Post on 25-Oct-2015
description
1
POLA MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI ASIA TENGGARA
Oleh : Maryatin
A. Pendahuluan
Sejarah Asia Tenggara telah dimulai sejak zaman prasejarah.
Masyarakat dan kebudayaan di Asia Tenggara, di kemudian hari
berkembang menjadi beragam budaya dan bangsa yang berbeda-beda
dan spesifik, dengan pengaruh dari budaya India dan budaya Tiongkok.
Pada masa pra dan pasca kolonialisme, budaya Arab dan budaya Eropa
juga memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat Asia Tenggara
pada umumnya.
Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara sampai saat ini
merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara
sejarawan, agamawan, arkeolog, dan intelektual. Namun, yang
menjadi referensi umum, masuknya Islam di Asia Tenggara adalah
melalui proses perdagangan internasional yang berpusat di Selat
Malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.
Tercatat pada abad VII dan VIII, banyak pedagang muslim Persia
dan Arab yang turut berlayar dan berdagang di Selat Malaka. Sebab,
Selat Melaka menjadi tempat strategis untuk menghubungkan antara
Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Asia Barat. Melalui jalur
perdagangan ini kemudian para muslim Persia dan Arab mulai
mensyiarkan Islam di Asia Tenggara. Bahkan penyebaran Islam mulai
merebah di daerah bagian Timur Asia, yaitu negeri China.
Pada abad XII, posisi Islam sudah mulai mendapatkan banyak
pengikut. Bahkan pada saat itu sudah terdapat komunitas muslim yang
mayoritas adalah pedagang. Bisa dikatakan, Islam pada masa ini
2
banyak melakukan penetrasi agama ke berbagai wilayah Asia.
Perkembangan pesat dapat dilihat pada abad XVI. Pada masa itu, Islam
mulai mendapatkan posisi strategis di Asia karena bertepatan dengan
munculnya kerajaan yang bercorak Islam. Di sinilah Islam mendapatkan
napas baru yang lebih segar (Saifullaah, hlm; 14).
Sesuai dengan perkembangannya, Islam kemudian berafiliasi
dari satu negara ke negara lain di Asia Tenggara. Dengan demikian,
Islam tidak hanya menjadi agama pedagang, tetapi agama yang mulai
dipeluk oleh masyarakat pada umumnya. Bahkan, Islam bisa dikatakan
sudah menjadi agama terbesar di Asia Tenggara dan Dunia.
Secara signifikan, Islam telah memberikan pandangan hidup
(way of life) baru bagi penduduk Asia Tenggara. Dikatakan demikian
karena penduduk yang pada mulanya tidak mempunyai embel-embel
agama, sejak datangnya Islam, mereka kemudian mempunyai agama
dan berketuhanan. Yang perlu diapresiasi adalah bahwa Islam datang
di Asia Tenggara tidak serta merta menghilangkan budaya atau
lokalitas penduduk. Islam justru menjadi bingkai dan turut mewarnai
jalannya tradisi penduduk.
Namun, proses masuknya Islam di negara-negara bagian Asia
Tenggara tidak sepenuhya sama. Semuanya memiliki karakteristik
masing-masing dan budaya yang sama sekali berbeda. Ada juga negara
yang sudah menggunakan tradisi Islam ala Persia dan Islam ala Arab. Di
Malaysia misalnya, ajaran Islam atau tradisi Islam Arab sudah mulai
merebah Malaysia. Bahkan, Malaysia merupakan salah satu negara di
Asia yang ajaran keislamannya hampir mirip dengan Islam Arab.
Hingga sekarang, napak tilas Islam yang paling besar di Asia
Tenggara adalah di dataran Indonesia. Bahkan, Indonesia bagi orang-
orang Barat sering dinamakan sebagai negara Islam terbesar di Asia,
3
karena secara kuantitas telah menunjukkan bahwa jumlah umat
Islamnya menempati urutan pertama dari jumlah penduduk di Asia
Tenggara yang memeluk agama Islam.
Sejarah masuknya Islam di Asia Tenggara merupakan sejarah
panjang yang tidak mungkin dikupas semuanya pada makalah ini.
Membutuhkan waktu dan penelitian panjang untuk menuliskan sejarah
masuknya Islam di Asia tenggara. Adapun pada buku Sejarah dan
Kebudayaan di Asia Tenggara yang merupakan karya Saifullah,
memaparkan bahwa memang sangat tepat apabila buku ini dikatakan
sebagai pengantar untuk orang yang ingin mempelajari proses
masuknya Islam di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Setidaknya,
sedikit penggalan sejarah yang ditulis oleh Saifullah ini menjadi
stimulus bagi pembaca agar menelisik lebih jauh sejarah Islam di Asia
Tenggara.
Di tengah-tengah gemerlap dan hingar-bingar kehidupan
masyarakat Asia Tenggara, saya semakin merasa yakin bahwa dakwah
Islam tidak mengenal batas-batas geografis dan sekat-sekat
nasionalisme yang banyak didengungkan oleh para pemimpin di akhir
zaman ini. Dakwah Islam tak mengenal istilah lokal dan transnasional,
atau konvensional dan modern. Sesungguhnya, Islam adalah agama
yang peka jaman dan selalu rasional, dimana pun dan kapan pun
masanya.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba membatasi tulisan
tentang pola masuknya Islam ke Asia Tenggara pada dua wilayah yaitu
Indonsia dan Thailand. Namun demikian dalam tulisan ini juga masih
banyak disinggung wilayah yang masuk dalam cakupan Asia Tenggara
karena memang tidak bisa lepas dari permasalahan yang ada.
4
B. Masuknya Islam ke Indonesia
Islam adalah agama yang terbesar diamalkan di Asia Tenggara,
berbilangan sekitar 240 juta umat yang menterjemahkan ke sekitar
40% penduduk, dengan kebanyakannya di Brunei, Indonesia dan
Malaysia. Minoritas yang terpenting adalah terletak di negara-negara
Asia Tenggara lain. Kebanyakan umat Islam di Asia Tenggara belong to
the mazhab Sunah Waljamaah dan di dalamnya, sekolah Syafii pada
fiqh, atau hukum agama. Ia adalah agama resmi di Malaysia dan Brunei
sementara di Indonesia Islam adalah merupakan salah satu enam
agama resmi di Indonesia.
