasifikasi cedera saraf tepi, neurometsis dan klasifkasi neuropati, - Teknik pengukuran aktivitas otak &

evaluasi struktur otak, - Carpal tunnel syndrome, Bell’s palsy, sciatic dan

thoracic outlet syndrome- Gangguan motor-neuron (Myasthenia gravis)- Infeksi yang menyerang saraf

84

SUSUNAN SARAF PERIFER

• Susunan saraf perifer (tepi) terdiri dari saraf-saraf yang berjalan antara otak atau korda spinalis dan bagian tubuh lainnya.

Terdapat: - 12 pasang saraf yang berjalan ke dan dari otak serta - 31 pasang dari korda spinalis.

• Sistem saraf perifer dapat dipisahkan menjadi devisi: - aferen dan - eferen.

85

SUSUNAN SARAF PERIFER (Lanjutan)

• Di semua saraf spinalis dan sebagian besar saraf kranialis, serat aferen dan eferen berjalan bersama-sama dalam arah yang berlawanan,

Sebagian saraf kranialis hanya mengangkut informasi aferen.

Neuron-neuron eferen menyampaikan rangsangan neural ke otot dan kelenjar.Neuron eferen masuk ke dalam sistem saraf otonom atau somatik.

86

SUSUNAN SARAF PERIFER (Lanjutan)

• Neuron aferen menyampaikan informasi ke susunan saraf pusat dari semua:

- organ sensorik, - reseptor tekanan dan volume, - reseptor suhu, - reseptor regang, dan - reseptor nyeri.

87

SISTEM SARAF OTONOM• Serat saraf otonom meninggalkan korda

spinalis dan mempersarafi otot jantung dan polos, kulit, organ dalam, serta kelenjar endokrin dan eksokrin.

• Serat saraf otonom dianggap involunter (tidak disadari) kerena hanya sedikit kontrolkesadaran terhadap fungsi mereka.

• Ada dua devisi sistem saraf otonom:- devisi simpatis dan - devisi parasimpatis.

88

SISTEM SARAF OTONOM (Lanjutan)

• Saraf-saraf simpatis dan parasimpatis mempersarafi banyak organ yang sama tetapi menimbulkan respons yang berlawanan (lihat gambar).

• Badan sel dari neuron tersebut terdapat di otak atau korda spinalis.

• Pada kedua devisi sistem otonom, dua serat saraf berpartisipasi pada jalur eferen.

89

SISTEM SARAF SIMPATIS

• Serat pertama saraf simpatis, yang disebut serat praganglion, meninggalkan regio torakalis atau lumbalis dari korda spinalis.

• Keluar dari vertebra (tulang belakang) serat praganglion bersatu dengan serat praganglionlain membentuk ganglion otonom.

90

SISTEM SARAF SIMPATIS (Lanjutan)

• Di titik temu ini serat praganglion bersinapsis dengan serat saraf kedua dari sistem ini serat pasca-ganglion, dan mengeluarkan asetilkolin, sehingga saraf kedua tersebut melepaskan potensial aksi,

• Dari ganglion otonom, serat pascaganglion berjalan ke organ sasarannya:

- otot atau - kelenjar.

91

SISTEM SARAF SIMPATIS (Lanjutan)

• Serat pascaganglion simpatis biasanya mengeluarkan neurotransmitter nor-epinefrin.

• Reseptor organ sasaran untuk nor-epinefrin disebut reseptor adrenergik.

92

SISTEM SARAF PARASIMPATIS

• Serat sistem parasimpatis keluar otak dalam saraf kranialis atau dari korda spinalis daerah sakralis.

• Serat praganglion sistem saraf (SSPS) biasanya berukuran panjang dan berjalan kesuatu ganglion otonom dekat organ sasaran.

• Praganglion saraf parasimpatis mengeluarkan asetilkolin.

93

SISTEM SARAF PARASIMPATIS (Lanjutan)

• Serat pascasinaps parasimpatis kemudian berjalan singkat ke jaringan sasaran, suatu otot atau kelenjar. (Fungsi saraf simpatis dan parasimpatis: lihat gambar).

