Ppt Case Mata

Post on 14-Dec-2015

284 views 2 download

description

presentasi kasus ablasio retina keoantieraan klinik ilmu penyakit mata

Transcript of Ppt Case Mata

+

ABLASIO RETINA

Pembimbing:dr. Agah Gadjali, Sp. Mdr. Gartati Ismail, Sp. Mdr. Henry A. Wibowo, Sp. Mdr. Hermansyah, Sp. Mdr. Mustafa K. Shahab, Sp. M

Presentan:Kevin Hendrianto07120100092

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas Pelita HarapanRS Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto

Periode 30 Maret – 2 Mei 2015

Identitas

• Nama : Tn. G

• Usia : 44 tahun

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Tanggal Lahir : 18 Februari 1971

• Bangsa/Suku : Indonesia/Jawa

• Status perkawinan : Menikah

• Agama : Islam

• Pendidikan : SLTA

• Pekerjaan : Security

• Alamat : Jl. Jimbo no 93 RT 01/03 Bambu Apus, Jakarta Timur

• Tanggal pemeriksaan : 16 April 2015

Anamnesis

• Autoanamnesis pada tanggal 16 April 2015.• Keluhan utama :

– Penglihatan mata kanan buram mendadak sejak 2 hari yang lalu.

• Keluhan tambahan : -

Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien datang ke Poliklinik Mata Rs Polri dengan keluhan penglihatan mata kanan buram mendadak sejak 2 hari yang lalu.

• Awalnya terjadi ketika pasien sedang menggosok mata kirinya lalu terasa mata kanannya buram. Pasien hanya dapat melihat cahaya dan bayangan orang saja.

Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien merasakan adanya kilatan cahaya seperti kunang-kunang pada mata kanannya dan penglihatannya terasa seperti tertutup tirai hitam.

• Penglihatan dirasakan semakin memburuk sejak 1 hari sebelum berobat. Sebelumnya tidak ada aktivitas berat atau adanya trauma yang terjadi pada pasien.

Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien menyangkal adanya kemerahan, berair, gatal, maupun rasa nyeri atau perih pada mata. Pasien belum berobat ataupun menggunakan obat tetes mata untuk mengurangi rasa buramnya.

Riwayat Penyakit Sekarang

• Sebelumnya penglihatan pasien cukup baik dengan menggunakan kacamata silinder (ukuran tidak diketahui) selama 2 minggu. Namun tidak dipakai lagi selama 1 minggu terakhir karena dirasa penglihatannya kembali seperti tanpa kacamata.

Riwayat Penyakit Dahulu

• Pasien menyangkal adanya riwayat trauma dan penggunaan lensa kontak pada mata.

• Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus selama hamper 2 tahun dengan rutin mengonsumsi Metformin 3x500mg setiap hari, dengan kadar gula darah terakhir 224 mg/dL (15/4/2015).

• Riwayat hipertensi dan alergi obat maupun makanan disangkal.

Riwayat kebiasaan

• Pasien menyangkal adanya aktivitas berat sehari-hari.

• Pasien memiliki riwayat merokok sebanyak 1 bungkus per hari selama 20 tahun hingga sekarang.

• Pengonsumsian alkohol dan obat-obatan terlarang disangkal.

Pemeriksaan Fisik

• Status Generalis– Keadaan umum : baik– Kesadaran : compos mentis– Tanda-tanda vital :

• Tekanan darah : 130/90 mmHg.• Nadi : 84 x/menit• Suhu : Afebris• Frekuensi nafas : 18 x/menit

Pemeriksaan Fisik

• Status Oftalmologikus

OD OS

Visus 1/300 5/5 F

TIO 9/7.5 13.1 mmHg Tidak dievaluasi

Posisi Hirschberg ortoforia

Gerakan bola mata

Palpebra superior Edema (-), hiperemis (-), hematom (-), luka (-), pus (-), benjolan (-), nyeri tekan (-), panas (-)

Edema (-), hiperemis (-), hematom (-), luka (-), pus (-), benjolan (-), nyeri tekan (-), panas (-)

Palpebra inferior Edema (+), hiperemis (+), benjolan (-), tidak terfiksir, nyeri tekan (-)

Edema (-), hiperemis (-), hematom (-), luka (-), pus (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)

Konjungtiva

tarsalis superior

Hiperemis (-), papil

(-), edema (-)

Hiperemis (-), papil (-),

edema (-)

Konjungtiva

tarsalis inferior

Hiperemis (-), papil

(-), edema (-)