Kekuasaan dominan yang pertama kali muncul di kepulauan
adalah Sriwijaya di Sumatra. Dari abad ke-5 Masehi, Palembang
sebagai ibukota Sriwijaya menjadi pelabuhan besar dan berfungsi
sebagai pelabuhan persinggahan (entrepot) pada Jalur Rempah-
rempah (spice route) yang terjalin antara India dan Tiongkok.
Sriwijaya juga merupakan pusat pengaruh dan pendidikan agama
Buddha yang cukup berpengaruh. Kemajuan teknologi kelautan pada
abad ke-10 Masehi membuat pengaruh dan kemakmuran Sriwijaya
memudar. Kemajuan tersebut membuat para pedagang Tiongkok dan
India untuk dapat secara langsung mengirimkan barang-barang di
antara keduanya, serta membuat kerajaan Chola di India Selatan dapat
melakukan serangkaian penyerangan penghancuran terhadap daerah-
daerah kekuasaan Sriwijaya, yang mengakhiri fungsi Palembang
sebagai pelabuhan persinggahan.
Pulau Jawa kerap kali didominasi oleh beberapa kerajaan
agraris yang saling bersaing satu sama lain, termasuk di antaranya
kerajaan-kerajaan wangsa Syailendra, Mataram Kuno dan akhirnya
Majapahit. Namun Demikian kerajaan ini akhirnya tidak bisa bertahan
5
karena adanya saling perebutan kekuasaan dan persaingan dalam
keluarga besar kerajaan. Pada akhirnya kemudian tergeser oleh pola
kebudayaan dan peradaban serta agama baru yakni agama Islam.
Walau demikian perkembangan ajarannya tidak murni karena
terpengaruh oleh budaya yang terdahulu ada.
Para pedagang Muslim mulai mengunjungi Asia Tenggara pada
abad ke-12 Masehi. Samudera Pasai adalah kerajaan Islam yang
pertama. Ketika itu, Sriwijaya telah diambang keruntuhan akibat
perselisihan internal. Kesultanan Malaka, yang didirikan oleh salah
seorang pangeran Sriwijaya, berkembang kekuasaannya dalam
perlindungan Tiongkok dan mengambil alih peranan Sriwijaya
sebelumnya. Agama Islam kemudian menyebar di seantero kepulauan
selama abad ke-13 dan abad ke-14 menggantikan agama Hindu,
dimana Malaka (yang para penguasanya telah beragama Islam)
berfungsi sebagai pusat penyebarannya di wilayah ini.
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad
ke tujuh sampai abad ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan
kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama
Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau
1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah
yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina
pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab Syafi’I telah mantap
disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke
XIII di anggap sebagai awal masuknya agama Islam ke Indonesia.
Daerah yang pertama-pertama dikunjungi ialah :
1. Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peurlak Aceh Timur,
kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di
Samudera Pasai, Aceh Utara.
6
2. Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama
beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja
Pahit.
Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk Islamnya penguasa
kerajaan Mataram, yaitu: Sultan Agung maka kemenangan agama Islam
hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia. Terutama di pulau
jawa Islam setelah dikenal kemudian berkembang dengan pesatnya,
walau dengan pemahaman yang bercampur dengan ajaran kejawen.
Sejak pertengahan abad ke XIX agama Islam di Indonesia secara
bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang Singkretik (mistik).
Setelah banyak orang Indonesia yang mengadakan hubungan dengan
Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya ada
yang bermukim bertahun-tahun lamanya. Sehingga hal-hal yang bersifat
budaya sedikit demi sedikit dapat ditinggalkan. Namun demikian masih
banyak pula umat Islam yang melaksanakan ajaran bercampur dengan
mistik, terutama bagi kalangan generasi tua yang tidak mengenyam
pendidikan.
Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-
Budha adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten
di Jawa. Agama Islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan
agama, social, dan politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-
daerah tersebut agama Islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang
lebih murni. Dikerajaan tersebut agama Islam tertanam kuat
sampai Indonesia merdeka. Salah satu buktinya yaitu banyaknya nama-
nama islam dan peninggalan-peninggalan yang bernilai keIslaman.
Pada kerajaan Banjar Islam masuk melalui raja Banjar.
Perkembangan Islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan
fasilitas dan kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada
7
kehidupan masyarakat Banjar yang benar-benar bersendikan Islam.
Secara konkrit kehidupan keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan
dengan adanya Mufti dan Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari
yang ahli dalam bidang Fiqih dan Tasawuf.
Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan
jawa, ia banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan
yang dianut agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam
islamisasi atau paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para wali
terutama Wali Songo sangatlah berjasa dalam pengembangan agama
Islam di pulau Jawa.
Menurut buku Babad Diponegoro yang dikutip Ruslan Abdulgani
dikabarkan bahwa Prabu Kertawijaya penguasa terakhir kerajaan
Majapahit, setelah mendengar penjelasan Sunan Ampel dan sunan Giri,
maksud agama Islam dan agama Budha itu sama, hanya cara
beribadahnya yang berbeda. Oleh karena itu ia tidak melarang
rakyatnya untuk memeluk agama baru itu (agama Islam), asalkan
dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa paksaan atau pun
kekerasan.
C. Penjajahan di Wilayah Asia Tenggara
Bangsa Eropa pertama kali sampai di Asia Tenggara pada abad
keenam belas. Ketertarikan di bidang perdaganganlah yang umumnya
membawa bangsa Eropa ke Asia Tenggara, sementara para misionaris
turut serta dalam kapal-kapal dagang dengan harapan untuk
menyebarkan agama Kristen ke wilayah ini.
Portugis adalah kekuatan Eropa pertama yang membuka akses
jalur perdagangan yang sangat menguntungkan ke Asia Tenggara
tersebut, dengan cara menaklukkan Kesultanan Malaka pada tahun
8
1511. Belanda dan Spanyol mengikutinya dan segera saja mengatasi
Portugis sebagai kekuatan-kekuatan European utama di wilayah Asia
Tenggara. Belanda mengambil-alih Malaka dari Portugis di tahun 1641,
sedangkan Spanyol mulai mengkolonisasi Filipina (sesuai nama raja
Phillip II dari Spanyol) sejak tahun 1560-an. Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur yang
bertindak atas nama Belanda, mendirikan kota Batavia (sekarang
Jakarta) sebagai pusat perdagangan dan ekspansi ke daerah-daerah
lainnya di pulau Jawa, serta wilayah sekitarnya.