Reseptor:Reseptor asetilkolin praganglion untuk serat simpatis dan parasimpatis = reseptor nikotinik (dapat dirangsang oleh nikotin)Reseptor asetilkolin pascaganglion = reseptor

muskarinik (bisa dirangsang oleh racunjamur muskarin).

94

SISTEM SARAF SOMATIK

• Saraf somatik pada sistem saraf perifer terdiri dari neuron-neuron motorik eferen yang keluar dari otak atau korda spinalis dan bersinapsis secara langsung di sel otot rangka.

• Neuron motorik adalah saraf besar bermielin yang mengeluarkan asetilkolin di taut neuromuskulus.

• Asetilkolin berikatan dengan reseptor di daerah tertentu pada sel otot yang disebut end-plate.

95

SISTEM SARAF SOMATK (Lanjutan)

• Peningkatan asetilkolin menyebabkan sel otot mencapai ambang, dan menghasilkan potensial aksi serta menyebabkan terbukanya saluran (pintu) kalsium di membrane sel.

• Hal ini menyebabkan peningkatan kalsium (zat kapur) intrasel dan kontraksi serat otot rangka.

• Tidak terdapat neuron motorik inhibitorik.

96

TEKNIK PENGUKURAN AKTIVITAS & EVALUASI STRUKTUR OTAK

Metode pengukuran untuk mengevaluasi:- aktivitas listrik otak- mengamati malformasi, cedera - mengamati tumor,

ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)Mengukur aktivitas listrik otak melalui elektrode-elektrode yang diletakkan di kulit kepala.

97

ELEKTROENSEFLOGRAFI Lanjutan)

• Teknik EEG ini menghasilkan gambar langsung aktivitas otak dengan cepat.

• Teknik ini dibatasi oleh ketidakmampuan secara akurat mengidentifikasi daerah mana di otak yang mengeluarkan sinyal listrik, terutama sewaktu daerah-daerah yang ingin dievaluasi terletak di bagian dalam otak.

98

PET (POSITRON-EMISSION TOMOGRAPGY)

Pemeriksaan berulang tengkorak kepala dengan sinar-X disertai penyuntikan suatu bahan berlabel radioaktif.

• Jalannya distribusi bahan radioaktif dalam aliran darah bisa diikuti dengan cermat untukmemetakan anatomis otak dan pola aliran darahnya.

99

PET (Lanjutan-1)

• Pengamatan aliran darah sewaktu pasien melakukan suatu tugas kerja, sehingga kita mampu mengidentifikasi daerah yang paling berperan dalam jenis tugas terkait.

• Pola aliran direkam:- saat pasien beristirahat dan - saat pasien melaksanakan tugas kerja

tertentu.

100

PET (Lanjutan-2)

• Keterbatasan PET:

- Sifat invasif inheren dari penyuntikan radio-nukleotide, walau pancaran radiasinya rendah dan cepat luruh.

- Neuron bereakasi lebih cepat daripada perubahan aliran darah, sebagian aktivitas otak akan tidak terdeteksi.

101

MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING)

• Tehnik pemeriksaan ini memungkinkan menangkap perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi di otak sebelum dan selama

seseorang melakukan suatu tugas.

102

PRINSIP MRI

• Setiap atom di tubuh akan bekerja sebagaisuatu jarum kompas kecil sejajar dalam suatu arah, yang dapat diperkirakan apabila terpajan ke sutau medan magnetik terjadi pemancaran sinyal yang khas untuk masing-masing atom melalui penggunaan program komputer spesifik bisa dibentuk citra (gambar) dari informasi ini dilakukan reproduksi detil anatomik citra (gambar organ) yang lebih baik daripada dengan sinar X.

103

MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) (Lanjutan)

• Teknik ini mampu mengikuti secara nonivasif konsentrasi oksigen di otak selagi seseorang melakukan suatu tugas kerja.

• Bagian otak yang memiliki kadar O2 yang tinggi menandakan daerah-daerah yang aktif.