Hiperemis (-), papil (-),

edema (-)

Konjungtiva bulbi jernih jernih

Kornea Jernih, ulkus (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Jernih, ulkus (-), infiltrat (-),

sikatriks (-)

Bilik mata depan sedang

sedang

Iris Coklat, radier, batas tegas, sinekia anterior (-), sinekia posterior (-)

Coklat, radier, batas tegas, sinekia anterior (-), sinekia posterior (-)

Pupil Bulat, isokor, jernih,

berada di sentral,

refleks cahaya +/+,

diameter 3mm

Bulat, isokor, jernih,

berada di sentral,

refleks cahaya +/+,

diameter 3mm

Lensa Jernih, shadow test (-) Jernih, shadow test (-)

Fundus Reflex fundus (+), papil

bulat, merah muda

C/D:0,4, A/V: 2/3, reflex

macula (+), kekeruhan

badan kaca grade I/II,

tear (+), floaters (+),

retinal detached pada

bagian nasal.

Reflex fundus (+), papil

bulat, merah muda C/D:

0,3, A/V: 2/3, reflex

macula (+), floater (-)

Pemeriksaan Fisik

Resume

• Pasien laki-laki berusia 44 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan visus turun mendadak sejak 2 hari pada OD. Keluhan fotopsia (+), floaters (+), gangguan pada penglihatan hanya dapat melihat cahaya. Riwayat trauma (-).

• Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Sedangkan pada status oftalmologi didapatkan:

Resume

• Visus OD : 1/300

– Proyeksi sinar

• Visus OS : 5/5 F

• Funduskopi:

– OD: refleks fundus (+), papil bulat, berbatas tegas, warna merah muda, C/D: 0,4, A/V: 2/3, refleks makula (+), kekeruhan badan kaca grade I/II, tear (+), floaters (+), retinal detached pada bagian nasal.

– OD: refleks fundus (+), papil bulat, berbatas tegas, warna merah muda, C/D: 0,4, A/V: 2/3, refleks makula (+), kekeruhan badan kaca grade I/II, tear (+), floaters (+), retinal detached pada bagian nasal.

– OS: refleks fundus (+), papil bulat, berbatas tegas, warna merah muda, C/D: 0,3, A/V: 2/3, refleks makula (+), floater (-)

Diagnosis

• Diagnosis kerja– Ablasio Retina Regmatogenosa OD

Penatalaksanaan

• Cendo tropin 2x1 tetes OD

• Pro operasi scleral buckling

Prognosis

• OD– Ad vitam : Ad bonam

– Ad functionam : Dubia ad malam

– Ad sanationam : Dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI RETINARetina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan dan terdiri dari beberapa lapis yang melapisi bagian dala dua pertiga belakang bola mata.

• Suplai darah dari : – Koriokapillaris sepertiga luar retina

(plexiform luar, lapisan inti luar, fotoreseptor, dan epitel pigmen retina)

– Arteri sentralis retina duapertiga bagian dalam retina. 

– fovea seluruhnya diperdarahi oleh koriokapillaris.

LAPISAN-LAPISAN RETINA

FISIOLOGI

Sel batang dan kerucut mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna. Sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik).Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar yang avaskuler pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mencetuskan proses penglihatan.

DEFINISI

• Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik, yakni lapisan fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dari lapisan epitel pigmen retina di bawahnya.

• Pada keadaan ini sel epitel

pigmen masih melekat erat

dengan membran Bruch.• Tidak ada perlekatan struktu-

ral antara lapisan fotoreseptor

dan pigmen epitel, sehingga

hal ini menjadi titik kelemahan.

ETIOLOGI

• Terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat memasuki ruangan subretina.

• Retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina.

• Akumulasi cairan dalam ruangan subretina akibat proses eksudasi.

EPIDEMIOLOGI

• 1 kasus dalam 10.000 populasi.

• usia 40-70 tahun.

• Miopi tinggi, Afakia/pseudofakia dan trauma.

• laki-laki > perempuan

PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI

– Berasal dara kata Yunani rhegma, yang berarti diskontuinitas atau istirahat.

– Terjadi robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina.

– Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreus)

– Ablasio regmantogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus vitreum posterior.

ABLASIO RETINA REGMATOGENOSA

• Faktor predisposisi:– Usia.

– Jenis kelamin.

– Miopi.

– Afakia.

– Trauma.

– Fenile Posterior Vitreous Detachment (PVD).