Inggris yang diwakili oleh British East India Company, secara
relatif datang ke wilayah ini lebih kemudian. Diawali dengan Penang,
Inggris mulai memperluaskan kerajaan mereka di Asia Tenggara.
Mereka juga menguasai wilayah-wilayah Belanda selama Perang
Napoleon. Di tahun 1819, Stamford Raffles mendirikan Singapura
sebagai pusat perdagangan Inggris dalam rangka persaingan mereka
dengan Belanda. Meskipun demikian, persaingan tersebut mereda di
tahun 1824 ketika dikeluarkannya traktat Anglo-Dutch yang
memperjelas batas-batas kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Sejak
tahun 1850-an dan seterusnya, mulailah terjadi peningkatan kecepatan
kolonisasi di Asia Tenggara.
Kejadian ini, yang disebut juga dengan nama Imperialisme Baru,
memperlihatkan terjadinya penaklukan atas hampir seluruh wilayah di
Asia Tenggara, yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan kolonial Eropa.
VOC dan East India Company masing-masing dibubarkan oleh
pemerintah Belanda dan pemerintah Inggris, yang kemudian
mengambil-alih secara langsung administrasi wilayah jajahan mereka.
Hanya Thailand saja yang terlepas dari pengalaman penjajahan asing,
9
meskipun Thailand juga sangat terpengaruh oleh politik kekuasaan dari
kekuatan-kekuatan Barat yang ada.
Tahun 1913, Inggris telah berhasil menduduki Burma, Malaya
dan wilayah-wilayah Borneo, Perancis menguasai Indocina, Belanda
memerintah Hindia Belanda, Amerika Serikat mengambil Filipina dari
Spanyol, sementara Portugis masih berhasil memiliki Timor Timur.
Para pedagang barat yang datang ke Indonesia yang berbeda
watak dengan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang
beragama Islam, kaum pedagang barat yang beragama Kristen
melakukan misinya dengan kekerasan terutama dagang teknologi
persenjataan mereka yang lebih ungggul dari pada
persenjataan Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk menaklukkan
kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang pesisir Asia Tenggara. Pada
mulanya mereka datang misalnya ke Indonesia untuk menjalin
hubungan dagang, karena Indonesia kaya dengan rempah-rempah,
maka kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut.
Waktu itu kolonial belum berani mencampuri masalah Islam,
karena mereka belum mengetahui ajaran Islam dan bahasa Arab, juga
belum mengetahui sistem social Islam. Pada tahun 1808 pemerintah
Belanda mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar urusan agama
tidak diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk
memutuskan perkara-perkara dibidang perkawinan dan kewarisan.
Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk mempertegaskan
instruksi ini. Dan pada tahun 1867 campur tangan mereka lebih tampak
lagi, dengan adanya instruksi kepada bupati dan wedana, untuk
mengawasi ulama-ulama agar tidak melakukan apapun yang
bertentangan dengan peraturan Gubernur Jendral. Lalu pada tahun
1882, mereka mengatur lembaga peradilan agama yang dibatasi hanya
10
menangani perkara-perkara perkawinan, kewarisan, perwalian, dan
perwakafan.
Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi
menjadi penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda
lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di
Indonesia, karena Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian
lapangan di negeri Arab, Jawa, dan Aceh. Lalu ia mengemukakan
gagasannya yang dikenal dengan politik Islamnya. Dengan politik itu, ia
membagi masalah Islam dalam tiga kategori :
1. Bidang agama murni atau ibadah;
Pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat
islam untuk melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu
kekuasaan pemerintah Belanda.
2. Bidang sosial kemasyarakatan;
Hukum islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan
dengan adat kebiasaan.
3. Bidang politik;
Orang islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Qur’an
maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan
ketata negaraan.
Penguasaan kolonial memberikan dampak yang nyata terhadap
Asia Tenggara. Kekuatan-kekuatan kolonial memang memperoleh
keuntungan yang besar dari sumber daya alam dan dan pasar Asia
Tenggara yang besar, akan tetapi mereka juga mengembangkan
wilayah ini dengan tingkat pengembangan yang berbeda-beda.
Perdagangan hasil pertanian, pertambangan, dan ekonomi berbasis
eksport berkembang dengan cepat dalam periode ini. Peningkatan
permintaan tenaga kerja menghasilkan imigrasi besar-besaran,
11
terutama dari India dan Cina, sehingga terjadilah perubahan
demografis yang cukup besar. Munculnya lembaga-lembaga negara
bangsa modern seperti birokrasi pemerintahan, pengadilan, media
cetak, dan juga pendidikan modern (dalam lingkup yang terbatas},
turut menaburkan benih-benih kebangkitan gerakan-gerakan
nasionalisme di wilayah-wilayah jajahan tersebut.
D. Asia Tenggara pada masa kini
Asia Tenggara modern memiliki ciri-ciri pertumbuhan ekonomi
yang tinggi pada sebagian besar negara-negara anggotanya dan
semakin dekatnya integrasi regional. Singapura, Brunei, dan Malaysia
secara tradisional mengalami pertumbuhan yang tinggi dan pada
umumnya dianggap sebagai negara-negara yang lebih maju di wilayah
ini. Thailand, Indonesia dan Filipina dapat dianggap sebagai negara-
negara berpenghasilan menengah di Asia Tenggara, sementara Vietnam
pada beberapa waktu terakhir juga mengalami pertumbuhan ekonomi
yang pesat. Beberapa negara yang masih tertinggal pertumbuhannya
adalah Myanmar, Kamboja, Laos, dan Timor Timur yang baru merdeka.
Pada tanggal 8 Agustus 1967, Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) didirikan oleh Thailand, Indonesia, Malaysia,
Singapura, dan Filipina. Setelah diterimanya Kamboja ke dalam
kelompok ini pada tahun 1999, Timor Timur adalah satu-satunya
negara di Asia Tenggara yang bukan merupakan anggota ASEAN. Tujuan
ASEAN adalah untuk meningkatkan kerjasama antar komunitas Asia
Tenggara. ASEAN Free Trade Area (AFTA) telah didirikan untuk
mendorong peningkatan perdagangan antara anggota-anggota ASEAN.
ASEAN juga menjadi pendukung utama dalam terciptanya integrasi
yang lebih luas untuk wilayah Asia-Pasifik melalui East Asia Summit.