• Keterbatasan: dibutuhkan waktu untuk mengukur O2 terhadap pelepasan muatan atom.

104

COMPUTED TOMOGRAPHY

• Teknik ini menggunakan analisis komputer terhadap gambar radiologis multiple.

• Pada C-T scan, berkas sinar X berotasi (berputar) mengelilingi pasien untuk memberi gambar potong melintang (per bidang-bidang).

• Gambar kemudian dibentuk ulang oleh komputer untuk memberikan gambar struktur otak tiga demensi yang realistik.

105

COMPUTED TOMOGRAPHY (Lanjutan)

• Dapat dibantu dengan penyuntikan media kontras sebelum pemeriksaan sinar-X untuk meningkatkan detail halus struktur.

• Keterbatasan: perlu pemeriksaan sinar X ulang, dan gambar kurang detail dibanding dengan MRI.

106

GANGGUAN SARAF TEPI(PERIPHERAL NERVOUS DISORDERS)

• Saraf motoris atau sensoris berespons sangat terbatas terhadap cedera apapun bentuknya kemungkinan terjadi demyelinasi atau distal degenerasi sari sarafnya.

• Pada segmental demyelinasi axonnya tidak rusak walau myelin robek. Ini terjadi bila saraf mengalami kompresi eksternal kuat atau akibat suatu penyakit.

107

GANGGUAN SARAF TEPI(PERIPHERAL NERVOUS DISORDERS) (Lanjutan)

• Pada Wallerian degenerasi ada anterograde distal degenerasi pada axonnya, ini terjadi

pada setiap gangguan periferal yang langsung menyerang axon, termasuk ini cedera gencatan, tarikan, atau lacerasi juga bisa akibat penyakit.

• Penyakit-penyakit yang menyerang axon atausel body mengakibatkan degenerasi axon yang menyerang pertama serabut panjang progresif ke arah atas sesuai perkembangan sakitnya tungkai bawah akan terserang lebih dahulu baru lengan atas.

108

KLASIFIKASI CEDERA SARAF TEPI

Berdasarkan perubahan struktural dan fungsional, cedera saraf tepi diklasifikasi menjadi 5 (lima)

1. Neuropraxia2. Axonotmesis3. Neurotmesis4. Wallerian degenerasi di axon distal.5. Demyelinasi segmental Schwann cells(Sunderland (1978): peringkat, menunjukkan ada tidaknya axon dan jaringan ikatnya).

109

Seddon (1943): 1. Neuropraxia: (Demyelinisasi segmental

yang memblokir konduksi aksi potensial pada titik yang demyelinasi ke saraf yang bermyelin)

Umum pada gangguan kompresi saraf (akibat adanya iskemia ringan pada serabutnya).

Yang akibat suatu penyakit = myelopathy. Konduksi aksi potensial bagian atas dan bawah titik kompresi normal, dan axon adalah intact maka otot tidak atropi.

110

KLASIFIKASI CEDERA SARAF TEPI (Lanjutan-1)

2. Axonotmesis:Ini timbul bila axon rusak namun jaringan ikat pembungkus yang memproteksi saraf tetap intact.

Kompresi lama yang menghasilkan area infarction dan necrosis menimbulkan neurotmesis.

Bila timbul akibat penyakit = axonopathy.

111

KLASIFIKASI CEDERA SARAF TEPI (Lanjutan-2)

3. Neurotmesis:Ini terjadi akibat kerusakan komplit

serabut dan endoneuronnya, juga menghasilkan kehilangan axon, berikut jaringan ikat perlindungannya yang juga rusak di site cedera.Umum timbul akibat luka tembak, atau tusuk atau cedera avulsion yang merusak sarafnya.

112

Klasifikasi Cedera Saraf Tepi… (Lanjutan-3)

4. Apabila kontinuitas axonal terputus (pada axonotmesis atau neurotemesis),terjadi Wallerian degenerasi di axon distal.

Oleh karenanya otot yang diinnervasi olehnya akan cepat atropi.