– Pasca sindrom nekrosis akut retina dan sitomegalovirus (CMV) retinitis

– Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Lattice degeneration, Snail track degeneration, White-with-pressure and white-without or occult pressure, acquired retinoschisis

ABLASIO RETINA REGMATOGENOSA

•  GEJALA PRODROMAL

– gangguan penglihatan yang kadang – kadang terlihat sebagai tabir yang menutupi (floaters)

– terdapat riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan

– Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat berbahaya karena dapat mengangkat macula. Penglihatan akan turun secara akut bila lepasnya retina mengenai macula lutea.

ABLASIO RETINA REGMATOGENOSA

– Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.

ABLASIO RETINA REGMATOGENOSA

ABLASIO RETINA TRAKSI

• Lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca.

• Pada badan kaca, terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus proliferatif, trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi.

ABLASIO RETINA EKSUDATF• Terjadi akibat akumulasi cairan subretinal dengan

tanpa adanya robekan retina ataupun traksi pada retina, sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstravasasi).

• Pada penyakit vaskular, radang, atau neoplasma retina, epitel pigmen, dan koroid, maka dapat terjadi kebocoran pembuluh darah sehingga berkumpul di bawah retina.

GEJALA KLINIS

1. Visus menurun mendadak

2. Flashes (photopsia)•Bisa terjadi sepanjang waktu, paling jelas saat suasana gelap. Gejala ini cenderung terjadi terutama sebelum tidur malam. Kilatan cahaya (flashes) biasanya terlihat pada lapangan pandang perifer.

3. Floaters•Titik hitam yang melayang di depan lapangan pandang adalah gejala yang sering terjadi, •Sering menggambarkan gejala ini seperti berudu atau bahkan sarang laba-laba. Ini mungkin karena adanya kombinasi gejala ini dan kilatan cahaya.

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

• Pemeriksaan tajam penglihatan

• Pemeriksaan lapangan pandang

• Memeriksa apakah ada tanda-tanda trauma

• Periksa reaksi pupil. – Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan

adanya trauma.

• Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan vitreous untuk mencari tanda pigmen atau “tobacco dust”, ini merupakan patognomonis dari ablasio retina pada 75 % kasus.

• Periksa tekanan bola mata. • Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop (pupil

harus dalam keadaan berdilatasi)

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

– Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta seperti diabetes melitus.

– Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.

– Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan untuk membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk mendeteksi benda asing intraokuli dan tumor.

PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

PENATALAKSANAAN

• Prinsip bedah pada ablasio retina yaitu :– Menemukan semua bagian yang terlepas– Membuat iritasi korioretinal pada sepanjang masing-

masing daerah retina yang terlepas.– Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu

yang cukup untuk menghasilkan adhesi dinding korioretinal yang permanen pada daerah subretinal.

PENATALAKSANAAN

• 1. Scleral buckling

• 2. Retinopeksi pneumatik

• 3. Pars plana vitrektomi

SCLERAL BUCKLING

– Metode pendekatan ekstraokuler dengan membuat lekukan pada dinding mata untuk mengembalikan kontak dengan retina yang terlepas.

– Sebuah silikon dengan konfigurasi yang sesuai diposisikan pada sklera bagian luar di atas lekukan buckle dinding bola mata.

– Robekan tunggal ditangani dengan cryotherapy

– Angka keberhasilan scleral buckling untuk melekatkan kembali retina dan memulihkan penglihatan terbilang tinggi.

– Penelitian terbaru yang melibatkan 190 mata, angka keberhasilan metode ini mencapai 89% untuk operasi tunggal.

SCLERAL BUCKLING

• Komplikasi cryotherapy adalah vitreoretinopathy proliferative (PVR), uveitis, cystoid edema makula, perdarahan intraokular, dan nekrosis chorioretinal.

• Komplikasi operasi scleral buckling adalah iskemia (segmen anterior dan posterior), infeksi, perforasi, strabismus, erosi atau ekstrusi eksplan, mengerutnya makula, katarak, glaukoma, vitreoretinopathy proliferative (4%), dan kegagalan (5-10%).

SCLERAL BUCKLING

RETINOPEKSI PNEUMATIK

• Gas inert atau udara diinjeksi ke dalam vitreus.

• Cryosurgery dilakukan sebelum atau sesudah injeksi gas atau koagulasi laser dilakukan di sekitar defek retina setelah perlekatan retina.

• Metode ini sangat cocok digunakan pada kondisi ablasio dengan satu robekan retina pada bagian atas perifer fundus.