12
E. Masuk dan Berkembangnya Islam di Thailand
Muslim di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang bisa
dibilang tragis dan berliku. Mulai dari abad ke-13 dimana Agama Islam
menapakkan kakinya di kerajaan Pattani dan kemudian menjadi
mayoritas di wilayah tersebut. Masyarakat muslim Thailand saat ini
telah menjadi bagian integral dari keseluruhan pemerintahan dan
komunitas Thailand dari beberapa abad yang lalu. Secara historis,
kultur dan ekonomi, masyarakat minoritas muslim di Thailand selatan
telah mengalami peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu.
Akan tetapi mereka tetap berusaha menjadi bagian komunitas yang
dipahami.
Hal itu berangkat dari background masyarakat muslim sendiri,
yaitu komunitas melayu Pattani yang dari awalnya berdiri sendiri dan
kemudian dikuasai oleh Siam atau Thailand. Dan saat ini, dimana
modernisme merambah semua negara dan Thailand menjadi negara
demokrasi, muslim Thailand mulai dipandang positif oleh komunitas
yang lainnya. Hal ini memunculkan era baru antara muslim-pemerintah
yang memberikan ruang lebih luas bagi umat muslim Thailand
merambah dunia politik dan ekonomi. Hal ini tampak dari
pertumbuhan masjid di Thailand yang berkembang pesat; Bangkok 159
masjid, Krabi 144 masjid, Narathiwat 447 masjid, Pattani 544 masjid,
Yala 308 masjid, Songkhla 204 masjid, Satun 147 masjid. Dan beberapa
masjid di berbagai kota di thailand. Biarpun begitu, minoritas muslim
Thailand masih jauh dari kelapangan dalam hidup. Karena mereka
tetap menjadi minoritas yang mendapatkan tekanan dan diskriminasi
yang tak henti henti.
Thailand dikenal sebagai sebuah negara yang pandai menjual
potensi pariwisata sekaligus sebagai salah satu negara agraris yang
13
cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand adalah
bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah
kaum muslimin di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65
juta penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah
Buddha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di
bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla,
Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari
Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu sangat terasa di daerah
selatan Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan beberapa
daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Bahkan beberapa
nama daerah berasal dari bahasa Melayu, seperti Phuket yang berasal
dari kata “bukit” dan Trang yang berasal dari kata “terang”.
Islam masuk ke Thailand sejak pertengahan abad ke-19. Proses
masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui sisi
kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim
Thailand sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari kata Al
Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah
banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal. Berbagai
golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi
pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi.
Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa
sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.
Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa
pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada
akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand
membangun beberapa kanal dan sistem perairan di Krung Theyp
Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa
14
keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan
masjid sebagai sarana ibadah.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pemerintah
kerajaan Thailand memberi kebebasan yang sebesar-besarnya bagi
kaum muslim Thailand untuk melaksanakan ibadah dan berdakwah.
Dukungan dari pemerintah kerajaan terhadap pembangunan pondok-
pondok pesantren dan sekolah muslim pun melengkapi jaminan
kebebasan beribadah kaum muslim di Thailand. Namun demikian, tidak
semua lokasi di Thailand menjadi tempat yang aman untuk kaum
muslimin.
Daerah Thailand selatan sampai saat ini masih menjadi daerah
yang mencekam karena hampir setiap hari operasi militer digelar di
kampung-kampung penduduk dengan alasan mencari dalang peledakan
bom di wilayah selatan. Propinsi Yala, Songkhla dan Narathiwat adalah
tiga wilayah di Thailand selatan yang akrab dengan bahasa kekerasan
tentara pemerintah. Kecurigaan yang berlebihan terhadap penduduk
muslim seringkali membuat para tentara mudah melepaskan peluru
dari senapan-senapan mereka. Walhasil, kasus salah tembak menjadi
salah satu kasus yang cukup populer di wilayah ini. Meskipun
senantiasa diliputi rasa khawatir terhadap keamanan mereka, kaum
muslimin di Thailand selatan tetap istiqomah mendidik generasi muda
Islam.
Semarak dakwah Islam juga dirasakan oleh masyarakat dan
pelajar muslim Indonesia. Kajian bapak-bapak, ibu-ibu, TPA/TKA dan
kajian mingguan mahasiswa adalah beberapa kegiatan rutin yang
diadakan mingguan. Masyarakat dan Pelajar Muslim Indonesia juga
mengadakan silaturrahim bulanan dalam forum pengajian Ngajikhun.
Acara ini dilaksanakan di berbagai wilayah di seantero Thailand. Tak
15
jarang, rekan-rekan di Bangkok harus menempuh perjalanan sehari
penuh untuk bersilaturrahim dengan pelajar muslim di Chiang Rai,
Thailand utara. Hal serupa pernah dilakukan saat beberapa mahasiswa
dari daerah Hat Yai, Thailand selatan berkunjung ke Bangkok. Mereka
menempuh perjalanan selama 2 jam dengan menggunakan jalur udara
atau kurang lebih sehari penuh dengan jalur darat.
Isu-isu seputar makanan halal sering menjadi bahan diskusi yang
menarik di kalangan masyarakat dan pelajar muslim Indonesia di
Thailand. Meskipun majelis ulama Thailand sudah memiliki badan
khusus yang memverifikasi kehalalan produk dalam negeri Thailand,
jumlah makanan halal di Thailand masih sangat sedikit. Biasanya,
masyarakat dan pelajar muslim Indonesia mengenali warung muslim
dan makanan halal dengan tiga macam label, yakni label resmi
“Halal”, stiker bertuliskan “Allah” dan “Muhammad”, serta stiker
bertuliskan bacaan basmalah. Tak jarang para pemilik warung muslim
menambahkan tanda bulan dan bintang untuk mempertegas informasi
kehalalan makanan tersebut.
Informasi tentang makanan halal dan istilahnya dalam bahasa
Thailand biasanya menjadi kebutuhan pertama saat datang ke negeri
gajah putih ini. Selain berbekal informasi lokasi warung halal di daerah
Bangkok dan sekitarnya, saya juga menghafal beberapa kata dalam
bahasa Thailand untuk menghindari babi, seperti “Phom mai ouw muu”
yang berarti “Saya tidak mau babi” atau “Phom mai kin muu” yang
berarti “Saya tidak makan babi” apabila saya kesulitan menemukan
warung halal di lokasi terdekat.