113

Klasifikasi Cedera Saraf Tepi… (Lanjutan-4)

5. Pada demyelinasi segmental Schwann cells dengan cara mitotik membelah dan menutup bagian segment saraf yang telanjang. Sel akan segera membentuk myelin.Sepanjang cell body masih hidup, maka potensial regenerasi post Wallerian degenerasi masih mungkin, akan terbentuk axon baru dari ujung proximal dari yang rusak.Fungsional sukses apabila =ujung proximal dan distal bertemu. Ini bisa terjadi pada axonotmesis karena jaringan penutup intact.

114

Klasifikasi Cedera Saraf Tepi… (Lanjutan-3)

Pada neurotmesis, tanpa pertolongan operasi penyembuhan sulit karena ujung sensoneurium tidak kunjung tepat waktu.

Tanpa operasi tunas axonal seringnya masuk ke dalam jaringan lunak dan menghasilkan neuroma, atau pertumbuhan axon ke arah bawah tuba endoneural yang salah.Begitu axon mencapai kontak distal dengan otot atau receptor sensorisnya terjadilah remyelinisasi.

115

KLASIFIKASI NEUROPATHY

Bergantung pada laju timbulnya, tipe atau ukuran saraf yang terkena, pola distribusi atau patologinya, dibagi:- Mononeuropathy- Polyneuropathy- Radiculoneuropathy- Polyradiculitis- Bila otot terlibat disebut: myopathy; pada ini terjadi kelemahan proximal, wasting,

(sel lebih lemah) hipotoni, tanpa gangguan-gangguan saraf sensoris

116

GANGGUAN SARAF TEPI

Gejala:Adanya defisit distal daerah yang terinervasi saraf panjang timbul bentuk gangguan neuropathy dengan gejala:

- tingling, - prickling, - burning, - bandlike dysesthesis dan - paresthesis pada kaki.

117

GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan-1)

– Apabila > dari satu saraf yang terkena kehilangan sensorisnya mengikuti pola distribusi “Glove and Stocking” yang mencerminkan “dying back” dari saraf terpanjang dari distal ke proximal.

• Kelemahan distal dan tonus abnormal (Hypotonisitas atau flacciditas): Apabila berjalan dengan bertumpu pada “heel” (tumit) terjadi kelemahan dorsifleksi yang jelas. Deep Tendons Reflexes (DTRs) mengurang sampai hilang.

118

GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan-2)

• Bila disertai axonal degenerasi maka timbulatropi dengan cepat dapat dilihat adanya perubahan electro-physiologisnya.

Adanya paralisis menimbulkan sekunderkomplikasi berbentuk:

Kontraktur dan Edema.

119

GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan-3)

• Di samping kelemahan dan hypotonia, gangguan otot bisa diiringi dengan rasa sakit/nyeri otot dan kramp.

Keterlibatkan motoris dalam myopathy umumnya bertentangan dengan neuropathynya.

Pada myopathy, kelemahan adalah proximal, sedangkan pada neuropathy adalah distal.

120

Gangguan Saraf Tepi (Lanjutan-4)

• Karena serabut saraf autonomic nervous system (ANS) terletak juga di dalam serabut saraf perifer, maka mereka juga bisa terkena trauma dan penyakit.

Serabut praganglionic terbungkus myelin dan dapat terkena demyelinisasi segmental.

Pada axonal degenerasi ada perubahan dalam pengontrolan vaskuler dan pengeluaran keringat.

121

Gangguan Saraf Tepi (Lanjutan-3)

Contoh: Apabila seorang bisa bertahan terhadaplaserasi saraf median di regio tangan,yang tidak memiliki inervasi autonomic, maka kulitnya halus dan tidak berkeringat atau keriput.

122

NEUROTMESIS

Timbul mengikuti kehilangan hubungan total axon dan jaringan ikat yang berat.

Causa: Timbul akibat luka tembak, luka tusuk, atau cedera avulsion.