RETINOPEKSI PNEUMATIK

PARS PLANA VITREKTOMI

• Dengan operasi ini, korpus vitreus dan semua traksi epiretina dan subretina dapat disingkirkan.

• Retina kemudian dilekatkan kembali dengan menggunakan cairan perfluorocarbon dan kemudain digantikan dengan minyak silikon atau gas sebagai tamponade retina.

• Operasi kedua dibutuhkan untuk membuang minyak silikon.

• a) Dua port superior membenarkan laluan untuk suction-cutter (vitrector), dan instrumen lain dengan infusi cairan secara melewati port yang ketiga.

• b) Vitrektomi yang mengeluarkan traksi vitreus anterior pada horshoe tear.

• c) Pandangan panoramic pada penanganan endolaser.

• d) intraokuler tamponade dilihat pada daerah superior

PARS PLANA VITREKTOMI

PARS PLANA VITREKTOMI

• Kelebihan dari teknik ini adalah mampu melokalisasi lubang retina secara tepat, eliminasi kekeruhan media, dan terbukti dapat dikombinasikan dengan ekstraksi katarak, penyembuhan langsung traksi vitreus, dan membuang serat-serat pada epiretina dan subretina.

PROGNOSIS

• Prognosis berdasarkan pada keadaan makula sebelum dan sesudah operasi serta ketajaman visualnya.

• Jika, keadaannya sudah melibatkan makula maka akan sulit menghasilkan hasil operasi yang baik, tetapi dari data yang ada sekitar 87 % dari operasi yang melibatkan makula dapat mengembalikan fungsi visual sekitar 20/50 lebih kasus dimana makula yang terlibat hanya sepertiga atau setengah dari makula tersebut.

• Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula dan perlangsungannya kurang dari 1 minggu, memiliki kemungkinan sembuh post operasi sekitar 75 % sedangkan yang perlangsungannya 1-8 minggu memiliki kemungkinan 50 %.

PROGNOSIS

• Dalam 10-15 % kasus yang dilakukan pembedahan dengan ablasio retina yang melibatkan makula, kemampuan visualnya tidak akan kembali sampai level sebelumnya dilakukannya operasi. Hal ini disebabkan adanya beberpa faktor seperti irreguler astigmat akibat pergeseran pada saat operasi, katarak progresif, dan edema makula. Komplikasi dari pembedahan misalnya adanya perdarahan dapat menyebabkan kemampuan visual lebih menurun.

PROGNOSIS

KOMPLIKASI• Jika pengobatan tertunda, perlepasan retina secara parsial

dapat berlanjut sampai seluruh retina terlepas.

• Komplikasi lain dapat mencakup perdarahan ke dalam mata (perdarahan vitreous), glaukoma (sudut tertutup), peradangan, infeksi, Schwartz-Matsuo syndrome, dan jaringan parut akibat operasi. Kehilangan persepsi cahaya juga dapat terjadi.

• Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif, PVR). PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.

PEMBAHASAN KASUS

Teori Pasien

Gejala - Mata tenang- Penurunan penglihatan mendadak- Penglihatan seperti tertutup tirai- Tampak pijaran api- Penglihatan tampak seprti bintik-bintik hitam atau seperti berminyak

• Mata tenang• Penurunan penglihatan mendadak• Penglihatan seperti tertutup tirai• Tampak pijaran api

Pemerik- saan oftalmo-logi

• Visus turun mendadak• TIO rendah atau normal• Lapang pandang OD terbatas • Refleks pupil dapat terjadi Marcus gunn pupil• Funduskopi : ablasi retina (+), floaters (+), tears (+), strain (-), eksudat (-).

• VOD : 1/300 TDK• TIO OD : 13,1 mmHg• Pupil ODS : isokor• Reflek pupil OD : langsung (+) tdk langsung (+) melambat• Lensa ODS : jernih• Shadow test OD : - OS : - • Funduskopi : OD: Refleks fundus (+) ; papil bulat, berbatas tegas, warna merah muda ; C/D : 0,4 ; A/V : 2/3 ; refleks makula (+) ; kekeruhan badan kaca grade i/ii ; tear (+) ; floaters (+) ; retinal detached pada bagian nasal

Teori Pasien

Diagnosis Ablasi Retina Regmatogenosa Ablasi Retina Regmatogenosa OD

Terapi • OperasiScleral buckling

•OperasiScleral buckling

TERIMA KASIH