Selain masalah makanan, lokasi tempat ibadah di pusat-pusat
perbelanjaan pun agak sulit ditemukan. Beberapa lokasi perbelanjaan
umum, seperti Siam Paragon, Pratunam Center dan Central World
16
menyediakan mushola untuk umat Islam. Selebihnya, jangan harap bisa
menemui mushola di tempat umum. Bagi saya dan rekan-rekan pelajar
muslim Indonesia, membawa kompas penunjuk arah dan sajadah saat
bepergian adalah kebutuhan.
Dua hal ini sangat penting apabila bepergian di daerah-daerah
minim mushola dan masjid. Hidup di tengah-tengah umat non-muslim
memberi pelajaran berharga tentang tepat waktu dan displin
menegakkan ibadah wajib meskipun tidak ada adzan yang
berkumandang. Demikian pula dengan pelajaran lainnya, keimaman
kita benar-benar akan diuji di sini. Kita bisa dengan mudah menemui
berbagai tempat penjualan makanan yang mengandung babi atau
darah, hiburan malam, penjualan minuman beralkohol, maupun wisata
seks di Thailand.
Masyarakat Buddha Thailand pada umumnya menganggap tabu
masalah prostitusi, namun pelanggaran yang ada di depan mata tak
bisa dicegah karena mereka tak mengenal sistem syari’at, iqob
(hukuman), dan amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana dalam Islam.
Oleh karena itulah, penjualan minuman keras dan prostitusi sangat
marak di negeri ini. Bahkan dua hal tersebut menjadi salah satu daya
tarik wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Thailand.
F. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tulisan mengenai masuk dan berkembangnya
kebudayaan Islam di Asia Tenggara, maka dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya Islam masuk di Asia Tenggara khususnya di Indonesia
dan Thailand terpaut jauh. Islam masuk ke Indonesia pada abad 7 M
sedangkan masuk ke Thailand pada abad ke 13 M, namun kulturnya
hampir sama yaitu antara Indonesia dan Thailand sama-sama sebelum
17
Islam masuk terlebih dahulu berkembang agama Hindu dan Budha.
Letak perbedaan yang signifikan adalah bahwa pada perkembangan
berikutnya Islam di Indonesia lebih menjadi umat yang mayoritas
bahkan menduduki peringkat pertama umat Islam yang terbanyak di
dunia, sedang Islam di Thailand hanya dapat berkembang pada daerah
Thailand selatan (Pattani) dan menjadi penduduk minoritas dengan
banyak terdapat perlakuan yang diskriminatif dinegaranya. Islam di
Indonesia berkembang dengan pesat, bahkan banyak kebijakan
pemerintah terkait masalah keagamaan sebagai contoh dalam bidang
pendidikan. Namun demikian kebebasan yang diberikan pemerintah
setempat dalam hal pengembangan umat merupakan hal positif demi
perkembangan umat Islam di Thailand. Akan tetapi tetap bahwa Islam
di Thailand sangat kontradiktif dengan apa yang terjadi dengan Islam
di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdullah, Taufik; Sharron Siddique, 1978, Islam and Society in
Southeast asia (Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara),
Jakarta,LP3ES.
2. Alwi, Al-Habib, 2001, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, Jakarta:
Lentera Basritama.
3. Anuar, Nik Mahmud, 2004. Sejarah Perjuangan Melayu Patani 1885-
1954, Saremban.
4. Aphornsuvan, Thanet, 2003. History and Politics of The Muslim in
Thailand, Thammasat University
5. Azra, Azyumardi, 2005, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII, Jakarta: Kencana.
18
6. Farouq, Omar Bajunid, The Muslim In Thailand: A Review, at Shouteast
Asian Studies, (Volume 37. No. 2 September 1999)
7. Jory, Patrick, dalam Religious Labelling. From Patani Malayu To Thai
Muslim, jurnal ISIM, (Volume 18, Autumn 2006)
8. Ma’afi, Rif’at Husnul, “Pendekatan Studi Kawasan dalam Studi Islam”
dalam Kalimah: Jurnal Studi Agama-agama dan Pemikiran Islam
(Volume 4 Nomor 2 September 2006, hal. 137-153).
9. Maryam, Siti (Eds.), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga
Modern Yogyakarta: Lesfi
10. Muzani, Saiful; 1993, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia
Tenggara, Jakarta, Pustaka LP3ES
11. Heidhues, Mary, Somers. Southeast Asia: A Concise History. (London:
Thames and Hudson. 2000)
12. Mohd Taib Osman. "Islamisation of the Malays: A Transformation of
Culture." In Bunga Rampai: Some Aspects of Malay Culture. KL: DBP,
1988 pp. 261-272.
13. Saifullah, SA, MA, 2011, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia
Tenggara, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Asia_Tenggara, 9 Juni 2011-04-09
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Asia_Tenggara
http://wibirama.com/2009/02/23/sunu-wibirama-geliat-islam-di-
thailand/
19
LAPORAN
PENELITIAN LANJUT DI THAILAND
A. Pendahuluan
Perjalanan ke Thailand dimulai ketika penulis mendapatkan SK
tentang keikutsertaan dalam penelitian lanjut, namun demikian tujuan
pertama adalah ke Brunai Darussalam. Akan tetapi karena hal-hal yang
bersifat teknis maka kemudian tujuan penelitian dialihkan ke Thailand,
hal ini disebabkan travel tour tujuan ke Brunai dalam jangka waktu
kurang lebih dua bulan belum memberikan jawaban tentang kepastian
kunjungan ke perguruan tinggi, sekolah/madrasah, dan pesantren yang
dituju. Oleh karena itu kebetulan untuk tujuan Thailand sudah
memberikan jawaban dan kepastian tujuan perguruan tinggi dan
sekolah yang dituju maka kemudian tujuan penelitian lanjut dialihkan
ke Thailand.
Adapun agenda persiapan keberangkatan antara lain sudah
dijadwalkan oleh P3M, sedangkan rapat persiapan pemberangkatan
diagendakan dua kali. Rapat yang pertama terlaksana pada hari Selasa,
7 Juni 2011di Aula lantai 3 kampus 2, materi rapat antara lain :
1. Ucapan selamat kepada Bpk/Ibu dosen yang terpilih sebagai
penerima hibah penelitian lanjut tahun 2011.
2. Penelitian lanjut tahun 2011 akan dilaksanakan dalam bentuk
kunjungan ke lembaga pendidikan di Thailand meliputi perguruan
tinggi, sekolah/Madrasah dan pesantren.