123

NEUROMETSIS (Lanjutan)

Pada axon terlaserasi timbul Wallerian degenerasi di distal dan bagian proximal

sel body, ini juga terpengaruh oleh traumanya membengkak dan chromatolysis.Ribosome membuat protein tersebar di cytoplasma.Ini menyebabkan perubahan metabolisme sel dan merubah kebutuhan hari-hari ke model penyembuhan.

124

NEUROTMESIS (Lanjutan-2)

• Timbul gejala paralisis flaccid (lumpuh layuh) pada otot distal dari lesinya.

• Terapi: Bisa dilakukan elekrofisiologik seminggu setelah serangan menunjukkan adanya fibrilasi potensial dan gelombang positif

tajam yang menunjukkan adanya denervasi serabut otot.

• EMG bisa digunakan untuk determinasi apakah ada lesi komplit atau partial.

125

NEUROPATHY

Penyakit, inflamasi atau kerusakan saraf tepi penghubung CNS (otak- korda spinalis) dengan organ indera, otot, kelenjar dan organ dalam.

Gejala: - baal, - kesemutan, - tingling, - sakit atau - kelemahan otot

bergantung kepada saraf yang terkena gangguan.

126

NEUROPATHY (Lanjutan-1)

Tipe: Neuropathy terjadi akibat kerusakan atau iritasi axon (serabut saraf) atau meylin.

Causa neuropathy tertentu tidak dapat dideteksi. Yang paling sering adalah: - DM; - Gangguan metabolisme: uremia, - Deficiency nutrisi (defisiensi Vit. B); - Alcoholic - Keracunan logam berat (lead), obat-2 - Infeksi viral (Guillain-Barre syndrome); - Leprosy

127

NEUROPATHY (Lanjutan-2)

- Gangguan autoimune:- rheumatoid - arthritis,

- SLE, - perarteritis nodosa

- Sekunder akibat malignansi: - Kanker paru, - lymphoma, - leukemia.

- Inhereted: Peroneal muscular atrophy.

128

NEUROPATHY (Lanjutan-3)

Gangguan axon bisa berupa menipisnya, hilangnya myelin sama sekali atau terkoyak-koyak yang berakibatmemperlambat atau memblokir aliran signal listriknya.

Berbagai tipe neuropathy dideskripsikan sesuai dengan site atau penebaran kerusakannya.

129

NEUROPATHY (Lanjutan-4)

Contoh: - Distal Neurpathy (N) = kerusakan pada

ujung jauh dari otak/korda spinalis.

- Symetrical N = menyerang kanan dan kiri.

- Diabetic neuropathy = gangguan akibat komplikasi DM.

- Alcoholic neuropathy.

130

Neuropathy (Lanjutan-5)

• NEURITIS:Istilah yang sering digunakan manggantikanneuropathy.

Polyneuritis = kerusakan pada beberapa saraf.

Mononeuropathy (mononeuritis) = kerusakan pada satu saraf.

Neuralgia = rasa akibat rangsangan inflamasi saraf terkait.

131

Neuropathy (Lanjutan-6)

Causa: DM Hipovitaminose (Vit B, alkoholisme,

gangguan metabolisme) Uremia,

Infeksi leprosy, Keracunan lead,

Keracunan obat-obatan. Radang saraf pada Guillan-Barre

Syndrome.

132

Neuropathy (Lanjutan-7)

Neuropathy akibat gangguan autoimune (rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosis (SLE) atau juga pada periarteritis nodosa (akibat gangguan aliran darah setempat)

Neuropathy sekunder bisa pada neoplasm ganas (paru, lymphoma, leukemia).

Juga bisa herediter: peroneal muscular atrophy.

Terapi: causalis.

133

HEREDITER NEUROPATHY

• Jarang terdeterminasi.• Charcot-Marie-Tooth Disease (CMT) atau

peroneal muscular atrophy, yang melibatkan gangguan saraf motoris dan sensoris yang diturunkan. Ditemukan oleh 3 ahli: Jean Martin Charcot, Pierre Marie, dan Howard Henry Tooth (1880-an) Gangguan dimulai dengan saraf peroneal dan menyerang otot kaki dan tungkai bawah. Kemudian menjalar progresif ke otot tangan dan lengan bawah.