3. Penelitian lanjut akan dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal
21-24 Juni 2011.
4. Rencana take off dari Yogjakarta tanggal 21 Juni jam 06.00 dan
landing tanggal 24 Juni jam 20.00 WIB.
20
5. Bpk/Ibu peserta penelitian lanjut agar mengumpulkan foto copy
passport paling lambat hari jum’at 10 Juni 2011.
6. Sebagai syarat mengikuti penelitian lanjut peserta agar menulis
paper tentang “Islam di Asia Tenggara” dengan font time new
roman 12 dan spasi double sebanyak 12 s/d 15 halaman kuarto.
7. Foto copy paspor dan paper beserta file-nya dikumpulkan paling
lambat tanggal 13 Juni 2011.
Disamping ketentuan yang berlaku di atas sebelumnya juga
sudah ada pemberitahuan dari P3M tentang syarat-syarat yang harus
dipenuhi bagi dosen yang terpilih penelitian lanjut. Akan tetapi lebih
dipertegas lagi pada pertemuan terakhir sebelum keberangkatan yakni
pada hari Sabtu, 19 Juni 2011diperjelas mengenai berkas administrasi
yang harus dipersiapkan selama perjalanan disamping bekal yang harus
dibawa selama di Thailand.
Pada agenda rapat persiapan terakhir dikemukakan bahwa
jadual keberangkatan tidak melalui bandara Adi Sucipto, akan tetapi
dialihkan ke bandara Ahmad Yani Semarang yang semula take off
seharusnya jam 06.00 diundur menjadi jam 06.40 menit. Demikian pula
segala agenda kunjungan ke Thailand semua telah diagendakan oleh
P3M. Koordinasi kepulangan yang semula dijadualkan pada hari jum’at,
24 Juni 2011 jam 20.00 WIB, ternyata karena ada gangguan teknis dari
maskapai penerbangan Garuda maka didelayed menjadi hari
Minggu/Ahad, 25 Juni 2011 di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta lending
jam 10.00 WIB.
Adapun rute perjalanan dari awal adalah bahwa pada hari Senin,
20 Juni 2011 jam 10.00 peserta penelitian lanjut dilepas oleh ketua
STAIN Salatiga. Acara berlangsung di ruang rapat lantai 3 kampus 1.
Pada hari selasa dini hari peserta berangkat dari rumah masing-masing
21
kumpul di kampus 1 jam 04.00 WIB menuju bandara A. Yani Semarang
dan take of jam 07,45 terbang menuju Jakarta transit kurang lebih
selama satu setengah jam kemudian melanjutkan penerbangan ke
Thailand yang ditempuh selama 3 jam dan sampai di bandara jam
12.20 mengurus keimigrasian dan naik bus menuju kota Bangkok kurang
lebih selama 2 jam. Di kota Bangkok peserta menginap semalam untuk
mengadakan kunjungan kekomunitas muslim, pesantren dan perguruan
tinggi serta sekolah di Thailand.
B. Hasil Kunjungan di Thailand
Kota Bangkok merupakan kota yang sangat indah dengan
gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan arsitektur indah dan
tertata sangat rapi, ada kesamaan dengan kota Jakarta, yaitu
kemacetan lalu lintas terjadi pada setiap penjuru kota. Perbedaan
yang menonjol adalah kedewasaan para penduduknya yang terlihat
sangat dapat mengendalikan emosi dimanapun ia berada. Contoh;
ketika terjadi kemacetan maka setiap pengguna jalan sabar antri di
jalan raya tanpa ada yang membunyikan tlakson mobil. Apabila ada
pejalan kaki yang mau menyeberang maka dapat dengan mudah
menyeberang dengan menekan tombol merah pada lampu lalu lintas,
maka secara otomatis lampu merah akan menyala dan pejalan kaki
dapat menyeberang dengan aman.
Mengapa keamanan dapat terjaga dengan tertib dan rapai? Hal
demikian didukung adanya fasilitas Cicy TV yang dipasang pada setiap
jalur keramaian, atau bahkan dimanapun tempatnya semua ada
kamera pengintainya. Jalur lalu lintas tertata rapi disamping pengguna
jalan patuh pada peraturan lalu lintas, akan tetapi pada setiap jalan
tidak ada mobil yang berhenti dengan sengaja di setiap ruas jalan
karena tempat parkir disediakan pada tempat tersendiri. Apabila
22
pengemudi tidak patuh pada aturan yang ada maka ia akan kena tilang
atau diperingatkan dengan thai box sing.
Hal lain yang menarik bagi penulis adalah bahwa di sepanjang
kota Bangkok hampir tidak ada kendaraan roda dua yang melintas di
jalan raya, karena menurut guide bahwa masyarakat Thailand sangat
bergengsi sehingga mereka tidak mau naik kendaraan roda dua,
melainkan memilih sabar dengan kemacetan lalu lintas menggunakan
jenis mobil tertentu yakni mobil sedan. Bagi orang punya duit maka
berangkat kerja dengan mobil sedang yang tidak punya duit berangkat
kerja dengan naik bus umum atau tuk-tuk Thailand. Jam kerja mereka
yakni masuk jam 09.00 dan pulang jam 17.00, namun demikian
pemerintah Thailand mensiasati dengan membangun jalan tol
khusus(perkiraan jarak tempuh waktu perjalanan tepat waktu) untuk
mobil guna mengantisipasi kemacetan lalu lintas yang ada.
Kesederhanaan lain yang terlihat adalah baik dari siswa TK, SD bahkan
sampai tingkat perguruan tinggi juga para dosennya menggunakan
seragam yang sama yakni warna hitam putih (atas warna putih dan
bawahan gelap).
Banyak hal yang tidak bisa penulis sajikan dalam laporan ini,
akan tetapi penulis berusaha untuk membatasi laporan pada
pendidikan sejarah yang berlaku di Thailand dan lebih spesifik pada
perkembangan sejarah agama yang berkembang di Thailand khususnya
tentang perkembangan dakwah Islam di Thailand.
C. Pendidikan di Thailand
Lembaga sekolah yang ada di Thailand sama yaitu ditangani oleh
pemerintah dalam bentuk sekolah negeri sedang lembaga pendidikan
yang lain ditangani oleh swasta. Kurikulum yang berlaku di sekolah
Thailand dari jenjang terendah sampai pada perguruan tinggi semua
23
hampir sama utamanya pada pendidikan wajar (wajib belajar selama 9
tahun) yang telah diberlakukan di Thailand. Sekolah negeri merupakan
sekolah gratis bagi para warganya dengan fasilitas yang sangat
memadai. Bahkan apabila ada orang tua yang tidak menyekolahkan
anaknya, maka orang tuanya ditangkap dan tidak segan-segan orang tua
tersebut dipenjara.
Sebagai contoh adalah sekolah negeri kota Pattaya 7 ini
merupakan lembaga pendidikan yang disediakan oleh pemerintah yang
terdiri dari TK negeri 7, SD negeri 6, dan SMP negeri 3. Lembaga ini
berdiri pada lahan 26 Ha dengan fasilitas pembelajaran yang sangat
memadai baik dari fisik bangunan ruang kelas, sarpras yang lain seperti
ruang perpustakaan, kantin gratis, tempat bermain, lahan parkir,
taman untuk bersantai dengan pohon yang tumbuh rimbun sebagi
tempat pembelajaran siswa. Sekolah ini menampung 2250 siswa dengan
105 tenaga pengajar.
Kurikulum yang diberlakukan adalah dari pusat memberikan
beberapa pilihan spesifikasi sekolah dalam bidang ketrampilan, akan
tetapi dalam memilih disesuaikan dengan keadaan setempat. Kebetulan
sekolah ini memilih spesifikasi tentang pengolahan limbah lingkungan.
Bahan limbah berasal dari keluarga dan tempat lain (khususnya dari
kantin sekolah dan yang diproduksi sendiri) konsumsi yang dikoordinir
sehingga menjadi limbah organik (dibuat menjadi pupuk kompos) dan
limbah non organik khususnya yang kemudian diolah dan dimanfaatkan
menjadi kerajinan tangan.
Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah meliputi materi bahasa
Thailand menjadi bahasa ibu, matematika, seni, olah raga, teknik, dan
bahasa asing pada sekolah menengah serta materi pelajaran social yang
termasuk didalamnya adalah sejarah dan mata pelajaran agama. Semua
24
siswa juga diwajibkan praktek belajar di lapangan baik di rumah
masing-masing siswa maupun di lingkungan sekolah, bahkan sampai
membersihkan pantai secara berkala. Sedangkan limbah WC diupayakan
untuk pupuk pertanian yang nantinya dimanfaatkan untuk konsumsi
para siswanya.
Tujuan wajib belajar 9 tahun bagi warga Negara Thailand antara
lain;
1. Anak menjadi baik.
2. Mempunyai rasa cinta tanah air.
3. Menjaga lingkungan dengan baik.
4. Anak mempunyai ketrampilan kerja, dan ketika lulus siap kerja.
5. Sebagai contoh anak membawa barang bekas dari rumah kemudian
dibuat kerajinan tangan dan dijual di sekolahan.
6. Setahun sekali bertepatan pada hari ulang tahun ratu dijadikan
sebagai hari “social” untuk menyantuni siswa yang miskin.
Pada setiap jenjang sekolah materi pelajaran bahkan mata
kuliah sejarah selalu diberikan dengan tujuan agar para siswa cinta
pada tanah air dan faham akan bangsanya sendiri. Lebih lanjut
pembelajaran sejarah selalu dikaitkan dengan bahasa ibu yang pertama
diajarkan kepada semua siswa di Thailand. Bahkan pemerintah
berupaya keras dengan menerapkan aturan bahwa setiap warga Negara
(laki-laki) ketika sudah berusia 20 tahun maka wajib menjadi biksu
selama dua bulan. Apabila selama 2 bulan mau langsung melanjutkan
sebagai biksu maka semua biaya ditanggung oleh Negara, sebaliknya
apabila setelah 2 bulan kemudian berhenti menjadi biksu maka tidak
mendi masalah.
D. Sejarah agama yang berkembang di Thailand
25
Di Thailand, Negeri yang mayoritasnya beragama Budha,
terdapat kurang lebih 6,5 juta umat Islam, atau 10% dari seluruh
populasi penduduk Thailand yang berjumlah 65 juta orang. Penduduk
muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand,
seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang
dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan
jumlah umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama ke-dua
terbesar setelah Bhuda, umat Islam Thailand sering mendapat serangan
dari umat Bhuda (umat Budha garis keras), intimidasi, bahkan
pembunuhan masal.
Seperti yang kita ketahui, Budha adalah agama terbesar di
Thailand, karena resmi menjadi agama kerajaan. Kehidupan Bhuda
telah mewarnai hampir seluruh sisi kehidupan di Thailand, dalam
pemerintahan (kerajaan), sistem dan kurikulum pendidikan, hukum,
dan lain sebagainya. Namun, Selain agama Bhuda, di Thailand juga
terdapat agama-agama lain. Di antaranya yang penulis ketahui adalah
Islam, Kristen, Confucius, Hindu, dan Sikh.
Islam, sikap masyarakat non-muslim (pemerintah) terhadap
agama Islam. Dalam sebuah website Thailand untuk promosi wisata,
keberagaman agama diangkat menjadi komoditi untuk “dijual” kepada
masyarakat dunia. Nampaknya isu pluralisme juga berkembang di
Thailand. Hal ini bisa kita lihat dari cara pandang beberapa kalangan
tentang keberagaman agama di Thailand.
Pemerintah, dalam hal ini kerajaan, memberi kesempatan bagi
warga muslim untuk beribadah dan menganut kepercayaan masing-
masing. Bahkan, Raja Thailand juga menghadiri perayaan acara dan
hari-hari penting dalam Islam. Kabar baiknya, pemerintah membantu
penerjemahan Al Quran ke dalam bahasa Thai, juga membolehkan
26
warga muslim mendirikan masjid dan sekolah muslim. Kurang lebih
tercatat terdapat 2000 masjid (100 masjid berada di Bangkok) dan 200
sekolah muslim di Thailand. Umat islam di Thailand bebas mengadakan
pendidikan dan acara-acara keagamaan.
Kristen, agama ini dikenalkan pertama kali ke Thailand oleh
misionaris dari Eropa pada abad ke-16 dan ke-17. Kristen Katolik
pertama datang ke Thailand disusul oleh Kristen Protestan, bahkan
beberapa sekte juga berkembang di sana, seperti Advent. Umat Kristen
Thailand pada umumnya adalah imigran dari Cina. Sedangkan warga
pribumi “siam” hanya sedikit yang berpindah agama dari Budha ke
Kristen. Justru yang terjadi adalah seorang siam beragama Kristen tapi
tetap menyembah Sang Budha.