• Neuropathy CMT umum terjadi pada 1/2500 di USA. Timbul di masa kanak-2.

134

HEREDITER NEUROPATHY (Lanjutan)

• Etiologi: gangguan herediter autosomal dominant, ada yang bentuk autosomal recessive dan X-linked.

• CMT 1 = ada duplikasi DNA kromosom ke 17 segmental degenerasi saraf peroneal.

• CMT 2 = abnormal kromosom pada kromosom ke 1 dengan axonal degenerasi kurang melibatkan otot kecil di tangan.

135

METABOLIC NEUTOPATHY

• DIABETIC NEUROPATHYIni merupakan komplikasi umum pada diabetes mellitus, sebagai gangguan progresif kerusakan serabut saraf dan atropi, perubahan fungsi neuron, kehilangan sensasi dan fungsi motoris yang semakin parah.Yang terkena biasanya adalah bagian distal, simetris dan disebut diabetic polyneuropathy. Walau timbul hanya unilateral, gangguan sarafnya mudah nampak. DM dapat melibatkan berbagai saraf maka neuropathynya jarang tunggal ( polyneuropathy)

136

DIABETIC NEUROPATHY (Lanjutan)

Gangguan mudah dideteksi melalui test EMG (electromyograpgy) elektrodiagnosis.

Neuropathy DM terjadi pada 50% kasus DM > 25 tahun, 7% pada DM 1 (satu) tahun.Bisa timbul pada IDDM (tipe I) & NIDDM (tipe II).

• Neuropathy timbul akibat gangguan metabolisme kronik yang menyerang sel saraf dan sel Schwann. Terjadi juga gangguan metabolisme sorbitol akibat produksi yang berlebih karena hiperglikemia (gula darah tinggi)

• Faktor risiko: hyperglycemia.

137

LEAD NEUROPATHY

• Gangguan timbul akibat keracunan lead yangmenyerang myelin dan axon saraf.Umumnya timbul akibat makanan (bisa akibat cat yang tertelan), uap batere, minum air terkontaminasi atau moonshine whiskey. Juga bisa timbul pada pekerja tambang.Umumnya primer menyerang neuron yang menginervasi otot di tungkai atas. Setelah terekpos lama pasien dengan perifer neuropathy akan menderita wrist-drop.

138

LEAD NEUROPATHY (Lanjutan-1)

• Diagnosis: Berdasarkan riwayat sakit/hidup/pekerjaan, dan pemeriksaan klinis, berikut EMG bisa mendeteksi fibrilasi potensial.

Test diikuti test-test: Untuk cek kadar lead dalam tubuh (urine) dan radiographs (foto) untuk deteksi adanyagaris di metaphysis di tulang iliac, tulang panjang dan ujung scapula.

139

LEAD NEUROPATHY (Lanjutan-2)

• Terapi: hilangkan racun, agent chelasi edelate calcium disodium (EDTA) 2x sehari.

• Untuk wrist dropsnya diberi cock-up splints.

• Waktu penyembuhan bergantung waktu pajanannya.

140

NEURALGIA

Rasa sakit akibat iritasi inflamasi atau kerusakan saraf.

Sakit umumnya timbul dalam waktu singkat, kadang bisa severe, terasa seperti tertembak di saraf yang terkena.

Neuralgia pada migraine bisa menyerang sampai satu jam menyebar ke sekitar mata.

141

NEURALGIA (Lanjutan)

Neuralgia post-herpetic menimbulkan rasa sakit mirip tersengat panas dan bisa bertahan sampai berbulan-bulan tahun.

Glossopharyngeal neuralgia: rasa sakit sampai belakang lidah tenggorokan dan telinga.

Trigeminal neuralgia: sakit paroximal menyerang bagian samping muka.