Kongfusius, agak sama dengan Kristen. Agama ini dianut oleh
imigran dari Cina. Karena agama ini bersifat ajaran-ajaran filsafat
hidup dan etika Cina kuno. Maka, pemeluknya pun kadang beragama
Kristen, berajaran kongfusius, dan yang keturunan pribumi tetap
menyembah Sang Budha.
Hindu, hampir 20.000 orang India menetap di Thailand. Jumlah
mereka terbagi menjadi dua, Hindu dan Sikh. Umat Hindu berpusat di
Bangkok. Mereka beribadah di pure-pure. Mereka juga menjalankan
pendidikan sendiri, akan tetapi sistem pendidikannya didasarkan pada
sistem pendidikan nasional Thailand.
Sikh, agama Sikh juga berpusat di Bangkok. Terbagi menjadi dua
kelompok dan beribadah di pure yang berbeda juga. Secara bersama,
mereka mendirikan sekolah-sekolah gratis untuk anak-anak miskin.
Secara garis besar, Kerajaan menjamin sepenuhnya keberagaman
agama di Negri Gajah Putih ini. Dengan catatan dalam satu kesatuan
nasionalisme “Siam”. Jadi, yang keluar dari nasionalisme atau dianggap
27
keluar maka akan berurusan dengan kerajaan. Seperti yang terjadi
pada warga muslim, ada yang diserang militer, bahkan dibunuh.
E. Pengembangan Dakwah Islam di Thailand
Ternyata Pemerintah memahami betul bahwa upaya pemerintah
untuk menciptakan perdamaian dengan kekuatan militer tidak terlalu
membuahkan hasil. Bahkan memperparah keadaan dan melahirkan
gerakan perlawanan yang lainnya. Maka, untuk menciptakan
perdamaian di Thailand selatan, pemerintah membuat terobosan baru,
yakni dengan jalur pendidikan.
Sebagai contoah dalam majalah Gatra bertanggal 2 September
2007, terdapat sebuah laporan yang menyebutkan upaya pemerintah
dalam mendamaikan konfilk yang terjadi di Thailand Selatan. Dalam
laporan disebutkan bahwa Perdana Menteri Surayud Chulanont,
mengumumkan bahwa pemerintahnya akan memasukan pelajaran
Agama Islam dalam sistem pendidikan di negara yang berpenduduk
mayoritas Budha itu. “Saya telah menugaskan Departemen Luar Negeri
untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Malaysia serta mempelajari
jenis silabus pendidikan apa yang perlu diperbaiki untuk pendidikan
dasar di negara kita,” kata Chulanont, dalam pernyataan, seperti
dikutip kantor berita Thailand. Chulanont mengatakan pelajaran Agama
Islam boleh diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi di provinsi-provinsi di bagian selatan untuk
jangka panjang.
Ia mengatakan, pemerintahnya sedang mempertimbangkan
untuk memperkerjakan para sarjana untuk mengajar Agama Islam di
sekolah-sekolah negeri. Kurangnya mata pelajaran Agama Islam di
sekolah-sekolah negeri di Thailand Selatan telah mendorong warga
28
muslim mendaftarkan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah Islam
swasta.
Chulanont kembali mengulangi himbauannya untuk menciptakan
perdamaian di provinsi-provinsi bergejolak itu. Perdana menteri yang
mendapat dukungan militer itu mengatakan pemerintahnya akan
berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan pengertian yang lebih baik
antara warga muslim dan Budha untuk membantu mengurangi apa yang
ia sebut sebagai perpecahan.
Kenyataan yang berkembang di masyarakat Thailand khususnya
pada masyarakat muslim, mereka mendapatkan kebebasan dari
pemerintah dalam pengembangan dakwah Islam. Hanya saja
dakwahnya secara individual, banyak pula umat Islam yang sekolah/
kuliah dengan memakai jilbab dan wajar saja dalam arti tidak
mendapatkan tekanan dari pemerintah. Di kota Bangkok berdiri Islamic
Center sebagai pusat pengembangan dakwah Islam di Thailand.
Pengembangan dakwah Islam disamping melalui individu
dikembangkan pula melalui komunitas muslim melalui peringatan hari
besar Islam, pada setiap masjid terdapat tempat untuk kajian
keagamaan maupun BTA yang sifatnya rutin dengan dikoordinir oleh
Islamic center yang berada di pusat kota Bangkok bahkan beberapa
pengurusnya menduduki jabatan penting di Perguruan Tinggi Kasim
Bandit university. Sementara Kasem Bundit University membuka 2
program doctoral, 11 program master, dan 11 fakultas dengan berbagai
jurusan serta keunggulan sarana dan prasarana kampus yang tersedia.
F. Kesimpulan
Sangat jauh berbeda system yang berlaku antara di Thailand dan
di Indonesia, kesiapan pemerintah Thailand dalam memberdayakan
SDM dan memberlakukan manajemen kelembagaan pendidikan dengan
29
baik sehingga tidak menimbulkan ketimpangan dari berbagai unsur
masyarakat yang ada. Bahkan masyarakat miskin mendapatkan tempat
dihati pemerintah untuk diperlakukan secara adil sebagai warga
Negara.
Pada sisi lain umat muslim yang merupakan penduduk minoritas
dapat dengan eksis menunjukkan jati dirinya sebagai warga muslim,
walau dalam banyak hal mendapatkan perlakuan yang diskriminatif
dalam segala hal. Alangkah ironisnya bahwa masyarakat Indonesia yang
mayoritas penduduknya muslim justru banyak yang tidak eksis dalam
memperjuangkan Islam yang sebenarnya.
REKOMENDASI
1. Bahwa kesempatan yang diberikan Kasem bundit University
untuk pertukaran mahasiswa mohon ditindak lanjuti dengan
baik.
2. Demikian pula pertukaran/permintaan guru/dosen bahasa
Indonesia melalui KBRI ada tindak lanjutnya.
3. Memberikan koreografi sesuai permintaan untuk
menampilkan seni budaya Indonesia pada pentas seni di
Thailand yang selalu dikunjungi banyak orang.
4. Memberikan resep pengolahan daun singkong untuk
memanfaatkan hasil budidaya masyarakat Thailand dengan
baik.