142

GANGGUAN LAIN-LAIN:

Neuroblastoma (>> ekstra cranial); neuroma (jinak) akibat cedera saraf.- Umumnya tumbuh di kelenjar adrenal atau sistem saraf simpatetik sepanjang dinding belakang abdomen.- Yang kurang umum pada saraf simpatetik dada atau leher.- >> pada kanak-kanak (8.3/1000)

143

GANGGUAN LAIN-LAIN (Lanjutan-1):

Neurofibromatosis (inhereted = von Recklinghausen’s

disease) - Timbul di kulit, apabila timbul pada saraf sentral

epilepsi,

gangguan pendengaran dan pengelihatan.

144

CARPAL TUNNEL SYNDROME

• Gejala:Baal, kesemutan dan rasa sakit di daerah ibu jari (tangan), telunjuk dan jari tengah yang akan semakin sakit pada malam hari.

Gangguan bisa menyerang satu atau kedua tangan, yang sering diikuti rasa lemah di daerah ibu jari.

145

CARPAL TUNNEL SYNDROME (Lanjutan-1)

• Causa:Tekanan pada saraf median yang lewat masuk “carpal tunnel” di bawah ligament di daerah bagian depan pergelangan tangan.Saraf median mengangkut pesan sensoris dari ibu jari sebagian, dan jari lain berikut stimuli motoris ke otot tangan kerusakannya akan menimbulkan rasa kesemutan, kaku dan lemah.

146

CARPAL TUNNEL SYNDROME (Lanjutan-2)

Timbul pada usia pertengahan (>wanita). Banyak pada:- kehamilan, atau - pengguna KB-pil, - yang menderita gangguan mens, atau - rheumatoid arthritis, - myxedema, - acromegali (kedua sek).

• Terapi: - istirahat, - kortikosteroid, atau - operasi untuk mengurangi tekanan.

147

SCIATICA

• Rasa sakit yang menyebar sepanjang saraf sciatic. Sebagian sakit di daerah bokong ke bawah sampai ke tungkai bawah ke kaki, kadang hanya sebagian daerah saja yang sakit (>> bokong dan paha atas)

• Causa:Terbanyak adalah hernia diskus intervertebralis yang menekan akar saraf spinal.

148

SCIATICA (Lanjutan)

Yang kurang umum adalah: tekanan di atas sarafnya: adanya tumor, abses, gumpalan darah atau posisi duduk yang kurang baik.

Bisa juga akibat DM, alkohol neuropathy dsb.

• Terapi: - Causalis, analgetica - Istirahat di tempat tidur.

Gangguan adalah kumat-kumatan.

149

BELL’S PALSY

• Nama lain bagi FACIAL PALSY (dari nama Ahli bedah Scottish: Sir Charles Bell).Merupakan paralisis otot facialis, yang umumnya one-sided (unilateral, temporer, akibat inflamasi saraf facialis.Timbulnya sering mendadak.

• Causa: tidak diketahui pasti, sering ada hubungan dengan infeksi herpes zoster (shingles).

150

BELL’S PALSY (Lanjutan-1)

• Gejala: kelopak mata dan mulut lumpuh (nampak menurun) disertai rasa

sakit pada daerah telinga (sesisi), sulit mengerutkan daerah alis mata atau

menutup mata, dan bersenyum.

Bergantung pada serabut yang terkena bisa menimbulkan gangguan bicara dan suara.

151

BELL’S PALSY (Lanjutan-2)

• Terapi: Kortikosteroid ACTH untuk mengurangi inflamasinya.

Tutup (ditutup) mata pada saat tidur.

Analgetica bila perlu. Exercise otot muka. Elekrostimulasi kurang berhasil. Sering sembuh dengan sendiri.

152

THORACIC OUTLET SYNDROME

• Suatu keadaan terjadinya tekanan pada plexusbrachialis (akar saraf yang masuk ke lengan dari leher) menimbulkan rasa sakit pada

- lengan dan - bahu,

rasa ditusuk jarum di jari-jari dan lemah untuk memegang sesuatu serta gangguan gerak tangan.

153

THORACIC OUTLET SYNDROME (Lanjutan-1)

• Tekanan umumnya akibat dropping shoulders,ini akan diperburuk saat mengangkat atau memanggul barang berat atau penambahan berat badan.

• Sebagian gangguan adalah akibat iga servical (extra-rib di atas iga C1) yang terhubung dengan C1 dengan serabut fibrous atau jarringan ikat yang cenderung menekan plexus brachialis.

154

THORACIC OUTLET SYNDROME (Lanjutan-2)

• Terapi:- Exercise untuk memperbaiki posture

tubuh,- NADS dan - Muscle-relaxant.

Yang berat bisa dioperasi untuk melepaskan dari iga.Wanita dengan payu dara besar harus menggunakan BH penyangga yang baik

155

INFECTIONS

• Acute inflammatory DemyelinatingPOLYRADICULONEUROPATHY (Guillain Barre Syndrome)Nama yang digunakan sekarang adalah sebutan suatu proses patologi yang timbul sebagai acute inflammatory demyelinating polyneuyropathy (AIDP)Timbul kira-2 dalam 4 minggu atau kurang, dari onset (munculnya) sampai puncak gangguannya.10% bisa kumat kembali sehingga kadang sulit membedakan yang akut dari yang kronik (CIDP).

156

INFECTIONS (Lanjutan)

• Gejala: ada ascending symmetrical motor weakness & distal sensory impairment dengan gejala pertama adalah paresthesia pada jari kaki dikuti dalam beberapa jam/hari kelemahan tungkai bagian distal yang bisa menjalar ke otot lengan, tubuh dan muka.

• 50% gejala menghilang dalam 2 minggu dan 90% kasus progresi berhenti setelah 4 minggu. Setelah progresi berhenti ada fase statis selama 2-4 minggu diikuti penyembuhan dari proximal ke distal, penyembuhan bisa berbulan sampai bertahun-tahun.

157

BOTULISM• Jarang namun fatal (Mortality-rate 20%) akibat makan

neurotoxin poten hasil clostridium botulism yang timbul dalam makanan kaleng yang pemrosesannya kurang baik atau akibat luka terkontaminasi.

• Ada 4 kategori botulism (The Centers of Disease Control and Prevention) (CDC):1. Foodborn 2. Wound (luka)3. Infant (bayi) 4. Unclassified.(Visello, 1993)

Di USA ada kira-kira 10 kasus dewasa dan 100 kasus bayi.

• Masa inkubasi: kira-kira 12-36 jam, tanpa gangguan lambung

158

BOTULISM (Lanjutan)

• Gejala: malaise (lemah), pengelihatan terganggu dan dobel (diplopia) mulut kering dan nausea, muntah. Juga sulit menelan (dysphagia), dysarthria, dan photophobi (silau). Tanpa gangguan sensoris. Kelemahan otot muka, leher dan diafragma dan otot pernapasan dan tungkai.

• Gagal napas bisa timbul mulai dalam 6 jam

• Terapi: antitoxin

• Komplikasi: aspirasi pneumonia.

159

GANGGUAN MOTOR-NEURON (MYASTHENIA GRAVIS)

• Suatu Motor-end-plate disorder.Adalah bentuk terumum gangguan transmisi

neuromuskuler.

• Gejala khas: kelemahan yang hilang-timbul danfatigability dari otot skeletal.

• Kira-kira ada > 100.000MG dan 25.000 underdiagnosed Menyerang berbagai usia, pada wanita usia 20-30-an dan laki-laki 50-60-an. Wanita: pria adalah 3:2.

160

GANGGUAN MOTOR-NEURON (MYASTHENIA GRAVIS) (Lanjutan-1)

• Merupakan gangguan autoimune yang aksinya ada di site motorneuron junction dan motor-endplate.

• Faktor risiko: bisa akibat gangguan:- kelenjar thymus, thymic tumor- hiperethyroidism, atau - thyrotoxicosis.

Ada hubungan dengan DM dan gangguan imunitas tubuh.

161

GANGGUAN MOTOR-NEURON (MYASTHENIA GRAVIS) (Lanjutan-2)

• Eksaserbasi timbul sebelum waktu mens atau post partum.

• Penyakit infeksi apa saja dapat memperburuk keadaan MG.